• Tidak ada hasil yang ditemukan

Statistik Pemuda Indonesia 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Statistik Pemuda Indonesia 2014"

Copied!
237
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

STATISTIK

PEMUDA INDONESIA 2014

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional

ISSN : 2086-10282086-1028 2086-1028

Nomor Publikasi : 04220.1501 04220.140104220.1303 Katalog BPS : 4103008 41030084103008

Ukuran Buku : 29,7 Cm x 21 cm Jumlah Halaman : xx + 215 halaman

Naskah : Sub Direktorat Statistik Pendidikan dan Kesejahteraan Sosial

Penanggung Jawab Umum : Teguh Pramono, MA Penanggung Jawab Teknis : Ir. Meity Trisnowati, M.Si Editor : Dwi Susilo, M.Si

Amiek Chamami, S.ST, M.Stat Nur Budi Handayani, S.ST, M.Si Penulis Naskah : Armadi Setiawan, S.Pi

Karuniawati Dewi Ramadani S.Si Eko Budiatmodjo SST

Eko Budiatmodjo, S.ST Pengolah Data : Eko Budiatmodjo SST

Gambar Kulit : Sub Direktorat Publikasi dan Kompilasi Statistik

Diterbitkan oleh : Badan Pusat Statistik, Jakarta – Indonesia Dicetak oleh :

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya

(5)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 i

KATA PENGANTAR

Pemuda adalah seorang insan manusia yang mempunyai semangat tinggi dalam memperjuangkan peradaban bangsanya menuju ke arah yang lebih baik. Mereka juga merupakan sosok penting dalam setiap perubahan karena kaum muda bergerak atas nilai-nilai idealisme dan moralitas dalam melihat persoalan yang ada demi tercapainya kesejahteraan bangsa.

Oleh karenanya pembangunan di bidang kepemudaan memerlukan perencanaan program yang realistis dan terarah serta didukung oleh tersedianya data statistik mengenai pemuda. Publikasi Statistik Pemuda Indonesia 2014 adalah suatu publikasi yang secara khusus mengulas mengenai kondisi pemuda dan merupakan kelanjutan dari publikasi serupa yang diterbitkan secara berkala setiap tahun oleh Badan Pusat Stastistik (BPS). Sumber data untuk publikasi ini berasal dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2014, sedangkan informasi terkait dengan ketenagakerjaan bersumber dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2014.

Publikasi ini menyajikan gambaran secara makro pemuda Indonesia mengenai profil demografi, pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan pemuda Indonesia pada tahun 2014. Publikasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan dalam memberikan rekomendasi terkait kebijakan dan strategi pembangunan di bidang kepemudaan.

Akhir kata, semoga publikasi ini bermanfaat bagi semua pihak, terutama yang berkepentingan dalam pengembangan dan pembangunan di bidang kepemudaan. Kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan publikasi ini. Kritik dan saran membangun untuk perbaikan publikasi serupa di masa datang sangat diharapkan.

Jakarta, November 2015

Kepala Badan Pusat Statistik

Dr. Suryamin, M.Sc

(6)
(7)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 iii

Ringkasan Eksekutif

Pemuda sejatinya memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam proses

kehidupan berbangsa dan bernegara, karena peranannya sebagai aktor pembangunan.

Apabila peran tersebut sudah mampu dijalankan dengan baik, penuh komitmen,

senantiasa konsisten dalam melakukan perubahan dan perbaikan demi kesejahteraan

masyarakat, serta didasari oleh ilmu dan nilai-nilai agama, maka proses pembangunan

diharapkan akan berhasil mensejahterakan rakyat. Untuk mencapai tujuan tersebut,

pembangunan kepemudaan harus didukung oleh tersedianya data statistik yang akurat

dan mutakhir sebagai bahan perencanaan, target/sasaran pembangunan, pengambilan

kebijakan dan evaluasi pembangunan khususnya yang berkaitan dengan pemuda.

Jumlah pemuda di Indonesia sebanyak 61,83 juta jiwa atau sekitar 24,53

persen dari 252,04 juta jiwa penduduk Indonesia. Pemuda mempunyai jumlah yang

paling kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berusia di bawah 16 tahun

(76,68 juta) dan penduduk di atas 30 tahun (113,52 juta). Rasio jenis kelamin pemuda

pada tahun 2014 sebesar 101,38 yang berarti bahwa dari setiap 100 orang pemuda

perempuan, terdapat sekitar 101 orang pemuda laki-laki. Hal ini menunjukkan jumlah

pemuda laki-laki lebih besar jika dibandingkan dengan perempuan. Jika dilihat

menurut tipe daerah, proporsi pemuda di perkotaan (25,92 persen) lebih besar

dibandingkan proporsi pemuda di perdesaan (23,14 persen).

Hampir seluruh pemuda telah mengakses pendidikan, diantaranya yaitu

sebesar 23,52 persen pemuda berstatus masih bersekolah dan 75,43 persen tidak

bersekolah lagi. Namun masih ada pemuda yang belum mengakses pendidikan (tidak

pernah bersekolah), yaitu sebesar 1,05 persen. Perkembangan partisipasi pendidikan

pemuda cenderung membaik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 persentase

pemuda yang masih bersekolah sebesar 19,05 persen, naik menjadi 21,16 persen

pada tahun 2013 dan naik kembali pada tahun 2014 menjadi 23,52 persen.

Pemuda Indonesia yang tidak bisa membaca dan menulis atau buta huruf

sebesar 0,64 persen. Angka buta huruf pemuda di perdesaan sebesar 1,26 persen

(8)

iv Statistik Pemuda Indonesia 2014

lebih tinggi dibanding di perkotaan yang sebesar 0,10 persen. Rata-rata lama sekolah

yang berhasil dicapai para pemuda secara keseluruhan adalah 10,01 tahun atau secara

umum pemuda telah dapat menyelesaikan pendidikan hingga kelas 1 Sekolah Menengah

(SM). Sebesar 43,78 persen pemuda di Indonesia berpendidikan SM ke atas, 31,99

persen tamat SMP/sederajat, 18,51 persen tamat SD/sederajat dan 4,67 persen

tidak/belum tamat SD.

Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan penduduk secara

kasar adalah keluhan kesehatan. Sekitar 19,51 persen pemuda mengalami keluhan

kesehatan dalam sebulan terakhir. Pemuda perempuan yang mengalami keluhan

kesehatan dalam sebulan terakhir proporsinya lebih tinggi dibandingkan dengan

pemuda laki-laki (20,84 persen berbanding 18,20 persen). Seseorang dikatakan sakit

apabila keluhan kesehatan yang dialami mengganggu kegiatan/aktivitas sehari-hari.

Susenas 2014 mencatat sebesar 8,77 persen pemuda mengalami sakit dalam sebulan

terakhir. Secara umum, lama sakit yang diderita oleh pemuda adalah kurang dari satu

minggu (1–7 hari). Sebesar 63,76 persen pemuda menderita sakit selama 1–3 hari,

26,85 persen menderita sakit selama 4–7 hari, dan 9,38 persen lebih dari 7 hari.

Pengobatan modern lebih banyak dipilih oleh pemuda untuk mengobati

keluhan kesehatannya. Persentase pemuda yang berobat sendiri dengan

menggunakan obat modern mencapai 80,52 persen, obat tradisional sebesar 6,34

persen, dan obat lainnya sebesar 1,12 persen. Cara lain yang dapat digunakan oleh

seseorang dalam mengobati sakit yang dideritanya selain mengobati sendiri adalah

berobat ke tempat pelayanan kesehatan atau mendatangkan petugas kesehatan ke

rumah. Tempat layanan kesehatan yang paling banyak dikunjungi oleh pemuda dalam

upaya mengobati sakit yang diderita adalah praktek dokter (33,55 persen), praktek

tenaga kesehatan (30,85 persen) dan puskesmas (27,57 persen).

Program Keluarga Berencana (KB) adalah salah satu usaha mencapai

kesejahteraan keluarga. Pada tahun 2014, sebesar 60,19 persen pemuda perempuan

pernah kawin sedang mengikuti program KB, sebesar 16,78 persen pernah ikut KB

tetapi sekarang tidak lagi, dan sebesar 23,02 persen sama sekali tidak pernah

mengikuti program KB. Jenis alat/cara ber-KB yang banyak digunakan pemuda

perempuan pernah kawin adalah suntikan KB (69,78 persen) dan pil KB (18,70 persen).

