• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Orientasi Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal Dalam Rumah Tinggal Di Medan (Studi Kasus Komplek Perumahan Evergreen)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Orientasi Bangunan Terhadap Kenyamanan Termal Dalam Rumah Tinggal Di Medan (Studi Kasus Komplek Perumahan Evergreen)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan

dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan temperatur lingkungannya,

yang dalam konteks sensasi digambarkan sebagai kondisi dimana seseorang tidak

merasakankepanasan maupun kedinginan pada lingkungan tertentu.

Menurut Lee dan Chang (2000), pada umumnya orang menghabiskan waktunya

(lebih dari 90%) di dalam ruangan, sehingga mereka membutuhkan udara yang

nyaman dalam ruang tempat mereka beraktivitas, oleh karenanya kecepatan udara

yang baik dalam ruangan sangat bermanfaat bagi mereka.

2.1 Kenyamanan Termal

Ada 6 faktor yang mempengaruhi kenyamanan termal menurut ASHRAE (1989):

1.Temperatur udara

Temperatur udara merupakan temperatur di sekeliling individu. Bisa dikatakan

salah satu faktor utama dari kenyamanan termal.

2. Temperatur radiant

Temperatur radiant adalah panas yang beradiasi dari objek yang mengeluarkan

panas. Temperatur radiant lebih memberikan pengaruh yang lebih besar

dibandingkan temperatur udara dalam bagaimana kita melepas atau menerima

(2)

Kecepatan angin merupakan faktor yang penting dalam kenyamanan termal.

Udara yang tidak bergerak dalam ruangan tertutup akan menyebabkan pengguna

ruangan merasa kaku ataupun berkeringat.

4. Kelembaban relatif

Kelembaban relatif adalah perbandingan antara jumlah uap air pada udara dengan

jumlah maksimum uap air yang udara bisa tampung pada temperatur tersebut.

Lingkungan yang mempunyai kelembaban relatif tinggi mencegah penguapan

keringat dari kulit. Di lingkungan yang panas, semakin sedikit keringat yang

menguap karena kelembaban tinggi, sehingga kegerahan bagi individu yang

berada dilingkungan tersebut.

5. Insulasi pakaian

Kenyamanan termal sangat dipengaruhi oleh efek insulasi pakaian yang kita

kenakan.

Pakaian mengurangi pelepasan panas tubuh. Karena itu, pakaian diklasifikasikan

berdasarkan pada nilai insulasinya. Satuan yang biasa digunakan untuk

pengukuran insulasi pakaian adalah Clo. Batas nyaman untuk pakaian adalah n ≤

0,5 Clo. Total nilai Clo bisa dihitung dengan menjumlahkan nilai Clo untuk setiap

(3)

Tabel 2.1. Nilai Insulasi Pakaian

6. Tingkat metabolisme

Tingkat metabolisme merupakan panas yang dihasilkan di dalam tubuh sepanjang

beraktivitas. Semakin banyak melakukan aktivitas fisik, semakin banyak panas

yang dibuat. Semakin banyak panas yang dihasilkan tubuh, semakin banyak panas

yang perlu dihilangkan agar tubuh tidak mengalami overheat. Metabolisme diukur

dalam MET (1 MET = 58 W/m2 permukaan tubuh). Manusia dewasa normal

memiliki permukaan kulit 1,7 m2, dan orang dalam kenyamanan termal dengan

tingkat aktivitas 1 MET akan memiliki heat loss kira-kira 100 W. Dalam menilai

tingkat metabolisme, penting untuk menggunakan rata-rata aktivitas manusia yang

telah ditunjukkan dalam 1 jam terakhir. Nilai MET berbagai aktivitas dapat dilihat

(4)

