• Tidak ada hasil yang ditemukan

04 Artikel 02 %28Yuliani%29 rev02

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "04 Artikel 02 %28Yuliani%29 rev02"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 PUBLIK DI BURSA EFEK JAKARTA

Yuliani

ABSTRACT

The aims of this research are first, to value the relationship between a level of the operational efeciency and a banking performance profitability at Jakarta Stock Exchange (JSX), then to explain a level of the operational efeciency for giving the information about banking performance profitability at Jakarta Stock Exchange.

The population of this research are 25 banks that is listed at JSX from Indonesian Capital Market Directory in 2006. this population is becoming the sample for this published by Research Division and Development. Meanwhile, an object is financial report form 31 st December 2004 until 31 Desember 2006. a model and a method for the analysis is multiple regression that has been modified to final the assumption multivariate linier model.

The result are firstly, from sig F has 0,000 is smaller than 0,05 so it could be said that the independent variable has an influence to the dependent variable. Then, R2 is 0,792, it means that an independent variables can gives simultant contribution to dependent variable about 79,2% on the otherhand 20,8% is influenced by another variables. Finally, based on sig t BOPO variable to ROA, CAR has smaller than 0,05 partially influences ROA but MSDN and LDR do not have significant influence because sig t is bigger than 0,05 eventhough regression coeficient has a positive result.

Key Words : MSDN, BOPO,CAR, LDR, ROA.

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya pembangunan ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi diperlukan peran serta lembaga keuangan untuk membiayai, karena pembangunan sangat memerlukan

(2)

tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan lembaga keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Lembaga keuangan yang terlibat dalam suatu pembiayaan pembangunan ekonomi dibagi dua yaitu lembaga keuangan bank (bank) dan lembaga keuangan nonbank (LKBB). Bank menurut Undang-undang perbankan dibedakan menjadi dua jenis yaitu Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Sedangkan LKBB merupakan lembaga pembiayaan yang dalam kegiatan usahanya tidak melakukan penghimpunan dana dan memberikan jasa. Bank berasal dari kata banco, bahasa Italia atau

banque dalam bahasa Perancis yang dapat berarti peti, lemari atau bangku. Pada abad 12 kata banco di Italia merujuk pada meja, counter atau tempat usaha penukaran uang (money changer), sebab pada waktu itu para penukar uang melakukan pekerjaan di pelabuhan-pelabuhan tempat para kelasi kapal datang dan pergi, para pengembara, dan wiraswastawan yang turun naik kapal. Pelaku money changer itu meletakkan uang penukaran diatas sebuah meja (banco) dihadapan mereka. Aktivitas penukaran uang diatas banco inilah yang menyebabkan para ahli ekonomi dalam menelusuri sejarah perbankan, mengaitkan kata banco dengan lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang ini dengan nama Bank. Bank disini berfungsi sebagai lembaga penukar uang antar bangsa yang berbeda-beda dengan mata uang mereka (Zainul, 2002).

Lembaga perbankan merupakan salah satu tulang punggung perekonomian suatu negara, karena memiliki fungsi intermediasi atau sebagai perantara antara pemilik modal (fund supplier) dengan pengguna dana (fund user). Di Indonesia, jumlah bank cukup banyak yaitu 240 buah bank sebelum dilikuidasi tahap pertama pada tahun 1999. Namun dengan belum berakhir krisis moneter yang melanda Indonesia semakin banyak bank yang bermasalah akibatnya bertambah banyak pula bank yang dilikuidasi. Salah satu permasalahan yang muncul adalah bank menghadapi negative spread yakni suku bunga tabungan lebih besar dari pada suku bunga pinjaman, hal ini menyebabkan bank sulit memperoleh keuntungan.

Kondisi tersebut menyebabkan perbankan cenderung sangat lambat dalam menyalurkan kredit pada sektor riil. Sebagai gambaran, rasio total kredit terhadap penyaluran dana perbankan nasional (Rp.786,7 triliun) per April 2004 hanya mencapai 63%. Perbankan masih tertarik menyalurkan dana dalam Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang mencapai 15,3% dari total penyaluran dana. Sedangkan gambaran yang terjadi saat ini di tahun 2007 merupakan tahun yang berat bagi perbankan nasional (Info Bank, 2007). Akhir tahun 2007, bank nasional harus memenuhi target modal minimum Rp.80 miliar. Penyaluran kredit perbankan masih dinilai lambat karena sektor riil tak kunjung membaik. Akibatnya, kredit dari perbankan pun banyak yang tidak diambil (undisbursed loan). Hingga triwulan kedua 2007, total kredit belumdicairkan mencapai Rp.172 triliun atau 20% dari total kredit.

(3)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 15 43,7% per Maret 2004 atau masih jauh dari posisi normal pada kisaran 85%-110% (Surat Edaran Bank Indonesia). Di samping itu, terdapat pengaruh kebijakan moneter yang mengatur mekanisme penyaluran dana. Hampir 36,2% sisi aktiva produktif perbankan masih didominasi obligasi rekap, maka apabila LDR hendak dinaikkan maka secara tidak langsung akan terjadi. Konversi dari obligasi rekap menjadi kredit. Hal ini tentu membutuhkan waktu dan bergantung banyak hal seperti kondisi pasar sekunder obligasi, faktor risiko, dan sebagainya.

Faktor lain yang menyebabkan rendahnya LDR adalah rendahnya tingkat pencairan (credit disbursement) dibandingkan dengan fasilitas pinjaman yang telah disepakati (credit approval). Data moneter menunjukkan bahwa persetujuan kredit baru pada Maret 2004 meningkat 45,6% mencapai sekitar Rp.23,5 triliun. Sedangkan realisasi kredit baru tercatat turun 2,7% mencapai Rp.2,1 triliun. Berarti proporsi realisasi kredit baru menjadi lebih rendah mencapai 9,17%. Saat ini, bunga kredit perbankan sekitar 15%-16% (Infobank, 2007). BI sendiri memprediksi kredit perbankan dapat tumbuh sekitar 20%-22% hingga akhir tahun nanti. Sampai dengan Agustus 2007, terdapat peningkatan kredit 22,76% dari Rp.727,85 triliun periode yang sama tahun lalu menjadi Rp.893,49 triliun.

Penilaian terhadap faktor profitabilitas atau rentabilitas (Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004) meliputi penilaian terhadap komponen-komponen pencapaian Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM) dan tingkat efisiensi bank. Kemudian penilaian dilakukan atas perkembangan laba operasional, diversifikasi pendapatan, penerapan prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya dan prospek laba operasional.

Untuk mengukur efisiensi tersebut digunakan analisis rasio keuangan perbankan (Husnan, 1998) yaitu : (1) Rasio Likuiditas, terdiri dari Loan to Deposit Ratio (LDR), Cash Ratio, Reserve Requirement, Banking Ratio dan

Loan to Asset Ratio. (2) Rasio Rentabilitas, terdiri dari Return On Assets

(ROA), Return On Equity (ROE), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Net Profit Margin (NPM) dan Operating Profit Margin (OPM). (3) Rasio Solvabilitas, antara lain Capital Adequency Ratio (CAR), Debt Equity Ratio (DER) dan Long Term Debt to Asset Ratio. (4) Rasio Kualitas Aktiva Produktif, antara lain dengan Non Performing Loan (NPL). (5) Rasio Penilaian (Valuation Ratio), antara lain Earning Per Share (EPS), Price Earning Ratio

(PER) dan Book Value Per Share (BV/s).

