STATISTIK
PEMUDA INDONESIA 2014
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
ISSN : 2086-10282086-1028 2086-1028
Nomor Publikasi : 04220.1501 04220.140104220.1303 Katalog BPS : 4103008 41030084103008
Ukuran Buku : 29,7 Cm x 21 cm Jumlah Halaman : xx + 215 halaman
Naskah : Sub Direktorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial
Penanggung Jawab Umum : Teguh Pramono, MA Penanggung Jawab Teknis : Ir. Meity Trisnowati, M.Si Editor : Dwi Susilo, M.Si
Amiek Chamami, S.ST, M.Stat Nur Budi Handayani, S.ST, M.Si Penulis Naskah : Armadi Setiawan, S.Pi
Karuniawati Dewi Ramadani S.Si Eko Budiatmodjo SST
Eko Budiatmodjo, S.ST Pengolah Data : Eko Budiatmodjo SST
Gambar Kulit : Sub Direktorat Publikasi dan Kompilasi Statistik
Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik, Jakarta – Indonesia Dicetak oleh :
Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
Statistik Pemuda Indonesia 2014 i
KATA PENGANTAR
Pemuda adalah seorang insan manusia yang mempunyai semangat tinggi dalam memperjuangkan peradaban bangsanya menuju ke arah yang lebih baik. Mereka juga merupakan sosok penting dalam setiap perubahan karena kaum muda bergerak atas nilai-nilai idealisme dan moralitas dalam melihat persoalan yang ada demi tercapainya kesejahteraan bangsa.
Oleh karenanya pembangunan di bidang kepemudaan memerlukan perencanaan program yang realistis dan terarah serta didukung oleh tersedianya data statistik mengenai pemuda. Publikasi Statistik Pemuda Indonesia 2014 adalah suatu publikasi yang secara khusus mengulas mengenai kondisi pemuda dan merupakan kelanjutan dari publikasi serupa yang diterbitkan secara berkala setiap tahun oleh Badan Pusat Stastistik (BPS). Sumber data untuk publikasi ini berasal dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2014, sedangkan informasi terkait dengan ketenagakerjaan bersumber dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2014.
Publikasi ini menyajikan gambaran secara makro pemuda Indonesia mengenai profil demografi, pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan pemuda Indonesia pada tahun 2014. Publikasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan dalam memberikan rekomendasi terkait kebijakan dan strategi pembangunan di bidang kepemudaan.
Akhir kata, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak, terutama yang berkepentingan dalam pengembangan dan pembangunan di bidang kepemudaan. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan publikasi ini. Kritik dan saran membangun untuk perbaikan publikasi serupa di masa datang sangat diharapkan.
Jakarta, November 2015
Kepala Badan Pusat Statistik
Dr. Suryamin, M.Sc
Statistik Pemuda Indonesia 2014 iii
Ringkasan Eksekutif
Pemuda sejatinya memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam proses
kehidupan berbangsa dan bernegara, karena peranannya sebagai aktor pembangunan.
Apabila peran tersebut sudah mampu dijalankan dengan baik, penuh komitmen,
senantiasa konsisten dalam melakukan perubahan dan perbaikan demi kesejahteraan
masyarakat, serta didasari oleh ilmu dan nilai-nilai agama, maka proses pembangunan
diharapkan akan berhasil mensejahterakan rakyat. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pembangunan kepemudaan harus didukung oleh tersedianya data statistik yang akurat
dan mutakhir sebagai bahan perencanaan, target/sasaran pembangunan, pengambilan
kebijakan dan evaluasi pembangunan khususnya yang berkaitan dengan pemuda.
Jumlah pemuda di Indonesia sebanyak 61,83 juta jiwa atau sekitar 24,53
persen dari 252,04 juta jiwa penduduk Indonesia. Pemuda mempunyai jumlah yang
paling kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berusia di bawah 16 tahun
(76,68 juta) dan penduduk di atas 30 tahun (113,52 juta). Rasio jenis kelamin pemuda
pada tahun 2014 sebesar 101,38 yang berarti bahwa dari setiap 100 orang pemuda
perempuan, terdapat sekitar 101 orang pemuda laki-laki. Hal ini menunjukkan jumlah
pemuda laki-laki lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan. Jika dilihat
menurut tipe daerah, proporsi pemuda di perkotaan (25,92 persen) lebih besar
dibandingkan proporsi pemuda di perdesaan (23,14 persen).
Hampir seluruh pemuda telah mengakses pendidikan, diantaranya yaitu
sebesar 23,52 persen pemuda berstatus masih bersekolah dan 75,43 persen tidak
bersekolah lagi. Namun masih ada pemuda yang belum mengakses pendidikan (tidak
pernah bersekolah), yaitu sebesar 1,05 persen. Perkembangan partisipasi pendidikan
pemuda cenderung membaik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 persentase
pemuda yang masih bersekolah sebesar 19,05 persen, naik menjadi 21,16 persen
pada tahun 2013 dan naik kembali pada tahun 2014 menjadi 23,52 persen.
Pemuda Indonesia yang tidak bisa membaca dan menulis atau buta huruf
sebesar 0,64 persen. Angka buta huruf pemuda di perdesaan sebesar 1,26 persen
iv Statistik Pemuda Indonesia 2014
lebih tinggi dibanding di perkotaan yang sebesar 0,10 persen. Rata-rata lama sekolah
yang berhasil dicapai para pemuda secara keseluruhan adalah 10,01 tahun atau secara
umum pemuda telah dapat menyelesaikan pendidikan hingga kelas 1 Sekolah Menengah
(SM). Sebesar 43,78 persen pemuda di Indonesia berpendidikan SM ke atas, 31,99
persen tamat SMP/sederajat, 18,51 persen tamat SD/sederajat dan 4,67 persen
tidak/belum tamat SD.
Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan penduduk secara
kasar adalah keluhan kesehatan. Sekitar 19,51 persen pemuda mengalami keluhan
kesehatan dalam sebulan terakhir. Pemuda perempuan yang mengalami keluhan
kesehatan dalam sebulan terakhir proporsinya lebih tinggi dibandingkan dengan
pemuda laki-laki (20,84 persen berbanding 18,20 persen). Seseorang dikatakan sakit
apabila keluhan kesehatan yang dialami mengganggu kegiatan/aktivitas sehari-hari.
Susenas 2014 mencatat sebesar 8,77 persen pemuda mengalami sakit dalam sebulan
terakhir. Secara umum, lama sakit yang diderita oleh pemuda adalah kurang dari satu
minggu (1–7 hari). Sebesar 63,76 persen pemuda menderita sakit selama 1–3 hari,
26,85 persen menderita sakit selama 4–7 hari, dan 9,38 persen lebih dari 7 hari.
Pengobatan modern lebih banyak dipilih oleh pemuda untuk mengobati
keluhan kesehatannya. Persentase pemuda yang berobat sendiri dengan
menggunakan obat modern mencapai 80,52 persen, obat tradisional sebesar 6,34
persen, dan obat lainnya sebesar 1,12 persen. Cara lain yang dapat digunakan oleh
seseorang dalam mengobati sakit yang dideritanya selain mengobati sendiri adalah
berobat ke tempat pelayanan kesehatan atau mendatangkan petugas kesehatan ke
rumah. Tempat layanan kesehatan yang paling banyak dikunjungi oleh pemuda dalam
upaya mengobati sakit yang diderita adalah praktek dokter (33,55 persen), praktek
tenaga kesehatan (30,85 persen) dan puskesmas (27,57 persen).
Program Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha mencapai
kesejahteraan keluarga. Pada tahun 2014, sebesar 60,19 persen pemuda perempuan
pernah kawin sedang mengikuti program KB, sebesar 16,78 persen pernah ikut KB
tetapi sekarang tidak lagi, dan sebesar 23,02 persen sama sekali tidak pernah
mengikuti program KB. Jenis alat/cara ber-KB yang banyak digunakan pemuda
perempuan pernah kawin adalah suntikan KB (69,78 persen) dan pil KB (18,70 persen).
