• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI PROSES PRODUKSI PENGALENGAN IKAN Sardines DI CV PASIFIC HARVESTMUNCAR, BANYUWANGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI PROSES PRODUKSI PENGALENGAN IKAN Sardines DI CV PASIFIC HARVESTMUNCAR, BANYUWANGI"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI PROSES

PRODUKSI PENGALENGAN IKAN Sardines

DI CV PASIFIC HARVESTMUNCAR,

BANYUWANGI

KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat – syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan

Oleh :

Elizabeth Gracia Endrastiana NIM : 14.I1.0205

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DARI PROSES

PRODUKSI PENGALENGAN IKAN Sardines

DI CV PASIFIC HARVEST MUNCAR,

BANYUWANGI

Oleh :

ELIZABETH GRACIA ENDRASTIANA NIM : 14.I1.0205

PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PANGAN

Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan sidang penguji pada 8 Juni2017.

Semarang, 13 Juli2017 Fakultas Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Pangan Universitas Soegijapranata Semarang

Pembimbing Lapangan, Pembimbing Akademik,

Dr. Ir. Lindayani, MP

Dekan,

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan kasih dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek di CV Pasific Harvest serta dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek yangberjudul “Pengolahan Limbah Cair Dari Proses Produksi Pengalengan Ikan Sardines Di CV Pasific Harvest Muncar, Banyuwangi”. Kerja Praktek ini wajib dilaksanakan yaitusebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana yang terdapat pada Program S1 Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Pada saatmelaksanakan Kerja Praktek, hinggapenulisan Laporan Kerja Praktek, penulis memperoleh pengetahuan, informasi, wawasan, serta pengalaman baru dalam bidang pengolahan limbah cair, khususnya pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Penulis dapat menyelesaikan laporan ini karena adanya semangat, pengarahan, doa dan dukungan dari banyak pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih, terlebih untuk :

1. Ibu Dr. V. Kristina Ananingsih, ST., MSc. sebagai Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

2. Ibu Dr. Ir. Lindayani, MP sebagai Dosen Pembimbingyang telah memberikan waktunya untuk mengarahkan dan membimbing penulis.

3. Bapak Aminoto selaku Director danIbu Sherly Kho selakuDirectorMarketingyang telah memberikan kesempatan dan izin kepada penulis untuk dapat melaksanakan Kerja Praktek di CV Pasific Harvest.

4. Ibu Dyah Anggraini sebagai HRD Manager yang telah membantu penulis untuk pelaksanaan Kerja Praktek.

5. Bapak Rony Fajar Laksanasebagai Pembimbing Lapangan yang telah memberikan bimbingan serta meluangkan waktu kepada penulis selama melaksanakan Kerja Praktek.

6. Bapak Saiful Ulum yang telah meluangkan waktu dan memberikan informasi serta pengetahuankepada penulis mengenai limbah.

(4)

iii

7. Bapak Sugeng dan Bapak Sungkono yang telah memberikan informasi khususmengenai limbah minyak dan proses pengolahannya.

8. Bapak Ali dan Bapak Jeki yang telah memberikan informasi mengenai proses produksi ikan sarden serta selalu menemani penulis menyusun laporan.

9. Para staff dari CV Pasific Harvest yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing penulis.

10. Orang tua penulis (Cahyana Endra Purnama dan Esther Christiana), kakak penulis (Rachelia Octavia Endrastiana) dan seluruh keluarga besar yang selalu memberikan semangat, doa, dan dukungan material dalam melaksanakan Kerja Praktek dan penyusunan laporan Kerja Praktek.

11. Priska Adina, Yosua Santoso, Nita Pratama, Klara Paskarena, Greccilia Yovita, Philipus Jordan, dan Audrey Ardian sebagai teman seperjuangan dalam suka dan duka selama melaksanakan Kerja Praktek.

12. Seluruh staff Tata Usaha Fakultas Teknologi Pertanian yang telah membantu dalam bidang administrasi dari awal Kerja Praktek hingga terselesaikannya laporan Kerja Praktek.

13. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, semangat, doa, serta kritik dan saran kepada penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, di dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini tentunya penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan di dalam penulisan laporan karena adanya keterbatasan kemampuanyang ada pada penulis.Penulis juga berharap agar Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat dan memberikan informasi untuk para pembaca. Tidak lupa penulis juga menerima adanya kritik dan saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Semarang, 13 Juli2017

Penulis

(5)

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL...vi

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR LAMPIRAN...viii

1.PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 1

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 2

1.4. Kegiatan Kerja Praktek ... 2

2.KEADAAN UMUM PERUSAHAAN... 3

2.1. Sejarah Perusahaan ... 3

2.2. Profil Perusahaan ... 4

2.3. Visi dan Misi Perusahaan ... 5

2.4. Struktur Organisasi ... 5

2.5. Ketenagakerjaan... 6

2.5.1. Sistem Perekrutan Tenaga Kerja ... 6

2.5.2. Pelaksanaan Kerja... 6 2.5.3. Kesejahteraan Karyawan ... 7 3.SPESIFIKASI PRODUK ... 8 4.PROSES PRODUKSI ... 11 4.1. Bahan Baku... 11 4.1.1. Ikan ... 11 4.1.2. Bahan Pengisi ... 12 4.1.3. Bahan Pengemas... 12

4.2. Penerimaan Bahan Baku ... 13

4.3. Proses Produksi... 14

5.PEMBAHASAN... 20

5.1. Pengertian Limbah ... 20

5.2. Sarana-sarana Proses Pengolahan Limbah Cair... 21

5.3. Sumber Limbah Cair... 23

5.4. Komposisi Limbah Cair... 23

5.5. Karakteristik Limbah Cair ... 24

5.6. Proses Treatment Pengolahan Limbah Cair ... 24

5.7. Kualitas Limbah Cair... 38

(6)

v

6.KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

6.1. Kesimpulan ... 42

6.2. Kritik dan Saran ... 42

7.DAFTAR PUSTAKA... 43

(7)

vi

DAFTAR TABEL

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo CV Pasific Harvest ... 5

Gambar 2. Area Pemotongan Ikan (Cutting Area) ... 15

Gambar 3. Ruang Inkubasi Barang Sebelum Siap Kirim (Incubation Area) ... 16

Gambar 4. Contoh-contoh Penyimpangan pada Kaleng Sarden ... 17

Gambar 5. Barang Siap Kirim di letakkan di Area Ready To Shipment... 18

Gambar 6. Diagram Alir Proses Produksi Ikan Sarden ... 19

Gambar 7. Kolam Treatment Pengolahan Limbah Cair ... 21

Gambar 8. Generator ... 22

Gambar 9. Pompa Air... 22

Gambar 10. Komposisi Air Limbah ... 24

Gambar 11. Tahap Sedimentasi Awal (a), Tahap Pengendapan Secara Anaerob (b), Tahap Pengendapan Secara Aerob (c), dan Tahap Sedimentasi Akhir (d). ... 30

Gambar 12. Lapisan Minyak diambil secara Manual dari Tempat Penampungan Limbah Cair ... 32

Gambar 13. Drum Penyimpanan Minyak dan Limbah Minyak ... 32

Gambar 14. Proses Pengolahan Limbah Minyak ... 34

Gambar 15. Kolam Treatment Anaerob ... 36

Gambar 16. Kolam Treatment Aerob ... 37

(9)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi ... 46

Lampiran 2. Hasil Uji Laboratorium dari Badan Lingkungan Hidup ... 47

Lampiran 3. Hasil Uji Laboratorium dari Badan Lingkungan Hidup ... 44

Lampiran 4. Standar baku mutu Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014 ... 45

(10)

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan industri di bidang pangan yang sudah semakin maju secara teknologi maupun inovasi, menuntut penulis sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang semakin sadarakan adanya berbagai produk pangan untuk mencukupi kebutuhan gizi tanpa mengabaikan aspek kualitas yang menunjang kesehatan. Pengetahuan dasar tentang industri pangan telah penulis dapatkan melalui kegiatan perkuliahan. Namun, penulis menyadari bahwa di dalam dunia industri tidak hanya pengetahuan yang dibutuhkan tetapi juga pengalaman bekerja dalam industri pangan. Pengalaman praktek melatih penulis untuk dapat mempersiapkan segala sesuatu, dan menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi dengan menemukan solusi yang cepatdan terbaik di dalam bidang industri sehingga penulis dapat menerapkansaat memasuki dunia kerja yang sesungguhnya. Melalui Kerja Praktek, maka di dalam dunia kerja penulis sudah siap dengan adanya bekal yang telahdidapatkan saat kerja praktek.

Kerja Praktek dilaksanakan di CV Pasific Harvest, karena merupakanperusahaan yang bergerak di bidang industri pengalengan ikan. Produk-produk yang dihasilkan berupa sarden kaleng, markarel kaleng, ikan beku dan minyak ikan. Pada Kerja Praktek ini, penulis lebih memfokuskan pada limbah cair yang dihasilkan oleh CV Pasific Harvest, yaitu melalui instalasi pengolahan air limbah (IPAL).

1.2. Tujuan

Tujuan dari kerja praktek adalah menerapkan pengetahuan dan teori dasar yang telah didapatkan selama perkuliahan,menambah wawasan baru terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan bidang pangan, mendapatkan gambaran mengenai situasi lingkungan kerja secara nyata didalam industri pangan, serta mengetahui berbagai masalah-masalah yang timbul di lapangan dan berusaha mencari penyelesaian atau solusi yang tepat untuk permasalahan tersebut.Seperti contohnya, hal apa saja yang

(11)

2

perlu diperbaiki, atau ditingkatkan untuk meningkatkan hasil produksi dan kualitas yang ada.

1.3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Kerja praktek dilaksanakan di CV Pasific Harvest di jalan Tratas 61, Muncar, Banyuwangi selama 22 hari kerja (16 Januari 2017 sampai dengan10 Februari 2017).

