• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang pembelajaran Ilmu Pengetahuan alam, hasil belajar, proses pembelajaran, pembelajaran IPA SD, strategi pembelajaran .

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Morgan (dalam Mulyani Sumantri 2000: 15) mengungkapkan pengertian belajar yang lebih modern sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan pengalaman. James O. Whittaker (dalam Syaiful Bahri Djamarah 2004: 17) merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Oemar Hamalik (1993 :280) mengungkapkan empat prinsip belajar yaitu : 1. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi siswa, karena tujuan akan menuntut dalam belajar.

2. Jenis belajar yang paling utama adalah untuk berpikir kritis.

3. Belajar memerlukan pemahaman atas hal – hal yang dipelajari sehingga memperoleh pengertian – pengertian.

4. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan dan hasil.

Prinsip-prinsip tersebut memberikan penjelasan dalam memaknai belajar dan dapat mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan dalam mendukung proses pembelajaran, sehingga pengertian dan pemahaman mengenai makna belajar menjadi lebih jelas dan terarah.

Pendapat para ahli diatas disimpulkan bahwa di dalam belajar adalah suatu perubahan tingkah laku dalam diri seseorang berupa pengetahuan, pemahaman, maupun sikap yang diperoleh melalui proses belajar. Perubahan tingkah laku yang

(2)

diperoleh merupakan hasil interaksi dengan lingkungan. Interaksi tersebut salah satunya adalah proses pembelajaran yang diperoleh di sekolah. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dengan belajar seseorang dapat memperoleh sesuatu yang baru baik itu pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

2.1.2.Pengertian IPA

Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk pengembangan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sesuatu sehingga dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-harinya (Permendiknas RI No. 22 tahun 2006).

Sri ( 2007 : 39) “ IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengertian yang berupa fakta – fakta, konsep – konsep, atau prinsip – prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan “

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA adalah cara berfikir untuk dapat memperoleh pemahaman tentang alam dan sifat – sifatnya, dan cara menyelidiki bagaimana fenomena – fenomena alam dapat dijelaskan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari keingintahuan manusia.

2.1.2.1FungsiIlmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Hernawan, dkk (2010;8,28) mata pelajaran IPA berfungsi untuk memberikan pengethuan tentng lingkungan alam, menggembangkan keterampilan, wawasan dan kesadaran tekhnologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran IPA disekolah Dasar bersifat memberi

(3)

pengetahuan melalui pengamatan terhadap berbagai jenis dan perangai lingkungan alam serta alam buatan.

Pada prinsipnya pelajaran sains di SD membekali siswa dengan kemampuan berbagai cara mengetahui dan suatu cara mengerjakan yang dapat membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara mendalam.

2.1.2.2Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Tujuan yang paling utama dari pembelajaran IPA pada lingkungan sekolah dasar adalah agar siswa dapat memahami berbagai macam pengertian IPA yang saling berkaitan dengan kehidupan sehari – hari serta memahami lingkungan alam , lingkungan fisik, dan mampu menerapkan metode ilmiah yang sederhana dan bersikap ilmiah dalam memecahkan suatu masalah yang akan dihadapi dengan menyadari kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Sri ( 2007:40) mengemukakan tujuan pembelajaran IPA sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturaan alam ciptaannya.

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan tekhnologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan di SMP.

(4)

Muslichah (2006:23) menyatakan bahwa : Tujuan pembelajaran IPA di SD adalah:

1. Menanamkan rasa ingin tahu dan sikap positif terhasap sains, teknologi dan masyarakat.

2. Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar.

3. Mengembangkan pengetahuan dan pengembangan konsep – konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari 4. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Pendapat – pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah untuk menumbuhkan rasa kesadaran tentang pentingnya menjaga, memelihara, dan melestarikan lingkungan alam, meningkatkan keyakinannya akan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan konsep – konsep oembelajaran IPA yang dapat bermanfaat dalam kehidupannya sehari – hari, dan juga sebagai pengetahuan dasar untuk melanjudkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi bagi kehidupan para siswa.

2.1.2.3 Karakteristik Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Hakikat pendidikan IPA akan sangat mempengaruhi profil pembelajaran IPA yang diselenggarakan guru bersama siswa. Pemahaman yang benar tentang karakteristik pendidikan IPA sangat diperlukan oleh guru. Karakteristik tersebut sekurang – kurangnya melipputi pengertian dan ruang lingkup pendidikan IPA.

