• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aceh Utara BRR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aceh Utara BRR"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

Outline Plan and DED Sistem Penyediaan

Air Minum, Air Limbah, Drainase dan Persampahan

Pantai Timur di Provinsi NAD

2006

LAPORAN AKHIR

KABUPATEN ACEH UTARA

Aceh Selatan Aceh Selatan Aceh Tamiang Aceh Utara Aceh Utara Lhoksumawe Sabang

Kota Banda Aceh Kota Banda Aceh

Aceh Singkil Aceh Singkil Langsa Aceh Tengah Aceh Tenggara ACEH TIMUR ACEH TIMUR Aceh Barat Aceh Barat Aceh Besar Aceh Besar Bireun

Aceh Barat Daya Aceh Barat Daya

Gayo Luwes Gayo Luwes Nagan Raya Nagan Raya Aceh Jaya Aceh Jaya Bener Meriah Bener Meriah

PT Mitra Lingkungan Dutaconsult Jakarta

PT Mega Disain Banda Aceh PT Pilar Teguh Perkasa

Lhokseumawe

SURAT PERJANJIAN KERJA NOMOR : 074/02/II/2006 TANGGAL 2 PEBRUARI 2006

(2)

i

KATA PENGANTAR

Laporan Akhir “Outline Plan and DED Sistem Penyediaan Air Minum, Air Limbah, Drainase

dan Persampahan Pantai Timur di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam” ini disusun oleh

konsultan PT. Pilar Teguh Perkasa yang berasosiasi dengan PT. Mitra Lingkungan Dutaconsult dan PT. Mega Design berkoordinasi dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) – BRR Perencaaan Umum, Perencanaan Teknis dan Manajemen Rantai Pengadaan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Laporan ini menyajikan program terpilih Outline Plan yang sifatnya jangka pendek dan mendesak untuk segera dilaksanakan. Konsep Laporan Akhir ini akan berisi :

- Kriteria teknis dan teori perencanaan sebagai pendekatan analisis/evaluasi bangunan reservoir.

- Gambar perencanaan untuk sistem penyaluran air minum, persampahan dan sistem penyaluran air limbah.

- Usulan program suplai dan konstruksi unit sistem penyediaan air minum, persampahan dan sistem penyaluran air limbah yang meliputi segi teknis dan operasionil.

- Perhitungan besaran biaya investasi dan operasi terhadap pembangunan sistem prasarana di atas.

- Rencana pentahapan pembangunan sesuai dengan skala prioritas.

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu memberi saran, kritik arahan dan materi yang mendukung bagi penyusunan laporan ini.

Banda Aceh, Agustus 2006 PT. Pilar Teguh Perkasa

PT. Mitra Lingkungan Dutaconsult PT. Mega Design

(3)
(4)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1 - 1 1.2. Maksud dan Tujuan... 1 - 2 1.3. Lokasi Proyek... 1 - 4 1.4. Ruang Lingkup Pekerjaan ... 1 - 4 1.5. Pelaporan... 1 - 8 BAB 2 MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS

2.1. Millineum Development Goals... 2 - 1 2.2. Sasaran... 2 - 1 2.3. Tujuan/Goals yang Disepakati ... 2 - 2 2.4. Keterkaitan Air Minum, Sanitasi dan MDG ... 2 - 4 2.5. Defenisi Air Minum Sehat Menurut MDG ... 2 - 5 BAB 3 TIPOLOGI ACEH UTARA

3.1. Umum... 3 - 1 3.2. Kondisi Fisik dan Lingkungan... 3 - 3 3.2.1. Tata Guna Lahan ... 3 - 3 3.2.2. Iklim... 3 - 3 3.2.3. Topografi ... 3 - 4 3.3. Kependudukan ... 3 - 4 3.3.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 3 - 4 3.3.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 3 - 9 3.4. Perekonomian Kabupaten Aceh Utara ... 3 - 10 3.4.1. Sektor Industri ... 3 - 10 3.4.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 3 - 11 3.4.3. Keuangan Daerah (APBD) ... 3 - 16 3.5. Infrastruktur Prasarana dan Sarana Perkotaan... 3 - 17 3.5.1. Sistem Penyediaan Air Minum ... 3 - 17 3.5.2. Persampahan ... 3 - 20

(5)

iii 3.5.3. Air Limbah dan Sanitasi ... 3 - 22

3.5.4. Drainase... 3 - 23 3.5.5. Jalan Kota ... 3 - 25 BAB 4 SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

4.1. Tinjauan Umum Sistem Penyediaan Air Bersih Yang Ada ... 4 - 1 4.2. Permasalahan yang dihadapi... 4 - 1 4.3. Analisis dan Proyeksi Kebutuhan Air Bersih ... 4 - 3 4.4. Outline Plan Sistem Penyediaan Air Bersih 2007 - 2026 ... 4 - 4 4.5. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih... 4 - 4 4.6. Rencana Anggaran Biaya ... 4 - 5 BAB 5 SEKTOR SANITASI

5.1. Umum... 5 - 1 5.2. Kajian Terhadap Fungsi dan Strategi Pembangunan Kota ... 5 - 1 5.3. Analisa Program Air Limbah... 5 - 2 5.3.1. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja ... 5 - 2 5.3.2. MCK lengkap dengan Tangki Septik ... 5 - 7 5.3.3. Sasaran Program ... 5 - 8 5.4. Usulan Program ... 5 - 9 5.5. Expenditure Program ... 5 - 9 BAB 6 SEKTOR DRAINASE

6.1. Umum... 1

6.2. Tinjauan Sistim Drainase Kota ... 1

6.2.1. Pengelola Jaringan Drainase ... 1

6.2.2. Kondisi Fisik dan Kapasitas Drainase kota ... 2

6.2.3. Sumber Genangan ... 3

6.2.4. Penyebab Genangan ... 3

6.3. Outline Plan Drainase ... 4

6.3.1. Tujuan Pembuatan Outline Plan Drainase ... 4

6.3.2. Ruang Lingkup Outline Plan... 4

(6)

iv

6.4. Penanganan Masalah ... 5

6.4.1. Parameter Penentuan Skala Prioritas ... 5

6.4.2. Penentuan Skala Prioritas... 10

6.4.3. Alternatif Penanganan Masalah ... 10 BAB 7 SEKTOR PERSAMPAHAN

7.1. Strategi Penanganan... 7 - 1 7.2. Kondisi Eksisting Pelayanan Sampah ... 7 - 1 7.2.1. Penjelasan Umum ... 7 - 1 7.2.2. Sarana dan Prasarana Yang Ada ... 7 - 1 7.2.3. Model Pengelolaan Persampahan Eksisting ... 7 - 3 7.3. Analisis Sasaran-sasaran Program ... 7 - 3 7.3.1. Peningkatan pelayanan persampahan di daerah Permukiman. 7 - 3 7.3.2. Pengelolaan Pembuangan Akhir Sampah (TPA) ... 7 - 8 7.4. Sasaran Program ... 7 - 13 7.5. Kebutuhan Prasarana Persampahan ... 7 - 13 7.6. Program Pengembangan Sistem Persampahan ... 7 - 15 BAB 8 ASPEK SOSIAL EKONOMI

8.1. Pendahuluan ... 8 - 1 8.2. Hasil Survey Sosial Ekonomi ... 8 - 2

8.2.1. Gambaran Tingkatan Kehidupan Penduduk Kabupaten Aceh Utara ... 8 - 2 8.2.2. Rata-rata Kebutuhan Air Bersih ... 8 - 4 8.2.3. Pendapatan Masyarakat ... 8 - 4 8.2.4. Minat Non Pelanggan PDAM ... 8 - 6 8.2.5. Data Pelanggan PDAM ... 8 - 9 8.3. Analisa Sosial dan Ekonomi... 8 - 10 8.3.1. Kelompok Pelanggan Air... 8 - 10 8.3.2. Kelompok Non Pelanggan... 8 - 11

(7)

v BAB 9 KINERJA KEUANGAN

9.1. Pengelolaan Air Bersih... 9 - 1 9.1.1. Pelayanan Air Bersih... 9 - 1 9.1.2. Operasionil ... 9 - 1 9.1.3. Pendapatan dan Biaya ... 9 - 3 9.2. Pengelolaan Persampahan ... 9 - 8 9.3. Pengelolaan Sanitasi... 9 - 12 BAB 10 ASPEK KELEMBAGAAN

10.1. Aspek Kelembagaan ... 10 - 1 10.1.1.Penjelasan Umum... 10 - 1 10.1.2.Kualifikasi Personalia ... 10 - 2 10.1.3.Fungsi dan Sistem Pengawasan... 10 - 2 10.1.4.Perangkat Hukum Kelambagaan ... 10 - 2 10.2. Manajemen Pengelolaan... 10 - 3 10.2.1.Operasional... 10 - 3 10.2.2.Pemeliharaan ... 10 - 3 10.2.3.Distribusi ... 10 - 3 10.2.4.Personalia ... 10 - 3 10.2.5.Pemasaran... 10 - 4 10.2.6.Finansial... 10 - 4 10.2.7.Sumber Biaya Operasi ... 10 - 4 10.3. Partisipasi Swasta dan Masyarakat Umum ... 10 - 5 LAMPIRAN

(8)
(9)

Halaman 1 - 1

1.1. Latar Belakang

Pada tanggal 26 Desember 2004, beberapa wilayah kota / kabupaten di Propinsi NAD mengalami kerusakan berat yang diakibatkan oleh bencana hebat gempa bumi dan tsunami. Kerusakan berat ini terjadi hampir terjadi diseluruh sektor kegiatan perkotaan termasuk sarana dan prasarana perkotaan. Untuk menanggulangi kesulitan masyarakat kota / kabupaten di Propinsi NAD dalam mendapatkan pelayanan dari sarana dan prasarana perkotaan yang hancur, maka Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah serta dibantu berbagai pihak seperti LSM asing maupun LSM lokal mengadakan tindakan untuk merehabilitasi kembali seperti semula. Saat ini tindakan darurat sebagai langkah awal kegiatan rehabilitasi sudah selesai dilaksanakan dan selanjutnya akan memasuki tahapan rekonstruksi dan pengembangan, yang pelaksanaannya dibawah kordinasi Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi / BRR Aceh Nias.

