Data Strategis Kabupaten Magelang
2017
No. Publikasi: 33080.1726 Katalog: 1103003.3308
Ukuran Buku: 14,8 cm x 21 cm Jumlah Halaman: v + 45 halaman
Naskah:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang
Gambar Kover oleh:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang
Ilustrasi Kover:
Big Data
Diterbitkan oleh:
© BPS Kabupaten Magelang
Dicetak oleh:
TM Percetakan & Advertising
Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi buku ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik.
http://magelangkab.bps.go.id
KATA PENGANTAR
Sebagai sumbangsih untuk kemajuan Kabupaten Magelang tercinta, BPS Kabupaten Magelang mempersembahkan sebuah booklet “Data Strategis Kabupaten Magelang 2017” berisikan beberapa data strategis yang dapat menggambarkan kondisi sosial-ekonomi daerah Kabupaten Magelang.
Booklet ini dirancang terutama bagi pemerintah daerah para akademisi, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi statistik sosial dan ekonomi yang ringkas namun mencakup berbagai informasi yang cukup luas.
Data yang dicakup dalam booklet ini meliputi data penduduk, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, pembangunan manusia, pertumbuhan ekonomi, dan inflasi.
Dalam booklet ini disajikan pula penjelasan mengenai lingkup data dan istilah teknis yang digunakan, sehingga pengguna data akan lebih memahami informasi yang disajikan.
Kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya publikasi ini diucapkan terimakasih. Kritik dan saran demi penyempurnaan dimasa mendatang sangat diharapkan.
Kota Mungkid, Agustus 2017
BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG K e p a l a ,
Ir. SRI WIYADI, MM
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar iii
Daftar Isi iv
BAB I. PENDUDUK………... 2
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Magelang Hasil Sensus Penduduk……….. 3 Tabel 1.2 Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Magelang
Berdasarkan Kecamatan Tahun 2015 – 2016………. 4
5 Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Magelang Menurut Jenis Kelamin dan Sex
Rasio Kabupaten Magelang Menurut Kecamatan Tahun 2016……… 5 Tabel 1.4 Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk Kabupaten Magelang Menurut
Kecamatan Tahun 2016……… 6
BAB II. TENAGA KERJA……….. 9
Tabel 2.1 Profil Ketenagarkerjaan Penduduk Kabupaten Magelang Berumur 15 Tahun
Ke Atas Agustus 2014 dan Agustus 2015……… 11
Tabel 2.2 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja di Kabupaten Magelang Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Agustus 2014 dan Agustus
2015……… 12
Tabel 2.3 Upah Minimum Kabupaten (UMK) Magelang dan Sekitarnya 2011-2016
(dalam rupiah/bulan)……… 12
BAB III. PENDIDIKAN………. 14
Tabel 3.1 Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Magelang Tahun 2012 -2016……… 15 Tabel 3.2 Angka Partisipasi Murni Kabupaten Magelang Tahun 2012 -2016…………... 15 Tabel 3.3 Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Magelang Tahun 2012 -2016…………. 15 Tabel 3.4 Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Magelang Berdasarkan Jenjang
Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2016……….……… 16 Tabel 3.5 Angka Partisipasi Murni Kabupaten Magelang Berdasarkan Jenjang Pendikan
dan Jenis Kelamin Tahun 2016……… 16
Tabel 3.6 Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Magelang Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2016……… 17
Tabel 3.7 Jumlah dan Persentase Penduduk 15 – 59 Tahun dan Kemampuan Baca Tulis
Kabupaten Magelang Tahun 2016……… 17
Tabel 3.8 Jumlah dan Persentase Penduduk 15 Tahun + dan Kemampuan Baca Tulis
Kabupaten Magelang Tahun 2016……… 18
BAB IV. KEMISKINAN………. 20
Tabel 4.1 Penduduk Miskin Kabupaten Magelang dan Jawa Tengah Tahun 2012 - 2016 24 Tabel 4.2 Penduduk Miskin Kabupaten Magelang dan Sekitarnya Tahun 2012-2016 (ribu) 24 Tabel 4.3 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Magelang dan Sekitarnya Tahun
2012-2016……… 25
Tabel 4.4 Garis Kemiskinan Kabupaten Magelang dan Sekitarnya Tahun 2010-2013
(rupiah/kapita/bulan)……….. 25
Tabel 4.5 Komoditi Makanan yang Memberi Pengaruh Besar Terhadap Garis Kemiskinan
- Maret 2016 (Persen)………. 26
Tabel 4.6 Komoditi Non Makanan yang Memberi Pengaruh Besar Terhadap Garis
Kemiskinan - Maret 2016 (Persen)……… 26
BAB V. PEMBANGUNAN MANUSIA 29
Tabel 5.1 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Magelang dan Sekitarnya 2010 –
2016……….. 32
Tabel 5.2 Harapan Hidup Saat Lahir (Tahun) Kabupaten Magelang dan Sekitarnya 2010 –
2016……….. 32
Tabel 5.3 Harapan Lama Sekolah (Tahun) Kabupaten Magelang dan Sekitarnya 2010
– 2016………. 33
Tabel 5.4 Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (Ribu Rupiah/Orang/Tahun) Kabupaten
Magelang dan Sekitarnya 2010 – 2016……… 34
Tabel 5.5 Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) Kabupaten Magelang dan Sekitarnya 2010 –
2016………. 34
BAB VI. PDRB DAN INFLASI 37
Tabel 6.1 Produk Domestik Regional Brutto Kabupaten Magelang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2012-2016 (Juta Rupiah) 40 Tabel 6.2 Produk Domestik Regional Brutto Kabupaten Magelang Menurut Lapangan
Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2016 (Juta Rupiah) 41 Tabel 6.3 Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016 42 Tabel 6.4 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016
(Persen)
43 Tabel 6.5 Perubahan Indeks Harga Konsumen (Inflasi) Tahun 2012-2016 (Persen) (2012
= 100)
44 Tabel 6.6 Laju Inflasi Bulanan (Persen) Kabupaten Magelang Tahun 2012-2016 (2012 =
100)
45
http://magelangkab.bps.go.id
BAB 1
PENDUDUK
Penduduk
Sumber utama data kependudukan adalah Sensus Penduduk (SP) yang dilakukan setiap sepuluh tahun sekali. Di Indonesia, sensus penduduk telah dilaksanakan sebanyak enam kali yaitu 1961, 1971, 1980, 1990, 2000 dan terakhir 2010. Dalam publikasi ini disajikan data hasil SP 1980, 1990, 2000, 2010 serta penduduk tahun 2015 dan 2016 hasil proyeksi.