Alasan pemuda perempuan pernah kawin tidak menggunakan alat KB antara lain karena

(9)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 v

baru melahirkan, menyusui, kesehatan, suami merantau dan lainnya (44,24 persen),

alasan fertilitas (31,08 persen) dan takut efek samping alat KB (15,54 persen).

Pembangunan ketenagakerjaan tidak terlepas dari pembangunan kepemudaan.

Pemuda memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan, termasuk

diantaranya memasuki usia kerja. Berdasarkan data Sakernas 2014 sebesar 51,03

persen pemuda di Indonesia selama seminggu terakhir melakukan kegiatan bekerja.

Apabila dilihat menurut jenis kelamin, persentase pemuda laki-laki yang bekerja

lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda perempuan (63,32 persen berbanding

38,50 persen).

Berdasarkan data Sakernas Agustus 2014, pemuda yang terlibat dalam kegiatan

ekonomi cukup besar. Hal ini terlihat dari TPAK pemuda yang besarnya mencapai 60,01

persen. Angka ini menunjukkan bahwa dari 100 pemuda, sekitar 60 orang diantaranya

aktif melakukan kegiatan ekonomi. TPAK pemuda laki-laki sebesar 74,13 persen,

sedangkan TPAK pemuda perempuan sebesar 45,62 persen. Sektor pertanian masih

memegang peran penting bagi ketenagakerjaan Indonesia. Hal ini terlihat dari besarnya

(25,23 persen) pemuda Indonesia yang bekerja di lapangan usaha pertanian. Selain

pertanian, lapangan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja pemuda adalah sektor

perdagangan (22,86 persen), industri (18,20 persen), dan jasa (16,97 persen).

Distribusi pemuda yang bekerja menurut status pekerjaan memberikan gambaran

tentang kedudukan seseorang dalam pekerjaan. Lebih dari separuh 53,77 persen

pemuda di Indonesia yang bekerja berstatus sebagai buruh/karyawan, selebihnya

berstatus sebagai pekerja keluarga/tidak dibayar (19,15 persen) dan berusaha sendiri

(10,67 persen).

Pemuda yang bekerja dengan jam kerja lebih dari 35 jam dalam seminggu

sebesar 67,01 persen. TPT pemuda di Indonesia tercatat sebesar 14,97 persen.

Angka tersebut menunjukkan bahwa secara rata-rata dari setiap 100 pemuda

angkatan kerja sebanyak 14 sampai 15 pemuda belum mempunyai pekerjaan. Secara

nasional persentase pemuda yang bekerja dengan pendapatan Rp 1.000.000,- keatas

(55,31 persen) lebih tinggi dibandingkan dengan yang memiliki pendapatan kurang

dari Rp 1.000.000.

(10)
(11)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 vii

Daftar Tabel Sampling Error xvii

Daftar Singkatan xix

Bab I Pendahuluan 3

1.1 Latar Belakang 3

1.2 Maksud dan Tujuan 5

1.3 Sistematika Penyajian 5

Bab II Metodologi 9

2.1 Sumber Data 9

2.1.1 Ruang Lingkup 10

2.1.2 Kerangka Sampel 11

2.1.3 Pemilihan Sampel 11

2.1.4 Metode Pengumpulan Data 11

2.2 Keterwakilan sampel 12

2.3 Konsep dan Definisi 13

2.4 Keterbatasan Data 19

2.5 Metode Estimasi 19

2.6 Metode Analisis 19

Bab III Profil Demografi 23

3.1 Jumlah Pemuda dan Jumlah Penduduk Indonesia 24

3.2 Pemuda menurut Jenis Kelamin 25

3.3 Pemuda menurut Wilayah 26

3.4 Pemuda menurut Kelompok Umur 28

3.5 Pemuda menurut Status Perkawinan 29

(12)

viii Statistik Pemuda Indonesia 2014

Halaman

3.6 Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga 31

3.7 Pemuda menurut Status Tinggal Bersama dalam Rumah Tangga 34

Bab IV Pendidikan 39

4.1 Partisipasi Sekolah 40

4.2 Angka Buta Huruf 46

4.3 Rata-rata Lama Sekolah 49

4.4 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 52

4.5 Akses Internet 54

5.5 Partisipasi Pemuda Perempuan dalam Program Keluarga Berencana (KB)

73

5.6 Umur Perkawinan Pertama Pemuda Perempuan 76

Bab VI Ketenagakerjaan 81

6.1 Partisipasi dalam Kegiatan Ekonomi 82

6.2 Lapangan Usaha 87

6.3 Status Pekerjaan 89

6.4 Jam Kerja 92

6.5 Tingkat Pengangguran Terbuka 94

6.6 Pendapatan/Upah/Gaji Bersih 98

Bab VII Program Pemberdayaan Pemuda 103

7.1 Program Penyadaran Pemuda 105

7.2 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Pemuda 106

7.3 Program Kepemudaan Lainnya 110

Daftar Pustaka 111

Lampiran Tabel 115

(13)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 ix

Daftar Gambar

Gambar Halaman

3.1 Persentase Pemuda Indonesia, 2010−2014 25

3.2 Persebaran Pemuda Indonesia menurut Pulau, 2014 27

3.3 Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, 2014

29

3.4 Persentase Pemuda menurut Status Perkawinan dan Tipe Daerah, 2014

30

3.5 Proporsi Pemuda Kepala Rumah Tangga menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014

32

4.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah dan Partisipasi Sekolah, 2014

41

4.2 Persentase Pemuda menurut Partisipasi Sekolah, 20122014 43

4.3 Angka Buta Huruf Pemuda menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2014

47

4.4 Angka Buta Huruf Pemuda menurut Provinsi, 2014 48

4.5 Rata-rata Lama Sekolah Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014

49

4.6 Rata-rata Lama Sekolah Pemuda menurut Provinsi, 2014 51

5.1 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Sebulan Terakhir menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014

62

5.2 Angka Kesakitan Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014

65

5.3 Angka Kesakitan Pemuda menurut Provinsi, 2014 66

5.4 Persentase Pemuda yang Sakit menurut Lama Sakit dan Jenis Kelamin, 2014

68

5.5 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Tipe Daerah dan Jenis

Obat/Pengobatan, 2014

71

5.6 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Tipe Daerah dan Tempat Berobat, 2014

72

5.7 Persentase Pemuda Perempuan yang Berstatus Pernah Kawin menurut Tipe Daerah dan Partisipasi KB, 2014

(14)

x Statistik Pemuda Indonesia 2014

Gambar Halaman

6.1 TPAK Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014 85

6.2 TPAK Pemuda menurut Provinsi, 2014 86

6.3 Proporsi Pemuda Setengah Pengangguran menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014

94

6.4 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014

95

6.5 Tingkat Penganguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Provinsi, 2014

97

(15)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 xi

Daftar Tabel

Tabel Halaman

1 Keputusan mengenai Keakuratan Suatu Estimasi 13

3.1 Jumlah dan Persentase Penduduk menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2014 Umur, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2014

31

3.6 Proporsi Pemuda Kepala Rumah Tangga menurut Kelompok Umur, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2014

33

3.7 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Status Tinggal Bersama Dalam Rumah Tangga, 2014

35

4.1 Persentase Pemuda menurut Partisipasi Sekolah dan Jenis Kelamin, 2014

41

4.2 Persentase Pemuda menurut Kelompok Umur dan Partisipasi Sekolah, 2014

4.4 Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pemuda menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, dan Tipe Daerah, 2014

45

4.7 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2014

52

4.8 Proporsi Pemuda yang Mengakses Internet selama Tiga Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, Partisipasi Sekolah, dan Tipe Daerah, 2014

55

5.1 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan Sebulan Terakhir menurut Status Tinggal Bersama dalam Rumah Tangga dan Jenis Kelamin, 2014

(16)

xii Statistik Pemuda Indonesia 2014

Tabel Halaman

5.2 Proporsi Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Jenis Keluhan, 2014

64

5.3 Persentase Pemuda yang Sakit menurut Lamanya Sakit dan Tipe Daerah, 2014

67

5.4 Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan Kesehatan dan Mengobati Sendiri menurut Jenis Obat/Pengobatan yang Digunakan dan Jenis Kelamin, 2014

70

5.5 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Jenis Kelamin dan Tempat Berobat, 2014