Bappenas telah menerbitkan cetak biru proses pembangunan kembali Propinsi NAD pasca gempa dan tsunami, namun demikian perkembangan implementasi nya memerlukan beberapa penyesuaian kembali sesuai perkembangan jaman agar dapat memenuhi kebutuhan yang sesungguhnya dari masyarakat untuk 20 tahun kedepan atau sampai tahun 2026. Untuk masing masing kota / kabupaten yang rusak akibat gempa secara langsung atau tidak langsung perlu dilakukan pekerjaan pengembangan “Outline plan & DED” dari prasarana dan sarana perkotaan dan untuk tahap pertama dilakukan pekerjaan “outline plan” sampai tahun 2026 untuk sektor air minum, air limbah, persampahan dan drainase kemudian dilakukan pekerjaan “detailed engineering design” sampai tahun 2010. Didalam “outline plan” sampai tahun 2026 diharapkan dapat menggambarkan pengembangan kebutuhan prasarana dan sarana sektor air minum, air limbah, persampahan dan drainase, terutama lokasi sumber air potensial untuk penyediaan air minum, lokasi tempat pembuangan akhir sampah yang aman

PENDAHULUAN

1

(10)

Halaman 1 - 2 disertai parameter parameter pendukungnya. Pilihan pilihan yang diambil harus sesuai dengan kaidah teknis, ekonomis, sosial dan aman secara lingkungan dan dikordinasikan dengan PDAM setempat untuk pengembangan sistem penyediaan air minum, Dinas Kebersihan dan Dinas Pekerjaan Umum untuk pengembangan sistem pelayanan sampah perkotaan dan air limbah. Setelah mendapatkan masukan masukan dari Dinas terkait maka konsultan harus berkordinasi dengan Bappeda setempat untuk menyelaraskan dengan RUTR Kota / Kabupaten yang ada sehingga sesuai dengan Master Plan kota / kabupaten yang ada.

Penyiapan “outline plan” ini akan didasarkan kepada tata guna lahan yang ada serta Rencana Tata Ruang Kota / Kabupaten yang telah direvisi pasca gempa dan tsunami yang diperkirakan telah ada di Bappeda Propinsi NAD. Ketersediaan prasarana air minum, sanitasi dan persampahan untuk beberapa kota / kabupaten di Propinsi NAD ini diproyeksikan untuk mampu memenuhi kebutuhan domestik dan non domestik untuk jangka waktu 20 tahun kedepan.

Konfigurasi awal dari outline plan ini untuk komponen air minum sebenarnya sudah dilakukan PDAM setempat melalui “Corporate Plan PDAM” tetapi setelah terjadinya gempa bumi diharapkan dapat ditinjau kembali secara teknis dan ekonomis sehingga tetap layak untuk dilanjutkan. Tahapan selanjutnya dari penyiapan outline plan ini adalah pembuatan DED untuk 5 tahun kedepan, sehingga diharapkan implementasi selama 5 tahun kedepan dapat berkelanjutan sesuai perkembangan kota yang ada.

1.2. Maksud dan Tujuan

Penyusunan outline plan & DED ini dimaksudkan untuk menyusun program program penanganan permasalahan komponen air minum, air limbah, drainase dan persampahan pasca gempa bumi dan tsunami di kota / kabupaten bagian Timur dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Program penanganan 4 komponen tersebut meliputi pemenuhan kebutuhan penduduk hingga tahun 2026 untuk outline plan dan sampai tahun 2010 untuk detail engineering design.

(11)

Halaman 1 - 3 Tujuan dilakukan studi ini adalah:

• Mengevaluasi kinerja eksisting sistem penyediaan air minum, air limbah dan persampahan termasuk kondisi teknis dan operasional.

• Mengidentifikasi berbagai permasalahan dan kendala untuk ke 4 komponen tersebut terutama, lokasi dan sumber air potensial yang tersedia, daerah genangan, lokasi tempat pembuangan akhir sampah.

• Melakukan evaluasi dan analisa tata guna lahan dan rencana pembangunan perkotaan yang ada dalam RTRW Kota / Kabupaten pasca gempa dan tsunami.

• Menganalisa kebutuhan air minum untuk kegiatan domestik dan non domestik sampai tahun 2026 berdasarkan pola konsumsi yang ada di masing masing kota serta melakukan survey air baku potensial untuk memastikan ketersediaan air baku yang memenuhi sarat teknis, higinis dan ekonomis serta konservasi lingkungan dari DAS yang ada sampai tahun 2026.

• Menganalisa kondisi prasarana dan sarana sanitasi yang ada, seperti tingkat pelayanan, sistem yang ada, IPLT yang ada, dan kemungkinan untuk melakukan pelayanan sistem terpusat dengan penyaluran air limbah perpipaan disertai bangunan pengolahannya, juga sampai tahun 2026.

• Mengidentifikasi sistem pengolahan air limbah yang tepat guna sesuai kebutuhan sampai tahun 2026, sehingga penduduk kota dapat meng implementasikan dan menerima karena cukup aman dan ekonomis.

• Menyusun program rehabilitasi dan konstruksi sistem air minum, air limbah dan persampahan pasca gempa untuk jangka pendek dan panjang.

• Menyusun DED untuk komponen air minum, sanitasi dan persampahan sampai tahun 2010 berdasarkan hasil outline plan yang ada, dan penetapannya berdasarkan tim teknis dari BRR dan Dinas Pekerjaan Umum dan PDAM masing masing Kabupaten Kota.

Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, proses rehabilitasi dan rekontruksi di pantai Timur Propinsi NAD dapat ditangani secara bertahap, sistematis, benar secara teoritis dan efektif.

(12)

Halaman 1 - 4

1.3. Lokasi Proyek

Penyusunan outline plan dan DED komponen air minum, air limbah, drainase dan persampahan ini meliputi beberapa kota / kabupaten, yaitu :

• Kota Sigli, di Kab. Pidie dan 3 IKK kota pusat pertumbuhan lain nya • Kota Bireun, di Kab. Bireun dan 3 IKK kota pusat pertumbuhan lainnya • Kota Lhokseumawe

• Kota Lhok Sukon, di Kab. Aceh Utara dan 3 IKK kota pusat pertumbuhan lainnya.

• Kota Idie Rayeuk, di kab. Aceh Timur dan 2 IKK kota pusat pertumbuhan lainnya.

• Kota Langsa

• Kota Kuala Simpang, di Kab. Aceh Tamiang dan 2 IKK kota pusat pertumbuhan lainnya.

• Kota Simpang Tiga, di Kab. Bener Meriah dan 2 kota IKK pusat pertumbuhan lainnya.

• Kota Takengon, di Kab. Aceh Tengah dan 2 kota IKK pusat pertumbuhan lainnya.

• Kota Jantho, di Kabupaten Aceh Besar untuk DED air minum dan drainase tahun 2006.

1.4. Ruang Lingkup Pekerjaan

Batasan kegiatan studi yang harus dilaksanakan sesuai dengan sasaran yang dapat ditetapkan adalah sebagai berikut :

a. Komponen Air Minum : Outline Plan 2007 - 2026

• Mengevaluasi dan mencari sumber air baku potensial yang memenuhi persaratan teknis, kesehatan dan ekonomis, termasuk kondisi hidrologis, topografis, geohidrologis dan kondisi situasi daerah aliran sungai termasuk kondisi tata guna lahan disekitar DAS.

• Mengevaluasi kinerja eksisting dari sistem pelayanan air minum yang ada, mulai dari intake, pipa transmisi, instalasi penjernihan, reservoir, jaringan perpipaan, sambungan rumah domestik dan non domestik, kebocoran yang terjadi selama air dalam pipa transmisi.

(13)

Halaman 1 - 5 • Melakukan review dari studi studi yang sudah ada, seperti dokumen

Rencana Umum Tata Ruang Kota / Kabupaten, Corporate Plan di PDAM, Master Plan, dan studi studi lain.

• Menganalisa dan evaluasi kebutuhan air minum kota sampai tahun 2026 berdasarkan penyebaran dan populasi penduduk.

• Estimasi kebutuhan dana / anggaran pengembangan sistem pelayanan air minum sampai tahun 2026.

• Membuat rencana investasi berdasarkan prioritas pekerjaan dan sumber dana.

• Mengembangkan sistem kemitraan dengan masyarakat dimulai dari perencanaan sesuai tahapan operasional.

• Mengevaluasi kebutuhan sumber daya alam, seperti rasio personil, kualifikasi, dan program pelatihan.

• Penetapan sumber air baku potensial yang mampu menyediakan air baku yang sesuai persyaratan dan aman.

• Penetapan lokasi dan jenis instalasi penjernihan air minum. • Penetapan jalur pipa transmisi dan distribusi serta reservoir. b. Komponen air minum ; DED 2007 - 2011.

• Kriteria dan parameter disain.

• DED dari sistem penyediaan air minum terpilih yang terdiri dari ; intake, instalasi penjernihan air minum, reservoir, rumah pompa, rumah jaga, kantor, jaringan perpipaan transmisi dan distribusi, jembatan pipa, standard sambungan rumah, trust block, penyeberangan pipa.

• Desain note dari perhitungan struktur.

• Pengukuran topografi, sondir dan data tanah lain. • Rencana anggaran biaya per tahun.

• Dokumen tender dan spesifikasi teknis. c. Komponen sanitasi ; Outline Plan 2007 - 2026

• Menganalisa dan evaluasi sistem yang ada, terutama di lokasi lokasi yang rusak oleh gempa dan tsunami.

(14)

Halaman 1 - 6 • Analisa besarnya buangan air limbah di perkotaan yang masuk disaluran drainase sebagai grey water dan yang masuk ke septic tank sebagai dasar perhitungan untuk sistem pengaliran air limbah terpusat bila diperlukan. • Membuat alternatif pelayanan air limbah on site atau off site pada wilayah

pelayanan dengan mempertimbangkan segi operasional dan pemeliharaan jangka panjang.

• Penetapan lokasi instalasi pengolahan air limbah atau instalasi pengolahan Lumpur tinja.

d. Komponen Sanitasi ; DED 2007 - 2011. • Kriteria dan parameter disain.

• DED dari sistem penyediaan air limbah terpilih yang terdiri dari ; standard inlet, perpipaan tersier, sekunder, primer, bangunan pengumpul, rumah pompa, instalasi pengolahan air limbah, instalasi pengolahan tinjar, standard septic tank, standard cubluk, rumah jaga, kantor, MCK komunal.

• Disain note dari perhitungan struktur.

• Pengukuran topografi, sondir dan data tanah lain. • Rencana anggaran biaya per tahun.

• Dokumen tender dan spesifikasi teknis. e. Komponen Drainase, outline plan 2007 - 2026.

• Menganalisis sistem Drainase eksisting berupa dimensi saluran drainase, tingkat kerusakan dan saluran drainase yang tersumbat akibat Tsunami baik untuk saluran primer maupun sekunder.

• Analisis curah hujan dan menetapkan besarnya daerah tangkapan air hujan, run off area dan menetapkan dimensi saluran drainase untuk periode ulang 10 tahun.

• Penetapan saluran primer dan sekunder dengan mempertimbangkan integrasi dengan perencanaan saluran air limbah.

• Saluran drainase primer dan sekunder terpilih mempertimbangkan kedalaman saluran induk penerima limpasan air hujan.