Penduduk adalah semua orang yang tinggal di wilayah/daerah tertentu selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan menetap atau tinggal lebih dari 6 bulan.
Laju Pertumbuhan Penduduk
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor yang penting dalam masalah sosial ekonomi dan masalah kependudukan. Jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap kondisi sosial ekonomi suatu daerah atau negara bahkan dunia. Pertambahan penduduk di suatu daerah atau negara pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor kelahiran, kematian, dan migrasi.
Untuk mengetahui pertumbuhan penduduk suatu daerah dapat dilihat dari bentuk piramida penduduk. Dengan melihat bentuk piramida penduduk akan diketahui perbandingan jumlah penduduk usia anak, dewasa, dan orang tua pada wilayah yang bersangkutan.Keadaan struktur penduduk yang berbeda-beda akan menunjukkan bentuk piramida yang berbeda pula.
Tabel 1.1
Jumlah Penduduk Kabupaten Magelang Hasil Sensus Penduduk
Kecamatan 1980 1990 2000 2010 (1) (2) (3) (4) (5) 010 Salaman 52 290 57 209 62 160 65 852 020 Borobudur 44 604 48 795 52 963 55 602 030 Ngluwar 27 351 28 087 28 934 29 857 040 Salam 37 609 39 809 42 105 44 455 050 Srumbung 36 729 37 876 40 975 44 782 060 Dukun 37 733 38 269 40 424 42 960 070 Muntilan 63 619 66 807 70 549 74 839 080 Mungkid 55 715 58 136 62 924 68 669 090 Sawangan 46 365 47 420 50 339 53 705 100 Candimulyo 39 195 39 896 42 458 45 341 110 Mertoyudan 67 006 81 763 95 015 104 761 120 Tempuran 33 155 38 485 43 644 46 395 130 Kajoran 42 681 47 262 50 972 51 477 140 Kaliangkrik 38 911 44 099 49 766 52 345 150 Bandongan 41 207 46 286 51 908 54 539 160 Windusari 35 030 38 531 42 731 46 298 170 Secang 56 484 60 407 67 409 74 921 180 Tegalrejo 35 519 41 911 49 012 53 200 190 Pakis 42 746 46 608 51 201 52 242 200 Grabag 64 165 71 055 77 855 81 749 210 Ngablak 34 634 37 098 38 532 37 927 Kabupaten Magelang 932 748 1 015 809 1 111 876 1 181 916http://magelangkab.bps.go.id
Tabel 1.2
Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Kabupaten Magelang Menurut Kecamatan Tahun 2015-2016
Kecamatan Jumlah Penduduk 2015 Jumlah Penduduk 2016 Laju Pertumbuhan Penduduk (%) (1) (2) (3) (4) 010 Salaman 69 284 69 901 0,89 020 Borobudur 58 141 58 599 0,79 030 Ngluwar 30 995 31 187 0,62 040 Salam 46 723 47 126 0,86 050 Srumbung 47 926 48 509 1,22 060 Dukun 45 206 45 619 0,91 070 Muntilan 78 764 79 475 0,90 080 Mungkid 73 345 74 219 1,19 090 Sawangan 56 552 57 086 0,94 100 Candimulyo 47 920 48 386 0,97 110 Mertoyudan 112 735 114 212 1,31 120 Tempuran 48 939 49 394 0,93 130 Kajoran 52 872 53 088 0,41 140 Kaliangkrik 54 790 55 233 0,81 150 Bandongan 57 104 57 562 0,80 160 Windusari 49 262 49 813 1,12 170 Secang 80 413 81 497 1,35 180 Tegalrejo 56 636 57 279 1,14 190 Pakis 53 913 54 188 0,51 200 Grabag 85 239 85 895 0,77 210 Ngablak 38 737 38 855 0,30 Kabupaten Magelang 1 245 496 1 257 123 0,93
http://magelangkab.bps.go.id
Tabel 1.3
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio
Kabupaten Magelang Menurut Kecamatan
Tahun 2016
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Rasio Jenis Kelamin/ Sex Ratio (1) (2) (3) (4) (5) 010 Salaman 34 829 35 072 69 901 99,31 020 Borobudur 29 321 29 278 58 599 100,15 030 Ngluwar 15 381 15 806 31 187 97,31 040 Salam 23 499 23 627 47 126 99,46 050 Srumbung 24 172 24 337 48 509 99,32 060 Dukun 22 686 22 933 45 619 98,92 070 Muntilan 39 731 39 744 79 475 99,97 080 Mungkid 36 870 37 349 74 219 98,72 090 Sawangan 28 892 28 194 57 086 102,48 100 Candimulyo 24 344 24 042 48 386 101,26 110 Mertoyudan 56 610 57 602 114 212 98,28 120 Tempuran 25 004 24 390 49 394 102,52 130 Kajoran 26 769 26 319 53 088 101,71 140 Kaliangkrik 27 859 27 374 55 233 101,77 150 Bandongan 29 026 28 536 57 562 101,72 160 Windusari 25 404 24 409 49 813 104,08 170 Secang 40 747 40 750 81 497 99,99 180 Tegalrejo 29 829 27 450 57 279 108,67 190 Pakis 27 056 27 132 54 188 99,72 200 Grabag 43 233 42 662 85 895 101,34 210 Ngablak 19 559 19 296 38 855 101,36 Kabupaten Magelang 630 821 626 302 1 257 123 100,72
http://magelangkab.bps.go.id
Tabel 1.4
Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk Kabupaten Magelang
Menurut Kecamatan Tahun 2016
Kecamatan Rumahtangga Penduduk
Rata-rata Jumlah Penduduk per Rumahtangga (1) (2) (3) (4) 010 Salaman 20 699 69 901 3,38 020 Borobudur 18 457 58 599 3,17 030 Ngluwar 9 727 31 187 3,21 040 Salam 13 879 47 126 3,40 050 Srumbung 14 476 48 509 3,35 060 Dukun 14 014 45 619 3,26 070 Muntilan 22 567 79 475 3,52 080 Mungkid 20 925 74 219 3,55 090 Sawangan 16 934 57 086 3,37 100 Candimulyo 13 540 48 386 3,57 110 Mertoyudan 32 488 114 212 3,52 120 Tempuran 13 403 49 394 3,69 130 Kajoran 15 633 53 088 3,40 140 Kaliangkrik 15 123 55 233 3,65 150 Bandongan 15 990 57 562 3,60 160 Windusari 13 082 49 813 3,81 170 Secang 22 302 81 497 3,65 180 Tegalrejo 13 675 57 279 4,19 190 Pakis 15 406 54 188 3,52 200 Grabag 24 290 85 895 3,54 210 Ngablak 11 963 38 855 3,25 Kabupaten Magelang 358 573 1 257 123 3,51
http://magelangkab.bps.go.id
Gambar 1.1 Piramida Penduduk Kabupaten Magelang 60,000 40,000 20,000 0 20,000 40,000 60,000 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 Laki-Laki Perempuan
http://magelangkab.bps.go.id
BAB II TENAGA KERJA
Salah satu persoalan mendasar dalam aspek ketenagakerjaan adalah pengangguran Pengangguran terbuka (Open unemployment) adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 tahun keatas) yang sedang mencari pekerjaan, yang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena marasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (sebelumnya dikategorikan sebagai bukan angkatan kerja), dan yang sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja (sebelumnya dikategorikan sebagai pekerja), dan pada waktu bersamaan mereka tak bekerja (jobless) Selain pengangguran terbuka, juga dikenal istilah Setengah Pengangguran (Under unemployment) yaitu tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal yang bekerja kurang 35 jam selama seminggu Permasalahan pengangguran dan setengah pengangguran ini merupakan persoalan serius karena dapat menyebabkan tingkat pendapatan Nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal Dilihat dari penyebabnya, pengangguran dapat dikelompokan menjadi beberapa jenis:
1. Pengangguran struktural yaitu pengangguran yang terjadi karena adanya perubahan dalam struktur perekonomian Penduduk tidak mempunyai keahlian yang cukup untuk memasuki sektor baru hingga mereka menganggur Contoh: Para petani kehilangan pekerjaan karena daerahnya berubah dari daerah agraris menjadi industri
2. Pengangguran siklus adalah pengangguran yang terjadi karena menurunnya kegiatan perekonomian (misal terjadi resesi) sehingga menyebabkan berkurangnya permintaan masyarakat (aggregate demant)
3. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang terjadi karena adanya pergantian musim misalnya pergantian musim tanam ke musim panen
4. Pengangguran friksional adalah pengangguran yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja
5. Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi karena penggunaan alat-alat teknologi yang semakin modern yang menggantikan tenaga kerja manusia
Beberapa konsep/definisi yang digunakan dalam ketenagakerjaan adalah sebagai berikut :
a. Penduduk
Semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap
b. Usia Kerja
Indonesia menggunakan batas bawah usia kerja (economically active population) 15 tahun (meskipun dalam survey dikumpulkan informasi mulai dari usia 10 tahun) dan tanpa batas usia kerja
c. Angkatan kerja
Konsep angkatan kerja merujuk pada kegiatan utama yang dilakukan oleh penduduk usia kerja selama periode tertentu Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan penganggur
d. Bukan Angkatan Kerja
Penduduk usia kerja yang tidak termasuk angkatan kerja mencakup penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau, melaksanakan kegiatan lainnya
e. Bekerja
Kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan paling sedikit 1 (satu) jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun yang punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja, misalnya karena cuti,sakit dan sejenisnya
Kreteria satu jam (the one–hour criterion) digunakan dengan pertimbangan untuk mencakup semua jenis pekerjaan yang mungkin ada pada suatu Negara,termasuk di dalamnya adalah pekerjaan dengan waktu singkat ( Short-time work ), pekerja bebas, stand-by work dan pekerjaan yang tak beraturan lainnya
Kreteria satu jam juga dikaitkan dengan definisi bekerja dan pengangguran yang digunakan, dimana pengangguran adalah situasi dari ketiadaan pekerjaan secara total (lack of work) sehingga jika batas minimum dari jumlah jam kerja dinaikkan maka akan mengubah definisi pengangguran yaitu bukan lagi ketiadaan pekerjaan secara total
Tabel 2.1 Profil Ketenagakerjaan Penduduk Kabupaten Magelang
Berumur 15 Tahun Ke Atas
Keterangan Agustus 2014 Agustus 2015
(1) (2) (3)
1. Jumlah Penduduk 15 Tahun Ke Atas 931 057 944 483 a. Angkatan Kerja 668 142 657 666
- Bekerja 618 333 623 713
- Pengangguran 49 809 33 953
b. Bukan Angkatan Kerja 262 915 286 817
2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 71,76 % 69,63 % a. Laki-Laki 87,62 % 83,22 %
b. Perempuan 55,98 % 56,11%
3. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 7,45 % 5,16 %
a. Laki-Laki 7,41 % 5,52 %
b. Perempuan 7,53 % 4,64 %
4. Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) 92,55 % 94,84 %
Tabel 2.2 Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja di
Kabupaten Magelang
Menurut Lapangan Pekerjaan Utama
Tabel 2.3 Upah Minimum Kabupaten (UMK) Magelang dan
Sekitarnya 2012-2016 (dalam rupiah/bulan)
Lapangan Pekerjaan Agustus 2014 Agustus 2015
(1) (2) (3) Pertanian 38,96 35,80 Perdagangan 20,16 19,18 Industri 13,10 16,92 Jasa 14,76 11,08 Lainnya 13,02 17,02 Jumlah 100,00 100,00 Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Magelang 870 000 942 000 1 152 000 1 255 000 1 410 000 Kebumen 770 000 835 000 975 000 1 157 500 1 324 600 Purworejo 809 000 849 000 910 000 1 165 000 1 300 000 Wonosobo 825 000 880 000 990 000 1 166 000 1 326 000 Kota Magelang 837 000 915 900 1 145 000 1 211 000 1 341 000
http://magelangkab.bps.go.id
BAB III PENDIDIKAN
Pada dasarnya pengertian pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan
Beberapa istilah dalam pendidikan antara lain;
a. Angka Melek Huruf adalah perbandingan antara jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk total usia 15 tahun ke atas
b. Rata-rata Lama Sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani
c. Angka Partisipasi Sekolah adalah proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya
Tabel 3. 1 Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Magelang
Tahun 2012 -2016
Jenjang Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) SD 111,27 111,31 115,15 116,28 110,03 SMP 74,31 82,67 80,37 90,67 92,79 SMA 69,30 53,34 65,21 69,60 68,68Tabel 3. 2 Angka Partisipasi Murni Kabupaten Magelang
Tahun 2012 -2016
Jenjang Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) SD 95,89 97,91 98,57 99,31 96,03 SMP 63,64 70,49 74,13 75,09 75,22 SMA 50,47 44,12 52,14 49,51 54,19Tabel 3. 3 Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Magelang
Tahun 2012 -2016
Jenjang Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) 7 – 12 tahun 99,51 99,54 99,56 99,74 98,18 13 – 15 tahun 85,30 89,60 93,24 94,08 95,65 16 – 18 tahun 58,35 54,13 59,96 63,09 67,24http://magelangkab.bps.go.id
Tabel 3.4 Angka Partisipasi Kasar Kabupaten Magelang
Berdasarkan Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin
Tahun 2016