(4)

antarbank-bank yang menjadi obyek penelitian. Hasil penelitian ini memberi bukti semakin efisien kinerja operasional suatu bank maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Bagi manajemen bank, hal ini menunjukkan pentingnya memperhatikan pengendalian biaya sehingga dapat menghasilkan rasio BOPO yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Disamping itu, semakin besar CAR maka keuntungan bank juga akan semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko suatu bank semakin besar keuntungan yang diperoleh bank.

Oleh sebab itu, peneliti tertarik kembali untuk melakukan kajian hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap kinerja profitabilitas untuk perusahaan perbankan go public di Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Penelitian ini mengkaji bagaimana hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap kinerja profitabilitas untuk perusahaan perbankan go public di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara khusus akan menelaah lebih dalam mengenai: 1. Mengukur hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap

kinerja profitabilitas perbankan di BEJ.

2. Menjelaskan tingkat efisiensi operasional sehingga memberikan informasi hubungan terhadap kinerja profitabilitas perbankan di BEJ.

1.4. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut:

1. Memberikan wacana dan ilustrasi bagi pengembangan ilmu manajemen khususnya Manajemen Lembaga Keuangan atau Manajemen Perbankan.

2. Memperkaya khasanah studi empiris bagi para peneliti yang berkecimpung dalam kajian ekonomi bisnis dan dosen pengajar mengenai topik yang akan dijadikan bahan ajar perkuliahan.

II. TELAAH PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1. Bank dan Produk Perbankan

(5)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 17 simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Sedangkan menurut Stuart dalam Hasibuan (2005) menyatakan bahwa

Bank is a company who satisfied other people by giving a credit with the money they can accept as a gamble to the other, enventhough they should supply the new money.

Masih dalam tulisan Hasibuan (2005) yang dimaksud dengan Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha yang secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam berbagai buku perbankan, suatu bank didefenisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan tiga fungsi utama bank dalam pembangunan ekonomi (Kuncoro dan Suhardjono, 2002) yaitu: (1). Menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan; (2) Menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit dan (3) Melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang. Dalam bidang perekonomian dan dunia bisnis peran perbankan telah menjadi satu mata rantai yang bersimbiosis dengan pelaku industri bisnis yang lainnya, karena secara umum kegiatan perbankan meliputi: (a) menghimpun dana dari masyarakat (Funding), (b) menyalurkan dana ke masyarakat/industri (Lending), (c) memberi jasa-jasa perbankan lainnya ke masyarakat/industri (Service).

Salah satu sumber keuntungan/pendapatan yang diperoleh antara pendapatan dari sektor lending, dibandingkan dengan sektor funding. Selisih margin ini diperoleh dari suku bunga yang dibebankan pada kedua sektor tersebut. Hal ini dapat terlihat dari flow of fund (aggregate) funding dan

(6)

Gambar 1

Flow of Fund (Aggregate) Funding and Lending

Dana yang diperoleh berasal dari modal sendiri maupun modal asing akan dikumpulkan dalam pool of funds yang kemudian disalurkan lagi ke berbagai bidang seperti:

1. Investasi Primer adalah investasi yang dilakukan kepada sarana dan prasarana bank, seperti untuk pembelian gedung dan berbagai peralatan kantor.

2. Investasi Sekunder adalah penyaluran kredit kepada debitur.

3. Primary Reserve adalah cadangan-cadangan berupa uang tunai di brankas dan saldo di rekening giro Bank Indonesia.

4. Secondary Reserve adalah cadangan-cadangan yang dilakukan pada surat berharga seperti Sertifikat Bank Indonesia.

Hasil dari berbagai investasi tersebut pada akhirnya akan dikembalikan sebagai pendapatan perusahaan. Akan tetapi proses lending tidak dapat berjalan apabila pendanaannya pun (funding) tidak berjalan lancar sebagaimana mestinya. Maka sebuah bank harus memberdayakan kekuatan pemasarannya dalam upaya memperoleh dana dari pihak ketiga/masyarakat.

Modal (dana) Asing bank (eksternal)

POOL OF FUNDS

Investasi Sekunder

Primary Reserve

Secondary Reserve

Sumber: Hasibuan, 2005 Modal (dana)

Sendiri (internal)

(7)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 19 2.2. Analisis Profitabilitas atau Rentabilitas

Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas atau rentabilitas bank adalah ROE (Return on Equity) dan ROA (Return on Assets). Dalam pembahasan mengenai analisis profitabilitas ini sekaligus akan dilakukan dengan cara menghitung komponen-komponen yang membentuk ROE.

ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan net income. Semakin tinggi

return semakin baik karena berarti dividen yang dibagikan atau ditanamkan kembali sebagai retairned earning juga akan semakin besar.

Assets menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki. Untuk mendapatkan ROE juga dilakukan dengan menghubungkan ROA dengan Equity Multiplier

(EM) dengan rumus sebagai berikut:

EM bank membandingkan aset dengan modal sehingga merupakan ukuran financial leverage sekaligus menggambarkan ukuran laba dan risiko. EM juga menggambarkan ukuran risiko karena bisa menjadi petunjuk bagi manajemen bank mengenai seberapa besar kerugian yang timbul sebagai akibat kegagalan dalam pengelolaan asetnya. Singkatnya, EM yang tinggi akan meningkatkan ROE ketika net income positif, tetapi sebaliknya juga mengindikasikan timbulnya capital risk (solvency risk).

Risiko yang dapat dihadapi bank antara lain sebagai berikut (Siamat, 1993): (1) Risiko Kredit, yaitu risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang telah diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan; (2)

(8)

operasional bila terjadi penurunan keuntungan yang dipengaruhi oleh struktur biaya operasional bank, dan kemungkinan terjadinya kegagalan atas jasa-jasa dan produk-produk yang ditawarkan; (4) Risiko Penyelewengan, berkaitan dengan kerugian yang dapat terjadi akibat hal-hal seperti ketidakjujuran, penipuan atau moral hazard dari pelaku bisnis perbankan baik pejabat, karyawan dan nasabah.

Untuk meminimalkan risiko diatas maka perbankan perlu bertindak rasional dalam arti lebih memperhatikan efisiensi. Masalah efisiensi dirasakan semakin penting pada saat ini dan dimasa yang akan datang karena adanya permasalahan yang mungkin timbul sebagai akbiata kompetisi usaha yang bertambah ketat, dan meningkatnya mutu kehidupan yang berakibat pada meningkatnya standar kepuasan konsumen.

Penelitian yang dilakukan oleh Haryati (2002) berusaha untuk menganalisa apakah terdapat perbedaan bermakna kinerja keuangan yang diukur dari rasio cadangan penghapusan kredit terhadap kredit, ROA, efisiensi dan LDR antar bank dengan kelompok kategori A, B dan C dan apakah rasio keuangan tersebut mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kemungkinan kebangkrutan bank-bank kategori A, B dan C. Hasil dari penelitian ini adalah dari empat rasio keuangan tersebut yang digunakan ternyata rasio ROA, efisiensi dan LDR mempunyai perbedaan yang signifikan diantara bank-bank dalam kategori A, B dan C. Adapun rasio cadangan penghapusan kredit terhadap kredit tidak mempunyai perbedaan bermakna mengingat pengukuran rasio ini apabila digunakan untuk menilai kualitas aset dari bank kurang tepat, yaitu tidak sesuai dengan pengukuran sebagaimana ditentukan oleh Bank Indonesia. Penggunaan rasio keuangan yang mempunyai perbedaan dalam model logistic regression untuk menguji prediksi kebangkrutan bank-bank dalam kategori bangkrut adalah akurat yang ditunjukkan dengan tingkat kemaknaan 0,00%. Dari ketiga rasio ROA, efisiensi dan LDR hanya rasio ROA yang mempunyai pengaruh bermakna terhadap kemungkinan kebangkrutan bank.