• Analisa institusi dan struktur organisasi pelaksana operasional dan perawatan saluran drainase.

(15)

Halaman 1 - 7 f. Komponen drainase, DED 2007 - 2011.

• Kriteria dan parameter disain.

• Peta pembagian blok daerah tangkapan air sesuai topografi, dan peta wilayah genangan, termasuk luas, durasi per tahun, kedalaman, tata guna lahan dan kondisi tanah.

• DED dari sistem drainase terpilih yang terdiri dari ; standard street inlet, saluran tersier, sekunder, primer dari berbagai tipe konstruksi, polder, klep untuk mencegah pasang surut air laut jika diperlukan, pintu air, box culvert dari berbagai tipe.

• Disain note dari perhitungan struktur.

• Pengukuran topografi, sondir dan data tanah lain. • Rencana anggaran biaya per tahun.

• Dokumen tender dan spesifikasi teknis.

g. Komponen persampahan ; Outline Plan 2007 - 2026

• Menganalisa dan evaluasi sistem persampahan yang ada, terutama di lokasi lokasi yang rusak oleh gempa dan tsunami.

• Identifikasi permasalahan dan kebutuhan sub sektor persampahan seperti kondisi pewadahan yang ada, pengangkutan dari rumah ke TPS dan dari TPS ke TPA, jumlah armada pengangkut sampah termasuk jenis dan tahun pembuatan, volume sampah yang bisa diangkut, tipe truk arm roll / dump truk, lokasi / kondisi / tipe TPS dan TPA yang ada.

• Menganalisa dan mengevaluasi timbulan sampah sesuai kondisi tata guna lahan dan demografi yang ada serta memproyeksikan timbulan sampah per blok pelayanan sampai tahun 2026.

• Menyiapkan alternatif penyelesaian masalah mulai dari pewadahan, pengangkutan ke TPS, TPS, pengangkutan ke TPA dan sampai pembuangan akhir.

• Menyiapkan alternatif sistem pengangkutan sampah dan alternatif beberapa lokasi TPA yang aman secara teknis dan sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada.

• Menyusun UKL dan UPL dari alternatif terpilih TPA.

(16)

Halaman 1 - 8 h. Komponen persampahan ; DED 2007 - 2011.

• Kriteria dan parameter disain.

• Peta pembagian blok pelayanan berdasarkan tata guna lahan dan kondisi transportasi / jalan yang sesuai disertai arah pengangkutan dari TPS yang dapat berupa container atau transfer depo ke TPA dan dilengkapi dengan jumlah armada yang dibutuhkan, lokasi TPS, ritasi dan lokasi garasi dari truk sampah.

• Menyusun SOP untuk pengangkutan sampah (alat berat, dump truk / arm roll truk, container, TPS, transfer depo dan TPA) serta penanganan 3R (recycling, reduce, reuse) dan pengolahan lindi.

• DED dari sistem pengelolaan sampah terpilih yang terdiri dari ; standard TPA sesuai kondisi lapangan, pengolahan lindi, bangunan pelengkap seperti rumah jaga, rumah pompa, garasi alat berat, saluran drainase, jalan masuk, pagar pengaman.

• Disain note dari perhitungan struktur.

• Pengukuran topografi, sondir dan data tanah lain. • Rencana anggaran biaya per tahun.

• Dokumen tender dan spesifikasi teknis 1.5. Pelaporan

Laporan pekerjaan outline plan ini dibagi menjadi 9 bagian yaitu : a. Pendahuluan

Berisikan tentang interpretasi dan apresiasi didalam penanganan pekerjaan outline plan ini, lokasi proyek, jenis pekerjaan yang dilakukan yang disertai dengan sajian data data yang ada, tingkat pelayanan, permasalahan yang ada, rencana pengembangan, dan ringkasan dari laporan.

b. Millenium Development Goals

KTT Pembangunan Berkelanjutan yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan pada tanggal 26 Agustus hingga 4 September 2002 dihadiri lebih dari 130 kepala negara, lembaga PBB, lembaga finansial multilateral, swasta, bisnis, organisasi non-pemerintah, kelompok media massa dan kelompok lainnya. Pertemuan itu berhasil menyelesaikan agenda berbagai isu besar

(17)

Halaman 1 - 9 yang meliputi 5 sektor prioritas, yaitu air minum dan sanitasi, kesehatan dan energi, keanekaragaman hayati, dan pertanian. Semua negara sepakat untuk menyediakan air bersih dan sanitasi, terutama untuk negara berkembang dan terbelakang seperti benua Afrika pada tahun 2015. Bagi Indonesia kesepakatan tersebut menelurkan angka persentase penduduk yang harus memperoleh kemudahan pelayanan penyediaan air bersih/minum pada tahun 2015 sebesar + 80%, sedangkan sekarang berdasarkan catatan yang ada cakupan pelayanan air bersih perpipaan untuk seluruh penduduk Indonesia baru mencapai 22%

c. Skenario pengembangan Kabupaten/Kota

Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, PDRB yang menggambarkan kemampuan kota untuk membiayai sendiri perkembangannya serta profil kota dimana kemampuan APBD dalam berpartisipasi dalam membangun kota. Pengembangan sektoral harus selalu berpedoman kepada RTRK sehingga semua perkembangan kebutuhan infrastruktur sejalan dengan dinamika pertumbuhan kota.

d. Pengembangan sektor air minum

Bagian ini menjelaskan kondisi eksisting dari sektor air minum, seperti kondisi air tanah, sumber air baku yang dipergunakan, kualitas, kontinyuitas dan kapasitas sumber air baku, kondisi, kapasitas dan lokasi instalasi pengolahan, wilayah pelayanan termasuk jumlah sambungan rumah yang ada dan jaringan perpipaan yang ada, tingkat kehilangan air serta kondisi institusi dan keuangan PDAM. Setelah kondisi eksisting dianalisa maka dilakukan rencana pengembangan sampai tahun 2026, yang mencakup pengembangan sumber air baku potensial, tahapan pembangunan instalasi penjernihan air minum, pengembangan jaringan pipa distribusi dan penambahan sambungan rumah serta pengembangan institusi dan keuangan termasuk perkiraan kenaikan tarip air minum.

e. Pengembangan sektor sanitasi / air limbah

Bagian ini menjelaskan kondisi eksisting dari sektor air limbah / sanitasi, seperti kondisi muka air tanah, dan kualitas air tanah, porositas dan jenis tanah, jenis

(18)

Halaman 1 - 10 teknologi sanitasi yang ada seperti cubluk, MCK, septic tank, truk tinja dan iplt. Sumber air baku, kondisi, kapasitas dan lokasi instalasi pengolahan, wilayah pelayanan perkotaan (septic tank, truk tinja dan iplt) dan wilayah pelayanan pedesaan / rural (cubluk dan septic tank) serta kondisi institusi dan keuangan instansi pengelola sanitasi (Dinas Kebersihan atau Dinas Permukiman Wilayah). Setelah kondisi eksisting dianalisa maka dilakukan rencana pengembangan sampai tahun 2026, yang mencakup pengembangan teknologi pelayanan sanitasi, tahapan pembangunan instalasi pengolahan lumpur tinja serta pengembangan institusi dan keuangan termasuk perkiraan tarip air pengambilan lumpur tinja dan pengolahan lumpur tinja.

f. Pengembangan sektor persampahan

Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk,

g. Pengembangan sektor drainase

Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, PDRB yang di dapat

h. Pengembangan institusi dan kelembagaan

Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, PDRB yang di dapat

i. Pengembangan sektor keuangan

Bagian ini menjelaskan profil rencana pengembangan kota sesuai perkembangan penduduk, arah pengembangan kota, proyeksi penduduk, PDRB yang di dapat

j. Kebutuhan dana pengembangan

Kebutuhan dana pengembangan sektor air minum

• Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th 2011. • Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th 2016. • Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th 2021. • Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th 2026.

(19)

Halaman 1 - 11 Kebutuhan dana pengembangan sektor air limbah / sanitasi

• Kebutuhan pengembangan sektor air limbah / sanitasi sd. Th 2011. • Kebutuhan pengembangan sektor air limbah / sanitasi sd. Th 2016. • Kebutuhan pengembangan sektor air limbah / sanitasi sd. Th 2021. • Kebutuhan pengembangan sektor air limbah / sanitasi sd. Th 2026. Kebutuhan dana pengembangan sektor persampahan

• Kebutuhan pengembangan sektor persampahan sd. Th 2011. • Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th 2016. • Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th 2021. • Kebutuhan pengembangan sektor air minum sd. Th 2026. Kebutuhan dana pengembangan sektor drainase

• Kebutuhan pengembangan sektor drainase sd. Th 2011. • Kebutuhan pengembangan sektor drainase sd. Th 2016. • Kebutuhan pengembangan sektor drainase sd. Th 2021. • Kebutuhan pengembangan sektor drainase sd. Th 2026.

(20)
(21)

Halaman 2 - 1

2.1. Millineum Development Goals

Pada September 2000, di The United Nations Millennium Summit, para pemimpin dunia menyepakati untuk menetapkan waktu dan parameter dan target untuk mengurangi kemiskinan, kelaparan, penyakit menular, penurunan kualitas lingkungan dan menghilangkan diskriminasi perempuan, dan menempatkannya sebagai jantung dari agenda global yang sekarang dikenal dengan The Millinnium Development Goals (MDGs). Di dalam konferensi international tentang pembiayaan pembangunan di Meksiko, pemimpin dari negara maju dan negara berkembang mulai mencapai titik temu tentang kesepakatan ini dalam bentuk sumber daya dan aksi, ditandai dengan perjanjian untuk melanjukan reformasi di bidang politik dan ekonomi oleh negara-negara berkembang dan akan dipadukan dengan dukungan dari negara maju dalam bentuk bantuan, perdagangan, pinjaman dan investasi.

Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan meminta kepada Administrator Program Pembangunan PBB, Mark Malloc Brown, sebagai kepala dari UNDG, untuk mengkoordinasikan kampanye MDGs dan kegiatan monitoring di tingkat negara. 2.2. Sasaran

KTT Pembangunan Berkelanjutan yang berlangsung di Johannesburg, Afrika Selatan pada tanggal 26 Agustus hingga 4 September 2002 dihadiri lebih dari 130 kepala negara, lembaga PBB, lembaga finansial multilateral, swasta, bisnis, organisasi non-pemerintah, kelompok media massa dan kelompok lainnya. Pertemuan itu berhasil menyelesaikan agenda berbagai isu besar yang meliputi 5 sektor prioritas, yaitu air dan sanitasi, kesehatan dan energi, keanekaragaman hayati, dan pertanian. Semua negara sepakat untuk menyediakan air bersih dan sanitasi, terutama untuk negara berkembang dan terbelakang seperti benua Afrika pada tahun 2015. Amerika dan Uni Eropa bersedia memperkenalkan proyek air

MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS

(22)

Halaman 2 - 2 minum untuk kehidupan bagi kawasan Afrika dan Asia Tengah. Lima agenda besar yang disepakati dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Indonesia sebagai salah satu negara yang berperan aktif dalam mempersiapkan KTT Johannesburg tersebut, yang ditandai dengan penyelenggaraan PrepCom IV di Bali, perlu menunjukan perhatian terhadap berbagai agenda yang telah dicapai. Khusus mengenai agenda air minum, bagi Indonesia kesepakatan tersebut menelurkan angka persentase penduduk yang harus memperoleh kemudahan pelayanan penyediaan air bersih/minum pada tahun 2015 sebesar + 80%, sedangkan sekarang berdasarkan catatan yang ada cakupan pelayanan air bersih perpipaan untuk seluruh penduduk Indonesia baru mencapai 22%

Tabel 2.1. Komitmen KTT Bumi 2002

SEKTOR KOMITMEN

Air dan Sanitasi Meningkatkan kualitas pada sanitasi dan akses air bersih, sd. 2015 Energi Meningkatkan pemakaian air bersih, terbarukan dan efisien.

Menaikkan akses energi 35% penduduk Afrika Pertanian Konvensi anti desertifikasi di Afrika

Pengembangan program keamanan pangan Afrika, 2005

Keanekaragaman Hayati

Mengurangi kehilangan keanekaragaman hayati hingga 2010 Menjaga cadangan perikanan dunia dengan tenggat 2015 Membentuk jaringan perlindungan kawasan laut tahun 2015

Program dunia untuk perlindungan lingkungan kelautan dari pencemaran di daratan, tahun 2004

2020 menghapus produksi bahan kimia yang merugikan manusia Kesehatan Mengurangi polusi udara

Meniadakan bahan perusak ozon, tahun 2010

Penyusunan outline plan & DED ini dimaksudkan untuk menyusun program program penanganan permasalahan komponen air minum, air limbah, drainase dan persampahan paska gempa bumi dan tsunami di kota / kabupaten bagian Timur bertahap, sistematis, benar secara teoritis dan efektif.

2.3. Tujuan/Goals yang Disepakati

Dengan Millennium Development Goals, pada tahun 2015 semua negara anggota PBB akan:

a. MEMBERANTAS KEMISKINAN DAN KELAPARAN

• Mengurangi hingga separo proporsi penduduk yang hidup dengan biaya kurang dari US$ 1 per hari.

(23)

Halaman 2 - 3 • Mengurangi hingga separo proporsi penduduk yang menderita kelaparan. b. MENCAPAI PENDIDIKAN DASAR SECARA UNIVERSAL

• Memastikan bahwa semua anak, baik laki-laki maupun perempuan, menamatkan pendidikan dasar.

c. MENINGKATKAN KESETARAAN GENDER DAN MEMBERDAYAKAN PEREMPUAN

• Menghapuskan disparitas gender dalam pendidikan dasar dan lanjut pada 2005, dan dalam semua tingkat pendidikan pada 2015.

d. MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN ANAK BALITA

• Menurunkan hingga dua pertiga tingkat kematian pada anak balita. e. MEMPERBAIKI KESEHATAN IBU BERSALIN

• Menurunkan hingga tiga perempat angka kematian pada ibu bersalin. f. MEMERANGI HIV/AIDS, MALARIA DAN PENYAKIT LAINNYA

• Mencegah dan mulai menekan tingkat penyebaran HIV/AIDS.

• Mencegah dan mulai menekan angka insidensi malaria dan penyakit-penyakit utama lainnya.

g. MENJAMIN KEBERLANJUTAN LINGKUNGAN

• Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dalam kebijakan dan program negara, memulihkan sumber daya lingkungan yg telah hilang.

• Mengurangi hingga separo penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar.

• Mencapai perbaikan yang signifikan kehidupan dari sedikitnya 100 juta masyarakat penghuni daerah kumuh pada 2020.

h. MEMBANGUNAN KERJA SAMA GLOBAL UNTUK PEMBANGUNAN

• Mengembangkan sistem perdagangan dan finansial yang terbuka berbasis peraturan, dapat diprediksi dan non-diskriminasi. Termasuk suatu komitmen terhadap good governance, pemberantasan kemiskinan dan kelaparan, secara nasional dan internasional.

(24)

Halaman 2 - 4 • Memahami kebutuhan negara-negara yang paling tertinggal. Hal ini termasuk akses pembebasan tarif dan kuota ekspor mereka; mengurangi beban masyarakat negara-negara miskin; pembatalan utang bilateral resmi; dan pemberian bantuan asistensi pembangunan yang lebih banyak untuk negara-negara miskin yang berkomitmen memberantasa kemiskinan.

• Memahami kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara terpencil dan kepulauan.

• Terlibat secara menyeluruh dengan persoalan-persoalan utang negara-negara berkembang menggunakan ukuran-ukuran nasional dan internasional untuk menjadikan utang jangka panjang.

• Bersama negara-negara maju mengembangkan kegianan yang positif dan produktif bagi generasi muda.

• Bersama perusahaan-perusahaan farmasi, menyediakan akses terhadap obat esensial yang terjangkau di negara-negara sedang berkembang.

• Bekerjasama dengan sektor swasta menyediakan manfaat teknologi baru, khususnya teknologi informasi dan komunikasi.

2.4. Keterkaitan Air Minum, Sanitasi dan MDG

Memperbaiki akses penyediaan air minum dan sanitasi dan memperbaiki pengelolaan sumber daya air merupakan langkah kunci dalam menghadapi tantangan dan pencapaian sasaran MDG yang lain. Keterkaitan air dengan sasaran-sasaran MDG ditampilkan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2.

Keterkaitan Antara Air dan Sasaran MDG yang lain Pengembangan

Sasaran

Terkait dengan air minum dan sanitasi Pengurangan

kemiskinan dan kelaparan

Pengelolaan sumber daya air yang buruk, air minum yang tidak aman bagi kesehatan dan keterbatasan sanitasi merupakan kunci

keterkaitan keamanan siklus makanan, keterbelakangan, penyakit, kekurangan gizi dan kemiskinan. Budi daya pertanian yang terpadu menyediakan sebagian besar makanan bagi dunia, dan irigasi menggunakan lebih dari 70% penggunaan air dunia.

Pendidikan dasar Penyakit diare dan parasit mengurangi kehadiran anak di sekolah. Anak perempuan biasanya tidak masuk sekolah kecuali ada kakus khusus untuk wanita. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan air sering menghambat anak-anak untuk hadir di sekolah, khususnya anak perempuan, karena mendapatkan air sering menjadi tugasnya. Guru tidak dapat hidup di area tanpa air dan sanitasi yang memadai. Promosi kesetaraan

gender

Perempuan menghadapi risiko buruknya kesehatan dan kurangnya sanitasi atau sarana mandi, karena ketidaktersediaan air.

(25)

Halaman 2 - 5

dengan tanggung jawabnya, dan pembagian yang lebih seimbang pada pekerja perempuan akan membantu perbaikan status perempuan.

Mengurangi kematian anak.

Diare menyebabkan kematian 2 (dua) juta anak-anak per tahun. Perbaikan kesehatan

persalinan

Kehamilan yang sehat dan perbaikan higienis para pekerja perempuan, memperbaiki risiko terhadap penyakit persalinan, kebiasaan cuci tangan merupakan kebiasaan yang efektif untuk mengurangi penularan penyakit.

Memerangi penyakit (HIV/AIDS, malaria dan lainnya)

Beban penyakit secara global; 23 % karena buruknya kesehatan lingkungan, 75% di antaranya adalah diare. Perawatan terhadap pengidap HIV lebih efektif apabila tersedia air dan makanan. Ibu yang tertular HIV membutuhkan air untuk menyiapkan makanan.

Pengelolaan air yang baik mengurangi peluang tempat nyamuk malaria bertelur. Air yang aman dan higienis penting untuk mengurangi parasit termasuk penyakit trakhoma dan kaki gajah. Keberlanjutan

lingkungan

Pengelolaan sumber daya air yang baik merupakan kunci untuk keberlanjutan lingkungan. Sumber daya air terancam oleh kerusakan lingkungan. Perbaikan kesehatan masyarakat dapat memperbaiki degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh urbanisasi.

Kemitraan global untuk pembangunan

Kemitraan pemerintah, swasta dan masyarakat dapat meningkatkan pelayanan air minum dan sanitasi kepada masyarakat miskin.

Sumber : DFID, Maret 2004

Walaupun dampak terburuk kekurangan air dan sanitasi menimpa masyarakat miskin, namun ternyata perhatian terhadap permasalahan ini masih sangat kurang. Sementara di wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara sasaran pecapaian akses kemungkinan besar bisa dicapai, tantangan besar masih pada sub-wilayah tertentu. Pada perkembangan kemajuan saat ini, di Afrika Sub-Sahara, target pencapaian baru bisa dilampaui pada tahun 2050. Terdapat kendala kekurangan informasi, namun berdasarkan data yang ada, 44 negara sudah pada arah yang

benar, dan akan bisa mencapai target yang ditentukan.1

2.5. Defenisi Air Minum Sehat Menurut MDG

Proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap sumber air yang baik, perkotaan dan perdesaan, adalah persentase penduduk yang menggunakan jenis-jenis sumber air minum berikut ini: air ledeng, hidran umum, sumur bor atau pompa, sumur terlindung, mata air terlindung, dan air hujan. Sumber air minum yang baik tidak termasuk air pedagang keliling (water vendor), air kemasan, air dari tangki, sumur tak terlindung, dan mata air tak terlindung.

1

(26)

Halaman 2 - 6

Tabel 2.3.

Kategori jenis-jenis sumber air menurut MDG

Kategori baik Kategori tidak baik

1. Air ledeng 1. Air dari pedagang keliling 2. Hidran umum 2. Air kemasan

3. Sumur bor / sumur pompa 3. Air dari truk tangki 4. Sumur terlindung 4. Sumur tak terlindung 5. Mata air terlindung 5. Mata air tak terlindung 6. Air hujan

Sumber : United Nation Development Group (2003)

Alasan penggunaan indikator teknologi sumber air adalah sumber air yang baik biasanya akan menghasilkan air yang sehat. Sedangkan air kemasan tidak dimasukkan dalam kriteria yang memenuhi syarat bukan karena kualitasnya tidak memenuhi syarat, melainkan karena tidak memenuhi definisi akses.

Data sumber-sumber air minum di Indonesia paling rinci didapat dari Statistik Kesejahteraan Rakyat (SKR) sebagai hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan oleh Biro Pusat Statistik. Dari rincian data yang tersedia pada SKR, kategori jenis-jenis sumber air sesuai kategori MDG adalah:

Tabel 2.4.