72

5.6 Proporsi Pemuda Sakit yang Berobat Jalan menurut Jenis Kegiatan dan Tempat Berobat, 2014

73 Menggunakan Alat/Cara KB menurut Alasan Utama dan Tipe Daerah, 2014

76

5.9 Persentase Pemuda Perempuan yang Pernah Kawin menurut Tipe Daerah dan Kelompok Umur Perkawinan Pertama, 2014

78

6.1 Persentase Pemuda menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Kegiatan Seminggu Terakhir, 2014

83

6.2 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Tipe Daerah, Jenis Kelamin, dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2014

84

6.3 TPAK Pemuda menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur, 2014

87

6.4 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Tipe Daerah, 2014

88

6.5 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin, 2014

89

6.6 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Tipe Daerah, 2014

89

6.7 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, 2014

90

6.8 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2014

91

6.9 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja selama Seminggu Terakhir dan Jenis Kelamin, 2014

92

6.10 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Jumlah Jam Kerja selama Seminggu Terakhir, 2014

(17)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 xiii

Tabel Halaman

6.11 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Tipe Daerah, 2014

96

6.12 Persentase Pemuda yang Bekerja dan Berusaha atau Dibayar menurut Tipe Daerah dan Pendapatan/Upah/Gaji Bersih Sebulan, 2014

98

(18)
(19)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 xv

Daftar Tabel Lampiran

Tabel Halaman

3.1.1–3.1.3 Perkiraan Jumlah Pemuda menurut Provinsi dan Jenis Kelamin (ribuan), 2014

3.4.1−3.4.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Status Perkawinan, 2014

122−124

4.1.1−4.1.3 Persentase Pemuda menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, dan Partisipasi Sekolah, 2014

125‒127

4.2.1−4.2.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Partisipasi Sekolah, 2014

128‒130

4.3.1-4.3.3 Persentase Pemuda Masih Bersekolah menurut Provinsi dan Jenjang Pendidikan, 2014

131-133

4.4 Persentase Pemuda yang Buta Huruf menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2014

134

4.5.1−4.5.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2014

135‒137

4.6.1−4.6.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Alasan Tidak/Belum Pernah Sekolah atau Tidak Bersekolah Lagi, 2014

138‒140

4.7 Proporsi Pemuda Masih Sekolah yang Mengakses Internet selama 3 Bulan Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2014

141

5.1 Proporsi Pemuda yang Mempunyai Keluhan Kesehatan selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2014

142

5.2.1−5.2.3 Proporsi Pemuda yang Mempunyai Keluhan Kesehatan selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Jenis Keluhan, 2014

143‒145

5.3.1−5.3.3 Angka Kesakitan Pemuda menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2013

146‒148

5.4.1−5.4.3 Persentase Pemuda yang Sakit selama Sebulan Terakhir menurut Provinsi dan Lamanya Sakit, 2014

149‒151

(20)

xvi Statistik Pemuda Indonesia 2014

Tabel Halaman

5.7.1−5.7.3 Persentase Pemuda Perempuan Pernah Kawin menurut Provinsi dan Partisipasi dalam Program KB, 2014

158‒160

5.8.1−5.8.3 Persentase Pemuda Perempuan Pernah Kawin yang Sedang Menggunakan Alat/Cara KB menurut Provinsi dan Jenis Alat/Cara KB yang Digunakan, 2014

161‒163

5.9.1−5.9.3 Persentase Pemuda Perempuan yang Pernah Kawin menurut Provinsi dan Kelompok Umur saat Perkawinan Pertama, 2014

164‒166

6.1.1−6.1.3 Persentase Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama selama Seminggu Terakhir, 2014

167‒169

6.2.1−6.2.3 Persentase Angkatan Kerja Pemuda menurut Provinsi dan Kegiatan Utama selama Seminggu Terakhir, 2014

170‒172

6.3.1−6.3.3 Persentase Pemuda Bukan Angkatan Kerja menurut Provinsi dan Kegiatan Utama selama Seminggu Terakhir, 2014

173‒175

6.4.1−6.4.3 Persentase Pemuda yang Bekerja selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2014

6.7.1−6.7.3 Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Jumlah Jam Kerja Seminggu Terakhir, 2014

185‒187

6.8.1−6.8.3 Tingkat Pengangguran Terbuka Pemuda menurut Provinsi dan Jenis Kelamin, 2014

188‒190

6.9.1−6.9.3 Persentase Pemuda yang Bekerja dan Berusaha atau Dibayar menurut Provinsi dan Pendapatan/Upah/Gaji Bersih Sebulan, 2014

(21)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 xvii

7.2 Sampling Error Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pemuda menurut

Provinsi dan Tipe Daerah, 2014

7.5 Sampling Error Persentase Pemuda Pengguna Internet Menurut

Provinsi dan Tipe Daerah, 2014

205

7.6 Sampling Error Persentase Pemuda yang Mengalami Keluhan

Kesehatan Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2014

206

7.7 Sampling Error Angka Kesakitan Pemuda Menurut Provinsi dan

Tipe Daerah, 2014

207

7.8 Sampling Error Persentase Pemuda Perempuan yang Menggunakan

KB Menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2014

208

7.9 Sampling Error Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2014

209

7.10 Sampling Error Persentase Pemuda yang Bekerja menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2014

210

7.11 Sampling Error Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Pemuda menurut Provinsi dan Tipe Daerah, 2014

(22)
(23)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 xix

Daftar Singkatan

APS : Angka Partisipasi Sekolah ART : Anggota Rumah Tangga

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional BKR : Bina Keluarga Remaja

Genre : Generasi Berencana

IPM : Indek Pembangunan Manusia JPI : Jambore Pemuda Indonesia KB : Keluarga Berencana

Kemenpora : Kementerian Pemuda dan Olahraga KF : Keaksaraan Fungsional

KRT : Kepala Rumah Tangga KPN : Kapal Pemuda Nusantara KRI : Kapal Republik Indonesia KWP : Kelompok Wirausaha Pemuda

LNRPB : Lintas Nusantara Remaja dan Pemuda Bahari MDGs : Millennium Development Goals

PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini

Paskibraka : Pasukan Pengibar Bendera Pusaka

PIK R/M : Pusat Informasi dan Konseling Remaja dan Mahasiswa PLS : Pendidikan Luar Sekolah

PSP3 : Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Perdesaan PT : Perguruan Tinggi

PUP : Pendewasaan Usia Perkawinan

RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Sakernas : Survei Angkatan Kerja Nasional

SD : Sekolah Dasar

SDM : Sumber Daya Manusia

SLS : Satuan Lingkungan Setempat SMA : Sekolah Menengah Atas SMK : Sekolah Menengah Kejuruan SMP : Sekolah Menengah Pertama SP : Sensus Penduduk

Susenas : Survei Sosial Ekonomi Nasional TPAK : Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPT : Tingkat Pengangguran Terbuka UUD : Undang-undang

(24)
(25)

PENDAHULUAN

(26)
(27)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 3

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pemuda sejatinya memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam proses

kehidupan berbangsa dan bernegara, karena peranannya sebagai aktor pembangunan.

Menurut Undang-Undang RI No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, yang dimaksud

dengan pemuda adalah warga negara Indonesia yang berusia 16-30 tahun. Berbekal

kemampuan dan kecakapannya, pemuda mampu menjadi bagian dalam proses

pembangunan yang mandiri, kreatif dan berkomitmen. Apabila peran tersebut sudah

mampu dijalankan dengan baik, yaitu penuh komitmen dan konsistensi untuk

senantiasa melakukan perubahan dan perbaikan demi kesejahteraan masyarakat, serta

derap langkah memainkan peran tersebut didasari ilmu dan nilai-nilai agama, maka

menjadi harapan besar proses pembangunan akan berhasil mensejahterakan rakyat.

Dalam sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa Indonesia, pemuda selalu

mempunyai peran yang sangat penting atas setiap peristiwa yang terjadi. Peran penting

(28)

4 Statistik Pemuda Indonesia 2014 pemuda telah tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia yang dimulai dari

pergerakan Budi Utomo tahun 1908, Sumpah Pemuda tahun 1928, proklamasi

kemerdekaan tahun 1945, pergerakan pemuda, pelajar, dan mahasiswa tahun 1966,

sampai dengan pergerakan mahasiswa pada tahun 1998 yang meruntuhkan kekuasaan

Orde Baru selama 32 tahun sekaligus membawa bangsa Indonesia memasuki masa

reformasi. Fakta historis ini menjadi salah satu bukti bahwa pemuda selama ini mampu

berperan aktif sebagai pionir dalam proses perjuangan, pembaruan, dan pembangunan

bangsa.

