• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sastra Cina - Pemahaman Realisme dalam Ajaran Konfusius (Xiao) Melalui Media Komik Filial Piety

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Sastra Cina - Pemahaman Realisme dalam Ajaran Konfusius (Xiao) Melalui Media Komik Filial Piety"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pemahaman Realisme dalam Ajaran Konfusius (Xiao) Melalui Media Komik Filial Piety

PENDAHULUAN

Ada beberapa bentuk komunikasi yang dapat kita lakukan untuk saling berinteraksi tentang informasi, salah satunya adalah media komunikasi secara visual. Melalui sebuah gambar sederhana, tuntu banyak orang yang lebih mudah menangkap maksud pesan yang terdapat pada gambar tersebut. Gambar sebagai salah satu media komunikasi visual memiliki banyak definisi. Begitupun gambar yang direalisasikan dalam bentuk komik. Dewasa ini bacaan komik banyak digemari oleh anak-anak usia dasar hingga mahasiswa, tak hanya karena rupanya yang memiliki sedikit tulisan tetapi juga bacaan komik ini dapat diperoleh dengan mudah mulai dari toko-toko buku, tempat persewaan buku, hingga perpustakaan sekolah/universitas. Pada masa yang sudah modern ini, komik bukanlah sekedar buku hiburan yang biasa dibaca. Secara bahasa gambar, komik dapat dimanfaatkan sebagai sarana mengajak orang-orang untuk berfikir imaginatif. Oleh karena itu, dalam perkembangannya beberapa orang kemudian membuat komik dengan melibatkan topik politik, human interest, suspens, adventure, hingga menjadi bahan ajar yang lebih serius. Dan banyak juga komik kini yang menjelaskan tentang realita perjalanan hidup seseorang.

Pengertian Komik

(2)

melalui tindakan ini pula guna membantu menghidupkan terus semangat bakti kepada orangtua dari generasi ke generasi. Dimana ajaran untuk berbakti pada orangtua merupakan suatu kewajiban mutlak bagi seorang anak. Nilai integral Konfusius tersebutlah yang diterapkan dalam komik yang berisi kumpulan alur cerita yang menyentuh.

Prinsip Xiào Menurut Konfusius

Dalam tema pemikirannya, Konfusius menyuguhkan lima pokok penting ajarannya. Pertama, penegakan nama (Zhèngmíng). Pokok pemikiran ini mengandaikan bahwa seseorang mengetahui peran dalam hubungannya dengan orang lain dalam suatu masyarakat. Kedua, manusia unggul (Jūnz ). Jūnz dipahami sebagai suatu sikapǐ ǐ seseorang yang dapat mengolah dirinya dengan menguasai nilai-nilai moral dan etika, terpelajar, memiliki pengetahuan sejati, dan hidup sesuai dengan ajaran Dao. Ketiga, rasa kemanusiaan (Rén). Rén adalah pusat dan dasar etika Konfusius dalam pembentukan manusia. Bagi Konfusius, menyadari rén adalah menyadari keseluruhan kesadaran manusia sehingga dapat menjadi manusia yang sejati. Keempat, kesetiaan zhōng dan shù . Zhōng itu memiliki sifat yang positif, tegas dan aktif. Ia dapat bertindak sesuai dengan cinta dan kebaikan, tanpa pamrih dan dengan tulus melakukan sesuatu. Sedangkan Shù mengandung nuansa larangan. Hal ini ditunjukkan dalam ungkapan ini, jangan lakukan sesuatu apa yang tidak ingin dilakukan orang lain kepada kita. Kelima, bakti kepada Orang Tua (Xiào) atau filial piety. Prinsip ini ditujukan kepada anak untuk menghormati orang tua. Ini mengandaikan di dalamnya terdapat prinsip pembetulan nama, kualitas rén yang sudah dimiliki seseorang, dan perwujudannya. Selain itu, kesadaran diri sebagai seorang junzi juga mempengaruhi. Konfusius menuliskan pentingnya xiào dalam Kitab Xiào Jing (470 SM).