Nasser dan Aryati (2000) menyimpulkan bahwa dengan uji univariate

(9)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 21 Selanjutnya penelitian Almilia dan Herdiningtyas (2003) dengan judul

“Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada

Lembaga Perbankan Periode 2000-2002” yang bertujuan untuk memberikan bukti empiris tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan. Faktor-faktor yang diuji dalam penentuan kondisi kebangkrutan dan kesulitan keuangan perusahaan adalah rasio keuangan CAMEL sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Sampel penelitian terdiri dari 16 bank sehat, dua bank yang mengalami kebangkrutan dan enam bank yang mengalami kondisi kesulitan keuangan. Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah regresi logistik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio keuangan CAMEL memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan keuangan dan bank yang mengalami kebangkrutan.

Penelitian Kesowo dalam Kuncoro dan Suhardjono (2002) berusaha menguji hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap kinerja profitabilitas 40 bank umum swasta nasional devisa di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga berusaha untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja bank umum swasta nasional devisa di Indonesia per tahun pengamatan 1995-1999, dan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan kinerja profitabilitas antarbank-bank yang menjadi obyek penelitian. Hasil penelitian ini memberikan bukti semakin efisien kinerja operasional suatu bank maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Bagi manajemen bank, hal ini menunjukkan pentingya memperhatikan pengendalian biaya sehingga dapat menghasilkan rasio BOPO yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh otoritas moneter.

2.3. HIPOTESIS

H1 : Efisiensi operasional MSDN mempunyai hubungan dengan kinerja

profitabilitas ROA.

H2 : Efisiensi operasional BOPO mempunyai hubungan dengan kinerja

profitabilitas ROA.

H3 : Efisiensi operasional CAR mempunyai hubungan dengan kinerja

profitabilitas ROA.

H4 : Efisiensi operasional LDR mempunyai hubungan dengan kinerja

profitabilitas ROA.

H5 : Efisiensi operasional MSDN, BOPO, CAR dan LDR secara

(10)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Disain Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur hubungan antara tingkat efisiensi operasional terhadap kinerja profitabilitas perbankan di BEJ dan untuk menjelaskan tingkat efisiensi operasional sehingga memberikan informasi hubungan terhadap kinerja profitabilitas perbankan di BEJ. Sesuai dengan tujuan penelitian maka penelitian ini bersifat kausalitas atau mencari hubungan sebab akibat yang dijelaskan secara deskriptif.

3.2. Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi penelitian ini adalah bank-bank yang terdaftar di BEJ yang terdapat di Indonesian Capital Market Direktory tahun 2006 berjumlah 25 emiten. Penentuan sampel berjumlah 100% atau seluruh populasi dijadikan sebagai sampel dalam penelitian. Sedangkan objek yang diamati adalah laporan keuangan perbankan per 31 Desember 2004 sampai dengan 31 Desember 2006. Adapun sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 1 (Lampiran 1).

3.3. Variabel Penelitan, definisi operasional dan pengukuran

Perumusan variabel dalam penelitian ini adalah (1) Variabel Dependen yang digunakan adalah ROA (Return on Assets). Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan rata total asset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI

Variabel lain dalam penelitian ini adalah (2) Variabel Independen

(11)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 23 atau keduanya. Sedangkan deposito merupakan simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan. Dalam pos ini juga termasuk Sertifikat Deposito. Semakin tinggi rasio ini semakin bagus tingkat kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank. (b) CAR (Capital Adequancy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung unsur risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: disebut rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya. Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.3/30/DPNP tgl 14 Desember 2001):

100%

(d) LDR (Loan to Deposit Ratio). Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk dana pihak ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka dan sertifikat deposito. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI No.3/30/DPNP tgl 14 Desember

Jenis data berupa data sekunder dan bersifat kuantitatif. Data sekunder di BEJ yang diterbitkan oleh Divisi Riset dan Pengembangan BEJ misalnya

Jakarta Stock Exchange (JSX) Mounthly, fact book, jurnal pasar modal,

(12)

penelitian, laporan Bank Indonesia yang dipandang relevan dengan topik yang dibahas dan buku-buku lainnya dari BEJ.

3.5. Teknik Analisa Data

Penelitian ini menggunakan metode regresi time-series cross-section

(pooled regression). Sebelum dilakukan pengujian regresi terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah memenuhi syarat ketentuan dalam model regresi. Pengujian asumsi klasik meliputi Uji Normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Z, uji heterokedastisitas dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman, Uji Autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson dan Uji Multikolinearitas. Pengujian atas hipotesis dilakukan dengan Uji t. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Statistical Package for Social Science (SPSS) Ver 12,0 for Windows.

Mengingat ketersediaan data, maka model Williams, Molyneux and Thomton diatas dimodifikasi menjadi:

Y = + 1X1it+2X2it+3X3it +...+it

ROAit= + 1MSDN1it+2BOPO2it+3CAR3it++4LDR4itit

Dimana : Y: ROA; X1:MSDN; X2:BOPO; X3:CAR; X4:LDR; : Konstanta; 1, 2, 3, 4 adalah parameter, : faktor pengganggu; i: menunjukkan suatu perusahaan tertentu dan t: menunjukkan tahun/periode tertentu.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Statistik Deskriptif

4.1.1. Total Dana Pihak Ketiga

(13)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 25 Bank Pan Indonesia Tbk yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi sehingga pangsa pasar yang mampu dikuasai 81,25% sedangkan bank dengan pangsa pasar rendah adalah PT. Bank Bumi Arta Tbk senilai -30,04%. Pada akhir periode pengamatan di tahun 2006 pangsa pasar PT. Bank Bumi Arta Tbk yang pada tahun sebelumnya terjadi penurunan kepercayaan maka di tahun 2006 memiliki MSDN yang maksimum diantara bank-bank dalam sampel penelitian, pangsa pasar yang mampu dicapai sebesar 34,1% dan bank yang memiliki kepercayaan rendah dari masyarakat di tahun 2006 adalah PT. Bank Pan Indonesia Tbk sebesar -12,24%.

Secara keseluruhan diatas rata-rata MSDN yang mampu dicapai selama periode pengamatan dari tahun 2004-2006 mengalami fluktuasi. 9,27% (2004) meningkat menjadi 18,27% (2005) dan turun menjadi 13,36% (2006). Sehingga pertumbuhan MSDN selama periode pengamatan adalah 100,32% pertumbuhan tahun 2005 dan pertumbuhan MSDN turun menjadi -28,11% di tahun 2006. PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk secara rata-rata dari tahun 2004-2006 memiliki MSDN tertinggi diantara 24 bank dalam sampel penelitian sebesar 43,91% sedangkan terendah tingkat kepercayaan masyarakat selama periode pengamatan adalah PT. Bank Eksekutif International Tbk -11,14%. Sehingga rata-rata MSDN dari seluruh sampel penelitian selama 2004-2006 sebesar 13,73%. (Lampiran 2).

