• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SALAM KOJA (Murraya koenigii L. Spreng.) SEBAGAI NEMATISIDA NABATI PADA NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SALAM KOJA (Murraya koenigii L. Spreng.) SEBAGAI NEMATISIDA NABATI PADA NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 2338-4336

63

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SALAM KOJA (Murraya koenigii L. Spreng.) SEBAGAI NEMATISIDA NABATI PADA NEMATODA

PURU AKAR (Meloidogyne spp.)

Karisma Aditya Wardani, Bambang Tri Rahardjo, Hagus Tarno Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya

Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia ABSTRACT

The use of chemical nematicides is the most common way to control nematodes Meloidogyne spp. that attack plant roots. The use of chemicals cause environmental pollution and residues. Awareness of this case encouraged to use natural materials such as plant as biopesticides are relatively safer for the environment. One of plants suspected to be potentially as a biopesticides is curry leaf (Murraya koenigii L. Spreng.). Research aimed to determine the effectiveness of curry leaf extract on Meloidogyne spp. based on mortality of eggs and second juveniles. In addition, it was aimed to determine the Median Lethal Concentration (LC50) and Median Lethal Time

(LT50) of curry leaf extract. The research was designed by Completely Randomized

Design with several concentrations of treatments such as 0 (as control), 3, 6, 9 and 12% of curry leaf extract. Each treatment was repeated four times. Result showed that the effectiveness of curry leaf extracts on Meloidogyne spp. based on mortality of eggs was 71.38% at 12% of curry leaf extract. In case of the second juveniles, the mortality reached 100% at 12% of curry leaf extract. Median Lethal Concentration (LC50) of

curry leaf extract on egg mortality and second juvenile were 6.48% within 10 days, and 8.10% respectively. Median Lethal Time (LT50) on mortality of second juveniles was

15.29 hours.

Keywords: Curry leaf extract ; LT50 ; LC50 ; Meloidogyne spp. ; Mortality ABSTRAK

Penggunaan nematisida kimia adalah cara yang sering dilakukan untuk

mengendalikan nematoda Meloidogyne spp. Namun penggunaannya dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan dan residu. Kesadaran akan hal ini mendorong untuk memanfaatkan bahan alami berupa tanaman sebagai pestisida nabati yang relatif aman bagi lingkungan. Tanaman yang berpotensi sebagai pestisida nabati adalah tanaman salam koja (Murraya koenigii L. Spreng.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun salam koja terhadap mortalitas telur dan juvenil II Meloidogyne spp. serta mengetahui nilai Median Lethal Concentration (LC50) dan Median Lethal Time (LT50) ekstrak daun salam koja. Penelitian dilakukan menggunakan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan konsentrasi ekstrak daun salam koja 0% (kontrol), 3% (K1), 6% (K2), 9% (K3) dan 12% (K4). Efektivitas ekstrak daun salam koja terhadap mortalitas telur Meloidogyne spp. mencapai 71,38% pada konsentrasi 12% dan mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. mencapai 100% pada konsentrasi yang sama. Nilai LC50 ekstrak salam koja terhadap mortalitas telur adalah

6,48% dalam waktu 10 hari dan mortalitas juvenil II adalah 8,10%. Nilai LT50 ekstrak

daun salam koja terhadap mortalitas juvenil II adalah selama 15,29 jam.

(2)

64 PENDAHULUAN

Nematoda Meloidogyne spp. adalah

salah satu Organisme Pengganggu

Tanaman (OPT) yang menjadi sorotan

utama dalam budidaya tanaman

hortikultura. Nematoda ini menyerang

perakaran dengan membentuk puru

(Walker, 1957). Meloidogyne spp. memiliki 51 spesies dan 4 spesies yang banyak tersebar di lahan pertanian dunia yaitu M. incognita, M. javanica, M. arenaria dan M. hapla (Luc, Sikora dan Bridge, 1995). Percobaan menunjukkan bahwa dengan sekitar 500-800 larva Meloidogyne spp. perkilogram tanah dapat menurunkan produksi sebesar 40% (Sastrahidayat, 2011). Akibat serangan Meloidogyne spp. kehilangan hasil pada tanaman tomat berkisar antara 24-38% (Luc et al., 1995).