Alasan pemuda perempuan pernah kawin tidak menggunakan alat KB antara lain karena
Statistik Pemuda Indonesia 2014 v
baru melahirkan, menyusui, kesehatan, suami merantau dan lainnya (44,24 persen),
alasan fertilitas (31,08 persen) dan takut efek samping alat KB (15,54 persen).
Pembangunan ketenagakerjaan tidak terlepas dari pembangunan kepemudaan.
Pemuda memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan, termasuk
diantaranya memasuki usia kerja. Berdasarkan data Sakernas 2014 sebesar 51,03
persen pemuda di Indonesia selama seminggu terakhir melakukan kegiatan bekerja.
Apabila dilihat menurut jenis kelamin, persentase pemuda laki-laki yang bekerja
lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda perempuan (63,32 persen berbanding
38,50 persen).
Berdasarkan data Sakernas Agustus 2014, pemuda yang terlibat dalam kegiatan
ekonomi cukup besar. Hal ini terlihat dari TPAK pemuda yang besarnya mencapai 60,01
persen. Angka ini menunjukkan bahwa dari 100 pemuda, sekitar 60 orang diantaranya
aktif melakukan kegiatan ekonomi. TPAK pemuda laki-laki sebesar 74,13 persen,
sedangkan TPAK pemuda perempuan sebesar 45,62 persen. Sektor pertanian masih
memegang peran penting bagi ketenagakerjaan Indonesia. Hal ini terlihat dari besarnya
(25,23 persen) pemuda Indonesia yang bekerja di lapangan usaha pertanian. Selain
pertanian, lapangan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja pemuda adalah sektor
perdagangan (22,86 persen), industri (18,20 persen), dan jasa (16,97 persen).
Distribusi pemuda yang bekerja menurut status pekerjaan memberikan gambaran
tentang kedudukan seseorang dalam pekerjaan. Lebih dari separuh 53,77 persen
pemuda di Indonesia yang bekerja berstatus sebagai buruh/karyawan, selebihnya
berstatus sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar (19,15 persen) dan berusaha sendiri
(10,67 persen).
Pemuda yang bekerja dengan jam kerja lebih dari 35 jam dalam seminggu
sebesar 67,01 persen. TPT pemuda di Indonesia tercatat sebesar 14,97 persen.
Angka tersebut menunjukkan bahwa secara rata-rata dari setiap 100 pemuda
angkatan kerja sebanyak 14 sampai 15 pemuda belum mempunyai pekerjaan. Secara
nasional persentase pemuda yang bekerja dengan pendapatan Rp 1.000.000,- keatas
(55,31 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki pendapatan kurang
dari Rp 1.000.000.
Statistik Pemuda Indonesia 2014 vii
Daftar Tabel Sampling Error xvii
Daftar Singkatan xix
Bab I Pendahuluan 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Maksud dan Tujuan 5
1.3 Sistematika Penyajian 5
Bab II Metodologi 9
2.1 Sumber Data 9
2.1.1 Ruang Lingkup 10
2.1.2 Kerangka Sampel 11
2.1.3 Pemilihan Sampel 11
2.1.4 Metode Pengumpulan Data 11
2.2 Keterwakilan sampel 12
2.3 Konsep dan Definisi 13
2.4 Keterbatasan Data 19
2.5 Metode Estimasi 19
2.6 Metode Analisis 19
Bab III Profil Demografi 23
3.1 Jumlah Pemuda dan Jumlah Penduduk Indonesia 24
3.2 Pemuda menurut Jenis Kelamin 25
3.3 Pemuda menurut Wilayah 26
3.4 Pemuda menurut Kelompok Umur 28
3.5 Pemuda menurut Status Perkawinan 29
viii Statistik Pemuda Indonesia 2014
Halaman
3.6 Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga 31
3.7 Pemuda menurut Status Tinggal Bersama dalam Rumah Tangga 34
Bab IV Pendidikan 39
4.1 Partisipasi Sekolah 40
4.2 Angka Buta Huruf 46
4.3 Rata-rata Lama Sekolah 49
4.4 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 52
4.5 Akses Internet 54
5.5 Partisipasi Pemuda Perempuan dalam Program Keluarga Berencana (KB)
73
5.6 Umur Perkawinan Pertama Pemuda Perempuan 76
Bab VI Ketenagakerjaan 81
6.1 Partisipasi dalam Kegiatan Ekonomi 82
6.2 Lapangan Usaha 87
6.3 Status Pekerjaan 89
6.4 Jam Kerja 92
6.5 Tingkat Pengangguran Terbuka 94
6.6 Pendapatan/Upah/Gaji Bersih 98
Bab VII Program Pemberdayaan Pemuda 103
7.1 Program Penyadaran Pemuda 105
7.2 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Pemuda 106
7.3 Program Kepemudaan Lainnya 110
Daftar Pustaka 111
Lampiran Tabel 115
Statistik Pemuda Indonesia 2014 ix
Daftar Gambar
Gambar Halaman
3.1 Persentase Pemuda Indonesia, 2010−2014 25
3.2 Persebaran Pemuda Indonesia menurut Pulau, 2014 27
3.3 Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, 2014
29
3.4 Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan dan Tipe Daerah, 2014
30
3.5 Proporsi Pemuda Kepala Rumah Tangga menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014
32
4.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah dan Partisipasi Sekolah, 2014
41
4.2 Persentase Pemuda menurut Partisipasi Sekolah, 20122014 43
4.3 Angka Buta Huruf Pemuda menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2014
47
4.4 Angka Buta Huruf Pemuda menurut Provinsi, 2014 48
4.5 Rata-rata Lama Sekolah Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014
49
4.6 Rata-rata Lama Sekolah Pemuda menurut Provinsi, 2014 51
5.1 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Sebulan Terakhir menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014
62
5.2 Angka Kesakitan Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014
65
5.3 Angka Kesakitan Pemuda menurut Provinsi, 2014 66
5.4 Persentase Pemuda yang Sakit menurut Lama Sakit dan Jenis Kelamin, 2014
68
5.5 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Tipe Daerah dan Jenis
Obat/Pengobatan, 2014
71
5.6 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Tipe Daerah dan Tempat Berobat, 2014
72
5.7 Persentase Pemuda Perempuan yang Berstatus Pernah Kawin menurut Tipe Daerah dan Partisipasi KB, 2014
x Statistik Pemuda Indonesia 2014
Gambar Halaman
6.1 TPAK Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014 85
6.2 TPAK Pemuda menurut Provinsi, 2014 86
6.3 Proporsi Pemuda Setengah Pengangguran menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014
94
6.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014
95
6.5 Tingkat Penganguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Provinsi, 2014
97
Statistik Pemuda Indonesia 2014 xi
Daftar Tabel
Tabel Halaman
1 Keputusan mengenai Keakuratan Suatu Estimasi 13
3.1 Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2014 Umur, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2014
31
3.6 Proporsi Pemuda Kepala Rumah Tangga menurut Kelompok Umur, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2014
33
3.7 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Status Tinggal Bersama Dalam Rumah Tangga, 2014
35
4.1 Persentase Pemuda menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin, 2014
41
4.2 Persentase Pemuda menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2014
4.4 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pemuda menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Tipe Daerah, 2014
45
4.7 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2014
52
4.8 Proporsi Pemuda yang Mengakses Internet selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Partisipasi Sekolah, dan Tipe Daerah, 2014
55
5.1 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Sebulan Terakhir menurut Status Tinggal Bersama dalam Rumah Tangga dan Jenis Kelamin, 2014
xii Statistik Pemuda Indonesia 2014
Tabel Halaman
5.2 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jenis Keluhan, 2014
64
5.3 Persentase Pemuda yang Sakit menurut Lamanya Sakit dan Tipe Daerah, 2014
67
5.4 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Jenis Obat/Pengobatan yang Digunakan dan Jenis Kelamin, 2014
70
5.5 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Jenis Kelamin dan Tempat Berobat, 2014
72
5.6 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Jenis Kegiatan dan Tempat Berobat, 2014
73 Menggunakan Alat/Cara KB menurut Alasan Utama dan Tipe Daerah, 2014
76
