1
Perbedaan Sistem Pemerintahan dan Parlemen Negara Australia
dan Negara Indonesia
Andi Sitti Rohadatul Aisy – E13114502
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional – Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Pendahuluan dan Latar Belakang
Setiap negara memiliki sistem politik yang berbeda, sistem politik di suatu negara tidak terlepas dari sistem pemerintahan, parlemen, perpartaian dan pemilunya. Begitupun di Indonesia dan Australia, keduanya menganut sistem pemerintahan yang berbeda. Indonesia menganut sistem pemerintahan Presidensial sedangkan Australia menganut sistem pemerintahan Parlementer. Dalam tulisan ini penulis berusaha untuk fokus membandingkan antara sistem pemerintahan dari negara Indonesia dan Australia, hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan baik dari sistem pemerintahan hingga parlemen dari masing-masing negara. Agar dalam tujuannya mengidentifikasi perbedaan sistem parlemen masing-masing negara tercapai, maka akan diuraikan terlebih dahulu mengenai perbedaan dari bentuk negara dan bentuk pemerintahan dari masing-masing negara.
Pembahasan Perbedaan sistem pemerintahan Australia dengan Indonesia Sistem Pemerintahan
Indonesia
Pasal 4 ayat 1 UUD 1945 “Bahwa Presiden Republik Indonesia memegang
penuh kekuasaan pemerintahan menurut Undang Undang Dasar” . Dapat
disimpulkan bahwa negara Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial; yakni, presiden sebagai kepala negara juga kepala pemeritahan.
Australia
2
pertanggungjawaban keputusan-keputusan yang mereka buat kepada rakyat lewat pemilihan (Isra, 2010). Sistem parlementer demokrasi Australia didasarkan sistem Inggris, yang telah dikembangkan selama berabad-abad.
Dari uraian di atas, dapat kita lihat bagaimana sangat berbeda sistem pemeritahan yang berjalan di masing-masing negara. Salah satu karakter sistem pemerintahan presidensial yang utama adalah presiden memegang fungsi ganda, yaitu sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Sebagai kepala pemerintah, presiden memegang kekuasaan tunggal dan tertinggi. Presiden memilih dan mengangkat menteri anggota kabinet dan berperan penting dalam pengambilan keputusan didalam kabinet, tanpa bergantung kepada lembaga legislatif. Karakter sistem presidensial di Indonesia dapat juga dilihat dari pola hubungan antara lembaga eksekutif (presiden) dengan lembaga legislatif, di mana adanya pemilihan umum yang terpisah untuk memilih presiden dan anggota legislatif. Sistem presidensial membawa ciri yang kuat pada pemisahan kekuasaan, dimana badan eksekutif dan badan legislatif bersifat independen satu sama lain (Isra, 2010, hal. 40). Adapun di Australia, dengan sistem parlementernya, parlemen Australia diatur dalam Section 1 konstitusi Australian yang menyatakan bahwa parlemen Australia terdiri dari 3 komponen utama, yakni: 1. Ratu Inggris, dalam hal ini direpresentasikan oleh Gubernur Jenderal; 2. Senat; dan 3. House of Representative (HoR) (Parlemen Australia, 2016).
Bentuk Negara Indonesia
Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 “Bahwa negara Indonesia merupakan negara kesatuan dan berbentuk republik.” Berdasarkan ayat tersebut di jelaskan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan.
Australia
3
diproklamirkan oleh Gubernur Jenderal Lord Hopetoun (Citizenship, 2009, hal. 24).
Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa Indonesia dengan kesatuan sebagai bentuk negara, hanya memiliki satu kedaulatan, yakni Negara Indonesia, serta aturan dan hukum yang sama. Sedangkan Australia dengan negara federasinya, pemerintahan federal menjadi pemerintahan ikatannya, atau pemerintahan pusatnya, mengakui kedaulatan negara bagian, dan negara bagian dapat membuat hukum atau aturan sendiri, jadi tiap - tiap negara bagian bisa jadi memiliki hukum atau aturan yang berbeda.
Bentuk Pemerintahan Indonesia
Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 “Bahwa negara Indonesia merupakan negara
kesatuan dan berbentuk republik.” Berdasarkan ayat tersebut di jelaskan bahwa
bentuk pemerintahannya merupakan republik. Australia
Australia adalah monarki konstitusional. Monarki konstitusional adalah negara dengan kepala negara seorang raja atau ratu, namun mereka harus bertindak sesuai dengan konstitusi (Surbakti, 2010, hal. 214).