(3)

nama. Hubungan ini akan menjadi jelas jika diuraikan dalam suatu prinsip yang disebut dengan Xiào. Prinsip ini dimengerti sebagai suatu sikap hidup yang hormat pada orang tua, melalui cara berbakti kepada mereka. Menurut Konfusius, orang yang hormat pada orang tua itu memiliki rasa kemanusiaan (rén) karena menjalankan hati nurani (zhōng) dan melawan egoisme (shu). Dari sini dapat diketahui bahwa lima pokok pemikirannya itu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

Konfusius berkata bahwa orang yang mengasihi orang tuanya tidak berani melakukan yang jahat kepada orang lain. Keluarga yang baik merupakan dasar bagi masyarakat yang baik dan keluarga yang baik didasarkan pada kasih sayang orangtua kepada anak-anak mereka, dan kesetiaan serta kepatuhan anak-anak terhadap orangtua mereka. Demikian pula orang yang menghormati orang tuanya tidak berani untuk bersikap sombong kepada orang lain. Dengan bersikap baik terhadap orang lain, itu akan membawa nama baik pada keluarga, khususnya pada orang tua. Menurut pemikiran Konfusius ketaatan terhadap orang tua yang terwujud dalam ikatan-ikatan keluarga bersifat unilateral (satu pihak). Ikatan itu berlaku tanpa syarat. Dengan demikian Konfusius menterjemahkan prinsip ini sebagai suatu sumber keutamaan yang dapat membangun dunia yang damai.

Realisme dalam Sastra

(4)

dan waktu yang dimungkinkan, seperti realisme historis —mengisahkan peristiwa yang terjadi di masa lampau.

Kisah Realisme Ajaran Konfisius (Xiao) yang Terdapat Dalam Komik Ilustrasi Filial Piety

1. Bakti Anak Menggerakkan Dewa

Ibu Shun sudah meninggal sejak ia masih sangat muda. Kemudian ayahnya menikah lagi dan memiliki seorang anak bernama Xiang. Shun selalau menghormati ibu tirinya dan menunjukkan cinta persaudaraan terhadap saudaranya. Namun ibu tiri Shun tak menyukainya sementara ayahnya memperlakukannya dengan acuh tak acuh.

“Cepat, ambil air, lalu bersihkan halaman belakang”, kata Ibu. “Ya bu”

“Cepatlah! Kalau lambat saya usir kamu!”, kata Ayah. “Ya, ayah.”

Walaupun sering dicaci-maki, ketika mereka sedang sakit Shun selalu merawat mereka dan tak pernah menaruh dendam. Setahun kemudian, sikap bakti dan kesetiaannya terhadap orangtua banyak didengar dan dipuji orang. Sehingga Raja Yao tergerak untuk menikahkan kedua putrinya dengan Shun. Shun bergelimpangan harta, namun tetap membagi kebahagiaannya dengan keluarganya. Tetapi perlakuan saudara dan ayahnya tak berubah, mereka menjebak Shun kedalam sumur. Kemudian Shun dapat keluar dari sumur dan mengagetkan Xiang dan keluarganya.

“Ayah, Shun jatuh kedalam sumur”, Xiang.

Kejadian yang dialami Shun pun tidak mengubah sikap Shun terhadap orangtua dan saudara tirinya. Dan akhirnya orangtua dan saudara tiri Shun menyadari kekeliruan mereka selama ini. Setelah kematian Raja Yao, Shun naik tahta dan memberi nama Yu untuk kerajaannya. Orang menyebutnya Raja Shun.

(5)

orangtua yang selalu membimbing kita. Sikap Shun yang tak pernah menyimpan dendam adalah bukti kesetiaan dan bentuk kasih sayangnya terhadap keluarganya. Dan ia tak pernah membenci atas sikap yang ditujukan pada dirinya oleh keluarganya.

2. Membawa Padi untuk Makan Orangtua

Selama Musim Semi dan Gugur, hiduplah seorang bernama Zi Lu. Ayahnya seorang petani dan keluarga ia sangat miskin. Pada saat itu daerah mereka mengalami kekeringan dan sulit mendapatkan beras di pasar, sehingga keluarganya hanya makan berbekal tanaman liar.

“Saya tidak punya nafsu makan kalau tiap hari makan tanaman liar seperti ini”, kata Ayah.

“Kekeringan telah menyebabkan hilangnya beras di pasaran. Lebih baik kamu jangan cerewet!”, kata Ibu.

Zi Lu merasa cemas dengan keadaan orangtuanya yang tidak makan makanan yang memadai sedang mereka harus terus bekerja. Esoknya Zi Lu memutuskan untuk pergi bekerja ke Kota dan membawa pulang kantong beras untuk keluarganya. Ia menempuh jalan selama 2 hari dan harus menahan lapar untuk dapat pulang ke rumah.