5.9 Persentase Pemuda Perempuan yang Pernah Kawin menurut Tipe Daerah dan Kelompok Umur Perkawinan Pertama, 2014
78
6.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Kegiatan Seminggu Terakhir, 2014
83
6.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2014
84
6.3 TPAK Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2014
87
6.4 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Tipe Daerah, 2014
88
6.5 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin, 2014
89
6.6 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Tipe Daerah, 2014
89
6.7 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2014
90
6.8 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2014
91
6.9 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja selama Seminggu Terakhir dan Jenis Kelamin, 2014
92
6.10 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jumlah Jam Kerja selama Seminggu Terakhir, 2014
Statistik Pemuda Indonesia 2014 xiii
Tabel Halaman
6.11 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, 2014
96
6.12 Persentase Pemuda yang Bekerja dan Berusaha atau Dibayar menurut Tipe Daerah dan Pendapatan/Upah/Gaji Bersih Sebulan, 2014
98
Statistik Pemuda Indonesia 2014 xv
Daftar Tabel Lampiran
Tabel Halaman
3.1.1–3.1.3 Perkiraan Jumlah Pemuda menurut Provinsi dan Jenis Kelamin (ribuan), 2014
3.4.1−3.4.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Perkawinan, 2014
122−124
4.1.1−4.1.3 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, dan Partisipasi Sekolah, 2014
125‒127
4.2.1−4.2.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Partisipasi Sekolah, 2014
128‒130
4.3.1-4.3.3 Persentase Pemuda Masih Bersekolah menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2014
131-133
4.4 Persentase Pemuda yang Buta Huruf menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2014
134
4.5.1−4.5.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2014
135‒137
4.6.1−4.6.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Alasan Tidak/Belum Pernah Sekolah atau Tidak Bersekolah Lagi, 2014
138‒140
4.7 Proporsi Pemuda Masih Sekolah yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2014
141
5.1 Proporsi Pemuda yang Mempunyai Keluhan Kesehatan selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2014
142
5.2.1−5.2.3 Proporsi Pemuda yang Mempunyai Keluhan Kesehatan selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Keluhan, 2014
143‒145
5.3.1−5.3.3 Angka Kesakitan Pemuda menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2013
146‒148
5.4.1−5.4.3 Persentase Pemuda yang Sakit selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Lamanya Sakit, 2014
149‒151
xvi Statistik Pemuda Indonesia 2014
Tabel Halaman
5.7.1−5.7.3 Persentase Pemuda Perempuan Pernah Kawin menurut Provinsi dan Partisipasi dalam Program KB, 2014
158‒160
5.8.1−5.8.3 Persentase Pemuda Perempuan Pernah Kawin yang Sedang Menggunakan Alat/Cara KB menurut Provinsi dan Jenis Alat/Cara KB yang Digunakan, 2014
161‒163
5.9.1−5.9.3 Persentase Pemuda Perempuan yang Pernah Kawin menurut Provinsi dan Kelompok Umur saat Perkawinan Pertama, 2014
164‒166
6.1.1−6.1.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama selama Seminggu Terakhir, 2014
167‒169
6.2.1−6.2.3 Persentase Angkatan Kerja Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama selama Seminggu Terakhir, 2014
170‒172
6.3.1−6.3.3 Persentase Pemuda Bukan Angkatan Kerja menurut Provinsi dan Kegiatan Utama selama Seminggu Terakhir, 2014
173‒175
6.4.1−6.4.3 Persentase Pemuda yang Bekerja selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2014
6.7.1−6.7.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja Seminggu Terakhir, 2014
185‒187
6.8.1−6.8.3 Tingkat Pengangguran Terbuka Pemuda menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2014
188‒190
6.9.1−6.9.3 Persentase Pemuda yang Bekerja dan Berusaha atau Dibayar menurut Provinsi dan Pendapatan/Upah/Gaji Bersih Sebulan, 2014
Statistik Pemuda Indonesia 2014 xvii
7.2 Sampling Error Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pemuda menurut
Provinsi dan Tipe Daerah, 2014
7.5 Sampling Error Persentase Pemuda Pengguna Internet Menurut
Provinsi dan Tipe Daerah, 2014
205
7.6 Sampling Error Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan
Kesehatan Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2014
206
7.7 Sampling Error Angka Kesakitan Pemuda Menurut Provinsi dan
Tipe Daerah, 2014
207
7.8 Sampling Error Persentase Pemuda Perempuan yang Menggunakan
KB Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2014
208
7.9 Sampling Error Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2014
209
7.10 Sampling Error Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2014
210
7.11 Sampling Error Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2014
Statistik Pemuda Indonesia 2014 xix
Daftar Singkatan
APS : Angka Partisipasi Sekolah ART : Anggota Rumah Tangga
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKR : Bina Keluarga Remaja
Genre : Generasi Berencana
IPM : Indek Pembangunan Manusia JPI : Jambore Pemuda Indonesia KB : Keluarga Berencana
Kemenpora : Kementerian Pemuda dan Olahraga KF : Keaksaraan Fungsional
KRT : Kepala Rumah Tangga KPN : Kapal Pemuda Nusantara KRI : Kapal Republik Indonesia KWP : Kelompok Wirausaha Pemuda
LNRPB : Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari MDGs : Millennium Development Goals
PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini
Paskibraka : Pasukan Pengibar Bendera Pusaka
PIK R/M : Pusat Informasi dan Konseling Remaja dan Mahasiswa PLS : Pendidikan Luar Sekolah
PSP3 : Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan PT : Perguruan Tinggi
PUP : Pendewasaan Usia Perkawinan
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Sakernas : Survei Angkatan Kerja Nasional
SD : Sekolah Dasar
SDM : Sumber Daya Manusia
SLS : Satuan Lingkungan Setempat SMA : Sekolah Menengah Atas SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SMP : Sekolah Menengah Pertama SP : Sensus Penduduk
Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka UUD : Undang-undang
PENDAHULUAN
Statistik Pemuda Indonesia 2014 3
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Pemuda sejatinya memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam proses
kehidupan berbangsa dan bernegara, karena peranannya sebagai aktor pembangunan.
Menurut Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, yang dimaksud
dengan pemuda adalah warga negara Indonesia yang berusia 16-30 tahun. Berbekal
kemampuan dan kecakapannya, pemuda mampu menjadi bagian dalam proses
pembangunan yang mandiri, kreatif dan berkomitmen. Apabila peran tersebut sudah
mampu dijalankan dengan baik, yaitu penuh komitmen dan konsistensi untuk
senantiasa melakukan perubahan dan perbaikan demi kesejahteraan masyarakat, serta
derap langkah memainkan peran tersebut didasari ilmu dan nilai-nilai agama, maka
menjadi harapan besar proses pembangunan akan berhasil mensejahterakan rakyat.
Dalam sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu
mempunyai peran yang sangat penting atas setiap peristiwa yang terjadi. Peran penting
4 Statistik Pemuda Indonesia 2014 pemuda telah tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang dimulai dari
pergerakan Budi Utomo tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, proklamasi
kemerdekaan tahun 1945, pergerakan pemuda, pelajar, dan mahasiswa tahun 1966,
sampai dengan pergerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang meruntuhkan kekuasaan
Orde Baru selama 32 tahun sekaligus membawa bangsa Indonesia memasuki masa
reformasi. Fakta historis ini menjadi salah satu bukti bahwa pemuda selama ini mampu
berperan aktif sebagai pionir dalam proses perjuangan, pembaruan, dan pembangunan
bangsa.
