LAPORAN
PEMANTAUAN PERIKANAN
BERBASIS MASYARAKAT
(CREEL)
DI KABUPATEN BINTAN
TAHUN 2008
KATA
PENGANTAR
Laporan Pemantauan Perikanan Berbasis Masyarakat (CREEL) di
Kabupaten Bintan selama tahun 2008 ini merupakan hasil pendataan
yang dilakukan oleh Komponen CBM, diinput oleh CRITC Kabupaten
Bintan dan dianalisis ole CRITC Pusat. Pencatatan data dilakukan di 10
lokasi tempat pendaratan ikan pada bulan Mei, Juni, Oktober dan
November tahun 2008.
Dalam analisis data dan pelaporan, telah disepakati bahwa CRITC
Kabupaten Bintan melakukan analisa data untuk tingkat desa,
sedangkan CRITC Pusat untuk tingkat Kabupaten. Laporan ini berisi
data tentang total tangkapan rata‐rata setiap bulan, total tangkapan
rata‐rata berdasarkan alat tangkap yang digunakan, jenis‐jenis ikan
karang yang tertangkap serta nilai Penangkapan Per Satuan Usaha
(CPUE). Trend penangkapan juga dilaporkan.
Disadari bahwa terlaksananya kegiatan pendataan dan penulisan
laporan CREEL tidak akan terlaksana tanpa bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu kami mengucapkan penghargaan dan terima kasih
kepada PIU, CRITC serta CBM kabupaten Kepulauan Bintan. Selain itu
ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu pelaksanaan pendataan dan penulisan ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan ini, untuk itu saran maupun kritik yang membangun sangat
kami harapkan. Jakarta, Februari 2009
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv 1. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan 2 1.3. Luaran 3 2. STUDI AWAL 4
2.1. Profil Lokasi CREEL Kabupaten Bintan 4
2.2. Musim 7
2.3. Lokasi Penangkapan 8
2.4. Lokasi Pendaratan Ikan 8
3. METODOLOGI 10
3.1. Lokasi Survey 10
3.2. Waktu Survey 11
3.3. Cara Kerja 11
3.4. Analisa Data 12
IV. HASIL DAN BAHASAN 13
4.1. Pemantauan Pendaratan Ikan 13
4.2. Trend Penangkapan 2007‐2008 19 V. KESIMPULAN 23 DAFTAR PUSTAKA 24
DAFTAR
TABEL
Tabel 1. Jumlah Perahu di Beberapa Desa di Kabupaten Bintan 7
Tabel 2. Lokasi Pendaratan Ikan di Kabupaten Bintan 9
Tabel 3. Lokasi Pencatatan Pendaratan Ikan, Nama pencatat di
Kabupaten Bintan
10
Tabel 4. Waktu Pencatatan Data di Kabupaten Bintan 11
Tabel 5. Persentase Tutupan Terumbu Karang Hidup di 5 desa
di Kabupaten Bintan
15
Tabel 6. 10 Jenis Ikan yang Teridentifikasi 18
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 1. Peta Lokasi Pendataan CREEL di Kabupaten Bintan 6
Gambar 2. Total Tangkapan Rata‐Rata per Bulan di Kabupaten
Bintan Tahun 2008
13
Gambar 3. Total Tangkapan Berdasarkan Jenis Alat Tangkap 14
Gambar 4. Persentase Tangkapan Dominan di Kabupaten
Bintan
15
Gambar 5. CPUE per Alat Tangkap Dominan 18
Gambar 6. Total dan Rata‐Rata Total Tangkapan per Tahun 20
Gambar 7. Trend CPUE Alat Tangkap Pancing, Jaring dan Bubu
Ketam 21
PENDAHULUAN
BAB
1
1.1.
LATAR
BELAKANG
Kabupaten Bintan terletak antara 1o00’ Lintang Utara, 1o20’ Lintang Selatan, 104o00’ Bujur Timur, 108o30’ Bujur Barat. Luas wilayah kabupaten mencapai 88.038,54 km2. Memiliki jumlah pulau sekitar 2002 buah dan hanya 49 buah pulau yang berpenghuni, sisanya walaupun belum dihuni tapi telah dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, khususnya usaha perkebunan.
Sebagai salah satu Kabupaten yang memiliki pulau‐pulau cukup banyak, sektor perikanan tangkap berpotensi untuk dikembangkan. Saat ini perikanan tangkap yang dilakukan penduduk masih bersifat tradisional. Menurut Mujiani, et.al, (2007) menyatakan bahwa kecenderungan penurunan penangkapan akibat dari cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan pada era 1980 – 1990an, sehingga mematikan biota laut di sekitarnya. Namun hasil kajian tahun 2007 menemukan kecenderungan sebaliknya, yaitu produksi ikan tangkap di Pulau Mapur mengalami perkembangan baik jenis maupun jumlahnya. Keadaan ini mungkin didukung oleh adanya peraturan desa yang melarang nelayan luar masuk ke perairan Mapur, karena Kepulauan Mapur dijadikan sebagai area Konservasi, dengan demikian praktek‐praktek pengeboman dan penggunaan racun berkurang signifikan.