Pada umumnya, upaya pengendalian

kimia dilakukan petani dengan

pertimbangan cara kerja yang cepat dan bahan yang mudah diperoleh. Namun,

penggunaan bahan kimia dapat

menimbulkan dampak pencemaran

lingkungan dan residu. Kesadaran akan hal

tersebut menjadi pendorong untuk

memanfaatkan bahan alami berupa tanaman sebagai pestisida nabati. Tanaman yang diduga berpotensi sebagai pestisida nabati terhadap nematoda Meloidogyne spp. salah satu diantaranya adalah tanaman salam koja (Murraya koenigii L. Spreng.). Salam koja (Murraya koenigii L. Spreng.) merupakan tanaman rempah yang dapat digunakan untuk perawatan berbagai jenis penyakit pada sistem pengobatan tradisional. Efek farmakologis salam koja yaitu bersifat antimikroba. Kandungan kimia pada salam koja ini adalah alkaloid, saponin, flavonoid dan tanin (Handral, 2012). Senyawa tersebut diketahui bersifat antelmintik/

anticacing yang dapat menghambat

perkembangan nematoda (Razali, 2014). Efek tanin terhadap dinding sel kulit larva adalah dapat memblokade respon otot

nematoda terhadap asetilkolin sehingga nematoda menjadi lumpuh dan mati (Nezriyetti dan Novita, 2012). Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun salam koja terhadap mortalitas telur dan juvenil II nematoda Meloidogyne spp. serta untuk

mengetahui nilai Median Lethal

Concentration (LC50) dan Median Lethal Time (LT50) ekstrak daun salam koja.

METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan di

Laboratorium Hama, Sub laboratorium Nematologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang mulai 30 Februari hingga 20 Mei 2015.

Pembuatan Ekstrak Daun Salam Koja (EDSK)

Daun salam koja dibersihkan,

dipotong kecil dan ditimbang sebanyak 20 gram kemudian dimasukkan ke dalam

tabung Erlenyemer 250 ml dan

ditambahkan 100 ml etanol 80% sebagai pelarut. Selanjutnya dikocok dengan menggunakan shaker selama 24 jam lalu disaring dengan menggunakan kertas saring

dan pekatkan dengan menggunakan

Vacuum Rotary Evapotarator (Shutong, 2001). Ekstrak daun salam koja dibedakan pada konsentrasi 0% (Kontrol), 3% (K1), 6% (K2), 9% (K3) dan 12% (K4).

Pengumpulan Telur dan Juvenil II Meloidogyne spp.

Massa telur diperoleh dari akar tomat yang terinfeksi Meloidogyne spp. Akar tomat yang terinfeksi dicuci dengan air mengalir dan dipotong kecil ± 1 cm. Potongan akar dimasukkan dalam tabung Erlenmeyer yang berisi larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 0,5%. Selanjutnya dikocok selama 1 menit dan disaring dengan menggunakan kain kasa. Hasilnya

(3)

65 disaring dengan menggunakan saringan 325

mess dan disaring lagi dengan

menggunakan tissue. Telur yang

terperangkap lalu dibilas dengan aquades hingga tidak tercium aroma NaOCl. Juvenil II diperoleh dengan menginkubasi telur

yang telah dikumpulkan sebelumnya

selama ±10 hari dalam petri berisi aquades hingga telur menetas dan mengeluarkan juvenil II (Ojo dan Umar, 2013).

Pengujian Ekstrak Daun Salam Koja pada Telur dan Juvenil II Meloidogyne spp.

