Mengenal
Sifat Material (2)
oleh:
Sudaryatno Sudirham
Open Course
Struktur Kristal dan Nonkristal Teori Pita Energi dan Teori Zona
Sifat Listrik Metal
Sifat Listrik Dielektrik
Sifat Thermal Material
Kristal
Kristal merupakan susunan atom-atom yang teratur dalam ruang tiga dimensi. Keteraturan susunan tersebut timbul karena kondisi geometris
yang dihasilkan oleh ikatan atom yang terarah dan paking yang rapat. Sesungguhnya tidaklah mudah untuk menyatakan bagaimana atom tersusun dalam padatan. Namun ada hal-hal yang diharapkan menjadi
faktor penting yang menentukan terbentuknya polihedra koordinasi atom-atom.
Secara ideal, susunan polihdra koordinasi paling stabil adalah yang memungkinkan terjadinya energi per satuan volume minimal.
Keadaan tersebut dicapai jika: 1. kenetralan listrik terpenuhi
2. ikatan kovalen yang diskrit dan terarah terpenuhi 3. meminimalkan gaya tolak ion-ion
Struktur kristal yang biasa teramati pada padatan dinyatakan dalam konsep geometris ideal yang disebut kisi-kisi ruang (space lattice) dan menyatakan cara bagaimana polihedra koordinasi atom-atom tersusun bersama agar
energi dalam padatan menjadi minimal.
Kisi-kisi ruang adalah susunan tiga dimensi titik-titik di mana setiap titik memiliki lingkungan yang serupa. Titik dengan lingkungan yang serupa itu
disebut titik kisi (Lattice Point).
Titik kisi dapat disusun hanya dalam 14 susunan yang berbeda yang disebut kisi-kisi Bravais; oleh karena itu atom-atom dalam kristal haruslah tersusun
dalam salah satu dari 14 kemungkinan tersebut.
Kristal
Sel Satuan pada Kisi-Kisi Ruang BRAVAIS [2,5]
Setiap titik kisi dapat ditempati oleh satu atau lebih atom, tetapi atom atau kelompok atom pada satu titik kisi haruslah identik dengan orientasi yang
sama agar memenuhi definisi kisi ruang.
Susunan atom dapat disebutkan secara lengkap dengan menyatakan posisi atom dalam suatu unit yang secara berulang tersusun dalam kisi ruang. Unit
yang berulang itu disebut sel satuan.
Rusuk sel satuan, yaitu vektor yang menghubungkan dua titik kisi, haruslah merupakan translasi kisi, dan sel satuan yang identik akan membentuk
kisi-kisi ruang jika mereka disusun bidang sisi ke bidang sisi.
Satu kisi-kisi ruang dapat memiliki beberapa sel satuan berbeda yang memenuhi kriteria tersebut di atas, akan tetapi biasanya sel satuan dipilih
yang memiliki geometri sederhana dan memuat beberapa titik kisi saja.
Satu sel satuan yang memiliki titik kisi hanya pada sudut-sudutnya, atau dengan kata lain satu unit sel yang memuat hanya satu titik kisi, disebut sel
primitif.
Kristal
Unsur Metal dan Unsur Mulia
3 sel satuan yang paling banyak dijumpai pada unsur ini adalah:
Bulatan menunjukkan posisi atom yang juga merupakan lattice points pada FCC
dan BCC
Posisi atom yang ada dalam sel bukan lattice
points
[2]
Kristal
Unsur ini biasanya memiliki ikatan kovalen sehingga kristal yang terbentuk akan mengikuti ketentuan ikatan ini.
Jika orbital yang tak terisi digunakan seluruhnya untuk membentuk ikatan, maka atom ini akan berikatan dengan (8 – N) atom lain, dimana N adalah jumlah elektron valensi yang dimilikinya.
Elemen Cl, Br, J, kulit terluarnya memuat 7 elektron; oleh karena itu pada umumnya mereka berikatan dengan hanya 1 atom dari elemen yang sama membentuk molekul diatomik, Cl2, Br2, J2.
Molekul diatomik tersebut membangun ikatan dengan
molekul yang lain melalui ikatan sekunder yang lemah,
membentuk kristal.
Unsur Dengan Lebih Dari 3 Elektron Valensi
[2]
Kristal
Atom Group VI (S, Se, Te) memiliki 6 elektron di kulit terluarnya dan
membentuk molekul rantai atao cincin di mana setiap atom berikatan dengan dua atom (dengan sudut ikatan tertentu).
Molekul ini berikatan satu sama lain dengan ikatan sekunder yang lemah membentuk kristal.
Rantai spiral atom Te bergabung dengan rantai yang
lain membentuk kristal hexagonal.
[2]
Atom Group VI (S, Se, Te)
Atom Group V (P, As, Sb, Bi) memiliki 5 elektron di kulit terluarnya dan setiap atom berikatan dengan tiga atom (dengan sudut ikatan tertentu).
[2]
Atom Group V (P, As, Sb, Bi)
Kristal Ionik
Walau sangat jarang ditemui kristal yang 100% ionik, namun beberapa kristal memiliki ikatan ionik yang sangat dominan sehingga dapat disebut sebagai kristal ionik. Contoh: NaCl, MgO, SiO2, LiF.
Dalam kristal ionik murni, polihedra anion (polihedra koordinasi) tersusun sedemikian rupa sehingga kenetralan listrik terpenuhi dan energi ikat per satuan volume menjadi minimum tanpa menyebabkan menguatnya gaya tolak antar muatan yang bersamaan tanda.
Gaya tolak yang terbesar terjadi antar kation karena muatan listriknya terkonsentrasi dalam volume yang kecil, oleh karena itu polihedra koordinasi harus tersusun sedemikian rupa sehingga kation saling berjauhan.
Contoh struktur kristal ionik
Anion
Kation
tetrahedron
oktahedron
Kristal Molekul
Jika dua atom terikat dengan ikatan primer, baik berupa ikatan ion ataupun ikatan kovalen, maka mereka dapat membentuk molekul yang diskrit.