Dalam proses pembangunan bangsa, pemuda merupakan kekuatan moral,
kontrol sosial, dan agen perubahan sebagai perwujudan dari fungsi, peran, karakteristik,
dan kedudukannya yang strategis dalam pembangunan nasional. Hal ini sesuai dengan
Bab II Pasal 3 Undang-Undang Kepemudaan yang menyebutkan bahwa pembangunan
pemuda bertujuan untuk mewujudkan pemuda yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri,
demokrasi, bertanggung jawab, berdaya saing serta memiliki jiwa kepemimpinan,
kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Mengingat demikian kompleksnya tujuan pembangunan pemuda tersebut, maka
Kementerian Pemuda dan Olahraga yang mempunyai tanggung jawab dalam
pemberdayaan dan pengembangan pemuda menuangkan tujuannya dalam Visi
Kementerian Pemuda dan Olahraga Ke e pora , ya g berbu yi Mewujudkan
Kepe udaa da Keolahragaa ya g Berdaya “ai g . Berdaya saing dalam lingkup
kepemudaan mempunyai pengertia e iliki ke a pua berko pete si ya g
dihasilkan melalui pola pengkaderan dan peningkatan potensi pemuda secara
terencana, sistematis, dan berkelanjutan sesuai dengan metode pendidikan,
pelatihan, pemagangan, pembimbingan, pendampingan, serta pemanfaatan kajian,
kemitraan, da se tra pe berdayaa pe uda ya g terus e erus dike ba gka
sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal dalam menciptakan nilai tambah
kepemudaan di berbagai bidang pembangunan serta peningkatan akhlak mulia dan
prestasi pemuda Indonesia dikancah kompetisi global. Di dalam visi tersebut,
pemuda Indonesia harus diberdayakan menjadi pemuda yang cerdas, bermoral baik,
berkarakter, dan mandiri serta memiliki kemampuan berkompetisi di era globalisasi.
Statistik Pemuda Indonesia 2014 5 Untuk mencapai tujuan pembangunan kepemudaan harus didukung oleh
tersedianya data statistik yang akurat dan mutakhir sebagai bahan perencanaan,
target/sasaran pembangunan, pengambilan kebijakan dan evaluasi pembangunan
khususnya yang berkaitan dengan pemuda. Publikasi Statistik Pemuda Indonesia 2014
menyajikan gambaran makro mengenai kondisi dan situasi pemuda Indonesia baik
tingkat nasional maupun provinsi pada tahun 2014.
1.2 Maksud dan Tujuan
Penyusunan publikasi Statistik Pemuda Indonesia 2014 bertujuan untuk
memperoleh gambaran rinci dan menyeluruh mengenai profil pemuda di Indonesia,
baik tingkat nasional maupun provinsi. Profil pemuda dalam publikasi ini dilihat dari
sisi demografi, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan program pemberdayaan
pemuda. Beberapa indikator penting yang disajikan dalam publikasi ini antara lain
dalam aspek demografi menyangkut distribusi pemuda, rasio jenis kelamin, status
perkawinan, keberadaan pemuda sebagai kepala rumah tangga. Aspek pendidikan
mencakup partisipasi sekolah, angka buta huruf, rata-rata lama sekolah, tingkat
pendidikan yang ditamatkan dan akses internet. Aspek kesehatan mencakup keluhan
kesehatan, angka kesakitan, lama sakit, cara berobat, perkawinan pertama, dan
partisipasi dalam program keluarga berencana. Aspek ketenagakerjaan menyajikan
partisipasi dalam kegiatan ekonomi, lapangan usaha, status pekerjaan, jam kerja,
tingkat pengangguran terbuka, dan pendapatan/upah/gaji bersih. Selanjutnya aspek
program pemberdayaan pemuda menyajikan pembangunan kepemudaan yang
dilaksanakan melalui berbagai macam program dan kegiatan yang meliputi
penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan potensi kepemimpinan,
kewirausahaan, serta kepeloporan pemuda. Publikasi ini juga memberikan gambaran
yang jelas mengenai kesenjangan potensi, kualitas, dan dinamika pemuda menurut
wilayah (provinsi dan tipe daerah) serta jenis kelamin.
1.3. Sistematika Penyajian
Publikasi Statistik Pemuda Indonesia 2014 secara sistematis disajikan dalam
tujuh bagian. Ringkasan eksekutif di bagian awal publikasi dimaksudkan untuk
memberikan gambaran yang menyeluruh dari keseluruhan isi publikasi. Uraian yang
6 Statistik Pemuda Indonesia 2014 rinci disajikan dalam bab-bab sesuai tema bahasan dari publikasi. Bagian pertama (Bab
I) menyajikan latar belakang penyusunan publikasi, tujuan, dan sistematika penyajian.
Metodologi mencakup sumber data, ruang lingkup, metode pengumpulan data, petugas
lapangan, serta konsep dan definisi disajikan pada bagian kedua (Bab II). Bagian
berikutnya secara berturut-turut menyajikan gambaran pemuda dari aspek demografi
(Bab III), pendidikan (Bab IV), kesehatan (Bab V), ketenagakerjaan(Bab VI), dan program
pemberdayan pemuda (Bab VII).
METODOLOGI
Statistik Pemuda Indonesia 2014 9
Metodologi
2.1 Sumber Data
Sumber data utama yang digunakan dalam publikasi Statistik Pemuda Indonesia
Tahun 2014 ini adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2014
dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2014. Jenis data yang digunakan
adalah:
a. Data Kor Susenas Tahun 2014, sebagai dasar untuk memperoleh gambaran
makro mengenai kondisi dan potensi pemuda dari sisi demografi, pendidikan,
dan kesehatan.
b. Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Tahun 2014 yang digunakan
untuk melihat gambaran ketenagakerjaan pemuda.
Susenas merupakan survei yang dirancang untuk mengumpulkan data sosial
kependudukan yang cakupannya relatif sangat luas, meliputi keseluruhan aspek sosial
dan ekonomi penduduk. BPS melaksanakan Susenas sejak tahun 1963. Dalam dua
10 Statistik Pemuda Indonesia 2014 dekade terakhir sampai dengan tahun 2010, Susenas dilaksanakan setiap tahun. Tahun
2011-2014, Susenas dilaksanakan secara triwulanan (triwulan I–IV) yaitu pada bulan
Maret, Juni, September, dan Desember. Susenas mengumpulkan data kor (keterangan
pokok) dan data modul (keterangan sasaran). Data kor dikumpulkan setiap tahun
sedangkan data modul dikumpulkan secara bergiliran setiap 3 tahun sekali. Sedangkan
mulai tahun 2015 Susenas akan dilaksanakan satu tahun dua kali yaitu pada bulan
Maret dan September.
Data yang dikumpulkan melalui Susenas Kor antara lain keterangan umum
anggota rumah tangga (anggota ruta), yaitu nama, hubungan dengan kepala rumah
tangga, jenis kelamin, umur, dan status perkawinan; keterangan tentang kesehatan;
keterangan pendidikan anggota ruta 5 tahun ke atas; keterangan kegiatan
ketenagakerjaan anggota ruta 10 tahun ke atas; dan keterangan fertilitas untuk wanita
pernah kawin. Selain itu Susenas Kor juga mengumpulkan data mengenai keterangan
perumahan yang mencakup penguasaan tempat tinggal, luas lantai, sumber air minum,
fasilitas tempat buang air besar, sumber penerangan, dan bahan bakar/energi untuk
memasak; dan keterangan sosial ekonomi lainnya, antara lain mencakup pemanfaatan
fasilitas program pemberdayaan masyarakat miskin (raskin, kartu sehat, dan
sejenisnya), pemanfaatan fasilitas kredit, ketersediaan jaminan kesehatan dan aset dan
jaminan rumah tangga; dan keterangan teknologi komunikasi dan informasi.