4.1.2. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio ini sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Bank yang sehat ketentuan dari BI harus memiliki BOPO<93,52%. Artinya jika sebuah bank memiliki BOPO lebih dari ketentuan BI maka bank tersebut kategori tidak sehat dan tidak efisien.

Beberapa bank tidak efisien sehingga mempunyai BOPO >93,52%, bank-bank tersebut PT. Bank Century Tbk selama periode pengamatan, PT. Artha Graha International Tbk 99,5% (2005), PT. Bank Century Tbk 219,94% (2004) dan 122,69% (2005) PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk dan bank-bank lain yang tidak memenuhi standar ketentuan BOPO dari BI.

(14)

sebesar 47,59% (2006) dan bank yang tidak efisien dimiliki PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 338,01% (2006).

Secara rata-rata selama periode pengamatan bank-bank tersebut masih memiliki BOPO yang tinggi artinya bank-bank dalam sampel penelitian ini belum memenuhi standar yang ditentukan oleh BI. Rata-rata BOPO 79,59% (2004) kemudian meningkat menjadi 93,72% (2005) masih diatas ketentuan standar BI dan kembali meningkat menjadi 95,21% (2006) dan masih diatas ketentuan standar yang ditetapkan BI. Sedangkan pertumbuhan BOPO 17,75% tahun 2005 dan 1,59% tahun 2006 artinya terjadi penurunan pertumbuhan BOPO sehingga secara keseluruhan rata-rata BOPO dari 25 bank dalam sampel penelitian ini selama tiga tahun adalah 89,51% masih berada dibawah ketentuan yang ditetapkan BI. Bank yang tidak efisien selama periode pengamatan adalah PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk yang mempunyai BOPO rata-rata sebesar 242,01% dan bank yang bagus sehingga mempunyai BOPO rata-rata rendah adalah PT. Bank Niaga Tbk sebesar 50,86%. (Lampiran 3).

4.1.3. Capital Adequency Ratio (CAR)

Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) bank dihitung berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.5/12/PBI/2003 Tanggal 17 Juli 2003 diwajibkan setiap bank mempunyai KPMM 8%. Jadi jika terdapat perbankan yang mempunyai KPMM atau CAR <8% maka bank tersebut tidak sehat. Rasio ini merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung unsur risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.

Secara keseluruhan seluruh bank dalam sampel penelitian sudah memenuhi ketentuan CAR yang ditetapkan BI. CAR tertinggi tahun 2004 dimiliki oleh PT. Artha Graha International Tbk sebesar 148,09% kemudian PT. Bank Pan Indonesia Tbk sebesar 37,43%. Sedangkan CAR terendah dimiliki PT. Bank Century Tbk sebesar 9,44%. Ditahun berikutnya CAR tertinggi adalah milik PT. Bank Bumi Arta Tbk sebesar 37,28% dan terendah milik PT. Bank Century Tbk 8,07%. Bank ini sepertinya memiliki CAR terendah selama dua tahun berturut-turut. Sedangkan di tahun akhir pengamatan 2006 CAR tertinggi adalah PT. Bank Bumi Arta Tbk sebesar 41,02% dan CAR terendah adalah PT. Bank Eksekutif International Tbk sebesar 9,37%.

(15)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 27 Artha Graha International Tbk memiliki rata-rata CAR tertinggi sebesar 56,87% dan PT. Bank Century Tbk memiliki rata-rata CAR terendah sebesar 9,65%. (Lampiran 4)

4.1.4. Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio ini digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga.dan tidak termasuk kredit yang diberikan kepada bank lain. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.3/30/DPNP tgl 14 Desember 2001 bahwa LDR bank dikatakan sehat jika memiliki LDR 85%-110%.

Rasio kemampuan bank dalam memberikan kredit dengan menggunakan dana dari pihak ketiga (Lampiran 5). Secara keseluruhan dari rata-rata LDR dalam periode pengamatan 2004-2006 seluruh bank dalam sampel penelitian ini belum memenuhi standar ketentuan yang ditetapkan BI. Rata-rata LDR tersebut 60,54% (2004), 63,77% (2005) dan 64,60% (2006). Bahkan dilihat dari pertumbuhan di tahun 2005 hanya mengalami peningkatan 1,30% dari tahun sebelumnya.

Penyaluran kredit perbankan ke sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) masih rendah. Pengaruhnya adalah belum bergeraknya sektor riil dan rendahnya kemampuan perbankan dalam mengelola risiko. Pengelolaan perbankan terhadap risiko yang kurang baik menjadikan tingkat kredit bermasalah tinggi. Akibatnya, perbankan cendrung hati-hati dalam menyalurkan kredit. Sehingga perbankan seolah masih meraba peta UKM yang tepat untuk dibiayai.

Sikap perbankan terhadap kredit UKM berbeda-beda ada yang diam saja, ada pula yang agrasif menyalurkan kredit ke sektor UKM. Beberapa bank yang tampak agresif menyalurkan kredit ke sektor UKM itu adalah PT. Bank Danamon Tbk, PT. Bank Bukopin Tbk, PT. Bank International Indonesia Tbk, PT. Bank Central Asia Tbk, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PT. Bank Permata Tbk (Infobank, 2007). Masing-masing bank itu berusaha tampil secara spesifik dalam skema pemberian kreditnya.

(16)

keseluruhan rata-rata selama periode pengamatan PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk 87,66% memiliki LDR yang bagus karena sudah ditentukan oleh BI berkisar antara 85%-110% dan PT. Bank Century Tbk memiliki LDR yang masih jauh dibawah ketentuan BI memiliki 24,54%. Sehingga rata-rata LDR keseluruhan dari 25 emiten perbankan yang listed di BEJ selama periode pengamatan 2004-2006 adalah 62,97% yang masih belum memenuhi ketentuan peraturan dari BI. Belum memenuhi ketentuan BI dikarenakan perbankan di Indonesia umumnya dan perbankan dalam sampel penelitian ini khususnya masih takut untuk memperoleh Non Perfoming Loan yang tinggi sehingga jika kredit macet besar akan menyebabkan bank-bank tersebut saham-sahamnya tidak diminati investor.

4.1.5. Return On Assets (ROA)

Besarnya rasio ROA disebut sehat jika sudah memenuhi standar ketentuan yang diatur oleh BI sebesar >1,215%. ROA terbesar dan sudah sesuai dengan ketentuan BI dimiliki PT. Artha Graha International Tbk sebesar 29,73% tahun 2004 dan ROA terendah atau yang belum sesuai dengan ketentuan BI dimiliki oleh PT. Bank Danamon Tbk sebesar -8,84%. Pada tahun 2005 ROA tertinggi dimiliki oleh PT. Bank Danamon Tbk sebesar 4,68% dan ROA terendah adalah PT. Bank Eksekutif International Tbk sebesar -4,4%. Sedangkan di tahun terakhir periode pengamatan ROA tertinggi dimiliki PT. Bank Buana Indonesia Tbk sebesar 3,48% dan terendah masih milik PT. Bank Eksekutif International Tbk sebesar –0,65%.