Jika ikatan primer tersebut kuat dalam satu sub-unit, maka ikatan yang terjadi antar sub-unit akan berupa bentuk ikatan yang berbeda dari ikatan primer. Kristal yang terbentuk adalah kristal molekuler dengan ikatan antar sub-unit yang lemah.
Jika ikatan primernya adalah ikatan ion, molekul yang diskrit terbentuk jika muatan kation sama dengan hasilkali muatan anion dengan bilangan
koordinasi.
Contoh: sub-unit SiF4 terbentuk dengan ikatan ion, polihedra
koordinasi atau polihedra anion berbentuk tetrahedra F mengelilingi kation Si yang kemudian tersusun dalam kisi-kisi BCC
Pada es (H2O), ikatan primernya adalah ikatan kovalen dan ikatan sekunder antar sub-unit adalah ikatan ionik yang lemah
Hidrogen hanya akan membentuk satu ikatan kovalen. Oleh karena itu molekul air terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2 ikatan kovalen yang dipenuhi oleh 2 atom hidrogen dengan sudut antara dua atom hidrogen adalah 105o.
Dalam bentuk kristal, atom-atom hidrogen mengikat molekul-molekul air dengan ikatan ionik atau ikatan dipole hidrogen.
Bola-bola menunjukkan posisi atom O; atom H terletak pada garis yang
menghubungkan atom O yang berdekatan; ada 2 atom H setiap satu atom O.
Kristal
Jika molekul membentuk rantaian panjang dengan penampang melintang yang mendekati simetris, mereka biasanya mengkristal dalam kisi-kisi berbentuk orthorhombic atau monoclinic.
Molekul polyethylene dilihat dari depan
Kristal
Kebanyakan polimer yang terbentuk lebih dari dua macam atom, memiliki
ketidak-teraturan yang membuat ia tidak mengkristal. Walaupun demikian ada yang memiliki penampang simetris dan mudah mengkristal, seperti
polytetrafluoroethylene (Teflon).
Molekul polytetrafluoroethylene
Polimer yang komplekspun masih mungkin memiliki struktur yang simetris dan dapat mengkristal seperti halnya cellulose.
Ketidaksempurnaan Pada Kristal
Kristal
interstitial
(atom sendiri) kekosongan
substitusi (atom asing) ⇒ pengotoran interstitial (atom asing) ⇒(pengotoran)
Kristal
ketidaksempurnaan Schottky ketidaksempurnaan Frenkel pengotoran interstitial kekosongan kation pengotoran substitusiSelain ketidak sempurnaan tersebut, yang disebut sebagai ketidak sempurnaan titik, dapat terjadi pula ketidaksempurnaan garis dan juga
ketidaksempurnaan bidang.
Tugas Bibliografis
tentang
Ketidak Sempurnaan Kristal
Kristal
nhf
E =
h = 6,63 × 10-34 joule-secmv
h
=
λ
λ
π
2
=
k
bilangan gelombang:h
mv
k
=
2
π
k k h p = h π = 2 energi kinetik elektron sbggelombang :
m
k
m
p
E
k2
2
2 2 2h
=
=
momentum: Planck : energi photon (partikel)bilangan bulat frekuensi gelombang cahaya
De Broglie :
Elektron sbg gelombang
Teori Pita Energi
m
k
m
p
E
k2
2
2 2 2h
=
=
E
k
Energi elektron sebagai fungsi k (bilangan gelombang)
Makin tinggi nomer atom, atom akan makin kompleks,
tingkat energi yang terisi makin banyak.
s p d f
−5,14 3 4 5 6 7 2 3 4 57 6 3 4 5 6 7 3 4 5 6 7 4 5 6 7Sodium
Hidrogen
E [ e V ] 0 −1 −2 −3 −4 −5 −6Kemungkinan terjadinya transisi elektron dari satu tingkat
ke tingkat yang lain semakin banyak
Teori Pita Energi
Molekul lebih kompleks dari atom; tingkat-tingkat energi lebih banyak karena energi potensial elektron yang bergerak dalam medan yang diberikan oleh banyak inti atom tidaklah sederhana.
Lebih dari itu, energi vibrasi dan rotasi atom secara relatif satu terhadap lainnya juga terkuantisasi seperti halnya terkuantisasinya energi elektron pada atom.
Transisi dari satu tingkat ketingkat yang lain semakin banyak
kemungkinannya, sehingga garis-garis spektrum dari molekul semakin rapat dan membentuk pita.
Timbullah pengertian pita energi yang merupakan kumpulan tingkat energi yang sangat rapat.
Molekul
Penggabungan 2 atom H →→→→ H2 0 −2 −4 6 4 2 8 10 E [ e V ] 1 2 3 Å stabil tak stabil R0
jarak antar atom Pada
penggabungan dua atom, tingkat energi
dengan bilangan kuantum tertinggi akan terpecah lebih
dulu
Elektron yang berada di tingkat energi terluar disebut elektron valensi; elektron valensi berpartisipasi dalam pembentukan ikatan atom.
Elektron yang berada pada tingkat energi yang lebih dalam (lebih rendah) disebut
elektron inti;
Gambaran tentang terbentuknya molekul dapat diperluas untuk sejumlah atom yang besar yang tersusun secara teratur, yaitu kristal padatan.
n = 1
n = 2
n = 3
Jarak antar atom
E n e rg i
Padatan
Dalam penggabungan N atom identik, setiap tingkat energi terpecah menjadi N tingkat dan setiap tingkat akan mengakomodasi sepasang elekron dengan spin
yang berlawanan ( ms = ± ½ ).
Teori Pita Energi
0 5 10 Å 15 −10 −20 −30 0 E [ e V ]
sodium
2p R0 = 3,67 Å 3s 3p 4s 3dTeori Pita Energi
Cara penempatan elektron pada tingkat-tingkat energi mengikuti urutan sederhana: tingkat energi yang paling rendah akan terisi lebih dulu,
menyusul tingkat di atasnya, dan seterusnya.
EF , tingkat energi tertinggi yang terisi disebut tingkat Fermi, atau energi Fermi.
Pada 0o K semua tingkat energi sampai ke tingkat E
F terisi
penuh, dan semua tingkat energi di atas EF kosong .