Percobaan ini menggunakan

rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan konsentrasi ekstrak daun salam koja yaitu 0, 3, 6, 9, dan 12% pada 2 objek pengujian yaitu telur dan juvenil II Meloidogyne spp. Setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Masing-masing Petri dalam setiap pengujian diletakkan 50 telur dan juvenil II Meloidogyne spp. pada setiap perlakuan. Penetasan telur diamati pada hari kesepuluh setelah aplikasi dan pengamatan kematian juvenil II dilakukan pada interval waktu 3, 6, 21, 24 dan 48 jam dengan menghitung kematian juvenil pada setiap interval waktu pengamatan.

Variabel Pengamtan

Variabel yang diamati dalam

percobaan ini adalah jumlah telur yang tidak menetas pada hari kesepuluh dan kematian Meloidogyne spp. juvenil II

dengan dihitung jumlah juvenil II yang masih hidup.

Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan uji BNT 5%. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan analisis probit untuk mengetahui Median Lethal Concentration (LC50) dan Median Lethal Time (LT50)

dengan menggunakan Software Probit Analysis Hsin Chi. Apabila pada kontrol terdapat kematian (kurang dari 20%) maka presentase kematian perlu dikoreksi dengan rumus Abbott (1987) yaitu:

P = X-Y

X x 100%

Dimana:

P: Presentase kematian yang dikoreksi X: Jumlah nematoda pada control yang

hidup

Y: Jumlah nematoda pada perlakuan yang hidup

HASIL DAN PEMBAHASAN Mortalitas Telur Meloidogyne spp.

Pemberian ekstrak daun salam koja berpengaruh nyata pada mortalitas telur Meloidogyne spp. Pemberian ekstrak daun salam koja dengan konsentrasi 0%, 3%, 6%, 9% dan 12% memiliki daya hambat tetas telur yang berbeda pada setiap konsentrasinya.

Tabel 1. Rerata persentase mortalitas telur Meloidogyne spp. oleh konsentrasi EDSK

Perlakuan Mortalitas (%) ( X± SE) Kontrol (0%) 0,00 ± 0,00 a 3 % EDSK 15,38 ± 1,49 b 6% EDSK 51,92 ± 2,47 c 9% EDSK 67,81 ± 3,22 d 12% EDSK 71,38 ± 1,65 d

(4)

66 -SE= Standar Error

Tingkat mortalitas semakin tinggi seiring dengan pemberian konsentrasi yang semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena jumlah konsentrasi ekstrak yang semakin tinggi, kandungan senyawa yang bersifat racun dalam ekstrak semakin banyak, sehingga memiliki daya nematisidal yang kuat. Primiari (2008) melaporkan hal serupa bahwa kandungan senyawa aktif dalam suatu bahan akan semakin banyak bersama dengan semakin tingginya tingkat kepekatan suatu bahan, dengan demikian bahan tersebut akan semakin efektif dalam

membunuh hama. Mortalitas telur

Meloidogyne spp. akan semakin meningkat

seiring dengan pemberian tingkat

konsentrasi yang semakin tinggi pula (Huzni, 2015). Perlakuan terbaik adalah konsentrasi 12% yang ditandai dengan notasi tertinggi.

Daun salam koja mengandung

beberapa senyawa antara lain alkaloid, flavonoid, tannin, saponin dan terpenoid (Saravanan et al, 2014). Menurut Handral et al. (2012) dengan adanya senyawa fitokimia alkaloid, tannin, saponin dan flavonoid yang terkandung itu membuat tanaman salam koja bersifat antimikroba dan antioksidan yang berguna bagi kehidupan manusia.