Untuk membahas hakikat IPA, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebagaimana yang dikemukakan oleh Hardy & Fleer (1996:15-16) sehingga memungkinkan para guru memahami IPA dalam spektif yang lebih luas.

Menurut mereka sekurang – kurangnya ada 7 ruang Lingkup pemahaman IPA sebagaimana berikut:

a. IPA sebagai kumpulan pengetahuan

IPA sebagai kumpulan pengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep IPA yang sangat luas. IPA dipertimbangkan sebagai akumulasi beberapa pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan pengetahuan yang sangat baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, teori, dan generalisasi yang menjelaskan tentang alam.

(5)

b. IPA sebagai proses penelusuran

IPA sebagai suatu proses penelusuran umumnya merupakan suatu pandangan yang menghubungkan erat dengan kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Dalam kategori ini IPA dipandang sebagai suatu yang memiliki disiplin yang ketat, objektif, suatu proses yang bebas nilai.

c. IPA sebagai kumpulan nilai

IPA sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan IPA sebagai proses. Bagaimanapun juga, pemahaman ini menekankan pada aspek nilai ilmiah yang melekat pada IPA. Ini termasuk di dalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu, dan keterbukaan.

d. IPA sebagai cara untuk mengenal dunia

Dalam proses ini IPA dipengaruhi oleh cara dimana orang memahami kehidupan dan dunia di sekitarnya. IPA dikembagangkan sebagai suatu cara dimana manusia mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka, selain itu salah satu cara untuk mengetahui dunia beserta isinya dengan segala keterbatasanya.

e. IPA sebagai istitusi sosial

Ini berarti bahwa IPA seharusnya dipandang dalam pengertian sebagai kumpulan para profesional, yang melalui Ipa mereka didanai, dilatih , dan diberi penghargaan akan hasil karya. Para ilmuan ini sangat terikat dengan kepentingan Institusi, pemerintah, politik, bahkan militer.

f. IPA sebagai hasil konstruksi manusia

Pandangan ini menunjuk pada pengertian bahwa IPA sebenarnya merupakan penemuan dari satu kebenaran ilmiah mengenai hakikat semesta alam. Pengetahuan ilmiah ini tidak lain merupakan akumulasi kebenaran hal pokok dalam pandangan ini adalah IPA merupakan konstruksi pemikiran manusia oleh karenanya, dapat saja apa yang dihasilkan Ipa memiliki sifat bias dan sementara.

(6)

2.1.2.4 Ruang Lingkup IPA

Dalam ruang lingkup pembelajaran IPA adalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari – hari yang ada dilingkungan sekitar, mulai dari fenomena – fenomena alam sampai gejala terbentuknya suatu benda . Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/ MI menurut Depdiknas ( 2006:485) meliputi aspek berikut :

a. Mahluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia,hewan , hewan dan interaksinya dengan lingkungannya, serta kesehatan.

b. Benda / materi , sifat – sifat dan kegunaanya meliputi cair, padat, dan gas.

c. Energi dan perubahanya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik , cahaya dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda – benda langit lainnya.

Menurut pendapat Sri (2007:40) ruaang lingkup pembelajaran IPA adalah sebagai berikut :

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. Benda materi, sifat – sifat dan kegunaan meliputi : cair, padat, gas.

b. Energi dan perubannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik , cahaya dan pesawat sederhana.

c. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda – benda langit lainnya.

Berdasarkan dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPA untuk SD adalah makhluk hidup dan proses kehidupanya, sifat – sifat dan kegunaan benda / materi , energi dan perubahannya, serta bumi dan alam semesta. 2.1.3. Hasil Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997: 343), hasil adalah sesuatu yang dibuat (diadakan, dijadikan, dan sebagainya) oleh usaha.

Slametto (dalam Syaful Bahri Djamalah1992: 2) belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

(7)

laku secara menyeluruh sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dalam lingkungan.

Gagne dan Driscoll dalam Alim Sumarmo ( 2011 ) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajardan dapat di amati penampilan siswa.

Purwanto (2014 : 48-53) berpendapat hasil belajar merupakan perubahan perilaku kejiwaan dikarenakanproses pendidikan.Perilaku kejiwaan itu sendiri terbagi menjadi 3 domain yaitu :

1. Kognitif, hasil belajar koknitif adalah perubahan perilaku yang terjadi dalam kawasan kognitif mencakum enam aspek, antara lain pemahaman, pengetahuan, penerapan analis serta efaluasai:

2. Afektif, hasil belajar afektif dibagi menjadi lima tingkatan, yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan internalisasi.