Rata-rata tahunan ROA dari 25 sampel penelitian mengalami penurunan. 3,21% (2004) turun drastis sebesar 53,89% sehingga di tahun berikutnya rata-rata ROA menjadi 1,48% kemudian di tahun 2006 pertumbuhan ROA turun sebesar 8,11% sehingga ROA pada tahun tersebut menjadi 1,36%. Penurunan yang terus terjadi setiap tahun disebabkan bank-bank tersebut memperoleh EBIT yang rendah dari tahun-tahun sebelumnya. EBIT rendah sehingga total aktiva yang dimiliki juga menjadi kecil. Rata-rata ROA tertinggi selama periode pengamatan adalah PT. Artha Graha International Tbk sebesar 10,11% dan rata-rata ROA terendah milik PT. Bank Century Tbk sebesar -2,8% masih jauh dari standar ketentuan dari BI. Jika ROA bank jauh dibawah standar maka bank tersebut dikategorikan tidak sehat, ROA rendah menyebabkan investor akan mempertimbangkan kembali untuk membeli saham-saham bank tersebut. (Lampiran 6).

4.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik 4.2.1. Uji Normalitas

(17)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 29 normal.. Hasil pengujian KS dapat dilihat dalam tabel 1. Dalam analisis ini yang menunjukkan bahwa distribusi data yang digunakan ternyata tidak memenuhi asumsi normalitas. Asumsi normalitas ini tidak penting jika tujuannya hanya untuk estimasi saja (Gujarati, 1995). Prosedur pengujian yang dilakukan dalam sampel besar tetap bisa dikatakan valid. Berdasarkan hal ini, maka meskipun tidak memenuhi syarat normalitas, maka data tetap dapat digunakan untuk dianalisis lebih lanjut.

Tabel 1

Uji Normalitas Data (One Sample-Kolmogorof Smirnov Test)

Rasio Signifikansi Keterangan

MSDN 0,251 Normal

BOPO 0,000 Tidak Normal CAR 0,000 Tidak Normal

LDR 0,306 Normal

ROA 0,000 Tidak Normal Sumber : Lampiran (data diolah),2007

4.2.2. Uji Autokorelasi

Setelah dilakukan uji asumsi klasik maka diperoleh hasil bahwa tidak ada autokorelasi yang ditunjukkan dengan Uji Durbin-Watson. Dari hasil uji Statistik Durbin-Watson t-test, nilai statistik tabel untuk Uji Durbin-Watson dengan 5%, untuk dl = 0,953 dan du = 1,886. Nilai Durbin-Watson diperoleh 2,205 artinya DW>batas atas (du) maka tidak terdapat autokorelasi.

4.2.3. Uji Multikolinearitas

Uji ini dapat dilakukan dengan melihat angka Variance Inflation Factor

(18)

Tabel 2

Variance Inflation Factor

Variabel Collinearity Statatistics Tolerance VIF

MSDN 0,880 1,136

BOPO 0,962 1,040

CAR 0,876 1,141

LDR 0,961 1,040

Sumber : Lampiran (data diolah),2007

4.2.4. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi berganda terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Dari hasil analisa (Scatterplot Uji Heterokedastisitas) didekteksi tidak terjadi pola tertentu atau menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.

Heteroskedastisitas diuji dengan korelasi rank Spearman antara residual dengan masing-masing variabel bebas. Prosesnya, ketika mengolah dengan regresi, disimpan pula variabel residual. Selanjutnya variabel residual tersebut dikorelasikan dengan masing-masing variabel bebas. Koefisien korelasi rangking yang tinggi menandakan adanya heterokedastisitas. Hasil pengujian menunjukkan ketiga model tidak mengandung heteroskedastisitas, yang berarti nilai residual (ei) relatif konstan untuk setiap nilai pengamatan variabel bebas.

4.3. Hasil Pengujian Hipotesis

4.3.1. Uji Parsial

4.3.1.1. MSDN/ Total Dana Pihak Ketiga

(19)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 31 tabungan, giro dan deposito. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kesowo dalam Kuncoro dan Suhardjono (2002).

4.3.1.2. BOPO

Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diperoleh hitung sebesar -2,082> tabel 1,990 dan tingkat signifikannya 0,041<0,05. t-tabel untuk df=70 tidak ditemukan didalam t-tabel t maka angka 1,990 diambil dengan menghitung rata-rata dari df=60=2,000 dan df=120=1,980. Dengan demikian secara parsial hipotesis H2 diterima, artinya untuk mengukur tingkat profitabilitas/rentabilitas suatu bank variabel BOPO yang merupakan proxy

efisiensi operasional seperti yang digunakan BI dapat dibenarkan. Hasil regresi parsial ini memberi bukti semakin efisien kinerja operasional suatu bank maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar. Bagi manajemen bank, hal ini menunjukkan pentingnya memperhatikan pengendalian biaya sehingga dapat menghasilkan rasio BOPO yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh otoritas moneter yaitu <93,52% Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Kesowo dalam Kuncoro dan Suhardjono (2002), Wilopo, Haryati, dikutip dari Almilia dan Herdiningtyas (2005).

4.3.1.3. CAR

Berdasarkan hasil perhitungan dengan program SPSS diperoleh hitung sebesar 15,097> tabel 1,990 dan tingkat signifikannya 0,000<0,05. t-tabel untuk df=70 tidak ditemukan didalam t-tabel t maka angka 1,990 diambil dengan menghitung rata-rata dari df=60=2,000 dan df=120=1,980. Dengan demikian secara parsial hipotesis H3 diterima, artinya semakin besar CAR maka keuntungan bank juga akan semakin besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar keuntungan yang diperoleh bank. Seperti diketahui bahwa CAR juga biasa disebut dengan rasio kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan inventaris bank. Dengan demikian, manajemen bank perlu untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai CAR sesuai dengan ketentuan BI minimal delapan persen karena dengan modal yang cukup maka bank dapat melakukan ekspansi usaha dengan lebih aman. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Kesowo dalam Kuncoro dan Suhardjono (2002), Almilia dan Herdiningtyas (2005).

4.3.1.4. LDR

(20)

dengan menghitung rata-rata dari df=60=2,000 dan df=120=1,980 Dengan demikian secara parsial hipotesis H4 ditolak, artinya dalam penelitian ini semakin tinggi LDR suatu bank tidak menjadi tolok ukur keberhasilan manajemen bank untuk memperoleh keuntungan tinggi. Secara teori LDR dicari dengan menggunakan rumus total kredit yang berikan terhadap total dana pihak ketiga yang mampu dikumpulkan oleh masing-masing bank secara individu. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kesowo dalam Kuncoro dan Suhardjono (2002), tetapi konsisten dengan penelitian Almilia dan Herdiningtyas (2005). Perbedaan yang terjadi pada penelitian ini jika melihat 25 emiten perbankan di BEJ secara keseluruhan memiliki LDR yang belum sesuai dengan ketentuan standar BI. Bahwa LDR sehat suatu bank jika rasio ini berkisar antara 85%-110%, sedangkan secara rata-rata tahunan LDR hanya 60,54% (2004), 63,77 (2005) dan 64,60% (2006). Hal ini yang menyebabkan pada penelitian ini LDR yang merupakan tolok ukur rasio likuiditas tidak memberikan pengaruh nyata dalam mengukur kinerja profitabilitas bank. Hasil uji parsial dari empat variabel bebas terhadap variabel terikat dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 3 Ikhtisar Uji Hipotesis

Variabel t hitung Signifikansi Keputusan

MSDN 1,448 0,152 H1 DITOLAK

BOPO -2,082 0,041 H2 DITERIMA

CAR 15,097 0,000 H3 DITERIMA

LDR 1,888 0,063 H4 DITOLAK

Sumber : Lampiran (data diolah), 2007

4.3.2. Uji Simultan

(21)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 33 Wahyudi, 2006) nilai koefisien determinan yang berkisar antara 0–1, semakin besar nilai R square menunjukkan semakin tinggi pada prinsipnya model semakin mendekati data sebenarnya dan model juga dikatakan semakin akurat. Besarnya koefisien korelasi (hubungan) yang ditunjukkan oleh nilai R = 0,890 hal ini berarti adanya indikasi hubungan yang kuat antar variabel bebas dengan variabel terikat, kuatnya hubungan ditunjukkan oleh nilai koefisien yang mendekati angka 1.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil statistik deskriptif dari sampel penelitian perbankan menunjukkan rata-rata MSDN sebesar 13,73%, rata-rata BOPO sebesar 89,51%, rata-rata CAR 20,20% dan rata-rata LDR 62,97%

2. Dalam tiga periode pengamatan dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 keseluruhan perbankan yang menjadi sampel penelitian mempunyai MSDN, BOPO, CAR dan LDR yang berfluktuasi hampir setiap tahun.