Produksi perikanan di Kabupaten Bintan tentunya sangat berkaitan erat dengan kondisi terumbu karang yang ada disana. Menurut Manuputty, (2006) luas terumbu karang di Kepulauan Tambelan adalah 31,26 km2 dan sedangkan di Pulau Mapur 18,11 km2. Hasil pengamatan di 12 stasiun di Kepulauan Tambelan menunjukkan bahwa di 11 stasiun pengamatan, terumbu karang masih dalam kondisi baik, sedangkan pengamatan di 6 stasiun di Pulau Mapur menunjukkan bahwa hanya 3 stasiun yang kondisi terumbu karangnya
termasuk baik. Jenis‐jenis ikan karang yang dijumpai di Kepulauan Tambelan dan Pulau Mapur adalah sebanyak 182 jenis. Hasil monitoring yang dilakukan oleh Manuputty, A. E. W (2007) menunjukkan bahwa terjadi kenaikan persentase tutupan karang hidup sebesar lebih kurang 10%. Dengan kata lain, bila terumbu karang bertambah baik, maka perikanan pun akan bertambah baik, selanjutnya akan memberikan ‘kesejahteraan’ bagi nelayan sekitarnya.
COREMAP memandang penting untuk membantu para nelayan agar mereka mau mengenali potensi sumberdaya ikannya, termasuk terumbu karang, serta mampu mengelola potensi sumberdaya ikan yang ada di perairan pesisir sekitarnya. Untuk itu, COREMAP merancang suatu pemberdayaan masyarakat nelayan, dengan mengembangkan model pemantauan perikanan berbasis masyarakat yang kemudian disebut dengan pemantauan perikanan berbasis masyarakat (CREEL). Dengan pendekatan CREEL, maka masyarakat nelayan secara mandiri akan berupaya untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan terumbu karang demi menjamin penghasilan dan usaha penangkapan ikan agar keperluan mereka akan terpenuhi secara terus menerus.
Untuk mendukung pengelolaan dimaksud, CRITC Nasional, PIU/PMU Daerah serta CRITC Kabupaten/Kota memfasilitasi pelaksanaan pemantauan tersebut dengan cara menyediakan buku‐buku panduan dan melakuan pelatihan pemantauan perikanan berbasis masyarakat. Kegiatan ini merupakan salah satu pendekatan untuk penguatan kelembagaan
1.2.
TUJUAN
Survey CREEL ini bertujuan untuk : • Hasil tangkapan, • Jenis‐jenis yang tertangkap, • Catch Per Unit Effort (CPUE)
1.3.
LUARAN
Hasil pemantauan CREEL ini sangat berguna untuk menetapkan kebijakan pengelolaan perikanan ke depan, khususnya di lokasi COREMAP. Misalnya : pengaturan penggunaan alat tangkap, pengaturan daerah penangkapan serta melihat pengaruh Daerah Perlindungan Laut (DPL).
STUDI
AWAL
BAB
2
Studi awal dilakukan sebelum pemantauan perikanan berbasis masyarakat dimulai. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui kondisi nelayan, musim, lokasi penangkapan, dan menetapkan lokasi survey CREEL.
2.1. PROFIL LOKASI CREEL KABUPATEN BINTAN
Di kabupaten Bintan terdapat 6 desa binaan COREMAP, yaitu desa Gunung Kijang, Teluk Bakau, Malang Rapat, Kelurahan Kawal, Mapur dan Tambelan. Namun untuk Pendataan CREEL, Tambelan tidak termasuk dalam pendataan.
Kelurahan Kawal
Luas kelurahan Kawal lebih kurang 166.000 ha, termasuk ke dalam wilayah kecamatan Gunung Kijang. Jumlah penduduk adalah 4.721 jiwa atau 1118 KK. Dari total penduduk hanya 4,4% atau 49 KK yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Alat Tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kelurahan Kawal adalah bubu ketam, bubu ikan, jaring dan pancing (Sumber : Rencana Pengelolaan Terumbu Karang Desa Kawal, 2007).
Desa Malang Rapat
Luas desa Malang Rapat lebih kurang 7.712,25 ha. Dihuni oleh 476 KK yang terdiri dari 1.635 jiwa. Mata pencaharian utama adalah nelayan, sebesar 63,4% atau 302 KK, sisanya bekerja sebagai buruh, petani, pedagang serta pegawai negeri sipil. Alat tangkap yang umum digunakan adalah bubu, jaring, pancing dan kelong (Sumber : Rencana Pengelolaan Terumbu Karang Desa Malang Rapat, 2007).