Pada temperatur yang lebih tinggi, beberapa tingkat energi di bawah EF kosong karena elektron mendapat tambahan energi untuk naik ke tingkat di
atas EF .
Teori Pita Energi
Elektron valensi yang berada pada tingkat energi Fermi ataupun di atas energi Fermi, berada pada salah satu tingkat energi yang dimiliki oleh
kristal.
Jumlah tingkat energi yang dimiliki oleh kristal sangat banyak dan sangat rapat sehingga hampir merupakan perubahan yang kontinyu. Oleh karena
itu, elektron pada tingkat energi Fermi yang bergerak dalam kristal dapat dipandang sebagai elektron bebas.
Elektron yang bergerak dengan kecepatan tertentu memiliki energi kinetik dan bilangan gelombang, k, tertentu.
m
k
m
p
E
k2
2
2 2 2h
=
=
Gerakan elektron tersebut mengalami hambatan karena ada celah energi.
Teori Pita Energi
Elektron sebagai gelombang mengikuti hukum defraksi Bragg.
θ
λ
2d
sin
n =
λ
π
2
=
k
θ
π
sin
d
n
k ≡
Ada satu seri nilai k yang membuat elektron terdefraksi sehingga tidak dapat melewati kristal secara bebas.
Untuk elektron dalam kristal, seri nilai k ini terkait dengan celah energi.
Nilai k dari defraksi Bragg memberikan dua set gelombang diam (standing
wave) dengan nilai energi yang berbeda; selisih antara keduanya adalah
lebar celah energi.
d = jarak antar bidang kristal;
θ = sudut datang;
n = bilangan bulat.
Model Zona
Adanya celah energi membuat energi elektron tidak lagi merupakan fungsi kontinyu dari k 2.
Model elektron bebas yang memberikan energi sebagai fungsi kontinyu dari
k 2 harus dimodifikasi dengan memutus fungsi kontinyu tersebut dengan
celah energi pada nilai k yang memberikan defraksi Bragg.
k
E
Celah energi Celah energi−
k2−
k1 +k1 +k2Model Zona
Zona BRILLOUIN
Zona Brillouin adalah representasi tiga dimensi dari nilai k yang diperkenankan Celah energi Celah energi zone pertama zone kedua Satu Dimensi:
k
E
−
k2−
k1 +k1 +k2Model Zona
k
E
−
k2−
k1 +k1 +k2...
3
,
2
,
1
dengan
=
±
±
±
=
n
a
n
k
nπ
k tergantung dari arah relatif gerak elektron terhadap kristal
a = jarak antar atom
Dua Dimensi:
(
2)
2 2 1 2 1n
n
a
n
k
n
k
x y
+
=
+
π
− π/a− 2π/a + π/a + 2π/a
− π/a + π/a + 2π/a − 2π/a Zona pertama Zona kedua kx ky
Model Zona
[6]Tiga Dimensi:
(
2)
3 2 2 2 1 3 2 1n
n
n
a
n
k
n
k
n
k
x y z
+
+
=
+
+
π
Zone kedua terdiri dari piramida dengan tinggi π/a dan dasar 2π/a terletak di permukaan kubus dari zone pertama
k
xk
zk
y +π/a−
π/a +π/a−
π/a +π/a−
π/a Zone pertama kristal kubikModel Zona
Pada metal dengan kirstal BCC dan FCC, setiap zona memuat
jumlah status kuantum sama dengan jumlah atom yang
membentuknya
Untuk kristal dengan N atom, ada N status di zona pertama
Karena setiap tingkat energi berisi 2 elektron, maka pada kristal
monovalen ada N/2 status kuantum terendah yang terisi; zona
pertama hanya terisi setengahnya.
Di samping mengetahui jumlah status di tiap zona, perlu diketahui
juga jumlah status kuantum untuk setiap energi; yaitu
degenerasi
sebagai fungsi energi.
Berdasarkan sifat fisik dan mekanik, Seitz mengidentifikasi zat padat sebagai berikut:
Metal : memiliki koefisien temperatur
resistivitas positif, konduktivitas listrik dan thermal tinggi, bisa dibentuk secara plastis. Kristal ionik : konduktivitas listrik dan
thermal rendah, tidak plastis. (NaCL) Kristal kovalen : keras, konduktivitas listrik dan thermal rendah. (Intan). Semikonduktor : ikatan kovalen, konduktivitas listrik rendah, koefisien temperatur negatif. Berdasarkan konduktivitas listriknya kita membedakan material sebagai konduktor semikonduktor dielektrik
0,14×10
7Stainless steel
0,7×10
7Baja
1,03×10
7Nickel
1,07×10
7Besi
1,56×10
7Kuningan
1,82×10
7Tungsten
3,5×10
7Aluminium
4,25×10
7Emas
5,85×10
7Tembaga
6,3×10
7Perak
σ
e[siemens]
Material
10
−15∼ 10
−17Polyethylene
10
−11∼ 10
−15Mika
10
−10∼ 10
−15Gelas
(borosilikat)
1 ∼ 2×10
−11Bakelit
2 ∼ 3×10
−5Gelas (kaca)
σ
e[siemens]
Material
Konduktor IsolatorKonduktor
[6]Jika pada suatu material konduktor terjadi perbedaan potensial, arus listrik akan mengalir melalui konduktor tersebut
Ε
Ε
J
e e e=
ρ
=
σ
kerapatan arus [ampere/meter2] kuat medan [volt/meter] resistivitas [Ωm] konduktivitas [siemens]Konduktor -
Model Klasik SederhanaMedan listrik E memberikan gaya dan percepatan pada elektron sebesar
E
F
e=
e
em
e
a
=
E
Karena elektron tidak terakselerasi secara tak berhingga, maka dapat
dibayangkan bahwa dalam pergerakannya ia harus kehilangan energi pada waktu menabrak materi pengotor ataupun kerusakan struktur pada zat
padat.