3. MSDN tertinggi adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan terendah dimiliki PT. Bank Eksekutif International Tbk. BOPO yang sudah memenuhi standar BI adalah milik PT. Bank Niaga Tbk sedangkan bank yang tidak efisien dengan BOPO tinggi adalah PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. PT. Artha Graha International Tbk memiliki rata-rata CAR tertinggi dan PT. Bank Century Tbk memiliki rata-rata CAR terendah. PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk memiliki LDR yang bagus dan PT. Bank Century Tbk memiliki LDR yang masih jauh dibawah ketentuan BI.

4. Berdasarkan hasil perhitungan besarnya koefisien determinasi R2 adalah 0,792 yang berarti bahwa variabel-variabel bebas dalam penelitian ini secara bersama-sama/simultas mampu memberikan kontribusi terhadap variabel terikatnya (ROA) adalah 79,2%, sedangkan sisanya sebesar 20,8% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.

(22)

perbedaan ini mungkin disebabkan oleh periode pengamatan yang pendek. Vought dan Vu (2000) mengemukakan bahwa periode pengamatan yang panjang akan memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan periode pengamatan yang lebih pendek

5.2. SARAN

1. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu beberapa dari rasio keuangan yang tercantum pada direktori Bank Indonesia tidak sesuai dengan perhitungan rasio keuangan yang dihitung berdasarkan akun-akunnya atau rumus dari teori yang ada, hal ini menyatakan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit ternyata tidak sesuai dengan rumus dan akun-akun pada laporan keuangan tersebut.

2. Untuk penelitian selanjutnya adalah (1) diharapkan dapat melengkapi kekurangan-kekurangan atas keterbatasan yang ada pada penelitian kali ini. (2) Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik peneliti selanjutnya dapat membedakan antara bank milik pemerintah dan bank milik swasta yang kemungkinan status bank dapat berpengaruh pada hasil penelitian.

DAFTAR RUJUKAN

Anonymous, 2000, 2001, 2002, 2003, 2004, 2005. Indonesian Capital Market Directory. Jakarta.

Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdinigtyas. 2003. Analisis Rasio CAMEL Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2000-2002” . Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.7 No.2 Nopember 2005. Hal.131-147

Buku Pedoman Pengelolaan Penelitian Universitas Sriwijaya, Departemen Pendidikan Unsri.2004. Lembaga Penelitian Unsri.

Berger, Allen N; Hunter, William C; Timme, & Stephen G. 1993. The Efficiency of Financial Institution: A Review & Preview of Research Past Present and Future. Journal of Banking anf Finance. April.

Darmawati, Atik. “Terus Disusuri, Tapi Masih Rendah”, Majalah Infobank No. 341 Edisi Agustus 2007 Volume XXVIII. Hal. 64-66

Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Pedoman Penelitian untuk Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi Ilmu Manajemen. Penerbit: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang.

Firdausi, Iqbal dan Wahyudi, Eddy. ”Pengaruh Kualitas Jasa

TerhadapKepuasan Pasien (Studi Kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin)” Prosiding Seminar Hasil Program

(23)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 35 Perguruan Tinggi Negeri Wilayah Indonesia Barat. Palembang, 4-5 September 2006. Hal.160-194

Gujarati, Damodar N. 1995. Basic Econometrics. Third Edition. McGraw-Hill International Editions. America:New York.

Hasbullah, Yudistira.2004. Prinsip-prinsip Manajemen Risiko Kredit di Perbankan dalam Rangka Good Corporate Government. Majalah Usawahan Indonesia No.12 TH XXXIII Desember 2004:hal.28-31. Hasibuan, Malayu SP. 2005. Dasar-dasar Perbankan. Penerbit PT. Bumi

Aksara: Jakarta.

Haryati, Sri.2002. Analisis Kebangkrutan Bank: Bunga Rampai Kajian Teori Keuangan In Memorian Prof. Dr. Bambang Riyanto. Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Ismanthono, Henricus W. 2003. Kamus Istilah Ekonomi Populer. Penerbit Buku Kompas:Jakarta.

Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Penerbit BPFE: Yoyakarta.

Kasmir. 2002. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada:Jakarta.

Kristopo. Kredit Per Sektor:Lima Sektor Ekonomi Masih Menjanjikan. Majalah Infobank No.344 Edisi November 2007. Volume: XXIX. Hal 18-20. Nasser, Etty M dan Titik Aryati. 2000. Model Analisis CAMEL untuk

Memprediksi Financial Distress Pada Sektor Perbankan Yang Go Publik. Jurnal Auditing dan Akuntansi Indonesia. Volume 4 No.2 Desember.

Ross, Westerfield and Jaffe.2005. Corporate Finance. Seventh Edition. Mc Graw Hill, America:New York.

Rachmawati, Eka Nuraini. Bank Syariah: Perbandingan dengan Bank Konvensioal, Keunggulan dan Harapan. Majalah Usahawan Indonesia No.12 TH XXXII Desember 2003:hal.41-47.

Siamat, Dahlan. 1993. Manajemen Bank Umum. Penerbit Intermedia: Jakarta. Voght, Stephen C and Vu, Josepth D. 2000. Cash flow and Long-run Firms

Value: Evidence from The Value Line Investment Survey. Journal of Management Issue: pp. 20-32.

Websita: www.bi.go.id. Peraturan Bank Indonesi Nomor:6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Diakses tanggal 16 April 2007.

(24)