Desa Teluk Bakau
Luas desa Teluk Bakau lebih kurang 112.12 km2, dihuni oleh sekitar 1.289 jiwa atau 386 KK. Dari total penduduk , hanya 7,9% atau 30 KK
yang bekerja sebagai nelayan. Alat tangkap yang umum hampir sama dengan yang digunakan di kedua desa diatas, yaitu, bubu, jaring, pancing dan kelong (Sumber : Rencana Pengelolaan Terumbu Karang Desa Teluk Bakau, 2007).
Desa Gunung Kijang
Luas desa Gunung Kijang lebih kurang 135 km2, dihuni oleh sekitar 430 kk atau 1.688 jiwa. Mata pencaharian penduduk didominasi oleh buruh 53%, sedangkan nelayan hanya 15,5% atau sekitar 67 KK. Alat tangkap yang umum digunakan di desa ini hanyalah bubu ketam dengan target tangkapan utama adalah kepiting rajungan (Sumber : Rencana Pengelolaan Terumbu Karang Desa Gunung Kijang, 2007).
Desa Mapur
Luas wilayah desa Mapur lebih kurang 44 km2, dihuni oleh 230 KK atau sekitar 802 jiwa. Penduduk di desa ini mayoritas bekerja sebagai nelayan, yaitu sekitar 130 KK, sisanya bekerja sebagai petani (37,1%) dan pedagang (5%) serta pegawai negeri sipil (1,2%). Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di desa Mapur cukup beragam, yaitu pancing, pukat bilis, bento, candit dan comek (Sumber : Rencana Pengelolaan Terumbu Karang Desa Mapur, 2007).
Gambar 1 . Peta Lokasi Penda taan C R EEL di Kabu pate n Bi n tan
Kepemilikan perahu di masing‐masing desa sangat beragam. Umumnya nelayan di Kabupaten Bintan. Jumlah perahu terdata yang ada di tiga desa dari lima desa kelima tempat pendataan CREEL disarikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Jumlah Perahu di Beberapa Desa di Kabupaten Bintan
No Desa Jumlah perahu (unit)
1 Mapur 70 2 Teluk Bakau 13 3 Malang Rapat 63 4 Kawal ‐ 5 Gunung Kijang ‐ TOTAL 145
Sumber : Disarikan dari RPTK Desa Gunung Kijang, Kawal,
Teluk Bakau, Malang Rapat dan Mapur , 2007
2.2. MUSIM
Di Kabupaten Bintan dikenal 4 musim, yaitu musim utara, musim selatan, musim barat dan musim timur. Karakteristik masing‐masing musim diuraikan sebagai berikut :
• Musim Timur berlangsung antara bulan Maret sampai Mei. Cuaca teduh, angin tidak terlalu kencang sehingga memungkinkan nelayan dapat melaut setiap hari.
• Musim Selatan, berlangsung antara bulan Juni sampai Agustus atau September. Air laut biasanya keruh.
• Musim Barat berlangsung antara bulan September sampai November. Kondisi cuaca sama dengan musim Timur. Oleh sebab itu kedua musim ini merupakan musim panen bagi nelayan. Berbagai jenis alat tangkap digunakan oleh para nelayan untuk memperoleh hasil tangkapan maksimal (Widayatun & Mujiyani, 2007;) :
• Musim Utara berlangsung pada bulan Desember sampai Maret. Saat ini gelombang kuat dan angin bertiup sangat kencang terutama pada bulan Desember sampai Januari (Laila, et al., 2007). Musim ini merupakan musim sulit bagi nelayan untuk melaut,
karena perahu dan alat tangkap nelayan tidak mampu untuk melawan kuatnya angin dan besarnya gelombang. Namun demikian pada musim ini nelayan masih diuntungkan karena jatuh bersamaan dengan musim ikan tenggiri yang harganya relatif mahal. Kadangkala, bila angin terlihat teduh, nelayan dapat turun ke laut sampai jarak 4 mil.
2.3. LOKASI PENANGKAPAN
Para nelayan di Kabupaten Bintan melakukan penangkapan ikan di lokasi‐lokasi yang berbeda, tergantung dimana mereka tinggal. Nelayan dari desa Kijang, umumnya melakukan penangkapan di sekitar perairan Simpang Alur, Busung, Malang Pandan dan Kampung Masiran. Sementara itu para nelayan dari desa Kawal menangkap ikan di perairan sekitar Pulau Cengom, nelayan desa Teluk Bakau di perairan sekitar Malang Buruk, Pulau Ledang, Pulau Sentot, Tanjung Kelun, Beruan, dan Pulau Nikkoi. Selanjutnya nelayan dari desa Malang Rapat melakukan penangkapan ikan di perairan sekirar Karang Kampe.
