• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) pada Pengaturan Kecepatan Motor Sistem Stabilized Peluncur Roket Untuk Persenjataan TNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) pada Pengaturan Kecepatan Motor Sistem Stabilized Peluncur Roket Untuk Persenjataan TNI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Implementasi Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) pada Pengaturan

Kecepatan Motor Sistem Stabilized Peluncur Roket

Untuk Persenjataan TNI

BUDI HARIJANTO, ST.

Program Magister Teknik Elektro Universitas Brawijaya Malang Jl. Mayjend Haryono 169 Malang 65145 (HP 08122160422)

Email : [email protected] ABSTRAK

Perancangan Kontroler Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System / ANFIS untuk Pengendalian Sistem Stabilized pada Peluncur Roket Untuk Persenjataan TNI. Tesis Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya. Dosen Pembimbing : M. Aziz Muslim, ST., MT, Ph.D. dan Dr. Eng. Agus Naba, MT.

Keseimbangan benda dalam bergerak maupun mempertahankan posisinya merupakan salah satu aplikasi di bidang mekatronika yang sedang dikembangkan. Atas dasar ini diperlukan perancangan suatu alat dan kontrolernya, dalam hal ini kontroler yang digunakan adalah berupa kontroler Proporsional Integral Deferensial (PID), yang dapat menunjang pengembangan dan penelitian di bidang mekatronika.

Algoritma pengaturan kecepatan servomotor DC sudah banyak dikembangkan dan salah satunya adalah menggunakan Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS). Kontroler ini adalah salah satu dari kontroler cerdas yang mampu mengatasi perubahan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja motor akibat adanya pertambahan beban. Perancangan ANFIS menggunakan model fuzzy dengan bentuk fungsi keanggotaan gaussian serta metode backpropagation sebagai pembelajaran parameterparameter fuzzy-nya, sehingga keluaran yang dihasilkan dari hasil penerapannya dapat menanggulangi masalah kecepatan motor. Disimpulkan bahwa kontroler ini dapat diaplikasikan dalam pengendalian keseimbangan/stabilized peluncur roket.

Kata Kunci : Kontroler, Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System, Backpropagation, Peluncur

Roket.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Stabilized launcher roket merupakan

persenjataan yang dapat diatur arah sudut elevasi

maupun sudut azimut, bertujuan untuk

mengarahkan roket pada sasaran yang diinginkan.

Untuk menyakinkan akurasi tembakan perlu

dilakukan kalibrasi secara akurat dan berkala pada sudut-sudut tersebut.

Salah satu metode pengontrolan yang dapat digunakan untuk menunjang kerja sistem adalah kontroler dengan metode Adaptive Neuro-Fuzzy

Inference System atau yang lebih dikenal dengan

ANFIS. ANFIS adalah kontroler logika fuzzy yang

merupakan salah satu bagian dari sistem

pengaturan cerdas.

Kontroler ANFIS sebenarnya memiliki

banyak keunggulan dalam penerapannya. Kontroler ini dapat beradaptasi jika terjadi perubahan input sistem secara tiba-tiba, karena pada kontroler ini dilengkapi dengan metode pembelajaran. Metode pembelajaran ini adalah metode pembelajaran untuk parameter fuzzy, yang digunakan dalam metode ANFIS.

Konsep ANFIS ini sendiri dikemukakan oleh J.S.R. Jang, 1997 dalam bukunya Neuro-Fuzzy and

Soft computing. Sebenarnya konsep yang dikemukakan oleh J.S.R. Jang, 1997 ini tidak jauh dari konsep sistem Adaptive Fuzzy yang sudah ada, bahkan bisa dikatakan sama. Hanya saja mungkin berbeda pada strukturnya saja. Pembelajaran untuk

parameter dari logika fuzzy dengan menggunakan metode pembelajaran backpropagation.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk meneliti dan merancang kontroler Proporsional Integral Deferensial (PID) dalam pengendalian keseimbangan pada peluncur roket sehingga

diperoleh keseimbangan peluncur dengan

menerapkan Adaptive Neuro-Fuzzy Inference

System (ANFIS) untuk pengaturan kecepatan motor

DC supaya dihasilkan aksi kontrol yang baik jika terjadi perubahan pada beban pada motor DC. II. DASAR TEORI

2.1. Pengaturan Kecepatan Motor DC

Sistem yang akan digunakan untuk

pengujian adalah sistem pengaturan kecepatan motor DC dengan ANFIS sebagai kontroler. Blok diagram sistem selengkapnya tampak pada gambar 1 di bawah.