3. Psikomotorik, hasil belajar psikomotorik ini dapat di bagi menjadi empat ,antara lain persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan komplek dan kreatifitas.

Belajar dalam arti luas adalah perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan penelitian terhadap atau mengenai sikap, nilai-nilai, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau pengalaman berorganisasi.

Peneliti menyimpulkan yang dimaksud dengan hasil belajar yaitu sesuatu yang diperolah setelah seseorang mengalami proses yang ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku berupa pemahaman dan pengetahuan terhadap berbagai hal. 2.1.4. Strategi Pembelajaran

Menurut Shirley (1980) dalam Abimanyu, dkk (2008: 2.2), strategi sebagai keputusan-keputusan bertindak untuk mencapai tujuan. Salusu (1996) dalam Abimanyu, dkk (2008: 2.2) berpendapat bahwa strategi sebagai seni menggunakan kecakapan dan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif dengan lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan.

Briggs (1992) dalam Rifa‟i dan Anni (2011: 191) berpendapat bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi siswa sedemikian

(8)

rupa, sehingga siswa memperoleh kemudahan. Dalam pembelajaran, seorang guru harus mampu menarik perhatian siswa agar belajar secara optimal, sehingga hasil belajar akan baik. Guru sebelum memulai pembelajaran harus memiliki strategi dalam pembelajaran.

Berdasarkan pengertian strategi pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu gambaran umum yang dibuat oleh guru berupa kegiatan pembelajaran yang diyakini efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam menentukan strategi pembelajaran yang tepat, guru perlu mempertimbangkan tujuan, materi pembelajaran, dan karakteristik siswa. Hal ini dimaksudkan agar strategi yang dibuat berfungsi maksimal.

2.1.4.1.Strategi Pembelajaran Aktif

Zaini, Munthe, dan Aryani (2008: xiii) berasumsi bahwa siswa adalah orang yang sudah mampu berpikir kritis, dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik untuk diri mereka, serta dapat menggunakan otak untuk belajar tanpa harus dipaksa. Dengan demikian, guru dituntut dapat menyampaikan pembelajaran dengan strategi yang menarik dan tentunya melibatkan siswa secara aktif. Strategi pembelajaran yang demikian umum disebut dengan strategi pembelajaran aktif.

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran (Zaini, Munthe, dan Aryani, 2008: xiv). Pembelajaran aktif mengajak siswa turut serta dalam pembelajaran. Hal ini dapat menjadikan siswa merasakan suasana yang nyaman, sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Zaini, Munthe, dan Aryani (2008: xiv) berpandangan bahwa “belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak”. Menurut Paham Belajar Aktif yang dirumuskan Silberman (2013: 23), dalam pembelajaran hendaknya guru tidak hanya menggunakan metode ceramah melainkan guru harus melibatkan siswa dalam seluruh kegiatan.

(9)

2.1.4.2.Strategi Pembelajaran True Or False ( ToF)

True or False merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif yang

menstimulasikan keterlibatan siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan guru. Strategi ini merupakan aktivitas kolaboratif yang dapat mengajak siswa untuk terlibat ke dalam pebelajaran. Selain itu, strategi ToF juga dapat menumbuhkan kerjasama tim, berbagi pengetahuan, dan belajar secara langsung (Zaini, Munthe, dan Aryani, 2008: 24).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpilkan bahwa True Or False merupakan strategi pembelajaran dengan menggunakan cara menguatkan pernyataan yang didapat sambil belajar mengenai suatu konsep untuk menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran ini guru lebih berperan sebagai fasilitator dan ruang kelas juga ditata sedemikian rupa, sehingga menunjang pembelajaran .Melalui pembelajaran ini maka siswa lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berfikir. Disamping itu True Or False juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan aktif dala kelas.

Jadi, strategi ToF dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berkompetisi secara positif dalam pembelajaran, serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, dan membantu siswa mengingat konsep yang dipelajari. Strategi ini juga merupakan suatu strategi pembelajaran yang dapat digunakan guru untuk mengubah suasana pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih menyenangkan, sehingga siswa merasa lebih tertarik pada pembelajaran. Dalam strategi ini, siswa belajar dengan berusaha mencari kebenaran suatu pernyataan yang didapatnya.