Adegbite dan Adesiyan (2005)

menyatakan bahwa senyawa yang

dilaporkan dapat menghambat penetasan telur antara lain adalah alkaloid, flavonoid, dan saponin. Senyawa-senyawa tersebut akan menjadi kombinasi yang baik dalam menghambat penetasan telur Meloidogyne spp. melalui pengaruh berupa terganggunya perkembangan embrio sehingga telur tidak menetas. Huzni (2015) menyatakan bahwa selain alkaloid dan flavonoid diduga ada

senyawa tanin dan saponin yang

mempengaruhi perkembangan telur

nematoda. Senyawa ini dapat bekerja pada telur nematoda yang mempunyai tipe kulit telur dengan lapisan lipida dalam, lapisan relatif tebal yang mengandung kitin dan protein dan lapisan luar yang tipis. Semua lapisan tersebut disekresikan oleh telur itu sendiri setelah dibuahi di saluran telur. Nematoda mendeposit kolagen di dalam kutikula dan kulit telur untuk menambah struktur protein dalam jaringan (Dropkin, 1991). Sjam et al. (2014) melaporkan senyawa saponin memiliki daya hambat yang tinggi terhadap penetasan telur.

Senyawa saponin bersifat mudah

meluruhkan dan bersifat astrigent (zat yang

menyebabkan jaringan biologis

berkontraksi atau mengkerut). Menurut

Hackney (1975) senyawa alkaloid,

flavonoid dan saponin dapat menghambat penetasan telur, baik bekerja sendiri maupun dalam kombinasi.

Pada penelitian ini, penetasan telur terjadi pada hari kesepuluh setelah perlakuan pada suhu ruang. Hasil yang sama ditunjukkan pada penelitian Adegbite pada tahun 2011 bahwa dalam suhu berkisar 28 oC, telur menetas pada hari

kesepuluh. Sastrahidayat (2011)

mengemukakan bahwa salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi penetasan telur nematoda ini adalah suhu, dimana penetasan telur akan terhambat pada suhu rendah. Sedangkan suhu optimum untuk penetasan telur adalah 25-30 oC.

Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah telur yang tidak menetas. Ciri-ciri telur yang tidak menetas berwarna lebih gelap. Telur yang telah menetas berwarna lebih bening dan terlihat kosong. Ciri-ciri keduanya terlihat pada Gambar 1.

(5)

67

Gambar1. Telur nematoda Meloidogyne spp. a) belum menetas, b) telah menetas (dokumentasi di mikroskop dengan perbesaran 10x).

Tabel 2. Rerata persentase mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. pada berbagai konsentrasi EDSK

Perlakuan

Persentase Mortalitas Juvenil II Meloidogyne spp. 3 JSA ( X± SE) 6 JSA ( X± SE) 21 JSA ( X± SE) 24 JSA ( X± SE) 48 JSA ( X± SE) Kontrol 0,00 ± 0,00 a 0,00 ± 0,00 a 0,00 ± 0,00 a 0,00 ± 0,00 a 0,00 ± 0,00 a 3% EDSK 6,76 ± 2,29 a 6,81 ± 1,73 a 48,01 ± 3,68 b 52,78 ± 5,14 b 56,57 ± 3,68 b 6 % EDSK 14,04 ± 4,50 a 18,36 ± 4,19 a 53,71 ± 8,57 b 56,85 ± 9,39 b 68,88 ± 7,07 c 9% EDSK 66,67 ± 8,78 b 69,24 ± 8,42 b 94,03 ± 2,78 c 94,99 ± 3,25 c 99,43 ± 0,56 d 12%EDSK 90,96 ± 2,27 c 95,74 ± 3,01 c 100 ± 0,00 c 100,00 ± 0 c 100,00 ± 0 d

Ket: - JSA = Jam Setelah Aplikasi - SE = Standar Error

- Bilangan dengan huruf berbeda menunjukkan pengaruh berbeda nyata berdasarkan uji BNT 5%

Mortalitas Juvenil II Meloidogyne spp. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun salam koja memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. Persentase kematian juvenil II ini meningkat seiring dengan peningkatan jumlah konsentrasi yang diberikan. Hasil yang sama dilaporkan oleh Adegbite dan Adesiyan (2005) bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak yang digunakan, jumlah kematian juvenil juga semakin banyak.