Gambar 1. Blok diagram sistem

(2)

Dari gambar di atas, input sistem berasal dari tacho generator dimana tacho generator ini

mengeluarkan besaran yaitu tegangan yang

diperoleh dari perhitungan kecepatan motor DC. Tegangan dari tacho generator inilah yang akan masuk ke A/D channel PCL-712 sebagai data analog yang kemudian akan dikonversi menjadi data digital. Data ini adalah indikasi dari kecepatan motor DC yang akan diatur kecepatannya. Setelah melalui proses pengaturan kecepatan yang dilakukan oleh kontroler ANFIS, sinyal kontrol dari kontroler ANFIS akan dikeluarkan kembali melalui channel D/A dari PCL712. Sinyal kontrol tersebut merupakan aksi kontrol yang dikeluarkan dari PCL712 berupa tegangan yang berkisar antara 0 – 5 volt, untuk menggerakan motor DC kembali.

Penambahan beban (load) pada motor sebenarnya berfungsi untuk mengurangi kecepatan motor, tetapi dengan seting point yang sudah diseting pada program sehingga berkurangnya kecepatan motor seharusnya dapat ditanggulangi oleh kontroler sehingga kecepatan motor diharapkan stabil kembali setelah penambahan beban tersebut. Beban yang digunakan adalah rem magnetik dengan skala 0 – 10 yang diletakkan diantara putaran motor. Beban yang digunakan tersebut untuk mengetahui keefektifan dari kontroler ANFIS dalam mengendalikan kecepatan motor DC.

2.2. Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System Pada penelitian ini digunakan arsitektur ANFIS untuk model fuzzy sugeno, di mana berat normalisasinya terdapat pada lapisan paling akhir. Strukturnya adalah sebagai berikut :

∏ ∏ ∏ ∏ ∏ ∏ ∏ ∏ 1 1l w 1 2l w 1 w 2 w 1 w 2 w

Gambar 2. Struktur ANFIS [Jang,1997] Operasi-operasi yang dilakukan pada tiap

layer untuk membentuk sistem Adaptive Neuro-Fuzzy Inference System (ANFIS) adalah :

Lapisan 1 : Pada layer berikut mentransmisikan

secara langsung input yang masuk, setiap node pada layer ini adalah node adaptive dengan fungsi

node :

O1,I = mAi (x), untuk i = 1, 2, atau O1,I = mBi (x), untuk i = 3, 4, (1)

Node-node layer ini berperan sebagai membership function untuk menyatakan istilah

linguistik dari variabel masukan. Untuk fungsi

Gaussian :

(

)

/

]

[

exp

x

x

j 2

σ

1j2

µ

=

(1)

Lapisan 2 : Setiap simpul pada lapisan ini adalah

simpul tetap yang diberi tanda P, di mana keluarannya memiliki persamaan sebagai berikut :

2

,

1

),

(

)

(

, 2

=

=

=

Ο

i

w

i

µ

Ai

x

µ

Bi

x

i

(2)

Tiap keluaran simpul mewakili kekuatan tembakan (firing strength)dari suatu aturan. Secara umum, biasanya operator yang dapat dipakai adalah operator fuzzy DAN (AND) sebagai fungsi simpul pada lapisan ini.

Lapisan 3 : Setiap simpul pada layer ini adalah

adaptif node dengan fungsi node sebagai berikut :

i i i

=

w

f

Ο

3,

(3)

di mana wi merupakan hasil output pada layer 2

sedangkan fi merupakan nilai konsekuen.

Lapisan 4 : Pada layer ini, setiap simpul pada layer

ini merupakan fixed node, hasil dari penjumlahan seluruh output dari layer 2 dan hasil dari

penjumlahan seluruh output dari layer 3.

Penjumlahan output dari layer 2 :

=

Ο

i i i i

W

f

, 4 (4)

Penjumlahan output dari layer 3 :

=

Ο

i i i

W

, 4 (5)

Lapisan 5 : Pada layer ini merupakan fixed node,

pada layer ini disebut berat ternormalisasi.

=

Ο

i i i i i i

W

f

W

, 5 (6) 2.3. Backpropagation

Dari hasil algoritma di atas maka dirancang logika fuzzy beserta pembelajarannya dengan

backpropagation, di mana perancangan ini

menggunakan referesi lain dari Li-Xin Wang [Wang,

1994] tetapi tidak mengubah struktur yang

dikemukakan oleh J. S. R. Jang. Sistem logika fuzzy

yang akan digunakan adalah menggunakan

pendefuzzyfikasi rata-rata tengah (center of average

defuzzief), aturan penalaran produk (product

inference rule), fuzzyfikasi singleton dan fungsi

keanggotaan gaussian yang dinyatakan dalam bentuk :





=

Π

=





=

Π

=

=

2 1 1 1 2 1 1 1 1

exp

1

1

exp

1

1

)