(10)

Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran menggunakan kartu pernyataan yaitu : ( 1 ) Pendalaman materi, ( 2 ) penggalian materi, ( 3 ) untuk penguatan. Penggunaan kartu pada intinya untuk pendalaman materi yang didapat siswa setelah guru memberikan materi IPA. Siswa dilatih untuk penguasaan materi dengan cara memberikan penguatan pernyataan bahwa kartu yang di dapat ini merupakan pernyataan yang benar atau pun salah, akan tetapi sebelumnya guru terlebih dahulu membekali siswa dengan materi yang akan dilatihkan.

Penerapan kartu pertanyaan dalam strategi aktif True Or Fals sebagai berikut : a) Buat beberapa pernyataan yang berkaitan dengan materi pelajaran.

b) Masing masing pertanyaan di tulis dalam kartu indeks yang terpisah.

c) Kartu pertannyaaanharus sesuai dengan jumlah peserta didik yang ada di dalam kelas.

d) Kartu pertannyaan kemudian di bagikan kepada seluruh peserta didik karena mereka semua memiliki misi yang sama yaitu menetapkan kartu – katu manasaja yang benar dan yang salah dalam kelompoknya masing masing.

e) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan jawaban yang di kemukakan.

f) Guru memberikan umpan balik tentang masing masing kartu pertanyaan yang di dapat siswa.

g) Guru mengumumkan kelompok yang menang dan memberikan apresiasi. h) Guru menyimpulkan topik materi yang telah di sampaikan dan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya.

Penerapan strategi dalam pembelajaran berusaha untuk menguji sampai dimana pemahaman yang dimiliki oleh siswa. Dalam penerapan strategi ToF, siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 anggota. Guru membagikan kartu kepada siswa yang berisi tentang suatu pernyataan. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk menentukan apakah pernyataan yang ada dalam kartu tersebut “true” atau “false”. Selanjutnya siswa disuruh memberikan alasan atas jawabannya. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan untuk berpikir kritis dalam pembelajaran. Pembelajaran yang demikian, menjadikan siswa paham

(11)

dan menguasai materi. Dengan memahami dan menguasai materi, maka siswa dapat menerapkan materi tersebut dalam kehidupan nyata.

2.1.4.3 Langkah-langkah Strategi Pembelajaran True or Fals

Langkah-langkah strategi pembelajaran ToF (Silberman, 2013: 111-2) yaitu sebagai berikut:

1) Guru menyampaikan materi tentang ciri dan sifat benda.

2) Guru membuat daftar pernyataan yang berhubungan dengan materi yang akan di ajarkan, yang setengah benar dan setengahnya salah. Tulis setiap pertanyaan pada kartu yang terpisah. Jumlah kartu sesuai dengan jumlah siswa.

3) Guru memntuk kelompok sesuai dengan jumlah siswa di kelas secara heterogen.

4) Setiap ketua kelompok maju kedepan untuk menentukan nama kelompok 5) Guru memrikan satu kartu untuk satu siswa.katakan kepada siswa bahwa

misi siswa yaitu menentukan kartu mana yang benar ( berisi pernyataan benar dan yang mana berisi pernyataan salah)

6) Siswa diberi penjelasan oleh guru, bahwa tugas setiap siswa menentukan pernyataan yang didapat “true” atau “false” dan siswa disuruh memberikan alasan mengapa menjawab “true” atau “false

7) Tugas selanjudnya bagi siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya apakah pertanyaan tersebut benar atau salah .

8) Bila para siswa sudah selesai,suruhlah siswa agar setiap kartu dibaca siswa dan ketua kelompoknya dan mintalah pendapat siswa tentang benar atau salah pernyataan tersebut.

9) Memberikan umpan balik tentang masing-masing kartu dan mencatat cara-cara siswa dalam menyelesaikan tugas.

10)Guru memberikan hadiah berupa simbul smile untuk jawaban yang betul. 11) Guru menunjukkan bahwa dalam pelajaran ini diperlukan dalam

keterampilan tim yang positif, karena hal ini menunjukkan belajar yang bersifat aktif.