1.4. Kegiatan Kerja Praktek

Kerja praktek di CV Pasific Harvest dilaksanakan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung yaitu mengamati instalasi pengolahan air limbah (IPAL), mengamati secara langsung limbah minyak, diskusi, dan tanya jawab, sedangkantidak langsung yaitu meliputi mencari informasi dan data mengenai limbah serta data-data mengenai perusahaan. Beberapa kegiatan yang dilakukan selama kerja praktek di CV Pasific Harvest:

1. Orientasi pabrik secara langsung.

2. Melihat secara langsung proses awal produksi pengalengan ikan sarden, proses penyimpanan dan kegiatan yang ada di dalam gudang.

3. Diskusi secara langsung dan tanya jawab dengan pembimbing lapangan mengenai limbah cair, instalasi pengolahan air limbah (IPAL), limbah minyak dan cara pengolahannya yang ada di CV Pasific Harvest.

4. Pengamatan dan praktek secara langsung dengan pembimbing lapangan mengenai karakteristik limbah cair (yang meliputi warna, dan bau).

(12)

3

2. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

CV Pasific Harvest merupakan pabrik makanan yang bergerak di bidang pengalengan ikan sarden. CV Pasific Harvest ini adalah anak cabang perusahaanHaecery, dimana perusahaan tersebut bergerak di dalam bidang pembenihan udang, yang beradadi desa Ketapang yang bernama Windu Laut. Pada 3 April 1993,CV Pasific Harvest didirikan oleh seorang pengusaha mudapenggilingan padi, yaitu Bapak Aminoto yang berasal dari Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang. Sebelum mendirikan CV Pasific Harvest, Bapak Aminoto menjalankan usaha penggilingan padi selama 5 tahun. Setelah itu, usaha penggilingan padi dijual semuanya, dan Bapak Aminoto mulai beralih ke usaha pengalengan ikan.

Beliau memiliki 6 hektarbidang tanah dan membangun CV Pasific Harvest di Jalan Tratas No. 61 Desa Kedungrejo, tepatnya di Kecamatan Muncar,Kabupaten Banyuwangi. Pada 22 November 1993, CV Pacific Harvest telah resmi mendapatkan ijin untuk membuka usaha yang diperoleh dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia No. 00/1/13 – 10/PM/XI/1993. Selanjutnya, pada 14 Februari 1994 CV Pasific Harvest memproduksi pengalengan ikan untuk pertama kalinya.Selama 3 tahun berturut-turut, CV Pasific Harvest memproduksi produk-produknya tanpa memiliki merek atau sebuah brand. Pertama kali yang bergabung dengan CV Pasific Harvest ialah produk dengan brand “Gaga” yaitu dengan ukuran 155 g dan 425 g, yang hingga saat ini masih diproduksi. Pada 28 Desember 1995, CV Pasific Harvest juga membangun tempat cold storage, untuk menyimpan ikan yang akan digunakan untuk proses produksi, dan memasok ikan apabila ikan mulai berkurang jumlahnya. Cold storage mulai digunakan pada 29 Maret 1996. CV Pasific Harvest mengalami kemajuan yang sangat pesat, sehingga dilakukan perluasaan area pabrik. Tahun 2004, CV Pasific Harvest memiliki dan mengoperasikan pabrik ke-2 dan pabrik ke-3. Letak pabrik ke-2 dan ke-3 berada di sebelah Barat dari pabrik pertama. Pada pabrik ke-2, CV Pasific Harvest menggandeng produk brand “Heinz ABC” sebagai partner produksi, dan pabrik ke-2 menjadi tempat untuk memproduksi produk “ABC”.Sejak saat itu, CV

(13)

4

Pasific Harvest menyandang gelar best seller selama kurang lebih 8 tahun. “Gaga” dan “Heinz ABC” merupakan brand yang memasarkan produk-produknya di Indonesia. Berbeda dengan “Gaga”, “Heinz ABC” hanya bergabung selama 9 tahun di CV Pasific Harvest.Pabrik ke-3 merupakan tempat untuk menghasilkan produk ikan sarden dengan menggunakan medium minyak. Produk yang dihasilkan akan di eksport dengan bahan baku mutu internasional.Pada pabrik ke-3, produk yang dihasilkan yaitusardine in canned with olive oil, dan canned fish in olive oil.Untuk jenis kaleng, di pabrik ke-3 menggunakan kaleng dengan jenis club can (dengan berat produk/kaleng sebesar 125 g). Hingga saat ini, perusahaan CV Pasific Harvest telah melakukan berbagai macam pengembangan bisnis seperti: budidaya udang, budidayabenur, real estate, pengalengan tuna, cold storage (penyimpanan ikan beku), villa, hotel, dermaga, serta peternakan susu sapi perah.Perusahaan CV Pasific Harvest telah melebarkan usaha ke pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat untuk membangun sebuah perusahaan pengalengan ikan sarden. Adanya perluasan area pabrik yang dimiliki oleh CV Pasific Harvest memiliki dampak yang baik bagi lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan CV Pasific Harvest membantu mengurangi jumlah pengangguran dan meningkatkan jumlah pendapatan masyarakat.

2.2. Profil Perusahaan

Nama Perusahaan :CV Pasific Harvest

Lokasi Perusahaan :Jalan Tratas 61, Kecamatan Muncar, Banyuwangi 68472 Letak Geografis : Berada dikawasan industri, yaitu berdekatan dengan

Pabrik Pengalengan Ikan, dan Tempat penyimpanan ikan beku (cold storage).

Bagian Utara : Sungai dan Jembatan Bagian Timur : Laut (Selat Pulau Bali) Bagian Barat : Jalan Raya

Bagian Selatan : Rumah penduduk dan pasar

Telepon : +62811 351 8852

Fax : +62333 591618

(14)

Tahun Berdiri Perusahaan : Tahun 1993 Luas Tanah :6 hektar (Ha)

Produksi Utama :Sarden, Makarel, Ikan Beku, Minyak Ikan Jumlah Karyawan :600 karyawan

Logo perusahaan CV Pasific Harvest dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Logo CV Pasific Harvest

2.3. Visi dan Misi Perusahaan

Visi perusahaanyaitu menjadi salah satu industri pangan hasil laut terdepan yang menghasilkan produk bermutu tinggi dan aman untuk memberikan kepuasan kepada semua kebutuhan pelanggan.

Misi perusahaan yaitu:

a) Mempertahankan standar mutu keamanan produk hasil laut.

b) Menerapkan sistem manajemen mutu dan keamanan terpadu dari produk hasil laut secara berkelanjutan, efektif, dan konsisten yang dapat diterima oleh negara pengimpor.

c) Mengembangkan kapasitas produksi guna memenuhi permintaan pelanggan yang selalu meningkat.

d) Mengembangkan usaha untuk menciptakan daya saing dari pada perusahaan.

2.4. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi yang terdapat pada perusahaan CV Pasific Harvest yaitu pimpinan tertinggi dipimpin oleh PresidentDirector (direkturtunggal), dimanaseorang direktur dibantu secara langsung oleh adanyaMarketing Director (direktur marketing) untuk

(15)

6

memasarkan produk-produk yang dihasilkan ke pasar lokal maupun pasar internasional. Direktur CV Pasific Harvest ini memimpin tiga divisi yang berada dibawahnya, yaitu

Logistic Manager, Plant Manager, dan Accounting Manager.Masing-masing pimpinan manajer (logistic manager, plant manager, serta acounting manager) memimpin divisi-divisi yang ada di bawahnya. Struktur organisasi yang ada di CV Pasific Harvest dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.5. Ketenagakerjaan

2.5.1. Sistem Perekrutan Tenaga Kerja

Sistem perekrutan tenaga kerja di CV Pasific Harvest dilakukan jika adanya permintaan tenaga kerja pada masing-masing divisi. Divisi yang memerlukan tenaga kerja, akan membuka lowongan pekerjaan melalui manager HRD. Syarat yang diperlukan bagi para pelamar kerja di CV Pasific Harvest antara lain Curriculum Vitae(CV), ijasah, sertifikat-sertifikat, dan pengalaman yang dimiliki. Jika pelamar atau calon karyawan memenuhi persyaratan yang diajukan oleh CV Pasific Harvest, maka calon karyawan akan dipanggil oleh perusahaan dan wajib mengikuti prosedur yang diberikan, sepertiwawancara oleh manager HRD, divisi yang memerlukan karyawan, serta direktur utamaCV Pasific Harvest.

2.5.2. Pelaksanaan Kerja

Pelaksanaan kerja karyawan yang ada di CV Pasific Harvest dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Non-Shift

Jam kerja non-shift berlaku untuk semua karyawan tetap dan karyawan kantoran. Jam kerja dimulai pukul 07.00 dan selesai pukul 17.00 WIB.

2. Lembur

Kerja jam lembur diberlakukan apabila di dalam proses produksi belum selesai atauterdapat adanya kendala-kendala yang menghambat selama proses produksi, sehingga dibutuhkan adanya tambahan jam kerja. Jam lembur dilakukan oleh para

(16)

karyawan dari pukul 17.00 hingga pukul 20.00 WIB. Karyawan yang melaksanakan lembur akan diberi upah tambahan yang telah disepakati dengan perusahaan.

2.5.3. Kesejahteraan Karyawan

Untuk kesejahteraan dan keselamatan karyawan yang ada di CV Pasific Harvest, perusahaan memberikan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS Ketenagakerjaan). Selain itu, apabila terdapat karyawan yang mengalami dukacita, melahirkan, dan kecelakaan, maka para karyawan lainnya sertaperwakilan dari perusahaan akan memberikan bantuan.