Jenis Kelamin PAUD (3-6 Tahun) Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Perguruan Tinggi (1) (2) (3) (4) (5) (6) Laki-Laki 51,79 111,97 92,99 60,01 10,86 Perempuan 51,65 107,96 92,57 78,10 15,28 Laki-laki + Perempuan 51,72 110,03 92,79 68,68 13,10Tabel 3.5 Angka Partisipasi Murni Kabupaten Magelang
Berdasarkan Jenjang Pendikan dan Jenis Kelamin
Tahun 2016
Jenis Kelamin Sekolah
Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Perguruan Tinggi (1) (2) (3) (4) (5) Laki-Laki 95,40 72,84 52,28 6,97 Perempuan 96,71 77,83 56,26 13,97 Laki-laki + Perempuan 96,03 75,22 54,19 10,52
http://magelangkab.bps.go.id
Tabel 3.6 Angka Partisipasi Sekolah Kabupaten Magelang
Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2016
Jenis Kelamin 7-12 13-15 16-18 19-24 (1) (2) (3) (4) (5) Laki-Laki 96,88 96,28 68,44 10,49 Perempuan 99,56 94,96 65,93 18,80 Laki-laki + Perempuan 98,18 95,65 67,24 14,70Tabel 3.7 Jumlah dan Persentase Penduduk 15 – 59 Tahun
dan Kemampuan Baca Tulis
Kabupaten Magelang Tahun 2016
Jenis Kelamin Jumlah Melek Huruf Persentase Melek Huruf Jumlah Buta Aksara Persentase Buta Aksara Jumlah Penduduk 15-59 Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (4) Laki-Laki 391 669 99,35 2 575 0,65 394 244 Perempuan 385 836 98,37 6 378 1,63 392 214 Laki-laki + Perempuan 777 505 98,86 8 953 1,14 786 458
http://magelangkab.bps.go.id
Tabel 3.8 Jumlah dan Persentase Penduduk 15 Tahun +
dan Kemampuan Baca Tulis
Kabupaten Magelang Tahun 2016
Jenis Kelamin Jumlah Melek Huruf Persentase Melek Huruf Jumlah Buta Aksara Persentase Buta Aksara Jumlah Penduduk 15 Tahun+ (1) (2) (3) (4) (5) (4) Laki-Laki 460 015 97,18 13 368 2,82 473 383 Perempuan 441 608 92,52 35 686 7,48 477 293 Laki-laki + Perempuan 901 623 94,84 49 054 5,16 950 676
http://magelangkab.bps.go.id
BAB IV KEMISKINAN
Kemiskinan adalah ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan minimal hidup baik kebutuhan makanan maupun non makanan Kemiskinan merupakan penyebab seseorang tidak mampu memenuhi hak-hak dasarnya atau memenuhi kebutuhan minimal hidupnya Standar minimal kebutuhan hidup ini berbeda antara satu daerah dengan daerah lain, karena sangat tergantung kebiasaan/adat, fasilitas transportasi dan distribusi serta letak geografisnya Kebutuhan minimal hidup antara lain kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumber daya alam dan lingkungan hidup
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran Menurut pendekatan ini, penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM) sebagai berikut:
GK=GKM+GKNM
Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk setiap provinsi, daerah perkotaan dan pedesaan
Tahap pertama yang harus dilakukan adalah menentukan penduduk referensi yaitu 20 % penduduk yang berada di atas Garis Kemiskinan Sementara. Garis Kemiskinan Sementara (GKS) adalah GK periode lalu di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian dihitung GKM dan GKNM.
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori per kapita per hari. Peket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur, dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll). Penyetaraan nilai pengeluaran kebutuhan minimum dan makanan dilakukan dengan menghitung harga rata-rata kalori dari ke 52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam menghitung GKM adalah:
52 1 52 1 . k jkp k jkp jkp jp P Q V GKM Dimana:GKMjp = Garis kemiskinan makanan daerah j (sebelum disetarakan menjadi 2100 kilo kalori)
provinsi p
Pjkp = harga komoditi k di daerah j dan provinsi p
Qjkp = Rata-rata kuantitas komoditi k yang dikonsumsi di daerah j di provinsi p
Vjkp = Nilai pengeluaran untuk konsumsi komoditi k di daerah j provinsi p
J = Daerah (perkotaan atau perdesaan)
P = Provinsi ke-p
Selanjutnya GKMj tersebut disertakan dengan 2100 kilokalori dengan mengalikan 2100 terhadap harga implicit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk referensi, sehingga:
52 1 52 1 k jkp k jkp jp K V HK dimana:Kjkp = Kalori dari komoditi k daerah j provinsi p
jp
HK
= Harga rata-rata kalori di daerah j provinsi pGKMjp =
HK
jpχ 2100 Dimana:GKM = Kebutuhan makanan di daerah j, yaitu yang menghasilkan energi setara dengan 2100 kilokalori/kapita/hari atau garis kemiskinan makanan (GKM)
J = Daerah (perkotan/perdesaan) P = Provinsi p
Garis kemiskinan non-makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan Paket komodatif (kelompok pengeluaran) kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komodati di perkotaan dan 47 jenis komodati di pedesaan. GKMN merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum dari komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan Nilai kebutuhan minimum per komoditi/sub-kelompok non-makanan dihitung dengan menggunakan suatu rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok yang tercatat dalam data susenas, modul konsumsi. Rasio
tersebut dihitung dari hasil survei paket komoditi kebutuhan dasar (SPKKD), yang dilakukan untuk mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga per-komoditi non-makanan yang lebih rinci dibandingkan data susenas modul komsumsi. Nilai kebutuhan minimum non-makanan secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut:
n k kjp kj jp r V GKNM 1 . dimana:GKNMjp = Pengeluaran minum non-makanan atau garis kemiskinan non-makanan daerah j
(kota/desa) dan provinsi p
Vkjp = Nilai pengeluarn per komonditi/ sub-kelompok non-makanan daerah dan provinsi p
(dari susenas modul konsumsi)
rjk = Rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok non-makanan k menurutb daerah
(hasil SPKKD 2004) dan daerah j (kota+desa) K = jenis komonditi makanan terpilih
J = Daerah (perkotaan atau perdesaan) P = Povinsi (perkotaan atau perdesaan)
GK merupakan penjumlahan dari GKM dan GKMN. Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Persentase penduduk miskin di suatu provinsi dihitung dengan:
p p p P PM PM % dimana:
