• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA EVALUASI p1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA EVALUASI p1"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

EVALUASI KETENAGAKERJAAN DAN LAPANGAN KERJA TERHADAP SEKTOR PARIWISATA DI INDONESIA

ANITA DYAH RATNANINGRUM F1217008

MANAJEMEN TRANSFER B FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pariwisata atau turisme adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk rekreasi atau liburan, dan juga persiapan yang dilakukan untuk aktivitas ini. Seorang wisatawan atau turis adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. Definisi yang lebih lengkap, turisme adalah industri jasa. Mereka menangani jasa mulai dari transportasi, jasa keramahan, tempat tinggal, makanan, minuman, dan jasa bersangkutan lainnya seperti bank, asuransi, keamanan, dll. Pariwisata menawarkan tempat istrihat, budaya, pelarian, petualangan, dan pengalaman baru dan berbeda lainnya. Banyak negara, bergantung banyak dari industri pariwisata ini sebagai sumber pajak dan pendapatan untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu pengembangan industri pariwisata ini adalah salah satu strategi yang dipakai oleh Organisasi Non-Pemerintah untuk mempromosikan wilayah tertentu sebagai daerah wisata untuk meningkatkan perdagangan melalui penjualan barang dan jasa kepada orang non-lokal. Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia baik sebagai salah satu sumber penghasil devisa maupun sebagai pencipta lapangan kerja serta kesempatan berusaha. Untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, pengembangan pariwisata perlu dilanjutkan dan ditingkatkan melalui perluasan, pemanfaatan sumber dan potensi pariwisata nasional, sehingga diharapkan mampu mendorong dan menggerakkan sektor-sektor ekonomi lainnya (Heriawan, 2002).

(3)

Peranan pariwisata dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mengindikasikan bahwa kegiatan kepariwisataan mampu menjadi salah satu kekuatan pembangunan yang dapat diandalkan dan tetap bertahan, sehingga kebijaksanaan pembangunan dapat lebih diarahkan pada peningkatan pariwisata menjadi sektor andalan. Dapat kita lihat bahwa sektor pariwisata dalam hal ini usaha perdagangan perhotelan dan restoran yang tergabung dalam sektor perdagangan, hotel dan restoran memiliki kontribusi yang besar terhadap pembentukan PDRB.

Sektor pariwisata juga merupakan salah satu tujuan pembangunan suatu daerah dalam meningkatkan perekonomian di daerah pariwisata tersebut. Boediono dalam Tarigan (2004), mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, di mana persentase pertambahan output haruslah lebih tinggi dari dari persentase pertambahan jumlah penduduk, dan ada kecenderungan pertumbuhan ini akan berlanjut dalam jangka panjang. Sejak diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, setiap daerah diberikan kebebasan dan kewenangan untuk menentukan arah pembangunan ekonominya masing-masing. Untuk itu diperlukan kemampuan daerah dalam menggali dan mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki sebagai sumber kegiatan perekonomian.

Sejalan dengan usaha untuk meningkatkan perekonomian daerah, maka pemerintah di daerah wisata tersebut diharuskan memiliki kemampuan untuk dapat mengembangkan potensi-potensi ekonomi yang dimiliki wilayahnya secara lebih efektif dan efisien. Sangat diharapkan pemerintah di daerah wisata tersebut mampu mengembangkan dan memanfaatkan potensi di sektor perdagangan, hotel dan restoran, karena keberadaan sektor tersebut akan mampu mengembangkan perekonomian wilayah itu sendiri melalui pengaruhnya terhadap pembentukan PDRB yang dijelaskan tadi. PDRB juga merupakan salah satu indikator perekonomian yang dapat digunakan sebagai bahan penentuan kebijakan pembangunan khususnya dalam bidang perekonomian dan bahan evaluasi pembangunan ekonomi regional.

(4)

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana hubungan antara ketenagakerjaan dengan sektor pariwisata di Indonesia?