Kategori MDG Jenis-jenis Sumber Air Menurut BPS

Kategori baik Kategori tidak baik

1. Air ledeng 1. Air kemasan

2. Sumur bor/pompa 2. Sumur tak terlindung 3. Sumur terlindung 3. Mata air tak terlindung 4. Mata air terlindung 4. Sungai

5. Air hujan 5. Lainnya (danau/waduk)

Meskipun tidak persis sama dengan kategorisasi MDG, kategori tersebut di atas cukup memenuhi kriteria, dan akan digunakan dalam penghitungan target dan pencapaian akses air minum sehat di Indonesia.

(27)
(28)

Halaman 3 - 1

Gambar 1

3.1. Umum

Status administrasi Kabupaten Aceh Utara yang merupakan pemerintah Kabupaten terdiri dari 20 kecamatan dengan ibukota Lhok Sukon. Luas wilayah kabupaten Aceh Utara sekitar 329.686 Ha.

Secara geografis Kabupaten Aceh Utara terletak pada posisi 4046’- 5040’ Lintang

Utara dan 96052’ -97031’ Bujur Timur.

Batas Geografis wilayah Kabupaten Aceh Utara adalah sbb: • Sebelah Utara dengan Selat Melaka dan Kota Lhokseumawe • Sebelah Timur dengan Kota Langsa dan Kabupaten Aceh Timur • Sebelah Barat dengan kabupaten Bireuen

• Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Tengah

Tabel 3.1

Luas Kecamatan di Kabupaten Aceh Utara

Jumlah Kelurahan No Kecamatan Ibu Kota

Kecamatan

Luas

Wilayah (Ha) Desa Kelurahan Total

1 Sawang Sawang 38.465 39 - 39

2 Nisam Keude Amplah 24.147 44 - 44

3 Kuta Makmur Buloh Blang Ara 15.132 38 1 39

4 Simpang Kramat Keude Simpang Empat 7.978 16 - 16

5 Syamtalira Bayu Bayu 34.681 47 2 49

6 Meurah Mulia Jungka Gajah 20.257 49 1 50

7 Matang Kuli Matang Kuli 12.464 71 1 72

8 Paya Bakong Keude Paya Bakong 41.832 39 - 39

9 Tanah Luas Blang Jruen 3.064 56 1 57

10 Nibong Keude Nibong 4.491 20 - 20

11 Samudera Geudong 4.328 39 1 40

12 Syamtalira Aron Simpang Muling 2.831 30 4 34

13 Tanah Pasir Jrat Manyang 3.965 27 2 29

14 Lhoksukon Lhoksukon 24.300 71 4 75

15 Baktiya Alue Ie Puteh 15.867 55 2 57

16 Baktiya Barat Kuede Sampoiniet 8.308 25 1 26

17 Tanah Jambo Aye Panton Labu 16.298 42 5 47

18 Langkahan Langkahan 15.052 23 - 23

19 Seunodon Seunuddon 10.063 31 1 32

20 Coet Girek Coet Girek 18.900 23 1 24

21 Muara batu Keude Mane 3.334 22 2 24

22 Dewantara Krueng Geukeh 3.947 8 7 15

Jumlah 329.686 816 36 852

Sumber : Kabupaten Aceh Utara Dalam Angka tahun 2004

TIPOLOGI ACEH UTARA

BAB

(29)

Halaman 3 - 2

Gamba

r 3.2.

Peta Administrasi Kab

upat

en Aceh

(30)

Halaman 3 - 3 3.2. Kondisi Fisik dan Lingkungan

3.2.1. Tata Guna Lahan

Luas daratan Kabupaten Aceh Utara adalah seluas 329.686 Ha dan pada tahun 2002 luas kawasan terbangun adalah sekitar 38,2,0 % dari total luas Kabupaten Aceh Utara. Komposisi utama guna lahan di Kabupaten Aceh Utara adalah perumahan sebesar 29,04 % dan ruang terbuka hijau sebesar 19,53 %. Sedangkan sisanya adalah persawahan 14,03 %, gedung perkantoran 0,89 %, hutan 2,33 %, dan lain sebagainya sebesar 34,18 %.

Tabel 3.2

Pengggunaan Lahan di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2002

Jenis Penggunaan Lahan No Kecamatan

Perumhan Gedung

Pkantoran RTH Persawah Hutan Lainnya

1 Sawang 4.472 72 4.567 2.348 7 13,224 2 Nisam 8.578 347 4.289 2.773 1.592 6,683 3 Kuta Makmur 9.928 41 2.804 1.484 30 1,735 4 Simpang Kramat 5.223 23 1.339 547 0 452 5 Syamtalira Bayu 18.014 115 3.463 1.676 120 4,643 6 Meurah Mulia 4.008 41 1.404 2.114 1.186 11,516 7 Matang Kuli 5.596 344 2.697 1.997 372 1,418 8 Paya Bakong 3.151 150 1.916 1.123 249 752 9 Tanah Luas 3.375 5 38 2.080 1.704 4,229 10 Nibong 1.370 106 119 905 581 1,410 11 Samudera 1.738 2 984 1.395 25 184 12 Syamtalira Aron 684 107 313 1.298 61 311 13 Tanah Pasir 0 816 1.619 1.337 0 181 14 Lhoksukon 5.132 153 4.834 6.085 155 1,402 15 Baktiya 1.382 64 6.626 4.585 14 2,469 16 Baktiya Barat 606 22 4.660 2.051 0 230

17 Tanah Jambo Aye 2.747 52 5.305 3.871 53 2,530

18 Langkahan 4.373 9 5.869 2.215 1.522 821 19 Seunodon 402 0 5.707 3488 0 527 20 Coet Girek 13.378 154 1.783 1.041 1 2,509 21 Muara batu 1.049 253 763 449 1 667 22 Dewantara 528 57 3.302 1.397 0 182 Jumlah 95.734 2.933 64.401 46.259 7.673 112.686

Sumber : Data Podes 2003

3.2.2. Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmidt Fergusson (1952) Kabupaten Aceh Utara mempunyai type iklim A dan B seperti daerah trofis lainnya, iklim sangat dipengaruhi oleh angin yang senantiasa bertukar setiao tahunnya, sehingga terdapat dua musim yang berbeda yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim Hujan terjadi dari bulan September sampai dengan bulan Februari, sedangkan musim kemarau mulai bulan Maret sampai dengan bulan Agustus. Hujan rata-rata

(31)

Halaman 3 - 4 tiap tahunnya diantara 1.500 sampai 3.000 mm, sedangkan suhu udara pada musim hujan berkisar diantara 28 – 30 0C dan pada musim kemarau berkisar 32-340C.

3.2.3. Topografi

Kemiringan lahan diwilayah Kabupaten Pdie sangat bervariasi yaitu dari dataran sampai pegunungan. Sebagian besar merupakan wilayah yang datar dengan kemiringan 0-2 % adalah sebesar terdapat di bagian pesisir timur dan tengah kabupaten Aceh Utara yang meliputi sebagian besar kecamatan. Sementara wilayah yang bergunung dengan kemiringan > 40% meliputi 92 desa yang terutama terdapat di kecamatan Sawang, Nisam, Kuta Makmur, dan Syamtalira Bayu.

3.3. Kependudukan

3.3.1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Utara tahun 2004 (sebelum tsunami) adalah sebesar 495.153 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 241.800 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 253.353 jiwa dan pada tahun 2005 (setelah tsunami) sebesar 506.698 jiwa. Sedangkan jumlah rumah tangga di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2004 adalah sebesar 110.108 unit. Bila diamati kepadatan penduduk di Kabupaten Aceh Utara, maka kepadatan tertinggi terdapat di Kecamatan Dewantara dengan Kepadatan 1.172 jiwa/Km2 dan kecamatan dengan kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Paya Bakong yaitu sebanyak 30 jiwa per Km2.

Penyebaran penduduk di Kabupaten Aceh Utara pada tahun 2004 cenderung terkonsentrasi diwilayah bagian timur kabupaten, khususnya di empat kecamatan yaitu kota Lhoksukon, kecamatan Samudra, kecamatan Muara Batu, dan kecamatan Dewantara yang mencakup 26,07 % dari jumlah total penduduk kabupaten Aceh Utara dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 360 jiwa/Km2. Hal ini terjadi sebagai akibat letak wilayah kecamatan tersebut yang sangat strategis dilalui oleh jalan negara Medan – Banda Aceh dan lalu-lintas kendaraan antara propinsi/kabupaten.

(32)

Halaman 3 - 5 Kabupaten Aceh Utara mengalami perkembangan pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk dari 433.445 jiwa pada tahun 1993 dan meningkat menjadi 495.153 jiwa pada tahun 2004. Pertumbuhan penduduk rata-rata kecamatan yang tercakup dalam kabupaten Aceh Utara dari tahun 1993 s/d 2004 adalah sebesar 2,20 % per tahun maka diperkirakan pada tahun perencanaan 2011 jumlah penduduk Kabupaten Aceh Utara berjumlah 582.085 jiwa dan pada tahun 2026 akan berjumlah 825.913 jiwa.

Sedangkan jumlah dan kepadatan penduduk tahun 2004 di wilayah perencanaan adalah sbb:

• Kota Lhoksukon dengan jumlah penduduk sebesar 40.881 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 168 jiwa/km2. Pada tahun 2011 diperkirakan jumlah penduduk Kota Lhoksukon berjumlah 50.966 jiwa dan pada tahun 2026 akan berjumlah 81.748 jiwa.

• Kecamatan Samudra dengan jumlah penduduk sebesar 21.340 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 493 jiwa/km2. Pada tahun 2011 diperkirakan jumlah penduduk Kecamatan Samudra berjumlah 24.851 jiwa dan pada tahun 2026 akan berjumlah 34.444 jiwa.

• Kecamatan Muara Batu dengan jumlah penduduk sebesar 20.643 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 619 jiwa/km2. Pada tahun 2011 diperkirakan jumlah penduduk Kecamatan Muara Batu berjumlah 24.040 jiwa dan pada tahun 2026 akan berjumlah 33.319 jiwa.

• Kecamatan Dewantara dengan jumlah penduduk sebesar 46.243 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 1.172 jiwa/km2. Pada tahun 2011 diperkirakan jumlah penduduk Kecamatan Dewantara berjumlah 57.651 jiwa dan pada tahun 2026 akan berjumlah 92.470 jiwa.

