• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA SDR B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA SDR B"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR.B

DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI WISMA ANTAREJA – RSJ PROF. Dr. SOEROJO

MAGELANG

KELOMPOK 2 :

Riskha Dian Y. 462011010

Ryan Tude 462011073

Norberta Marice Here 462011093

Joshua Ntaba 462011094

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

MAGELANG

2015

I. PENGKAJIAN A. IDENTITAS KLIEN

1. Inisial : Sdr. B

2. Umur : 24 tahun

3. Jenis kelamin : Laki-laki

4. Alamat : Ambarawa

(2)

6. Pendidikan : Tidak tamat SD 7. Diagnosa Medis : F 20.0 (Skizofrenia Paranoid)

8. Agama : Islam

9. Suku : Jawa

10. Status perkawinan : Belum Kawin

11. Sumber data : 079506

12. Tanggal masuk RS : 24 Maret 2015

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB

1. Inisial : Ny. S

2. Pekerjaan : Swasta

3. Alamat : Bedono - Ambarawa

4. Hubungan dengan klien : Ibu

C. ALASAN MASUK

Klien mengatakan dibawa ke RSJ Magelang oleh ibunya karena sering marah, mengamuk dan memukul ibunya.

D. - FAKTOR PRESIPITASI

Klien mengatakan klien punya masalah dengan ibunya yang menginginkan dirinya berubah menjadi orang yang lebih baik / menjadi anak sholeh, tetapi dengan perantara orang lain.

- FAKTOR PREDISPOSISI

Klien mengatakan mengurung diri sejak saat dia tidak naik kelas 6 SD karena merasa malu dengan semua orang. Kemudian klien sering minum obat-obatan seperti bodrex dan paramex sebanyak 10 biji sekaligus untuk mengilangkan stress. Klien pernah mengalami aniaya fisik sebagai pelaku dengan memukul ibu, saudara dan teman-teman klien. Klien mengalami gangguan jiwa sejak tahun 2011, dan pengobatan saat ini adalah yang ke-4 kalinya. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil karena klien masih menunjukkan gejala negatif dari gangguan jiwa seperti menarik diri dan perilaku kekerasan.

E. PENGKAJIAN FISIK

1. Keadaan Umum : Kesadaran klien Compos Mentis, GCS: 15, E: 4, M: 6, V: 5 2. Vital sign :

- Tekanan darah : 100/90 mmHg - Suhu : 360C

- Nadi : 100 x/menit - Pernafasan : 20 x/menit 3. Pemeriksaan Fisik

- Kepala :

Bentuk mesochepal, tidak ada bekas luka pada kepala, distribusi rambut merata, rambut tampak bersih.

- Mata :

(3)

Bentuk hidung simetris, tidak terdapat mucus. - Telinga :

Bentuk telinga simetris antara kanan dan kiri, tidak tampak serumen - Mulut :

Membran mukosa bibir lembab, tidak ada karies gigi, mulut dan lidah tampak bersih

- Leher :

Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan vena jugularis, tidak ada kaku kuduk, gangguan menelan, dan nyeri tekan.

- Dada :

I: Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada. P: Tidak ada nyeri tekan.

P: Bunyi sonor.

A: Bunyi nafas vesikuler. - Cardiovaskuler :

I: Tidak tampak ictus kordis. P: Tidak ada nyeri tekan. P: Bunyi pekak.

A: Bunyi jantung normal lub-dup, tidak ada bunyi tambahan. - Perut :

I: tidak ada bekas luka di bagian perut, perut tampak rata. A: Bunyi bising usus 6x/menit.

P: Bunyi timpani.

P: tidak ada nyeri tekan di bagian perut. - Perkemihan

Tidak terpasang DC, tidak ada masalah pada system perkemihan klien. - Genitalia :

Bersih, tidak ada masalah pada genitalia klien. - Muskoluskeletal :

Tidak ada masalah pada system muskoluskeletal klien. - Neurologis :

Klien mengatakan sering merasa pusing, hilang ingatan sebentar dan kejang pada saat sering mengkonsumsi obat (analgetik) seperti bodrex dan paramex secara berlebihan (10 tablet sekaligus).