Tabel 2.2 Nilai MET Berbagai Aktivitas

Sejalan dengan teori Humphreys dan Nicol, Lipsmeier (1994) menunjukkan

beberapa penelitian yang membuktikan batas kenyamanan (dalam Temperatur

Efektif/TE) berbeda beda tergantung kepada lokasi geografis dan subyek manusia

(suku bangsa) yang diteliti seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.3 Batas kenyamanan George.Lippsmeier Sumber: Bangunan Tropis, Georg. Lippsmeier

Menurut penelitian Lippsmeier, batas-batas kenyamanan manusia untuk daerah

khatulistiwa adalah 19°C TE (batas bawah) – 26°C TE (batas atas). Pada

temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat. Daya tahan dan

(5)

Kondisi lingkungan yang sukar mulai dirasakan pada suhu 33,5°C TE– 35,5 °C

TE, dan pada suhu 35°C TE – 36°C TE kondisi lingkungan tidak dapat ditolerir

lagi. Produktifitas manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara

yang tidak nyaman seperti halnya terlalu dingin atau terlalu panas. Produktifitas

kerja manusia meningkat pada kondisi suhu (termis) yang nyaman (Idealistina ,

1991).

Gambar 2.1:

Diagram Kenyamanan sebagai Fungsi dari Temperatur, Kelembaban dan Kecepatan Angin

Sumber: Bangunan Tropis, Georg. Lippsmeier

Berbagai penelitian kenyamanan suhu yang dilakukan di daerah iklim tropis

basah, seperti halnya Mom dan Wiesebron di Bandung, Ellis, de Dear di

Singapore, Busch di Bangkok, Ballabtyne di Port Moresby, kemudian Karyono di

Jakarta, memperlihatkan rentang suhu antara 24oC hingga 30oC yang dianggap

(6)

Menurut George Lippsmeier, terdapat beberapa teori sebagai berikut.

1. Teori ciri-ciri dan masalah bangunan pada iklim tropis

• Ciri-ciri iklim daerah tropis basah adalah presipitasi dan kelembaban tinggi

dengan temperatur. Angin sedikit, radiasi matahari sedang sampai kuat.

Pertukaran panas sedikit karena tingginya kelembaban.

• Masalah bangunan daerah iklim tropis basah adalah panas yang tidak

menyenangkan. Penguapan sedikit karena gerakan udara lambat. Perlu

perlindungan terhadap matahari, hujan dan angin.

• Hal penting yang harus diperhatikan pada daerah iklim tropis basah adalah

bangunan terbuka dengan jarak yang nyaman untuk sirkulasi udara. Orientasi

utara-selatan, dengan lebar bangunan untuk ventilasi silang, serta diberi penenduh

disekitar bangunan. Bangunan ringan dengan daya serap panas yang rendah.

2. Teori temperatur udara

Umumnya daerah yang paling panas adalah daerah khatulistiwa, karena paling

banyak menerima radiasi matahari. Tetapi temperatur udara juga dipengaruhi oleh

faktor derajat lintang (musim), atmosfer, serta daratan dan air.

Temperatur terendah pada 1-2 jam sebelum matahari terbit dan temperatur

tertinggi pada 1-2 jam setelah posisi matahari tertinggi, dengan 43% radiasi

matahari dipantulkan kembali, 43% diserap oleh permukaan bumi, dan 14%

diserap oleh atmosfer.

Penyinaran langsung dari sebuah dinding bergantung pada orientasinya terhadap

matahari, dimana pada iklim tropis fasade timur paling banyak terkena radiasi

(7)

meyerap 50%-95% radiasi matahari.Pengurangan radiasi panas dapat juga

dilakukan dengan menggerakkan udara pada permukaan atap atau dinding.

3. Teori kelembaban udara

Semakin tinggi udara, maka semakin kemampuan udara untuk menyerap air,

berarti semakin tinggi kelembaban udaranya. ”Temperatur lembab” menunjukkan

kombinasi antar temperatur kering yang diukur secara normal dan kadar

kelembaban udara, yang dapat dibaca dalam diagram psikometrik.

