• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Passion: Sebuah Resital Piano T1 852013001 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: The Passion: Sebuah Resital Piano T1 852013001 BAB II"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN REPERTOAR

A. Periode Barok

1. Periode Barok

Periode Barok berlangsung sesudah zaman Renaissance dan sebelum

zaman Klasik yakni dari tahun 1600 hingga tahun 17501. Dalam periode

Barok, perkembangan seni dan sastra serta inovasi bentuk dan desain

arsitektur turut mengambil peranan dalam penciptaan musik Barok yang

menjadikan musik Barok memiliki suatu keunikan tersendiri, seperti halnya

banyak penggunaan akan ornamentasi2. Salah satu karakteristik yang paling

mencolok dari periode Barok adalah kesukaannya pada sesuatu yang megah.

Selain itu, keistimewaan lainnya adalah ketertarikannya kepada sesuatu yang

dramatis. Dalam musik, hal ini dapat dilihat dari perkembangan opera,

oratotio dan cantata.

Hal religius ternyata juga diyakini sebagai salah satu faktor perkembangan

penciptaan musik Barok. Pada periode ini terdapat dua agama yang

memegang peranan besar yakni, agama Protestan dan Katholik3. Pada periode

ini lah terjadinya gerakan Reformasi oleh Martin Luther. Banyak terciptanya

karya aransemen choral Lutheran dan penggunaan materi liturgi. Akan tetapi,

seni tidak dibawah perlindungan gereja lagi sama seperti halnya yang terjadi

di zaman Renaissance. Musik-musik periode Barok lebih sering diciptakan

atas permintaan kaum bangsawan ataupun kerajaan. Pada periode ini, musik

instrumental mengalami perkembangan yang signifikan, dimana musik

instrumental mulai mengambil peranan yang hampir sama pentingnya dengan

musik vokal.

1 Charles R. Hoffer, The Understanding of Music, Fifth Edition. California : Wadsworth Publishing Company, Inc.,19..(pg. 143)

2 Pada musik Barok, pemakaian ornamentation berupa improvisasi spontan yang diserahkan kepada pemain.

(2)

8

Musik pada periode barok memiliki karakteristik gaya bermain yang

konsertatoatou stille concertato, yaitu musik yang ditafsirkan dari syair/ teks

ataupun suasana yang dramatis, contohnya penggunaan teknik tremolo. Musik

barok di identikkan dengan penggunaan teknik kontrapuntal seperti polifonik.

Dalam hal pengunaan harmoni, musik barok menggunakan sistem

kromatisisme dan terdapat penggunaan disonan dengan maksud untuk

memudahkan terjadinya progresi modulasi. Mengenai penggunaan ritmik,

musik barok biasanya juga bersifat konstan. Musik barok juga banyak

pemakaian ornamentasi dan biasanya improvisasi diserahkan kepada

spontanitas pemain.

Pada periode barok instrumen keyboard yang digunakan adalah

harpsichord yang dalam bahasa Italia dikenal sebagai Cembalo merupakan

cikal bakal lahirnya piano. Harpsichord merupakan bagian dari keluarga

instrumen keyboard yang dipetik seperti virginal kecil, muselar dan spinet.

Jadi, produksi suara harpsichord berasal dari mekanisme senar yang dipetik

oleh besi yang berupa jarum ketika tuts ditekan. Harpsichord memiliki suara

yang jelas, jernih dan cemerlang, namun sulit dalam hal pengendalian

dinamika4. Jangkauan nada harpsichord juga masih terbatas dan tidak seperti

piano saat ini, hanya terdapat 5 oktaf pada harpsichord yang besar dan kurang

dari 4 oktaf untuk harpsichord yang kecil. Instrumen yang digunakan selain

harpsichord adalah clavichord atau virginal yang merupakan perkembangan

dari instrumen lute/ gitar dan organ. Perbedaan mendasar antara harpsichord

dengan clavichord adalah senar pada harpsichord dipetik, sedangkan senar

pada clavichord dipukul. Harpsichord hanya dapat dimainkan pada satu jenis

dinamika, sedangkan Clavichord dapat memainkan dinamika keras atau

lembut. Clavichord juga dapat memainkan vibrato seperti vibrato pada gitar

dan efek ini juga disebut Bebung, dalam bahasa Jerman. Kebanyakan

harpsichord memiliki bentuk panjang yang menyerupai dengan grand piano.

