TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Portofolio dan Perkembangan Pasar
Portofolio merupakan surat-surat berharga sebagai investasi perusahaan yang terus dikembangkan. Salah satu surat berharga tersebut dikenal dengan istilah sa-ham. Saham (stock/share) adalah surat bukti atas kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham adalah pemilik perusahaan, atau orang yang menanamkan uangnya sebagai modal ke dalam perusahaan tersebut. Pemegang saham sebagai pemilik pe-rusahaan berhak atas deviden, yaitu bagian keuntungan pepe-rusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham, di samping berhak ikut serta dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) serta memiliki hak suara sesuai dengan proporsi jumlah lembar saham yang dimilikinya.
Ada dua macam permainan saham, yaitu perdagangan saham (trading) dan investasi saham (investment). Perdagangan saham bertujuan mendapatkan keun-tungan dari selisih harga jual dan harga beli saham /capital gain, sedangkan investasi saham lebih dimaksudkan untuk memiliki perusahaan dengan tujuan untuk men-dapatkan bagian keuntungan/deviden. Para investor saham menggunakan analisis fundamental (fundamental analysis) untuk dasar pengambilan keputusan pembelian saham, sedangkan para trader menggunakan analisis teknikal (technical analysis) un-tuk dasar pengambilan keputusan melakukan jual atau beli saham. Analisis funda-mental berdasarkan pada faktor-faktor fundafunda-mental, yaitu kondisi lingkungan bisnis yang berpengaruh pada suatu industri tertentu dan juga kondisi internal perusahaan yang sahamnya akan dibeli. Analisis teknikal lebih mendasarkan pada fluktuasi harga dan kecenderungan (trend) harga saham bersangkutan di bursa.
Perdagangan saham (trading) bersifat jangka pendek, yaitu saat pembelian sa-ham dan penjualan kembali sasa-ham bersangkutan, tidak lebih dari 1 tahun. Oleh karena itu, kita mengenal adanya perdagangan harian (daily trading), transaksi pem-belian dan penjualan saham tertentu dilakukan pada hari yang sama (misalnya: beli pada sesi pagi, jual pada sesi siang/ sore); atau perdagangan mingguan (weekly tra-ding), trader melakukan transaksi pembelian dan penjualan saham dalam minggu
yang sama; atau perdagangan bulanan (monthly trading), transaksi dalam bulan yang sama; atau perdagangan triwulanan (quarterly trading), transaksi dalam triwulan yang sama; atau perdagangan semesteran, transaksi dalam semester yang sama; atau perdagangan tahunan dalam tahun yang sama. Pada prinsipnya, perdagangan ( tra-ding) adalah dengan memegang saham kurang dari 1 tahun, atau saham bersangkutan sudah dilepas atau dijual kembali kurang dari 1 tahun sejak dibeli. Apabila suatu perusahaan melakukan trading saham, maka surat berharga tersebut akan tercatat atau dibukukan di Neraca Perusahaan dalam Aktiva Lancar, yaitu pada rekening Marketable Securities (sekuritas yang diperjualbelikan atau diperdagangkan).
Peluang keuntungan yang dapat diperoleh dari bermain saham umumnya de-ngan memanfaatkan pola fluktuasi harga saham yang membentuk gelombang dan sedang dalam kondisi kecenderungan gelombang naik (bullish).
Di samping peluang keuntungancapital gain yang dapat diperoleh dari bermain saham, ada juga risiko dari bermain saham, yaitu mengalami kerugian (capital loss) karena harga jual saham di bawah harga beli yang dapat terjadi seandainya kita mem-butuhkan uang dan terpaksa harus menjual saham, sementara harga saham sedang turun dan berada di bawah harga belinya.