Jika setiap tabrakan membuat elektron kembali berkecepatan nol, dan
waktu antara dua tabrakan berturutan adalah 2
τ
maka kecepatan rata-rata adalah:e
m
e
v
=
τ
E
0 2τ 4τ 6τ e e
m
e
v
=
τ
E
e maksm
e
v
=
2
τ
E
k e c e p a ta n waktu e em
ne
v
ne
E
τ
J
2=
=
=
σ
eE
e em
ne
τ
σ
=
2 kerapatan elektron bebas benturanJika tak ada medan listrik, elektron bebas bergerak cepat pada arah yang acak sehingga tak ada aliran elektron netto. Medan listrik akan membuat
elektron bergerak pada arah yang sama. kerapatan
arus
Teori Drude-Lorentz
Tentang Metal
1900: Drude mengusulkan bahwa konduktivitas listrik tinggi pada metal dapat dijelaskan sebagai kontribusi dari elektron valensi yang dianggap dapat
bergerak bebas dalam metal, seperti halnya molekul gas bergerak bebas dalam suatu wadah. Gagasan Drude ini dikembangkan lebih lanjut oleh Lorentz.
Elektron dapat bergerak bebas dalam kristal metal pada potensial internal yang konstan. Ada dinding potensial pada permukaan metal, yang menyebabkan
elektron tidak dapat meninggalkan metal.
Semua elektron bebas berperilaku seperti molekul gas (mengikuti statistik Maxwell-Boltzmann); elektron ini memiliki distribusi energi yang kontinyu. Gerakan elektron hanya dibatasi oleh tabrakan dengan ion-ion metal.
Konduktor -
Teori Drude-Lorentz Tentang Metal [1]Medan listrik E memberikan gaya dan percepatan pada elektron sebesar
E
F
e=
e
em
e
a
=
E
Integrasi a terhadap waktu memberikan kecepatan elektron, yang disebut kecepatan drift :
t
m
e
v
e driftE
=
t
m
e
v
e driftE
=
Jika jalan bebas rata-rata elektron adalah L maka waktu rata-rata antara tabrakan dengan tabrakan berikutnya adalah
drift
v
L
t
+
=
µ
Kecepatan drift ini berubah dari 0 sampai
vdrift maks , yaitu kecepatan sesaat sebelum
tabrakan dengan ion metal.
t
m
e
v
v
e drift drift2
2
E
=
=
kecepatan thermal<<
µ
driftv
µ
L
t ≈
Kecepatan drift rata-rata dapat didekati dengan:
Konduktor -
Teori Drude-Lorentz Tentang Metal [1]µ
L
m
e
t
m
e
v
e e drift2
2
E
E
=
=
Kerapatan arus adalah:
µ
e drift em
L
ne
v
ne
2
2E
J
=
=
ρ
E
=
L
ne
m
e 22
µ
ρ
=
Model Pita Energi
untuk Metal
Jika banyak atom bergabung menjadi padatan, tingkat valensi terluar dari setiap atom cenderung akan terpecah membentuk pita energi. Tingkat-tingkat energi yang lebih dalam, yang disebut Tingkat-tingkat inti, tidak terpecah. Setiap tingkat valensi dari dari suatu padatan yang terdiri dari N atom berbentuk pita valensi yang terdiri dari N tingkat energi.
Dengan demikian maka tingkat valensi s yang di tiap atom memuat 2 elektron, akan menjadi pita s yang dapat menampung 2N elektron.
Tingkat valensi p yang di tiap atom memuat 6 elektron, akan menjadi pita p yang dapat menampung 6N elektron.
Gambaran pita-pita energi pada suatu padatan:
pita s pita p
celah energi
Pada metal, pita valensi biasanya hanya sebagian terisi
Pita energi paling luar, jika ia hanya sebagian terisi dan padanya terdapat tingkat Fermi, disebut sebagai
pita konduksi
.kosong celah energi terisi kosong pita valensi EF pita konduksi
Sodium
Pada beberapa metal, pita valensi terisi penuh. Akan tetapi pita ini
overlap
dengan pita di atanya yang kosong. Pita yang kosong ini memfasilitasi tingkat energi yang dengan mudah dicapai olehelektron yang semula berada di pita valensi.
terisi penuh kosong
EF
pita valensi
Magnesium
Pada beberapa material, pita valensi terisi penuh dan pita valensi ini
tidak overlap
dengan pita di atasnya yang kosong. Jadi antara pita valensi dan pita di atasnya terdapat celah energi.celah energi terisi penuh kosong pita valensi
Intan
celah energi terisi penuh kosongSilikon
isolator
semikonduktor
Model Mekanika
Gelombang
Dalam model mekanika gelombang, elektron dipandang sebagai paket gelombang, bukan partikel.
Kecepatan grup dari
paket gelombang adalah
dk
df
v
g=
2
π
f = frekuensi DeBrogliek = bilangan gelombang
Percepatan yang dialami elektron adalah
dt
dk
dk
E
d
h
dk
dE
dt
d
h
dt
dv
a
g 2 22
2
π
π
=
=
=
Karena E = hf , maka:dk
dE
h
v
g=
2
π
dt
dk
dk
E
d
h
dk
dE
dt
d
h
dt
dv
a
g 2 22
2
π
π
=
=
=
dt
dk
dE
h
e
dt
v
e
dx
e
dE
=
E
=
E
g=
2
π
E
e
E
h
dt
dk
2
π
=
2 2 2 24
dk
E
d
h
e
a
=
E
π
Percepatan yang dialami elektron adalah
Percepatan ini terjadi karena ada medan listrik E, yang memberikan gaya sebesar eE
Gaya sebesar eE memberikan laju perubahan energi kinetik pada elektron bebas sebesar
sehinggapercepatan elektron menjadi:
Konduktor -
Model Mekanika Gelombang2 2 2 2
4
dk
E
d
h
e
a
=
E
π
sehinggapercepatan elektron menjadi:
Bandingkan dengan relasi klasik:
F
m
a
e e
=
Kita definisikan
massa efektif elektron
:1 2 2 2 2
4
*
−
=
dk
E
d
h
m
π
m
*
e
a
=
E
Untuk elektron bebas m* = me .
Untuk elektron dalam kristal m* tergantung dari energinya.