“Tuan, bolehkah saya mengunjungi orangtua saya beberapa hari? Saya ingin mengganti upah saya dengan beras dan akan saya bawa pulang”,

Sesampainya dirumah, saat diberikannya kantong beras pada ibunya, ia merasa bahagia melhat orangtuanya memakan nasi yang ia bawa pulang. Dengan cara tersebutlah Zi Lu merawat orangtuanya sampai mereka mati. Setelah itu, Zi Lu diangkat menjadi perdana menteri Negara Chu. Dan ia memikirkan orangtuanya di masa lalu yang serba kekurangan sedang kini ia memiliki banyak makan lezat di rumahnya.

(6)

dirinya harus menggantikan mereka memakan makanan yang seadanya. Sikap tabahnya memberikan ia kekuatan dan selalu melindungi setiap perjalanannya.

3. Mencicipi Kotoran Ayah untuk Menyelamatkan Nyawanya.

Selama masa pemerintahan Dinasti Qi, hidup seorang bernama Yu Qianlou yang lahir dari keluarga miskin. Ibu Yu meninggal saat ia masih kecil, Yu dibesarkan oleh ayahnya sendirian. Yu diangkat sebagai pegawai saat ia masih sangat muda karena kepintarannya. Saat perasaannya merasa akan sesuatu yang ganjal, Yu mendatangi ayahnya dan mendapati beliau sendang sakit. Dan tabib menyarankan jika ingin mengetahui parah atau tidaknya penyakit ayah Yu, ia harus mencicipi kotoran ayahnya. Bila terasa manis, penyit itu parah, bila terasa pahit maka penyakit itu tidaklah serius.

“Jika Tuan ingin tahu apakah penyakit ayah tuan serius atau tidak, Tuan harus mencicipi kotorannya”, kata Tabib.

Kemudian Saat Yu mencicipi kotoran ayahnya, ia merasakan rasa manis yang menandakan pertanda buruk dan membuatnya khawatir. Maka tak lama penyakit ayahnya pun sembuh. Dan karena pengabdiannya pada orangtua, Kaisar kemudian mengangkat Yu menjadi prefektor.

Makna : Rasa cinta terhadap orangtua tak membuat Yu Qianlou merasa jijik ataupun susah terhadap penyakit ayahnya. Bahkan Qianlou merasa terhormat dan senang dapat membantu memeriksa penyakit ayahnya. Kecintaan dan rasa sayang terhadap ayahnyalah yang mendorongnya untuk ingin melakukan apa saja demi kesembuhan orangtuanya.

4. Berhenti Jadi Pejabat untuk Merawat Ibu

(7)

mengalihkan rasa rindunya, Zhu berkonsentrasi pada pelajarannya dan membuatnya menjadi berpengetahuan sangat luas. Selama masa pemerintahan Kaisar Shenzong, Zhu Shaozhang diangkat pada posisi yang tinggi di daerah Guangde. Karena masih memikirkan ibunya, kemudian ia memutuskan mencari ibunya dan berhenti dari jabatannya.

“Saya telah memutuskan pergi ke Shanxi, saya dengar Ibu tinggal disana. Walaupun menemukan ibu sangat susah, saya tidak akan kembali sebelum menemukannya.”

Ibu Zhu sudah berumur 70 tahun saat Zhu Shaochang bertemu dengannya. Kemudian Zhu membawa ibu dan anak-anaknya, kakak tirinya untuk hidup bersamanya.

Makna : Keadaan yang memisahkan Zhu terhadap ibunya tak menyurutkan rasa sayangnya dan rindu terhadap ibunya. Namun itupun tak mengurangi rasa hirmatnya terhadap istri pertama ayahnya. Setelah menunggu sangat lama untuk dapat memutuskan menjumpai ibunya. Zhu tidak mempermasalahkan jabatan ataupun harta yang ia miliki saat itu. Karena baginya semua itu dapat didapatkannya kembali, namu sosok ibu hanya kita miliki sekali seumur hidup. Itulah harta sesungguhnya dalam hidup.

5. Orang Terpelajar yang Membersihkan Tempat Kotoran Ibunya

Huang Tingjian adalah seorang penulis dan pelukis kaligrafi terkenal yang hidup dalam pemerintahan Dinasti Song. Sebagai pemuda yang berbakat, ia menjadi seorang akademikus di Perguruan Tinggi Kekaisaran. Posisi dan ketenarannya tidak mengubah sikap hormat dan pengabdiannya terhadap orangtua. Dia tidak pernah mengabaikan segala sesuatu dalam kehidupan Ibunya. Dari menyiapkan sarapan hingga membereskan tempat tidur beliau, Huang selalu mengurus sendiri keperluan ibunya dan tak ingin bergantung pada para pembantunya.