Dalam proses pembangunan bangsa, pemuda merupakan kekuatan moral,

kontrol sosial, dan agen perubahan sebagai perwujudan dari fungsi, peran, karakteristik,

dan kedudukannya yang strategis dalam pembangunan nasional. Hal ini sesuai dengan

Bab II Pasal 3 Undang-Undang Kepemudaan yang menyebutkan bahwa pembangunan

pemuda bertujuan untuk mewujudkan pemuda yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri,

demokrasi, bertanggung jawab, berdaya saing serta memiliki jiwa kepemimpinan,

kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Mengingat demikian kompleksnya tujuan pembangunan pemuda tersebut, maka

Kementerian Pemuda dan Olahraga yang mempunyai tanggung jawab dalam

pemberdayaan dan pengembangan pemuda menuangkan tujuannya dalam Visi

Kementerian Pemuda dan Olahraga Ke e pora , ya g berbu yi Mewujudkan

Kepe udaa da Keolahragaa ya g Berdaya “ai g . Berdaya saing dalam lingkup

kepemudaan mempunyai pengertia e iliki ke a pua berko pete si ya g

dihasilkan melalui pola pengkaderan dan peningkatan potensi pemuda secara

terencana, sistematis, dan berkelanjutan sesuai dengan metode pendidikan,

pelatihan, pemagangan, pembimbingan, pendampingan, serta pemanfaatan kajian,

kemitraan, da se tra pe berdayaa pe uda ya g terus e erus dike ba gka

sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal dalam menciptakan nilai tambah

kepemudaan di berbagai bidang pembangunan serta peningkatan akhlak mulia dan

prestasi pemuda Indonesia dikancah kompetisi global. Di dalam visi tersebut,

pemuda Indonesia harus diberdayakan menjadi pemuda yang cerdas, bermoral baik,

berkarakter, dan mandiri serta memiliki kemampuan berkompetisi di era globalisasi.

(29)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 5 Untuk mencapai tujuan pembangunan kepemudaan harus didukung oleh

tersedianya data statistik yang akurat dan mutakhir sebagai bahan perencanaan,

target/sasaran pembangunan, pengambilan kebijakan dan evaluasi pembangunan

khususnya yang berkaitan dengan pemuda. Publikasi Statistik Pemuda Indonesia 2014

menyajikan gambaran makro mengenai kondisi dan situasi pemuda Indonesia baik

tingkat nasional maupun provinsi pada tahun 2014.

1.2 Maksud dan Tujuan

Penyusunan publikasi Statistik Pemuda Indonesia 2014 bertujuan untuk

memperoleh gambaran rinci dan menyeluruh mengenai profil pemuda di Indonesia,

baik tingkat nasional maupun provinsi. Profil pemuda dalam publikasi ini dilihat dari

sisi demografi, pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, dan program pemberdayaan

pemuda. Beberapa indikator penting yang disajikan dalam publikasi ini antara lain

dalam aspek demografi menyangkut distribusi pemuda, rasio jenis kelamin, status

perkawinan, keberadaan pemuda sebagai kepala rumah tangga. Aspek pendidikan

mencakup partisipasi sekolah, angka buta huruf, rata-rata lama sekolah, tingkat

pendidikan yang ditamatkan dan akses internet. Aspek kesehatan mencakup keluhan

kesehatan, angka kesakitan, lama sakit, cara berobat, perkawinan pertama, dan

partisipasi dalam program keluarga berencana. Aspek ketenagakerjaan menyajikan

partisipasi dalam kegiatan ekonomi, lapangan usaha, status pekerjaan, jam kerja,

tingkat pengangguran terbuka, dan pendapatan/upah/gaji bersih. Selanjutnya aspek

program pemberdayaan pemuda menyajikan pembangunan kepemudaan yang

dilaksanakan melalui berbagai macam program dan kegiatan yang meliputi

penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan potensi kepemimpinan,

kewirausahaan, serta kepeloporan pemuda. Publikasi ini juga memberikan gambaran

yang jelas mengenai kesenjangan potensi, kualitas, dan dinamika pemuda menurut

wilayah (provinsi dan tipe daerah) serta jenis kelamin.

1.3. Sistematika Penyajian

Publikasi Statistik Pemuda Indonesia 2014 secara sistematis disajikan dalam

tujuh bagian. Ringkasan eksekutif di bagian awal publikasi dimaksudkan untuk

memberikan gambaran yang menyeluruh dari keseluruhan isi publikasi. Uraian yang

(30)

6 Statistik Pemuda Indonesia 2014 rinci disajikan dalam bab-bab sesuai tema bahasan dari publikasi. Bagian pertama (Bab

I) menyajikan latar belakang penyusunan publikasi, tujuan, dan sistematika penyajian.

Metodologi mencakup sumber data, ruang lingkup, metode pengumpulan data, petugas

lapangan, serta konsep dan definisi disajikan pada bagian kedua (Bab II). Bagian

berikutnya secara berturut-turut menyajikan gambaran pemuda dari aspek demografi

(Bab III), pendidikan (Bab IV), kesehatan (Bab V), ketenagakerjaan(Bab VI), dan program

pemberdayan pemuda (Bab VII).

(31)

METODOLOGI

(32)
(33)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 9

Metodologi

2.1 Sumber Data

Sumber data utama yang digunakan dalam publikasi Statistik Pemuda Indonesia

Tahun 2014 ini adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2014

dan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2014. Jenis data yang digunakan

adalah:

a. Data Kor Susenas Tahun 2014, sebagai dasar untuk memperoleh gambaran

makro mengenai kondisi dan potensi pemuda dari sisi demografi, pendidikan,

dan kesehatan.

b. Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Tahun 2014 yang digunakan

untuk melihat gambaran ketenagakerjaan pemuda.

Susenas merupakan survei yang dirancang untuk mengumpulkan data sosial

kependudukan yang cakupannya relatif sangat luas, meliputi keseluruhan aspek sosial

dan ekonomi penduduk. BPS melaksanakan Susenas sejak tahun 1963. Dalam dua

(34)

10 Statistik Pemuda Indonesia 2014 dekade terakhir sampai dengan tahun 2010, Susenas dilaksanakan setiap tahun. Tahun

2011-2014, Susenas dilaksanakan secara triwulanan (triwulan I–IV) yaitu pada bulan

Maret, Juni, September, dan Desember. Susenas mengumpulkan data kor (keterangan

pokok) dan data modul (keterangan sasaran). Data kor dikumpulkan setiap tahun

sedangkan data modul dikumpulkan secara bergiliran setiap 3 tahun sekali. Sedangkan

mulai tahun 2015 Susenas akan dilaksanakan satu tahun dua kali yaitu pada bulan

Maret dan September.

Data yang dikumpulkan melalui Susenas Kor antara lain keterangan umum

anggota rumah tangga (anggota ruta), yaitu nama, hubungan dengan kepala rumah

tangga, jenis kelamin, umur, dan status perkawinan; keterangan tentang kesehatan;

keterangan pendidikan anggota ruta 5 tahun ke atas; keterangan kegiatan

ketenagakerjaan anggota ruta 10 tahun ke atas; dan keterangan fertilitas untuk wanita

pernah kawin. Selain itu Susenas Kor juga mengumpulkan data mengenai keterangan

perumahan yang mencakup penguasaan tempat tinggal, luas lantai, sumber air minum,

fasilitas tempat buang air besar, sumber penerangan, dan bahan bakar/energi untuk

memasak; dan keterangan sosial ekonomi lainnya, antara lain mencakup pemanfaatan

fasilitas program pemberdayaan masyarakat miskin (raskin, kartu sehat, dan

sejenisnya), pemanfaatan fasilitas kredit, ketersediaan jaminan kesehatan dan aset dan

jaminan rumah tangga; dan keterangan teknologi komunikasi dan informasi.

2.1.1 Ruang Lingkup

Pelaksanaan Susenas Kor 2014 dilaksanakan dalam 3 triwulan, mencakup

225.000 rumah tangga sampel yang tersebar di seluruh provinsi dan 497

kabupaten/kota di Indonesia, dimana setiap triwulan akan didistribusikan sebanyak

75.000 rumah tangga. Data hasil pencacahan setiap triwulan dapat disajikan baik untuk

tingkat nasional maupun provinsi, sedangkan dari kumulatif pelaksanaan pencacahan

selama empat triwulan datanya dapat disajikan sampai dengan tingkat kabupaten/kota.