Konduktor -
Model Mekanika Gelombang1 2 2 2 2
4
*
−
=
dk
E
d
h
m
π
menurun
dk
dE
negatif
2 2
dk
E
d
negatif
*
m
meningkat
dk
dE
positif
2 2
dk
E
d
k
E
−
k1 +k1kecil
*
m
celah energi sifat klasikm* = me jika energinya tidak mendekati batas pita energi
dan kurva E terhadap k berbentuk parabolik
Pada kebanyakan metal m* = me karena pita energi tidak terisi penuh. Pada material yang pita valensinya terisi penuh
m* ≠ me
Teori Sommerfeld
Tentang Metal
Metal dilihat sebagai benda padat yang kontinyu, homogen, isotropik. Gambaran tentang elektron seperti pada teori Drude-Lorentz; elektron bebasa berada pada potensial internal yang konstan.
Perbedaannya adalah bahwa elektron dalam sumur potensial mengikuti teori kuantum dan bukan mekanika klasik
Berapa statuskah yang tersedia untuk elektron atau dengan kata lain bagaimanakah kerapatan status?
Bagaimana elektron terdistribusi dalam status yang tersedia dan bagaimana mereka berpartisipasi dalam proses fisika?
Kita lihat lagi Persamaan Schrödinger
x
z
y
Lx Ly
Lz
Sumur tiga dimensi
0
2
2 2 2 2 2 2 2=
ψ
+
∂
ψ
∂
+
∂
ψ
∂
+
∂
ψ
∂
E
z
y
x
m
h
)
(
)
(
)
(
)
,
,
(
x
y
z
=
X
x
Y
y
Z
z
ψ
0
)
(
)
(
1
)
(
)
(
1
)
(
)
(
1
2
2 2 2 2 2 2 2=
+
∂
∂
+
∂
∂
+
∂
∂
E
z
z
Z
z
Z
y
y
Y
y
Y
x
x
X
x
X
m
h
E
m
z
z
Z
z
Z
y
y
Y
y
Y
x
x
X
x
X
2 2 2 2 2 2 22
)
(
)
(
1
)
(
)
(
1
)
(
)
(
1
h
−
=
∂
∂
+
∂
∂
+
∂
∂
Aplikasi Persamaan Schrödinger: Kasus 3 Dimensi
x E m x x X x X 2 2 2 2 ) ( ) ( 1 h − = ∂ ∂ y E m y y Y y Y 2 2 2 2 ) ( ) ( 1 h − = ∂ ∂ z E m z z Z z Z 2 2 2 2 ) ( ) ( 1 h − = ∂ ∂
0
)
(
2
)
(
2 2 2=
+
∂
∂
x
X
E
m
x
x
X
xh
2x 2 2L
8m
h
n
E
x=
x 2 y 2 2L
8m
h
n
E
y=
y 2 z 2 2L
8m
h
n
E
z=
z x z y Lx Ly LzSumur tiga dimensi
Aplikasi Persamaan Schrödinger; Kasus 3 Dimensi
2 x 2 2
L
8m
h
n
E
x=
x 2 y 2 2L
8m
h
n
E
y=
y 2 z 2 2L
8m
h
n
E
z=
z Energi elektron :Energi elektron dinyatakan dalam momentumnya:
m
p
E
x x2
2=
m
p
E
y y2
2=
m
p
E
z z2
2=
sehingga : 2 x 2L
2
=
n
h
p
x x 2 y 2L
2
=
n
h
p
y y 2 z 2L
2
=
n
h
p
z z momentum : iL
2
h
n
p
i=
±
imomentum : i
L
2
h
n
p
i=
±
iTanda ± menunjukkan bahwa arah momentum bisa positif atau negatif. Pernyataan ini menunjukkan bahwa momentum terkuantisasi.
px, py, pz membentuk
ruang momentum
tiga dimensi. Jika ruang momentum berbentuk kubus, maka satuan sisi kubus adalahh/2L
Kwadran pertama
ruang momentum (dua dimensi):px py
0
setiap titik menunjukkan status momentum yang diperkenankan
setiap status momentum menempati ruang sebesar
h2/4L2 (kasus 2 dimensi).
Kwadran pertama
ruang
momentum
(dua dimensi)px py 0 px py 0 p dp
setiap status momentum menempati ruang sebesar
h2/4L2
(
)
3 2L
8
/
8
/
4
)
(
3h
dp
p
dp
p
=
π
dimensitiga(
)
3V
4
)
(
2h
dp
p
dp
p
=
π
px py 0 p dp tiga dimensi
(
)
3V
4
)
(
2h
dp
p
dp
p
=
π
Karenap =
(
2mE
)
1/2dp
=
2
(
2
mE
)
−1/2dE
maka(
)
(
)
dE
mE
m
mE
h
V
dE
E
(
)
4
2
2
1/2 3 −×
×
=
π
(
) ( )
d
dE
E
m
h
V
dE
E
(
)
=
2
×
2
3/2 1/2=
3π
massa elektron di sini adalah massa efektif Inilah kerapatan status. Setiap status mencakup 2 spin
Berapakah yang terisi?
Konduktor -
Teori Sommerfeld Tentang Metal [1]Densitas Status pada 0 K
(
) ( )
d
dE
E
m
h
V
dE
E
(
)
=
2
×
2
3/2 1/2=
3π
Status energi diisi oleh elektron valensi mulai dari tingkat terendah secra berurut ke tingkat yang lebih tinggi sampai seluruh elektron terakomodasi. Elektron pada status energi yang paling tinggi analog dengan elektron pada tingkat energi paling tinggi di sumur potensial.
Elektron ini memerlukan tambahan energi sebesar work function untuk meninggalkan sumur potensial.
Status energi paling tinggi, yaitu tingkat yang paling tinggi yang ditempati oleh elektron pada 0 K secara tentatif didefinsikan sebagai tingkat Fermi, EF.
(Definisi ini sesungguhnya tidak lengkap, tetapi untuk sementara kita gunakan).
px py
0
p
dp
Jika p adalah jarak dari titik pusat ke momentum paling luar, maka akan diperoleh status yang terisi.