Lampiran 1

Tabel 1

Sampel Penelitian Perbankan Go Public

No Kode Nama Perusahaan/Emiten Tanggal

Berdiri

Tanggal Listing 01 INPC PT. Artha Graha International Tbk 07 Sep 1973 23 Agu 1990 02 ANKB PT. Bank Artha Niaga Kencana Tbk 18 Sep 1962 02 Nov 2000 03 BBIA PT. Bank Buana Indonesia Tbk 31 Agu 1956 28 Juli 2000 04 BBKP PT. Bank Bukopin Tbk 10 Juli 1970 10 Juli 2006 05 BNBA PT. Bank Bumi Arta Tbk 25 Apr 1967 01 Jun 2006 06 BABP PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk 31 Jul 1989 15 Jul 2002 07 BBCA PT. Bank Central Asia Tbk 10 Okt 1955 31 Mei 2000 08 BCIC PT. Bank Century Tbk 30 Mei 1989 25 Jun 1997 09 BDMN PT. Bank Danamon Tbk 11 Jan 1901 06 Des 1989 10 BEKS PT. Bank Eksekutif InternationalTbk 11 Sept 1992 13 Juli 2001 11 BNII PT. Bank International Indonesia Tbk 15 Mei 1959 21 Nov 1989 12 BKSW PT. Bank Kesawan Tbk 28 Apr 1913 21 Nov 2002 13 LPBN PT. Bank Lippo Tbk 11 Mar 1948 10 Nov 1989 14 BMRI PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 02 Okt 1998 14 Juli 2003 15 MAYA PT. Bank Mayapada International Tbk 10 Jan 1990 29 Agu 1997 16 MEGA PT. Bank MegaTbk 15 Apr 1965 04 Juli 2000 17 BBNI PT. Bank Negara Indon (Persero) Tbk 11 Jan 1901 15 Nov 1996 18 BNGA PT. Bank Niaga Tbk 11 Jan 2001 29 Nov 1989 19 NISP PT. Bank NISP Tbk 11 Jan 1901 20 Okt 1994 20 BBNP PT. Bank Nusantara Parahyangan Tbk 18 Jan 1792 10 Jan 2001 21 PNBN PT. Bank Pan Indonesia Tbk 17 Agus 1971 29 Des 1982 22 BNLI PT. Bank Permata Tbk 17 Des 1954 15 Jan 1990 23 BBRI PT. Bank Rakyat Indon (Persero) Tbk 16 Des 1895 10 Okt 2003 24 BSWD PT. Bank Swadesi Tbk 28 Sept 1968 01 Mei 2002 25 BVIC PT. Bank Victoria International Tbk 11 Sep 1980 18 Nov 1994

(25)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 37

Lampiran 2

Tabel 2

Besaran Dana Pihak Ketiga (MSDN) (dalam Persen)

No Kode Emiten 2004 2005 2006 Rerata

01 PT. Artha Graha International Tbk -46,62 13,32 2,78 -10,17 02 PT. Bank Artha Niaga Kencana Tbk 3,84 -8,64 6,21 0,47 03 PT. Bank Buana Indonesia Tbk 0,45 -5,64 1,88 -1,10

04 PT. Bank Bukopin Tbk 4,29 32,49 23,26 20,01

05 PT. Bank Bumi Arta Tbk 8,93 -30,04 34,1 4,33

06 PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk 16,25 22 25,14 21,13 07 PT. Bank Central Asia Tbk 11,55 -1,56 17,89 9,29

08 PT. Bank Century Tbk -1,14 58,06 10,92 22,61

09 PT. Bank Danamon Tbk -7,64 4,77 20,83 5,99

10 PT. Bank Eksekutif InternationalTbk -22,79 1,46 -12,09 -11,14 11 PT. Bank International Ind Tbk 3,43 24,56 25,94 17,98

12 PT. Bank Kesawan Tbk 24,87 -1,96 31,69 18,20

13 PT. Bank Lippo Tbk 4,47 1,02 6,32 3,94

14 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk -1,52 16,59 20,23 11,77 15 PT. Bank Mayapada Inter Tbk 7,73 19,02 19,21 15,32

16 PT. Bank MegaTbk 35,5 42,05 16,73 31,43

17 PT. Bank Negara Ind (Persero) Tbk -0,26 10,34 17,81 9,30

18 PT. Bank Niaga Tbk 27,94 39 13,86 26,93

19 PT. Bank NISP Tbk 6,4 18,8 21,78 15,66

20 PT. Bank Nusantara ParahTbk 20,24 27,7 14,68 20,87 21 PT. Bank Pan Indonesia Tbk 30,08 81,25 -12,24 33,03

22 PT. Bank Permata Tbk 4,18 10,65 0,85 5,23

23 PT. Bank Rakyat Ind (Persero) Tbk 107,95 17,67 6,1 43,91

24 PT. Bank Swadesi Tbk -23,34 54,7 4,12 11,83

25 PT. Bank Victoria International Tbk 17 16,73 15,89 16,54 Rerata 9,27 18,57 13,36 13,73 Pertumbuhan - 100,32% -28,11% -

(26)

Lampiran 3

Tabel 3

Besaran Beban dan Pendapatan Operasional (BOPO) (dalam Persen)

No Kode Emiten 2004 2005 2006 Rerata

01 PT. Artha Graha International Tbk 89,43 99,5 97,65 95,53 02 PT. Bank Artha Niaga Kencana Tbk 87,89 83,73 87,13 86,25 03 PT. Bank Buana Indonesia Tbk 74,15 70,73 71,44 72,11

04 PT. Bank Bukopin Tbk 83,23 83,26 82,4 82,96

05 PT. Bank Bumi Arta Tbk 77,05 77,82 93,28 82,72

06 PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk 85,33 115,87 98,54 99,91

07 PT. Bank Central Asia Tbk 66 66,78 67,55 66,78

08 PT. Bank Century Tbk 219,94 122,69 93,65 145,43

09 PT. Bank Danamon Tbk 58,03 65,65 80,33 68,00

10 PT. Bank Eksekutif InternationalTbk 71,09 95,04 113,17 93,10 11 PT. Bank International Ind Tbk 81,38 84,89 89,82 85,36

12 PT. Bank Kesawan Tbk 98,41 98,28 97,65 98,11

13 PT. Bank Lippo Tbk 81,62 77,51 75,34 78,16

14 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 73,73 82,04 80,44 78,74 15 PT. Bank Mayapada Inter Tbk 81,06 95,15 91,94 89,38

16 PT. Bank MegaTbk 72,84 87,04 91,18 83,69

17 PT. Bank Negara Ind (Persero) Tbk 78 74,83 77,53 76,79

18 PT. Bank Niaga Tbk 50,58 54,4 47,59 50,86

19 PT. Bank NISP Tbk 18,23 86,63 88,6 64,49

20 PT. Bank Nusantara ParahTbk 81,31 306,71 338,01 242,01 21 PT. Bank Pan Indonesia Tbk 57,65 81,37 73,74 70,92

22 PT. Bank Permata Tbk 88,23 89,6 90 89,28

23 PT. Bank Rakyat Ind (Persero) Tbk 60,5 74,25 75,85 70,20

24 PT. Bank Swadesi Tbk 78,01 82,91 91,12 84,01

25 PT. Bank Victoria International Tbk 76,11 86,4 86,29 82,93 Rerata 79,59 93,72 95,21 89,51

Pertumbuhan - 17,75% 1,59% -

(27)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 39

Lampiran 4

Tabel 4

Besaran Capital Adequency Ratio (CAR) (dalam Persen)

No Kode Emiten 2004 2005 2006 Rerata

01 PT. Artha Graha International Tbk 148,09 11,14 11,38 56,87 02 PT. Bank Artha Niaga Kencana Tbk 20,99 18,57 21,03 20,20 03 PT. Bank Buana Indonesia Tbk 21,83 19,92 30,36 24,04

04 PT. Bank Bukopin Tbk 15,09 13,08 15,79 14,65

05 PT. Bank Bumi Arta Tbk 33,52 37,28 41,02 37,27

06 PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk 9,98 10,37 12,91 11,09 07 PT. Bank Central Asia Tbk 23,95 21,53 22,28 22,59

08 PT. Bank Century Tbk 9,44 8,07 11,45 9,65

09 PT. Bank Danamon Tbk 27 23,48 22,37 24,28

10 PT. Bank Eksekutif InternationalTbk 14,69 11,3 9,37 11,79 11 PT. Bank International Ind Tbk 20,89 21,74 23,3 21,98

12 PT. Bank Kesawan Tbk 12,67 14,07 9,43 12,06

13 PT. Bank Lippo Tbk 19,89 20,79 23,51 21,40

14 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 23,65 23,21 24,62 23,83 15 PT. Bank Mayapada Inter Tbk 14,43 14,24 13,82 14,16