Kandungan senyawa alkaloid,

flavonoid saponin dan tanin dalam ekstrak tanaman ini bersifat anthelmintik atau anticacing (Jain et al., 2012) dan Handral et al, 2012). Senyawa alkaloid dan flavonoid

bersifat racun perut sehingga dapat menghambat dan mengganggu aktivitas pencernaan (Cahyadi, 2009). Yenie et al. (2013) mengungkapkan bahwa flavonoid bekerja sebagai inhibitor pernapasan dan mengganggu metabolisme energi di dalam mitokondria. Sinaga (2009) bahwa senyawa flavonoid dan saponin berfungsi sebagai larvasida. Senyawa-senyawa itu mampu menghambat tiga hormon utama, yaitu hormon otak (brain hormon), hormon edikson dan hormon pertumbuhan (juvenile hormon). Hormon yang terganggu oleh senyawa tersebut dapat menghambat perkembangan larva. Senyawa tersebut dikenal memiliki sifat lipophilic yang dapat

meleburkan membran sel nematoda

(Knobloch et al., 1989; Trifone and

(6)

68 Atanasov, 2009 dalam Ojo dan Umar, 2013). Senyawa tanin dilaporkan dapat bereaksi dengan protein penyusun sel–sel serta menyebabkan denaturasi pada protein sehingga dapat mengurangi kemampuan nematoda dalam menginfeksi akar (Lopez, 2005).

Median Lethal Concentration (LC50) Ekstrak Daun Salam Koja terhadap Mortalitas Telur dan Mortalitas Juvenil II Meloidogyne spp.

Median Lethal Concentration (LC50)

adalah bentuk estimasi yang diperoleh

melalui perhitungan untuk menentukan konsentrasi suatu bahan yang dapat menyebabkan kematian hingga 50% dari jumlah organisme yang diuji. Konsentrasi ekstrak daun salam koja yang dapat menyebabkan 50% telur Meloidogyne spp. tidak menetas dalam waktu 10 hari adalah sebesar 6,48%, melalui persamaan regresi yang diperoleh yaitu y = 2,644x + 2,854 (Gambar 2). Pada perlakuan juvenil II Meloidogyne spp., nilai LC50 ekstrak daun

salam koja adalah sebesar 8,10% dengan persamaan regresi yang diperoleh yaitu y = 8,010x - 2,277 (Gambar 3.).

Gambar 2. Regresi hubungan mortalitas telur Meloidogyne spp. oleh pemberian konsentrasi EDSK

Gambar 3. Regresi hubungan mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. oleh pemberian konsentrasi EDSK. y = 2,644x+2,854 LC50 = 6,48 Log (Waktu) Mortalitas y = 8,010x - 2,277 LC50 = 8,10 Log (Waktu) Mortalitas

(7)

69 Median Lethal Time (LT50) Ekstrak Daun Salam Koja Pada Juvenil II Meloidogyne spp.

Median Lethal Time (LT50) dapat

didefinisikan sebagai suatu nilai yang menyatakan waktu yang diperkirakan dapat

menimbulkan efek toksik sehingga dapat mematikan 50 % dari jumlah hewan uji. Nilai LT50 ekstrak daun salam koja terhadap

juvenil II Meloidogyne spp. adalah 15,29 dengan persamaan y = 2,496x + 2,043 (Gambar 4.).

Gambar 4. Regresi hubungan mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. oleh waktu pemberian konsentrasi EDSK.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Efektivitas ekstrak daun salam koja sebagai nematisida nabati dapat

terlihat bahwa pada berbagai

konsentrasi ekstrak daun salam koja dapat menyebabkan kematian telur dan juvenil II Meloidogyne spp. Tingkat mortalitas telur tertinggi tampak pada perlakuan konsentrasi 12% dengan nilai 71,38% dalam waktu 10 hari. Pada perlakuan yang sama mortalitas juvenil II mencapai 100% dalam waktu 21 jam.