4Anthony Burton, A Performer‟s Guide to Music of the Classical Period. ABRSM

(3)

9

Sedangkan clavichords bentuknya cenderung kecil, ringan, dan persegi

panjang.

Beberapa komposer periode Barok yang ternama adalah Johann Sebastian

Bach, George Friederich Handel, Antonio Vivaldi, Georg Philipp Telemann,

Henry Pucell, Claudio Monteverdi dan Domenico Scarlatti.

2. Biografi Johann Sebastian Bach

J.S. Bach beserta keluarganya telah memberikan banyak kontribusi dalam

sejarah perkembangan dunia musik hingga saat ini. J.S. Bach sangat jenius

dalam hal keseimbangan antara penguasaan teknik dan kontrol intelektual

yang menghasilkan ciri khas identitas Bach5. Pada awal hidupnya, J.S. Bach

menerima pendidikan musik dari ayahnya, Johann Ambrosius Bach dan

kakaknya, Johann Christoph Bach.

J.S. Bach lahir pada tanggal 21 Maret 1685 di kota Eisenach, daerah

Thuringia Jerman. Awal karirnya dimulai semenjak Bach berusia 9 tahun

sebagai organis muda di Weimar. Pada tahun 1703, Bach mendapat tugas

sebagai pelayan dalam memainkan musik untuk salah satu pangeran di Kota

Weimar dan sebagai pemain organ di gereja ketiga di kota Arnstandt6. Pada

usianya ke 23, beliau bergabung dengan orkestra milik saudara Duke of

Weimar. Karirnya mengalami proses yang bertahap, mula-mula sebagai

organis istana dan musisi kamar kemudian sebagai pemimpin konser dan

pada akhirnya menjadi seorang penggubah. Akan tetapi, setelah J.S. Bach

pindah ke Kothen sebagai pemusiknya pangeran Kotchen, Pangeran Leopald,

seseorang pecinta musik dan cukup terampil sebagai pemusik amatir7. Tugas

J.S. Bach adalah untuk menyediakan musik untuk hiburan pangeran. J.S. Bach

juga sering menggubah karya dari lagu-lagu gereja dan musik organ diubah ke

dalam bentuk komposisi untuk banyak instrumen dan terbentuklah salah satu

karyanya yang paling terkenal, Brandenburg Concertos.

5

Stanley Sadie. The New Groove Dictionary of Music and Musicians, Volume 2: Bach, second edition. London : Macmillan Publishers Limited, 2001, halaman 309

6

Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik, Libri: Jakarta, jilid 1, 1998, halaman 292 7

(4)
(5)

11

Prelude menggunakan bentuk tema dan variasi yang biasanya disajikan

sebagai sebuah introduksi dan diakhiri oleh bagian akhir yang disebut Coda

yang secara literal berarti ekor. Prelude merupakan ciptaan yang disusun

tidak hanya dengan tema dan kontrapung, namun disusun atas pola

irama atau struktur irama. Fuga merupakan karya komposisi kontrapuntal

yang dibangun dari 2 suara atau lebih yang mengandung subjek dan answer

yang disertai dengan pengembangan kontrapung dengan imitasi9.

Terdapat dua jenis fitur pada karya Prelude in F# major, BWV 858 baik

secara ritmik dan tematik. Pola ritme diperkenal kan pada bar ke dua dan

seterusnya berupa perlakuan singkupasi antara tangan kiri dan tangan kanan

yang sebuah merupakan ritme komplementer. Sedangkan materi tema pada

prelude ini terbagi atas tiga komponen:

1. Serangkaian not yang terdiri atas 6 not seperenambelasan merupakan

bentuk figur broken-chord yang di repitisi dan di imitasi.

2. Adanya ritme komplementer

3. Kadens pada nada bas disertai dengan tema yang muncul.

Dapat juga disimpulkan bahwa pada poin pertama merupakan suatu

bentuk polifonik dan point kedua dan ketiga berupa homofonik.

