• Tidak ada hasil yang ditemukan

organisme/ml.

Kandungan bahan organik di dalam limbah cair sangat tinggi, sehingga dengan adanya kandungan organik tersebut, dapat terjadi proses oksidasi yang disebabkan oleh mikroorganisme. Kandungan oksigen yang berada di dalam air menjadi berkurang, dan organisme-organisme yang ada disekitar menjadi mati (Tchobanoglous &Burton, 1991).Proses pengolahan limbah cair diCV Pasific Harvest menggunakan dua metode, yaitu metode aerob dan anaerob. Metode aerob yaitu adanya oksigen yang digunakan oleh bakteri-bakteri untuk menguraikan dan melepaskan zat-zat atau bahan yang berbahaya pada limbah cair yang dihasilkan, sedangkan metode anaerob yaitu adanya oksigen pada metode ini tidak diperlukan oleh bakteri (Darsono, 2007).

Limbah yang diperbolehkan masuk ke dalam instalasi pengolahan air limbah (IPAL) yaitu limbah yangberasal dari hasil buangan proses produksi. Proses treatment pengolahan limbah cair terdiri dariempat tahapan (Gambar 11). Tahap yang pertama yaitu tahap sedimentasi (pengendapan) awal (Gambar a), tahap yang kedua yaitu tahap pengendapan secara anerob (tidak memerlukan adanya oksigen) (Gambar b), tahap yang

30

ketiga yaitu tahap pengendapan secara aerob (memerlukan adanya oksigen) (Gambar c), dan tahap yang keempat yaitu tahap sedimentasi (pengendapan) akhir (Gambar d).

Gambar 11. Tahap Sedimentasi Awal (a), Tahap Pengendapan Secara Anaerob (b), Tahap Pengendapan Secara Aerob (c), dan Tahap Sedimentasi Akhir (d).

a) b)

Prosestreatment pengolahan limbah yang pertama yaitu pertama-tama dilakukan proses pemisahan air produksi yang tercampur dengan minyak. Pada tahap ini proses pemisahan dilakukan secara manual dengan menggunakan tenaga manusiayaitu dengan cara menyerok (mengambil) minyak dengan menggunakan alat penyerok di tempat penampungan limbah cair (Gambar 12). Jika minyak dan air tercampur menjadi satu, maka berat massa jenis minyak lebih ringan jika dibandingkan dengan massa jenis air, sehingga minyak berada di lapisan teratas daripada air dan dengan mudah dapat diambil dari selokan (saluran pembuangan)dan selanjutnyadimasukkan ke dalam drum-drum khusus untuk tempat penyimpanan minyak. (Gambar 13).

Hanya minyaksaja yang diambil, selanjutnyadipisahkan dari air limbah dandimasukkan ke dalam drum (drum untuk minyak yang akan dijual berbeda dengan drum yang berisi minyak limbah yang tidak dijual dan yang akan mengalami proses berikutnya),selanjutnya minyak dijual dan diolah lebih lanjut untuk proses campuran dalam pembuatan minyak ikan, sedangkan limbah minyak yang berasal dari proses produksi selanjutnya dialirkan melalui selokan, dan dapat dibagi menjadi dua jenis:minyak yang didapatkan dari sisa hasil pencucian media yang berupa minyak (95% berupa minyak media, dan 5% berupa minyak yang berasal dari ikan), serta minyak yang didapatkan dari minyak ikan (hasil dari proses penirisan alat exhausting

box) dan dimasukkan ke dalam drum. Minyak yang sudah berada didalam drum

penyimpanan khusus, tahap berikutnya ialah dibiarkan mengendap di bawah sinar matahari secara langsung selama satu hari. Setelah minyak diendapkan, bagian didalam

drum akan terbentuk tiga jenis endapan(lapisan) antara lain:lapisan yang paling atas

berupa minyak bersih, di bagian lapisan yang kedua berupa minyak dan ampas dari sisa-

sisa hasil pencucian ikan, dan lapisan yang ketiga berupa air kotor.

32

Gambar 12. Lapisan Minyak diambil secara Manual dari Tempat Penampungan Limbah Cair

Gambar 13. Drum Penyimpanan Minyak dan Limbah Minyak

Terdapatnyatiga lapisan didalam drumdikarenakan adanya perbedaan berat massa jenis dari limbah minyak. Padalapisan pertama, minyak bersih (yang masih layak digunakan) diambil dan ditaruh ke dalam drum khusus untuk penampungan minyak bersih, yang selanjutnya dijual ke tempat pengolahan minyak bersih untuk diproses lebih lanjut dan dikirim menuju pabrik pengolahan minyak.