2. Nilai LC50 ekstrak daun salam koja terhadap mortalitas telur adalah 6,48% dalam waktu 10 hari dan nilai LC50 ekstrak daun salam koja terhadap mortalitas juvenil II adalah 8,10%.

3. Nilai LT50 ekstrak daun salam koja terhadap mortalitas juvenil II adalah selama 15,29 jam.

DAFTAR PUSTAKA

Abbott, W.S. 1987. Method of Computing The Effectiveness of an Insecticide. J. of the Americ. Mosq. Contr. Assoc. Bureau of Entomol.3(2): 302-303.

Adegbite A.A, Adesiyan S.O. 2005. Root Extracts of Plants to Control

Root-Knot Nematode on Edible

Soybean.World J. of Agr. Sci. 1(1): 18-21. ISSN 1817-3047.

Cahyadi R. 2009. Uji Toksisitas Akut

Ekstrak Etanol Buah Pare

(Momordicacharantina L.) Terhadap Larva Artemia salina Leach Dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test

(BST). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. y = 2,496x + 2,043 LT50 = 15,29 Log (Waktu) Mortalitas

(8)

70 Chi, H. 1997. Probit Analysis National

Chung Hsing University. Taichung, Taiwan.

Dropkin, V.H. 1991. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Edisi Kedua (Terjemahan dari bahasa inggris). Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hackney R.W. and O.J Dickerson. 1975.

Marigold, Castor bean and

Chrysanthemum as control of

Meloidogyne incognita and

Pratylenchus alleni. J. Nematol.7 (1): 84-90

Handral K.H, A. Pandith., Shruti. 2012. A

Review On Murraya koenigii:

Multipotential Medicinal Plant. Asian J. of Pharma. and Clinic. Res. 5 (4): 1-14.

Huzni M, B.T Rahardjo dan H Tarno. 2015. Uji Laboratorium Ekstrak Kirinyuh (Chromolaenaodorata: King & Robinson) Sebagai Nematisida Nabati

terhadap Meloidogyne spp.

(Chitwood). Skripsi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang.

Jain V, M. Momin, dan K. Laddha. 2012. Murraya koenigii: An Updated Review. Intern. J. of Ayurv. and Herb. Med. 2(4): 607-627.

Lopez J, O.F Ibarra, G.J Canto, C.G Vasquez, Z.I Tejada, dan A. Shimada. 2005. In Vitro Effect of Condensed Tannins from Tropical Fodder Crops Against Eggs and Larvae of the Nematode Haemonchus contortus. J. of Food. Agr. and Env. 3(2): 191-194. Luc, M, R.A Sikora dan J. Bridge. 1995. Nematoda Parasitik Tumbuhan di Pertanian Tropik dan Subtropik. Terjemahan Supratoyo. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Nezriyetti dan T. Novita. 2012. Efektivitas Ekstrak Daun Jarak Pagar (Jatropa

curcas L.) dalam Menghambat

Perkembangan Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp. pada Tanaman

Tomat. Fakultas Pertanian

Universitas Jambi. 5(2): 35-39. Ojo G.T dan I. Umar. 2013. Evaluation of

Some Botanical on Root-Knot

Nematode (Meloidogynejavanica) in Tomato (Lycopersicum esculentum, Mill) in Yola Adamawa State, Nigeria. Biol. For. An Intern. Journal 5(2): 31-36.

Primiari A, F. Rohman, dan

Nugrahaningsih. 2008. Uji Efektivitas Ekstrak Daun Mimba (Azadirachta Indica Juss) terhadap Mortalitas Kutu Daun Hijau (Myzus Persicae Sulzer) pada Tanaman Kubis (Brassica

Oleracea). Makalah FMIPA

Universitas Negeri Malang. Malang

Razali, A. Novita, T.R Ferasyi, Ridwan, dan A. Munandar. 2014. Potensi Suspensi dan Ekstrak Daun Katuk

Sebagai Antelmintik terhadap

Nematoda Gastrointestinal pada Ternak Kambing. J. Ked. Hew. 8(2): 120-123.