2.1.1 Ruang Lingkup
Pelaksanaan Susenas Kor 2014 dilaksanakan dalam 3 triwulan, mencakup
225.000 rumah tangga sampel yang tersebar di seluruh provinsi dan 497
kabupaten/kota di Indonesia, dimana setiap triwulan akan didistribusikan sebanyak
75.000 rumah tangga. Data hasil pencacahan setiap triwulan dapat disajikan baik untuk
tingkat nasional maupun provinsi, sedangkan dari kumulatif pelaksanaan pencacahan
selama empat triwulan datanya dapat disajikan sampai dengan tingkat kabupaten/kota.
Data yang digunakan dalam publikasi ini adalah data gabungan Susenas Kor 2014
Triwulan I-III dan Susenas Kor 2013 Triwulan IV.
Statistik Pemuda Indonesia 2014 11 2.1.2 Kerangka Sampel
Kerangka sampel yang digunakan terdiri dari tiga jenis, yaitu kerangka sampel
untuk penarikan sampel tahap pertama, kerangka sampel untuk penarikan sampel
tahap kedua, dan kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap ketiga.
Kerangka sampel tahap pertama adalah daftar wilayah pencacahan (wilcah) SP2010
yang disertai dengan informasi banyaknya rumah tangga hasil listing SP2010 (Daftar
RBL1).
Kerangka sampel tahap kedua adalah daftar blok sensus pada setiap wilcah terpilih.
Kerangka sampel tahap ketiga adalah daftar rumah tangga biasa pada blok sensus
terpilih yang telah dimutakhirkan menjelang pelaksanaan survei. Rumah tangga
tidak termasuk rumah tangga khusus seperti panti asuhan, barak polisi/militer, dan
penjara.
2.1.3 Pemilihan Sampel
Metode sampling yang digunakan yaitu penarikan sampel tiga tahap berstrata.
Tahapan dari metode ini diuraikan sebagai berikut:
Tahap pertama, memilih sampel wilcah secara PPS (Probability Proportional to Size)
dengan size banyaknya rumah tangga SP2010. Kemudian wilcah terpilih tersebut
dialokasikan secara acak ke dalam 4 (empat) triwulan. Keseluruhan sampel wilcah
diambil sebanyak 30 ribu wilcah, masing-masing triwulan sebanyak 7,5 ribu wilcah.
Tahap kedua, memilih BS pada setiap wilcah terpilih Susenas Triwulan I, II, III, dan
IV.
Tahap ketiga, dari setiap blok sensus terpilih Susenas yang sudah dilakukan
pemutakhiran listing rumah tangga hasil Sensus Penduduk tahun 2010, dipilih
sebanyak 10 rumah tangga secara sistematik. Pemilihan sampel rumah tangga di
beberapa lokasi menggunakan program komputer yang telah disiapkan
berdasarkan hasil pemutakhiran.
2.1.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data di setiap rumah tangga terpilih dilakukan wawancara
langsung antara petugas pencacah dengan responden. Keterangan individu
dikumpulkan melalui wawancara dengan individu yang bersangkutan, sedangkan
12 Statistik Pemuda Indonesia 2014 keterangan tentang rumah tangga dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala
rumah tangga, suami/istri kepala rumah tangga, atau anggota rumah tangga lain yang
mengetahui karakteristik yang ditanyakan.
2.2 Keterwakilan Sampel
Keterwakilan sampel dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu banyaknya sampel,
kesalahan sampling (sampling error), dan kesalahan non sampling atau human errors
(non sampling error). Keterwakilan sampel ini mempengaruhi estimasi hasil pendataan.
(1) Banyaknya sampel
Semakin banyak atau semakin besar jumlah sampel dalam suatu survei, maka
estimasi yang dihasilkan akan semakin mendekati karakteristik populasinya.
(2) Kesalahan non sampling (Non Sampling Error)
Non sampling error merupakan kesalahan yang muncul pada saat
pelaksanaan survei dan atau saat pengolahan data. Contoh kesalahan dalam
pelaksanaan survei antara lain:
i) Penggunaan konsep dan definisi yang salah oleh petugas akibat kesalahan
penyampaian dari instruktur ke petugas pencacah maupun pengawas,
ii) Tidak ditemukannya rumah tangga sampel,
iii) Kesalahan pengertian antara responden dan petugas pencacah pada saat
wawancara.
Sedangkan contoh kesalahan pada saat pengolahan antara lain:
i) Kesalahan pada saat perekaman data (entry data),
ii) Kesalahan editing dan coding.
Meskipun berbagai upaya telah dilakukan sejak perencanaan sampai
dengan pelaksanaan pendataan yang bertujuan untuk memperkecil jenis
kesalahan ini, namun kesalahan non sampling tidak dapat dihilangkan sama sekali
serta sulit untuk dievaluasi secara statistik.
(3) Kesalahan sampling (Sampling Error)
Sampling error merupakan kesalahan yang muncul akibat dari penggunaan
teknik sampling dalam suatu survei. Estimasi yang dihasilkan dalam survei tidak
terlepas dari sampling variability. Secara statistik, besarnya sampling error dapat
ditunjukkan oleh besarnya angka galat baku (Standard Error/SE). Untuk mengukur
Statistik Pemuda Indonesia 2014 13 sejauh mana sampel yang digunakan sudah cukup menggambarkan keadaan
parameter populasi digunakan Relative Standard Error (RSE), yaitu hasil bagi SE
dengan nilai estimasi suatu variabel yang dinyatakan dalam persentase (%).
Dalam publikasi ini penghitungan RSE menggunakan metode Taylor Linearization
untuk mengestimasi nilai total maupun rata-ratanya. Namun tidak semua variabel hasil
pendataan dihitung SE dan RSE, hanya beberapa variabel penting saja yang dihitung.
Menurut Aryago Mulia dkk (2008), kualitas hasil estimasi suatu survei bisa diamati
dari RSE yang dihasilkan dimana keputusan mengenai keakuratan suatu estimasi bisa
diamati dari hasil penghitungan RSE tersebut. Kesalahan sampling dari beberapa estimasi
harus digunakan secara hati-hati. Untuk estimasi berdasarkan jumlah kasus yang kecil,
kesalahan relatif cenderung sangat besar. Secara umum, besaran SE meningkat seiring
dengan meningkatnya besaran estimasi. Sebaliknya, RSE menurun jika ukuran estimasi
tersebut meningkat. Estimasi yang sangat kecil dengan demikian akan menghasilkan RSE
yang tinggi sehingga nilainya menjadi tidak akurat. Nilai esti asi de ga R“E ≤ %
dia ggap akurat, seda gka ilai esti asi de ga R“E > % tetapi ≤ % perlu hati-hati jika ingin digunakan, dan estimasi dengan RSE > 50% dianggap sangat tidak akurat dan
seharusnya digabungkan dengan estimasi yang lain untuk memberikan estimasi dengan
R“E ≤ %.
Tabel 1. Keputusan mengenai Keakuratan Suatu Estimasi
Kondisi Perlakuan
RSE ≤ 25% Akurat (bisa digunakan)
25% < RSE ≤ 50% Perlu hati-hati jika digunakan
RSE > 50% Dianggap tidak akurat (harus digabungkan dengan estimasi
lai u tuk e berika esti asi de ga R“E ≤ %.
2.3 Konsep dan Definisi
a. Pemuda adalah penduduk berumur 16-30 tahun.
b. Tipe Daerah menggambarkan kelompok desa/kelurahan yang termasuk daerah
perkotaan atau perdesaan. Penentuan suatu desa/kelurahan termasuk perkotaan
atau perdesaan menggunakan suatu indikator komposit (indikator gabungan) yang
14 Statistik Pemuda Indonesia 2014 skor atau nilainya didasarkan pada skor atau nilai-nilai tiga buah variabel:
kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan akses ke fasilitas
perkotaan.
c. Rumah Tangga Biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami atau
tinggal bersama di sebagian atau seluruh bangunan fisik/bangunan sensus dan
biasanya makan dari satu dapur. Yang dimaksud satu dapur adalah jika pengurusan
kebutuhan sehari-hari dikelola menjadi satu. Beberapa orang yang bersama-sama
mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya
sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa.