Seluruh karyawan yang ada di CV Pasific Harvest juga mendapatkan beberapa pelatihan antara lain, pelatihan mengenai Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP),

Standard Operating Procedure (SOP), dan Good Manufacturing Practices (GMP). Karyawan yang telah mengikuti pelatihan tersebut, diharapkan lebih disiplin dalam bekerja dan mengerti beberapa informasi penting mengenai bahaya-bahaya atau resiko yang dapat terjadi selama bekerja di dalam pabrik.

(17)

8

3. SPESIFIKASI PRODUK

Varian produk yang diproduksi oleh CV Pasific Harvest, antara lain:

1. Ikan Sarden dalam saos tomat dan cabe (Sardines in Tomato and Chilli Sauce)

2. Ikan Sarden dalam saos cabe (Sardines in Chili Sauce)

3. Ikan Sarden dalam saos tomat (Sardines in Tomato Sauce)

4. Ikan Makarel dalam saos tomat (Mackerel in Tomato Sauce)

5. Ikan Sarden dalam minyak sayur dan cabe (Sardines in Vegetable Oil and Chili)

6. Ikan Sarden dalam minyak sayur (Sardines in Vegetable Oil)

Dapat dilihat produk-produk yang diproduksi oleh CV Pasific Harvest pada Tabel 1.

Tabel 1. Varian Produk CV Pasific Harvest

Jenis Produk Rasa Ukuran (g) Nama Produk

Round Can Sardines in Tomato and Chilli Sauce 155 dan 425 “Gaga” Sardines in Chili Sauce 155 “Asahi”

(18)

Lanjutan Tabel 1. Varian Produk CV Pasific Harvest

Jenis Produk Rasa Ukuran (g) Nama Produk

Round Can Sardines in

Tomato Sauce 155 “Asahi” Sardines in Tomato Sauce 155 “Indomili” Sardines in Tomato and Chilli Sauce 155 “Karomah” Mackerel in Tomato Sauce 155 “Captain’s Catch”

(19)

10

Lanjutan Tabel 1. Varian Produk CV Pasific Harvest

Jenis Produk Rasa Ukuran (g) Nama Produk

Club Can Sardines in Vegetable Oil and Chili 125 “Reem” Sardines in Vegetable Oil 125 “La Fish” Sardines in Vegetable Oil 125 “Atlantic”

(20)

11

4. PROSES PRODUKSI

4.1. Bahan Baku

4.1.1. Ikan

Sarden merupakan produk makanan kaleng yangcara penyajiannya dapat disajikan dengan menggunakan berbagai macam saos maupun minyak antara lain saos tomat (tomato sauce), saos tomat dan cabe (tomato and chilli sauce), minyak sayur (vegetable oil) serta minyak sayur dan cabe (vegetable oil and chilli).

Ikan adalah bahan baku yang paling dasar dalam pembuatan ikan sarden.Ikan yang telah ditangkap akan lebih baik jika segera diolah menjadisuatu bahan pangan, hal ini dikarenakan kandungan air yang banyak pada ikan dapat menyebabkan ikan menjadi mudah busuk atau disebut dengan perishable food. Ikan dapat bertahan lama dan tidak mudah busuk jika mengalami proses pengolahan dan pengawetan.Kualitas dari ikan dapat dilihat berdasarkan tingkat kesegaran secara visual dan fisik dari ikan yang digunakan, teknik yang dilakukan selama proses penggalengan ikan,serta kebersihan yang meliputi kebersihan mesin dan alat yang digunakan, karyawan, serta pabrik(Moejanto et al, 1978) dalam (Wulandari et al, 2009).

Jenis ikan yang umumdigunakan untuk membuat ikan sarden antara lain ikan lemuru (Sardinella longiceps, Sardinella lemuru), ikan tembang (Sardinella fimbriata), dan ikan makarel (Scomber australasicus,Scomber japonicus).Menurut Suparno &Dwiponggo (1993), didalam ikan lemuru terdapat kandunganasam lemak essensial, yaitu omega 3 yang meliputi Eicosa Pentaenoic Acid (EPA) dan Dacosa Hexaenoic Acid (DHA) dan omega 6. Omega 3 di dalam tubuh manusia, dapat mencegah dan mengurangi penumpukan kolesterol. Kolesterol dapat membahayakan manusia karena menyebabkan penyakit stroke dan jantung. Jenis-jenis ikan laut yang mengandung omega 3 dan 6 antara lain ikan tuna, sarden, makarel, dan kembung (Astawan, 2003).

(21)

12

4.1.2. Bahan Pengisi

Bahan-bahan yang digunakan untuk pengisian media ikan sarden meliputi: pasta tomat, gula, cabe merah, garam, pengental nabati, penguat rasa (monosodium glutamate), dan bawang putih.

Menurut Susanto & Saneto (1994), saus tomat yang digunakan untuk pengisian media ikan sarden pada dasarnya seperti bubur kental (semi-solid). Saus tomat dihasilkan melalui proses pengolahan yang berasal dari buah tomat dengan adanya beberapa campuran bahan lainnya, seperti asam, garam, gula, zat pengawet, zat pewarna, dan bahan pengental.Salah satu fungsi penambahanmonosodium glutamate(MSG) yaitu agar makanan terasa enak atau lezat. Hal ini dikarenakan MSG merupakan bahan untuk penambah rasa pada makanan (Prawirohardjono et al., 2000).Salah satu faktor yang mempengaruhi umur simpan pada saus tomat adalah pH (derajat keasaman). Nilai pH untuk menghasilkan saus tomat yang baikberkisar antarapH 4,0 hingga 5,0 (SII, 1998). Warna saus tomat dapat dipengaruhi oleh lamanya proses pemanasan. Pada proses pembuatan saus tomat dilakukan pengadukan secara terus menerus, dan suhu pemanasan juga harus dijaga agar suhu tidak mendekati titik didihnya. Hal ini dikarenakan dapat terjadi proses karamelisasi pada saus tomat (Desrosier, 1988).

4.1.3. Bahan Pengemas

Kemasan yang digunakan untuk melindungi produk ikan sarden dapat dibagi menjadi dua yaituprimer dan sekunder. Kemasan memiliki tujuan agar produk yang dihasilkan dapat terlindungi, selain itu sebuah pengemas umumnya memiliki keterangan label, serta tulisan yang dapat menarik konsumen untuk membeli barang tersebut(Syarief &Halid, 1991). Menurut Robertson (1993), bahan pengemas sebaiknya disesuaikan dengan jenis serta bentuk dari produk yang akan dikemas. Pengemasan pada bahan makanan memiliki tujuan untuk menghindari dan mencegah kerusakan yang diakibatkan dari lingkungan sekitar. Selain itu, kemasan dapat memberikan nilai tambah untuk sebuah produk yang akan dijual, sehingga konsumen dapat tertarik dan membeli produk tersebut. Jenis kemasan primer yang digunakan untuk produk ikan sarden adalah

(22)

kaleng, sedangkan untuk jenis kemasan sekundernya adalah kardus. Timah atau kaleng merupakan wadah yang sering digunakan untuk produk-produk bahan pangan, khususnya minuman dan makanan. Kedua sisi kaleng ini pada umumnya dilapisi oleh timah atau sering disebut dengan “tin-plate” (Murdiati S, 1982).Kemasan sekunder memberikan fungsi untuk melindungi produk yang dimulai dari proses penyimpanan hingga proses pengiriman barang (Suradi, 2005).

4.2. Penerimaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan pada proses pembuatan ikan sarden umumnya adalah ikan lemuru. Jikaikan jenis lemuru tersebut sedang langka atau sulit didapatkan maka dapat diganti dengan ikan tembang dan makarel. Ikan didapatkan di sekitar daerah Muncar-Banyuwangi, Perairan Selat Bali, Perairan Utara Jawa (Laut Jawa), Perairan Selat Madura, dan Perairan Selatan Jawa (Samudera Hindia).Akan tetapi, tidak sedikit ikan-ikan tersebut didatangkan dengan cara impor, yakni berasal dari negara Tiongkok, Pakistan, India, Yaman, serta Oman. Bahan baku ikan ini diterimadalam kondisi segar dan beku dengan suhu 4,4o

Pada saat dilakukan pembongkaran muatan, ikan-ikan tersebut langsung dibawa dan dimasukkan ke dalam tempat khusus penerimaanikan, dan selanjutnya dilakukan proses

thawing untuk ikan beku.Jikaikan dikirim dalam jumlah yang banyak, maka ikan tersebut dapat disimpan di dalam cold storageyang ada di dalam pabrik. Ikan yang baru

C. Pada saat ikan tiba di dalam area lingkungan pabrik, maka dilakukan terlebih dahulu pengecekan terhadap kondisi kebersihan (higiene) pada kendaraan pengangkut ikan tersebut dan kondisi bahan baku yang berupa ikan secara fisik, kimia, dan biologi. Wadah pengemas ikan beku pada saat proses pengirimandimasukkandalam kemasan polybag dan dimasukkan dalam karung, sedangkan ikan segar dimasukkan ke dalam wadah yang diberi tambahan es. Ikan-ikandikirimdengan menggunakan truk besar atau container yang disertai adanyapendingin untuk jenis ikan impor.Jumlah pengiriman ikan dalam satu truk tidak sama, umumnya ikan dikirim dalam jumlah sekitar 24 ton hingga 25 ton. Hal ini disesuaikan dengan adanya jumlah ikan yang tersedia di perairan.

(23)

14

tiba di area pabrik, dipilih secara sampling oleh quality control untuk dijadikan sampel dalam ujikualitas, uji histamin, dan uji boraks.