(4)

Keterangan :

: Laki-laki : Pengambil Keputusan

: Perempuan : Tinggal satu rumah

: Sudah meninggal

: Klien

: Anggota keluarga yang memiliki gangguan jiwa

2. Konsep diri a) Body image

Klien mengatakan menyukai tubuhnya dan bisa menerima keadaan fisiknya. b) Identitas

Klien adalah seorang laki-laki dan berpenampilan layaknya seorang laki-laki seusianya. Klien merasa nyaman hidup sebagai laki-laki. Klien berpendidikan tidak tamat SD.

c) Peran

Klien adalah anak pertama dari dua bersaudara, klien belum menikah, dan tidak bekerja.

d) Ideal diri

Klien ingin merasa cepat sembuh dan kembali pulang ke rumah. Klien memiliki harapan segera bisa berkeluarga seperti adiknya.

e) Harga diri

Klien mengatakan merasa malu kepada semua orang karena menganggap dirinya sangat bodoh sehingga SD saja tidak bisa tamat. Ia merasa minder dengan adiknya yang sudah bisa masuk SMP, sedangkan dia masih kelas 6 SD, sehingga dia keluar dari sekolah karena malu. Klien merasa tidak bisa melakukan apa-apa dan tidak memiliki kelebihan apapun sehingga mempunyai rasa putus asa terhadap kondisinya. Karena kondisinya tersebut klien mengatakan menjadi tidak percaya diri untuk mendekati wanita dan mengungkapkan perasaan kepada wanita yang dia sukai karena merasa dirinya sangat memalukan.

f) Hubungan social

Klien tinggal bersama ibunya, dan ibunya merupakan orang terdekat klien. Klien tidak pernah berperan serta dalam kegiatan masyarakat karena minder dan memiliki hambatan dalam berhubungan dengan orang lain karena hanya mengurung diri di rumah.

g) Nilai, keyakinan, dan spiritual

Klien tidak pernah memiliki kegiatan ibadah saat di rumah maupun di rumah sakit. Klien mengatakan bingung ingin memeluk agama apa, karena klien merasa beragama islam tetapi ingin memeluk agama khatolik seperti adiknya, sedangkan ia menganggap jiwanya berjiwa konghucu.

(5)

1. Penampilan umum : klien berpenampilan tidak rapi.

2. Pembicaraan : klien sering berbicara sendiri, pembicaraan klien koheren tetapi non realistic.

3. Aktifitas motorik : klien tampak sering mondar-mandir.

4. Alam perasaan : klien mengatakan sangat malu terhadap dirinya sendiri dan sering mudah marah.

5. Afek : labil, emosi klien sering berubah-rubah.

6. Interaksi selama wawancara : klien merasa mudah tersinggung dan curiga pada saat berinteraksi, kontak mata klien kurang.

7. Persepsi : klien tidak mengalami gangguan persepsi. 8. Proses pikir : klien memiliki arus pikir asosiasi longgar. 9. Isi pikir : klien merasa rendah diri dan sering berfantasi.

10. Tingkat kesadaran dan orientasi : klien sadar akan keadaan dirinya dan tidak ada disorientasi tempat, waktu, maupun orang.

11. Memori : klien tidak memiliki gangguan memori.

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung : klien tidak memiliki gangguan berhitung tetapi tingkat konsentrasi klien sedikit menurun.

13. Kemampuan penilaian : tidak ada gangguan tingkat penilaian klien.

14. Daya tilik diri : klien menyadari kalau dirinya sakit dan perlu pengobatan di rumah sakit jiwa, tetapi klien sering menyalahkan dan menaruh curiga dengan orang lain.

H. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan : klien makan 3x sehari, mampu makan dan mengambil makanan secara mandiri, klien bertanggung jawab dengan menghabiskan makanannya yang diambil. 2. BAB/BAK : klien mampu BAB dan BAK secara mandiri, klien BAB dan BAK sudah

ditempatnya.

3. Mandi : klien mandi 2x sehari, dan mampu melakukan secara mandiri.

4. Berpakaian : klien berpakaian sudah sesuai dengan seharusnya dan mampu berpakaian secara mandiri.

5. Istirahat dan tidur : klien tidur dari jam 21.00 – 06.00. 6. Penggunaan obat : klien rutn minum obat setelah makan.

7. Pemeliharaan kesehatan : klien rutin minum obat dan control ke rumah sakit.

8. Aktivitas di dalam dan di luar rumah : klien sering menyapu lantai dan halaman, dan sering mencuci piring.

I. MEKANISME KOPING

Klien mengatakan jika mempunyai masalah klien melampiaskan dengan pergi dari rumah dan minum obat-obatan serta mabuk. Klien tidak pernah mengunggkapkan/mengkomunikasikan masalahnya dengan orang lain karena merasa malu dan tidak percaya dengan orang lain sehingga sering menjadi emosi kepada orang lain sehinggaia sering marah dan memukuli orang lain.

