6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori
2.1.1. Manajemen Keuangan
Perusahaan ini didirikan dengan tujuan menghasilkan keuntungan melalui segala bentuk perdagangan yang efektif dan efesien. Untuk menghasilkan keuntungan yang maksimal, hal tersebut memerlukan sistem manajemen keuangan yang dapat mengatur pembiayaan perusahaan tersebut untuk mencapai tujuan yang diharpkan oleh perusahaan. Keuntungan terbesar tentu dapat memaksimalkan kekayaan investor, tetapi nilai perusahaan itu sendiri, terutama perusahaan yang terdaftar, tercermin dari harga sahamnya.
Menurut (Sudana, 2015:2) Manajemen Keuangan perusahaan merupakan bidang keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip keuangan dalam suatu organisasi perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan nilai perusahaan melalui pengambilan keputusan dan pengelolaan sumber dana yang tepat. Sedangkan menurut (Mulyawan, 2015:31) Manajemen Keuangan adalah dalam bentuk kontek keilmuan, manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional dalam suatu perusahaan yang mempelajari penggunaan dan pencarian dana serta pembagian hasil operasi perusahaan.
Berdasarkan beberapa pendapat dari beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan merupakan bidang keuangan pada manjemen fungsional dalm suatu perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip keuangan pada suatu organisasi sebagai mempelajari penggunaan dan pencarian dana serta pembagian hasil operasi untuk mempertahankan nilai perusahaan.
7 2.1.1.1 Fungsi Manajemen Keuangan
Untuk mencapai tujuan pengelolaan keuangan, fungsi pengelolaan keuangan pada hakekatnya adalah mengambil beberapa keputusan di bidang keuangan (financial decision). Tentu saja, keputusan ini adalah keputusan yang terkait dan mempengaruhi nilai perusahaan.
Menurut Harjito dan Martono (2011:4) terdapat 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu :
1. Keputusan Investasi (Investment Decision)
Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang 24 paling penting di antara keting fungsi lainnya. Hal ini dikarenakan keputusan investasi berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang. rentabilitas investasi merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan oleh suatu investasi.
2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal.
Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai invetasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Kedua, penetapan perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Oleh karena itu perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal ekstern yang berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri
8 dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan minimal.
3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision) Manajer keuangan bersama manajer-manajer lain di perusahaan bertanggung jawab terhadap berbagi tingkatan operasi dari aset-aset yang ada. Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan untuk lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap.
Fungsi manajemen keuangan adalah salah satu fungsi utama yang sangat penting dalam perusahaan, disamping fungsi fungsi yang lainnya yaitu fungsi pemasaran, sumber daya manusia, dan operasional.
Walaupun dalam pelaksanaannya keempat fungsi-fungsi tersebut saling berhubungan dengan yang lainnya.
2.1.1.2 Tujuan Manajemen Keuangan
Menurut Sudana (2015:8) Keputusan yang baik untuk pemegang saham yang dilakukan manajer keuangan adalah keputusan untuk meningkatkan nilai per saham yang telah beredar, dan keputusan yang buruk adalah sebaliknya. Sedangkan menurut Agus dan Martono (2014:13) tujuan manajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulakan bahwa tujuan manajemen keuangan merupakan meningkatkan nilai perusahaan dan nilai per saham untuk memaksimalkan keuntungan bagi pemegang saham dan perusahaan.
9 2.1.2. Investasi
Berinvestasi dapat diartikan sebagai kewajiban untuk menginvestasikan sejumlah uang pada saat ini untuk menghasilkan keuntungan di masa depan.
Menurut Tandelilin (2017:2) Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Pendapat lain menurut Azis, Mintartidan Nadir (2015:235) pengertian investasi adalah: “Sejumlah dana atau sumber dana lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang”. Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulakan bahwa investasi adalah penanaman sejumlah dana atau sumber daya yang dilakukan pada masa kini yang memiliki tujuan memperoleh keuntungkan dimasa yang akan datang.
Pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan investasi disebut investor. Investor pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori: investor individual (individual/retail investors) dan investor institusional (institutional investors). Investasi dapat mencakup penanaman sejumlah besar dana dalam aset berwujud seperti: tanah, emas, perumahan dan aset berwujud lainnya, atau aset keuangan seperti: deposito, saham, obligasi, reksa dana, dan surat berharga lainnya.
2.1.2.1. Return Investasi
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi.