(12)

2.1.4.4. Kelebihan Strategi Pembelajaran ToF

Dalam sebuah strategi pembelajaran, tentunya ada kelebihan yang dimilikinya. Kelebihan strategi pembelajaran ToF menurut Raharjo (2013), yaitu: a. Dapat mengaktifkan seluruh siswa.

b. Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya c. Melatih siswa menghargai pendapat orang lain

d. ToF dapat dilakukan untuk semua jenjang pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpilkan bahwa strategi pembelajaran

True or False memiliki manfaat untuk meningkatkan kemampuan serta kelebihan

dalam mengungkapkan gagasan, berempati dan diskusi untuk memecahkan soal diskusi, menyatakan sikap dan mengambil keputusan serta bertingkah laku sesuai dengan nilaiyang dupilih dengan demikian maka akan tercipta proses pembelajaran yang interaktif.

2.1.4.5. Kelemahan Strategi ToF

Selain mempunyai kelebihan, sebuah strategi pembelajaran pasti mempunyai kelemahan. Menurut Raharjo (2013), kelemahan strategi pembelajaran ToF yaitu: a. Memerlukan waktu lama, hal ini dikarenakan siswa secara bergantian

mengungkapkan gagasan atas suatu pernyataan

b. Sulit membuat daftar pernyataan, hal ini dikarenakan guru harus menyesuaikan daftar pernyataan dengan tingkat pemahaman siswa

c. Kelas menjadi gaduh, hal ini dikarenakan siswa yang mengalami kesulitan dalam menjawab pernyataan akan membuat proses pembelajaran terganggu Berdasarkan kelemahan tersebut, peneliti berusaha untuk mengurangi dampak dari kekurangan tersebut. Dalam membuat pernyataan, guru menyesuaikan materi pelajaran yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan agar siswa tidak kesulitan dalam menentukan pernyataan yang “true” atau “false”. Siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam menentukan pernyataan yang “true” atau “false”, dapat menyingkat waktu dan tidak membuat kelas menjadi gaduh.

2.1.4.5. Hubungan Pembelajaran True Or False

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa dalam mencapai perubahan. Baik perubahan sikap, perilaku, budi pekerti pengetahuan , dan

(13)

ketrampilan kearah yang lebih baik. Belajar dalam Ilmu Pengetahuan Alam harus mampu menghasilkan tiga aspek yaitu pemahaman konsep, sikap ilmiah dan ketrampilan ilmiah, untuk itu siswa dalam mata pelajaran ini harus dilatih dan diasah berfikir ilmiah.

Penggunaan dan pemilihan strategi pembelajaran yang tepat dimungkinkan tujuan pembelajaran yang maksimal. Hal ini dikarenakan setiap strategi pembelajaran dan pendekatan pembelajaran mempunyai kelemahan dan kelebihan masing – masing . Strategi pembelajaran True Or False dimungkinkan dapat meningkatkan prestasi belajar IPA. Karena dalam langkah – langkah pembelajarannya terdapat kegiatan memprediksi, mengamati dan melaporkan.

Dengan strategi ini diharapkan munculnya kerjasama yang sinergi antar siswa , saling membantu satu dengan yang lainya untuk menyelesaikan tugas yang di dapat, sehingg pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran IPA merupakan suatu kondisi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dimaksud adalah tingkah laku kearah yang lebih baik. Dengan katalain, proses pembelajaran adalah proses yang berkesinambungan antara pebelajaran dengan segala sesuatu yang menunjang terjadinya tingkah laku. Dalam proses yang berkesinambungan itulah diperlukan strategi pembelajaran yang tepat .

2.2. Kajian Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama dilakukan oleh Sari (2014) dari Universitas Bung Hatta dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Pembelajaran IPS melalui Strategi True or False di SD Negeri 37 Kabupaten Lahat Sumatera Selatan”. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Persentase ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 65,38% dan pada siklus II sebesar 76,92%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan strategi ToF dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPS.

Penelitian kedua dilakukan oleh Wibowo (2013) dari Universitas Negeri Malang berjudul “Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe True or False untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar dalam Mata Pelajaran Produktif TKJ di

(14)

SMK Negeri 2 Malang”. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Persentase ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 48,3%, pada siklus II sebesar 66,6%, dan pada siklus III sebesar 79,4%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan strategi ToF dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada mata pelajaran Produktif TKJ.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Apriyandika (2013) Universitas Bung Hatta dengan judul “Penerapan Strategi Belajar Aktif Tipe True or False dalam Pembelajaran Biologi Siswa Kelas VIII SMPN 1 Ampek Nagari Kabupaten Agam”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa pada aspek kognitif kelas eksperimen yaitu 65,80, sedangkan pada kelas kontrol yaitu 57,20. Pada aspek afektif rata-rata nilai hasil belajar siswa kelas eksperimen yaitu 82,22, sedangkan pada kelas kontrol yaitu 73,82. Rata-rata nilai hasil belajar siswa pada aspek psikomotor pada kelas eksperimen yaitu 77,06, sedangkan pada kelas kontrol yaitu 72,07. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa strategi ToF efektif untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Biologi.