%PMp = % Penduduk miskin di provinsi p
PMp = Jumlah penduduk miskin di provinsi p
Pp = Jumlah penduduk di provinsi p
Sementara itu, penduduk miskin untuk level Nasional merupakan jumlah dari penduduk miskin Provinsi atau:
n p p I PM PM 1 dimana: IPM = Penduduk miskin indonesia
p
PM
= Penduduk miskin provinsi p N = Jumlah provinsiPersentase penduduk miskin nasional adalah:
I I I P PM PM % dimana : I PM
% = Persentase penduduk miskin (secara nasional)
I
PM = Jumlah penduduk miskin (secara nasional)
I
P = Jumlah penduduk Indonesia
Bedasarkan pendekatan kebutuhan dasar, ada 3 indikator kemiskinan yang dapat digunakan :
a. Head count index (HCI-P0), yaitu persentase penduduk miskin yang berada di bawah garis
kemiskinan (GK)
b. Indeks kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) yang merupakan ukuran rata-rata
kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan
c. Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty severity Index-P2) yang memberikan gambaran
mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin
Tabel 4.1 Penduduk Miskin Kabupaten Magelang dan Jawa Tengah Tahun 2012 - 2016
Tahun
Magelang Jawa Tengah
Jumlah (ribu) Persentase Jumlah (ribu) Persentase (1) (2) (3) (4) 2012 169,39 13,97 4 952,06 14,98 2013 171,02 13,96 4 811,34 14,44 2014 160,48 12,98 4 561,83 14,46 2015 162,38 13,07 4 577,03 13,58 2016 158,86 12,67 4 506,89 13,27
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional
Tabel 4.2 Penduduk Miskin Kabupaten Magelang dan Sekitarnya Tahun 2012-2016 (ribu) Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Magelang 169,39 171,02 160,48 162,38 158,86 Kebumen 262,81 251,13 242,31 241,94 235,90 Purworejo 114,79 109,00 102,11 101,25 99,07 Wonosobo 172,38 170,13 165,83 166,41 160,12 Kota Magelang 12,32 11,76 11,02 10,92 10,64 Jawa Tengah 4 952,06 4 811,34 4 561,83 4 577,03 4 506,89
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional
Tabel 4.3 Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Magelang dan Sekitarnya
Tahun 2012-2016 Kabupaten/Kota 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Magelang 13,97 13,96 12,98 13,07 12,67 Kebumen 22,40 22,08 21,42 21,45 20,53 Purworejo 16,32 15,44 14,41 14,27 13,91 Wonosobo 22,50 22,08 21,42 21,45 20,53 Kota Magelang 10,31 9,80 9,14 9,05 8,79 Jawa Tengah 14,98 14,44 14,46 13,58 13,27
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional
Tabel 4.4 Garis Kemiskinan Kabupaten Magelang dan Sekitarnya Tahun 2010-2013 (rupiah/kapita/bulan)
Tahun
Garis Kemiskinan (Rupiah/Kapita/Bulan)
Kab. Magelang Jawa Tengah
(1) (2) (3) 2012 218 950 233 769 2013 235 430 261 881 2014 246 292 273 056 2015 253 866 297 851 2016 271 800 317 348
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional
http://magelangkab.bps.go.id
Tabel 4.5 Komoditi Makanan yang Memberi Pengaruh Besar Terhadap Garis Kemiskinan - Maret 2016 (Persen)
Komoditi Perkotaan (%) Perdesaan (%)
(1) (2) (3)
Beras 22,35 25,82
Rokok kretek filter 8,74 7,15 Telur ayam ras 3,40 3,36
Tempe 2,85 3,19
Daging ayam ras 2,85 2,24
Gula pasir 2,75 2,94
Mie instan 2,61 2,51
Tahu 2,36 2,55
Bawang Merah 2,09 2,69
Roti 1,86 1,66
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional
Tabel 4.6 Komoditi Non Makanan yang Memberi Pengaruh Besar Terhadap Garis Kemiskinan - Maret 2016 (Persen)
Komoditi Perkotaan (%) Perdesaan (%)
(1) (2) (3) Perumahan 7,41 6,80 Bensin 3,17 3,00 Pendidikan 2,83 1,62 Listrik 2,67 1,79 Perlengkapan mandi 1,61 1,38
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional
Gambar 4.1 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)
Kabupaten Magelang Tahun 2012 - 2016
Sumber : Survei Sosial Ekonomi Nasional
Gambar 4.2 Elastisitas Pertumbuhan Ekonomi terhadap Pengurangan Kemiskinan
2.05
2.05
2.09
1.72
2.07
1.60
1.84
0.46
0.44
0.48
0.34
0.47
0.32
0.44
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
P1
P2
http://magelangkab.bps.go.id
BAB V
PEMBANGUNAN MANUSIA
Keberhasilan pembangunan dapat dicapai karena ada peranan dari manusia, sebab manusia sebagai perencana, pelaksana, dan sekaligus pemanfaat dari pembangunan itu sendiri, atau dapat dikatakan bahwa manusia sebagai penentu keberhasilan pembangunan
Secara teoritis bahwa jumlah sumber daya manusia yang besar tanpa diikuti dengan peningkatan kualitas yang memadai sangatlah tidak mungkin menghasilkan/output yang optimum Upaya peningkatan sumber daya manusia haruslah secara menyeluruh meliputi bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan di bidang kesehatan
Untuk mengukur tingkat pencapaian suatu pembangunan dari berbagai perspektif digunakan berbagai macam indikator seperti, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Gini Ratio, Indek Mutu Hidup (IMH), Pola Konsumsi, Indeks Kesehatan Ibu dan Anak dan masih banyak indikator lainnya
Prof Moris mensponsori penggunaan indeks komposit yang terdiri dari tiga komponen yaitu: Tingkat Kematian Bayi / Infant Mortality Rate (IMR),Angka Harapan Hidup (Life Expectation at Age 0) dan Tingkat Melek Huruf / Literacy Rate Yang kemudian dikenal denganPhysical Quality of Life Index (PQLI) dan di Indonesia dikenal dengan namaIndeks Mutu Hidup (IMH)
Pada waktu itu IMH sangat cocok digunakan karena mudah dalam menyusunnya, tetapi karena dipandang masih banyak kelemahan dari IMH yaitu tidak memperhitungkan sektor ekonomi yaitu daya beli masyarakat
Menjelang Tahun 2000 sebuah badan international yang bernaung dalam Perserikatan Bangsa Bangsa yaitu The United Nation Development Program (UNDP) memperkenalkan dan mengembangkan suatu indeks komposit yang memasukkan unsur keberhasilan pembangunan ekonomi dan keberhasilan sosial yaitu Human Development Index (HDI) dan di Indonesia dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), untuk menyempurnakan dan menggantikan Physical Quality of Life (PQLI) atau Indeks Mutu Hidup (IMH) sebagai pengukur keberhasilan pembangunan manusia, yang selanjutnya diikuti dan menjadi acuan bagi negara-negara di dunia