Rumah Tangga Khusus adalah orang yang tinggal di asrama seperti asrama
perawat, asrama mahasiswa dan asrama TNI/Polisi, panti asuhan, panti jompo, dan
sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) berjumlah 10 orang atau
lebih.
d. Kepala Rumah Tangga adalah salah seorang dari ART yang bertanggung jawab atas
pemenuhan kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau orang yang
dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT.
e. Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di
suatu rumah tangga baik yang pada waktu pencacahan berada di rumah tangga
tersebut maupun yang sedang bepergian kurang dari 6 bulan dan tidak berniat
pindah.
Tidak termasuk anggota rumah tangga yaitu orang yang telah bepergian selama 6
bulan atau lebih, atau kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah (akan
meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih).
Di sisi lain, orang yang telah 6 bulan atau lebih tinggal di rumah tangga yang sedang
dicacah atau yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap
dianggap sebagai anggota rumah tangga dari rumah tangga yang sedang dicacah
tersebut.
f. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara penduduk laki-laki dan
perempuan pada suatu daerah dan pada waktu tertentu, yang biasanya
dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan.
Statistik Pemuda Indonesia 2014 15
g. Kawin adalah mempunyai isteri (bagi pria) atau suami (bagi wanita) pada saat
pencacahan, baik tinggal bersama maupun tinggal terpisah. Dalam hal ini yang
dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan
sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat
sekelilingnya dianggap sebagai suami isteri.
h. Cerai Hidup adalah berpisah sebagai suami-isteri karena bercerai dan belum
kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum
resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah
tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/isteri ditinggalkan oleh isteri/suami
ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan atau untuk keperluan
lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi mengaku pernah hamil
dianggap sebagai cerai hidup.
i. Cerai Mati adalah ditinggal mati oleh suami atau isterinya dan belum kawin lagi.
j. Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak/belum pernah terdaftar dan aktif
mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan, termasuk mereka yang tamat
taman kanak-kanak tetapi tidak melanjutkan ke sekolah dasar.
Masih bersekolah adalah apabila terdaftar dan aktif mengikuti proses belajar di
suatu jenjang pendidikan formal dan non formal (Paket A, Paket B dan Paket C),
baik yang berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemdikbud), Kementerian Agama (Kemenag), Instansi Negeri lain maupun Instansi
Swasta.
Tidak bersekolah lagi adalah pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik
di suatu jenjang pendidikan formal maupun non formal (Paket A/B/C), tetapi pada
saat pencacahan tidak lagi terdaftar dan tidak lagi aktif.
k. Pendidikan:
Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, meliputi
SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, SM/MA/sederajat, dan PT.
Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Meliputi pendidikan
16 Statistik Pemuda Indonesia 2014 kecakapan hidup (kursus), pendidikan anak usia dini (PAUD) atau prasekolah,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan
(paket A, paket B, dan paket C) serta pendidikan lainnya yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.
l. Tamat Sekolah adalah telah menyelesaikan pelajaran pada kelas/tingkat terakhir
suatu jenjang pendidikan di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan
tanda tamat/ijazah. Seorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi
tetapi jika ia mengikuti ujian dan lulus maka dianggap tamat.
m. Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi
yang sudah ditamatkan oleh seseorang yang sudah tidak sekolah lagi atau jenjang
pendidikan tertinggi yang pernah diduduki dan ditamatkan oleh seseorang yang
masih bersekolah.
Belum tamat SD adalah pernah/sedang bersekolah di SD atau yang sederajat tetapi
tidak/belum tamat.
SD meliputi sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, dan sederajat.
SMP meliputi jenjang pendidikan SMP umum, madrasah tsanawiyah, SMP kejuruan,
dan sederajat.
SM meliputi jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), madrasah aliyah, dan sederajat.
Diploma/Sarjana adalah program DI/DII/DIII atau mendapatkan gelar sarjana muda
pada suatu akademi/perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
diploma/mengeluarkan gelar sarjana muda, program pendidikan diploma IV,
sarjana pada suatu perguruan tinggi, program pendidikan pascasarjana (master
atau doktor), spesialis 1 atau 2 pada suatu perguruan tinggi.
n. Dapat Membaca dan Menulis adalah kemampuan seseorang untuk bisa membaca
dan menulis kata-kata/kalimat sederhana dalam huruf tertentu.
Buta Aksara/Huruf adalah tidak bisa membaca dan menulis kalimat sederhana
dengan suatu aksara, termasuk huruf Braille. Orang cacat yang pernah dapat
membaca dan menulis digolongkan tidak buta huruf.
Statistik Pemuda Indonesia 2014 17
o. Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan
kesehatan atau kejiwaan baik karena penyakit, kecelakaan, kriminal, dan lain lain.
p. Sakit adalah menderita penyakit baik akut maupun kronis atau gangguan
kesehatan lainnya yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu. Orang yang
mempunyai keluhan kesehatan (misalnya masuk angin atau pilek) tetapi kegiatan
sehari-harinya tidak terganggu dianggap tidak sakit.
q. Angkatan Kerja Pemuda adalah penduduk berumur 16–30 tahun yang selama
seminggu sebelum pencacahan mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun
sementara tidak bekerja, atau yang sedang mencari pekerjaan.
Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh/
membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu
jam dalam seminggu sebelum pencacahan. Bekerja selama satu jam tersebut harus
dilakukan berturut-turut dan tidak terputus (termasuk pekerja keluarga tanpa upah,
yang membantu dalam kegiatan usaha/ekonomi).
Menganggur adalah mereka yang termasuk angkatan kerja tetapi tidak bekerja.
Mencari Pekerjaan adalah kegiatan dari mereka yang bekerja tetapi karena suatu
hal masih mencari pekerjaan; atau mereka yang dibebastugaskan dan akan
dipanggil kembali tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan; atau
mereka yang pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan; atau
mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
Mempersiapkan suatu usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
dalam rangka mempersiapkan suatu usaha yang baru, yang bertujuan untuk
memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, dengan atau tanpa
mempekerjakan buruh/karyawan/pegawai dibayar maupun tidak dibayar.
Mempersiapkan suatu usaha yang dimaksud adalah apabila seseorang telah/sedang
melakukan tindakan nyata seperti mengumpulkan modal atau alat, mencari lokasi,
mengurus surat ijin usaha, dsb.
r. Bukan Angkatan Kerja Pemuda adalah penduduk berumur 16–30 tahun yang
selama seminggu sebelum pencacahan hanya bersekolah, mengurus rumah tangga,
atau melakukan kegiatan lainnya. Dapat juga berarti tidak melakukan kegiatan yang
18 Statistik Pemuda Indonesia 2014 dapat dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari
pekerjaan.
s. Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/perusahaan/instansi
tempat seseorang bekerja.
t. Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan, misalnya
berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, berusaha dibantu buruh tetap atau
buruh/karyawan.
u. Jam Kerja adalah jumlah waktu (dalam jam) yang digunakan untuk bekerja.
v. Angka Partisipasi Sekolah adalah nilai perbandingan (dalam persen) banyaknya
penduduk yang bersekolah terhadap total penduduk menurut batasan umur
sekolah pada setiap jenjang pendidikan formal dan non formal (Paket A setara SD,
Paket B setara SMP dan Paket C setara SM).
w. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah persentase angkatan kerja
terhadap penduduk usia kerja.
TPAK dihitung dengan rumus:
Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas. Namun untuk
publikasi ini umur dibatasi 16-30 tahun.
x. Tingkat Pengangguran Terbuka adalah persentase angkatan kerja yang aktif
mencari pekerjaan dan tidak sedang mempunyai pekerjaan.