Saravanan M, D.B Mondal, K. Sarma dan

V. Sasikala. 2014. In Vitro

Qualitative and Quantitative Analysis of Certain Nutraceutical as Diuretic and Antioxidant for Hepatobiliary Disorders (HBD). Intern. J. of Phar. Sci. and Res. 5(12) :892-902. ISSN: 0975-9492.

Sastrahidayat, I.R. 2011. Fitopatologi (Ilmu Penyakit Tumbuhan). Universitas Brawijaya Press. Malang.

Shutong W, Wang X., Liu J. dan Cao K. 2001. Screening of Chines Herbs for

the Fungitoxicity Against

Phytophthora infestans. J. of Agri. University of Hebei.

Sinaga R. 2009. Uji Efektifitas Pestisida Nabati terhadap Hama Spodoptera

(9)

71 litura (Lepidoptera: Noctuidae) pada

Tanaman Tembakau (Nicotiana

tabaccum L.). Skripsi Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan USU. Medan.

Sjam S, V.S Dewi dan D.E Sari. 2014. Aspek Biologi dan Bioaktivitas Ekstrak Ageratum conyzoides L. Terhadap Paraecosmetus pallicornis Dallas (Hemiptera: Lygaedae) pada Tanaman Padi. Makalah Seminar

Nasional Padi Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin.

Walker J.C. 1957. Plant Pathology. Second

Edition. McGraw-Hill Book

Company, Inc. New York.

Yenie E., S. Elystia, A.K Alvin dan M. Irfhan. 2013. Pembuatan Pestisida

Organik Menggunakan Metode

Ekstraksi dari Sampah Daun Pepaya dan Umbi Bawang Putih. J. Tekn. Lingk.UNAND 10(1): 46-59.

Gambar

Tabel 1. Rerata persentase mortalitas telur Meloidogyne spp. oleh konsentrasi EDSK
Tabel 2. Rerata persentase mortalitas juvenil II Meloidogyne spp. pada berbagai  konsentrasi  EDSK
Gambar  2.  Regresi  hubungan  mortalitas  telur  Meloidogyne spp.  oleh  pemberian  konsentrasi  EDSK
Gambar  4.  Regresi  hubungan  mortalitas  juvenil  II  Meloidogyne  spp.  oleh  waktu  pemberian  konsentrasi EDSK

Referensi

Dokumen terkait

Langkah – langkah penyusunan laporan arus kas dimulai dari (1) menghitung perubahan rekening atas kas selama periode yang diinginkan, (2) menghitung perubahan bersih

Sebutkan strategi umum perusahaan dan jelaskan bagaimana kita akan mengimplementasikannya dalam program bisnis yang efektif.Tentukan apakah strategi kita didasarkan teknologi

Indonesianto, Y., 2005, “Pemindahan Tanah Mekanis”, Jurusan Teknik Pertambangan – FTM, UPN “Veteran” Yogyakarta.. Saifuddin, A., 2014, “Metode Penelitian”, Pustaka

Oleh karena itu pembinaan moral dan agama dalam keluarga penting sekali bagi remaja untuk menyelamatkan mereka dari kenakalan dan merupakan cara untuk

Berdasarkan rata-rata siswa pada post test I dapat diketahui sebesar 66,92308 Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan

Kab.Sorong dilihat dari adanya peningkatan persentase, 2). Peningkatannya dapat dilihat dari hasil observasi pada siklus I dan siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa

Learning (PBL) dalam pembelajaran matematika pada materi Kubus dan Balok dapat menngkatkan kemampuan beripikir kritis dan logis siswa SMP Negeri 11 Yogyakarta, yang dapat

Sebagai bagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis kelas IV Tema 4 Berbagai Pekerjaan muatan PPKn dan Bahasa Indonesia, dalam melakukan penelitian maka peneliti