Menurut (Jogiyanto Hartono, 2013:253) return dapat dibagi menjadi:
1. Return Realisasi (realized return)
Merupakan return yang telah terjadi. Return dihitung berdasarkan data historis, return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur dari perusahaan.
Return historis ini juga berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan risiko di masa yang akan datang.
Perhitungan return realisasi ini menggunakan return total.
Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam
10 suatu periode tertentu. Adapun rumus return realisasi menurut (Jogiyanto Hartono, 2013:273) adalah sebagai berikut:
𝑅𝑖 =𝑃𝑡− (𝑃𝑡− 1) 𝑃𝑡− 1 Keterangan:
𝑅𝑖 = Return saham
𝑃𝑡 = Harga saham pada saat t 𝑃𝑡− 1= Harga saham pada saat t-1 2. Return Ekspektasi (expected return)
Return ekspektasi (expected return) merupakan perolehan return yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Return ekspektasi sifatnya belum terjadi, berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi.
Perhitungan return ekspektasi dapat dilakukan dengan dua analisis yaitu:
a. Pendekatan Peramalan
Perhitungan pendekatan ini menggunakan pemisahan untuk masa depan, yaitu kondisi yang diduga dan probabilitas yang diperkirakan terjadi sebagai berikut (Jogiyanto Hartono, 2013:253):
𝐸(𝑅𝑖) = ∑ 𝑅𝑖𝑗. 𝑃𝑗
𝑛
𝑖=1
Keterangan:
𝐸(𝑅𝑖)= Expected return suatu aktiva atau sekuritas ke i
𝑅𝑖𝑗 = Hasil masa depan ke j untuk sekuritas i 𝑃𝑗 = Probabilitas hasil masa depan ke j 𝑛 = Jumlah dari hasil masa depan
11 b. Pendekatan Historis
Pendekatan historis yaitu return actual yang telah terjadi di masa lalu yang merupakan rata-rata return yang telah terjadi dengan rumus sebagai berikut:
𝐸(𝑅𝑖𝑡) =∑ 𝑅𝑖𝑡 𝑛 Keterangan :
𝐸(𝑅𝑖𝑡) = Expected Return suatu Aktiva atau sekuritas ke i
𝑅𝑖𝑡 = Total Return realisasi 𝑛 = Jumlah Pengamatan 2.1.2.2. Tujuan Investasi
Pada dasarnya, tujuan orang melakukan investasi adalah untuk
“menghasilkan sejumlah uang”.(Tandelilin, 2017:7) Tujuan investasi memiliki arti lebih luas lagi yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan moneter investor, yang dapat diukur dengan pencapaian pendapatan saat ini dan ditambah nilai saat ini pada pendapatan masa yang akan datang.
Menurut (Tandelilin 2017:8), ada beberapa alasan seseorang melakukan investasi:
a. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa datang.
b. Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau objek dapat mengihndarkan dari resiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
Maka jika melakukan investasi akan mengurangi tekanan inflasi.
c. Dapat mendorong untuk menghemat pajak.
12 2.1.2.3. Proses Investasi
Proses pengambilan keputusan investasi merupakan proses pengambilan keputusan yang berkesinambungan. Proses pengambilan keputusan investasi terdiri dari lima langkah pengambilan keputusan yang berlangsung sampai keputusan investasi yang tepat dibuat.
Menurut (Tandelilin 2017:12) tahap-tahap keputusan investasi meliputi lima tahap keputusan yaitu :
1. Penentuan Tujuan Investasi
Tahap pertama dalam proses keputusan investasi adalah menentujakn tujuan investasi yang akan di lakukan. Tujuan investasi masing-masing investor bisa berbeda tergantung pada investor yang membuat keputusan tersebut.
2. Penentuan Kebijakan Investasi
Tahap kedua ini merupakan tahap penentuan kebijakan untuk memenuhi tujuan investasi yang telah ditetapkan. Tahap ini dimulai dengan penentuan keputusan alokasi aset (asset allocation decision). Keputusan ini menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai kelas aset yang tersedia (saham, obligasi, real estate ataupun sekuritas luar negeri).
3. Pemilihan Strategi Portofolio
Strategi portofolio yang dipilih harus konsisiten dengan dua tahap sebelumnya. Ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan secara aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik.
Strategi portofolio pasif meliputi aktivitas investasi pada portofolio yang seiring dengan kinerja indeks pasar. Asumsi
13 strategi pasif ini adalah bahwa semua informasi yang tersedia akan diserap pasar dan direfleksikan pada harga saham.