TPT dihitung dengan rumus:
y. Angka Ketergantungan Penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat
ketergantungan penduduk usia tidak produktif (usia < 15 tahun dan usia > 64 tahun)
pada pe duduk usia produktif −59 tahun).
Statistik Pemuda Indonesia 2014 19 2.4 Keterbatasan Data
Survei-survei dengan pendekatan rumah tangga yang diselenggarakan BPS,
termasuk Susenas hanya mencakup populasi yang tinggal di suatu rumah tangga biasa.
Penduduk yang tinggal di rumah tangga khusus, seperti asrama perawat, asrama
mahasiswa, asrama TNI/Polisi, panti asuhan, panti jompo tidak dicakup dalam survei.
2.5 Metode Estimasi
Angka-angka yang disajikan dalam publikasi ini merupakan angka estimasi
dengan menggunakan penimbang (weighted) yang dihitung berdasarkan angka proyeksi
penduduk per kabupate /kota ‒ ya g telah dipublikasika . U tuk data tahu
2011 dan 2012 juga dilakukan estimasi ulang (backcasting) dengan penimbang yang
dihitung berdasarkan hasil proyeksi tersebut.
2.6 Metode Analisis
Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis deskriptif
dengan penyajian data dalam bentuk tabel ulasan sederhana dan visualisasi berupa
gambar/grafik untuk memudahkan pembaca dalam memahaminya. Analisis yang
disajikan disertai dengan analisis diferensial untuk melihat perbedaan pola serta
gambaran antar daerah perkotaan dan perdesaan serta antar wilayah provinsi. Selain
itu disertakan juga analisis tren dalam upaya memperoleh gambaran secara rinci
mengenai pemuda selama beberapa periode waktu. Pada bagian akhir publikasi ini
dilengkapi dengan lampiran tabel untuk melihat data pada tingkat provinsi.
PROFIL
DEMOGRAFI
Statistik Pemuda Indonesia 2014 23
Profil Demografi
Pemuda merupakan bagian dari penduduk usia produktif. Selain itu, pemuda
menjadi salah satu sumber potensial dalam proses pembangunan bangsa yang
memegang peranan penting sebagai sumber kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen
perubahan. Sejarah telah membuktikan bahwa pemuda adalah salah satu pilar yang
memiliki peran besar dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga
maju mundurnya suatu negara sedikit banyak ditentukan oleh pemikiran dan
kontribusi aktif dari pemuda di negara tersebut (Wahyu Ishardino Satries) . Pada
generasi sekarang, pemuda merupakan penerus perjuangan gererasi terdahulu untuk
mewujudkan cita-cita bangsa.
Untuk itu, tanggung jawab dan peran strategis pemuda di segala dimensi
pembangunan perlu ditingkatkan dalam kerangka hukum nasional. Hal tersebut sesuai
dengan nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan amanat Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa,
24 Statistik Pemuda Indonesia 2014
kemanusiaan, kebangsaan, kebhinekaan, demokratis, keadilan, partisipatif,
kebersamaan, kesetaraan, dan kemandirian.
Bab ini memberikan gambaran beberapa aspek penting demografis pemuda di
Indonesia, yaitu: jumlah, distribusi, dan struktur/komposisi pemuda yang disajikan pada
level nasional dan provinsi. Pembahasan profil pemuda diuraikan lebih rinci menurut
jenis kelamin, kelompok umur, status perkawinan, dan hubungan dengan kepala rumah
tangga.
3.1 Jumlah Pemuda dan Jumlah Penduduk Indonesia
Jumlah pemuda di Indonesia sekitar 61,83 juta jiwa atau 24,53 persen dari
jumlah penduduk Indonesia (lihat Tabel 3.1). Jumlah pemuda yang cukup besar ini
menunjukkan bahwa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang cukup sebagai
penggerak/motor pembangunan.
Tabel 3.1
Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2014
Kelompok Umur (Tahun)
Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D
Jumlah (000) Persen Jumlah (000) Persen Jumlah (000) Persen
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
< 16 36 860,72 29,18 39 816,74 31,68 76 677,46 30,42
16 – 30 32 751,57 25,92 29 083,12 23,14 61 834,69 24,53
> 30 56 720,89 44,90 56 802,61 45,19 113 523,50 45,04
Jumlah 126 333,18 100,00 125 702,46 100,00 252 035,65 100,00
Sumber: BPS, Susenas Kor 2014
Jumlah dan persentase pemuda lebih rendah dari jumlah dan persentase
penduduk kelompok umur lainnya. Jumlah penduduk pada kelompok umur kurang
dari 16 tahun sekitar 76,68 juta atau 30,42 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Sementara itu jumlah penduduk pada kelompok umur lebih dari 30 tahun sekitar
113,52 juta atau 45,04 persen dari jumlah penduduk.
Statistik Pemuda Indonesia 2014 25 Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, persentase pemuda terhadap
penduduk Indonesia pada tahun 2014 mengalami penurunan. Perkembangan
persentase pemuda dalam lima tahun terakhir disajikan pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1
Persentase Pemuda Indonesia, 2010−2014
Sumber: BPS, Susenas Kor 2010− 014
Persentase pemuda di Indonesia pada tahun 2010 hingga tahun 2014 cenderung
mengalami penurunan. Pada tahun 2010 persentase pemuda Indonesia tercatat sebesar
25,18 persen. Angka tersebut menurun menjadi 24,96 persen di tahun 2011. Pada tahun
2012 dan 2013 persentase pemuda mengalami penurunan lagi menjadi sebesar 24,79
persen dan pada tahun 2014 menjadi sebesar 24,53 persen.
3.2 Pemuda Menurut Jenis Kelamin
Perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan pada suatu daerah dan
pada waktu tertentu dinamakan dengan rasio jenis kelamin. Rasio jenis kelamin
biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Angka
rasio jenis kelamin yang lebih dari 100 menunjukkan bahwa jumlah pemuda laki-laki
lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda perempuan.
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa rasio jenis kelamin pemuda pada tahun 2014
sebesar 101,38. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat 101 pemuda laki-laki diantara
100 orang pemuda perempuan. Lebih banyaknya komposisi pemuda laki-laki dibanding
25,18
24,96 24,79 24,79 24,53
20 22 24 26 28 30
2010 2011 2012 2013 2014
%
26 Statistik Pemuda Indonesia 2014 pemuda perempuan juga terjadi di perkotaan maupun di perdesaan. Rasio jenis kelamin
pemuda di perkotaan tercatat sebesar 100,76 dan di perdesaan sebesar 102,00.
Tabel 3.2
Rasio Jenis Kelamin Pemuda Menurut Tipe Daerah, 2012−2014
Tipe Daerah 2012 2013 2014
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan (K) 100,98 100,60 100,76
Perdesaan (D) 102,39 102,16 102,00
K+D 101,64 101,33 101,38
Sumber: BPS, Susenas Kor 2012− 4
Perkembangan rasio jenis kelamin pemuda mengalami penurunan dari tahun
2012 sampai dengan tahun 2013 baik di perkotaan maupun perdesaan. Pada tahun
2012 rasio jenis kelamin pemuda tercatat sebesar 101,64 dan tahun 2013 mengalami
penurunan menjadi 101,33. Sedangkan pada tahun 2014 angka tersebut mengalami
kenaikan menjadi 101,38. Dari Tabel 3.2 juga terlihat bahwa pada tahun 2012 hingga
tahun 2014 rasio jenis kelamin pemuda di wilayah perkotaan lebih rendah dibanding
rasio jenis kelamin pemuda di wilayah perdesaan.