2.2 Saham Sebagai Portofolio
Saham sebagai surat berharga adalah salah satu yang termasuk investasi dalam bentuk portofolio. Portofolio berupa pembelian saham berhubungan dengan pen-jualan dan tingkat persaingan harga serta jumlah uang yang beredar sehingga dike-tahui ukuran risiko dari investasi portofolio yang akan dibeli tersebut. Perbedaan persaingan harga yang tinggi dan disesuaikan dengan jumlah uang yang beredar maka diperoleh beberapa parameter yang bergerak walupun sementara beberapa variabel lain tetap konstan. Untuk setiap parameter, diperkirakan harga loyalitas dinamis akan ditemukan sebagai sebuah fungsi (Leeflang dan Wittink, 1996). Model ini sudah sering digunakan untuk menganalisis harga promosi dan membandingkan perkiraan parameter dengan studi terbaru dari ( Kopalle, et al 1999).
Model loyalitas dinamis membandingkan reaksi koefisien harga dengan mem-perkirakan model yang sama pada penelitian terhadap merek deterjen pencuci piring.
Para penulis menemukan koefisien campuran positif, negatif dan tidak signifikan, yang mungkin tidak tampak mengejutkan karena model yang ditunjukkan adalah harga koefisien reaksi bisa positif atau negatif. Untuk menghubungkan temuan model lo-yalitas dinamis dengan (Kopalle, et al 1999) maka perlu diklasifikasikan enam cairan pencuci piring ke dalam dua kelompok berdasarkan-pada pangsa pasar. ”Pengor-ganisasian koefisien reaksi harga dengan cara ini mengarah pada pola hasil yang serupa dengan model loyalitas dinamika dirancang. Ketika merek memiliki pangsa pasar yang serupa dan secara statistik seluruh koefisien reaksi harga signifikan adalah negatif. Model loyalitas dinamis menawarkan prediksi yang sama, jika pangsa pasar dari dua perusahaan serupa maka harga koefisien reaksi negatif. Jika merek pangsa yang tinggi bersaing dengan merek pangsa rendah, (Kopalle, et al 1999) menemukan bahwa reaksi harga lebih cenderung menjadi positif. Model persaingan harga dan loyalitas dinamis akan menawarkan model prediksi yang sama: jika pangsa pasar dari dua perusahaan yang asimetris terjadi maka harga koefisien reaksi positif. Bukti empiris ini konsisten dengan hasil yang diperoleh dan menawarkan dukungan awal un-tuk model loyalitas dinamis yang terbenun-tuk berdasarkan hasil penjualan ketiga jenis produk . Namun, pengujian empiris yang lebih kuat diperlukan untuk memperkecil kendala-kendala yang timbul dalam proses persaingan harga hingga penetapan harga produk perusahaan agar mampu bersaing secara loyal dinamis. Persaingan harga dan jumlah uang yang beredar akan menentukan ukuran risiko daripada portofolio yang akan dibeli sebagai investasi perusahaan.
2.3 Metode Shortfall
Standar deviasi σ dari portofolio merupakan ukuran yang sering digunakan dalam menghitung risiko dari persoalan keuangan. Untuk menghitung variansiσ2 dari portofolio dalam persoalan ekonomi dihitung dengan memakai optimisasi kuadratik seperti yang dijelaskan oleh Markowitz (1959), dalam perhitungan standar sebuah pe-rusahaan yang memiliki portofolio dalam bidang industri. Selanjutnya ( Huang dan Litzenberger, 1988 atau Ingersoll, 1987) mengajukan mean variansi portofolio berupa persoalan memaksimumkan nilai peluang dari para investor jika fungsi utilitasnya merupakan fungsi kuadratik, fungsi normal, atau fungsi distribusi yang elips simetris. Ada beberapa konsep yang harus dimengerti jika menggunakan ukuran standar devi-asi dalam mengukur risiko portofolio dalam persoalan ekonomi , yaitu :
a. Gambaran utilitas kuadratik merupakan ukuran yang sulit dijabarkan secara rinci terutama dalam hal menjabarkan naik atau turunnya fungsi risiko porto-folio yang akan diukur.
b. Asumsi dari distribusi elips yang simetris merupakan persoalan distribusi yang problematik karena ada kemungkinan distribusi risiko yang diminta berada diluar dari asset yang dimiliki oleh perusahaan dalam kenyataan yang terjadi di-lapangan.Secara umum dari sebuah fungsi ellips persoalan ukuran risiko adalah persoalan yang dipengaruhi asset dari perusahaan serta nilai marketing yang dimiliki oleh perusahaan sehingga mempengaruhi pergerakan perkembangan dari perusahaan ( King dan Wadhani,1990 ). Distribusi yang asimetris akan membuat standar deviasi lebih sulit mengukur ukuran risiko yang harus dise-imbangkan dengan nilai asset serta penjualan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut.