2.4. LOKASI PENDARATAN IKAN
Di Lokasi COREMAP II, belum dijumpai adanya Tempat Pendaratan Ikan (TPI) yang resmi didirikan oleh Pemerintah. Para nelayan di Kabupaten Bintan, khususnya di lokasi COREMAP II menjual hasil tangkapan mereka kepada para Tauke setempat. Mereka umumnya bekerja sebagai anak buah para pengumpul/ tauke yang berada di sekitar desa mereka. Tauke ini berlaku sebagai pemberi modal melaut bagi nelayan, misalnya untuk membeli BBM, rokok, es, dan kebutuhan lain saat melaut. Kemudian hasil tangkapan nelayan ini didaratkan dan dijual di pelantar/pelabuhan milik tauke tersebut dengan dipotong modal yang telah diberikan. Di setiap desa kemungkinan terdapat lebih dari satu tauke baik yang berskala kecil maupun besar. Tabel 2 memperlihatkan skala usaha dari masing‐masing lokasi pendaratan ikan di Kabupaten Bintan.
TabeL 2. Lokasi Pendaratan Ikan di Kabupaten Bintan
Nama Desa Lokasi Pendaratan Ikan Skala usaha
Gunung Kijang Kampung Masiran Tauke Samsudin Kelurahan Kawal Tauke Tan Ankok Tauke Siang Ho
Besar Besar Teluk Bakau Tauke Ati
Tauke Bujang Lole Sedang
Malang Rapat Tauke Razam Kampung Kampe
Kecil
Mapur Tauke Sulaiman
Tauke Johan
Sedang Sedang
Sumber: Data Primer CREEL, 2008
METODOLOGI
BAB
3
Pemantauan Perikanan berbasis masyarakat (CREEL) merupakan
survey terpadu yang terdiri dari berbagai komponen COREMAP.
Komponen CBM yang terdiri dari fasilitator lapangan, motivator desa,
LPSTK bahkan masyarakat umum berperan sebagai pencatat. CRITC
daerah berperan sebagai pengumpul data yang telah diambil oleh
pencatat di setiap lokasi pencatatan dan menganalisa data tersebut
untuk lingkup desa. CRITC Pusat berperan dalam menganalisa data
dalam lingkup kabupaten. Oleh karena itu keberhasilan survey CREEL
ini sangat tergantung pada peran masing‐masing.
3.1.
LOKASI
SURVEY
Survey CREEL di Kabupaten Bintan dilakukan di 5 desa yang termasuk
dalam wilayah COREMAP II. Di masing‐masing desa telah dipilih
tempat‐tempat yang akan disurvey. Jumlah desa, lokasi pendaratan
ikan dan nama pencatat dirangkum pada Tabel 3.
Tabel 3. Lokasi Pencatatan Pendaratan Ikan, Nama pencatat di Kabupaten Bintan
Nama Desa Lokasi Pendaratan Ikan Kode Pencatat
Gunung Kijang Kampung Masiran Tauke Samsudin GKKM GKTS Basir Sima Dupa Kelurahan Kawal Tauke Tan Ankok Tauke Siang Ho KWTK KWSH M Yani Saridon Teluk Bakau Tauke Ati Tauke Bujang Lole TBTA TBBL M Kamil M Rais Malang Rapat Tauke Razam Kampung Kampe MRTR MRAH Karim Kasidah Mapur Tauke Sulaiman Tauke Johan MPTS MPTJ Nuna Aman Afif
3.2.
WAKTU
SURVEY
Pencatatan pendaratan ikan dilakukan setiap bulan selama 3 hari
berturut‐turut. Pada tahun 2008 pencatatan data CREEL di Kabupaten
Bintan bervariasi seperti yang tertera dalam Tabel 4.
Tabel 4. Waktu Pencatatan Data di Kabupaten Bintan
Nama Desa/ Lokasi Pencatatan
Pengambilan Data Bulan
Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov
Gunung Kijang + + ‐ ‐ ‐ + + Kawal + + ‐ ‐ ‐ + + Teluk Bakau + + ‐ ‐ ‐ + + Malang Rapat ‐ + ‐ ‐ ‐ + + Mapur ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ +
3.3.
CARA
KERJA
• Pemilihan Pencatat
Pemilihan pencatat survey CREEL dilakukan oleh CRITC Daerah
berkoordinasi dengan CBM Daerah. Setelah itu pencatat diberi
pelatihan bagaimana cara melakukan pendataan.
• Pemilihan Responden
Responden dipilih oleh para pencatat yang difasilitasi oleh CRITC
Pusat dan CRITC Daerah pada saat pelatihan. Jumlah responden di
setiap lokasi pendataran ikan berbeda, tergantung pada jumlah
nelayan terumbu karang yang ada di masing‐masing lokasi
pendaratan ikan. Umumnya jumlah responden adalah 10% ‐ 30%
dari seluruh nelayan terumbu karang di suatu lokasi pendataran
ikan.