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2004

Jumlah Penduduk No Kecamatan Luas (Ha)

Laki-laki Perempuan Total

Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Km2 1 Sawang 38.465 15.119 15.771 30,890 6.001 80 2 Nisam 24.147 17.694 18.411 36,105 7.325 150 3 Kuta Makmur 15.132 10.507 10.844 21,351 4.428 141 4 Simpang Kramat 7.978 3.111 3.252 6,363 1.488 80 5 Syamtalira Bayu 34.681 9.829 9.711 19,540 4.510 56 6 Meurah Mulia 20.257 8.422 8.655 17,077 3.833 84 7 Matang Kuli 12.464 11.289 11.797 23,086 4.704 185

(33)

Halaman 3 - 6

Jumlah Penduduk No Kecamatan Luas (Ha)

Laki-laki Perempuan Total

Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Km2 8 Paya Bakong 41.832 6.038 6.351 12,389 2.869 30 9 Tanah Luas 3.064 10.570 10.710 21,280 5.201 695 10 Nibong 4.491 4.565 4.744 9,309 2.143 207 11 Samudera 4.328 10.449 10.891 21,340 5.677 493 12 Syamtalira Aron 2.831 6.834 7.155 13,989 3.265 497 13 Tanah Pasir 3.965 7.289 7.808 15,097 3.924 381 14 Kota Lhoksukon 24.300 20.374 20.507 40,881 8.227 168 15 Baktiya 15.867 16.439 16.556 32,995 8.121 208 16 Baktiya Barat 8.308 7.349 8.116 15,465 4.401 186

17 Tanah Jambo Aye 16.298 16.657 16.414 33,071 6.498 203

18 Langkahan 15.052 9.047 9.359 18,406 4.208 122 19 Seunuddon 10.063 11.430 12.630 24,060 4.432 239 20 Coet Girek 18.900 7.811 7.762 15,573 4.415 82 21 Muara batu 3.334 9.923 10.720 20,643 4.667 619 22 Dewantara 3.947 21.054 25.189 46,243 9.771 1.172 Jumlah 329.686 241.800 253.353 495,153 110.108 150

Sumber : Kabupaten Aceh Utara Dalam Angka tahun 2004

Tabel 3.4

Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Aceh Utara

Jumlah Penduduk Eksisting Proyeksi No Kecamatan 2001 2002 2003 2004 2005 2011 2026 1 Sawang 28.916 28.938 29.001 30.890 31.570 35.973 49.858 2 Nisam 34.342 33.844 33.194 36.105 36.899 42.046 58.276 3 Kuta Makmur 18.972 19.378 18.913 21.351 21.821 24.864 34.462 4 Simpang Kramat 8.100 8.273 6.963 6.363 6.439 6.917 8.272 5 Syamtalira Bayu 19.539 19.708 19.701 19.540 19.970 22.755 31.539 6 Meurah Mulia 16.477 16.674 16.562 17.077 17.453 19.887 27.563 7 Matang Kuli 21.317 22.785 22.786 23.086 23.594 26.885 37.262 8 Paya Bakong 11.067 11.235 11.638 12.389 12.662 14.428 19.997 9 Tanah Luas 19.047 19.348 19.940 21.280 21.748 24.782 34.347 10 Nibong 8.624 8.760 9.709 9.309 9.514 10.841 15.025 11 Samudera 20.163 20.607 21.060 21.340 21.809 24.851 34.444 12 Syamtalira Aron 13.907 14.121 13.794 13.989 14.297 16.291 22.579 13 Tanah Pasir 14.012 14.068 15.394 15.097 15.429 17.581 24.367 14 Lhoksukon 37.732 38.373 40.612 40.881 42.189 50.966 81.748 15 Baktiya 30.321 33.039 30.694 32.995 33.721 38.424 53.256 16 Baktiya Barat 14.335 15.620 15.100 15.465 15.805 18.010 24.961 17 Tanah Jambo Aye 32.128 33.022 32.983 33.071 33.799 38.513 53.379 18 Langkahan 16.923 17.446 18.298 18.406 18.811 21.435 29.708 19 Seunuddon 17.460 18.093 22.716 24.060 24.589 28.019 38.834 20 Coet Girek 19.192 19.629 15.418 15.573 15.760 16.929 20.246 21 Muara batu 19.332 19.715 20.713 20.643 21.097 24.040 33.319 22 Dewantara 39.562 40.837 42.536 46.243 47.723 57.651 92.470 Jumlah 461.468 473.513 477.725 495.153 506.698 582.085 825.913

Sumber : Kabupaten Aceh Utara Dalam Angka Tahun 2004 dan Hasil Analisa

Tabel 3.5

Jumlah Penduduk di Kota Lhoksukon Tahun 2005

Jumlah Penduduk No Kelurahan/Desa Luas

(Ha) Laki-laki Perempuan Total

Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Km2 1 Geulumpang 200 170 175 345 81 173 2 Meunasah Buloh 200 220 280 500 98 250 3 Alue Abee 200 77 85 162 48 81 4 Alue Eumpok 100 151 154 305 83 305

5 Alue Itam Reudeup 200 73 80 153 65 77

6 Buket Krueng 120 87 75 162 41 135

7 Meunasah Teungoh Lb. 200 200 307 507 154 254

(34)

Halaman 3 - 7

Jumlah Penduduk No Kelurahan/Desa Luas

(Ha) Laki-laki Perempuan Total

Jumlah R.Tangga

Kepadatan Pddk/Km2

9 Alue Itam Baroh 278 156 150 306 70 110

10 Meuriya 100 60 60 120 53 120 11 Arongan Lt. 150 80 85 165 69 110 12 Buket Me 250 96 98 194 48 78 13 Dayah LT 300 150 160 310 60 103 14 Meunasah Krueng 122 117 120 237 42 194 15 Meunasah Tuha 200 99 112 211 68 106 16 Meunasah Rayeuk 200 89 102 191 35 96 17 Meunasah Meucat 200 63 67 130 26 65 18 Meunasah Asan Lsb. 180 344 333 677 149 376 19 Meunasah Rawa 200 86 85 171 40 86 20 Babah Geudubang 150 200 250 450 128 300 21 Meunasah Meureubo 150 105 111 216 65 144 22 Ulee Gunong 149 180 190 370 75 248 23 Teupin Keubeu 300 162 161 323 78 108 24 Seuneubok Dalam 500 175 190 365 74 73 25 Grong- Grong 150 155 194 349 87 233 26 Lhok Krueng 200 225 200 425 90 213 27 Cot Asan 200 95 90 185 42 93 28 Buket Hagu 205 1.337 1.413 2.750 687 1.341 29 Mata Ie 100 100 117 217 59 217 30 Mata U 300 49 76 125 30 42 31 Lhok Sentang 200 167 180 347 75 174 32 Ulee Tanoh 200 154 162 316 68 158 33 Nga Lsk Tengah 250 215 220 435 165 174 34 Meunasah Jok 300 150 200 350 111 117 35 Meunasah Nga Lsk.Barat 100 180 189 369 98 369 36 Matang Meunye 224 76 68 144 51 64 37 Meunasah Beuringen 120 274 252 526 106 438 38 Meunasah Manyang 147 250 350 600 130 408 39 Meunasah Blang 300 740 756 1,496 290 499 40 Meunasah Ceubrek 124 627 659 1,286 263 1037

41 Kota Lhok Sukon 100 2.124 1.224 3.348 880 3.348

42 Meunasah Dayah Lb. 300 838 839 1,677 380 559

43 Mns Matang Teungoh Lt 122 221 234 455 85 373

44 Meunasah Geulinggang 100 305 230 535 120 535

45 Ulee Barat 140 124 135 259 67 185

46 Meunasah Pulo Dolang 120 90 90 180 46 150

47 Meunasah Tutong 100 354 233 587 150 587

48 Geumata 100 474 300 774 185 774

49 Pante 100 674 451 1.125 247 1.125

50 Trieng Matang Ubi 280 500 700 1.200 320 429

51 Meuye Matang Ubi 200 310 312 622 156 311

52 Blang Rubek 700 250 270 520 84 74

53 Alue Buket 350 356 370 726 164 207

54 Reudeup 500 601 525 1.126 305 225

55 Nga Matang Ubi 300 580 875 1.455 420 485

56 Buket Sentang 200 25 25 50 20 25

57 Blang Aman 200 200 230 430 95 215

58 Meunasah Cot Usibak 150 214 289 503 94 335

59 Bintang Hu 500 500 600 1.100 295 220

60 Cot Ara 200 130 145 275 59 138

61 Cot Glumpang 200 83 74 157 42 79

62 Abeuk Leupen 200 70 90 160 40 80

63 Matang Pupanji 400 95 105 200 46 50

64 Matang Teungoh AB. 200 385 215 600 122 300

65 Meunasah Asan AB 110 452 504 956 193 869 66 Ranto 100 310 402 712 156 712 67 Keutapang 100 211 223 434 102 434 68 Alue Mudem 150 240 240 480 104 320 69 Rambot 300 470 450 920 187 307 70 Meunasah Ara 100 320 380 700 125 700 71 Mns. Alue Drien LB. 100 344 335 679 153 679 72 Meunasah Mancang 400 234 324 558 138 140

(35)

Halaman 3 - 8

Jumlah Penduduk No Kelurahan/Desa Luas

(Ha) Laki-laki Perempuan Total

Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Km2 73 Leubok 220 200 200 400 105 182 74 Trieng Pantang 305 400 346 746 205 245 75 Meunasah Arongan AB 200 132 118 250 45 125 Jumlah 24.300 20.374 20.507 40.881 8.227 168

Sumber : Data Podes 2006

Tabel 3.6

Jumlah Penduduk di Kecamatan Dewantara Tahun 2005

Jumlah Penduduk No Kelurahan/Desa Luas (Ha)

Laki-laki Perempuan Total

Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Ha 1 Paloh Igeuh 200 317 398 715 154 358 2 Paloh Gadeng 150 1.999 2.576 4.575 984 3.050 3 Tambon Tunong 300 1.926 2.075 4.001 833 1.334 4 Tambon Baroh 198 2.335 2.621 4.956 1.262 2.503 5 Paloh Lada 250 3.241 3.730 6.971 1.432 2.788 6 Pulo Rungkom 300 546 586 1.132 247 377 7 Ulee Pulo 100 833 963 1.796 367 1.796 8 Ulee Reuleung 50 386 502 888 272 1.776 9 Lancang Barat 750 2.246 2.571 4.817 1.085 642