Data yang digunakan dalam publikasi ini adalah data gabungan Susenas Kor 2014

Triwulan I-III dan Susenas Kor 2013 Triwulan IV.

(35)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 11 2.1.2 Kerangka Sampel

Kerangka sampel yang digunakan terdiri dari tiga jenis, yaitu kerangka sampel

untuk penarikan sampel tahap pertama, kerangka sampel untuk penarikan sampel

tahap kedua, dan kerangka sampel untuk penarikan sampel tahap ketiga.

 Kerangka sampel tahap pertama adalah daftar wilayah pencacahan (wilcah) SP2010

yang disertai dengan informasi banyaknya rumah tangga hasil listing SP2010 (Daftar

RBL1).

 Kerangka sampel tahap kedua adalah daftar blok sensus pada setiap wilcah terpilih.

 Kerangka sampel tahap ketiga adalah daftar rumah tangga biasa pada blok sensus

terpilih yang telah dimutakhirkan menjelang pelaksanaan survei. Rumah tangga

tidak termasuk rumah tangga khusus seperti panti asuhan, barak polisi/militer, dan

penjara.

2.1.3 Pemilihan Sampel

Metode sampling yang digunakan yaitu penarikan sampel tiga tahap berstrata.

Tahapan dari metode ini diuraikan sebagai berikut:

 Tahap pertama, memilih sampel wilcah secara PPS (Probability Proportional to Size)

dengan size banyaknya rumah tangga SP2010. Kemudian wilcah terpilih tersebut

dialokasikan secara acak ke dalam 4 (empat) triwulan. Keseluruhan sampel wilcah

diambil sebanyak 30 ribu wilcah, masing-masing triwulan sebanyak 7,5 ribu wilcah.

 Tahap kedua, memilih BS pada setiap wilcah terpilih Susenas Triwulan I, II, III, dan

IV.

 Tahap ketiga, dari setiap blok sensus terpilih Susenas yang sudah dilakukan

pemutakhiran listing rumah tangga hasil Sensus Penduduk tahun 2010, dipilih

sebanyak 10 rumah tangga secara sistematik. Pemilihan sampel rumah tangga di

beberapa lokasi menggunakan program komputer yang telah disiapkan

berdasarkan hasil pemutakhiran.

2.1.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data di setiap rumah tangga terpilih dilakukan wawancara

langsung antara petugas pencacah dengan responden. Keterangan individu

dikumpulkan melalui wawancara dengan individu yang bersangkutan, sedangkan

(36)

12 Statistik Pemuda Indonesia 2014 keterangan tentang rumah tangga dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala

rumah tangga, suami/istri kepala rumah tangga, atau anggota rumah tangga lain yang

mengetahui karakteristik yang ditanyakan.

2.2 Keterwakilan Sampel

Keterwakilan sampel dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu banyaknya sampel,

kesalahan sampling (sampling error), dan kesalahan non sampling atau human errors

(non sampling error). Keterwakilan sampel ini mempengaruhi estimasi hasil pendataan.

(1) Banyaknya sampel

Semakin banyak atau semakin besar jumlah sampel dalam suatu survei, maka

estimasi yang dihasilkan akan semakin mendekati karakteristik populasinya.

(2) Kesalahan non sampling (Non Sampling Error)

Non sampling error merupakan kesalahan yang muncul pada saat

pelaksanaan survei dan atau saat pengolahan data. Contoh kesalahan dalam

pelaksanaan survei antara lain:

i) Penggunaan konsep dan definisi yang salah oleh petugas akibat kesalahan

penyampaian dari instruktur ke petugas pencacah maupun pengawas,

ii) Tidak ditemukannya rumah tangga sampel,

iii) Kesalahan pengertian antara responden dan petugas pencacah pada saat

wawancara.

Sedangkan contoh kesalahan pada saat pengolahan antara lain:

i) Kesalahan pada saat perekaman data (entry data),

ii) Kesalahan editing dan coding.

Meskipun berbagai upaya telah dilakukan sejak perencanaan sampai

dengan pelaksanaan pendataan yang bertujuan untuk memperkecil jenis

kesalahan ini, namun kesalahan non sampling tidak dapat dihilangkan sama sekali

serta sulit untuk dievaluasi secara statistik.

(3) Kesalahan sampling (Sampling Error)

Sampling error merupakan kesalahan yang muncul akibat dari penggunaan

teknik sampling dalam suatu survei. Estimasi yang dihasilkan dalam survei tidak

terlepas dari sampling variability. Secara statistik, besarnya sampling error dapat

ditunjukkan oleh besarnya angka galat baku (Standard Error/SE). Untuk mengukur

(37)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 13 sejauh mana sampel yang digunakan sudah cukup menggambarkan keadaan

parameter populasi digunakan Relative Standard Error (RSE), yaitu hasil bagi SE

dengan nilai estimasi suatu variabel yang dinyatakan dalam persentase (%).

Dalam publikasi ini penghitungan RSE menggunakan metode Taylor Linearization

untuk mengestimasi nilai total maupun rata-ratanya. Namun tidak semua variabel hasil

pendataan dihitung SE dan RSE, hanya beberapa variabel penting saja yang dihitung.

Menurut Aryago Mulia dkk (2008), kualitas hasil estimasi suatu survei bisa diamati

dari RSE yang dihasilkan dimana keputusan mengenai keakuratan suatu estimasi bisa

diamati dari hasil penghitungan RSE tersebut. Kesalahan sampling dari beberapa estimasi

harus digunakan secara hati-hati. Untuk estimasi berdasarkan jumlah kasus yang kecil,

kesalahan relatif cenderung sangat besar. Secara umum, besaran SE meningkat seiring

dengan meningkatnya besaran estimasi. Sebaliknya, RSE menurun jika ukuran estimasi

tersebut meningkat. Estimasi yang sangat kecil dengan demikian akan menghasilkan RSE

yang tinggi sehingga nilainya menjadi tidak akurat. Nilai esti asi de ga R“E ≤ %

dia ggap akurat, seda gka ilai esti asi de ga R“E > % tetapi ≤ % perlu hati-hati jika ingin digunakan, dan estimasi dengan RSE > 50% dianggap sangat tidak akurat dan

seharusnya digabungkan dengan estimasi yang lain untuk memberikan estimasi dengan

R“E ≤ %.

Tabel 1. Keputusan mengenai Keakuratan Suatu Estimasi

Kondisi Perlakuan

RSE ≤ 25% Akurat (bisa digunakan)

25% < RSE ≤ 50% Perlu hati-hati jika digunakan

RSE > 50% Dianggap tidak akurat (harus digabungkan dengan estimasi

lai u tuk e berika esti asi de ga R“E ≤ %.

2.3 Konsep dan Definisi

a. Pemuda adalah penduduk berumur 16-30 tahun.

b. Tipe Daerah menggambarkan kelompok desa/kelurahan yang termasuk daerah

perkotaan atau perdesaan. Penentuan suatu desa/kelurahan termasuk perkotaan

atau perdesaan menggunakan suatu indikator komposit (indikator gabungan) yang

(38)

14 Statistik Pemuda Indonesia 2014 skor atau nilainya didasarkan pada skor atau nilai-nilai tiga buah variabel:

kepadatan penduduk, persentase rumah tangga pertanian, dan akses ke fasilitas

perkotaan.

c. Rumah Tangga Biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami atau

tinggal bersama di sebagian atau seluruh bangunan fisik/bangunan sensus dan

biasanya makan dari satu dapur. Yang dimaksud satu dapur adalah jika pengurusan

kebutuhan sehari-hari dikelola menjadi satu. Beberapa orang yang bersama-sama

mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya

sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa.

Rumah Tangga Khusus adalah orang yang tinggal di asrama seperti asrama

perawat, asrama mahasiswa dan asrama TNI/Polisi, panti asuhan, panti jompo, dan

sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekos) berjumlah 10 orang atau

lebih.

d. Kepala Rumah Tangga adalah salah seorang dari ART yang bertanggung jawab atas

pemenuhan kebutuhan sehari-hari di rumah tangga atau orang yang

dituakan/dianggap/ditunjuk sebagai KRT.

e. Anggota Rumah Tangga adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di

suatu rumah tangga baik yang pada waktu pencacahan berada di rumah tangga

tersebut maupun yang sedang bepergian kurang dari 6 bulan dan tidak berniat

pindah.

Tidak termasuk anggota rumah tangga yaitu orang yang telah bepergian selama 6

bulan atau lebih, atau kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah (akan

meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih).