Prelude ini dapat dibagi menjadi 6 bagian besar secara harmoni:

Bagian Birama Keterangan

I 1-6 Tonika dan berakhir pada dominant

II 6-12 Modulasi ke relatif minor dari tonika

III 12-15 Modulasi ke relatif minor dari dominant

IV 15-18 Modulasi ke relatif minor dari subdominant

V 18-24 Modulasi kembali ke tonika

VI 24-30 Tonika

Ada 2 jenis eksekusi yang dapat dipilih ketika memainkan ornament pada

prelude ini:

(6)

12

1. Tanda mordent pada bar 1 bisa mencakup 4 atau lebih not

seperenambelasan yang dimulai dari not tetangganya,

2. Tanda compound mordent pada bar 7 mencakup 8 not yang dapat

dideskripsikan seperti grupeto yang diikuti dengan dua pasang trill.

Gambar 2.1 Gambaran cara memainkan tanda mordent

Subjek pada fuga ini dimulai pada birama 1 setelah tanda istirahat

seperdelapan dan di akhiri dengan ketukan berat pada birama ketiga dan

merupakan bentuk progresi kadens otentik.

Gambar 2.2 Gambaran subjek fuga

Fuga ini dapat dibagi menjadi tiga bagian besar:

Bagian Birama

I 1-11

II 11-23

III 23-35

Berikut merupakan posisi letak subjek muncul pada fuga:

1. birama 1-3 :Suara sopran dengan tonalitas tonika, F# major

2. birama 3-5 :Suara alto dengan tonalitas dominant, C# major

3. birama 5-7 :Suara bass dengan tonalitas tonika, F# major

4. birama 11-13 :Suara sopran dengan tonalitas tonika, F# major

5. birama 15-17 :Suara alto dengan tonalitas dominant, C# major

6. birama 20-22 :Suara bass dengan tonalitas subdominant, D# minor

(7)

13

8. birama 31-33 :Suara sopran dengan tonalitas tonika, F# major

Berikut merupakan letak episode pada fuga:

1. birama 7-11

2. birama 13-15

3. birama 17-20

4. birama 22-28

5. birama 30-31

6. birama 33-35

Gambar 2.3 Gambaran struktur frase dan desain dinamika pada setiap materi fuga

Hal yang menarik dari karya ini adalah penggunaan motif yang sederhana

yang dirangkai sedemikian rupa. Selain itu,banyak potongan motif yang

diambil dan dikolaborasikan dengan counter subject yang menjadikan aksi

bersahutan. Sangat menarik untuk memberikan warna orkestrasi kepada

setiap suara.

B. Periode Klasik

1. Periode Klasik

Periode Klasik berlangsung diantara zaman Barok dan zaman Romantik

yakni pada kurun tahun 1750-1820 yang ditandai dengan adanya peristiwa

politik seperti permulaan Revolusi Prancis10 dan kemajuan ilmu dan teknologi,

yaitu Revolusi Industri11. Pada periode Klasik, mulailah dibentuk

norma-norma dalam menciptakan suatu komposisi dan munculnya bentuk-bentuk

(8)

14

yang baku dan jelas. Musiknya lebih ringan dan tidak terlalu kompleks seperti

musik pada periode Barok.

Penemuan penting yang dari sebuah genre yang baru merupakan sebuah

manifestasi yang fundamental dan merubah gaya bermusik itu sendiri12.

Beberapa perbandingan gaya dan bentuk komposisi yang terdapat pada musik

periode Klasik terhadap musik Barok yaitu; perubahan harmoninya lebih

lambat dan lebih bervariasi; adanya keseimbangan frase yang biasanya

mencakup empat birama setiap frasenya; harmoninya tidak rumit; adanya

harmonic vocabulary¸ yang berarti penggunaan akor tonic dan dominant bisa

diartikan dalam bentuk angka Romawi I dan V, dalam hal penulisan

tanda-tanda dinamika, tempo, artikulasi dan ekspresi lebih detail dan penggunaan

ornamentasi seperlunya; teknik permainan melodi dengan iringan ( homofoni )

; inovasi akan bentuk sonata13.