Ketika sudah tiba di pabrik pengolahan minyak, maka limbah minyak tersebut harus diketahui nilai Fatty Acid (FA) yang terkandung di dalamnya. Untuk mengetahui nilai

FA yang terkandung pada limbah minyak tersebut diperlukan beberapa bahan kimia yang digunakan antara lain: soda api (caustic soda), alkohol 95%, dan larutan fenol.Limbah minyak dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu minyak dengan jenis A, B, dan C. Kelompok minyak dengan jenis A merupakan minyak yang memiliki kadaluarsa (tingkat pembusukan) yang tidak tinggi. Untuk kelompok minyak dengan jenis B merupakan minyak yang memiliki kadaluarsa (tingkat pembusukan) yang tinggi. Untuk kelompok minyak dengan jenis C merupakan minyak yang tidak layak untuk digunakan. Untuk menjernihkan minyak tersebut, terdapat ukuran perbandinganbahan kimia yang digunakan akan berbeda-beda tergantung dari jenis minyak.Untuk dapat menjernihkan minyak jenis A, maka diperlukan adanya perbandingan 1 kg limbah minyak :1 Fatty Acid (FA). Untuk dapat menjernihkan minyak jenis B, makadiperlukan adanya perbandingan 5 kg limbah minyak : 5 Fatty Acid (FA) , sedangkan untuk minyak jenis C masih dapat diolah, akan tetapi minyak jenis C masih dalam keadaan yang beku pada umumnya.

Untuk mengetahui nilai Fatty Acid (FA) dalam suatu limbah minyak, maka bahan-bahan yang harus disiapkan antara lain: soda api (caustic soda) sebanyak 3 gram, air sebanyak 1600 ml, larutan fenol sebanyak 3 tetes, alkohol sebanyak 5 ml, serta sampel minyak sebanyak 2 ml. Cara untuk mengetahui nilai Fatty Acid (FA) yang terdapat pada minyak yaitu pertama-tama sampel minyak diambil dengan menggunakan sebuah wadah, selanjutnya dimasukkan ke dalam larutan yang berisi soda api, air, fenol, dan alkohol. Warna dari limbah minyak tersebut akan mengalami perubahan. Warna awal pada limbah minyak tersebut adalah berwarna cokelat kehitam-hitaman (hitam pekat), akan tetapi, setelah adanya proses pengecekan nilai Fatty Acid (FA), maka warna akan berubah menjadi merah-kemerahan. Jika minyak tersebut dibiarkan dalam jangka waktu tertentu, maka warna minyak tersebut akan berubah menjadi putih. Nilai FA dapat diketahui dari banyaknya jumlah larutan yang digunakan. Jika banyaknya larutan yang digunakan sebanyak 3 ml, maka minyak tersebut memiliki nilai FA sebanyak 3. Untuk minyak jenis A dan minyak B memiliki cara yang sama untuk mengetahui nilai FA yang ada didalam minyak, sedangkan untuk minyak jenis Ctidak dapat mengetahui nilai FA, hal ini dikarenakan minyak sudah dalam keadaan beku dan sudah tidak layak. Akan tetapi, minyak dengan jenis C dapat diolah dengan cara menghancurkan gumpalan

34

minyak beku terlebih dahulu, yaitu dengan menggunakan menggunakan larutan ASO2V4.Proses penghancuran pada minyak beku ini pertama-tama minyak dimasak hingga mencapai suhu 90oC, kemudian diberi obat ASO2V4 untuk menghancurkan minyak beku tersebut. Garam juga diperlukan dalam proses ini dengan tujuan untuk mengendapkan kotoran yang ada di dalam minyak tersebut. Proses pengolahan limbah minyak dapat dilihat pada Gambar 14.

Untuk lapisan kedua pada drum penyimpanan minyak yaitu berupa minyak dan ampas. Ampasselanjutnya dijual ke tempat pengolahan minyak kotor. Untuk lapisan ketiga pada drumyaitu berupa air. Selanjutnya limbah minyak tersebut dialirkan masuk ke dalam instalasi pengolahan limbah (IPAL) dengan menggunakan pompa dan melalui pipa pvc.

Pada proses treatment pengolahan limbah yang kedua, hasil limbah yang berasal dari kolam treatmentpertama selanjutnya dipompa masuk ke dalam kolam anaerob (tidak memerlukan oksigen) dengan menggunakan pompa air yang lebih kecil daripada pompa yang digunakan pada proses treatmentpertama. Proses treatment pengolahan limbahkedua memiliki jumlah sebanyak empat buah kolam. Tujuan menggunakan pompakecil yaitu agar air secara perlahan-lahandapat masuk. Tahap kedua ini disebut sebagai proses anaerob dimana di dalam kolam anaerob menggunakan botol-botol plastik, yang setiap botol padabagian samping diberi lubang. Setiap satu buah botol memiliki lubang sebanyak empat buah lubang dengan ukuran sebesar 5/8 inchi, dan diisi dengan lima buah potongan kain katun yang berukuran 2x20 cm. Di dalam botol terdapat bakteri-bakteri yang secara sengaja di letakkan didalamnya. Adanya bakteri didalam botol memiliki tujuan untukmenguraikan bahan yang bersifat organik dan anorganik. Bakteri-bakteri yang digunakan dalam proses treatment limbah adalah