Di sisi lain, orang yang telah 6 bulan atau lebih tinggal di rumah tangga yang sedang

dicacah atau yang telah tinggal kurang dari 6 bulan tetapi berniat menetap

dianggap sebagai anggota rumah tangga dari rumah tangga yang sedang dicacah

tersebut.

f. Rasio jenis kelamin adalah perbandingan antara penduduk laki-laki dan

perempuan pada suatu daerah dan pada waktu tertentu, yang biasanya

dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan.

(39)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 15

g. Kawin adalah mempunyai isteri (bagi pria) atau suami (bagi wanita) pada saat

pencacahan, baik tinggal bersama maupun tinggal terpisah. Dalam hal ini yang

dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, negara dan

sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup bersama dan oleh masyarakat

sekelilingnya dianggap sebagai suami isteri.

h. Cerai Hidup adalah berpisah sebagai suami-isteri karena bercerai dan belum

kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang mengaku cerai walaupun belum

resmi secara hukum. Sebaliknya tidak termasuk mereka yang hanya hidup terpisah

tetapi masih berstatus kawin, misalnya suami/isteri ditinggalkan oleh isteri/suami

ke tempat lain karena sekolah, bekerja, mencari pekerjaan atau untuk keperluan

lain. Wanita yang mengaku belum pernah kawin tetapi mengaku pernah hamil

dianggap sebagai cerai hidup.

i. Cerai Mati adalah ditinggal mati oleh suami atau isterinya dan belum kawin lagi.

j. Tidak/belum pernah sekolah adalah tidak/belum pernah terdaftar dan aktif

mengikuti pendidikan di suatu jenjang pendidikan, termasuk mereka yang tamat

taman kanak-kanak tetapi tidak melanjutkan ke sekolah dasar.

Masih bersekolah adalah apabila terdaftar dan aktif mengikuti proses belajar di

suatu jenjang pendidikan formal dan non formal (Paket A, Paket B dan Paket C),

baik yang berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemdikbud), Kementerian Agama (Kemenag), Instansi Negeri lain maupun Instansi

Swasta.

Tidak bersekolah lagi adalah pernah terdaftar dan aktif mengikuti pendidikan baik

di suatu jenjang pendidikan formal maupun non formal (Paket A/B/C), tetapi pada

saat pencacahan tidak lagi terdaftar dan tidak lagi aktif.

k. Pendidikan:

Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang

terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, meliputi

SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, SM/MA/sederajat, dan PT.

Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang

dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Meliputi pendidikan

(40)

16 Statistik Pemuda Indonesia 2014 kecakapan hidup (kursus), pendidikan anak usia dini (PAUD) atau prasekolah,

pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan

keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan

(paket A, paket B, dan paket C) serta pendidikan lainnya yang ditujukan untuk

mengembangkan kemampuan peserta didik.

l. Tamat Sekolah adalah telah menyelesaikan pelajaran pada kelas/tingkat terakhir

suatu jenjang pendidikan di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan

tanda tamat/ijazah. Seorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi

tetapi jika ia mengikuti ujian dan lulus maka dianggap tamat.

m. Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi

yang sudah ditamatkan oleh seseorang yang sudah tidak sekolah lagi atau jenjang

pendidikan tertinggi yang pernah diduduki dan ditamatkan oleh seseorang yang

masih bersekolah.

Belum tamat SD adalah pernah/sedang bersekolah di SD atau yang sederajat tetapi

tidak/belum tamat.

SD meliputi sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, dan sederajat.

SMP meliputi jenjang pendidikan SMP umum, madrasah tsanawiyah, SMP kejuruan,

dan sederajat.

SM meliputi jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK), madrasah aliyah, dan sederajat.

Diploma/Sarjana adalah program DI/DII/DIII atau mendapatkan gelar sarjana muda

pada suatu akademi/perguruan tinggi yang menyelenggarakan program

diploma/mengeluarkan gelar sarjana muda, program pendidikan diploma IV,

sarjana pada suatu perguruan tinggi, program pendidikan pascasarjana (master

atau doktor), spesialis 1 atau 2 pada suatu perguruan tinggi.

n. Dapat Membaca dan Menulis adalah kemampuan seseorang untuk bisa membaca

dan menulis kata-kata/kalimat sederhana dalam huruf tertentu.

Buta Aksara/Huruf adalah tidak bisa membaca dan menulis kalimat sederhana

dengan suatu aksara, termasuk huruf Braille. Orang cacat yang pernah dapat

membaca dan menulis digolongkan tidak buta huruf.

(41)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 17

o. Keluhan kesehatan adalah keadaan seseorang yang mengalami gangguan

kesehatan atau kejiwaan baik karena penyakit, kecelakaan, kriminal, dan lain lain.

p. Sakit adalah menderita penyakit baik akut maupun kronis atau gangguan

kesehatan lainnya yang menyebabkan aktivitas kerja terganggu. Orang yang

mempunyai keluhan kesehatan (misalnya masuk angin atau pilek) tetapi kegiatan

sehari-harinya tidak terganggu dianggap tidak sakit.

q. Angkatan Kerja Pemuda adalah penduduk berumur 16–30 tahun yang selama

seminggu sebelum pencacahan mempunyai pekerjaan, baik bekerja maupun

sementara tidak bekerja, atau yang sedang mencari pekerjaan.

Bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh/

membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu

jam dalam seminggu sebelum pencacahan. Bekerja selama satu jam tersebut harus

dilakukan berturut-turut dan tidak terputus (termasuk pekerja keluarga tanpa upah,

yang membantu dalam kegiatan usaha/ekonomi).

Menganggur adalah mereka yang termasuk angkatan kerja tetapi tidak bekerja.

Mencari Pekerjaan adalah kegiatan dari mereka yang bekerja tetapi karena suatu

hal masih mencari pekerjaan; atau mereka yang dibebastugaskan dan akan

dipanggil kembali tetapi sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan; atau

mereka yang pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan; atau

mereka yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

Mempersiapkan suatu usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang

dalam rangka mempersiapkan suatu usaha yang baru, yang bertujuan untuk

memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, dengan atau tanpa

mempekerjakan buruh/karyawan/pegawai dibayar maupun tidak dibayar.

Mempersiapkan suatu usaha yang dimaksud adalah apabila seseorang telah/sedang

melakukan tindakan nyata seperti mengumpulkan modal atau alat, mencari lokasi,

mengurus surat ijin usaha, dsb.

r. Bukan Angkatan Kerja Pemuda adalah penduduk berumur 16–30 tahun yang

selama seminggu sebelum pencacahan hanya bersekolah, mengurus rumah tangga,

atau melakukan kegiatan lainnya. Dapat juga berarti tidak melakukan kegiatan yang

(42)

18 Statistik Pemuda Indonesia 2014 dapat dimasukkan dalam kategori bekerja, sementara tidak bekerja atau mencari

pekerjaan.

s. Lapangan Usaha adalah bidang kegiatan dari pekerjaan/perusahaan/instansi

tempat seseorang bekerja.

t. Status Pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan, misalnya

berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, berusaha dibantu buruh tetap atau

buruh/karyawan.

u. Jam Kerja adalah jumlah waktu (dalam jam) yang digunakan untuk bekerja.

v. Angka Partisipasi Sekolah adalah nilai perbandingan (dalam persen) banyaknya

penduduk yang bersekolah terhadap total penduduk menurut batasan umur

sekolah pada setiap jenjang pendidikan formal dan non formal (Paket A setara SD,

Paket B setara SMP dan Paket C setara SM).

w. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah persentase angkatan kerja

terhadap penduduk usia kerja.

TPAK dihitung dengan rumus:

Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas. Namun untuk

publikasi ini umur dibatasi 16-30 tahun.

x. Tingkat Pengangguran Terbuka adalah persentase angkatan kerja yang aktif

mencari pekerjaan dan tidak sedang mempunyai pekerjaan.

TPT dihitung dengan rumus:

y. Angka Ketergantungan Penduduk adalah angka yang menunjukkan tingkat

ketergantungan penduduk usia tidak produktif (usia < 15 tahun dan usia > 64 tahun)

pada pe duduk usia produktif −59 tahun).

(43)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 19 2.4 Keterbatasan Data

Survei-survei dengan pendekatan rumah tangga yang diselenggarakan BPS,

termasuk Susenas hanya mencakup populasi yang tinggal di suatu rumah tangga biasa.