Pada periode ini musik instrumental berkembang dan menjadi lebih

penting dari musik vokal14. Musik instrumen keyboard pada periode klasik

banyak dipengaruhi oleh kelahiran fortepiano. Fortepiano memegang

peranan yang dominan dan menjadi populer, sehingga banyak terciptanya

sejumlah karya-karya untuk instrumen solo piano. Instrumen ini memiliki

kontrol balancing tekstur suara yang lebih baik dibanding harpischord

ataupun clavichord. Pada periode ini, banyak terdapat komposer virtuos yang

juga menjadi seorang pianis seperti, Muzio Clementi, Joseph Haydn, Wolfang

Amadeus Mozart dan Ludwig Van Beethoven.

2. Biografi Ludwig Van Beethoven

Ludwig Van Beethoven adalah salah satu tokoh musik legendaris yang

memberikan pengaruh yang mendominasi secara keseluruhan pada musik

abad ke-19. Musik ciptaan Beethoven menghantarkan kepada musik periode

12 Anthony Burton. A Performer’s Guide to Music of The Classical Period. United

Kingdom : The Associated Board of the Royal Schools of Music, 2002, p. 5

13Anthony Burton, A Performer‟s Guide to Music of the Classical Period. ABRSM :London, United Kingdom, 2002, halaman 8-9

(9)

15

romantik. Selain terkenal sebagai komposer yang agung, Beethoven terkenal

sebagai seorang pianis unggul yang mahir dalam improvisasi yang terlihat

dalam komposisi fantasi, kadens-kadens untuk konser piano, variasi dan

sonata15. Beethoven mampu menciptakan masterpiece yang luar biasa dalam

keterbatasannya pendengaran.

L.V Beethoven lahir pada tanggal 17 Desember 1770 di Bonn, Jerman.

Sejak kecil Beethoven di didik ayahnya untuk belajar piano dan biola dengan

sangat keras dan kasar yang kemudian mempengaruhi kehidupan Beethoven.

Ayahnya berharap Beethoven dapat dikenal sebagai anak ajaib seperti Mozart.

Jadi, ayahnya menggelarkan sebuah resital perdana Beethoven dengan judul

“little son of six years” yang kenyataannya Beethoven berusia tujuh tahun pada saat itu. Pada usianya yang kesepuluh, Beethoven melepaskan

pendidikannya untuk belajar musik dengan salah seorang organis istana

bernama Christian Gottlob Neffee. Neffe sempat memperkenalkan Beethoven

kepada Bach dan pada usia keduabelas, Beethoven telah menciptakan karya

perdananya yaitu satu set komposisi piano berupa tema dan variasi.

Pada tahun 1787 kerajaan mengirim Beethoven ke Wina yang merupakan

pusat budaya dan musik Eropa dan berharap Beethoven dapat belajar dengan

Mozart. Namun, pertemuan antara Beethoven dan Mozart hanya berlangsung

singkat dan Beethoven harus kembali ke Bonn dikarenakan ibunya jatuh sakit.

Setelah ibunya meninggal dunia, Beethoven harus mengurus adik-adiknya

sebab ayahnya seorang pemabuk berat. Ia pun menjadi menciptakan banyak

karya penting pada saat itu.

Pada akhir tahun 1972, salah seorang pendukung Beethoven, pangeran

Ferdinand Waldstein yang merupakan rekan dekat pangeran Bonn berhasil

membujuk pangeran Bonn untuk bersedia mengirim dan membiayai

Beethoven ke Wina dengan tujuan belajar komposisi dengan Joseph Hadyn.

Beethoven sangat mengagumi musik Bach, Handel dan Mozart16. Namun,

15 Karl-Edmund Prier sj, Sejarah Musik 2, Yogjakarta: Pusat Musik Liturgi. 2014, halaman 117-118

(10)

16

pelajaran Beethoven selama satu tahun dengan Haydn tidak begitu berhasil

dikarenakan Haydn tidak memberi banyak perhatian dan tidak mengoreksi

tugasnya dengan teliti, sehingga Beethoven harus mencari tambahan

bimbingan dari seorang komponis, Joseph Schenk17. Beethoven juga berguru

dengan J.G. Albrechtsberger untuk belajar kontrapung dan Antonio Salieri

untuk belajar komposisi menurut gaya vokal Italia. Kemudian,Beethoven

memulai karirnya sebagai pemain piano melalui konser yang diselenggarakan

di rumah para bangsawan.