Bahan baku dasar selain ikan terdapat juga bahanseperti pasta tomat, garam, tepung pati dan cabai yang digunakan. Pasta tomat diimpor dari negara Tiongkok, yaitu oleh perusahaan Xinjiang Funholding Foodstuffyang dikemas dengan menggunakan drum

besar. Bahan garam halus dikirim oleh perusahaan PT GDI, sedangkan untuk garam afinasi dikirim dari perusahaan yang berada di Bojonegara yaitu PT Duta Segar Internasional dan PT Makassar Tene. Tepung pati diimpor dari negara Amerika yang berasal dari PT Ingredion, dan cabaididapatkan dari lingkungan sekitar atau lokal. Bahan-bahan tersebut tentunya datang dalam jumlah yang banyak, sehingga bahan harus disimpan di dalam gudang penyimpanan.

Bahan pendukung lainnya seperti kaleng, tutup kaleng, label dan kardus juga diperlukan. Untuk kaleng, label, dan kardus telah disediakan oleh perusahaan yang bekerja samadengan CV Pasfic Harvest. Bahan penutup kaleng, CV Pasific Harvest bekerja sama dengan perusahaan pembuat penutup kaleng, yaitu PT Cometa yang berada di Jakarta. Bahan-bahan tersebut disediakan didalam gudang atau tempat penyimpanan, dikarenakan barang-barang tersebut dikirim dalam jumlah yang banyak. Kaleng-kaleng tersebut diperiksa terlebih dahulu oleh kepala gudang beserta dengan

quality control, agar kaleng yang disimpan dan kaleng yang akan digunakan sesuai dengan ketentuan standar yang ada.

4.3. Proses Produksi

Proses produksi pada pengalengan ikan yaitu pertama-tama ikan hasil tangkapan diletakkan di dalam ruangan penerimaan ikan (receving area). Pada area ini, ikan yang di prosesadalah ikanimpor maupun fresh dari hasil tangkapan laut lokal. Ikan

freshdicuci terlebih dahulu kemudian diletakkan di meja pemotongan(Gambar 2), sedangkan ikan yang didapat dari proses beku (frozen)dilakukanthawingdalam waktu sekitar 8 jam, dan langsung dimasukkan ke dalam tahap berikutnya yaitu tahap pemotongan

(24)

(cutting). Cutting area merupakan tahapan untuk pemotongan kepala, ekor, membuang sisik dan isi perut ikan.

Gambar 2. Area Pemotongan Ikan (Cutting Area)

Setelah melalui proses pemotongan ikan, makaselanjutnya dicuci hingga bersih. Ikan dicuci dengan menggunakan dua cara yaitu, cara manual (dicuci dengan menggunakan tangan)dan menggunakan alat rotary fish washer.Ikan yang sudah melewati proses pencucian, selanjutnya masuk ke tahap pengisian ikan ke dalam kaleng. Pada tahap pengisian, banyaknya ikan didalam setiap kaleng tidak sama, hal ini dikarenakan bentuk penampang dan berat dari kaleng yang tidak samayaitu terdapat kaleng dengan berat 125g,155g,serta 425g.Setelah kaleng terisi dengan ikan, maka tahap selanjutnya yaitu tahap pre-coocking(exhausting dengan menggunakan metode penyemburan uap panas). Tujuan proses exhaustingadalah adanya proses penarikan udara yang ada didalam kaleng, selain itu ikan yang terdapat dalam kaleng menjadi matang. Pengisian ikan dalam kaleng tidak boleh seluruhnya tertutup, 1/10 bagian dari isi kaleng harus terdapat tempat kosong.Hal ini memiliki tujuan agar kaleng tidak menggembung, serta adanyaheadspace (ruang kosong diperlukan pada saat proses vakum). Setelah proses

exhausting dilakukan, langkah selanjutnya adalah proses penirisan. Penirisan memiliki tujuan agar air hasil dari proses exhausting dapat keluar dari kaleng, sehingga tidak ada air lagi didalam kaleng. Setelah proses penirisan air, selanjutnya adalah proses pengisian media (filling media) ke dalam kaleng. Saos yang dimasukan ke dalam kaleng pada setiap produk berbeda-beda, tergantung dari permintaan pembeli (buyer). Jika kaleng sudah terisi dengan saos, maka kaleng siap ditutup rapatdengan menggunakan

(25)

16

alat seamer (seaming process) dan kaleng dicuci hingga bersih dengan menggunakan alat can washer. Setelah kaleng tercuci hingga bersih, maka kaleng-kaleng tersebut selanjutnya masuk ke dalam proses sterilisasi dengan metode retorting, yaitu dengan suhu sebesar 118oC.Proses sterilisasi dipengaruhi oleh 3 faktor antara lain suhu, waktu, dan tekanan. Lamanya proses sterilisasi bervariasi tergantung dari ukuran kaleng, namun biasanya berkisar antara 90 hingga 110 menit.Jika proses sterilisasi telah selesai, maka kaleng-kaleng tersebut didinginkan terlebih dahulu, diberi label serta tanggal kadaluarsa pada kaleng. Tahap selanjutnya adalah proses inkubasiyang dilakukan kurang lebih sekitar 15 hari di ruangan inkubasi (incubation Area) (Gambar 3). Pada tahap ini, kaleng-kaleng dapat dinyatakanrelease atau reject.

Gambar 3. Ruang Inkubasi Barang Sebelum Siap Kirim (Incubation Area)

Kalengdinyatakan release, jika kaleng tidakada kecacatan (penyimpangan pada kaleng), dan dinyatakan rejectapabila kaleng dalam keadaan yang menyimpang, seperti:

scratchatau gores (disebabkankarena roll seamerterlalu kasar, dankaleng tergoroes oleh

conveyor yang kondisinya sudah kasar),corrosive atau berkarat (disebabkan karena proses pencucian kaleng yang tidakbersih),swelling atau kembung (disebabkan karena adanya aktivitas mikroorganisme penghasil gasdi dalam kaleng, hal ini dikarenakan adanya kebocoran pada lipatan kaleng), droop, vee lips, false seam, knock down flange

(disebabkan karena operasi double seaming yang tidak sempurna pada tutup kaleng),

buckle (disebabkan karena produk kelebihan isi, sehingga tidak ada ruang (head space)

(26)

flipper (disebabkan karena suhu media kurang panas sehingga menyebabkan kondisi kurang vakum, tidak ada headspace(ruang kosong)di dalam produk, serta jika ditekan pada tutup atau dasar kaleng maka akan kembali lagi atau kembung), dente atau penyok (disebabkan karena penanganan yang terlalu kasar pada proses tahapan), dirty oily dan

fatty(kotor), berminyak dan berlemak (disebabkan karena proses pencucian produk setelah seamingyang kurang bersih), peel off atau mengelupas (disebabkan karena material printing tidak memenuhi standar kualitas). Gambar contoh penyimpangan pada produk jadi dapat dilihat pada Gambar 4.

(27)

18

Setelah produk diinkubasi, tahapan selanjutnya ialah memberi tanggal kadaluarsa (expired date)pada setiap kalengyang dilakukan diprinting area, kemudiankardus karton (packaging) dari produk sardendi tutup, selanjutnya masuk ke dalam tahap

sealing.Langkah yang terakhir yaitu kaleng dimasukkan ke dalam area ready to shipmentuntuk disimpan dan siap untuk dilakukanproses pengiriman. Di dalam area ini, barang-barang disusun berdasarkan jenis produk sarden. Pengiriman produk-produk kaleng sarden ini dilakukan di dalam negeri maupun pengiriman hingga ke luar negeri. Selama berada di area ready to shipment, kualitasproduk sarden harus tetap terjaga (Gambar 5).

Gambar 5. Barang Siap Kirim di letakkan di Area Ready To Shipment

Proses produksi pengalengan ikan sarden akan menghasilkan limbah cairdan limbah padat. Untuk mengurangi adanya tumpukkan limbah cair CV Pasific Harvest memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di area pabrik untuk mengolah limbah cair, yang terdiri dari beberapa tahapan agar tidak merugikan dan mencemari lingkungan sekitar, sedangkan untuk limbah padatyang dihasilkan seperti kepala, ekor dan isi perut ikan selanjutnya akan diolah lebih lanjutdan dijual menjadi tepung ikan ditempat yang berbeda. Proses produksi pengolahan ikan sarden di CV Pasific Harvest dapat dilihat pada gambar 6.

(28)
(29)

20

5. PEMBAHASAN

5.1. Pengertian Limbah

Limbah industri merupakan hasil akhir yang berupa buangan atau sisa dari proses produksi pada suatu industri (Palar, 2004). Limbah merupakan hasil yang didapatkan dari proses pembuangan yang sudah tidak memiliki nilai ekonomis dan memiliki sifat merugikan bagi lingkungan sekitar (Purba, 2009). Menurut Setiawan (2015), limbah dapat dibedakan menjadi tiga jenis, antara lain limbah cair, limbah padat, serta limbah gas.

Limbah cair merupakan hasil dari sisa pembuangan produksi yang memiliki wujud berupa cairan. Limbah cair biasanya dibuang karena memiliki sifat yang merugikan, terutama bagi lingkungan (Asmadi, 2012).Contoh limbah cair pada industri antara lain: hasil akhir dari adanya proses industri, bahan-bahan kimia, serta hasil pelarut (Setiawan, 2015). Limbah padat merupakan hasil dari sisa pembuangan produksi yang memiliki wujud berbentuk bubur atau lumpur, serta padatan (Daryanto, 1995). Limbah padat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan contoh dari limbah padat di suatu industri. Limbah padat B3 merupakan hasil sisa dari proses produksi limbah yang didalamnya mengandung bahan yang berbahaya, memiliki sifat yang dapat merusak dan kesehatan manusia dapat terganggu. Contoh dari limbah B3 antara lain zat kimia dan logam-logam berat (BAPEDAL, 1995).Menurut Yuliani (2011), limbah B3 memiliki karakterisitik yang sangat mudah terbakar, beracun, korosif, mudah meledak, serta memiliki sifat yang mutagenik. Pencemaran udara atau limbah gas merupakan bahan-bahan ataupun sisa dari proses produksi yang berwujud gas dan berada di udara yang dapat mempengaruhi perubahan pada udara (Wardana, 2001).