2. Bagaimana hubungan lapangan kerja dengan sektor pariwisata di Indonesia?

3. Bagaimana dampak sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia?

BAB 3

KAJIAN LITERATUR 3.1 Pariwisata

3.1.1 Pengertian Pariwisata

(5)

1) Wisatawan adalah pengunjung sementara yang tinggal sekurang– kurangnya 24 jam di negara yang dikunjungi dan perjalanannya dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Pesiar adalah untuk rekreasi, liburan, kesehatan, studi dan olah raga. b. Hubungan dagang, sanak saudara, konferensi dan misi.

2) Pelancong adalah penunjung sementara yang tinggal di negara yang dikunjungi kurang lebih 24 jam (termasuk pelancong dalam perjalanan kapal pesiar termasuk yang sedang transit di pelabuhan).

Menurut Smith (1998), wisatawan dalam kepariwisataan dapat digolongkan kedalam 5 bagian yaitu:

a) Domestik Tourism adalah pariwisata yang ditimbulkan oleh orang yang bertempat tinggal disuatu Negara yang mempunyai tempat di dalam Negara yang bersangkutan.

b) Inbound Tourism adalah pariwisata sebagai kunjungan orang–orang yang bukan penduduk di suatu Negara.

c) Outbound tourism adalah pariwisata sebagai kunjungan penduduk suatu negara ke negara lain.

d) Internal tourism adalah merupakan kombinasi antara domestik dan outbound tourism.

e) Internasional tourism adalah merupakan kombinasi inbound dan outbound tourism.

Wisatawan dapat dibedakan lagi menjadi wisatawan Internasional (mancanegara) adalah yang melakukan perjalanan wisata diluar negerinya, dan wisatawan didalam negerinya. Wisatawan Nasional menurut Biro Pusat Statistik adalah sebagai berikut : Wisatawan Nasional (Domestik) adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan di wilayah Indonesia diluar tempatnya berdomisili, dalam jangka waktu sekurang–kurangya 24 jam atau menginap untuk masuk apapun kecuali kegiatan yang mendatangkan nafkah ditempat yang dikunjungi (Direktorat Jendral Pariwisata, 2013). World Tourism Organization (WTO) mendefinisikan Wisatawan Nasional adalah sebagai berikut : “orang– orang yang bertempat tinggal dalam satu Negara, terlepas dari kebangsaannya, yang melakukan perjalanan kesatu tempat dalam Negara tersebut diluar tempat tinggalnya sekurang–kurangnya selama 24 jam / semalam, untuk tujuan apapun. 3.1.2 Jenis dan Fungsi Pariwisata

(6)

mempunyai ciri tersendiri. Jenis-jenis pariwisata dapat dibedakan menurut letak geografis yaitu: pariwisata lokal, pariwisata regional, dan pariwisata nasional yang terdiri dari pariwisata dalam negeri dan pariwisata internasional.

Menurut pengaruhnya terhadap pembayaran yaitu: pariwisata aktif dan pariwisata pasif. Dikatakan pariwisata aktif karena dengan masuknya wisatawan asing tersebut, berarti dapat memasukkan devisa bagi negara yang dikunjungi, yang dengan sendirinya akan memperkuat posisi neraca pembayaran negara tersebut. Dan disebut pariwisata pasif, karena dilihat dari pemasukkan devisa, kegiatan ini merugikan asal wisatawan, karena uang yang seharusnya dibelanjakan di dalam negeri dibawa ke luar negeri.

Berdasarkan Instruksi Presiden No. 9/1969 mengenai tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia meliputi tiga aspek pokok yaitu segi sosial, segi ekonomi, dan segi budaya. Dengan demikian fungsi pariwisata juga mencakup tiga aspek tersebut. Fungsi pariwisata dari segi ekonomi dapat dikemukakan bahwa dari sektor pariwisata dapat diperoleh devisa, baik berupa pegeluaran para wisatawan asing maupun sebagai penanam modal dalam industri pariwisata termasuk penerimaan berupa retribusi bagi wisatawan.