10 Geulumpang Sulu Barat 120 486 479 965 213 804

11 Geulumpang Sulu Timur 160 700 760 1.460 201 913

12 Uteun Geulinggang 122 2.035 2.291 4.326 866 3.546

13 Krueng Geukueh 160 1.706 2.415 4.121 902 2.576

14 Bangka Jaya 120 2.011 2.423 4.434 898 3.695

15 Bluka Teubai 200 517 533 1.050 225 525

Jumlah 3.947 21.054 25.189 46.243 9.771 1.172 Sumber : Data Podes 2006

Tabel 3.7

Jumlah Penduduk di Kecamatan Samudra Tahun 2005

Jumlah Penduduk

No Kelurahan/Desa Luas

(Ha) Laki-laki Perempuan Total

Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Km2 1 Kitou 140 215 186 401 102 286 2 Paya Terbang 130 211 296 507 112 390 3 Tanjung Mesjid 60 267 263 530 133 883 4 Tanjung Awe 100 253 239 492 123 492 5 Tanjung Rengkam 120 231 224 455 127 379 6 Tanjung Hagu 120 161 197 358 89 298 7 Madan 100 254 264 518 125 518 8 Tanjung Baroh 74 101 119 220 54 297 9 Gampong Baro 75 112 122 234 57 312 10 Tanjong Kleng 105 182 183 365 96 348 11 Krueng Baro LGH 95 227 197 424 92 446 12 Teupin Beulangan 85 192 224 416 111 489 13 Teupin Ara 60 229 168 397 117 662 14 Pusaong 75 162 168 330 94 440 15 Mancang 100 518 593 1.111 278 1.111 16 Blang Kabu 80 266 256 522 106 653 17 Keude Geudong 70 631 642 1.273 287 1.819 18 Blang Peuria 125 695 736 1.431 350 1.145 19 Meunasah Asan 60 280 390 670 162 1.117 20 Murong 137 352 357 709 173 518 21 Pie 75 297 311 608 148 811 22 Krueng Mate 100 118 221 339 74 339 23 Beuringen 100 215 219 434 115 434 24 Kuta Krueng 100 425 441 866 220 866

(36)

Halaman 3 - 9 Jumlah Penduduk

No Kelurahan/Desa Luas

(Ha) Laki-laki Perempuan Total

Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Km2 25 Kuta Glumpang 123 303 323 626 168 509 26 Meucat 129 356 369 725 185 562

27 Krueng Baro Blang Me 110 116 122 238 50 216

28 Ujong 83 132 146 278 61 335 29 Mesjid 75 127 133 260 72 347 30 Teungoh 109 214 216 430 102 394 31 Puuk 145 271 315 586 156 404 32 Pulo 125 89 101 190 54 152 33 Laga Baro 125 125 137 262 58 210 34 Matang Tunong 140 159 164 323 67 231 35 Keude Blangme 56 121 101 222 56 396 36 Matang Puntong 162 443 403 846 216 522 37 Lancang 100 79 83 162 41 162 38 Matang Ulim 110 203 214 417 102 379 39 Sawang 225 591 691 1.282 326 570 40 Blang Nibong 225 439 489 928 270 412 Jumlah 4.328 10.449 10.891 21.340 5.677 493 Sumber : Data Podes 2006

Tabel 3.8

Jumlah Penduduk di Kecamatan Muara Batu Tahun 2005

Jumlah Penduduk No Kelurahan/Desa Luas

(Ha) Laki-laki Perempuan Total

Jumlah R.Tangga Kepadatan Pddk/Km2 1 Teupin Banja 300 213 242 455 125 152 2 Panigah 200 266 270 536 125 268 3 Paloh Awe 250 184 181 365 82 146 4 Reuleut Timur 200 273 276 549 136 275 5 Reuleut Barat 250 388 397 785 159 314 6 Pinto Makmur 300 525 575 1.100 210 367 7 Tumpok Beurandang 200 269 347 616 112 308 8 Paloh Raya 200 253 298 551 184 276 9 Meunasah Pinto 300 211 269 480 113 160 10 Kuala Dewa 52 250 354 604 90 1.162 11 Keude Mane 53 336 476 812 178 1.532 12 Mane Tunong 200 677 764 1.441 336 721 13 Pante Gurah 300 378 384 762 161 254 14 Kamban 200 260 264 524 116 262 15 Keude Bungkah 300 865 890 1.755 349 585 16 Ulee Madon 300 725 769 1.494 303 498 17 Meunasah Aron 300 570 536 1.106 230 369 18 Cot Trueng 250 715 834 1.549 322 620 19 Dakuta 200 667 771 1.438 315 719 20 Meunasah Drang 300 655 705 1.360 316 453 21 Meunasah Baro 200 482 517 999 225 500 22 Meunasah Lhok 200 322 388 710 153 355 23 Cot Seurani 253 823 1.022 1.845 390 729 24 Tanoh Anoue 150 300 392 692 180 461 Jumlah 3.334 9.923 10.720 20.643 4.667 619 Sumber : Data Podes 2006

3.3.2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Berdasarkan komposisi penduduk menurut lapangan usaha pada tahun 2004, sebagian besar penduduk Kabupaten Aceh Utara bekerja disektor pertanian yang mencapai 90.311 jiwa (68,35 %), kemudian sektor konstruksi sebesar 6.223 jiwa

(37)

Halaman 3 - 10 (4,71%), Jasa sebesar 4.849 jiwa (3,67%), dansektor industri kecil menengah sebesar 4.810 jiwa (3,64%), sedangkam sisanya bekerja di sektor angkutan, buruh, pegawai negeri, dan sebagainya.

Tabel 3.9

Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan di Kabupaten Aceh Utara

No Jenis Pekerjaan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase ( % ) 1 Pertanian 90.311 68,35 2 Pertambangan 1.295 0,98 3 Industri 4.810 3,64 4 Listrik 423 0,32 5 Konstruksi 6.223 4,71 6 Perdagangan 3.700 2,80 7 Pengangkutan 1.612 1,22

8 Keuangan dan Perbangkan 3.198 2,42

9 Jasa 4.849 3,67

10 Pegawai Negeri 3.250 2,46

11 Lain-lain 12.460 9,43

Jumlah 132.130 100,00

Sumber : Kabupaten Aceh Utara Dalam Angka tahun 2004

3.4. Perekonomian Kabupaten Aceh Utara 3.4.1. Sektor Industri

Keberadaan industri kecil dan menengah di Kabupaten Aceh Utara tahun 2004 berjumlah 1.286 unit yang terdiri dari 133 unit usaha disektor industri dasar, 426 unit usaha disektor aneka industri, dan 727 unit usaha disektor industri Kimia & Argo. Jumlah tenaga kerja yang terserap disektor industri kecil dan menengah adalah sebesar 5.473 orang. Sedangkan nilai investasi sektor industri pada tahun 2004 sebesar Rp. 7,33 milyar yang menghasilkan nilai produksi sebesar Rp.92,65 milyar sehingga sektor industri kecil dan menengah pada tahun 2004 memberikan nilai tambah sebesar Rp. 85,32 milyar kepada perekonomian Kabupaten Aceh Utara.

Tabel 3.10

umlah Sektor Industri di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2004

Jumlah Usaha (Unit) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Nilai Investasi (Rp 1.00.000) Nilai Produksi (Rp. 1.000.000) No Kelompok Industri

Formal Non-For Formal Non-For Formal Non-For Formal Non-For

1 Sawang - 27 - 68 - 101,1 - 1.672,0 2 Nisam 2 72 10 231 5,9 246,7 48,2 2.036,2 3 Kuta Makmur 2 86 10 450 25,5 290,2 98,0 1.822,3 4 Simpang Kramat - 22 - 25 - 50,0 - 689,2 5 Syamtalira Bayu 19 46 119 150 367,8 64,1 1.452,6 310,0 6 Meurah Mulia - 6 - 13 - 6,2 - 107,5 7 Matang Kuli 9 10 41 53 56,2 33,6 473,8 261,7

(38)

Halaman 3 - 11 Jumlah Usaha (Unit) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Nilai Investasi (Rp 1.00.000) Nilai Produksi (Rp. 1.000.000) No Kelompok Industri

Formal Non-For Formal Non-For Formal Non-For Formal Non-For

8 Paya Bakong 1 2 2 5 5,2 2,5 7,7 45,1 9 Tanah Luas 9 6 28 38 85,1 64,2 172,7 93,5 10 Nibong 4 2 9 7 20,2 3,7 52,7 55,7 11 Samudera 29 10 100 195 293,8 16,4 1.898,8 366,6 12 Syamtalira Aron 9 16 44 70 106,8 62,9 272,3 2.627,7 13 Tanah Pasir 10 73 40 269 69,7 62,0 344,8 960,8 14 Kota Lhoksukon 37 41 112 284 827,7 202,4 3.502,6 2.746,0 15 Baktiya 9 12 26 55 47,3 35,4 174,2 590,3 16 Baktiya Barat - 5 - 15 - 5,9 - 65,7 17 Tanah Jambo Aye 28 16 143 71 307,8 134,9 1.604,3 555,2 18 Langkahan - 5 - 25 - 5,5 - 65,9 19 Seunuddon 5 39 10 144 25,1 32,7 100,5 411,8 20 Coet Girek 8 2 33 9 47,6 4,0 98,9 8,7 21 Muara batu 49 111 467 17 412,7 446,4 14.089,4 11.552,3 22 Dewantara 142 305 932 1,153 1.441,4 1.319,5 28.288,4 12.933,5 Jumlah 372 914 2,126 3,347 4.145,9 3.190,3 52.680,4 39.978,1

Sumber : Kabupaten Aceh Utara Dalam Angka Tahun 2003

3.4.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) A. Struktur Ekonomi

Struktur ekonomi wilayah dalam hal ini adalah gambaran keterkaitan sektor secara sektoral dan spasial. Secara sektoral, perekonomian Kabupaten Aceh Utara tahun 2004 sangat didominasi oleh sektor Migas yaitu sekitar 79,87 % dibanding sektor-sektor lainnya. Pada tahun 2004 PDRB (dengan Migas) Kabupaten Aceh Utara adalah sebesar Rp. 15.077,69 milyar.

Apabila sektor Migas dikeluarkan dari PDRB (Tanpa Migas) Kabupaten Aceh Utara, maka sektor Pertanian dan sektor Industri Pengolahan mempunyai peran yang dominan dalam perekonomian Kabupaten Aceh Utara yaitu sekitar 58,94 % dibanding sektor-sektor lainnya. Pada tahun 2004 PDRB (tanpa Migas) Kabupaten Aceh Utara adalah sebesar Rp. 3.072,00 milyar atau hanya menyumbang sebesar 10,84 % dari total PDRB (Tanpa Migas) propinsi NAD yang sebesar 28.324,83 milyar.

Kontribusi sektor pertanian adalah yang terbesar terhadap PDRB Kabupaten Aceh Utara berdasarkan harga berlaku pada tahun 2004 yaitu sebesar 44,24 %, kemudian disusul oleh sektor industri pengolahan sebagai penyumbang kedua terbesar yaitu sebesar 14,70 %, berikutnya adalah sektor perdagangan,

(39)

Halaman 3 - 12 hotel dan restoran memberi kontribusi sebesar 13,48 %, dan jasa-jasa memberi kontribusi sebesar 12,40 %. Sedangkan kelima sektor lainnya yakni pertambangan dan penggalian, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor listrik dan air minum, sektor bangunan/konstruksi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan hanya memberikan kontribusi di bawah 10,0 %.