Nitrosomonas sp(mengoksidasiproses amonium berubah jadi nitrit), Nitrobacter sp(pengoksidasian nitrit) dan Bacillus sp(Grady & Lim, 1980). Bakteri tersebut

memiliki kemampuan untuk mengurai dan melepaskan ion dari gas-gas beracun yang terjerat di dalam air limbah, dimana gas-gas beracun tersebut dapat menimbulkan bau yang tidak sedap, serta dapat menurunkan kadar Biochemical Oxygen Demand (BOD),

Chemical Oxygen Demand (COD), TSS, H2S, serta NH3. Proses anaerob ini memiliki empat buah kolam, dimana setiap kolam anaerob ini berukuran 1 m3 dan proses

treatment di dalam kolam anaerob ini dapat berlangsung selama satu minggu. (Gambar

36

Gambar 15. Kolam Treatment Anaerob

Pada proses treatment pengolahan limbah yang ketiga, yaitu proses masuknya air dari kolam yang berasal dari kolam anaerob (proses treatment kedua) ke kolam aerob (proses treatment ketiga) dengan cara dialirkan. Air dapat dialirkan karena kolamanaerob memiliki posisi yang lebih tinggi daripada kolam aerob. Air limbah dialirkan melalui pipa pvcdengan ukuran 3 inchi sebanyak dua buah pipa dan tidak memerlukan adanya pompa. Kran pipa air dibuka dengan sangat kecil dengan aliran secara laminer. Di dalam kolam terdapat instalasi saluran pipa yang terhubung oleh mesin rotary blower. Rotary blower pada kolam limbah memiliki tujuan untuk memberikan oksigen (aerasi), karena bakteri aerob membutuhkan oksigen untuk berkembang biak dan hidup. Setelah proses treatment air pada kolam aerob selesai (sekitar satu minggu), air dengan sendirinya akan mengalir mengisi kolam-kolam sedimen aerob lainnya (Gambar 16). Selanjutnya, air yang telah melalui proses

treatmentaerobakan mengalir ke kolam sedimen akhir yang berjumlah empat buah

kolam. Banyaknya air yang masuk ke dalam kolam sedimen aerob, setara dengan masuknya air yang berasal dari kolam anaerob.Kemudian, air masuk ke dalam kolam

treatment yang terakhir yaitu dengan jumlah sebanyak empat buah kolam yang tersusun

secara paralel (Gambar 17).Di dalam kolam tersebut terdapat ikan-ikan yang dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui air hasil treatment limbah layak atau tidak jika dibuang ke lingkungan. Proses pembuangan limbah cair CV Pasific Harvest ke lingkungan yaitu dengan cara dialirkan melalui pipa pvc yang memiliki ukuran diameter 12 inchi, dan dialirkan ke sungai, dimana limbah cair tersebut nantinya akan mengalir

ke laut. Proses pengolahan air limbah cair hanya berlangsungsekitar 11 jam, yaitu dari

37

Gambar 16. Kolam Treatment Aerob

Gambar 17. Kolam Treatment Sedimen Akhir

Dengan adanya empat tahapan proses pengolahan limbah cair (sedimentasi awal, anaerob, aerob, dan sedimentasi akhir), maka terdapat juga tahapan-tahapan kritis dari adanya proses pengolahan limbah cair.Tahapan kritis inimerupakan kunci keberhasilan dari suatu pengolahan limbah cair.Apabila, di dalam mengolah limbah cair tidak diperhatikan dengan benar maka dapat menimbulkan akibat yang dapat membahayakan bagi lingkungan sekitar. Tahapan kritis pada proses pengolahan limbah cair terdapat pada proses anaerob dan proses aerob. Kedua proses ini harus benar-benar diperhatikan saat mengolah limbah cair. Hal ini dikarenakan, pada proses anaerob terdapat adanya bakteri-bakteri yang secara sengaja ditambahkan sehingga proses anaerob memiliki tujuan untuk menguraikan bahan yang bersifat organik dan anorganik.Sehingga,

dengan bantuan bakteri-bakteri tersebut, bahan-bahan yang mengandung sifat-sifat yang berbahaya diharapkan dapat teruraikan dengan sempurna sehingga ketika limbah cair tersebut dialirkan dan dibuang ke lingkungan sekitar tidak memiliki dampak yang buruk bagilingkungan.

Untuk proses aerob, proses ini merupakan proses yang digunakan untuk mengolah (pemasakan) limbah cair yang dihasilkan oleh CV Pasific Harvest. Proses pemasakan limbah cair ini harus diperhatikan karena apabila di dalam uji kualitas limbah masih terdapat hasil parameter yang tidak sesuai dengan ketentuan, maka pemasakan pada proses aerob tersebut menunujukkan waktu yang kurang lama sehingga diperlukannya waktu yang lebih panjang lagi agar hasil pada uji kualitas limbah cair nantinya dapat sesuai dengan ketentuan yang ada (tidak memiliki nilai yang melebihi batas dari yang sudah ditentukan).

Dokumen terkait