Gambar 2.2: Diagram psikometrik 4. Teori gerakan udara

Gerakan udara terjadi akibat pemanasan lapisan udara yang berbedabeda.

Bangunan tinggi peredaran udara pada bagian atas, sehingga dibelakang bangunan

tinggi terjadi perputaran angin yang berlawaman, sehingga dapat menghasilkan

(8)

Gambar 2.3: Pembalikan arah angin oleh bangunan tinggi

Pada bangunan tertutup dan sejajar dibutuhkan jarak sekitar tujuh kali tinggi

bangunan untuk membuat kecepatan angin kembali ke permukaan.

Gambar 2.4: Gerakan udara antara deretan bangunan

Gerakan udara menimbulkan pelepasan panas oleh permukaan kulit, selama

temperatur udara lebih rendah dari temperatur kulit. Arah angin menjadi salah

satu faktor penentu orientasi bangunan untuk memperbaiki kondisi iklim interior

bangunan.

5. Teori persyaratan kenyamanan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan dalam ruangan tertutup adalah :

Temperatur udara, Kelembaban udara, Temperatur radiasi rata-rata dari dinding

dan atap, Kecepatan gerakan udara, Tingkat pencahayaan dan distribusi cahaya

(9)

Sementara itu, Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada

Bangunan Gedung yang diterbitkan oleh Yayasan LPMB-PU(SNI 03-6572-2001)

membagi temperatur udara nyaman untuk orang Indonesia atas tiga bagian yaitu:

Tabel 2.4

Suhu Nyaman menurut Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi pada Bangunan Gedung

Pada temperatur 26°C TE umumnya manusia sudah mulai berkeringat sedangkan

temperatur rata-rata di Indonesia dapat mencapai 35oC dengan kelembaban yang

cukup tinggi hingga 85%(iklim tropis panas lembab).

2.2 Perpindahan Kalor/Panas

Kalor dapat berpindah dengan 3 cara yaitu:

• Konduksi :

Perpindahan panas dengan cara penjalaran di dalam suatu bahan atau antara

permukaan dua bahan yang saling bersentuhan. Misal antara kaki kita tanpa

sepatu dan permukaan lantai. Dinding yang tebal memerlukan waktu lama untuk

penjalaran panas, karena itu dinding tebal sering dipakai di bangunan tropis

• Konveksi

Perpindahan panas karena adanya aliran udara. Misal saat angin mengenai

permukaan kulit kita, maka kita akan merasa sejuk karena panas kulit kita terbawa

(10)

Perpindahan panas secara pancaran, misal panas dari alat elektronik, lampu, sinar

matahari

2.3Orientasi

Menurut David Egan, orientasi bangunan yang paling optimum di semua daerah

iklim adalah memanjang dari arah timur ke barat dan untuk daerah tropis lembab

proporsi yang optimum antara lebar dan panjang adalah 1 :1,7 dan proporsi yang

bagus adalah 1:3 (M. David Egan, Concept in Thermal Comfort) Untuk bangunan

di daerah tropis, bidang Barat dan Timur menerima radiasi lebih besar daripada

bidang Utara dan Selatan.

Menurut Olgyay(1963), secara umum bangunan yang memanjang Timur dan

Barat lebih menguntungkan daripada Utara dan Selatan karena bangunan yang

memanjang Utara-Selatan akan menerima lebih banyak panas radiasi. Oleh karena

itu, beban panas radiasi yang paling mempengaruhi kondisi termal di dalam

ruangan. Sehingga orientasi bangunan sangat mempengaruhi kenyamanan termal

ruang.

2.4 Hubungan Temperatur Dengan Kelembaban Udara

• Temperatur udara dinyatakan dengan :

- Temperatur bola basah (Wet Bulb Temperatur)

(11)

• Temperatur bola basah adalah temperatur udara yang berisi uap air sedangkan

temperatur udara kering adalah temperatur udara tanpa uap air.