Konsep Pembangunan Manusia
UNDP mendifinisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk Dalam konsep tersebut, penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (The ultimate end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (Principal means) untuk mencapai tujuan itu
Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan, adalah:
1. Produktivitas (Productivity) 2. Pemerataan (Equity)
3. Kesinambungan (Sustainability) 4. Pemberdayaan (Enpowerment)
Secara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:
Produktivitas (productivity)
Penduduk harus dimampukan untuk meningkatkan produktivitasnya dan untuk berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan peningkatan pendapatan dan pekerjaan
Pembangunan ekonomi, dengan demikian merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia
Pemerataan (Equity)
Penduduk harus memiliki kesempatan yang sama untuk mendapat akses terhadap sumberdaya ekonomi dan sosial Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan yang meningkatkan kualitas hidup
Kesinambungan (Sustainability)
Akses terhadap sumberdaya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk generasi-generasi yang akan datang Semua sumber daya fisik, manusia dan lingkungan (alam) harus selalu dirawat dan diperbaharui (Replenished)
Pemberdayaan (Enpowerment)
Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan (bentuk) kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan mengambil manfaat dari proses pembangunan, karenanya pembangunan harus oleh penduduk bukan hanya untuk penduduk
Paradigma pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai titik sentral (People centered development) sehingga setiap upaya pembangunan mempunyai ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat maka dalam kerangka ini perlu diupayakan peningkatan kualitas penduduk sebagai sumber daya pembangunan dalam banyak aspek sehingga berdampak positif pada peningkatan partisipasi penduduk dalam pembangunan Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan nasional yang termaktub dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang secara implisit juga mengandung makna pemberdayaan penduduk
Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak hanya berhenti sampai disana, pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat luas seperti kebebasan politik,ekonomi, sosial, sampai pada kesempatan untuk menjadi kreatif dan produktif dan menikmati kehidupan yang sesuai dengan harkat pribadi dan jaminan hak-hak azasi manusia merupakan bagian dari paradigma tersebut Dengan demikian paradigma pembangunan manusia mempunyai dua sisi, pertama berupa formasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan, dan ketrampilan kedua adalah pemanfaatan kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial dan politik Jika kedua sisi tersebut tidak seimbang maka hasilnya adalah frustasi masyarakat (UNDP, 1995:11)
Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih luas daripada teori-teori pembangunan ekonomi konvensional termasuk model pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan kesejahteraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia
Konsep Pembangunan Gender (IPG)
Indeks Pembangunan Gender (IPG) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar pembangunan manusia yang sama seperti IPM dengan memperhitungkan ketimpangan gender IPG dapat digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan IPG
Konsep PemberdayaanGender (IDG)
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) adalah indeks komposit yang mengukur peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik. Peran aktif perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik mencakup partisipasi berpolitik, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan serta penguasaan sumber daya ekonomi
Tabel 5.1. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Magelang dan Sekitarnya 2010 – 2016 Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Magelang 63,28 64,16 64,75 65,86 66,35 67,13 67,85 Kebumen 63,08 64,05 64,47 64,86 65,67 66,87 67,41 Purworejo 68,16 69,11 69,40 69,77 70,12 70,37 70,66 Wonosobo 62,50 63,07 64,18 64,57 65,20 65,7 66,19 Kota Magelang 73,99 74,47 75,00 75,29 75,79 76,39 77,16 Jawa Tengah 66,08 66,64 67,21 68,02 68,78 69,49 69,98
Tabel 5.2. Harapan Hidup Saat Lahir (Tahun) Kabupaten Magelang dan Sekitarnya 2010 – 2016
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Magelang 73,00 73,07 73,14 73,21 73,25 73,27 73,33 Kebumen 72,24 72,36 72,49 72,61 72,67 72,77 72,87 Purworejo 73,45 73,56 73,66 73,77 73,83 74,03 74,14 Wonosobo 70,37 70,5 70,63 70,76 70,82 71,02 71,16 Kota Magelang 76,39 76,44 76,49 76,54 76,57 76,58 76,62 Jawa Tengah 72,73 72,91 73,09 73,28 73,88 73,96 74,02
http://magelangkab.bps.go.id
Tabel 5.3. Harapan Lama Sekolah (Tahun) Kabupaten Magelang dan Sekitarnya 2010 – 2016
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Magelang 10,82 10,96 11,08 11,76 12,00 12,14 12,15 Kebumen 11,04 11,65 11,74 11,83 12,07 12,49 12,61 Purworejo 12,26 12,69 12,74 12,83 13,03 13,04 13,05 Wonosobo 9,96 10,09 10,83 11,03 11,34 11,43 11,67 Kota Magelang 12,22 12,33 12,49 12,65 12,98 13,1 13,55 Jawa Tengah 11,09 11,18 11,39 11,89 12,17 12,38 12,45
http://magelangkab.bps.go.id
Tabel 5.4. Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (Ribu Rupiah/Orang/Tahun)
Kabupaten Magelang dan Sekitarnya 2010 – 2016
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Magelang 7 232,95 7 457,73 7 689,51 7 856,02 7 877,09 8 182 8 501 Kebumen 7 367,88 7 456,91 7 638,20 7 729,61 7 754,85 8 008 8 276 Purworejo 8 619,02 8 921,18 9 022,49 9 155,28 9 189,40 9 305 9 497 Wonosobo 9 032,28 9 274,72 9 403,93 9 458,32 9 491,02 9 736 9 877 Kota Magelang 9 680,96 9 921,71 10 169,04 10 257,80 10 344,34 10 793 11 090 Jawa Tengah 8 991,96 9 296,37 9 497,15 9 617,92 9 639,74 9 930 10 153