Pada masa awal karirnya, Beethoven ingin memperlihatkan perbedaan

antara musik yang dia ciptakan dengan Haydn atau Mozart. Musik Beethoven

lebih bebas, penuh daya kreativitas, tegas dan agresif yang dipenuhi dengan

rasa emosi yang berapi-api yang terlihat dari dimulai dengan karyanya Sonata

Op. 2 No.1 in F minor.

Pada pertengahan tahun 1801, Beethoven mengalami gangguan

pendengaran sehingga beliau mengalami depresi dan menghambat karirnya

sebagai pemain virtuos yang paling berprestasi di Wina. Beliau juga

mengalami kendala dalam kehidupan sosialnya, khususnya dikalangan wanita.

Dengan demikian, Beethoven menjadi labil dan mempunyai sifat yang agresif.

Namun pada tahun 1802, Beethoven masih mampu mendengarkan musik

didalam otaknya dan masih dapat menggelarkan konser karena beliau belum

sepenuhnya tuli hingga tahun 1814-1815. Kebanyakan karya yang diciptakan

bersifat absolute18 pada tahun 1802 dan karya-karya besar yang berimplikasi

tentang sikapnya terhadap hidup pada setelah tahun 1803 seperti, karya

Simfoni No. 3 in Eb major, Erioca (1803) dan Fidelio (1804-1805).

Tahun 1805-1812 merupakan masa dimana Beethoven banyak

menciptakan komposisi. Namun, beliau belum menikmati sumber penghasilan

yang tetap dan masih bergantung kepada teman dan para pendukungnya dari

pada bangsawan di Wina. Keadaannya dipersulit dengan keadaan perperangan

17 Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik, Libri: Jakarta, jilid 2, 1998, halaman 58

(11)

17

Napoleonik dan kemerosotan kekuasaan yang terjadi pada para bangsawan di

Wina. Karirnya sebagai pemain piano berakhir pada tahun 1808 dan

Beethoven mengalami masa sunyi dari penciptaan karya dari tahun setelah

tahun 1812 sampai tahun 1817. Setelah itu, Beethoven bangkit lagi dari masa

sunyinya dan aktif kembali dengan berbagai kegiatan berkomposisi dan

perencanaan akan karya-karya baru dari tahun 1822 sampai akhir tahun 1826.

Pada bulan Desember 1826,Beethoven mengalami sakit liver dan meninggal

dunia pada tanggal 26 Maret 1827 di Wina19.

Klasik dan Romantik merupakan dua pola yang bertentangan, namun di

lain pihak saling melengkapi. Karya-karya Beethoven pada akhir hidupnya

menjadi penghantar musik periode Romantik20.

3. Analisis Struktural Piano Sonata in D minor Op. 32 No. 2 (The

Tempest)

Karya ini di ciptakan pada tahun 1802. Banyak prinsip dan teknik dalam

inovasi pengembangan motif pada karya ini di aplikasikan kedalam karyanya

yang lain seperti karyanya, “Appasionata”. Sonata ini berjudul Tempest

(badai) bukan karena menggambarkan cuaca yang buruk, melainkan Tempest

yang merujuk pada sandiwara karangan William Shakespeare. Tema pada

karya ini adalah kemenangan dan perjuangan akan tragedi yang menimpanya.

Karya ini mengungkapkan perasaannya sebagai orang tuli yang tidak dapat

mendengar karya ciptaannya sendiri yang menimbulkan rasa keputusasaan

akan kehidupan. Namun, Beethoven juga mengalami pertumbuhan spiritual

yang indah di dalam pergumulannya. Pada akhirnya, beliau berhasil

mengalahkan rasa putus asanya yang merupakan kebangkitan kembali jiwa

Beethoven untuk terus berkarya di dalam penderitaannya.

Gerakan pertama menggunakan bentuk sonata yang tidak biasanya

terdapat di antara pada karya sonata Beethoven lainnya. Keterampilan

19

Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik, Libri: Jakarta, jilid 2, 1998, halaman 64-65 20 Karl Edmund Prier. Sejarah Musik Jilid 2. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1993,

(12)

18

Beethoven dalam mengolah suasana, perubahan nada dasar, tempo dan ritmik

terdapat pada gerakan ini.