Status yang terisi adalah:
3 3 3 3 3
3
V
8
2L
3
4
h
p
h
p
=
π
÷
=
π
Karenap =
(
2mE
)
1/2( )
3 2 / 3 3/23
V
2m
8
h
E
=
π
Energi Fermi: 3 2 / 3 2 / 32
1
V
3
8
1
h
m
E
F
=
π
3 / 2 2 2 3 / 2V
3
8
2
1
V
3
4
1
=
=
π
π
m
h
h
m
E
FN(E)
E EF
∞ E1/2
Densitas & Status terisi pada 0 K
Densitas Status pada 0 K
(
) ( )
m
E
dE
d
h
V
dE
E
(
)
=
2
×
2
3/2 1/2=
3π
Jumlah status yang terisi dihitung dari
jumlah status momentum yang terisi dalam ruang momentum: 3 3 3 3 3 3h V 8 L / ) 3 / 4 ( 2 p h p = × π = π
Jika elektron pada tingkat energi EF kita pandang secara klasik, relasi energi:
Pada tingkat energi EF sekitar 4 eV, sedang
F B
F
k
T
E =
di mana TF adalah temperatur Fermi
eV
10
6
,
8
×
−5≈
Bk
makaT
F≈
4
,
7
×
10
4K
Jadi suatu elektron klasik berada pada sekitar 50.000 K untuk setara dengan elektron pada tingkat Fermi.
Hasil Perhitungan
6,4
5,5
Au
6,4
5,5
Ag
8,2
7,0
Cu
1,8
1,5
Cs
2,1
1,8
Rb
2,4
2,1
K
3,7
3,1
Na
5,5
4,7
Li
T
F[
oK×10
-4]
E
F[eV]
elemen
E =
Fk
BT
F [1]Konduktor -
Tingkat Energi FERMIMenurut mekanika gelombang elektron bebas dalam kristal dapat
bergerak tanpa kehilangan energi. Setiap kelainan pada struktur kristal akan menimbulkan hambatan pada gerakan elektron yang menyebabkan timbulnya resistansi listrik pada material.
Bahkan pada 0o K, adanya resistansi dapat teramati pada material nyata
sebab pengotoran, dislokasi, kekosongan, dan berbagai ketidaksempurnaan kristal hadir dalam material.
Pada metal murni, resistivitas total merupakan jumlah dari dua komponen yaitu komponen thermal ρT, yang timbul akibat vibrasi kisi-kisi kristal, dan resistivitas residu ρr yang disebabkan adanya pengotoran dan
ketidaksempurnaan kristal. Relasi Matthiessen: e r T
σ
ρ
ρ
ρ
=
+
=
1
resistivitas totalresistivitas thermal resistivitas residu
konduktivitas
Konduktor -
ResistivitasEksperimen menunjukkan: 200 300 oK 100 | | − − −− − − Cu Cu, 1,12% Ni Cu, 2,16% Ni Cu, 3.32% Ni ρ [o h m -m ] × 1 0 8 1 2 3 4 5
6 Di atas temperatur Debye
komponen thermal dari resistivitas hampir linier terhadap temperatur:
frekuensi maks osilasi B D D
k
hf
=
θ
D s Df
c
=
λ
Temperatur Debye: konstanta Boltzmann 1,38×10−23 joule/oK kecepatan rambat suara panjang gelombang minimum osilator [6]Konduktor -
Resistivitas200 300 oK 100 | | − − −− − − Cu Cu, 1,12% Ni Cu, 2,16% Ni Cu, 3.32% Ni ρ [o h m -m ] × 1 0 8 1 2 3 4 5 6
(
x
)
Ax
r=
1
−
ρ
konstanta tergantung dai jenis metal danpengotoran konsentrasi pengotoran Relasi Nordheim: Jika x << 1
ρ
r=
Ax
2% 3% 1% | | − −− −ρ
r /ρ
27 3 0,05 0,10 0,15 0,20 4% | In dalam Sn [6]Konduktor -
ResistivitasPengaruh Jenis Pengotoran pada
Cu
−
−
| | | | 2,0×10−8 2,5×10−8 1,5×10−8 ρ [o h m -m e te r] 0 0,05 0,10 0,15 0,20 ρT (293) Sn Ag Cr Fe P % berat [6]Konduktor -
ResistivitasElektron bebas dalam metal tidak meninggalkan metal, kecuali jika mendapat tambahan energi yang cukup.
+
+
+
+
x
EF E n e rg i Hampa eFEmisi Elektron
emitter collector cahaya A V Sumber tegangan variabel I V −−−−V0 x lumen 2x lumen 3x lumen 0
Pada tegangan ini semua elektron kembali ke katoda (emitter)
Laju keluarnya elektron (arus) tergantung dari intensitas cahaya tetapi energi kinetiknya tidak
tergantung intensitas cahaya Energi kinetik elektron = e V0
Peristiwa photolistrik
emitter collector cahaya A V Sumber tegangan variabel I V −−−−V01 λ=5000Å (biru) −−−−V02 −−−−V03 λ=5500Å (hijau) λ=6500Å (merah) Intensitas cahaya konstan tetapi panjang gelombang berubah
Emisi Elektron -
photolistrikemitter collector cahaya A V Sumber tegangan variabel
Photon dengan energi hf diserap elektron di permukaan metal sehingga elektron tersebut mendapat tambahan energi. Jika pada awalnya elektron menempati tingkat energi tertinggi di pita konduksi dan
bergerak tegak lurus ke arah permukaan, ia akan meninggalkan emitter dengan
energi kinetik maksimum
E
k maks= hf
−
eφ
Energi yang diterima
Energi untuk mengatasi hambatan di permukaan
(dinding potensial)
Emisi Elektron -
photolistrikemitter collector cahaya A V Sumber tegangan variabel tingkat energi terisi hf EF eφφφφ Ek maks Ek < Ek maks hf
emitter collector cahaya A V Sumber tegangan variabel
Jika V0 (yang menunjukkan energi kinetik) di-plot terhadap frekuensi:
Vo f −φ1 −φ2 Slope = h/e Metal 1 Metal 2 Rumus Einstein:
e
V
0
====
hf
−−−−
e
φ
Emisi Elektron -
photolistrikPeristiwa Emisi Thermal
Pada temperatur tinggi, sebagian elektron memiliki energi kinetik yang lebih tinggi dari energi rata-rata elektron sehingga dapat melampaui
work function ( eφ ).