4. Pemilihan Aset
Setelah strategi portofolio ditentukan, tahap selanjutnya adalah pemilihan aset-aset yang akan dimasukan dalam portofolio. Tahap ini memerlukan pengevaluasian setiap sekuritas yang ingin dimasukan dalam portofolio. Tujuan tahap ini adalah untuk mencari kombinasi portofolio yang efesien, yaitu portofolio yang menawarkan return diharapkan yang tinggi dengan tingkat resiko tertentu atau sebaliknya menawarkan return diharapkan tertentu dengan tingkat resiko terendah.
5. Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Portofolio
Tahap ini merupakan tahap paling akhir dari proses keputusan investasi. Tahap pengukuran dan evaluasi kinerja ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan pembandingan hasil pengukuan tersebut dengan kinerja portofolio lainnya melalui proses benchmarking. Proses benchmarking ini biasanya dilakukan terhadap indeks portofolio pasar, untuk mengetahui seberapa baik kinerja portofolio yang telah ditentukan dibandingkan kinerja portofolio lainnya (portofolio pasar).
2.1.3. Pasar Modal
Pasar modal adalah sarana bertemunya perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) yang membutuhkan dana dari masyarakat untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, dengan masyarakat yang hendak menginvestasikan dana mereka. Untuk mendapatkan pendanaan, perusahaan atau institusi tersebut menerbitkan saham atau surat utang, dan masyarakat pemodal (investor) yang mendanai perusahaan maupun institusi tersebut dengan membeli instrumen tersebut di pasar modal baik
14 secara langsung, maupun dalam bentuk reksa dana. Karena itu pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara. Selain saham, obligasi, dan reksa dana, pasar modal juga memperdagangkan bentuk lain seperti waran, right, dan produk derivatif lainnya (https://www.idx.co.id/investor/belajar-pasar-modal/)
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal Bab 1, Pasal 1, Butir 13 pengertian Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek.
Berdasarkan pengertian pasar modal diatas maka dapat disimpulkan pasar modal adalah kegiatan suatu lembaga perusahaan maupun institusi lain yang bersifat nonbank yang berkaitan dengan efek yang diterbitkan dengan mempertemukan orang yang memiliki kelebihan dana dengan orang yang membutuhkan dana untuk jangka waktu relatif panjang.
2.1.4. Evaluasi Kinerja Portofolio
Evaluasi kinerja portofolio merupakan tahap penting dalam proses investasi karena dalam tahap ini dapat mengidentifikasi portofolio yang telah terbentuk maupun memberikan tingkat return yang relatif lebih tinggi dibanding return portofolio lainnya dan untuk mengetahui return tersebut sesuai dengan tingkat risiko yang di tanggung. Selain tingkat return yang diperhatikan, diperlukan untuk memperhatikan faktor lain seperti tingkat risiko portofolio dan tujuan investasi.
Menurut Tandelilin (2010:489) terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi kinerja suatu portofolio, sebagai berikut:
1. Tingkat risiko. Dalam mengevaluasi kinerja portofolio perlu memperhatikan tingkat return portofolio yang diperoleh sudah cukup memadai untuk menutup risiko yang harus ditanggung dan didasarkan pada ukuran yang bersifat risk-adjusted.
15 2. Periode waktu. Periode waktu perlu diperhatikan saat mengevaluasi kinerja portofolio, Karena hal tersebut akan mempengaruhi tingkat return portofolio. Penggunaan patok duga (benchmark) yang sesuai Evaluasi kinerja investasi juga harus melibatkan perbandingan kinerja portofolio dengan suatu alternatif portofolio lain yang relevan.
Portofolio yang terpilih sebagai patok duga (benchmark) tersebut harus bisa secara akurat mencerminkan tujuan yang ingin diinvestasikan oleh investor.
3. Tujuan Investasi. Tujuan investasi yang berbeda akan mempengaruhi kinerja portofolio yang dikelolanya. Misalnya, jika tujuan investasi seorang investor adalah pertumbuhan jangka panjang, maka kinerja portofolio yang dibentuknya akan relatif lebih kecil dari kinerja portofolio yang dibentuk dengan tujuan mendapatkan keuntungan jangka pendek.
2.1.5. Pengukuran Kinerja Portofolio
Menurut Tandelilin (2010:494), menyatakan bahwa terdapat beberapa metode pengukuran kinerja portofolio yang sudah memasukkan unsur risiko adalah Indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen. Ketiga metode tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis kinerja portofolio dalam penelitian ini.