Tabel 2.1 Analisis Struktural Sonata D minor Op.32 No. 2 (The

Tempest), first movement

Birama Bagian Keterangan

1-92 Eksposisi

Menggunakan introduksi (birama 1-20) dan akor

pertama tidak dimulai dengan akor tonikanya,

melainkan akor balikan pertama dari A major.

Terdapat 3 suasana yang berbeda, yaitu pada

tempo Largo, Allegro dan Adagio yang diletakkan

dalam satu frase kalimat. Tema masuk dengan

tonalitas D minor pada birama 21 dan sering

terjadi modulasi atau pergantian tonalitas dalam

bagian eksposisi. Iringan menggunakan pola

ritmik triol seperdelapanan dari birama 21-40.

Adanya bagian figur sahut-menyahut bergantian

dari tangan kanan berpindah ke tangan kiri dan

sebaliknya (birama 75-87).

93-142 Development

Di dahului dengan transisi singkat dalam tempo

Largo (birama 93-98) sebelum kembali ke motif

tema utama Allegro yang menggunakan tonalitas

F# minor.

143-218 Rekapitulasi

Hampir sama dengan bagian eksposisi yang

dimulai dengan sebuah introduksi namun tema

utama diganti dengan permainan improvisasi dan

nilai nada pada bentuk arpeggio seperti

percampuran triol, sekstul dan seperenambelasan.

219-228 Coda

Penutup yang misterius yang didukung dengan

permainan broken chord D minor yang terdengar

(13)
(14)

20

konsistensi ritme absolut ini dari awal sampai akhir, Beethoven harus bekerja

lebih keras untuk membedakan temanya. Sebelum memasuki bagian

rekapitulasi, didahului pengantar cadenza21 untuk membangun ketegangan

klimaks sebagai penghantar menuju kembali ke tema utama.

Secara keseluruhan gerakan tiga menggunakan motif tema utama yang

direpetisi beberapa kali. Terdapat juga bentuk tanya jawab yang disusun

dalam bentuk arpeggio. Terdapat juga beberapa modulasi sementara.

Terdapat permainan nilai nada yang memberi kesan seperti percepatan di

birama 382-383 dan perlambatan pada birama 397-398.

C. Periode Romantik

1. Periode Romantik

Periode Romantik berlangsung diantara zaman Klasik dan zaman Modern

dari sekitar awal tahun 1800-an sampai dengan dekade pertama abad ke-20.

Pada periode ini ketertarikan masyarakat Eropa menengah akan musik mulai

meningkat. Sehingga memacu munculnya institusi musik serta organisasi

untuk mengajar, penampilan dan pelestarian musik Klasik. Akan tetapi,

keinginan romantis dituangkan dalam bentuk klasik yang jelas dan tegas yang

melahirkan „gaya klasik tinggi‟22 .

Alat musik piano sangat populer di kalangan masyarat pada periode ini

dikarenakan perkembangan piano telah memasuki tahap yang lebih sempurna.

Bentuk-bentuk baru yang dikembangkan dalam musik Romantik adalah

pengungkapan yang luar biasa dalam musik intrumental mengenai syair dan

puisi23. Harmonik klasik diperkembangkan dalam harmonik Romantik dengan

penambahan kromatis/ alternasi ataupun dengan penggunaan nada

enharmonik24.

21Cadenza adalah teknik improvisasi oleh solis biasanya terdapat pada bagian akhir musik

22 K. Edmund Prier. Sejarah Musik Jilid 2. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1993, halaman 109

23 K. Edmund Prier. Sejarah Musik Jilid 2. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1993, halaman 127

(15)

21

Beberapa komposer terkenal periode romantik adalah Franz Schubert,

Robert Schumann, Felix Mendelssohn, Franz Liszt, Frederich Chopin,

Johannes Brahms, Richard Wagner dan Peter Tschaikowsky.