(8)

Kesibukkan di kantor tak membuatnya lupa untuk mengurus ibunya. Ia sendiri pula yang membantu ibunya mandi dan menyiapkan barang yang digunakan ibunya sehari-hari, termasuk untuk membersihkan tempat untuk membuang kotoran ibunya.

“Mengapa Tuan tidak membiarkan kami saja yang mengurus semuanya ini Yang Mulia?”, kata pelayan.

“Apakah kewajiban saya untuk memperhatikan bahwa Ibu hidup dengan nyaman. Saya sudah melakukannya sejak kecil. Mengapa saya harus menghentikan pekerjaaan itu sekarang?”

Orang-orang banyak terheran, namun ia tahu bahwa kewajibannya lah memperhatikan ibu hidup dengan nyaman dari sejak kecil, maka ketika dewasa pun kewajiban tersebut tetaplah kewajibannya seuumur hidup.

(9)

KESIMPULAN

Dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan gaya hidup yang begitu cepat, masih dapatkah nilai-nilai budaya tetap utuh dan diterapkan pada masyarakat modern saat ini? Bila diterapkan dengan ajaran Confusius, tentang seperangkat prinsip moral seperti kebajikan yang dianggap sebagai nilai tertinggi, mengandung arti kesetiaan, tindakan memaafkan, bakti anak, penghormatan, kedermawanan, kesetiaan yang baik, sikap banyak akal, dan kebaikan. Bakti anak terhadap orangtua, yaitu kewajiban mengasihi kedua orang tua merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ajaran Konfusius. Keluarga yang baik merupakan dasar bagi masyarakat yang baik dan keluarga yang baik didasarkan pada kasih sayang orangtua kepada anak-anak mereka, dan kesetiaan serta kepatuhan anak-anak terhadap orangtua mereka. Prinsip bakti anak terhadap orangtua sangat disarankan oleh Konfusius pada zaman sekarang sebab prinsip ini tetap merupakan nilai dasar keluarga yang penting. Melalui ilustrasi komik inipun banyak memberikan bukti realita yang mencerminkan dari kehidupan nyata, bahwa turut dan berbakti pada orang tua adalah tugas sorang anak hingga ia mati.

DAFTAR RUJUKAN

Wai, Tan Choon. 2000. Filial Piety Bakti Kepada Orang Tua. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Chung, Tsai Chih. 2002. Pepatah Confucius. Jakarta: Elex Media Komputindo. Kusumohamidjojo, Budiono. 2010. Sejarah Filsafat Tiongkok: Sebuah Pengantar Komprehensif, Yogyakarta: Jalasutra.

Nurgiyantotoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Setiawan, Ebta, 2012, Kamus Besar Bahasa Indonesia, [Online], (http://kbbi.web.id/realisme, diakses 10 Juni 2017)

Shadily, Tian Hadiansyah., 2013, Comic Learning, [Online],

Referensi

Dokumen terkait

Membuat 3 groove dengan kedalaman 1,8mm di daerah insisal edge, kemudian preparasi atau potong insisal edge sedalam groove yang dibuat dengan menggunakan flat

DESAIN MEDIA ALAT PERAGA BERBASIS MINIATUR RUMAH SEDERHANA UNTUK MATA PELAJARAN ILMU BANGUNAN GEDUNG DI SMK GANESHA TAMA BOYOLALI.. Skripsi, Fakultas Keguruan dan

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Pemanfaatan Tepung Limbah Kulit Pisang Kepok (Musa paradisiaca formatypica) Dan Silase Tepung

Pekerjaan utama yang dilakukan dalam mengklasifikasikan suatu objek antara lain, pembangunan model sebagai prototype yang akan disimpan dalam bentuk memori dan penggunaan model

Pisau terbaik dalam penelitian ini adalah pisau maspion yang memiliki waktu pemotongan paling pendek diantara pisau cutter dan pisau tembakau. 2003.Pengaruh Penggunaaan

[r]

Cylindrical Equal Area : proyeksi ini menghasilkan garis Lintang dan Bujur yang lurus dengan spasi antar garis lintang yang seragam namun spasi antara garis

ada pula pihak lain yang menegaskan bahwa pemberdayaan adalah proses memfasilitasi warga masyarakat secara bersama- sama pada sebuah kepentingan bersama atau urusan yang