Dalam penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh peneliti dijadikan sebagai pengembangan dalam melaksanakan penelitian . Hasil dari penelitian Sari, Wibowo, dan Apriyandika, dati ketiga penelitian tersebut menunjukkan bahwa strategi ToF dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil penelitian dari Djulia, dkk, Lee dan Hines keduanya menunjukkan bahwa strategi pemblajaran aktif dapat membantu siswa didalam proses kegiatan pembelajaran.

2.3. Kerangka Pikir

Dari kondisi awal sebelum menggunkan strategi pembelajaran aktif True Or

False, ternyata siswa tidak tertarik penjelasan guru, minat rendah dan ketuntasan

belajar masih rendah. Kemudian peneliti berupaya dalam proses pembelajaran menggunakan strategi pembelakaran aktif True or False, yang kiranya bisa membuat siswa untuk tertarik belajar IPA, karena dengan menggunakan strategi ini guru membuat sedemikian rupa agar siswa bisa bermain sambil belajar dengan suasana yang menyenangkan, dan diupayakan hasil belajar siswa dapat meningkat. Kerangka pemikiran penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

(15)

Problematika Proses Pembelajaran IPA

Gambar 2. 1 Kerangka berfikir True Or False

Gambar yang ada dapat disimpulkan bahwa terdapat permasalahan dalam proses pembelajaran pada materi IPA yang masih cenderug monoton, )pelaksanaan pembelajaran IPA dikelas juga masih mengunakan ,metode seramag, mencatat, siswa disuruh mengerjakan Lembar Kerja Siswa ( LKS) secara individual kemudian dikumpulkan kepada guru dan dengan pembelajaran yang biasa saja.

Sehingga keaktifan siswa di dalam kelas dan interaksi antar siswa maupun guru masih kurang dan siswa hanya pasif saja mengikuti perintah guru saja. Hal ini berdampak juga pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal. Untuk itu peneliti berinisiatif menggunakan True Or False . Peneliti mengharapkan agar peserta didik lebih aktif didalam kelas dan komunikasi antar siswa maupun guru lebig baik, sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan hasil belajar siswa bisa meningkat.

Pembelajaran Konvesional Keaktifan dan interaksi siswa kurang

Hasil Belajar

Tindakan

Penerapan Strategi Pembelajaran True Or FAlse

Siswa Aktif Pembelajaran Efektif Interaksi Antar SIswa

(16)

2.4 Hipotesis Tindaka

Berdasarkan kajian dan kerangka fikir seperti yang diuraikan di atas di duga melalui ”Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Strategi True Or False Berbantu Kartu

Pada Siswa Kelas IV SDN Payang 01”.dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu

Gambar

Gambar 2. 1 Kerangka berfikir  True Or False

Referensi

Dokumen terkait

Dengan nama Retribusi Izin Gangguan dipungut Retribusi atas pemberian izin tempat usaha/kegiatan kepada orang pribadi atau Badan yang dapat menimbulkan ancaman

Hasil penelitian berdasarkan regresi linier sederhana menunjukkan penggunaan fasilitas belajar berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas X dan XI IPS di SMAN 1 Teluk

Mengajar dalam prakteknya merupakan suatu proses penciptaan lingkungan, baik dilakukan guru maupun siswa agar terjadi meliputi juga penataan nilai-nilai

Pencapaian tujuan ini menyangkut aspek masukan, proses, keluaran serta nilai derajat kebaikan, keutamaan, dan kesempurnaan (degree of excellence). Pencapaian tujuan

Pemodelan sistem pakar deteksi dini resiko HIV/AIDS menggunakan metode Dempster-Shafer ini dapat mengetahui keputusan dari pakar dengan cara menghitung nilai

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah, Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya kepada penulis sehingga

Berdasarkan hasil angket yang diperoleh setelah dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus cronbach alpha, diperoleh hasil untuk metode student

Hasil wawancara dengan Bapak Syarifuddin, Selaku Kepala Dinas Sosial Kota Binjai, Senin 08 Juli 2019 Jam 09.30.. Memfasilitas keinginan, minat dan bakat yang terpendam bagi