Tabel 5.5. Rata-Rata Lama Sekolah (Tahun) Kabupaten Magelang dan Sekitarnya 2010 – 2016
Kabupaten/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) Magelang 6,46 6,73 6,80 6,88 7,02 7,19 7,40 Kebumen 6,21 6,29 6,30 6,39 6,75 7,04 7,05 Purworejo 7,39 7,45 7,51 7,57 7,63 7,65 7,66 Wonosobo 5,81 5,87 5,90 5,92 6,07 6,11 6,12 Kota Magelang 10,08 10,14 10,20 10,22 10,27 10,28 10,29 Jawa Tengah 6,71 6,74 6,77 6,80 6,93 7,03 7,15
http://magelangkab.bps.go.id
Gambar 5.1 Trend Pertumbuhan IPM Tahun 2010 - 2016
BAB VI
PDRB DAN INFLASI
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang disajikan secara series, memberikan gambaran kinerja pembangunan ekonomi makro dari waktu ke waktu, sehingga arah perekonomiaan regional akan lebih jelas Bagi pengguna data akan lebih memberikan manfaat untuk berbagai kepentingan seperti untuk perencanaan, evaluasi maupun untuk kajian
Pembangunan ekonomi yang telah dicapai pada masa-masa yang lalu perlu dilihat dan dinilai hasil dan implikasinya pada masa sekarang dan masa yang akan datang Dengan pembangunan yang makin pesat dan meluas di segala bidang, data statistik terasa semakin diperlukan
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku mau-pun atas dasar harga konstan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruhunit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap tahun, sedang PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar
PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun
INFLASI
Angka Inflasi yang diukur dari perubahan Indeks Harga Konsumen ( IHK ) merupakan salah satu indikator makro ekonomi penting yang menggambarkan fluktuasi dari satu paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat Perkembangan harga komoditas barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat tersebut dihitung dengan formula statistik menjadi sebuah angka gabungan
(agregat) yang disebut IHK Penentuan jumlah, jenis dan kualitas dalam paket komoditi barang dan jasa serta bobot timbangannya dalam IHK didasarkan survei Biaya Hidup (SBH)
Sebelum krisis penghitungan IHK ditetapkan dengan tahun dasar 1996 (1996=100), namun setelah dua tahun, yaitu tahun 1998 di Indonesia mengalami krisis moneter dan ekonomi yang mendorong terjadinya kenaikan harga-harga barang dan jasa yang cukup tinggi dan secara langsung berdampak pada perubahan pola konsumsi serta biaya hidup masyarakat yang cukup signifikan sehingga tahun dasar berubah menjadi 2002 ( 2002=100). Survei Biaya Hidup (SBH) terakhir dilaksanakaan tahun 2012, sebagai penyempurnaan paket komoditas serta telah terjadi perkembangan jenis dan kualitas barang dan jasa yang cukup pesat, sehingga tahun dasar dalam penghitungan tahun 2009 ini berubah menjadi 2012 ( 2012=100 )
Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah besaran angka yang menunjukkan perbandingan dengan tahun dasar Yang dimaksud angka yang diperbandingkan adalah nilai konsumsi rumah tangga, sedangkan tahun dasar adalah angka nilai konsumsi rumah tangga (dari hasil survei) yang menjadi patokan/dasar untuk dibandingkan dengan angka-angka selanjutnya, lazimnya angka tahun dasar dibuat 100 Bilamana angka indeks suatu periode lebih besar dari 100, dapat diartikan terjadi kenaikan harga/Inflasi, sebaliknya bilamana angka pada suatu periode lebih kecil dari 100 dapat diartikan terjadi deflasi
Indeks Harga Konsumen, hitungannya didasarkan atas harga barang/jasa Harga barang/jasa yang diperlukan harus dikumpulkan melalui survei dan dilakukan secara berkala, dari pasar-pasar di daerah Kabupaten Magelang Frekuensi pengumpulannya berbeda-beda, karena tiap-tiap komoditi mempunyai sifat yang berbeda Ada yang diatur mingguan, ada yang bulanan dan ada yang triwulanan
Yang digunakan adalah metode Laspeyres yang telah dimodifikasi dan notasinya sebagai berikut : 1
100
.
.
0 0 0 ) 1 ( 1x
Q
P
Q
P
x
P
P
IHK
i i i i i i n n n n
http://magelangkab.bps.go.id
Keterangan :
IHKn = Indeks bulan ke-n ( bulan sasaran pengamatan )
ni
P = Harga jenis barang di bulan pengamatan
(n1)i
P = Harga jenis barang di bulan sebelumya
0i. 0i
P Q = Nilai konsumsi suatu jenis barang di tahun dasar
( 1) 100 n n i i P x P
= Relatif harga yang terjadi di bulan ke-n (bulan yang diamati)
dibandingkan dengan bulan sebelumnya (n-1) untuk suatu jenis barang
(n 1)i. 0i
P Q = Nilai Konsumsi bulan ke- (n-1)
2
100
1 1x
IHK
IHK
IHK
I
n n n n
In = Inflasi pada bulan ke – n
IHKn = IHK pada bulan ke-n
Tabel 6. 1 Produk Domestik Regional Brutto Kabupaten Magelang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Tahun 2012-2016 (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4.277.173,90 4.698.034,20 5.180.515,64 5.646.623,82 5.974.390,51 B. Pertambangan dan Penggalian 691.971,35 758.100,91 925.847,17 1.072.439,49 1.140.800,44 C. Industri Pengolahan 3.686.575,76 4.163.188,04 4.739.299,59 5.259.653,79 5.830.568,86 D. Pengadaan Listrik dan
Gas
10.115,87 10.330,32 10.703,35 11.432,66 13.264,19
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
18.301,50 18.843,43 19.526,54 20.486,41 21.341,02
F. Konstruksi 1.649.342,43 1.804.903,01 2.032.068,15 2.240.638,65 2.421.236,83 G. Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2.583.636,29 2.792.601,00 2.980.680,48 3.230.590,75 3.516.599,14 H. Transportasi dan Pergudangan 569.447,02 627.823,74 729.826,69 820.655,80 879.968,39 I. Penyedia Akomodasi
dan Makan Minum
699.813,16 776.872,17 882.266,29 980.915,89 1.096.806,75 J. Informasi dan
Komunikasi
604.945,62 638.366,22 704.277,86 756.340,66 818.842,53 K. Jasa Keuangan dan
Asuransi 469.552,36 513.792,97 563.838,59 641.887,13 727.606,30 L. Real Estate 327.100,40 356.116,47 401.248,55 445.879,48 482.444,80 M.N. Jasa Perusahaan 36.373,98 42.711,47 47.920,53 55.349,06 63.089,61 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