Adapun jumlah penerimaan dari sektor pariwisata ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu: Jumlah wisatawan yang berkunjung, jumlah pengeluaran wisatawan, lamanya wisatawan yang menginap. Fungsi sosial yang paling dominan dari sektor pariwisata adalah perluasan penyerapan tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Usaha kepariwisataan dengan segala sesuatunya yang berhubungan dengan pariwisata 38 liii sangat membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga dapat membantu mengurangi persoalan pengangguran. Penciptaan kesempatan kerja secara langsung dapat dikemukakan, misalnya di bidang perhotelan, restoran, biro perjalanan, obyek wisata, dan kantor pariwisata pemerintah. Sedangkan penyerapan tenaga kerja tidak langsung, seperti meningkatnya hasil produksi di bidang pertanian dan kerajinan tangan karena termotivasi dengan kunjungan wisatawan.

(7)

Seperti dimaklumi tentang alam Indonesia seperti panorama alam, iklim tropis, daerah khatulistiwa yang dipadukan dengan aneka ragam koleksi seni budaya dan tata kehidupan masyarakat yang khas adalah merupakan salah satu sumber berkembangnya sektor industri pariwisata di Indonesia.

3.1.3 Jumlah Wisatawan Dalam Meningkatkan Pendapatan

Menurut Soekadijo (2001) wisatawan adalah orang yang mengadakan perjalanan dari tempat kediamannya tanpa menetap di tempat yang didatanginya, atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang didatanginya. Mereka yang dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang melakukan kesenangan, karena alasan kesehatan dan sebagainya: orang yang melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan atau dalam kapasitasnya sebagai perwakilan (ilmu pengetahuan, administrasi, diplomatik, keagamaan, atlit dan alasan bisnis).

Secara teoritis dalam Austriana (2005) semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Oleh karena itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan, maka pendapatan sektor pariwisata di suatu daerah juga akan semakin meningkat.

Secara sederhana konsumsi sektor pariwisata merupakan barang dan jasa yang dikonsumsi oleh wisatawan dalam rangka memenuhi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan harapan (expectation) selama tinggal di Daerah Tujuan Wisata yang dikunjunginya mulai dari paket perjalanan, akomodasi, makanan dan minuman, transportasi, rekreasi budaya dan olahraga,belanja, dan lain-lain. 3.1.4 Kontribusi Sektor Pariwisata terhadap Pendapatan Daerah

Dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dijelaskan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas:

a. pendapatan asli daerah, yaitu:  hasil pajak daerah

 hasil retribusi daerah

 hasil perusahaan milik daerah

 hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan  lain-lain pendapatan asli daerah yang sah

b. dana perimbangan c. pinjaman daerah

(8)

Kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya sangat ditentukan atau tergantung dari sumbersumber pendapatan asli daerah (PAD). Pemerintah daerah dituntut untuk dapat menghidupi dirinya sendiri dengan mengadakan pengelolaan terhadap potensi yang dimiliki, untuk itu usaha untuk mendapatkan sumber dana yang tepat merupakan suatu keharusan. Terobosan-terobosan baru dalam memperoleh dana untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah harus dilakukan, salah satunya adalah sektor pariwisata.

3.2 Ketenagakerjaan

3.2.1 Pengertian Ketenagakerjaan

Menurut Badan Pusat Statistik, Tenaga Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) yang bekerja atau punya pekerjaan namun tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan. Berdasarkan UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja terdiri dari (1) Golongan yang bekerja dan (2) Golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Sedangkan kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari (1) Golongan yang bersekolah, (2) Golongan yang mengurus rumah tangga dan (3) Golongan lain- lain yang menerima pendapatan, misalnya orang yang memperoleh tunjangan pensiun, bunga atas pinjaman dan sewa milik dan mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain karena lanjut usia, cacat, dalam penjara atau sakit kronis. Ketiga golongan bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja (Simanjuntak, 2001).