• Pengambilan Data
Ada 5 jenis formulir yang diisi oleh para pencatat. Formulir 1 dan 5
diisi pada awal pendataan untuk menentukan lokasi pendataan
survey CREEL dan responden. Formulir 2 dan 3 diisi setiap bulan
selama 3 hari berturut‐turut. Formulir 4 diisi setiap musim.
• Entry Data
Setelah masing‐masing formulir diisi, data dipindahkan dalam
suatu program yang telah dirancang sedemikian rupa.
Peng’entry’an data dilakukan oleh CRITC daerah dan dianalisa
dalam lingkup desa. Kemudian data dikirim ke CRITC Pusat untuk
diolah untuk lingkup kabupaten/kota.
3.4.
ANALISA
DATA
Analisa data dilakukan dengan program yang telah disiapkan. Adapun
variabel yang diamati adalah : total tangkapan per alat tangkap
dominan; jenis tangkapan per alat tangkap dominan dan Catch Per
Unit Effort. Data yang telah dianalisa ditampilkan dalam bentuk tabel,
grafik atau diagram. Untuk melihat trend perikanan di masing‐masing
kabupaten/kota, data terkini dibandingkan dengan data pada tahun
sebelumnya.
BAB
4
B
4.1.
PEMAN
Total Tangka Data total tan hanya dipero November. D pemantauan berikutnya administrasi d Kabupaten Bi Gambar 2. Total Total tangka sebesar 175,5 bulan Novem oktober seba dihubungkan bahwa pada lebih tinggi d Juni. Keada Mujiyani (200HASIL
NTAUAN
PEN
apan ngkapan per b oleh 4 bulan Data bulan Me perikanan b tidak dilakuk dari daerah. B ntan tahun 20 l Tangkapan rata‐ pan rata‐rata 59 kg. Total t mber sebanyak anyak 112.68 dengan kondi musim barat y ibandingkan m aan ini sesua 05), bahwa mu Mei 97.62 Total TL
DAN
B
NDARATAN
I
ulan di Kabup n yaitu bulan ei dan Juni di berbasis mas kan pengamb Berikut adalah 08 : ‐rata per Bulan di per bulan d angkapan nela k 403.57 kg d kg (Gambar 2 isi musim yang yang diwakili b musim selatani dengan per sim barat mer
Juni Oktobe 88.5 11 Tangkapan Per
BAHASA
IKAN
aten Bintan pa n Mei, Juni, peroleh pada syarakat. Pad bilan data total tangkapa Kabupaten Binta di kabupaten ayan tertinggi dan di ikuti ta 2). Bila hasil g ada di Bintan bulan Oktober yang diwakili rnyataan dari rupakan musim er November 12.68 403.57 Bulan (kg)
AN
ada tahun 200 Oktober da saat pelatiha da bulan‐bula karena fakto an per bulan d an tahun 2008 Bintan adala diperoleh pad angkapan bula l tangkapan in n, maka terliha dan Novembe bulan Mei da Widayatun & m panen ikan. 08 an an an or di ah da an ni at er an &
Total Tangka Alat tangkap bervariasi te diantaranya ; ketam, rawai ada 4 jenis a jumlah tangk pancing. Kee nelayan yang frekuensi pen 3). Gamba Dari keempa terhadap tot tangkapan le tiap bulannya kabupaten B menggunakan berbeda. Alat desa Malang laut Malang R apan Menuru p yang diguna rdiri dari 9 je bubu, bubu k dan spearfish lat tangkap ya kapan nelayan empat alat ta g produktif di k nggunaan alat ar 3. Total Tangka t alat tangka tal tangkapan.
bih besar diba a. Ukuran ma Bintan umum n alat tangka t tangkap jaring
Rapat. Nelay Rapat dan seba
ut Alat Tangk akan oleh ne enis alat tang etam, jaring, p hing. Diantara ang memberika n, yaitu bub ngkap terseb kabupaten Bin tangkap terse pan Berdasarkan p, jaring mem . Alat tangk andingkan ala ta jaring yang mnya berkisar ap ini disetia g didominasi o yan dari desa
agian kecil men kap
elayan di kab gkap. Alat tan pancing, kelon
semua alat ta an kontribusi
u ketam, can ut merupakan tan, hal ini di but setiap bul
Jenis Alat Tangka mberikan kont ap ini mengh t tangkap yan g digunakan o antara 2‐5 p bulan pada oleh nelayan ya ini menangkap nangkap di laut bupaten Binta ngkap tersebu g, candit, jarin angkap tersebu besar terhada ndit, jaring da n alat tangka itunjukkan ole annya (Gamba ap tribusi terbesa hasilkan jumla ng lainya untu oleh nelayan d inci. Nelaya a musim yan ang berasal da p ikan disekita t lepas. an ut ng ut ap an ap eh ar ar ah uk di an ng ri ar
Alat tangkap pancing menghasilkan jumlah tangkapan terbesar setelah
jaring. Alat tangkap ini juga digunakan oleh nelayan di setiap musim.