Penduduk yang tinggal di rumah tangga khusus, seperti asrama perawat, asrama

mahasiswa, asrama TNI/Polisi, panti asuhan, panti jompo tidak dicakup dalam survei.

2.5 Metode Estimasi

Angka-angka yang disajikan dalam publikasi ini merupakan angka estimasi

dengan menggunakan penimbang (weighted) yang dihitung berdasarkan angka proyeksi

penduduk per kabupate /kota ‒ ya g telah dipublikasika . U tuk data tahu

2011 dan 2012 juga dilakukan estimasi ulang (backcasting) dengan penimbang yang

dihitung berdasarkan hasil proyeksi tersebut.

2.6 Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis deskriptif

dengan penyajian data dalam bentuk tabel ulasan sederhana dan visualisasi berupa

gambar/grafik untuk memudahkan pembaca dalam memahaminya. Analisis yang

disajikan disertai dengan analisis diferensial untuk melihat perbedaan pola serta

gambaran antar daerah perkotaan dan perdesaan serta antar wilayah provinsi. Selain

itu disertakan juga analisis tren dalam upaya memperoleh gambaran secara rinci

mengenai pemuda selama beberapa periode waktu. Pada bagian akhir publikasi ini

dilengkapi dengan lampiran tabel untuk melihat data pada tingkat provinsi.

(44)
(45)

PROFIL

DEMOGRAFI

(46)
(47)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 23

Profil Demografi

Pemuda merupakan bagian dari penduduk usia produktif. Selain itu, pemuda

menjadi salah satu sumber potensial dalam proses pembangunan bangsa yang

memegang peranan penting sebagai sumber kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen

perubahan. Sejarah telah membuktikan bahwa pemuda adalah salah satu pilar yang

memiliki peran besar dalam perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga

maju mundurnya suatu negara sedikit banyak ditentukan oleh pemikiran dan

kontribusi aktif dari pemuda di negara tersebut (Wahyu Ishardino Satries) . Pada

generasi sekarang, pemuda merupakan penerus perjuangan gererasi terdahulu untuk

mewujudkan cita-cita bangsa.

Untuk itu, tanggung jawab dan peran strategis pemuda di segala dimensi

pembangunan perlu ditingkatkan dalam kerangka hukum nasional. Hal tersebut sesuai

dengan nilai yang terkandung di dalam Pancasila dan amanat Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa,

(48)

24 Statistik Pemuda Indonesia 2014

kemanusiaan, kebangsaan, kebhinekaan, demokratis, keadilan, partisipatif,

kebersamaan, kesetaraan, dan kemandirian.

Bab ini memberikan gambaran beberapa aspek penting demografis pemuda di

Indonesia, yaitu: jumlah, distribusi, dan struktur/komposisi pemuda yang disajikan pada

level nasional dan provinsi. Pembahasan profil pemuda diuraikan lebih rinci menurut

jenis kelamin, kelompok umur, status perkawinan, dan hubungan dengan kepala rumah

tangga.

3.1 Jumlah Pemuda dan Jumlah Penduduk Indonesia

Jumlah pemuda di Indonesia sekitar 61,83 juta jiwa atau 24,53 persen dari

jumlah penduduk Indonesia (lihat Tabel 3.1). Jumlah pemuda yang cukup besar ini

menunjukkan bahwa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang cukup sebagai

penggerak/motor pembangunan.

Tabel 3.1

Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2014

Kelompok Umur (Tahun)

Perkotaan (K) Perdesaan (D) K+D

Jumlah (000) Persen Jumlah (000) Persen Jumlah (000) Persen

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

< 16 36 860,72 29,18 39 816,74 31,68 76 677,46 30,42

16 – 30 32 751,57 25,92 29 083,12 23,14 61 834,69 24,53

> 30 56 720,89 44,90 56 802,61 45,19 113 523,50 45,04

Jumlah 126 333,18 100,00 125 702,46 100,00 252 035,65 100,00

Sumber: BPS, Susenas Kor 2014

Jumlah dan persentase pemuda lebih rendah dari jumlah dan persentase

penduduk kelompok umur lainnya. Jumlah penduduk pada kelompok umur kurang

dari 16 tahun sekitar 76,68 juta atau 30,42 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

Sementara itu jumlah penduduk pada kelompok umur lebih dari 30 tahun sekitar

113,52 juta atau 45,04 persen dari jumlah penduduk.

(49)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 25 Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, persentase pemuda terhadap

penduduk Indonesia pada tahun 2014 mengalami penurunan. Perkembangan

persentase pemuda dalam lima tahun terakhir disajikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1

Persentase Pemuda Indonesia, 2010−2014

Sumber: BPS, Susenas Kor 2010− 014

Persentase pemuda di Indonesia pada tahun 2010 hingga tahun 2014 cenderung

mengalami penurunan. Pada tahun 2010 persentase pemuda Indonesia tercatat sebesar

25,18 persen. Angka tersebut menurun menjadi 24,96 persen di tahun 2011. Pada tahun

2012 dan 2013 persentase pemuda mengalami penurunan lagi menjadi sebesar 24,79

persen dan pada tahun 2014 menjadi sebesar 24,53 persen.

3.2 Pemuda Menurut Jenis Kelamin

Perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan pada suatu daerah dan

pada waktu tertentu dinamakan dengan rasio jenis kelamin. Rasio jenis kelamin

biasanya dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Angka

rasio jenis kelamin yang lebih dari 100 menunjukkan bahwa jumlah pemuda laki-laki

lebih tinggi dibandingkan dengan pemuda perempuan.

Tabel 3.2 menunjukkan bahwa rasio jenis kelamin pemuda pada tahun 2014

sebesar 101,38. Angka ini menunjukkan bahwa terdapat 101 pemuda laki-laki diantara

100 orang pemuda perempuan. Lebih banyaknya komposisi pemuda laki-laki dibanding

25,18

24,96 24,79 24,79 24,53

20 22 24 26 28 30

2010 2011 2012 2013 2014

%

(50)

26 Statistik Pemuda Indonesia 2014 pemuda perempuan juga terjadi di perkotaan maupun di perdesaan. Rasio jenis kelamin

pemuda di perkotaan tercatat sebesar 100,76 dan di perdesaan sebesar 102,00.

Tabel 3.2

Rasio Jenis Kelamin Pemuda Menurut Tipe Daerah, 2012−2014

Tipe Daerah 2012 2013 2014

(1) (2) (3) (4)

Perkotaan (K) 100,98 100,60 100,76

Perdesaan (D) 102,39 102,16 102,00

K+D 101,64 101,33 101,38

Sumber: BPS, Susenas Kor 2012− 4

Perkembangan rasio jenis kelamin pemuda mengalami penurunan dari tahun

2012 sampai dengan tahun 2013 baik di perkotaan maupun perdesaan. Pada tahun

2012 rasio jenis kelamin pemuda tercatat sebesar 101,64 dan tahun 2013 mengalami

penurunan menjadi 101,33. Sedangkan pada tahun 2014 angka tersebut mengalami

kenaikan menjadi 101,38. Dari Tabel 3.2 juga terlihat bahwa pada tahun 2012 hingga

tahun 2014 rasio jenis kelamin pemuda di wilayah perkotaan lebih rendah dibanding

rasio jenis kelamin pemuda di wilayah perdesaan.

3.3 Pemuda Menurut Wilayah

Di Indonesia ada dua tipe daerah, yaitu perkotaan dan perdesaan yang

masing-masing memiliki perbedaan pola kehidupan. Pusat kota menjadi daya tarik tersendiri

bagi penduduk untuk tinggal di perkotan karena kemajuan di bidang ekonomi serta

anggapan bahwa kota lebih menjanjikan kehidupan yang lebih baik dibandingkan

dengan desa. Selain itu, tersedianya lapangan kerja yang lebih luas serta fasilitas

pendidikan maupun fasilitas-fasilitas lain yang lebih lengkap menyebabkan banyak

penduduk yang melakukan urbanisasi.

Pemuda lebih banyak yang tinggal di perkotaan daripada di perdesaan. Hal ini

tercermin pada proporsi pemuda di perkotaan dan perdesaan. Berdasarkan Tabel 3.3,

terlihat bahwa proporsi pemuda di perkotaan lebih besar daripada proporsi pemuda di

perdesaan. Diantara penduduk yang tinggal di perkotaan sekitar 25,92 persennya

(51)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 27 adalah pemuda. Sementara itu, dari total penduduk yang tinggal di perdesaan 23,14

persennya adalah pemuda.