Ada empat hal yang berkaitan dengan tenaga kerja, yaitu: 1. Bekerja (employed)

Jumlah orang yang bekerja sering dipakai sebagai petunjuk tentang luasnya kesempatan kerja. Dalam pengkajian ketenagakerjaan kesempatan kerja sering dipicu sebagai permintaan tenaga kerja. 2. Pencari Kerja (unemployed)

Penduduk yang menawarkan tenaga kerja tetapi belum berhasil menperoleh pekerjaan dianggap terus mencari pekerjaan. Secara konseptual mereka yang dikatakan penganggur harus memenuhi persyaratan bahwa mereka juga aktif mencari pekerjaan.

(9)

TPAK suatu kelompok penduduk tertentu adalah perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk adalam usia kerja dalam kelompok yang sama. TPAK dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang masih bersekolah dan mengurus rumah tangga, umur, tingkat upah, dan tingkat pendidikan.

4. Profil Angkatan Kerja

Profil angkatan kerja meliputi umur, seks, wilayah kota dan pedesaan dan pendidikan.Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun. Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja.

Ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Oleh karenanya, setiap upaya pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan lapangan usaha, dengan harapan penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan.

3.2.2 Penyerapan Tenaga Kerja

(10)

Ada perbedaan antara permintaan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang diminta oleh perusahaan. Permintaan tenaga kerja adalah keseluruhan hubungan antara berbagai tingkat upah dan jumlah orang yang diminta untuk dipekerjakan. Jumlah tenaga kerja yang diminta lebih ditujukan pada kuantitas 34 xlix atau banyaknya permintaan tenaga kerja pada suatu tingkat upah tertentu (Rejekiningsih, 2004).

3.2.3 Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia  Rendahnya kualitas tenaga kerja

Kualitas tenaga kerja dalam suatu negara dapat ditentukan dengan melihat tingkat pendidikan negara tersebut. Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia, tingkat pendidikannya masih rendah. Hal ini menyebabkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi rendah. Minimnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja, sehingga hal ini akan berpengaruh terhadaprendahnya kualitas hasil produksi barang dan jasa.

 Jumlah angkatan kerja yang tidak sebanding dengan kesempatan kerja Meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi oleh perluasan lapangan kerja akan membawa beban tersendiri bagi perekonomian. Angkatan kerja yang tidak tertampung dalam lapangan kerja akan menyebabkan pengangguran. Padahal harapan pemerintah, semakin banyaknya jumlah angkatan kerja bisa menjadi pendorong pembangunan ekonomi.

 Persebaran tenaga kerja yang tidak merata

Sebagian besar tenaga kerja di Indonesia berada di Pulau Jawa. Sementara di daerah lain masih kekurangan tenaga kerja, terutama untuk sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan.Dengan demikian di Pulau Jawa banyak terjadi pengangguran, sementara di daerah lain masih banyak sumber daya alam yang belum dikelola secara maksimal.

 Pengangguran

Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia banyak mengakibatkan industri di Indonesia mengalami gulung tikar. Akibatnya, banyak pula tenaga kerja yang berhenti bekerja. Selain itu, banyaknya perusahaan yang gulung tikar mengakibatkan semakin sempitnya lapangan kerja yang ada. Di sisi lain jumlah angkatan kerja terus meningkat. Dengan demikian pengangguran akan semakin banyak.

(11)

Lapangan kerja erat kaitannya dengan tempat di mana seseorang bekerja. Saat ini sering kita dengar banyak orang yang menganggur artinya tidak punya tempat bekerja, akibatnya dia tidak mempunyai pendapatan. Jumlah pengangguran cukup tinggi menyebabkan beban bagi masyaakat bahkan menimbulkan kemiskinan. Angka pengangguran tiap tahun terus bertambah apalagi saat ini sering terjadi PHK. Terjadinya pengangguran disebabkan oleh tidak adanya lapangan pekerjaan atau lapangan pekerjaan yang asa mempunyai persyaratan tinggi, sehingga banyak tenaga kerja yang tidak bisa masuk. Akan tetapi ada pula orang yang sudah bekerja tetapi di-PHK.