• Kedua temperatur ini dipakai untuk menentukan kondisi saturasi (jenuh) dari

uap air serta temperatur pengembunan udara.

• Termometer bola basah adalah termometer yang dilengkapi dengan bahan basah

berupa sepon yang diberi air. Cara menggunakannya dengan memutar termometer

tersebut.

• Jika di udara kadar uap airnya sudah sama dengan kadar uap air jenuh maka

tidak ada lagi uap air yang bisa menguap dan keringat tidak bisa terlepas dari

kulit.

• Hubungan antara temperatur udara kering, temperatur udara basah dan

kelembaban jenuh disusun dalam suatu diagram (karta) yang disebut dengan

psikometrik

• Psikometrik ini digunakan untuk menentukan temperatur pengembunan yaitu

temperatur pada saat kelembaban jenuh (saturasi) 100%.

2.5 Ventilasi

• Ventilasi merupakan bukaan yang menyediakan terjadinya aliran udara dan

pertukaran udara.

• Ventilasi merupakan salah satu pengendali faktor kenyamanan termal dan

kenyamanan udara. Kenyamanan udara berupa udara yang bersih, sehat dan tidak

berbau

• Berdasarkan terbentuknya ventilasi dapat dibedakan menjadi :

(12)

Gambar 2.5 : prinsip ventilasi

2.6 Solusi-solusi Kenyamanan Termal.

Solusi-solusi agar ruangan menjadi nyaman dengan iklim tropis panas lembab antara lain:

1. Memakai AC

Penggunaan AC adalah cara paling mudah namun membutuhkan biaya

operasional yang tidak sedikit.

2. Menggunakan elemen-elemen arsitektur

Apabila posisi bangunan pada arah Timur dan Barat tidak dapat dihindari,

(13)

radiasi panas yang langsung masuk ke dalam bangunan (melalui bukaan/kaca)

akan memanaskan ruang dan menaikkan suhu/temperatur udara dalam ruang.

Di samping itu efek silau yang muncul pada saat sudut matahari rendah juga

sangat mengganggu. Gambar di bawah adalah elemen arsitektur yang sering

digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi matahari (solar shading

devices).

(1) Cantilever (Overhang) (2) Louver Overhang (Horizontal) (3) Panels (atau Awning)

(4) Horizontal Louver Screen (5) Egg Crate (6) Vertical Louver (bisa diputar)

(kombinasi elemen horizontal dan vertikal)

(5) dan (6) Paling Efektif digunakan pada bidang bangunan yang menghadap

Timur-Barat. Berfungsi juga sebagai ‘Windbreak’, penting untuk daerah yang mempunyai ‘banyak’ angin.

Gambar 2.6

(14)

Tabel 2.5

Shading Coeficient untuk Elemen Arsitektur

Sumber: Concept in the Thermal Comfort, M. David Egan.

3. Menggunakan elemen lansekap

a. Vegetasi

Di samping elemen arsitektur, elemen lansekap seperti pohon dan vegetasi juga

dapat digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi matahari. Keberadaan pohon

secara langsung/tidak langsung akan menurunkan suhu udara di sekitarnya, karena

radiasi matahari akan diserap oleh daun untuk proses fotosintesa dan penguapan.

Efek bayangan oleh vegetasi akan menghalangi pemanasan permukaan bangunan

dan tanah di bawahnya.

Pohon berjarak 1,5 m Pohon berjarak 3 m Pohon berjarak 9 m dari Bangunan

dari Bangunan dari Bangunan

(15)

Gambar 2.7

Jarak Pohon terhadap Bangunan dan Pengaruhnya terhadap Ventilasi Alami

b. Unsur Air

Untuk memodifikasi udara luar yang terlalu panas masuk ke dalam bangunan

dapat dilakukan dengan membuat air mancur di dalam bangunan. Keberadaan air

akan menurunkan suhu udara di sekitarnya karena terjadi penyerapan panas pada

proses penguapan air. Selain menurunkan suhu udara, proses penguapan akan

menaikkan kelembaban. Untuk daerah iklim tropis basah seperti di Indonesia

yang memiliki kelembaban yang tinggi maka peningkatan kelembaban harus

dihindarkan. Oleh sebab itu penggunaan unsur air harus mempertimbangkan

adanya gerakan udara (angin) sehingga tidak terjadi peningkatan kelembaban.