Sejalan dengan kesulitan-kesulitan yang ditemukan dalam hal mengukur risiko portofolio dari perusahaan maka dibutuhkan alternatif yang dapat membuat proporsi dan analisis dari persoalan portofolio di perusahaan. Pendekatan standar deviasi seba-gai ukuran risiko dari portofolio tertentu adalah kurang tepat karena teknik komputasi sulit untuk digunakan secara realitas serta sulit untuk menentukan hasil perhitungan risiko akhir jika menggunakan standar portofolio.
Value at Risk (VaR) adalah sebuah standar yang digunakan dalam ukuran risiko pada bidang manajemen risiko ,Yamai (2004). Banyak persoalan ekonomi yang berhubungan dengan permasalahan meminimumkan risiko menggunakan konsep Value at Risk, walaupun banyak permasalahan yang ditemukan dalam penggunaan model Value at Risk seperti tingkat penggunaan model VaR, sehingga saat ini per-soalan ukuran risiko sudah banyak menggunakan metode shortfall karena lebih tepat digunakan serta mempunyai perhitungan yang lebih akurat untuk meminimumkan risiko dalam bidang risiko manajemen khususnya yang menyangkut portofolio. Model shortfall dapat digunakan pada persoalan kredit portofolio yang diikuti dengan tingkat penjualan yang tinggi. Pada tahapan tertentu model shortfall lebih baik penggunaan-nya pada ukuran portofolio yang luas dibandingkan dengan model VaR.
Model Gaussian adalah salah satu model yang dikenal dalam bidang risiko ekonomi untuk memprediksi ketidakpastian tentang risiko yang akan terjadi dimasa mendatang, (Taamouti, 2009). Penggunaan model Gaussian cukup akurat karena model Gaussian melibatkan semua faktor-faktor yang penting jika terjadi fluktuasi serta pengelompokan dalam penjualan portofolio. Proses analisis portofolio meng-gunakan shortfall sebagai ukuran risiko akan lebih baik jika dibandingkan Value at Risk (VaR) karena model shortfall mengekspektasikan kondisi portofolio secara lebih mendetail.
Fungsi ekspektasi shortfall adalah sebuah pedekatan nonparametrik untuk meng-estimasi model portofolio, (Zongwu, 2008). Estimasi nonparametrik dengan ekspek-tasi shortfall digunakan untuk membangun model portofolio menggunakan time series data. Distribusi linear digunakan sebagai model estimasi yang menguntungkan secara berkesinambungan dengan proses seleksi. Secara umum model shortfall memberikan ilustrasi empiris akurat dan efisien jika dijadikan estimasi dalam persoalan portofolio optimisasi.
2.4 Ukuran Risiko
Teorema Bayes dapat digunakan untuk mengekspektasikan perolehan yang di-nyatakan dalam satuan moneter dan merupakan pengukuran yang tepat untuk kon-sekuensi pengambilan tindakan, walaupun dalam situasi tertentu pengambilan kepu-tusan dengan teori Bayes memiliki beberapa kelemahan. Hal ini dimungkinkan misal-nya walaupun suatu perusahaan tidak menginvestasikan sumberdayamisal-nya untuk suatu produk baru, bahkan walaupun profit yang diharapkan cukup besar, jika ada risiko kehilangan investasi atau bahkan menimbulkan kebangkrutan. Orang membeli suatu asuransi meskipun hal tersebut mungkin suatu hal yang buruk, jika dilihat dari sudut pandang ekspektasi perolehannya. Contoh-contoh tersebut bisa menyatakan bahwa teori Bayes memiliki kelemahan. Untuk menutupi kelemahan tersebut, ada tahapan yang harus dilakukan yaitu mentransformasikan nilai moneter menjadi suatu skala yang tepat untuk menggambarkan preperensi dari pengambil keputusan.