A
V vakum
pemanas
katoda anoda Jika arus cukup tinggi, terjadi saling tolak antara elektron di ruangan sehingga
elektron dengan energi rendah tidak mencapai anoda.
Muatan ruang makin berpengaruh jika arus makin tinggi. Arus akan mencapai
kejenuhan.
I
V
−V
Emisi Elektron –
emisi thermalMakin tinggi temperatur katoda, akan makin tinggi energi elektron yang keluar dari permukaan katoda, dan kejenuhan terjadi pada nilai arus yang lebih tinggi.
A V vakum pemanas katoda anoda I V −V T1 T2 T3
Kejenuhan dapat diatasi dengan menaikkan V I T V1 V2 V3
Pada tegangan yang sangat tinggi, dimana efek muatan ruang teratasi secara total, semua elektron yang keluar dari katoda akan mencapai anoda.
A V vakum pemanas katoda anoda Persamaan Richardson-Dushman kT e
e
AT
J
=
2 − φ /kerapatan arus konstanta dari material
k = konstanta Boltzman = 1,38×10−23 joule/oK
I
T
V1 V2 V = ∞
Nilai φ tergantung dari temperatur : A V vakum pemanas katoda anoda
T
α
φ
φ
====
0
++++
pada 0o KdT
d /
φ
α ====
koefisien temperaturK
eV/
10
−4 o≈
α
e
pada kebanyakanmetal murniPersamaan Richardson-Dushman menjadi:
kT
e
k
e
e
e
AT
J
====
2
−−−−
α
/
−−−−
φ
0/
A V vakum pemanas katoda anoda Persamaan Richardson-Dushman
kT
e
k
e
e
e
AT
J
====
2
−−−−
α
/
−−−−
φ
0/
kT e k ee
Ae
AT
J
/ / 2 0 φ α −−−− −−−−====
kT
e
k
e
A
AT
J
0 2ln
ln
====
−−−−
α
−−−−
φ
2 ln AT J T 1?
1,62
1,9
290
303
Cs
0,60
2,5
800
983
Ba
0,60
3,4
1500
2123
Th
0,55
4,2
2100
2873
Mo
0,4 – 0,6
4,1
2300
3271
Ta
0,060
4,5
2500
3683
W
A
[10
6amp/m
2 oK
2work
function
[eV]
temp. kerja
[
OK]
titik leleh
[
OK]
Material
katoda
[6]Emisi Elektron –
emisi thermalJika elektron dengan energi tinggi (yang disebut elektron primer)
ditembakkan ke permukaan metal, elektron dapat keluar dari permukaan metal (yang disebut elektron sekunder).
Energi kinetik elektron sekunder tidak harus tergantung dari energi kinetik elektron yang membentur permukaan.
Efisiensi emisi sekunder dinyatakan sebagai rasio jumlah elektron
sekunder, Is terhadap jumlah elektron primer yang membentur permukaan,
Ip. Rasio ini disebut secondary emission yield,
δ
, dan merupakan fungsi darienergi kinetik berkas elektron yang membentur permukaan.
Jika energi kinetik berkas elektron yang membentur permukaan terlalu rendah hanya sedikit dihasilkan emisi sekunder.
Emisi Elektron –
emisi sekunderJika energi kinetik berkas elektron yang membentur permukaan terlalu tinggi hanya sedikit juga dihasilkan emisi sekunder. Hal ini disebabkan karena elektron yang membentur permukaan metal sempat masuk (penetrasi) ke dalam metal sebelum terjadi benturan dengan elektron bebas dalam metal.
Elektron bebas yang menerima tambahan energi mengalami tabrakan-tabrakan sebelum mencapai permukaan, dan mereka gagal keluar dari permukaan metal.
Akibatnya adalah δ sebagai fungsi dari energi berkas elektron, mempunyai nilai maksimum. δ Ek 0 0 δmaks Ek maks
1300
4,8
Al
2O
3500
10,2
BeO
400
∼2,5
gelas
700
1,43
W
550
1,3
Ni
375
1,25
Mo
400
0,9
Cs
600
1,35
Cu
300
0,97
Al
E
k[eV]
δ
maksemitter
[6]Efek SCHOTTKY
Dalam peristiwa emisi thermal telah disebutkan bahwa
kenaikan medan listrik antara emitter dan anoda akan
mengurangi efek muatan ruang.
I
V1 V2
V3
Medan yang tinggi juga meningkatkan emisi
karena terjadi perubahan dinding potensial di permukaan katoda.
+
+
+
+
x
EF E n e rg i x 0 e∅medan listrik tinggi
V = eEx
e∆∅
Medan E memberikan potensial −eEx pada jarak x dari permukaan
nilai maks dinding potensial penurunan work function
Peristiwa Emisi Medan
Hadirnya medan listrik pada permukaan katoda, selain menurunkan
work function juga membuat dinding potensial menjadi lebih tipis.