Lapangan kerja juga biasanya disebut dengan lowongan pekerjaan. Sebagian orang mungkin terpaku mengartikan lowongan kerja sebagai kerja dikantoran saja, misalnya dengan menjadi pegawai,manager, sampai direktur, atau pegawai negeri sipil. Bagi sebagian orang lagi, mengartikan lowongan kerja secara lebih luas. Lowongan artinya peluang yang kosong alias belum terisi, dalam hal ini berarti peluang untuk seseorang itu bekerja.

BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 Hubungan antara Ketenagakerjaan dengan Sektor Pariwisata di Indonesia

(12)

4.2 Hubungan Antara Jumlah Wisatawan dengan Lapangan Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja

Secara teoritis (apriori) dalam Ida Austriana (2005), semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut. Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di daerah tujuan wisata. Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan dari sektor pariwisata suatu daerah. Hal ini, juga menjadi suatu peluang untuk membuka lapangan pekerjaan kepada para masyarakat sekitar untuk melalukan usaha. Oleh karena itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan, maka pendapatan sektor pariwisata juga akan semakin meningkat. Jika jumlah wisatawan meningkat maka pengusaha akan melakukan investasi pada sarana dan prasarana pariwisata untuk menarik lebih banyak wisatawan dan mengakomodirnya. Hal ini akan membuat dibutuhkan tenaga kerja untuk bekerja pada lapangan pekerjaan baru tersebut sehingga penyerapan tenaga kerja akan meningkat

4.3 Dampak Sektor Pariwisata terhadap Perekonomian Indonesia

Dalam literatur, hubungan pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dapat dikonfrontasi melalui dua pendekatan, yaitu : pertama, pendekatan Keynesian tentang pengganda (multiplier), yang memperlakukan pariwisata internasional sebagai komponen eksogen dari permintaan agregat yang mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan, dan karena itu terhadap lapangan kerja melalui proses multiplier. Namun pendekatan ini banyak menerima kritik karena agak statis dan tidak memungkinkan untuk menyimpulkan dampak pariwisata dalam jangka panjang. Kedua, pendekatan model pertumbuhan endogen dua sektor Lucas, yang penggunaannya untuk sektor pariwisata.

(13)

tersebut berlaku apabila elastisitas substitusi antara pariwisata dan barang manufaktur lebih kecil dari satu (inelastis).

Pengakuan adanya hubungan kausal antara pertumbuhan ekonomi dan ekspansi pariwisata sangat penting karena bisa memberikan implikasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan kebijakan yang relevan. Namun demikian, apabila ditemukan tidak adanya hubungan kausal antara ekspansi pariwisata dan pertumbuhan ekonomi, hasilnya dapat digunakan sebagai indikasi untuk menunjukkan efektivitas strategi promosi pariwisata. Beberapa argumen lain melihat keterkaitan antara pariwisata dan pertumbuhan ekonomi dengan fokus pada dampak ekonomi makro dari pariwisata, yaitu: Pertama, pariwisata memiliki dampak langsung terhadap perekonomian, antara lain terhadap penciptaan lapangan kerja, redistribusi pendapatan, dan penguatan neraca pembayaran. Belanja turis, sebagai bentuk alternatif dari ekspor memberikan kontribusi berupa penerimaan devisa (neraca pembayaran) dan pendapatan yang diperoleh dari ekspansi pariwisata. Penerimaan devisa dari pariwisata juga bisa digunakan untuk mengimpor barang-barang modal untuk menghasilkan barang-barang dan jasa, yang pada gilirannya menyebabkan pertumbuhan ekonomi. Kedua, efek stimulasi (induced affects) terhadap pasar produk tertentu, sektor pemerintah, pajak dan juga efek imitasi (imitation effect) terhadap komunitas. Salah satu manfaat utama bagi komunitas lokal yang diharapkan dari pariwisata adalah kontribusinya yang signifikan terhadap perekonomian daerah, terutama peningkatan pendapatan dan pekerjaan baru di daerah.