Dalam perkembangan ilmu ekonomi dikenal istilah utilitas marginal uang turun. Utilitas marginal uang turun dapat didifinisikan sebagai kemiringan fungsi akibat peningkatan jumlah uang. Hal ini sering disebut dengan istilah penghindar risiko.
Meskipun demikian tidak semua individu mempunyai utilitas marginal uang turun. Beberapa individu disebut sebagai pencari risiko, kebalikan dari penghindar risiko, dan mereka selalu berupaya untuk mencari skor tinggi. Kemiringan fungsi utilitas naik seiring dengan peningkatan jumlah uang yang dilibatkan. Meskipun beberapa orang terlihat netral dalam mengambil risiko, yang menghargai uang sesuai dengan nilai uang tersebut. Utilitas uang individu tersebut sebanding dengan banyaknya uang yang dilibatkan.
Seseorang juga sangat mungkin untuk memilih setiap risiko yang akan dihada-pinya jika berhubungan dengan jumlah peningkatan atau penurunan jumlah uang. Seseorang mungkin menjadi netral dalam mengambil risiko pada saat jumlah uang yang dilibatkan sedikit, kemudian menjadi pencari risiko pada saat jumlah uang yang dilibatkan cukup banyak dan kemudian kembali lagi menjadi penghindar risiko jika uang yang dilibatkan sangat banyak. Perilaku tersebut dapat berubah tergantung pada keadaan yang sedang dihadapi. Perilaku individu terhadap risiko juga berbeda saat seseorang dihadapkan pada berbagai jenis situasi dan keadaan, misalnya hal yang berhubungan dengan masalah keuangan pribadi ataupun masalah keuangan organi-sasi. Manager perusahaan harus mempertimbangkan keadaan perusahaannya dan filosofi manajemen puncaknya pada saat mengambil keputusan yang berkaitan de-ngan organisasi. Kenyataan bahwa orang yang berbeda akan mempunyai fungsi utili-tas yang berbeda terhadap uang mempunyai implikasi yang penting pada pembuatan keputusan dalam kondisi ketidakpastian.
Pada saat fungsi utilitas untuk uang digunakan dalam pendekatan analisis kepu-tusan, fungsi utilitas ini harus dibangun agar sesuai dengan selera dan nilai pengambil keputusan. Pengambil keputusan dapat saja merupakan seorang individu atau orga-nisasi. Sifat dasar fungsi utilitas dapat merupakan kunci untuk membangun fungsi utilitas. Maka fungsi utilitas untuk uang dari seseorang pengambil keputusan mem-punyai sifat menilai tidak ada berbeda di antara dua alternatif tindakan, jika alternatif tersebut memiliki ekspektasi utilitas yang sama. ( Pennings, 2003)
Pada saat fungsi utilitas untuk uang dari seseorang pengambil keputusan digu-nakan untuk mengukur berbagai kemungkinan relative perolehan maka aturan kepu-tusan Bayes akan mengganti perolehan moneter dengan utilitas yang bersesuaian, oleh karena itu tindakan optimal adalah suatu tindakan yang akan memaksimalkan
ekspek-tasi utilitas. Fungsi utilitas tidak hanya berhubungan dengan alternatif yang bersifat uang, walaupun kebanyakan ukuran risiko selalu berhubungan dengan investasi yang berharga seperti portofolio.
2.5 Model Loyalitas
Beberapa model loyalitas dinamis telah dikembangkan untuk menentukan se-berapa besar harga rata-rata dari pembelian yang dilakukan oleh konsumen untuk dijadikan sebagai data dalam membuat model persaingan harga dari perusahaan agar mampu bersaing, (Seetharaman,et al 1999). Permasalahan dalam model loyalitas dinamis dimana yang selama ini ada adalah model loyalitas yang dibangun hanya digunakan untuk menghitung nilai loyalitas. Pada penelitian ini penulis mencoba membangun model loyalitas dinamis dengan model rantai Markov.