CV Pasific Harvest menghasilkan limbah padat dan limbah cair dari hasil proses produksi. Limbah padat dapat berupa kepala ikan, isi perut, dan ekor ikan. Limbah tersebut tidak dibuang ke lingkungan sekitar pabrik, tetapi akan mengalami proses lebih lanjut untuk menjadi tepung ikan, sedangkan limbah cair yang dihasilkan yaitu berupa hasil dari proses produksi pengalengan ikan.

(30)

5.2. Sarana-sarana Proses Pengolahan Limbah Cair

Limbahcair yang berasal dari prosesproduksimemiliki dampak yang sangat berbahaya, sehingga diperlukan upaya-upaya untuk mencegah dan diolah lebih lanjut agar limbah tidak merusak lingkungan sekitar ketika dibuang. Untuk itu CV Pasific Harvest memiliki beberapa sarana pendukung untuk mengolah limbah cair menjadi limbah yang tidak berbahaya dan merugikan, antara lain:

a) Kolamtreatment atau pengolahan

Kolamtreatment instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yang dimiliki oleh CV Pasific Harvest, terdiri atas petak-petak kolam treatment sedimentasi. Kolam ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu kolam sedimentasi (pengendapan) awal, kolam kolam aerob, kolam anaerob, dan kolam sedimentasi (pengendapan) akhir. (Gambar 7).

Gambar 7. Kolam

Treatment Pengolahan

(31)

22

b) Generator

CV Pasific Harvest memiliki generator sebanyak satubuah dengan daya sebesar 250 KVA (Kilo Volt Ampere). Generator ini cukup untuk mencakup seluruh wilayah dalam satu pabrik yaitu meliputi ruang cold storage, instalasi pengolahan air limbah (IPAL), serta ruang produksi. (Gambar 8).

Gambar 8. Generator

c) Pompa air

Pompa air yang dimiliki oleh CV Pasific Harvest untuk instalasi pengolahan air limbah sebanyak 4 buah. Pompa air digunakan untuk memompa dan menyuplai air limbah dari kolam sedimentasi (treatment),serta dari selokan pembuangan air produksi. (Gambar 9).

(32)

5.3. Sumber Limbah Cair

Limbah cairyang terdapat pada CV Pasific Harvest memiliki sumber yang dapat dibedakanmenjadi dua macam, yaitu: limbah yang didapatkan dari hasil proses produksi dan limbah yang didapatkan dari selokan kamar mandi.Sebanyak 80% limbah cair dari proses produksi pengolahan limbah masuk ke kolam treatment instalasipengolahan air limbah (IPAL), dan sebanyak 20% hasil limbah cair dari air kamar mandi. Pada dasarnya dalam ilmu pengolahan air limbah, hanya limbah cair dari sisa produksisaja yang dapat masuk ke dalamkolam treatment. Menurut Colic et al. (2011), limbah yang berasal dari proses pengolahan ikan memiliki sumber dari darah, kulit, kepala, sisik,dan tulang ikan. Setyono dan Yudo (2008), menambahkan bahwa sumber limbah cair yang berada di daerah kecamatan Muncar, Banyuwangi ialah limbah yang berasal dari industri-industri pengolahan ikan, yang berupa darah ikan dan minyak lemak yang terdapat pada ikan.

Limbah cair tersebut banyak mengandung komponen-komponen seperti pospat (PO4),

sulfida (H2S), amoniak (NH3-N), nitrat (NO3), klorin (Cl2

5.4. Komposisi Limbah Cair

), serta minyak dari lemak ikan. Adanya limbah-limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan ikan, maka dapat menyebabkan lingkungan sekitar serta sungai menjadi tercemaryaitu menjadi berbau dan warnanya menjadi kotor atau keruh.

Komposisi limbah cair yang dihasilkan dari hasil proses pembuangan limbah produksi pengalengan ikan terdiri dari banyak zat organik maupun anorganik. Menurut Sugiharto (1987), komposisi air limbah terdiri atas air dan bahan padat, dimana bahan padat dapat terbagi menjadi dua yaitu bahan organik dan bahan anorganik. Komposisi air limbah dapat dilihat pada Gambar 10.

(33)

24

Gambar 10. Komposisi Air Limbah

Menurut Kusnoputranto (1993), limbah cair memiliki sumber-sumber bahan pencemar yang dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:

a) Agen yang dapat menyebabkan penyakit b) Limbah cair yang perlu adanya oksigen c) Bahan kimia organik

d) Mineral, dan bahan kimia an-organik

e) Endapan (sedimen) seperti lumpur, bahan yang diperoleh dari proses erositanah f) Panas

g) Bahan radioaktif

5.5. Karakteristik Limbah Cair

Adanya proses pemotongan, pencucian, serta pengolahan produk pengalengan ikan pada proses produksi akan menghasilkan limbah cair. Menurut Gonzales (1996), limbah cair hasil dari pengolahan ikan dapat mengandung banyak lemak dan protein, dimana di dalam kandungan tersebut dapat mengakibatkan adanya senyawa amoniak dan nilai nitrat yang tinggi. Limbah cair yang dihasilkanumumnya memiliki nilai pH yang mendekati 7 atau pH alkali.Pada dasarnya kandungan limbah cair yang terdapat pada industri perikanan memiliki mutu air serta derajat kontaminasi berbeda-bedayang digunakan untuk proses produksi. Adanya bau yang tidak enak (sedap) dari limbah cair disebabkan oleh adanya proses dekomposisi dari bahan-bahan organik. Senyawa yang

Air Limbah

Air (99,9%) Bahan

Padat(0,01%

Bahan Organik

(Karbohidrat, Protein, Lemak)

Bahan Anorganik

(34)

dihasilkan dari proses dekomposisi yaitu senyawa amina, yang memiliki karakter sangat mudah menguap. Limbah cair juga memiliki nilai Chemical Oxygen Demand (COD) yang tinggi, hal ini dikarenakan adanya kandungan minyak, lemak, serta kandungan nutrisi yang tinggi (Mendez et al., 1992).

Karakteristik limbah cair dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu fisik, kimia, dan biologi.

A. Karakteristik secara fisiklimbah cair dapat diukur dengan parameter-parameter yang meliputi:

a) Padatan

Limbah cair memiliki padatan yang berasal dari bahan organik dan anorganik, dimana padatan tersebut dapat tersuspensi dan mengendap. Padatan didalam air, dapat menyebabkan tumbuhnya tanaman air, dimana tanaman tersebut dapat menjadi racun bagi makhluk lainnya. Semakin banyak jumlah padatan maka lumpur yang terkandung dalam air akan semakin banyak juga (Gintings, 1992).

b) Warna

Pada dasarnya air memiliki warna bersih bening, tetapi seiring berjalannya waktu dan meningkatnya kondisi anaerob, maka warna limbah terlihat sering berubah menjadi warna abu-abu dan bahkan dapat berubah menjadi kehitaman. Hal tersebut dikarenakan adanya kandungan bahan-bahan yang terlarut, partikel-partikel kecil, logam berat, bahan anorganik yang larut air dan terurai secara alami, humus, serta plankton dari hasilair buangan industri (Gintings, 1992).

c) Kekeruhan

Kekeruhan pada limbah disebabkan karena adanya zat padat yang berisfat organik maupun anorganik yang larut bersama air. Zat padat tersebut dapat menyebabkan pembiasan cahaya dan sebagai penghalang masuknya cahaya ke dalam air. Hal ini dikarenakanbahwa kekeruhan akan membatasi pencahayaan di dalam air. Kekeruhan dapat terjadi karena adanya bahan-bahan yang terapung serta adanya zat-zat yang terurai seperti jasad renik, bahan organik, lumpur tanah liat, serta benda-benda lain yang dapat mengapung ataupun melayang (Gintings, 1992).

(35)

26

d) Temperatur

Temperatur sangat berpengaruh terhadap kualitas air limbah selama prosestreatment. Hal ini disebabkan karena cahaya matahari dapat menyebabkan temperatur menjadi naik, dimana temperatur akan mengubah air (dengan cara reaksi kimia yang terjadi secara alami) dan menghasilkan suatu gas atau zat-zat kimia tertentu (Gintings, 1992).

e) Bau

Bau disebabkan oleh adanya reaksi kimia yang memiliki hubungan erat dengan kondisi air limbah. Campuran dari bahan organik, bahan anorganik serta temperatur secara kimia akan mengubah atau meraksi air limbah, sehingga menghasilkan gas kimia tertentu yang dapat menyebabkan bau. Bau dapat berasal karena adanya campuran dari protein, sulfur, amoniak,nitrogen, fosfor, hidrogen sulfida, dan karbon disulfida (Gintings, 1992).

f) Minyak dan lemak

Sisa limbah cair yang berasaldari proses produksi pengalengan ikan banyak mengandung minyak dan lemak. Minyak dan lemak umumnya berada dibawah permukaan air, akan tetapi dapat jugaberada di atas pemukaan air atau mengapung. Minyak dan lemak merupakan senyawa ester yang berasal dari turunan alkohol, yang terdiri dari unsur hidrogen, karbon, serta oksigen. Minyak dan lemak adalah bahan yang bersifat tetap dan sulit untuk diuraikan oleh bakteri pada kolam treatment, lemak dan minyak tersebut dapat membentuk lapisan yang tebal pada permukaan air dikolam sedimentasi yang menyebabkan terbatasnya oksigen dan cahaya masuk ke dalam air, sehingga fotosintesis tidak dapat terjadi (Gintings, 1992).

g) Total Zat Padat atau Total Solid (TS)

Merupakan padatan dari endapan sedimentasi pada kolam treatment pertama hingga terakhir yang terdiri dari beberapa bahan yaitu bahan organik dan

(36)

anorganik yang larut serta mengendap (hasil sedimentasi). Berdasarkan ukuran, total zat padat dapat dibagi ke dalam dua macam, yaitu filterable solid serta

suspended solid. Disebut suspended solidkarenasuatu padatan memiliki ukuran minimal diameter sebesar 1 mikron. Filterable soliddapat dibagi menjadi dua macam, yaitu dissolved solid dan colloidal solid.Kumpulan ion dan molekul yang terdapat di dalam air disebut dengan dissolved solid, sedangkan partikel-partikel yang memiliki ukuran 1 milimikron sampai dengan 1 mikron disebut dengan

colloidal solid (Silviana, 2009).

h) Total Padatan Terlarut atau Total Dissolve Solid (TDS)

Total dissolved solidyaitu gabungan sejumlah kecilpadatan-padatanyang berasal dari garam organik dan anorganik yang dapat dilarutkan di dalam air (Safitri, 2009).

i) Total Suspended Solid (TSS)

Pengendapan total suspended soliddidapatkan dari adanya gaya gravitasi, dimanahasil yang didapatkan dapat berupa partikel-partikel koloid yang berasal dari adanya proses penyaringan (Safitri, 2009).