Jumlah tangkapan terbesar alat pancing dihasilkan oleh nelayan dari
desa Mapur, dengan hasil tangkapan berupa ikan‐ikan pelagis (
tenggiri, pari dan hiu) dan ikan‐ikan karang. Ikan‐ikan pelagis
ditangkap oleh nelayan yang memiliki perahu dengan kapasitas mesin
yang cukup besar, sedangkan ikan‐ikan karang ditangkap oleh nelayan
tradisional yang menggunakan sampan. Dengan demikian kontribusi
alat tangkap pancing oleh nelayan tradisional relatif kecil, hasil
tangkapan umumnya hanya untuk dikonsumsi dan hanya sebagian
kecil saja yang dijual. Sebaliknya di desa lain seperti desa Kawal dan
Teluk Bakau pancing memberikan kontribusi tangkapan ikan‐ikan
karang yang cukup besar, karena hasilnya lebih banyak dijual.
Bila dikaitkan dengan kondisi terumbu karang yang ada di sekitar desa
Teluk Bakau, Malang Rapat dan Mapur maka terlihat bahwa
persentase tutupan karang di desa Teluk Bakau dan Kawal lebih tinggi
dari desa lainnya (Tabel 5). Keadaan ini juga dapat memberikan
jawaban mengapa kontribusi ikan‐ikan karang dari kedua desa
tersebut relatif lebih besar.
Tabel 5. Persentase Tutupan Terumbu Karang Hidup di 5 Desa di Kabupaten Bintan
Sumber : Disarikan dari RPTK Desa Gunung Kijang,
Kawal,Teluk Bakau, Malang Rapat dan Mapur , 2007
Alat tangkap Bubu ketam juga menghasilkan total tangkapan yang
besar. Meskipun hasil tangkapan dengan alat ini tidak bervariasi
karena alat ini hanya digunakan untuk menangkap ketam rajungan.
Alat tangkapan ini didominasi oleh nelayan desa Gunung Kijang.
Penangkapan ketam rajungan tidak dipengaruhi oleh musim atau
Desa Tutupan Terumbu karang
Teluk bakau 40 %
Kawal 35 %
Malang Rapat 25‐30%
Mapur 25 %
dengan kata lain sebagian besar nelayan desa Gunung Kijang
menangkap ketam rajungan setiap musim. Sedikit sekali nelayan dari
desa ini yang menangkap ikan. Hal ini disebabkan karena beberapa
faktor :
• Pertama adalah didesa Gunung Kijang terdapat satu usaha yang
mengolah ketam rajungan sebagai komoditas ekspor. Sehingga
nelayan di desa ini memilih menangkap ketam ranjugan karena
sudah jelas ada yang menampung hasil tangkapan mereka.
• Kedua adalah harga hasil tangkapan. Ketam rajungan memiliki
harga yang bervariasi berkisar antara 13000 hingga 25000 rupiah
per kilo nya tergantung ukuran. Sedangkan ikan‐ikan karang
harganya hanya berkisar antara 6000 hingga 20000 rupiah per kilo,
kecuali ikan tenggiri yang mencapai 25000 per kilo. Akan tetapi
diperlukan biaya operasional yang tinggi untuk menangkap jenis
ikan tenggiri.
Total Tangkapan Per Jenis Ikan
Hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Bintan sangat beragam terdiri
dari tangkapan jenis ikan dan non ikan. Jenis tangkapan ikan nelayan
di kabupaten Bintan meliputi ikan tenggiri, tongkol, Hiu dan jenis ikan
karang. Sedangkan jenis tangkapan non ikan adalah ketam rajungan,
cumi‐cumi dan pari. Hasil tangkapan yang memberikan kontribusi
terhadap total tangkapan terbesar di kabupaten Bintan adalah ketam
ranjungan. Jumlah tangkapan ketam ranjungan selama 4 bulan pada
tahun 2008 mencapai 15.39 % dari keseluruhan total tangkapan
Gamba Total tangkap oleh nelayan tangkapan te yang termasu diperoleh, ne barat (bulan bulan Mei da Jenis ikan ha ikan karang ( jenis ikan ya terumbu kara teridentifikas dari total tang
0 5 10 15 20 ar 4. Persentase T
pan jenis keta n dari desa G rbesar kedua uk ke dalam fa elayan menan Oktober dan n Juni. asil tangkapan (pelagis). Ikan ang hidup di ang. Tabel 6 m i. Kelompok i gkapan. 0 5 0 5 0 15.39 9.77 7.8 Persent Tangkapan Domin m rajungan se Gunung Kijang adalah selar ( amili carangid gkap jenis ika November) da dibedakan m n‐ikan karang terumbu kara menunjukkan 1 ni memberika 85 7.45 6.39 6.13
tase Jenis Tangk