(14)

BAB 5 KESIMPULAN

Berdasarkan analisis diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengoptimalan sektor pariwisata dapat memajukan dan mensejahterakan daerah wisata tersebut sehingga dapat berdampak positif bagi perekonomian Indonesia. Dengan langkah dan kebijakan pemerintah yang tepat, sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa trbesar kelima setelah minyak, gas, batubara dan kelapa sawit. Trend pertumbuhan pariwisata Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Sektor pariwisata juga dapat membuka banyak lapangan kerja sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran yang tentu saja berdampak baik untuk kesejahteraan masyarakat. Sektor ini memberikan kesempatan bagi para pengusaha kecil hingga pengusaha besar karena menyerap dari berbagi usaha, antara lain perhotelan atau penginapan untuk tempat menginap selama berwisata, jasa transportasi, guide, rumah makan atau restoran, ticketing, dll.

Dari semua kegiatan usaha yang dapat dilakukan, daerah dan negara berhak memperoleh retribusi yang masuk kedalam APBD dan APBN. Dari peningkatan jumlah wisatawan yang terus meningkat maka berbanding lurus dengan pendapatan yang diperoleh sehigga pengembangan dan pembangunan berjalan dengan lancar.

(15)

negeri sehingga diharapkan Indonesia dengan kekayaan alamnya dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh warga negaranya sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Gafur, Juliafitri Dj. 2008. “Analisis Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Bitung”. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Lundberg, E Donald., Stavenga, Mink H., dan Krishnamoorthy, M. 1997. Ekonomi Pariwisata. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Marpaung. Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Penerbit Alfabeta.

Nizar, Muhammad Afdi. 2011. "Pengaruh Pariwisata terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia." (195-211).

Republik Indonesia, 1998. Undang-Undang Otonomi Daerah. Kuraiko Pratama Bandung, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Spillane, J James. 1994. Pariwisata Indonesia Siasat Ekonomi dan Rekayasa

Kebudayaan. Kanisius. Yogyakarta.

Utama, Made Suyana. Pengaruh Perkembangan Pariwisata Terhadap Kinerja Perekonomian, Perubahan Struktur Ekonomi, serta Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Bali. Diss. UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2006.

Wardiyanta. 2006. Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset

Yoeti, Oka A. 2008. Ekonomi Pariwisata Introduksi, Informasi dan Aplikasi. Jakarta: Kompas Media Nusantara

(16)

Referensi

Dokumen terkait

This result does not support the theory which stated when company increases their voluntary disclosure it will decrease the information asymmetry between

Penelitian tentang kompetensi mata pelajaran produktif dengan cara wawancara dan data tentang pekerjaan yang dilaksanakan siswa menggunakan angket yang telah dikonsultasikan

PqFri rartorg xoort... KESJMPTJI-AN DAN

[r]

Berdasarkan integrasi metode Servqual, IPA, dan Model Kano dihasilkan 5 atribut pelayanan Rusunawa UNDIP yang menjadi prioritas untuk diperbaiki, yaitu kamar mandi yang

Memperhatikan ketentuan-ketentuan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta berdasarkan

Pada penelitian ini, penulis berfokus pada pengaruh dari variabel makroekonomi terhadap investasi asing langsung dan investasi portofolio asing di Indonesia,

Tujuan pendidikan di Indonesia mengemban tugas yang sangat penting yang pada hakekatnya untuk meningkatkan kualitas manusia tersebut, maka dalam pelaksanaan proses pendidikan