Dari uraian di atas, dapat kita lihat bahwa Indonesia dengan republik sebagai bentuk pemerintahannya, dipimpin oleh presiden yang bertindakk sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan, setelah dipilih oleh rakyat melalui mekanisme pemilihan umum dengan masa jabatan ditentukan oleh undang-undang, dalam hal ini Indonesia lima tahun sekali sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 ayat 1 UUD 1945. Adapun Australia dengan monarki konstitusional sebagai bentuk pemerintahannya, dipimpin oleh seorang raja sebagai kepala negra, namun untuk kepala pemerintahan dipimpin oleh seorang perdana menteri. Raja atau ratu yang berkuasa bersifat turun-temurun dengan masa jabatan hingga meninggal.
4
Pasal 4 ayat 1 UUD 1945 “Bahwa Presiden Republik Indonesia memegang penuh kekuasaan pemerintahan menurut Undang Undang Dasar” . Dapat disimpulkan bahwa pemerintahan negara Indonesia dipegang penuh oleh presiden sebagai kepala negara juga kepala pemerintahan, dibantu oleh seorang wakil presiden. Dalam kekuasaan eksekutif, sebagai kepala pemerintah, Presiden memegang kekuasaan tunggal dan tertinggi. Presiden memilih dan mengangkat menteri anggota kabinet dan berperan penting dalam pengambilan keputusan didalam kabinet, tanpa bergantung kepada lembaga legislatif.
Australia
Berdasarkan konstitusi federal Australia, intitusi pemerintahan dalam sistem politik Australia dapat dibagi atas Gubernur Jenderal dan struktur yang dibawahi oleh Perdana Menteri. Secara sederhana kedua intitusi ini dapat dinyatakan bahwa Gubernur Jenderal bertindak sebagai Kepala Negara sementara Perdana Menteri memiliki fungsi dan kedudukan sebagai Kepala Pemerintahan (Citizenship, 2009). Struktur ini idealnya menempatkan Gubernur Jenderal sebagai penyelenggara kekuasaan eksekutif tertinggi, akan tetapi pada realitanya penyelenggaraan kekuasaan eksekutif dijalankan oleh Perdana Menteri dan menteri-menterinya; untuk badan eksekutif di Australia, Perdana Menteri dan Menteri merupakan anggota dari House of Representatives, berasal dari partai politik mayoritas di House of Representatives (Chauvel, 1995, hal. 4).
Lembaga Legislatif Indonesia
Struktur lembaga legislatif di Indonesia terdiri dari atas MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat RI, DPRD I, DPRD II), dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah) (Budiardjo, 2008). Ketiga badan ini adalah badan legislatif yang diakui negara. Badan-badan ini memiliki fungsi dan wilayah kewenangan yang berbeda-beda. Semua fungsi dan kewenangan legislatif diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Australia
5
kamar yaitu House of Representatives (setara DPR di Indonesia) dan Senate (setara dengan DPD di Indonesia) yang anggotanya dipilih secara proporsional, dan House of Representatives yang anggotanya dipilih secara preferensial.
Analisis Perbedaan Sistem Parlemen Indonesia dan Australia dilihat dari Sistem Pemerintahan masing-masing Negara
Dari uraian mengenai perbedaan parlemen eksekutif dan legislatif masing-masing negara di atas, yang juga dari awal mengenai perbedaan konsep atau bentuk atau sistem dari masing-masing negara, dapat kita lihat perbedaan sistem parlemen dari masing-masing negara sebagai berikut, yang pertama mengenai kepala negara dan kepala pemerintahan. Di Indoesia, presiden bertindak sebagai kepala negara juga kepala pemerintahan, sedangkan di Australia, raja atau ratu sebagai kepala negara, yang diwakili oleh gubernur jendral hanya bertidak dalam kegiatan simbolik dan diplomatik saja, adapun yang bertindak sebagai kepala pemerintahan adalah Perdana Menteri, yang merupakan anggota dari House of Representatives, berasal dari partai politik mayoritas di House of Representatives. Perdana menteri di sini bertindak atau menduduki jabatan yang sama dengan presiden sebagai kepala pemerintahan, dalam hal ini baik eksekutif maupun legislatif.