(

i i i n M i i i n M

x

x

i

a

i

i

x

x

i

a

i

y

i

x

f

σ

σ

(7)

Untuk proses pembelajaran parameter-parameter fuzzy, pada penelitian ini digunakan proses pembelajaran backpropagation. Berikut adalah proses penurunan teknik backpropagation untuk fungsi gaussian. Untuk melatih i y digunakan :

(

)

1

( ) (

)

1 1

1

z

b

d

f

k

y

k

y

+

=

α

di mana l = 1, 2, …, M, k = 0, 1, 2, …

(3)

Untuk melatih

x

i1 digunakan,

(

)

( )

(

)

(

( )

)

( )

k

k

x

x

z

f

y

b

d

f

k

x

k

x

i i p i i i 12 1 1 1 1 1

2

)

1

σ

α

=

+

Untuk melatih

x

i1 digunakan:

(

)

( )

(

)

(

( )

)

( )

k

k

x

x

z

f

y

b

d

f

k

k

l i i p i l i l i 3 2 1 1 1

2

1

σ

α

σ

σ

+

=

di mana l = 1, 2, …, M, k = 0, 1, 2, … dan i = 1, 2,…, n. 2.4. Kontroler ANFIS

Gambar 3. Skema dasar identifikasi sistem [Jang, 1997]

Pemilihan nilai parameter merupakan awal

penting dalam menentukan hasil identifikasi

parameter model yang akan diidentifikasi. Sebelum diimplementasikan maka perlu dilakukan proses identifikasi awal dari bidang kendali yang akan dikendalikan, sehingga ketika diimplementasikan model yang telah teridentifikasi sudah mendekati bidang kendali yang sebenarnya. Hal ini akan mempengaruhi kinerja peralihan sistem kendali.

Gambar 4. ANFIS sebagai kontroler [Jang, 1997]. Dari gambar 4 tampak bahwa proses identifikasi dilakukan sebelum diimplementasikan, di mana kontroler ANFIS merupakan hasil implementasi dari ANFIS identifier.

III. PERENCANAAN SISTEM

3.1. Perencanaan Sistem

Perencanaan dan pembuatan sistem terdiri atas dua perencanaan utama, yaitu perencanaan perangkat keras dan perencanaan perangkat lunak. Diagram blok perancangan kontroler PID dilihat dalam Gambar 5. Motor Driver Gyroscope ECU Main Computer (Industrial Computer) Man Interface GPS Tracking Magneto-meter

Position of the ship in Global Position Heading of the ship

θ γ γ& θ& γ& θ& Command Gyro_X Gyro_Y Magneto-meter

Temp & volt reference GPS Low-pass Filter Low-pass Filter Low-pass Filter Low-pass Filter Gain Gain Gain Gain A D C B U S o f E C U RS-232 port Motor Driver Motor Yaw &

Encoder Motor Pitch &

Encoder Command Command

γ

Main Computer Input Command Display

θ

ECU

Gambar 5. Komponen dan blok diagram sistem kontrol turret

(4)

a. Sensor (sudut, laju kecepatan angular, temperatur dan lain sebagainya)

b. Gyro (perubahan kecepatan angular suatu benda) c. Global Positioning System/GPS (posisi suatu

objek yang terdapat bumi)

d. Inclinometer (kemiringan objek terhadap bidang horizontal bumi)

e. Kompas/magneto-meter (informasi arah utara bumi)

f. Temperatur sensor (mengetahu besar temperatur di ruang kontrol)

g. Encoder (mengetahui besar sudut atau gerak angular suatu objek)

h. CCD camera (untuk menangkap image yang berada di depan turret)

IV. PEMBAHASAN DAN ANALISA

4.1. Implementasi dan Analisa

Pada awal pengamatan akan dilihat

bagaimana ANFIS identifier mengidentifikasi output plant, hasilnya tampak seperti gambar 6 di bawah untuk

tegangan setpoint (uk) = 2.0 volt dan waktu pembelajaran 500.

Gambar 6. Identifikasi sistem dengan uk = 2.0 volt Setelah proses identifikasi ANFIS digunakan sebagai kontroler di mana sinyal kontrolnya yang dihasilkan kontroler digunakan untuk men-drive plant sehingga dihasilkan respon output. Data yang didapatkan dari respon tersebut adalah sebagai berikut :

Pengamatan dengan menggunakan beban untuk mengetahui keefektifan kontroler jika terjadi perubahan beban pada motor. Beban yang digunakan adalah rem magnetik dengan skala 0 hingga 10, tetapi dalam pengujian ini hanya ditampilkan skala rem magnetik 10.