J. ASPEK MEDIS

1. Diagnosa Medis : F 20.0 (Skizofrenia Paranoid) 2. Terapi yang diberikan :

(6)
(7)

-II. ANALISA DATA

No Data Fokus Masalah Paraf

1 Ds : klien mengatakan pernah memukul ibu, saudara dan teman klien.

-klien mengatakan sering curiga dengan orang lain dan menjadi mudah marah kepada orang.

-klien mengatakan sering bicara kasar dan mengancam orang lain. Do : klien mudah marah dan mudah tersinggung jika di ajak berkomunikasi.

-klien tampak tegang dan sering mondar-mandir

-afek klien labil.

Resiko perilaku kekerasan

2 Ds : klien mengatakan dirinya sangat bodoh karena tidak bisa melakukan apa-apa.

-klien mengatakan tidak memiliki kemampuan apapun

-klien merasa putus asa terhadap kondisinya sehingga tidak percaya diri di lingkungan dan untuk mengungkapkan perasaannya ke wanita.

Do : kontak mata waktu wawancara dengan pasien kurang.

-klien tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain.

-klien tampak tidak percaya diri saat berinteraksi.

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Resiko perilaku kekerasan

2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

(8)

V. CATATAN PERWATAN

Implementasi Evaluasi Paraf

7 April tanda dan gejala PK 3. Mengidentifikasikan

7. Memimbing pasien memasukan kedalam jadwal kegiatan harian.

S:

- pasien mengatakan sering marah karena tersinggung dengan omongan orang lain merasakan tubuhnya

menjadi panas,

badannya menjadi tegang dan nada suaranya menjadi keras.

- klien mengatakan pernah memukul

orang lain,

membanting barang-barang jika marah. - klien mengataka akibat perilakunya orang lain menjadi sakit/terluka,

barang-barang menjadi

rusak.

- klien mengatakan

mau belajar

(9)

melakukan teknik

SP2 1. Memvalidasi masalah

dan latihan sebelumnya

3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

S :klien mengatakan

dirinya susah

mengontrol marah dan cara pertama

untuk mengtrol

marah yaitu dengan nafass dalam.

-klien mengatakan akan memukul bantal

memperagakan cara mengontrol

marah/PK fisik II A : kontrol marah dengan cara fisik II P : lanjutkan

SP 3 1. Memvalidasi masalah

dan latihan sebelumnya. 2. Melatih pasien cara kontrol PK secara

verbal (meminta,

menolak, dan

mengungkapkan marah secara baik)

3. Membimbing pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

S :

-klien mengatakakan cara mengontrol jengkelnya pada orang lain tanpa menyakiti.

(10)

mengontrol cara marah secara verbal. A : kontrol marah secara verbal teratasi P : lanjutkan implementasi, SP 4 Kamis, 9

April 2015 (09.30)

SP IV 1. Memvalidasi masalah

dan latihan sebelumnya. 2. Melatih cara kontrol PK secara spiritual (berdoa, berwudhu, sholat) 3. Membimbing pasien

memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

S :

-klien mengatakan akan berusaha berdoa jika sedang marah, tetapi klien merasa

bingung dengan

keinginannya neneluk agama lain. O : klien tidak mau memperagakan cara mengontrol marah dengan cara spiritual, klien tampak tidak bersungguh-sungguh A : kontrol marah dengan cara spiritual tidak tercapai.

P : ulangi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan metode inkuiri pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV Sekolah Dasar Kristen Filadelfia Kecamatan Sadaniang, dapat meningkatkan

Penelitian ini mengembangkan bahan ajar materi gambar ilustrasi seni rupa dalam bentuk modul cetak gambar ilustrasi yang diharapkan dapat berguna untuk

Hasil pegujian bahan bakar ADO dari berbagai SPBU memberikan gambaran bahwa sifat atau karakteristik minyak ADO yang diteliti umumnya masih memenuhi spesifikasi baik

Menyediakan pekerja dan lain-lain peralatan bagi kerja-kerja membersih, menggred dan merata bahu jalan sedia ada dari segala bahan yang tidak dikehendaki dari tapak bina

Dalam process evaluasi program pembelajaran pendidikan jasmani tahun ajaran 2015/2016 di SMP Negeri 1 Tulungagung yang berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan,

sediaan dalam bentuk lotio Variasi konsentrasi ekstrak kulit buah naga merah dapat mempengaruhi sifat fisik dari sediaan lotio itu sendiri formula yang memiliki

Penambahan beban (load) pada motor sebenarnya berfungsi untuk mengurangi kecepatan motor, tetapi dengan seting point yang sudah diseting pada program sehingga

1) Partisipasi politik pemilih pemula dalam Pilkades serentak di Kecamatan Nanga Pinoh Kabupaten Melawi masih belum terlaksana karena kurangnya kordinasi oleh lembaga terkait