an di Kabupaten ebagian besar hampir setia 9.77 % dari to ae. Berdasa an selar hany an tidak diper menjadi ikan k yang dimaksu ang atau bera 0 jenis ikan ka n kontribusi se 3 6.13 4.99 3.97 kapan (%) Bintan disumbangka ap bulan. Jen otal tangkapan
rkan data yan ya pada musim
oleh pada dat
karang dan no ud adalah jenis asosiasi denga
rang yang tela ebesar 15.03 % 3.89 an is n) ng m ta on s‐ an ah %
Tabel 6. 10 Jenis Sumber
CPUE
Alat tangkap nelayan di ka candit. Hasil tangkap tangkap jarin diperoleh pad 0 50 100 150 200 Nama Lo Selar Pinang‐p Tokak Lambai Lebam Dingkis Ketamba Mentimu s ikan yang Teride r : Data primer CREE p dominan ya abupaten Binta Gambar 5. C pan per unit u ng (Gambar 5 da bulan Nov Bubu Ketam 21 65 28 12.7119.17 mei
okal Nama Ilm
Decapte pinang Parupen Choerod Siganus Siganus Siganus ak Lethrinu un Lutjanus Lethrinu entifikasi. EL, 2008 ang hampir d an adalah bub CPUE per Alat Tan usaha (CPUE) 5). Nilai CPUE vember atau p Jaring Pa 5.3 35 39.5 146 200.0 CPUE Juni Oktober miah erus scabl neus chrysopleuro don anchorago doliatus guttatus argenteus us lentjan s decussates us nebulosus igunakan seti bu ketam, jarin ngkap Dominan tertinggi dihas E tertinggi al pada musim b ancing Cand 26.38 30.0 29 9.19 56.40 November Famili Carangidae on Mullidae Labridae Siganidae Siganidae Siganidae Lethrinidae Lutjanidae Lethrinidae ap bulan ole ng, pancing da
silkan oleh ala at tangkap in barat. Demikia dit 9.5 6.3 11.7 Berat (kg) 443 128 51 49 45 21 17.5 7 1 eh an at ni an
pula alat tangkap pancing pada musim dan bulan yang sama juga
memberikan hasil CPUE yang tinggi. Pada musim barat di kabupaten
Bintan dikenal sebagai musim panen ikan sehingga kedua alat tersebut
memperoleh tangkapan per unit usaha yang tinggi dibanding musim
yang lain.
Gambar 5 menunjukkan bahwa CPUE alat tangkap jaring lebih tinggi
dibandingkan alat tangkap pancing. Hal ini karena alat tangkap jaring
mempunyai kapasitas tangkapan yang lebih besar dibandingkan alat
tangkap pancing. Alat tangkap pancing yang digunakan oleh nelayan
kabupaten Bintan umumnya masih jenis tradisional berupa pancing
ulur yang hanya terdapat beberapa mata pancing saja. Sedangkan alat
tangkap bubu ketam dan candit mempunyai nilai CPUE yang hampir
sama yaitu 28 dan 29.5. Nilai CPUE tertinggi kedua alat ini didapatkan
pada musim selatan , yaitu pada bulan juni.
4.2.
TREND
TAHUN
2006
‐
2008
Trend Total Tangkapan per Tahun
Trend tahunan bertujuan untuk melihat perkembangan usaha
perikanan nelayan untuk setiap tahunnya. Hal tersebut bisa
ditunjukkan dari rata‐rata total tangkapan nelayan. Perubahan rata‐
rata total tangkapan nelayan setiap tahun bisa dilihat melalui musim
yang sama pada tahun yang berbeda. Hal ini bermanfaat bagi nelayan
untuk melakukan manajemen baik dalam kegiatan penangkapan ikan
maupun manajemen penghasilan dari hasil tangkapan ikan. Sebagai
contoh pada saat musim dimana total tangkapan ikan tinggi nelayan
sebaiknya memanfaatkan saat ini untuk memaksimalkan penghasilan
dari hasil penjualan hasil tangkapan. Sisa penghasilan dari penjualan
ikan sebaiknya ditabung untuk mengantisipasi pada saat musim total
tangkapan ikan rendah atau bahkan nelayan tidak bisa melaut sama
sekali dikarenakan musim badai. Dengan demikian nelayan tidak
mengalami kesulitan pada saat mereka tidak bisa melaut pada musim
Ga Dari data ya tangkapan pe tahun 2008 ( terjadi sebe tangkapan me tersebut san Menurunnya disebabkan n Sehingga nela tahun sebelum Trend CPUE Tangkapan p tangkap yan kabupaten Bi alat tangkap Alat tangkap t Trend CPUE produktif unt pada tahun‐ta yang memilik tahun‐tahun s mbar 6. Total dan ang dihimpun er tahun meng (Gambar 6). P narnya tidak engalami penu gat kecil jika
tangkapan ik naiknya harga ayan tidak bisa
mnya.