B. Karakteristik secara kimia limbah cair dapat dibedakan menjadi: a) Kandungan Organik

Menurut Metcalf & Eddy (1991), limbah cair mengandung bahan-bahan organik yang terdiri atas karbohidrat, protein, serta minyak atau lemak.

Parameter yang digunakan untuk mengukur kandungan organik pada limbah cair yaitu:

1) Biological Oxygen Demand(BOD)

Menurut Riyadi (1984), BOD digunakan untuk melakukan proses penguraian yang dilakukan oleh bakteri aerobikberdasarkan oleh banyak atau tidaknya suatu oksigen yang terkandung.Prinsip BOD yaitu adanya proses reaksi oksidasi di dalam airyang berasal dari organisme dengan adanya bantuan bakteri. Air, amoniak, serta karbon dioksida merupakan hasil yang didapatkan dari proses oksidasi (Alaerts & Santika, 1987). Menurut Mahida (1984), bau

(37)

28

yang tidak enak pada air limbah berasal dari gas yang disebabkan karena oksigentelah digunakan, dan adanya penguraian zat organik di dalam air, sehingga menyebabkan keadaan menjadi anaerobik.

2) Chemical Oxygen Demand (COD)

Menurut Alaerts & Santika (1987), COD adalah cara untuk mengetahui banyaknya jumlah oksigen yang diperlukandalam 1 liter sampel air untuk mengoksidasi zat-zat organik, dimana sebagai sumber oksigennyadiperlukan oksidasi dari senyawa KcrO. Mahida (1984) menambahkan, COD merupakan zat-zat dari bahan organik dapat dioksidasi dengan menggunakan oksigen yangterkandung dalamjumlah tertentu. Angka dari hasil COD, dapat menjadi suatu ukuran untuk pencemaran air dan oksigen yang ada di dalam air menjadi berkurang.

b) Kandungan Anorganik 1) Dissolve Oxygen (DO)

Adanya penurunan kadar pada dissolve oxygen atau oksigen terlarut dapat dipastikan bahwa terjadi sebuah pencemaran air yang disebabkan karena limbah masuk ke dalam air. Apabila kandungan oksigen terlarut memiliki jumlah yang semakin menurun, maka organisme yang ada di dalam air dapat mati (tidak dapat hidup)(Boyd, 1998).

2) pH

pH digunakan sebagai salah satu parameter yang ada di dalam ekosistem perairan yang memiliki kaitan dengan adanya konsentrasi karbon dioksida.Apabila pH rendah maka konsentrasi karbon dioksida akan semakin tinggi.Tinggi rendahnya nilai pH diakibatkan karena adanya proses respirasi serta proses fotosintesis di dalam ekosistem (Wetzel, 1983).

3) Amoniak (NH3

Pembusukan zat organik yang disebabkan oleh adanya bakteri dapat menghasilkan gas amoniak (NH

)

(38)

dibiarkan dalam lingkungan maka akan terbentuk reaksi keseimbangan antara amoniak dengan amonium (NH4+

C. Karakteristik secara biologi limbah cair:

).Proses nitrifikasi dapat terbentuk karena adanya amonium. Hasil dari proses nitrifikasi yaitu nitrat dan nitrit.Apabila pH air tinggi, maka kandungan amoniak juga akan semakin besar (Wardoyo, 1975). Kandungan amoniak dapat tinggi karena adanya limbah yang berasal dari hasil limbah industri, dan limbah domestik akibat adanya pencemaran dari bahan-bahan organik (Effendi, 2003).

Karakter biologiumumnya hanya digunakan untuk mengukur banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah. Menurut Ginting (2007), karakter biologi dalam suatu air limbah ditemukan adanya berbagai jenis-jenis mikroorganisme. Mikroorganisme yang terkandung umumnya memiliki konsentrasi sebesar 105 hingga 108

5.6. Proses Treatment Pengolahan Limbah Cair

organisme/ml.

Kandungan bahan organik di dalam limbah cair sangat tinggi, sehingga dengan adanya kandungan organik tersebut, dapat terjadi proses oksidasi yang disebabkan oleh mikroorganisme. Kandungan oksigen yang berada di dalam air menjadi berkurang, dan organisme-organisme yang ada disekitar menjadi mati (Tchobanoglous &Burton, 1991).Proses pengolahan limbah cair diCV Pasific Harvest menggunakan dua metode, yaitu metode aerob dan anaerob. Metode aerob yaitu adanya oksigen yang digunakan oleh bakteri-bakteri untuk menguraikan dan melepaskan zat-zat atau bahan yang berbahaya pada limbah cair yang dihasilkan, sedangkan metode anaerob yaitu adanya oksigen pada metode ini tidak diperlukan oleh bakteri (Darsono, 2007).

Limbah yang diperbolehkan masuk ke dalam instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yaitu limbah yangberasal dari hasil buangan proses produksi. Proses treatment

pengolahan limbah cair terdiri dariempat tahapan (Gambar 11). Tahap yang pertama yaitu tahap sedimentasi (pengendapan) awal (Gambar a), tahap yang kedua yaitu tahap pengendapan secara anerob (tidak memerlukan adanya oksigen) (Gambar b), tahap yang

(39)

30

ketiga yaitu tahap pengendapan secara aerob (memerlukan adanya oksigen) (Gambar c), dan tahap yang keempat yaitu tahap sedimentasi (pengendapan) akhir (Gambar d).

Gambar 11. Tahap Sedimentasi Awal (a), Tahap Pengendapan Secara Anaerob (b), Tahap Pengendapan Secara Aerob (c), dan Tahap Sedimentasi Akhir (d).

a) b)

(40)

Prosestreatment pengolahan limbah yang pertama yaitu pertama-tama dilakukan proses pemisahan air produksi yang tercampur dengan minyak. Pada tahap ini proses pemisahan dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusiayaitu dengan cara menyerok (mengambil) minyak dengan menggunakan alat penyerok di tempat penampungan limbah cair (Gambar 12). Jika minyak dan air tercampur menjadi satu, maka berat massa jenis minyak lebih ringan jika dibandingkan dengan massa jenis air, sehingga minyak berada di lapisan teratas daripada air dan dengan mudah dapat diambil dari selokan (saluran pembuangan)dan selanjutnyadimasukkan ke dalam drum-drum

khusus untuk tempat penyimpanan minyak. (Gambar 13).

Hanya minyaksaja yang diambil, selanjutnyadipisahkan dari air limbah dandimasukkan ke dalam drum (drum untuk minyak yang akan dijual berbeda dengan drum yang berisi minyak limbah yang tidak dijual dan yang akan mengalami proses berikutnya),selanjutnya minyak dijual dan diolah lebih lanjut untuk proses campuran dalam pembuatan minyak ikan, sedangkan limbah minyak yang berasal dari proses produksi selanjutnya dialirkan melalui selokan, dan dapat dibagi menjadi dua jenis:minyak yang didapatkan dari sisa hasil pencucian media yang berupa minyak (95% berupa minyak media, dan 5% berupa minyak yang berasal dari ikan), serta minyak yang didapatkan dari minyak ikan (hasil dari proses penirisan alat exhausting box) dan dimasukkan ke dalam drum. Minyak yang sudah berada didalam drum

penyimpanan khusus, tahap berikutnya ialah dibiarkan mengendap di bawah sinar matahari secara langsung selama satu hari. Setelah minyak diendapkan, bagian didalam

drum akan terbentuk tiga jenis endapan(lapisan) antara lain:lapisan yang paling atas berupa minyak bersih, di bagian lapisan yang kedua berupa minyak dan ampas dari sisa-

sisa hasil pencucian ikan, dan lapisan yang ketiga berupa air kotor.

(41)

32

Gambar 12. Lapisan Minyak diambil secara Manual dari Tempat Penampungan Limbah Cair

Gambar 13. Drum Penyimpanan Minyak dan Limbah Minyak

Terdapatnyatiga lapisan didalam drumdikarenakan adanya perbedaan berat massa jenis dari limbah minyak. Padalapisan pertama, minyak bersih (yang masih layak digunakan) diambil dan ditaruh ke dalam drum khusus untuk penampungan minyak bersih, yang selanjutnya dijual ke tempat pengolahan minyak bersih untuk diproses lebih lanjut dan dikirim menuju pabrik pengolahan minyak.