Berikut penejelasan ketiga metode tersebut : 1. Indeks Sharpe
Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering disebut dengan reward-to-variability ratio. Pengertian dari reward-to- variability yaitu untuk mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio. Indeks Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal atau capital market line patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko portofolio dengan standar deviasinya. Premi risiko portofolio, Rp-Rf merupakan kompensasi untuk memikul risiko. Sedangkan deviasi standar return portofolio merupakan pengukur risiko. Indeks Sharpe dapat digunakan untuk
16 membuat peringkat dari beberapa portofolio berdasarkan kinerjanya.
Semakin tinggi nilai indeks Sharpe, maka akan semakin baik kinerja dari portofolio tersebut. Rumus yang digunakan untuk mengukur indeks Sharpe adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Sp = indeks Sharpe portofolio
R̅̅̅̅̅̅̅̅̅p̅̅̅ = rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan
R̅̅̅f = rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan σTR = standar deviasi return portofolio p selama periode pengamatan
2. Indeks Treynor
Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack Treynor, dan indeks ini sering disebut reward- to-variability ratio (asumsi bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang relevan dalam risiko sistematis atau beta). Indeks Treynor menghubungkan tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Asumsi yang digunakan oleh Treynor adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap relevan adalah risiko sistematis (diukur dengan beta). Semakin tinggi nilai indeks Treynor, maka akan semakin baik pula kinerja portofolio. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai indeks Treynor adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Ťp = indeks kinerja Treynor.
17 Rp = return portofolio atau tingkat pengembalian pasar.
Rf = return bebas risiko tingkat bunga bebas risiko.
βp = risiko pasar dari portofolio atau risiko sistematik portofolio.
3. Indeks Jensen
Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return harapan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal.
Indeks Jensen merupakan kelebihan return di atas atau dibawah garis pasar sekuritas (security market line). Indeks Jensen secara mudahnya dapat diinterpetasikan sebagai pengukur berapa banyak portofolio
“mengalahkan pasar”. Indeks yang bernilai positif berarti portofolio memberikan return lebih besar dari return harapannya (berada diatas garis pada sekuritas) sehingga merupakan hal yang bagus karena portofolio mempunyai return yang relatif tinggi untuk tingkat risiko sistimatisnya. Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai indeks Jensen adalah sebagai berikut:
Keterangan :
Ĵp = Indeks kinerja Jensen R̅̅̅p = Return emiten
R̅̅̅F̅̅̅ = Tingkat bunga bebas risiko Rm = Return market
βp = Risiko sistematik emiten
M p
Jˆ p = Rp −
RF +(
R − RF)
ˆ
18 2.2 Kajian Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 1
Tabel Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Judul Penelitian Metode &
Alat Analisis Hasil 1. Edy
Arisondha, 2013
Analisa Perbandingan Kinerja Portofolio Saham dengan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen (Studi Kasus Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012)
Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen dengan uji statistic Z- Score dan Kruskal- Wallis
Penelitian ini menunjukan hasil bahwa tidak adanya perbedaan yang signifikan atas hasil kinerja portofolio saham
2. John Henry Wijaya, 2014
Implementasi Analisis Kinerja Portofolio Saham dengan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen (Studi Kasus Saham Perusahaan Manufaktur 2014)
Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen
Penelitian ini menunjukkan hasil perhitungan kinerja portofolio dengan
menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen memiliki karakteristik yang berbeda-beda serta tidak dapat
dibandingkan secara langsung.
3. Eristy Minda Utami, Neneng Susanti (2013)
Active Versus Passive Strategy in Forming Optimal Portofolio in Indonesia Stock Exchange
Metode Sharpe, Treynor, Jensen, dan Koefisien Variasi
Penelitian ini menunjukkan hasil yang berberda antara strategi aktif dan pasif
menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen. Strategi Aktif
menunjukkan hasil yang positif sedangkan strategi pasif
menunjukkan
19 hasil yang negatif.
4. Wiena Chantika, 2015
Skripsi Analisis Kinerja Portofolio Saham
Menggunakan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen pada Saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 sampai 2014.
Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen
Terdapat perbedaan yang signifikan pada metode Sharpe terhadap Treynor, namun tidak dapat perbedaan pada metode trenoy terhadap Jensen dalam penelitian tersebut.