2. Biografi Frederich Chopin

Chopin adalah seorang komponis Polandia yang memiliki bakat alamiah

bermain piano. Chopin lahir di dekat kota Warsawa, Polandia tanggal 1 Maret

1810. Ayahnya seorang Guru Bahasa Perancis di Warschauer Lyzeum, yang

juga memainkan alat musik yaitu Biola dan Flute. Sedangkan Ibunya

seorang pianis hebat. Chopin memperlihatkan kemahirannya bermain piano

sejak kecil, hal ini terlihat dalam improvisasi-imporivasi dan menciptakan

lagu tarian dengan irama nasional seperti marzuka dan polonaise25. Komposisi

pertama yang dia buat adalah Polonaise in G minor dan Bb mayor. Di usianya

yang kedelapan Chopin tampil di depan publik dengan memainkan piano

konserto milik Gywortez. Chopin mendapatkan pendidikan musik pertamanya

oleh pianis Bohemia Adalbert Żiwny. Setelah meninggalkan sekolah

menengah Chopin masuk Konservatori Warsawa untuk belajar teori musik

dan komposisi.

Tahun 1829, Chopin disambut hangat ketika mengunjungi Berlin, Wina.

Kepulangannya ke Warsawa membangkitkan niat Chopin untuk mengadakan

konser yang panjang, namun hal ini tertunda karena adanya ketegangan politik

yang terjadi di beberapa negara Eropa pada saat itu. Pada musim gugur tahun

1830, Chopin meninggalkan Warsawa untuk pergi ke Wina dan tidak pernah

kembali lagi kota asalnya. Namun, karena di Wina Chopin tidak mengalami

sukses yang besar, beliau pindah ke Paris dan menetap disana. Pada saat itu,

Paris merupakan kota terbesar dan terkaya di benua Eropa dari segi kesenian.

Banyak bangsawan yang tertarik pada kesenian datang ke salon-salon26 di

Paris dan Chopin sering tampil bermain piano dalam salon-salon. Dalam

lingkungan salon, Chopin banyak bertemu dengan tokoh kesusastraan dan seni

25 Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik, Libri: Jakarta, jilid 2, 1998, halaman 138 26

(16)

22

lukis serta komponis terkenal pada masa itu seperti Liszt, Mendelssohn,

Schumann, Bellini, Meyerbeer, dan Berlioz. Banyak karya Chopin yang

terkenal diciptakan selama tahun 1831-1840. Setelah tahun 1832, Chopin

lebih fokus pada kegiatannya mengajar privat daripada mengadakan konser.

Pada tahun 1836, Chopin mengenal George Sand melalui perantaraan

Liszt. Hubungan mereka berlanjut semakin intim dan sangat mempengaruhi

Chopin dalam menciptakan karya0karya penting. Namun, kesehatan Chopin

terganggu akibat batuk yang kronis yang memicu terjadinya tuberkolosi dan

terjadi konflik dengan Sand sehingga mereka berpisah pada tahun 1847.

Karena peristiwa itu, Chopin hampir tidak menciptakan musik lagi dan

kondisi kesehatannya terus memburuk. Revolusi Prancis pada tahun 1847

mengakibatkan Chopin kehilangan murid-muridnya, sehingga sulit bagi

Chopin untuk mencari nafkah pada saat itu. Chopin meninggal dunia pada

tanggal 17 Oktober 1849.

3. Analisis Struktural Etude Op. 10 No. 12

Chopin merupakan seorang pelopor yang menciptakan bentuk etude yang

pada mulanya hanya merupakan bentuk latihan teknis dan tidak memiliki

melodi menjadi sebuah bentuk etude yang melodis. Chopin menulis 12 lagu

dalam set Etude Op.10 diantara usianya ke 19 sampai 23. Satu set etude Op.

10 ini di dedikasikan untuk Franz Liszt.

Etude Op.10 No. 12 yang dikenal dengan dengan Revolutionary memiliki

karakter yang sangat dramatis dan menggunakan tonalitas C minor. Chopin

memilih tonalitas C minor dipengaruhi oleh Beethoven yang karya Sonata

Pathetique menggunakan tonalitas C minor juga dan memiliki karakter yang

gemuruh dan gelap. Chopin mengekspresikan perasaan kesedihannya akan

kegagalan pemberontakan Polandia terhadap Rusia yang dituangkan ke

dalam karya ini. Inti keseluruhan lagu ini menggambarkan tentang seorang

pahlawan yang sedang berjuang dalam sebuah peperangan. Pembukaan

dimulai dengan akor kuat yang dapat di interpretasikan sebagai suara

(17)
(18)
(19)
(20)

26

6. Analisis Struktural Scherzo Op. 20 No. 1 in B minor

Chopin menciptakan 4 buah karya Scherzo sepanjang hidupnya. Robert

mengkritik penggunakan istilah scherzo yang digunakan Chopin dengan

alasan arti lagu scherzo sesungguhnya ialah sesuatu yang bersifat lelucon/

humor /jenaka dan keempat karya scherzo ciptaan Chopin bersifat dramatis.