per Tahun per Unit Usah
g digunakan intan sangat b dominan dian tersebut hamp bermanfaat tuk musim ya ahun berikutn ki produktivita sebelumnya. 2006 1362.43 190
Total dan Rata
n Rata‐Rata Total n tampak ba galami penuru Penurunan rat signifikan d urunan kurang dilihat dalam kan pada tahu
bahan bakar a melaut dalam a (CPUE) men oleh nelayan beragam sehin ntaranya panc pir digunakan o untuk meng ang sama seti ya nelayan bis s (CPUE) tingg 2007 1274.47 148.25 a‐rata Tangkapa Total Rata‐ra Tangkapan per T hwa bahwa
unan dari tahu ta‐rata total t dimana setiap g dari 100 kg. N m skala tangk un 2007 dan r untuk opera m jarak yang ja nunjukkan pro n. Alat tangk ngga hanya bis cing, jaring da oleh nelayan d getahui alat t ap tahun. De sa menggunaka gi pada musim 2008 1185.28 175.59 an per Tahun (kg ata Tahun
rata‐rata tota un 2006 hingg angkapan yan p tahun tota Nilai penuruna kapan tahunan 2008 mungki asional perahu uh seperti pad oduktivitas ala kap nelayan d sa dilihat tren n bubu ketam di setiap musim tangkap palin engan demikia an alat tangka m yang sama d g) al ga ng al an n. in u. da at di nd m. m. ng an ap di
Gambar Tren CPUE ke secara umum itu bisa dilih tertinggi untu
r 7. Trend CPUE A e tiga alat tang m mengalami ke at dari nilai C uk alat tangka
Alat Tangkap Panc
gkap yaitu pan enaikan pada CPUE tertingg p pancing ada cing, Jaring dan Bu ncing, jaring d tahun 2008 (G gi untuk tiap‐t lah 137.76 pa ubu Ketam an bubu ketam Gambar 8). Ha
tiap alat. CPU da tahun 2008
m
al
UE
Sedangkan CPUE tertinggi untuk alat tangkap jaring diperoleh pada
tahun 2007 senilai 228.4. Nilai CPUE ini diperoleh pada saat musim
selatan yaitu bulan juni. Meskipun demikian nilai CPUE pada musim
berikutnya yaitu musim barat (bulan oktober dan November)
mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun 2006 hingga tahun
2008. Sedangkan CPUE alat tangkap bubu ketam tertinggi juga
dihasilkan pada tahun 2008 bulan juni Musim selatan) senilai 28. Sama
seperti alat tangkap jaring, CPUE bubu ketam juga mengalami
KESIMPULAN
BAB
5
Dari data CREEL yang dikumpulkan, maka disimpulkan hal‐hal sebagai
berikut :
• Total tangkapan rata‐rata per bulan adalah sebesar 175,59 kg
• Jaring dan pancing , bubu ketam dan candit merupakan alat
tangkap yang digunakan sepanjang tahun oleh para nelayan.
• Ikan karang yang dominan tertangkap terdiri dari 5 jenis, yaitu :
Decapterus scabl, Parupeneus chrysopleuron, Choerodon
anchorago, Siganus doliatus dan Siganus guttatus
• Nilai CPUE alat tangkap jaring antara 39,5 ‐ 200; pancing 9,19 –
137,76; bubu ketam antara 12,71 – 28, sedangkan CPUE alat
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2007a. Rencana Pengelolaan Terumbu Karang Desa Gunung
Kijang Kabupaten Bintan. PIU‐COREMAP II. Tidak Dipublikasikan.
Anonim, 2007b. Rencana Pengelolaan Terumbu Karang Desa Kawal
Kabupaten Bintan. PIU‐COREMAP II. Tidak Dipublikasikan.
Anonim, 2007c. Rencana Pengelolaan Terumbu Karang Desa Mapur
Kabupaten Bintan. PIU‐COREMAP II. Tidak Dipublikasikan.
Anonim, 2007d. Rencana Pengelolaan Terumbu Karang Desa Malang
Rapat Kabupaten Bintan. PIU‐COREMAP II. Tidak Dipublikasikan.
Anonim, 2007e. Rencana Pengelolaan Terumbu Karang Desa Teluk
Bakau Kabupaten Bintan. PIU‐COREMAP II. Tidak Dipublikasikan.
Anna, E. W. Manuputty. 2006. Baseline Ekologi Bintan (Pulau Bintan).
LIPI PRESS. Jakarta.
_________________ . 2007. Monitoring Ekologi Bintan. LIPI PRESS.
Jakarta.
Laila nagib, Mujiyani dan Zainal Fatani.2007. Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di Lokasi Coremap II Desa Malang Rapat dan Desa
Gunung Kijang Kabupaten Bintan. LIPI PRESS. Jakarta.
Widayatun dan Mujiyani.2007. Data Dasar aspek Sosial Terumbu
Karang Indonesia Desa Mapur, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten
Bintan. LIPI PRESS. Jakarta.