701.962,43 755.467,87 805.661,91 882.405,73 949.578,24
P. Jasa Pendidikan 936.246,14 1.108.648,02 1.276.872,56 1.393.111,48 1.529.252,97 Q. Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
128.486,55 144.740,99 168.511,59 188.190,15 208.452,06 R.S.T.U Jasa Lainnya 347.447,37 392.304,03 454.345,82 485.043,21 548.977,07
KAB. MAGELANG 17.738.492,11 19.602.844,86 21.923.411,31 24.131.644,16 26.223.219,71
Tabel 6. 2 Produk Domestik Regional Brutto Kabupaten Magelang Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2012-2016 (Juta Rupiah)
LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.827.627,05 3.900.103,18 3.968.480,17 4.097.841,45 4.234.440,24 B. Pertambangan dan Penggalian 667.027,11 706.372,16 738.285,98 750.942,72 772.990,26 C. Industri Pengolahan 3.190.670,17 3.539.293,89 3.802.680,12 3.997.570,79 4.230.032,32 D. Pengadaan Listrik dan
Gas
10.132,17 10.907,25 11.269,25 11.438,62 12.292,36
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
18.133,32 18.080,11 18.407,38 18.651,51 19.056,79
F. Konstruksi 1.526.541,01 1.609.322,00 1.691.117,51 1.791.405,65 1.904.580,97 G. Perdagangan Besar
dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2.400.862,00 2.500.051,09 2.588.142,41 2.691.442,36 2.833.603,46 H. Transportasi dan Pergudangan 570.460,06 619.318,41 672.277,24 729.691,57 777.889,43 I. Penyedia Akomodasi
dan Makan Minum
643.002,72 677.721,12 728.538,27 776.587,13 823.333,08 J. Informasi dan
Komunikasi
618.502,09 667.692,39 754.787,91 826.095,58 892.926,63 K. Jasa Keuangan dan
Asuransi 416.810,09 435.101,35 457.847,63 496.491,50 546.479,99 L. Real Estate 322.168,18 346.973,80 371.873,60 399.215,80 425.386,83 M.N. Jasa Perusahaan 34.207,81 38.334,21 41.537,31 45.582,63 50.224,81 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
627.980,45 645.103,58 655.887,62 683.671,71 698.849,22
P. Jasa Pendidikan 748.437,47 818.857,86 902.153,17 966.239,66 1.028.593,43 Q. Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial
113.768,65 121.845,05 136.202,00 145.633,89 159.884,06 R.S.T.U Jasa Lainnya 334.812,21 365.678,16 396.800,80 409.849,41 445.280,35
PDRB KABUPATEN MAGELANG
16.071.142,55 17.020.755,61 17.936.288,38 18.838.351,97 19.855.844,24
Tabel 6. 3 Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016 LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 24,11 23,97 23,63 23,40 22,78 B. Pertambangan dan Penggalian 3,90 3,87 4,22 4,44 4,35 C. Industri Pengolahan 20,78 21,24 21,62 21,80 22,23
D. Pengadaan Listrik dan Gas
0,06 0,05 0,05 0,05 0,05
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0,10 0,10 0,09 0,08 0,08
F. Konstruksi 9,30 9,21 9,27 9,29 9,23
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 14,57 14,25 13,60 13,39 13,41 H. Transportasi dan Pergudangan 3,21 3,20 3,33 3,40 3,36 I. Penyedia Akomodasi dan Makan Minum
3,95 3,96 4,02 4,06 4,18
J. Informasi dan Komunikasi
3,41 3,26 3,21 3,13 3,12
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 2,65 2,62 2,57 2,66 2,77 L. Real Estate 1,84 1,82 1,83 1,85 1,84 M.N. Jasa Perusahaan 0,21 0,22 0,22 0,23 0,24 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
3,96 3,85 3,67 3,66 3,62
P. Jasa Pendidikan 5,28 5,66 5,82 5,77 5,83
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
0,72 0,74 0,77 0,78 0,79
R.S.T.U Jasa Lainnya 1,96 2,00 2,07 2,01 2,09
KAB. MAGELANG 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Tabel 6. 4 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2016 (Persen) LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan -1,46 1,89 1,75 3,26 3,33 B. Pertambangan dan Penggalian 7,39 5,90 4,52 1,71 2,94 C. Industri Pengolahan 8,57 10,93 7,44 5,13 5,82
D. Pengadaan Listrik dan Gas
11,14 7,65 3,32 1,50 7,46
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0,27 -0,29 1,81 1,33 2,17
F. Konstruksi 9,37 5,42 5,08 5,93 6,32
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,81 4,13 3,52 3,99 5,28 H. Transportasi dan Pergudangan 8,42 8,56 8,55 8,54 6,61 I. Penyedia Akomodasi dan Makan Minum
7,63 5,40 7,50 6,60 6,02
J. Informasi dan Komunikasi
10,56 7,95 13,04 9,45 8,09
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 4,10 4,39 5,23 8,44 10,07 L. Real Estate 4,01 7,70 7,18 7,35 6,56 M.N. Jasa Perusahaan 7,03 12,06 8,36 9,74 10,18 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0,77 2,73 1,67 4,24 2,22
P. Jasa Pendidikan 17,82 9,41 10,17 7,10 6,45
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
10,46 7,10 11,78 6,92 9,78
R.S.T.U Jasa Lainnya 0,33 9,22 8,51 3,29 8,64
KAB. MAGELANG 4,88 5,91 5,38 5,03 5,40
Tabel 6. 5 Perubahan Indeks Harga Konsumen (Inflasi) Tahun 2012-2016 (Persen) (2012 = 100) KELOMPOK 2012* 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Umum/Inflasi 2,59 8,34 7,91 3,60 2,86 Bahan Makanan 1,77 15,13 13,02 3,80 6,25
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
5,59 4,98 5,23 6,40 5,23
Perumahan 1,47 3,29 7,83 5,34 1,21
Sandang 3,59 -1,42 3,44 2,23 2,53
Kesehatan 3,42 2,50 3,30 3,45 2,42
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga 0,56 2,51 2,36 2,67 0,80
Transportasi 1,65 15,07 10,48 -1,86 -2,14
Catatan: * Tahun dasar 2007
Tabel 6. 6 Laju Inflasi Bulanan (Persen) Kabupaten Magelang Tahun 2012-2016
(2012 = 100) Bulan 2012* 2013 2014 2015 2016 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Januari 0,25 1,49 1,04 -0,34 0,47 Februari -0,49 0,76 0,22 -0,54 -0,28 Maret 0,27 0,93 0,04 0,19 0,44 April 0,14 -0,18 -0,53 0,27 -0,24 Mei 0,97 -0,05 0,54 0,58 0,27 Juni 0,59 1,17 0,47 0,68 0,56 Juli 0,70 2,85 0,59 1,71 0,89 Agustus 0,74 1,01 0,45 0,24 -0,22 September 0,04 -0,37 0,43 -0,25 0,10 Oktober -0,08 0,15 0,39 -0,21 0,04 November -0,79 0,14 1,38 0,26 0,55 Desember 0,23 0,19 1,04 0,98 0,25
Catatan: * Tahun dasar 2007