Seringkali dianggap bahwa suatu perusahaan yang memiliki konsumen setia yang lebih banyak akan menetapkan harga rata-rata yang lebih tinggi dan melakukan pro-mosi lebih sedikit dibanding perusahaan pesaing. Ini merupakan prediksi dalam model promosi yang sesuai dengan fakta bahwa konsumen yang setia lebih tertutup meng-hadapi perubahan biaya. Model dimulai dengan asumsi beberapa konsumen adalah konsumen yang sudah dimiliki, akan tetapi sebagian besar loyalitas konsumen dicip-takan melalui pengalaman terhadap produk disebut sebagai loyalitas dinamis. Saat mengembangkan kebijakan penetapan harga pada situasi yang demikian, seseorang harus seimbang dalam menawarkan harga rendah untuk menguji dan membangun loyalitas ketimbang menawarkan harga tinggi untuk memperoleh laba dari konsumen yang setia melakukan pembelian berulang. Analisa pasar yang dinamis perlu di-lakukan untuk menunjukkan bahwa suatu perusahaan dengan konsumen yang setia akan lebih banyak membebankan harga rata-rata yang lebih rendah.
Model promosi dinamis pada loyalitas konsumen menjelaskan konsumen loyal statis selalu lebih menyukai satu perusahaan dan tidak pernah membeli dari perusa-haan pesaing. Konsumen loyal dinamis pada awalnya indiferen tetapi dapat menjadi loyal setelah melakukan pembelian. Perbedaan harga dalam perusahaan serta kemam-puan berbeda akan menghasilkan loyalitas dinamis. Analogi terhadap literatur yang ada menunjukkan bahwa suatu perusahaan dengan kemampuan menghasilkan kon-sumen loyal dinamis yang lebih besar menjadi kuat dan pesaingnya menjadi lemah.
Perusahaan kuat memiliki insentif lebih besar untuk menawarkan harga lebih ren-dah untuk menghasilkan harga yang bersaing tetapi akan menaikkan harga begitu dasar keloyalan konsumen terbentuk. Hal ini tampak pada siklus penetapan harga tinggi-rendah untuk menghasilkan harga yang bersaing dan mencapai laba pada pem-belian berulang. Sebaliknya, perusahaan lemah menciptakan umpanbalik positif lebih sedikit dari suatu pengalaman membeli dan memiliki konsumen loyal dinamis lebih sedikit. Hal ini akan mengurangi insentif yang ditawarkan pada harga-harga lebih rendah untuk menghasilkan harga bersaing, akhirnya menaikkan harga rata-rata pe-rusahaan. Pada bagian ini dijelaskan mengapa suatu perusahaan kuat menawarkan harga rata-rata lebih rendah dibanding perusahaan yang lemah.
Pengembangan model loyalitas dinamis dilakukan dengan cara menganalisis di mana konsumen dianggap tetap selama tiga periode. Hal ini mengakibatkan kemung-kinan menyatakan bahwa kita memberi label k = 0, 1, 2, dan 3. Dalam keadaan 0 terdapat 20 konsumen loyal dinamis pada perusahaan yang kuat dan nol untuk perusahaan lemah. Dalam keadaan 3 terdapat 2θs konsumen loyal dinamis untuk
perusahaan yang kuat dan nol untuk perusahaan lemah. Dalam keadaan 1 dan 2 terdapat konsumen loyal dinamisθs+θw yang bertahan untuk satu atau dua periode
tambahan. Hal ini menyatakan bahwa konsumen lama akan memiliki satu periode yang tersisa dan konsumen yang baru akan memiliki dua periode yang tersisa. Dalam keadaan 1, terdapatθs konsumen lama dan θw konsumen muda. Dalam keadaan 2,
terdapat θs konsumen muda dan θw konsumen tua.
Analisis model analog yang tersedia dari model akan ditentukan oleh fungsi Vjk
dan pk. Nilai ekuilibrium untuk Vjk dan pk memerlukan persamaan dan beberapa di
antaranya diketahui dari Fjk(pk) = 0. Ada beberapa kemungkinan keadaan dan di
setiap keadaan suatu perusahaan memiliki satu titik massa, yang mengarah kepada penyelesaian solusi pemecahan masalah. Model ini menjelaskan solusi analog dengan kasus 1 di mana perusahaan yang kuat memiliki penjualan pada titik tertentu dalam keadaan 0 atau 2 serta perusahaan lemah memiliki titik massa dalam keadaan 1 dan 3. Dalam masing-masing keadaan, perusahaan dengan penjualan pada titik ter-tentu menawarkan harga terendah pada periode sebelumnya dan karenanya diperoleh kelompok baru dari konsumen loyal dinamis.