4. Material/Bahan Bangunan

Panas masuk ke dalam bangunan melalui proses konduksi (lewat dinding, atap,

jendela kaca) dan radiasi matahari yang ditransmisikan melalui jendela/kaca.

Radiasi matahari memancarkan sinar ultra violet (6%), cahaya tampak (48%) dan

(16)

terbesar yang masuk ke dalam bangunan. Besar radiasi matahari yang

ditransmisikan melalui selubung bangunan dipengaruhi oleh fasade bangunan

yaitu perbandingan luas kaca dan luas dinding bangunan keseluruhan (wall to wall

ratio), serta jenis dan tebal kaca yang digunakan.

Radiasi matahari yang jatuh pada selubung bangunan dipantulkan kembali dan

sebagian diserap. Panas yang terserap akan dikumpulkan dan diteruskan ke bagian

sisi yang dingin (sisi dalam bangunan). Masing-masing bahan bangunan

mempunyai angka koefisien serapan kalor (%) seperti terlihat pada tabel berikut.

Semakin besar serapan kalor, semakin besar panas yang diteruskan ke ruangan.

Tabel 2.6

Radiasi Matahari dan Serapan Kalor

Sumber: Pengantar Fisika Bangunan, Mangunwijaya, hal. 117

Warna juga berpengaruh terhadap angka serapan kalor. Warna-warna

muda memiliki angka serapan kalor yang lebih sedikit dari pada warna tua. Warna

putih memiliki angka serapan kalor paling sedikit (10%-15%), sebaliknya warna

Gambar

Tabel 2.1. Nilai Insulasi Pakaian
Tabel 2.3 Batas kenyamanan George.Lippsmeier
Gambar 2.1:  Diagram Kenyamanan sebagai Fungsi dari Temperatur, Kelembaban dan Kecepatan Angin  Sumber: Bangunan Tropis, Georg
Gambar 2.2: Diagram psikometrik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk material dominasi material Keramik dan Beton yaitu 40% , 30% dengan karakteristik tidak menghantarkan dan menyerap panas masuk ke dalam ruang sehingga dapat

Bukaan pada fasad bangunan yang berupa jendela juga berfungsi sebagai penyalur udara ke dalam bangunan.Bila bukaan/jendela dibuat pada bidang yang sejalur dengan arah angin di

Penelitian kenyamanan termal ini mengambil obyek rumah tinggal vernakular di dua tempat yang berbeda dari iklim nya yaitu daerah tropis pegunungan dengan suhu udara rendah dan

Untuk material dominasi material Keramik dan Beton yaitu 40%, 30% dengan karakteristik tidak menghantarkan dan menyerap panas masuk ke dalam ruang sehingga dapat

Bukaan pada fasad bangunan yang berupa jendela juga berfungsi sebagai penyalur udara ke dalam bangunan.Bila bukaan/jendela dibuat pada bidang yang sejalur dengan arah angin di

Temperatur Efektif (TE) didefinisikan sebagai temperatur dari udara jenuh dalam keadaan diam atau mendekati diam (0.1 m/s), pada keadaan tidak ada radiasi panas akan

• Ruang tidur 1 (grafik 4 kiri-atas), suhu udara pada rumah J-4 (menghadap ke Timur) pada pagi hari sampai siang hari lebih panas 0,9 derajat F dan sore hari lebih tinggi 0,8

Untuk material dominasi material Keramik dan Beton yaitu 40%, 30% dengan karakteristik tidak menghantarkan dan menyerap panas masuk ke dalam ruang sehingga dapat