Ketika sudah tiba di pabrik pengolahan minyak, maka limbah minyak tersebut harus diketahui nilai Fatty Acid (FA) yang terkandung di dalamnya. Untuk mengetahui nilai

(42)

FA yang terkandung pada limbah minyak tersebut diperlukan beberapa bahan kimia yang digunakan antara lain: soda api (caustic soda), alkohol 95%, dan larutan fenol.Limbah minyak dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu minyak dengan jenis A, B, dan C. Kelompok minyak dengan jenis A merupakan minyak yang memiliki kadaluarsa (tingkat pembusukan) yang tidak tinggi. Untuk kelompok minyak dengan jenis B merupakan minyak yang memiliki kadaluarsa (tingkat pembusukan) yang tinggi. Untuk kelompok minyak dengan jenis C merupakan minyak yang tidak layak untuk digunakan. Untuk menjernihkan minyak tersebut, terdapat ukuran perbandinganbahan kimia yang digunakan akan berbeda-beda tergantung dari jenis minyak.Untuk dapat menjernihkan minyak jenis A, maka diperlukan adanya perbandingan 1 kg limbah minyak :1 Fatty Acid (FA). Untuk dapat menjernihkan minyak jenis B, makadiperlukan adanya perbandingan 5 kg limbah minyak : 5 Fatty Acid (FA) , sedangkan untuk minyak jenis C masih dapat diolah, akan tetapi minyak jenis C masih dalam keadaan yang beku pada umumnya.

Untuk mengetahui nilai Fatty Acid (FA) dalam suatu limbah minyak, maka bahan-bahan yang harus disiapkan antara lain: soda api (caustic soda) sebanyak 3 gram, air sebanyak 1600 ml, larutan fenol sebanyak 3 tetes, alkohol sebanyak 5 ml, serta sampel minyak sebanyak 2 ml. Cara untuk mengetahui nilai Fatty Acid (FA) yang terdapat pada minyak yaitu pertama-tama sampel minyak diambil dengan menggunakan sebuah wadah, selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan yang berisi soda api, air, fenol, dan alkohol. Warna dari limbah minyak tersebut akan mengalami perubahan. Warna awal pada limbah minyak tersebut adalah berwarna cokelat kehitam-hitaman (hitam pekat), akan tetapi, setelah adanya proses pengecekan nilai Fatty Acid (FA), maka warna akan berubah menjadi merah-kemerahan. Jika minyak tersebut dibiarkan dalam jangka waktu tertentu, maka warna minyak tersebut akan berubah menjadi putih. Nilai FA dapat diketahui dari banyaknya jumlah larutan yang digunakan. Jika banyaknya larutan yang digunakan sebanyak 3 ml, maka minyak tersebut memiliki nilai FA sebanyak 3. Untuk minyak jenis A dan minyak B memiliki cara yang sama untuk mengetahui nilai FA yang ada didalam minyak, sedangkan untuk minyak jenis Ctidak dapat mengetahui nilai FA, hal ini dikarenakan minyak sudah dalam keadaan beku dan sudah tidak layak. Akan tetapi, minyak dengan jenis C dapat diolah dengan cara menghancurkan gumpalan

(43)

34

minyak beku terlebih dahulu, yaitu dengan menggunakan menggunakan larutan ASO2V4.Proses penghancuran pada minyak beku ini pertama-tama minyak dimasak

hingga mencapai suhu 90oC, kemudian diberi obat ASO2V4 untuk menghancurkan

minyak beku tersebut. Garam juga diperlukan dalam proses ini dengan tujuan untuk mengendapkan kotoran yang ada di dalam minyak tersebut. Proses pengolahan limbah minyak dapat dilihat pada Gambar 14.

(44)

Untuk lapisan kedua pada drum penyimpanan minyak yaitu berupa minyak dan ampas. Ampasselanjutnya dijual ke tempat pengolahan minyak kotor. Untuk lapisan ketiga pada drumyaitu berupa air. Selanjutnya limbah minyak tersebut dialirkan masuk ke dalam instalasi pengolahan limbah (IPAL) dengan menggunakan pompa dan melalui pipa pvc.

Pada proses treatment pengolahan limbah yang kedua, hasil limbah yang berasal dari kolam treatmentpertama selanjutnya dipompa masuk ke dalam kolam anaerob (tidak memerlukan oksigen) dengan menggunakan pompa air yang lebih kecil daripada pompa yang digunakan pada proses treatmentpertama. Proses treatment pengolahan limbahkedua memiliki jumlah sebanyak empat buah kolam. Tujuan menggunakan pompakecil yaitu agar air secara perlahan-lahandapat masuk. Tahap kedua ini disebut sebagai proses anaerob dimana di dalam kolam anaerob menggunakan botol-botol plastik, yang setiap botol padabagian samping diberi lubang. Setiap satu buah botol memiliki lubang sebanyak empat buah lubang dengan ukuran sebesar 5/8 inchi, dan diisi dengan lima buah potongan kain katun yang berukuran 2x20 cm. Di dalam botol terdapat bakteri-bakteri yang secara sengaja di letakkan didalamnya. Adanya bakteri didalam botol memiliki tujuan untukmenguraikan bahan yang bersifat organik dan anorganik. Bakteri-bakteri yang digunakan dalam proses treatment limbah adalah

Nitrosomonas sp(mengoksidasiproses amonium berubah jadi nitrit), Nitrobacter sp(pengoksidasian nitrit) dan Bacillus sp(Grady & Lim, 1980). Bakteri tersebut memiliki kemampuan untuk mengurai dan melepaskan ion dari gas-gas beracun yang terjerat di dalam air limbah, dimana gas-gas beracun tersebut dapat menimbulkan bau yang tidak sedap, serta dapat menurunkan kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD),

Chemical Oxygen Demand (COD), TSS, H2S, serta NH3. Proses anaerob ini memiliki

empat buah kolam, dimana setiap kolam anaerob ini berukuran 1 m3 dan proses

treatment di dalam kolam anaerob ini dapat berlangsung selama satu minggu. (Gambar 15).

(45)

36

Gambar 15. Kolam Treatment Anaerob

Pada proses treatment pengolahan limbah yang ketiga, yaitu proses masuknya air dari kolam yang berasal dari kolam anaerob (proses treatment kedua) ke kolam aerob (proses treatment ketiga) dengan cara dialirkan. Air dapat dialirkan karena kolamanaerob memiliki posisi yang lebih tinggi daripada kolam aerob. Air limbah dialirkan melalui pipa pvcdengan ukuran 3 inchi sebanyak dua buah pipa dan tidak memerlukan adanya pompa. Kran pipa air dibuka dengan sangat kecil dengan aliran secara laminer. Di dalam kolam terdapat instalasi saluran pipa yang terhubung oleh mesin rotary blower. Rotary blower pada kolam limbah memiliki tujuan untuk memberikan oksigen (aerasi), karena bakteri aerob membutuhkan oksigen untuk berkembang biak dan hidup. Setelah proses treatment air pada kolam aerob selesai (sekitar satu minggu), air dengan sendirinya akan mengalir mengisi kolam-kolam sedimen aerob lainnya (Gambar 16). Selanjutnya, air yang telah melalui proses

treatmentaerobakan mengalir ke kolam sedimen akhir yang berjumlah empat buah kolam. Banyaknya air yang masuk ke dalam kolam sedimen aerob, setara dengan masuknya air yang berasal dari kolam anaerob.Kemudian, air masuk ke dalam kolam

treatment yang terakhir yaitu dengan jumlah sebanyak empat buah kolam yang tersusun secara paralel (Gambar 17).Di dalam kolam tersebut terdapat ikan-ikan yang dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui air hasil treatment limbah layak atau tidak jika dibuang ke lingkungan. Proses pembuangan limbah cair CV Pasific Harvest ke lingkungan yaitu dengan cara dialirkan melalui pipa pvc yang memiliki ukuran diameter 12 inchi, dan dialirkan ke sungai, dimana limbah cair tersebut nantinya akan mengalir

(46)

ke laut. Proses pengolahan air limbah cair hanya berlangsungsekitar 11 jam, yaitu dari

(47)

37

Gambar 16. Kolam Treatment Aerob

Gambar 17. Kolam Treatment Sedimen Akhir

Dengan adanya empat tahapan proses pengolahan limbah cair (sedimentasi awal, anaerob, aerob, dan sedimentasi akhir), maka terdapat juga tahapan-tahapan kritis dari adanya proses pengolahan limbah cair.Tahapan kritis inimerupakan kunci keberhasilan dari suatu pengolahan limbah cair.Apabila, di dalam mengolah limbah cair tidak diperhatikan dengan benar maka dapat menimbulkan akibat yang dapat membahayakan bagi lingkungan sekitar. Tahapan kritis pada proses pengolahan limbah cair terdapat pada proses anaerob dan proses aerob. Kedua proses ini harus benar-benar diperhatikan saat mengolah limbah cair. Hal ini dikarenakan, pada proses anaerob terdapat adanya bakteri-bakteri yang secara sengaja ditambahkan sehingga proses anaerob memiliki tujuan untuk menguraikan bahan yang bersifat organik dan anorganik.Sehingga,

(48)

dengan bantuan bakteri-bakteri tersebut, bahan-bahan yang mengandung sifat-sifat yang berbahaya diharapkan dapat teruraikan dengan sempurna sehingga ketika limbah cair tersebut dialirkan dan dibuang ke lingkungan sekitar tidak memiliki dampak yang buruk bagilingkungan.

Untuk proses aerob, proses ini merupakan proses yang digunakan untuk mengolah (pemasakan) limbah cair yang dihasilkan oleh CV Pasific Harvest. Proses pemasakan limbah cair ini harus diperhatikan karena apabila di dalam uji kualitas limbah masih terdapat hasil parameter yang tidak sesuai dengan ketentuan, maka pemasakan pada proses aerob tersebut menunujukkan waktu yang kurang lama sehingga diperlukannya waktu yang lebih panjang lagi agar hasil pada uji kualitas limbah cair nantinya dapat sesuai dengan ketentuan yang ada (tidak memiliki nilai yang melebihi batas dari yang sudah ditentukan).