Gambar 8. Respon sistem dengan setting point 1.3 volt dan beban (rem magnetik) skala 10.

Hasil respon sistemnya tampak pada gambar 8. Pada pengamatan kali ini benar-benar tampak kapan respon sistem kembali ke posisi semula setelah pembebanan. Sistem memerlukan waktu sekitar 10 detik untuk kembali ke posisi semula.

5. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengamatan dari

pengendalian ANFIS, serta setelah dilakukan analisa terhadap pengendali dengan mencoba memasukan beberapa gangguan yaitu memasang rem magnetik sebagai beban, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Respon yang dihasilkan memiliki error yang

kecil ketika respon sudah mencapai keadaan steady state, walaupun terjadi overshoot. Ess percobaan tanpa beban = 0.003 volt (0.3%). Ess percobaan dengan beban = 0.005 volt (0.5%).

2. Rise time yang dihasilkan masing-masing

percobaan menandakan waktu yang dibutuhkan oleh ANFIS untuk mengeluarkan sinyal kontrol. Data yang dihasilkan : tr percobaan tanpa beban = 0.10 detik. tr percobaan dengan beban = 0.8 detik. Hal ini bisa diakibatkan oleh pembelajaran output plant yang berubah dan adanya recovery plant untuk kembali ke respon yang diinginkan.

Daftar Pustaka

[1] J.S.R.Jang, C.T. Sun, 1997. “Neuro-Fuzzy and Soft Computing”, Prentice Hall.

[2] Li-Xing Wang, 1994. “Adaptive Fuzzy Systems and Control”, Prentice Hall.

[3] Li-Xing Wang, 1997. “A Course in Fuzzy System and Control”, Prentice Hall.

[4] Avci, E. (2008). Comparison of wavelet families for texture classification by using wavelet packet entropy adaptive network based fuzzy inference system. Applied Soft Computing, 8, 225–231. [5] Buragohain, M., & Mahanta, C. (2008). A novel

(5)

factorial design. Applied Soft Computing, 8, 609–625.

[6] Hasçaly´ k, A., & Çaydas_, U. (2004). Experimental study of wire electrical discharge machining of AISI D5 tool steel. Journal of Materials Processing Technology, 148, 362– 367.

[7] Kaneko, T., & Onodera, T. (2004). Improvement in machining performance of diesinking EDM by using self-adjusting fuzzy control. Journal of Materials Processing Technology, 149, 204– 211.

[8] Kim, C. H., & Kruth, J. P. (2001). Influence of the

electrical conductivity of dielectric on

machinability of the WEDM. Transactions of the Korean Society of Mechanical Engineers (A), 27, 1800–1808.

RIWAYAT PENULIS

Budi Harijanto, lahir di Surabaya pada tanggal 28 Pebruari 1971. Menamatkan pendidikan S1 di Teknik Elektro, Universitas Brawijaya, Malang dalam bidang Elektronika pada tahun 1995. Untuk saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Universitas Brawijaya, Malang dalam bidang Kontrol dan Elektronika. Bekerja di Lemjiantek Kodiklat TNI AD, Karangploso, Batu.

Gambar

Gambar 3. Skema dasar identifikasi sistem [Jang,  1997]
Gambar 8. Respon sistem dengan setting point 1.3  volt dan beban (rem magnetik) skala 10

Referensi

Dokumen terkait

kat merealisasikan perasaannyaVt"idak jelas menggambar- kan obyek yang dituju, sehingga untuk dapat mengetahui maks,;ldnya perlu pemahaman terhadap apa :yang

Indikator (1) Adanya kebijakan, kesepakatan dan/atau peraturan sekolah yang mendukung upaya pengurangan risiko bencana di sekolah yang memiliki indeks 40 dan pada

● BMKG menginformasikan Peringatan Dini Cuaca Jawa Barat tanggal 9 Januari 2021 pk 14.10 WIB: berpotensi terjadi hujan sedang-lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin

Terdapat beberapa genotipe M1 yang memiliki keragaan kualitatif tipe helai daun, letak petiole, susunan bunga, tangkai bunga, dan karakter hasil yang berbeda

Metode sederhana untuk merepresentasikan nilai dari sebuah tepi kontur adalah Freeman code [8], sebuah metode penelusuran titik hitam terdekat dengan perkiraan tepi

bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 23 Tahun 1996 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Tingkat II Purwakarta Nomor 5 Tahun 1989 tentang Fatwa Peruntukan Lahan,

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara strategi coping orang tua

Responden setuju terhadap pernyataan tentang logo halal seperti Informasi Label Halal LPPOM MUI pada kemasan memperkuat bahwa produk Bakso yang dikemas itu halal,