Berdasarkan atas harga berlaku, kontribusi sektor primer seperti sektor pertanian mengalami peningkatan cukup signifikan dan hal yang sama juga terjadi untuk sektor jasa-jasa, dimana pada tahun 2000 sektor jasa-jasa hanya memberikan kontribusai sebesar 5,27 % sedangkan pada tahun 2004 naik menjadi 12,40 %. Kontribusi sektor industri pengolahan serta sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami penurunan walaupun relative kecil, masing-masing memberikan kontribusi sebesar 14,70 % dan 8,05 %. Sedangkan sektor lainnya relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan, seperti sektor pertambangan dan penggalian (tanpa migas), sektor sektor listrik dan air minum, sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Tabel 3.11

Perbandingan Struktur Ekonomi Kabupaten Aceh Utara dan Propinsi NAD (Tanpa Migas) Atas Dasar Harga Berlaku

Kabupaten Aceh Utara (%) Propinsi NAD (%) Lapangan Usaha 2001 2002 2003 2004 2001 2002 2003 2004 1. Pertanian 38,36 41,46 42,06 44,24 40,59 39,12 39,62 40,41 2. Pertambangan dan Penggalian 1,07 1,09 1,22 1,22 0,92 0,92 0,91 0,92 3. Industri Pengolahan 19,24 18,89 16,51 14,70 6,94 10,07 9,41 6,92

4. Listrik dan Air Minum 0,24 0,19 0,29 0,30 0,25 0,30 0,39 0,43

5. Bangunan/Konstruksi 3,71 4,47 4,53 4,74 7,16 7,44 7,23 7,40

6. Perdagangan, hotel, restoran 17,52 13,86 13,36 13,48 24,35 22,06 20,81 19,95

7. Pengangkutan & komunikasi 9,86 9,14 8,45 8,05 7,34 7,45 7,57 7,72

8. Keuangan, persewaan, jasa 0,69 1,05 0,93 0,86 1,31 1,64 1,89 1,94

9. Jasa-jasa 9,32 9,84 12,64 12,40 11,13 11,02 12,17 14,33

TOTAL PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara tahun 2004 dan Propinsi Aceh tahun 2004 Tabel 3.12

PDRB Kabupaten Aceh Utara dan Propinsi NAD (Tanpa Migas) Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rupiah)

Kabupaten Aceh Utara Propinsi NAD Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2003 2004 1. Pertanian 856,7 894,8 1,070,4 1,205,2 1,359,0 10.256,64 11.445,03 2. Pertambangan dan Penggalian 23,4 25,0 28,2 35,0 37,5 236,19 259,28 3. Industri Pengolahan 478,5 448,7 487,7 473,0 451,7 2.437,53 1.960,85

(40)

Halaman 3 - 13

Kabupaten Aceh Utara Propinsi NAD Lapangan Usaha

2000 2001 2002 2003 2004 2003 2004

4. Listrik dan Air Minum 4,1 5,6 5,0 8,4 9,3 100,65 120,87

5. Bangunan/Konstruksi 62,1 86,5 115,5 129,8 145,7 1.871,44 2.096,01

6. Perdagangan, hotel, restoran 357,2 408,7 357,7 382,9 414,1 5.387,31 5.649,43

7. Pengangkutan & komunikasi 209,0 229,9 236,0 242,2 247,3 1.960,19 2.185,41

8. Keuangan, persewaan, jasa 13,3 16,1 27,2 26,5 26,3 488,86 548,11

9. Jasa-jasa 111,6 217,4 254,1 362,2 381,0 3.151,95 4059,82

TOTAL PDRB 2115,8 2332,5 2582,0 2865,2 3072,0 25.890,78 28.324,83

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara tahun 2004 dan Propinsi Aceh tahun 2004

Tabel 3.13

PDRB Kabupaten Aceh Utara dan Propinsi NAD (Tanpa Migas) Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Milyar Rupiah)

Kabupaten Aceh Utara Propinsi NAD Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2003 2004 1. Pertanian 856,7 860,6 917,6 975,5 1.042,4 7.911,0 8.358,7 2. Pertambangan dan Penggalian 23,4 23,2 24,6 26,4 26,9 185,8 190,1 3. Industri Pengolahan 478,5 430,3 452,9 416,5 384,9 2.172,4 1.783,7

4. Listrik dan Air Minum 4,1 3,9 3,2 4,4 4,3 50,5 60,4

5. Bangunan 62,1 75,0 96,2 106,7 113,1 1.500,6 1.514,4

6. Perdagangan, hotel, restoran 357,1 396,7 322,3 313,7 321,4 4.997,6 4.863,4

7. Pengangkutan & komunikasi 209,0 224,0 224,1 229,4 229,3 1.550,8 1.633,9

8. Keuangan, persewaan, jasa 13,3 9,5 11,3 13,7 12,0 408,7 480,6

9. Jasa-jasa 111,6 111,6 112,7 114,1 115,0 2.426,5 2.893,0

TOTAL PDRB 2115,8 2135,1 2165,0 2200,5 2249,5 21.204,06 21.778,42

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara tahun 2004 dan Propinsi Aceh tahun 2004

B. Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu hakekat pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Aceh Utara yang secara keseluruhan dihitung dari PDRB merupakan rata-rata tertimbang dari tingkat pertumbuhan sektoralnya. Apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi besar dan pertumbuhannya melambat, maka dalam hal ini akan menghambat tingkat pertumbuhan secara keseluruhan. Sebaliknya apabila sebuah sektor mempunyai kontribusi yang besar terhadap totalitas perekonomian, maka apabila sektor tersebut mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi, maka sektor tersebut otomatis akan menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

Pada tahun 2001 perekonomian Kabupaten Aceh Utara mulai menunjukan peningkatan walaupun pertumbuhanya masih 10,24 %, namun bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan ekonomi Propinsi NAD yang 5,98 %,

(41)

Halaman 3 - 14 maka perekonomian Kabupaten Aceh Utara relative jauh lebih baik. Pertumbuhan ini terus berlanjut hingga tahun 2004, dimana pertumbuhan ekonomi Kabupaten Aceh Utara mengalami penurunan menjadi 7,22 %, sedangkan pada tahun yang sama pertumbuhan ekonomi Propinsi NAD relative jauh lebih baik lagi yaitu 9,40 %.

Tabel 3.14

Tingkat Pertumbuhan PDRB Kabupaten Aceh Utara dan Propinsi NAD (Tanpa Migas) (Atas Dasar Harga Berlaku)

Kabupaten Aceh Utara (%) Propinsi NAD (%) Lapangan Usaha

2001 2002 2003 2004 2001 2002 2003 2004

1. Pertanian 4,45 19,63 12,59 12,76 11,13 11,23 11,32 11,59

2. Pertambangan dan Penggalian 6,80 12,93 24,14 7,17 13,17 14,94 9,07 9,78

3. Industri Pengolahan -6,23 8,70 -3,02 -4,49 -26,68 67,51 2,76 -19,56

4. Listrik dan Air Minum 35,39 -10,16 68,29 10,45 17,70 35,77 4433 20,09

5. Bangunan 39,34 33,57 12,31 12,27 -16,39 19,85 6,81 12,00

6. Perdagangan, hotel, restoran 14,43 -12,47 7,03 8,16 15,91 4,52 3,70 4,87

7. Pengangkutan & komunikasi 9,99 2,64 2,64 2,12 12,54 1702 11,78 11,49

8. Keuangan, persewaan, jasa 20,64 69,48 -2,61 -0,80 15,57 43,71 26,84 12,12

9. Jasa-jasa 94,79 16,89 42,54 5,19 10,11 14,26 2146 28,80

TOTAL PDRB 10,24 10,69 10,97 7,22 5,98 15,40 9,92 9,40

Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara tahun 2004 dan Propinsi Aceh tahun 2004

C. PDRB dan Pendapatan Regional Per Kapita

Produk Domestic Regional Bruto Per Kapita merupakan hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, sedangkan Pendapatan Regional Per Kapita diperoleh dari hasil bagi antara Produk Domestic Regional Netto (PDRN) atas biaya factor produksi (PDRB yang telah dikurangi penyusutan dan pajak tak langsung) dengan penduduk pertengahan tahun. Pada tahun 2004 PDRB (Dengan Migas) per kapita Kabupaten Aceh Utara berdasarkan atas harga berlaku (ADHB) senilai 30,92 juta rupiah atau mengalami penurunanan sebesar 5,10 % dibandingkan tahun 2003 yang senilai 32,59 juta rupiah. Begitu pula halnya dengan pendapatan regional per kapita tahun 2004 turun sebesar 5,06 % menjadi 27,53 juta rupiah dibandingkan tahun 2003. Sementara dibandingkan dengan Propinsi NAD, PDRB (Dengan Migas) perkapita Propinsi NAD pada tahun 2004 hanya sebesar 11,33 juta rupiah sedangkan pendapatan regional per kapitanya hanya sebesar 10,45 juta rupiah.

Gambar

Gambar 3.2.  Peta Administrasi Kabupaten Aceh Utara
Tabel 5.1.  Karakteristik Lumpur Tinja
Gambar 5.2.  Rencana Lokasi IPLT Kabupaten Aceh Utara
Gambar 7.1.  Lokasi TPA Kabupaten Aceh Utara
+2

Referensi

Dokumen terkait

Namun proses penagihan pajak kurang berperan dalam usaha meningkatkan pencairan tunggakna pajak, dilihat dari jumlah tunggakan pajak yang semakin meningkat hal ini

Persediaan jika disimpan dalam jumlah yang besar akan meningkatkan biaya penyimpanan yang dikeluarkan perusahaan, namun apabila persediaan yang disimpan terlampau

bahwa dalarn rangka meningkatkan efektivitas dan kinerja dalam pelaksanaan tugas Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, perlu menyempurnakan

bahwa dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan maka dipandang perlu untuk melakukan pemekaran beberapa kecamatan

Keterbatasan jumlah hijauan pakan ternak khususnya dimusim kemarau merupakan suatu kendala dalam meningkatkan produktivitas ternak sapi.Salah satu upaya yang

bahwa dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi, persaingan sehat, dan akuntabilitas dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah perlu

Persediaan jika disimpan dalam jumlah yang besar akan meningkatkan biaya penyimpanan yang dikeluarkan perusahaan, namun apabila persediaan yang disimpan terlampau

Nilai ini sangat besar jika dibandingkan dengan harga pokok penjualan ideal untuk produk yang serupa yaitu Rp.18.200,-Thoriq & Totok, 2017 SIMPULAN Kendala-kendala yang dihadapi oleh