5.7. Kualitas Limbah Cair

Kualitas limbah cair yang terdapat pada CV Pasific Harvest secara rutin melakukan pengujian setiap tiga bulan sekali, yang bekerja sama dengan Badan Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Parameter-parameter yang digunakan untuk uji tes limbah cair antara lainpH, Biochemical Oxygen Demand (BOD5), Chemical Oxygen Demand (COD), Total Dissolved Solid (TSS), NH3-N, H2S, Cl2, minyak dan lemak.

Berdasarkan baku mutu Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014, parameter untuk volume limbah cair per produk yaitu 10 m3/ton produk, nilai pH yang sesuai dengan standar baku mutu yaitu memiliki pH 6-9, nilai BOD5yaitu 75 mg/l, nilai

COD yaitu 150 mg/l, nilai TSS sebesar 100 mg/l, nilai NH3-N yaitu 5 mg/l, nilai CI2

sebesar 1 mg/l, nilai H2

Berdasarkan hasil ujiterakhir limbah cair CVPasific Harvestdari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi pada September 2016, didapatkan hasil uji limbah:nilai pH yaitu sebesar 8,21, nilai BOD

S sebesar 1 mg/l, serta nilai untuk minyak dan lemak yaitu 15 mg/l.

5 yaitu sebesar 65,13, nilai COD yaitu sebesar 82,73,

(49)

39

0,1 mg/l, nilai CI2 yaitu sebesar 0,2 mg/l, serta nilai minyak dan lemak yaitu sebesar 6,8

mg/l. Dari uji limbah tersebut, dapat dilihat bahwa nilai NH3-N melebihi batas

ketentuan dari Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup.NH3-N

merupakanamoniaktotal yang terbuat dari senyawa NH3 dengan NH4+. Amoniak

merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH yang rendah. Amoniakyang

berada di dalam air buangan industri berasal dari oksidasi bahan-bahan organik oleh bakteri diubah menjadiCO2, H2O, serta NH3. Amoniak dalam air limbah sering

terbentuk karena adanya proses kimia secara alami.

Amoniak merupakan gas yang tergolong bahaya, dimana amoniak dapat menyebabkan beberapa luka, seperti batuk, pengerasan paru-paru, asma, iritasi pada tenggorokan dan hidung, serta menyebabkan luka seperti terbakar pada mata dan kulit. Racun yang ada pada amoniak memiliki hubungan dengan adanya konsentrasi yang berasal dari bentuk yang tidak mengalami ionisasi (NH3)(Brigden &Stringer, 2000).

Hasil uji air limbah ini dapat diketahui hasilnyaselama empat hari setelah waktu pengambilansample. Jika air limbah sudah diuji oleh Badan Lingkungan Hidup dan didalam uji tersebut terdapat hasil yang kurang sesuai dengan standar baku mutu yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2014, maka CVPasific Harvest melakukan suatu langkah untuk melakukan perbaikan yaitu dengan mengubah cara pengolahan dan penanganan limbah cair. Pada dasarnya, kunci untuk mengubah hasil limbah yang kurang sesuai tersebut terdapat di dalam proses pemasakkan limbah (treatment). Artinya, proses pemasakkan limbah harus lebih lama dari proses sebelumnya. Proses pemasakkan limbah cair ini berada di dalam kolam aerob (membutuhkan oksigen). Jika proses pemasakkan telah selesai, maka cara untuk pengecekkan air limbah adalah dengan membau limbah tersebut secara manual, yaitu dengan menggunakan indera pembau. Hasil uji laboratorium lingkungan yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Banyuwangi mengenai kualitas air limbah dapat dilihat pada Lampiran 2.

(50)

5.8. Hambatan-Hambatan dalam Pengolahan Air Limbah

Hambatan yang sering ditemui pada saat proses pengolahan air limbah yaitu jika proses produksi pengalengan ikan terlalu banyak, maka akan berdampak pada limbah yang dihasilkan. Hal ini disebabkan karenakolam treatment tidak dapat menampung secara maksimal, dan menyebabkan air limbah tidak bersih.Ukuran kolam treatmentmenjadi panduan untuk batas (kemampuan) dalam menampung banyaknya air limbah. Ukuran kolam pada proses sedimentasi (pengendapan) awal yaitu memiliki kedalaman sebesar1,5 m dan 4 m, selanjutnya kolam anaerob memiliki kedalaman sebesar 4 m, kolam aerob memiliki kedalaman sebesar 3,5 m, dan kolam sedimentasi akhir memiliki kedalaman sebesar 2 m.

Hambatan lain yang sering ditemui adalah lubang hisap pada pompa dapat tersumbat, dikarenakanadanya sedimen yang secara tidak sengaja terhisap serta masuk kedalam, yang selanjutnya dapat menyumbat kasa penyaring pada pipa hisap. Selain itu, manajemen pengolahan limbah di CV Pasific Harvest belum begitu baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya operator khusus yang mengelola dan mengatur prosespengolahan air limbah. Pekerja yang mengatur dan mengelola di dalam proses pengolahan air limbah adalah anggota bagian teknik perawatan yang merangkap sebagai operator IPAL.

Melakukan pengolahan limbah cair juga memiliki adanya kelebihan dan kekurangan di setiap prosesnya. Pada proses anaerob memiliki kelebihan yaitu sesuai untuk mengolah air limbah dengan konsentrasi kandungan BOD yang tinggi, menghasilkan biogas, tidak memerlukan lahan yang besar dan tidak membutuhkan energi untuk melakukan aerasi. Kekurangannya yaitu proses pertumbuhan mikroorganismenya lambat (dalam hitungan hari), jika dibandingkan dengan proses aerob, pengoperasian proses yang cukup rumit, dan diperlukan proses lebih lanjut yaitu proses dari anaerob menuju ke proses aerob (Indriyanti, 2005).

Untuk proses aerob memiliki kelebihan yaitu sudah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat luas karena dapat digunakan untuk kapasitas pengolahan limbah cair yang

(51)

41

kecil maupun yang besar, dan setelah adanya proses aerob maka hasil dari limbah cair dapat langsung dibuang ke lingkungan (karena kandungan-kandungan yang berbahaya sudah tidak berbahaya bagi lingkungan). Namun proses aerob juga memiliki kekurangan yaitu membutuhkan memerlukan lahan yang cukup besar, proses pertumbuhan mikroorganisme cepat, dan diperlukannya penggunakan energi untuk aerasi (Indriyanti, 2005).

(52)

42

6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

• Pengolahan limbah cair dan pengujian limbah cair di CV Pasific Harvest sudah sesuai dengan panduan yang didasarkan pada baku mutu Peraturan Pemerintah Lingkungan Hidup No 5 Tahun 2004, yang ditetapkan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Banyuwangi.

• Tahapan-tahapan pengolahan limbah cair di CV Pasific Harvest meliputi tahapan sedimentasi awal, tahapan anaerob, tahapan aerob, dan tahapan sedimentasi akhir.

6.2. Kritik dan Saran

• Sistem aliran air limbah yang ada di CV Pasific Harvest tidak sepenuhnya dinyalakan dan dijaga selama 24 jam, melainkan hanya dinyalakan pada saat jam kerja (pukul 07.00 hingga 17.00). Sehingga, hasil produksi air limbah cair yang dihasilkan menjadi kurang maksimal jika dibandingkan dengan sistem limbah cair yang menyala selama 24 jam penuh.

• Sistem instalasi pengolahan air limbah (IPAL) pada kolam treatment tidak seluruhnya digunakan. Kolam treatment yang digunakan hanya dibagiankiri,sehingga kolam bagian kanan masih belum berfungsi. Kedepannya, diharapkan seluruh kolam

treatmentdapat digunakan.

• Kolam treatment (pengolahan) air limbah pada kolam sedimentasi awal belum dilakukan pembersihan secara berkala. Sehingga, kotoran-kotoran yang ada dapat mengganggu dalam proses pengolahan limbah cair.

• Belum adanya manajemen limbah secara khusus untuk menjaga dan mengatur proses pengolahan air limbah. Sehingga, masih terdapat karyawan yang merangkap sebagai teknisi untuk mengatur limbah.

• Hasil uji tes dari proses treatment (pengolahan) air limbah, dapat dipengaruhi oleh adanya air hujan yang masuk ke dalam kolam, sehingga dapat mempengaruhi pH dan kualitas darilimbah cair. Sehingga, di sarankan untuk memberi penutup pada kolam pengolahan air limbah.

Gambar

Tabel 1. Varian Produk CV Pasific Harvest....................................................................
Gambar 1. Logo CV Pasific Harvest
Tabel 1. Varian Produk CV Pasific Harvest
Gambar 2. Area Pemotongan Ikan (Cutting Area)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan,

Jenis kaleng yang digunakan dalam produksi pengalengan ikan sarden dalam saus tomat adalah roundcan dengan 2 macam ukuran, yaitu 155 gram dan 425

Tingginya nilai dampak lingkungan untuk pencemaran air dan tanah yang dihasilkan oleh proses produksi Mizone disebabkan oleh banyaknya penggunaan air sebagai bahan

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa perubahan kecepatan pengadukan pada proses presipitasi lanjut logam khrom dalam larutan limbah sisa proses recovery, memberikan perubahan

Menyiapkan bahan baku limbah cair ikan, drum (sebagai tempat fermentasi), EM4, tetes tebu, air kelapa, dan bonggol pisang yang sudah dicacah.. Pertama siapkan limbah cair

Pada penelitian selanjutnya, untuk mendapatkan produksi biogas yang lebih cepat dalam jumlah besar dapat dikaji campuran dengan bahan dasar limbah cair tahu dengan

Bahan organik konsentrasi tinggi yang terdapat dalam limbah cair produksi minyak sawit dapat dimanfaatkan dengan teknologi pengolahan anaerobik untuk

Untuk menjaga kualitas lingkungan agar tidak terjadi pencemaran akibat pembuangan limbah cair dari kegiatan pengolahan ikan dan untuk memberikan dasar hukum pelaksanaan tugas