16 PT. Bank MegaTbk 13,52 11,12 15,73 13,46

17 PT. Bank Negara Ind (Persero) Tbk 17,09 15,99 15,3 16,13

18 PT. Bank Niaga Tbk 10,29 17,24 16,65 14,73

19 PT. Bank NISP Tbk 15,11 19,71 17,07 17,30

20 PT. Bank Nusantara ParahTbk 11,43 10,78 16,64 12,95 21 PT. Bank Pan Indonesia Tbk 37,43 28,72 29,47 31,87

22 PT. Bank Permata Tbk 11,4 9,8 13,47 11,56

23 PT. Bank Rakyat Ind (Persero) Tbk 16,19 15,29 19,86 17,11

24 PT. Bank Swadesi Tbk 25,95 24,06 26,55 25,52

25 PT. Bank Victoria International Tbk 14,92 20,28 20,27 18,49 Rerata 23,58 17,67 19,35 20,20 Pertumbuhan - -25,06% 9,51% -

(28)

Lampiran 5

Tabel 5

Besaran Loan to Deposit Ratio (LDR) (dalam Persen)

No Kode Emiten 2004 2005 2006 Rerata

01 PT. Artha Graha International Tbk 87,17 85,4 79,53 84,03 02 PT. Bank Artha Niaga Kencana Tbk 71,26 74,15 61,22 68,88 03 PT. Bank Buana Indonesia Tbk 58,55 87,1 86,3 77,32

04 PT. Bank Bukopin Tbk 85,12 68,39 58,86 70,79

05 PT. Bank Bumi Arta Tbk 28,3 59,1 56,75 48,05

06 PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk 83,76 80,6 98,63 87,66 07 PT. Bank Central Asia Tbk 30,6 41,78 40,11 37,50

08 PT. Bank Century Tbk 28,42 23,84 21,35 24,54

09 PT. Bank Danamon Tbk 72,49 80,82 75,51 76,27

10 PT. Bank Eksekutif InternationalTbk 89,98 83,6 76,75 83,44 11 PT. Bank International Ind Tbk 43,62 55,3 57,22 52,05

12 PT. Bank Kesawan Tbk 52,32 55,4 69,5 59,07

13 PT. Bank Lippo Tbk 22,6 32,36 44,87 33,28

14 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 53,18 57,23 51,55 53,99 15 PT. Bank Mayapada Inter Tbk 73,74 82,35 85,35 80,48

16 PT. Bank MegaTbk 48,8 51,25 42,98 47,68

17 PT. Bank Negara Ind (Persero) Tbk 55,1 54,24 46 51,78

18 PT. Bank Niaga Tbk 85,28 85,26 84,69 85,08

19 PT. Bank NISP Tbk 77,44 77,62 82,17 79,08

20 PT. Bank Nusantara ParahTbk 52,39 57,03 53,84 54,42 21 PT. Bank Pan Indonesia Tbk 72,93 55,17 75,62 67,91

22 PT. Bank Permata Tbk 57,2 78,5 83,1 72,93

23 PT. Bank Rakyat Ind (Persero) Tbk 75,2 71,25 76,26 74,24

24 PT. Bank Swadesi Tbk 54,11 55,36 54,89 54,79

25 PT. Bank Victoria International Tbk 53,93 41,2 51,94 49,02 Rerata 60,54 63,77 64,60 62,97

Pertumbuhan - 5,34% 1,30% -

(29)

Jurnal Manajemen & Bisnis Sriwijaya Vol. 5 No 10 Desember 2007 41

Lampiran 6

Tabel 6

Besaran Return On Assets (ROA) (dalam Persen)

No Kode Emiten 2004 2005 2006 Rerata

01 PT. Artha Graha International Tbk 29,73 0,29 0,31 10,11 02 PT. Bank Artha Niaga Kencana Tbk 2,58 1,43 0,96 1,66 03 PT. Bank Buana Indonesia Tbk 2,66 3,08 3,48 3,07

04 PT. Bank Bukopin Tbk 1,91 2,09 1,85 1,95

05 PT. Bank Bumi Arta Tbk 2,42 2,65 0,78 1,95

06 PT. Bank Bumiputera Indonesia Tbk 1,18 -1,51 0,15 -0,06

07 PT. Bank Central Asia Tbk 3,04 3,41 2,74 3,06

08 PT. Bank Century Tbk -8,84 0,18 0,25 -2,80

09 PT. Bank Danamon Tbk 5,74 4,68 2,82 4,41

10 PT. Bank Eksekutif InternationalTbk 1,99 -4,4 -0,65 -1,02 11 PT. Bank International Ind Tbk 2,26 1,72 1,43 1,80

12 PT. Bank Kesawan Tbk 0,37 0,3 0,36 0,34

13 PT. Bank Lippo Tbk 3,25 1,87 1,98 2,37

14 PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk 3,03 0,47 0,71 1,40 15 PT. Bank Mayapada Inter Tbk 0,99 0,76 0,83 0,86

16 PT. Bank MegaTbk 2,75 2,49 1,44 2,23

17 PT. Bank Negara Ind (Persero) Tbk 2,3 1,53 1,28 1,70

18 PT. Bank Niaga Tbk 2,45 1,79 2 2,08

19 PT. Bank NISP Tbk 2,41 1,45 1,07 1,64

20 PT. Bank Nusantara ParahTbk 1,73 1,43 0,74 1,30

21 PT. Bank Pan Indonesia Tbk 5,24 2,03 2,57 3,28

22 PT. Bank Permata Tbk 2,21 1,2 1,2 1,54

23 PT. Bank Rakyat Ind (Persero) Tbk 5,35 4,57 3,19 4,37

24 PT. Bank Swadesi Tbk 1,95 2,06 1,28 1,76

25 PT. Bank Victoria International Tbk 1,44 1,31 1,12 1,29

Rerata 3,21 1,48 1,36 2,01

Pertumbuhan - -53,89% -8,11% -

Gambar

Tabel 2 Variance Inflation Factor
Tabel 3 Ikhtisar Uji Hipotesis
Tabel 2 Besaran Dana Pihak Ketiga (MSDN)
Tabel 3 Besaran Beban dan Pendapatan Operasional (BOPO)
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian terhadap tekanan darah yang di kontrol selama 7 hari berturut-turut tanpa perlakuan, rata-rata 7/4 mmHg dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa

bijaksana memberikan bimbingan, nasehat serta meluangkan waktu dan tenaganya untuk mengarahkan penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.. Ucapan terimakasih juga tidak

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 8 tahun 2010 tentang pajak daerah bahwa yang dimaksud dengan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

“Sebenarnya kalau kita lihat subjek kemahiran hidup ini merupakan satu tapak dimana pelajar boleh memperbaiki kecerdasan emosi mereka kerana kalau kita lihat subjek

RPP dibuat untuk satu kali pertemuan (dua jam pelajaran) atau disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai

Dengan perkambangan teknologi smartphone, dibutuhkan konten berbasis web yang dapat disajikan melalui perangkat mobile tersebut. Oleh karena itu, dikembangkan juga

[r]

Hasil penelitian terbaik ditunjukkan pada variasi tiga macam fitur (interval RR, interval QRS, gradien gelombang R ) dengan kinerja berupa sensitivitas, spesifisitas, serta