+
+
+
+
x
EF E n e rg i e∅medan listrik sangat tinggi V = eEx
e∆∅
jarak
tunneling
penurunan work function
Emisi Elektron –
emisi medanDielektrik digunakan pada
kapasitor
dan sebagaibahan isolasi
Permitivitas relatif didefinisikan sebagai rasio permitivitas dielektrik (ε) dengan permitivitas ruang hampa (ε0)0
ε
ε
ε
r≡
Jika suatu dielektrik yang memiliki permitivitas relatif εr disisipkan antara dua pelat kapasitor yang memiliki luas A dan jarak antara kedua pelat adalah d , maka kapasitansi yang semula
0 0
ε
d
A
C =
berubah menjadi r rC
d
A
d
A
C
=
ε
=
ε
0ε
=
0ε
dielektrik meningkatkan kapasitansi sebesar εr kali
Faktor Desipasi
Diagram fasor kapasitor im re IRp IC Itot δ VC
δ
tan
C C Rp CP
=
V
I
=
V
I
Desipasi daya (menjadi panas):
tanδ : faktor desipasi (loss tangent)
δ
ε
δ
ε
tan
π
2
tan
ω
2 0 0 0 r rC
f
C
P
V
V
V
=
=
εr tanδ : faktor kerugian (loss factor)
Sifat Listrik Dielektrik -
Karakteristik Dielektrik
Kekuatan Dielektrik
Gradien tegangan maksimum yang masih dapat ditahan oleh dielektrik sebelum terjadi tembus listrik Nilai kekuatan dielektrik secara eksperimen sangat
tergantung dari ukuran spesimen, elektroda, serta prosedur percobaan
Tembus listrik diawali oleh hdirnya sejumlah elektron di pita konduksi. Elektron ini mendapat percepatan oleh adanya medan listrik yang
tinggi sehingga memperoleh energi kinetik yang tinggi. Sebagian energi ini ditransfer ke elektron valensi sehingga elektron valensi naik
ke pita konduksi. Jika jumlah elektron ini cukup banyak maka akan terjadi avalans elektron di pita konduksi. Arus meningkat dengan cepat
sehingga terjadi peleburan lokal, terbakar, atau penguapan.
Elektron awal bisa hadir oleh beberapa sebab: discharge antara elektroda tegangan tinggi dengan permukaan dielektrik yang terkontaminasi,
pori-pori berisi gas dalam dielektrik, pengotoran oleh atom asing.
Sifat Listrik Dielektrik -
Karakteristik Dielektrik
Jarak elektroda [m] X 10−2 T e g a n g a n te m b u s [k V ] 100 − 0 200 − 300 − 400 − 500 − 600 − 0 0.51 1.03 1.55 2,13 2,54 udara 1 atm udara 400 psi SF6 100 psi
SF6 1 atm Porselain Minyak Trafo High Vacuum [6]
0 0 0 0 0 0
/
ε
σ
ε
=
=
=
=
d
d
A
Q
d
C
Q
d
V
E
Tanpa dielektrik :qr
e=
p
E0 + + + − − − dσ
0 + − + − + + + + + + + dσ
E + − + − + − + − + − + − − − − − − − − Dipole listrik : timbul karena terjadiPolarisasi
r r
d
d
A
Q
d
C
Q
d
V
E
ε
ε
σ
ε
ε
0 0/
=
=
=
=
Dengan dielektrik :(
1
)
0 0 0 0=
−
=
−
−
σ
ε
ε
rE
ε
E
ε
E
ε
rσ
Polarisasi
: total dipole momen listrik per satuan volumeP
=
Molekul di dalam dielektrik mengalami pengaruh medan listrik yang lebih besar dari medan listrik yang diberikan dari luar. Medan listrik yang dialami oleh molekul ini disebut
medan lokal
.+ − + − + + + + + + +
σ
E + − + − + − + − + − + − − − − − − − − + − + − + − + − + − + − + − + −Induksi momen dipole oleh medan lokal Elok adalah
lok mol
=
α
E
p
polarisabilitas lokE
α
=
P
jumlah molekul per satuan volume
(
1
)
0−
=
=
α
E
lokε
E
ε
rP
(
)
E
E
lok r 0
1
ε
α
ε
−
=
4 macam polarisasi
a. polarisasi elektronik :
tak ada medan
ada medan
E
Teramati pada semua dielektrik.
Terjadi karena pergeseran awan elektron pada tiap atom terhadap intinya.
4 macam polarisasi
tak ada medan ada medan
E
b. polarisasi ionik :
+ − + + + + − − − + − + + + + − − −Terjadi karena pergeseran ion-ion yang berdekatan yang berlawanan muatan.
Hanya ditemui pada material ionik.
Sifat Listrik Dielektrik -
Polarisasi
4 macam polarisasi
tak ada medan
ada medan
E
c. polarisasi orientasi :
+ − + − + − + − + − + − + − + − + − + − + − + − + − + − + − + −Terjadi pada material padat dan cair yang memiliki molekul asimetris yang momen dipole permanennya dapat diarahkan oleh medan listrik.
4 macam polarisasi
tak ada medan
ada medan
E
d. polarisasi muatan ruang :
+ + + + + + + + + + + + + + − − − − − − − − − − − − − − − − + + + + + + + + + + + + + + + − − − − − − − − − − − − − − −
Terjadi pengumpulan muatan di perbatasan dielektrik.
εεεε
r
Tergantung Pada
Dalam medan bolak-baik, polarisasi total
P
, polarisabilitas totalα
α
α
α
, danεεεε
r, tergantung dari kemudahan dipole untuk mengikuti medan yang selalu berubah arah tersebut.Dalam proses mengikuti arah medan tersebut, waktu yang
dibutuhkan oleh dipole untuk mencapai orientasi keseimbangan disebut
waktu relaksasi
.Kebalikan dari
waktu relaksasi
disebutfrekuensi relaksasi
. Jika frekuensi dari medan yang diberikan melebihi frekuensirelaksasi, dipole tidak cukup cepat untuk mengikutinya, dan proses orientasi berhenti.
Karena frekuensi relaksasi dari empat macam proses polarisasi berbeda-beda, maka kontribusi dari masing-masing proses pada polarisasi keseluruhan dapat diamati.
frekuensi listrik frekuensi optik
frekuensi power audio radio infra
merah cahaya tampak P
;
ε
r absorbsi; loss factor muatan ruang orientasi ionik elektronik orientasi muatan ruang ionik elektronikα
ε
rT
titikleleh
nitrobenzene [6]
ε
r oC
5×102 cps 104 cps 8×102 cps 5 − 10 − 15 − 20 − 0 0 100 200 300 400 silica glass [6]tanδ : faktor desipasi (loss tangent)
im
re
Diagram fasor kapasitor
IRp IC Itot δ VC
δ
tan
C C Rp CP
=
V
I
=
V
I
Desipasi daya (menjadi panas):
δ
ε
δ
ε
tan
π
2
tan
ω
2 0 0 0 r rC
f
C
P
V
V
V
=
=
εr tanδ : faktor kerugian (loss factor)