Analisis model menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh semakin kaya dengan model yang lebih kompleks. Asumsi bahwa konsumen bertahan selama dua periode menghasilkan model loyalitas dinamis dan hasil yang diperoleh terus berlaku selama konsumen bertahan lebih dari dua periode. Untuk menggambarkan kesamaan model selanjutnya dapat dilakukan plot harga yang diharapkan. Hal ini mempertimbangkan dua keadaan yang berbeda (keadaan 1 dan 3) di mana satu perusahaan memiliki 2θj
konsumen loyal dinamis dan perusahaan lain adalah nol.
Secara keseluruhan hal ini menjelaskan bahwa perusahaan akan menawarkan harga tinggi dalam beberapa periode untuk mengambil keuntungan pada basis kon-sumen yang loyal. Ketika basis konkon-sumen yang loyal cukup rendah, perusahaan akan menawarkan serangkaian promosi yang mendalam untuk membangun dasar loyalitas konsumen. Begitu basis loyalitas konsumen ditetapkan, maka siklus akan berulang. 2.6 Proses Markov
Sebuah proses Markov Xtdikatakan sebagai proses stokastik jika terdapat nilai
Xt, dan nilai Xs untuk s > t dan terdapat nilai lain yaitu Xu untuk u < t. Hal ini
menjelaskan bahwa peluang proses selanjutnya dapat diketahui berdasarkan kondisi kenyataan saat ini. Waktu diskrit rantai Markov adalah proses dimana setiap tahap dari Markov merupakan tahap yang dapat dihitung (finite) dalam waktu t = (0,1,2) dengan model Markovnya :
= Pr { Xn+1 =j|Xo =jo, ...Xn−1=in−1, Xn = 1}
= Pr {Xn+1 =j|Xn =i}
Perusahaan dalam menjalankan aktifitasnya selalu berhubungan dengan per-saingan harga sebelum memasarkan produknya. Perusahaan-perusahaan yang ber-saing harga dan memiliki produk sama akan berber-saing lebih ketat dalam hal menen-tukan harga dari produk-produk perusahaan agar laku dibeli oleh konsumen, sehingga perusahaan lebih mampu bersaing.
Pemasaran merupakan penjualan produk oleh produsen kepada konsumen de-ngan memperhatikan faktor-faktor berhubude-ngan dede-ngan waktu penjualan, harga pasar,
dan tingkat persaingan harga. Persaingan harga merupakan proses penjualan oleh produsen mendapatkan daya beli dari konsumen. Dalam menentukan harga produk perusahaan harus memiliki data akurat dan keputusan tepat agar produk perusahan benar-benar laku dipasaran dan mampu bersaing di pasar bebas dengan memper-hatikan data dari daya beli konsumen berdasarkan priode penjualan tertentu.
Menentukan model persaingan harga produk perusahaan maka perusahaan harus memiliki model supaya harga yang ditetapkan sesuai dengan kebutuhan daya beli kon-sumen. Model tersebut tentunya harus dibangun dengan asumsi-asumsi dasar sebagai teori dasar menyatukan kebutuhan yang dimiliki para konsumen, termasuk jenis pro-duk yang dipasarkan, ukuran propro-duk, daya beli, kemasan, strategi penjualan akhirnya menjadi model penjualan berdasarkan analisis kebutuhan pasar.
Berdasarkan kebutuhan pelanggan sebuah produk perusahaan dapat menen-tukan sebuah model persaingan harga dengan loyalitas dinamis. Ketika perusahaan mencoba membangun sebuah kepercayaan pelanggan terhadap rencana harga pro-duk yang dikeluarkan maka perusahaan harus melihat lingkungan penjualan propro-duk, penetapan harga minimal. Harga yang diinginkan kemudian ditetapkan berdasarkan pembelian dengan target keuntungan yang akan diperoleh.