5. Yola Insyan Mediana (2018)
Analisis Kinerja Portofolio Saham Menggunakan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen pada Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Periode 2012-2016.
Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen
Hasil pengukuran kinerja portofolio dengan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen memiliki karakteristik angka indeks yang berbeda-beda sehingga tidak dapat
dibandungkan satu dengan yang lainnya.
6. Adriansyah Guniawan (2016)
Analisis Pengukuran Kinerja Reksa Dana Saham
menggunakan Metode Sharpe, Metode Treynor, dan Metode Jensen (Studi Pada Reksa Dana Saham Periode 2011-2015)
Metode Sharpe, Metode Treynor, dan Metode Jensen
Penelitian ini menunjukkan hasil pengukuran kinerja reksa dana saham
menggunakan metode Sharpe, Treynor, dan Jensen yang berbeda-beda.
7. Syarah Nur Farida, 2015
Skripsi Analisis Kinerja Portofolio Saham
Menggunakan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen Pada Sektor
Agrikultur di Bursa Efek Indonesia
Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen denga uji kruskal wallis
Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan kinerja portofolio saham antara Sharpe, Treynor dan Jensen
20 8. Agustin
Sulistyorini, 2009
Analisis Kinerja Portofolio Saham dengan Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen (Saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003 sampai 2007
Metode Sharpe, Treynor, dan Jensen
9. Sulistyowati, 2012
Analisis Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Indeks Tunggal untuk Pengambilan Keputusan Investasi (Studi Kasus Saham 10. Citrayani
Tuerah, 2013
Perbandingan Kinerja Saham LQ 45 Tahun 2012 Menggunakan Metode Jensen, Sharpe, dan Treynor.
Metode Jensen, Sharpe, dan Treynor dengan uji pair sample test dan ANOVA
Penelitian menunjukan perbedaan signifikan antara return yang di harpakan dan yang dihasilkan dari ke-3 metode tersebut.Hal ini disebabkan perbedaan variable yang digunakan dalam perhitungan dan perlu standarisasi ukuran kinerja yang digunakan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi, seorang investor harus mempertimbangkan saham mana yang akan dipilih. Saham yang dipilih harus yang memberikan return maksimal dengan risiko tertentu, atau return tertentu dengan risiko minimal. Untuk mengetahui saham-saham mana saja yang dipilih, bisa dilakukan dengan melakukan klasifikasi saham dengan cara pembentukkan portofolio optimal saham. Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian
21 yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu harapan mendapatkan keuntungan pada masa depan. Portofolio optimal yang dihasilkan dimasukkan dalam suatu ukuran kinerja portofolio saham. Kinerja portofolio dengan menggunakan pengukuran risk-adjusted return dapat diukur dengan indeks Sharpe, indeks Treynor, dan indeks Jensen (Tandelilin, 2010:494).
Kriteria portofolio saham harus mengetahui tingkat return dan risiko yang dihasilkan. Kondisi pasar yang sedang buruk akan dapat menurunkan kinerja portofolio. Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa portofolio berdasarkan kinerjanya, dimana semakin tinggi indeks Sharpe suatu portofolio dibandingkan dengan portofolio lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut. Kinerja portofolio dapat diukur dengan melakukan pembagian return lebih (excess return) dengan volatilitas (volatility) portofolio (Jogiyanto, 2010:644).
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu dengan kinerja portofolio di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015-2019, maka kerangka pemikiran pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :
22 Gambar 2. 1
Kerangka Pemikiran
2.4
HipotesisMenurut Nazir (2013:132), hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Pada kerangka pemikiran diatas, dapat disimpulkan hipotesis pada penelitian ini adalah “Terdapat perbedaan dalam mengukur kinerja portofolio saham pada Sektor Industri Properti, Real Estate, dan Konstruksi Bangungan yang dievaluasi menggunakan Indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen”.
H1 : Tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan dalam mengukur kinerja portofolio pada saham-saham Industri Properti, Real estate dan Konstruksi Bangunan yang dievaluasi menggunakan Indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen H2 : Terdapat perbedaan hasil yang signifikan dalam mengukur kinerja portofolio pada saham-saham Industri Properti, Real estate dan Konstruksi Bangunan yang dievaluasi menggunakan Indeks Sharpe, Treynor, dan Jensen.
Pasar Modal
Investasi
Sektor Industri Properti, Real estate dan Konstruksi
Bangunan
Indeks Sharpe
Kinerja Portofolio
Indeks Treynor
Indeks Jensen