Tabel 3.3

Proporsi Pemuda Menurut Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, 2014

Tipe Daerah Laki-Laki (L) Perempuan (P) L+P

Dari Tabel 3.3 terlihat bahwa di perkotaan, perbedaan proporsi pemuda laki-laki

sedikit lebih rendah daripada proporsi pemuda perempuan. Sebaliknya di perdesaan

proporsi pemuda laki-laki lebih tinggi daripada proporsi pemuda perempuan.

Sementara itu, distribusi pemuda menurut pulau dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Pada tahun 2014, sebaran pemuda terkonsentrasi di Pulau jawa dengan persentase

sebesar 55,95 persen. Sisanya tersebar di Pulau Sumatera (22,36 persen), Sulawesi (7,31

persen), Kalimantan (6,28 persen) dan sebesar 8,10 persen tersebar di pulau-pulau

lainnya seperti Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Gambar 3.2

Persebaran Pemuda Indonesia Menurut Pulau, 2014

(52)

28 Statistik Pemuda Indonesia 2014 Dilihat berdasarkan distribusi pemuda menurut provinsi tiga provinsi yang

memiliki jumlah pemuda terbanyak berturut-turut adalah Jawa Barat (11,57 juta),

Jawa Timur (8,62 juta), dan Jawa Tengah (7,45 juta). Sementara, tiga provinsi yang

memiliki jumlah pemuda paling sedikit berturut-turut adalah Papua Barat (0,21 juta),

Gorontalo (0,28 juta), dan Maluku Utara (0,29 juta). Hal ini dapat dilihat pada

lampiran Tabel 3.1.3.

3.4 Pemuda Menurut Kelompok Umur

Umur pemuda dikelompokkan menjadi 16-20 tahun, 21-25 tahun, dan 26-30

tahun. Tabel 3.4 menyajikan struktur umur pemuda pada tahun 2014. Persentase

pemuda terti ggi berada pada kelo pok u ur − tahu de ga perse tase

sebesar 34,69 persen. Sebaliknya, persentase pemuda terendah berada pada

kelompok umur 16-20 tahun yaitu sebesar 32,23 persen.

Tabel 3.4

Persentase Pemuda Menurut Kelompok Umur dan Tipe Daerah, 2014

Kelompok Umur

perkotaan dan perdesaan. Di perkotaan persentase pemuda tertinggi berada pada

kelompok umur 21-25 tahun, sementara di perdesaan persentase pemuda tertinggi

berada pada kelompok umur 26-30 tahun. Akan tetapi, baik di perkotaan maupun

perdesaan persentase pemuda terendah berada pada kelompok umur 16-20 tahun,

yaitu masing-masing sebesar 32,35 persen dan 32,09 persen.

(53)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 29

3.5 Pemuda Menurut Status Perkawinan

Dalam UU No. 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan

hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak

wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Selanjutnya dalam Peraturan

Menteri Agama No.11 tahun 2007 Tentang Pencatatan Nikah Bab IV pasal 8 menyatakan

bahwa apabila seorang calon suami belum mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan

seorang calon istri belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun, harus mendapat

dispensasi dari pengadilan.

Gambar 3.3 menunjukkan persentase pemuda menurut status perkawinan dan

jenis kelaminnya. Terlihat bahwa sebagian besar pemuda berstatus belum kawin, yaitu

sekitar 54,11 persen. Sementara pemuda yang berstatus kawin ada sebesar 44,45

persen dan sisanya adalah mereka yang berstatus cerai hidup/mati.

Gambar 3.3

Persentase Pemuda Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin, 2014

Sumber: BPS, Susenas Kor 2014

Lebih lanjut jika dilihat berdasarkan jenis kelamin, terlihat adanya perbedaan

pola status perkawinan antara pemuda laki-laki dan perempuan. Pemuda laki-laki

lebih banyak yang belum kawin, sebaliknya pemuda perempuan lebih banyak yang

sudah kawin (lihat Gambar 3.3). Persentase pemuda laki-laki dengan status belum

kawin (66,93 persen) adalah sekitar dua kalinya persentase pemuda laki-laki yang

0,00

(54)

30 Statistik Pemuda Indonesia 2014 sudah kawin (32,22 persen). Sebaliknya persentase pemuda perempuan yang

berstatus belum kawin (41,12 persen) lebih rendah daripada persentase pemuda

perempuan yang berstatus kawin (56,84 persen). Perbedaan pola status perkawinan

antara laki-laki dan perempuan tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa

perempuan pada umumnya menikah di usia lebih muda dibanding laki-laki.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, terlihat ada perbedaan pola status

perkawinan antara pemuda perkotaan dan perdesaan. Pemuda di perkotaan lebih

banyak yang belum kawin, sebaliknya pemuda di perdesaan lebih banyak yang sudah

kawin. Gambar 3.4 menyajikan persentase pemuda menurut status perkawinan yang

dibedakan menurut tipe daerah.

Gambar 3.4

Persentase Pemuda Menurut Status Perkawinan dan Tipe Daerah, 2014

Sumber: BPS, Susenas Kor 2013

Dari Gambar 3.4 terlihat bahwa di perkotaan persentase pemuda yang

berstatus belum kawin (60,48 persen) lebih tinggi daripada persentase pemuda yang

berstatus kawin (38,17 persen). Sebaliknya di perdesaan pemuda yang berstatus

belum kawin (46,93 persen) cenderung lebih sedikit daripada yang berstatus kawin

(51,52 persen). Hal ini mengindikasikan bahwa pemuda yang tinggal di perdesaan

(55)

Statistik Pemuda Indonesia 2014 31 Proporsi pemuda pernah kawin pada kelompok umur 21-25 tahun adalah

sebesar 56,59 persen atau hampir 4 kali proporsi pemuda pernah kawin pada

kelompok umur 16-20 tahun. Sementara itu, proporsi pemuda pernah kawin pada

kelompok umur 26-30 tahun adalah sebesar 83,12 persen atau lima kali proporsi

pemuda pernah kawin pada kelompok umur 16-20 tahun.

Tabel 3.5

Proporsi Pemuda yang Pernah Kawin Menurut Kelompok Umur, Tipe Daerah, dan Jenis Kelamin, 2014

perempuan yang pernah kawin selalu lebih tinggi daripada proporsi pemuda laki-laki

yang pernah kawin baik di perkotaan maupun di perdesaan. Proporsi pemuda di

perdesaan yang pernah kawin, (baik laki-laki maupun perempuan dan untuk tiap

kelompok umur) lebih tinggi daripada proporsi pemuda di perkotaan yang pernah

kawin. Proporsi pemuda di perdesaan yang pernah kawin pada kelompok umur 16-20

tahun mencapai dua kali lipat proporsi pemuda di perkotaan yang pernah kawin pada

kelompok umur yang sama. Sementara itu, pada kelompok umur 21-25 tahun proporsi

pemuda perdesaan yang pernah kawin mencapai 56,59 persen sementara proporsi

pemuda di perkotaan yang pernah kawin di perkotaan hanya sebesar 36,72 persen.

3.6 Pemuda sebagai Kepala Rumah Tangga

Kepala rumah tangga adalah seseorang dari sekelompok anggota rumah tangga

(art) yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga, atau orang

Gambar

Gambar
Tabel
Tabel
Tabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah 1) menganalisis dan mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru matematika kelas VII SMP Negeri 6 Salatiga. 2)Menganalisis dan

Additionally, Young (1991) listed six potential sources of language anxiety, including personal and interpersonal factors, learners’ beliefs about language learning, and

Gambar tari di atas ditampilkan di ruang terbuka (outdoor) beralaskan tanah dengan posisi pemain melingkar dalam tata pentas arena. Gambar tari di atas adalah.... Tari serimpi

Analisis perbandingan laporan keuangan sampai dengan evaluasi rasio kecukupan modal kerja, tingkat efektivitas dan efesiensinya terjaga sehingga dalam pengelolaan

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan koneksi matematis peserta didik yang diajar dengan Strategi Pembelajaran

ESDM/E.20@011 Tanggal 10 Oktober 2011, telah ditetapkan sebagai pemenang pelelangan pekeriaan tersebut di atas sebagai berikut

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

apakah Degree of Operating Leverage (DOL), Degree of Financial Leverage (DFL), Debt Ratio (DR), dan Time Interest Earned Ratio (TIER)secara simultan berpengaruh terhadap