6
yaitu Australia sebagai negara federal, yang mengakui kedaulatan negara-negara bagiannya.
Di Austaralia senat diberikan kekuasaan khusus oleh konstitusinya, di antaranya adalah senat merupakan kekuasaan satu-satunya untuk mencoba semua impeachment atau bentuk pertanggungjawaban dan keputusan. Australia dikategorikan sebagai strong bicameralism, karena mempunyai symmetrical chambers dengan kekuasaan yang diberikan konstitusi sama dengan kamar pertama, dan juga mempunyai legitimasi demokratis karena dipilih secara langsung, dan house of representatives sebagai perwakilan politik, sedangkan senate sebagai perwakilan negara bagian. Dengan demikian lembaga legislatif, di Australia dirasakan lebih kuat dalam aturan dari pada di Indonesia yang tidak memiliki keseimbangan kewenangan antara DPR dan DPD. Di Australia yang memakai sistem bikameral, senate (setara dengan DPD) diberi kewenangan besar untuk mengimbangi posisi house of representative (setara dengan DPR); sebagaimana seperti yang sudah dijelaskan, senat mempunyai dua fungsi utama.
Dalam fungsi legislasi, senat mempunyai kekuasaan yang sama dengan DPR untuk mengajukan RUU. Bahkan, setiap anggota senat berhak mengajukan suatu RUU. Hal yang berbeda dengan DPD di Indonesia, Senate di Australia dapat mengikutsertakan daerah dalam menetukan politik dan pengelolaan negara melalui pembentukan undang–undang, dan pengawasan atas jalannya pemerintahan, bukan sekedar persoalan daerah. Hal tersebut dikarenakan Senate secara umum adalah suatu badan legislatif tetapi terkadang menjadi badan eksekutif.
7
dalam upaya mengembangkan daerah, sehingga ada kecenderungan kedudukan DPD tidak efektif, apabila dibandingkan dengan posisi Senat di Australia, melihat di Australia yang memiliki tugas dan fungsi yang kuat bahkan setara dengan DPR (house repsentative).
Kesimpulan
Indonesia, dengan Presdidensil sebagai sistem pemerintahannya, presiden memegang fungsi ganda, yaitu sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Sebagai kepala pemerintah, presiden memegang kekuasaan tunggal dan tertinggi. Di Australia, dengan sistem parlementernya, parlemen Australia diatur dalam Section 1 konstitusi Australian yang menyatakan bahwa parlemen Australia terdiri dari 3 komponen utama, yakni: 1. Ratu Inggris, dalam hal ini direpresentasikan oleh Gubernur Jenderal; 2. Senat; dan 3. House of Representative (HoR), dengan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan di negaranya. Sebagai negara federasi, di Australia terdapat house of representatives sebagai perwakilan politik, sedangkan senate sebagai perwakilan negara bagian, adapun di Indonesia, terdapat MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat RI, DPRD I, DPRD II), dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah). Perbedaan keduanya, DPR memiliki kewenangan yang lebih luas dibandingkan DPD, berbeda dengan Senat di Australia diberikan kewenangan dalam mengimbangi posisi House of Repsentatitive.
Referensi Buku:
Chauvel, R. (1995). Politics Down Under: Kehidupan Politik dalam Negeri Australia. In S. Harlinah, & Ismu, Budaya dan Politik Australia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Citizenship, N. C. (2009). Kewarganegaraan Australia: Ikatan Umum Kita. Barton ACT: Cabang Komunikasi Nasional dari Departemen Imigrasi dan Kewarganegaraan.
8
Surbakti, R. (2010). Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo.
Undang-Undang:
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 BAB I Bentuk dan Kedaulatan tentang Bentuk dan Kedaulatan
Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 BAB II MPR tentang wewenang mengatur dan mengubah UUD
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 BAB III Kekuasaan Pemerintahan Negaratentang Kekuasaan Pemerintah Negra
Pasal 22D Undang-Undang Dasar 1945 tentang wewenang DPR
Online:
UNHAS, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional. (2016, September 15). Modul 4 Parlemen Australia. Retrieved Oktober 10, 2016, from LMS UNHAS: http://lms2.unhas.ac.id/cl1/claroline/document/document.php?cidReset=true