3.3 Pemuda Menurut Wilayah
Di Indonesia ada dua tipe daerah, yaitu perkotaan dan perdesaan yang
masing-masing memiliki perbedaan pola kehidupan. Pusat kota menjadi daya tarik tersendiri
bagi penduduk untuk tinggal di perkotan karena kemajuan di bidang ekonomi serta
anggapan bahwa kota lebih menjanjikan kehidupan yang lebih baik dibandingkan
dengan desa. Selain itu, tersedianya lapangan kerja yang lebih luas serta fasilitas
pendidikan maupun fasilitas-fasilitas lain yang lebih lengkap menyebabkan banyak
penduduk yang melakukan urbanisasi.
Pemuda lebih banyak yang tinggal di perkotaan daripada di perdesaan. Hal ini
tercermin pada proporsi pemuda di perkotaan dan perdesaan. Berdasarkan Tabel 3.3,
terlihat bahwa proporsi pemuda di perkotaan lebih besar daripada proporsi pemuda di
perdesaan. Diantara penduduk yang tinggal di perkotaan sekitar 25,92 persennya
Statistik Pemuda Indonesia 2014 27 adalah pemuda. Sementara itu, dari total penduduk yang tinggal di perdesaan 23,14
persennya adalah pemuda.
Tabel 3.3
Proporsi Pemuda Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014
Tipe Daerah Laki-Laki (L) Perempuan (P) L+P
Dari Tabel 3.3 terlihat bahwa di perkotaan, perbedaan proporsi pemuda laki-laki
sedikit lebih rendah daripada proporsi pemuda perempuan. Sebaliknya di perdesaan
proporsi pemuda laki-laki lebih tinggi daripada proporsi pemuda perempuan.
Sementara itu, distribusi pemuda menurut pulau dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Pada tahun 2014, sebaran pemuda terkonsentrasi di Pulau jawa dengan persentase
sebesar 55,95 persen. Sisanya tersebar di Pulau Sumatera (22,36 persen), Sulawesi (7,31
persen), Kalimantan (6,28 persen) dan sebesar 8,10 persen tersebar di pulau-pulau
lainnya seperti Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Gambar 3.2
Persebaran Pemuda Indonesia Menurut Pulau, 2014
28 Statistik Pemuda Indonesia 2014 Dilihat berdasarkan distribusi pemuda menurut provinsi tiga provinsi yang
memiliki jumlah pemuda terbanyak berturut-turut adalah Jawa Barat (11,57 juta),
Jawa Timur (8,62 juta), dan Jawa Tengah (7,45 juta). Sementara, tiga provinsi yang
memiliki jumlah pemuda paling sedikit berturut-turut adalah Papua Barat (0,21 juta),
Gorontalo (0,28 juta), dan Maluku Utara (0,29 juta). Hal ini dapat dilihat pada
lampiran Tabel 3.1.3.
3.4 Pemuda Menurut Kelompok Umur
Umur pemuda dikelompokkan menjadi 16-20 tahun, 21-25 tahun, dan 26-30
tahun. Tabel 3.4 menyajikan struktur umur pemuda pada tahun 2014. Persentase
pemuda terti ggi berada pada kelo pok u ur − tahu de ga perse tase
sebesar 34,69 persen. Sebaliknya, persentase pemuda terendah berada pada
kelompok umur 16-20 tahun yaitu sebesar 32,23 persen.
Tabel 3.4
Persentase Pemuda Menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2014
Kelompok Umur
perkotaan dan perdesaan. Di perkotaan persentase pemuda tertinggi berada pada
kelompok umur 21-25 tahun, sementara di perdesaan persentase pemuda tertinggi
berada pada kelompok umur 26-30 tahun. Akan tetapi, baik di perkotaan maupun
perdesaan persentase pemuda terendah berada pada kelompok umur 16-20 tahun,
yaitu masing-masing sebesar 32,35 persen dan 32,09 persen.
Statistik Pemuda Indonesia 2014 29
3.5 Pemuda Menurut Status Perkawinan
Dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan
hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak
wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Selanjutnya dalam Peraturan
Menteri Agama No.11 tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah Bab IV pasal 8 menyatakan
bahwa apabila seorang calon suami belum mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan
seorang calon istri belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun, harus mendapat
dispensasi dari pengadilan.
Gambar 3.3 menunjukkan persentase pemuda menurut status perkawinan dan
jenis kelaminnya. Terlihat bahwa sebagian besar pemuda berstatus belum kawin, yaitu
sekitar 54,11 persen. Sementara pemuda yang berstatus kawin ada sebesar 44,45
persen dan sisanya adalah mereka yang berstatus cerai hidup/mati.
Gambar 3.3
Persentase Pemuda Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, 2014
Sumber: BPS, Susenas Kor 2014
Lebih lanjut jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, terlihat adanya perbedaan
pola status perkawinan antara pemuda laki-laki dan perempuan. Pemuda laki-laki
lebih banyak yang belum kawin, sebaliknya pemuda perempuan lebih banyak yang
sudah kawin (lihat Gambar 3.3). Persentase pemuda laki-laki dengan status belum
kawin (66,93 persen) adalah sekitar dua kalinya persentase pemuda laki-laki yang
0,00
30 Statistik Pemuda Indonesia 2014 sudah kawin (32,22 persen). Sebaliknya persentase pemuda perempuan yang
berstatus belum kawin (41,12 persen) lebih rendah daripada persentase pemuda
perempuan yang berstatus kawin (56,84 persen). Perbedaan pola status perkawinan
antara laki-laki dan perempuan tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa
perempuan pada umumnya menikah di usia lebih muda dibanding laki-laki.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, terlihat ada perbedaan pola status
perkawinan antara pemuda perkotaan dan perdesaan. Pemuda di perkotaan lebih
banyak yang belum kawin, sebaliknya pemuda di perdesaan lebih banyak yang sudah
kawin. Gambar 3.4 menyajikan persentase pemuda menurut status perkawinan yang
dibedakan menurut tipe daerah.
Gambar 3.4
Persentase Pemuda Menurut Status Perkawinan dan Tipe Daerah, 2014
Sumber: BPS, Susenas Kor 2013
Dari Gambar 3.4 terlihat bahwa di perkotaan persentase pemuda yang
berstatus belum kawin (60,48 persen) lebih tinggi daripada persentase pemuda yang
berstatus kawin (38,17 persen). Sebaliknya di perdesaan pemuda yang berstatus
belum kawin (46,93 persen) cenderung lebih sedikit daripada yang berstatus kawin
(51,52 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa pemuda yang tinggal di perdesaan
Statistik Pemuda Indonesia 2014 31 Proporsi pemuda pernah kawin pada kelompok umur 21-25 tahun adalah
sebesar 56,59 persen atau hampir 4 kali proporsi pemuda pernah kawin pada
kelompok umur 16-20 tahun. Sementara itu, proporsi pemuda pernah kawin pada
kelompok umur 26-30 tahun adalah sebesar 83,12 persen atau lima kali proporsi
pemuda pernah kawin pada kelompok umur 16-20 tahun.
Tabel 3.5
Proporsi Pemuda yang Pernah Kawin Menurut Kelompok Umur, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2014
perempuan yang pernah kawin selalu lebih tinggi daripada proporsi pemuda laki-laki
yang pernah kawin baik di perkotaan maupun di perdesaan. Proporsi pemuda di
perdesaan yang pernah kawin, (baik laki-laki maupun perempuan dan untuk tiap
kelompok umur) lebih tinggi daripada proporsi pemuda di perkotaan yang pernah
kawin. Proporsi pemuda di perdesaan yang pernah kawin pada kelompok umur 16-20
tahun mencapai dua kali lipat proporsi pemuda di perkotaan yang pernah kawin pada
kelompok umur yang sama. Sementara itu, pada kelompok umur 21-25 tahun proporsi
pemuda perdesaan yang pernah kawin mencapai 56,59 persen sementara proporsi
pemuda di perkotaan yang pernah kawin di perkotaan hanya sebesar 36,72 persen.
3.6 Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga
Kepala rumah tangga adalah seseorang dari sekelompok anggota rumah tangga
(art) yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga, atau orang