Scherzo Op. 20 No. 1 in B minor didedikasikan untuk Thomas Albrecht dan

ditulis pada tahun 1831 pada masa pemberontakan November yang menentang

kekaisaran Rusia. Oleh karena itu, perasaan F. Chopin mengenai peperangan

maupun pemberontakan yang terjadi di tanah airnya dituangkan kedalam

komposisinya sehingga menjadikan komposisi ini memiliki karakter yang

gelap dan dramatis. Karya ini membutuhkan kelincahan jari pada setiap

running note dan banyak terdapat lompatan interval jauh. Penggunaan pedal

yang tepat juga diperlukan untuk menghasilkan suara tidak keruh.

Karya ini dapat menggunakan form ABA Coda. Bagian pembuka

menunjukkan suatu ledakan drama yang ganas dan penuh gairah. Dua akor

dramatis sebagai bagian introduksi sesaat yang diikuti oleh arpeggio yang

berputar-putar dalam tonika B Minor. Setelah jeda singkat, bagian arpeggio

terus berlanjut dengan membangun klimaks yang sangat besar. Seluruh urutan

tersebut kemudian diulang lagi.

Bagian B dari birama 315- 398 merupakan bagian Trio pada Scherzo in B

minor, yangmerupakan gambaran sederhana dari lagu natal populer Polandia

yang berjudul “Lalajze Jezuniu” yang diiringi dengan akor27. Pada bagian ini dibutuhkan konsistensi akan kecemerlangan melodi dan bunyi suara nada atas

yang seperti lonceng.

Bagian coda dari birama 580-635 didasarkan pada materi dari bagian

utama, dengan arpeggio ke atas dan ke bawah seluruh keyboard. Penangguhan

besar terjadi pada dominan B Minor dengan sembilan kali pengulangan akor

secara fortissimo. Setelah itu diikuti dengan skala kromatik akhir yang

berakhir dengan tonik. Scherzo ini berakhir dengan kadens plagal (IV-I).

(21)

27

7. Biografi Franz Liszt

Franz Liszt adalah seorang komposer, pianis, pengaba, dan guru musik

asal Hungaria pada abad ke-19. Semasa hidupnya, Liszt menulis sekitar 700

komposisi musik, termasuk di dalamnya lagu gerejawi dan puisi simfonis.

Selain itu, Liszt juga telah mengajar 400 murid dan memperkenalkan bentuk

musik baru di era Romantisisme serta merupakan salah satu pianis terbesar

dalam sejarah.

Franz Liszt lahir di Hungaria pada tanggal 22 Oktober 1811. Liszt mulai

mempelajari piano dengan ayahnya pada usianya ketujuh. Bakatnya dalam

musik sangat menonjol, ditunjukkan pada usianya yang kedelapan telah

mampu menciptakan lagu. Pada tahun 1821, keluarga Liszt pindah ke Wina

dan disana beliau belajar piano dengan Karl Czerny dan belajar komposisi

dengan Antonio Salieri. Memasuki umurnya yang ke 12, Liszt pergi ke Paris

bersama ayahnya dan melampirkan surat admisi untuk mendaftar sekolah di

Paris Conservatoire. Namun ditolak dengan alasan Liszt adalah warga asing.

Oleh karena itu, ayahnya memperkenalkan Liszt dengan Antoine Reicha

sebagai guru teori dan Ferdinando Paer sebagai guru komposisi.

Pada tahun 1826, Liszt telah menciptakan banyak karya seperti sonata

empat tangan, trio, quintet, piano concerto dan menerbitkan satu set Etude en

douze exercise. Akan tetapi, setahun kemudian Liszt mengalami traumatik

yang sangat ekstrim dikarenakan ayahnya meninggal dunia. Pada saat itu Liszt

menjadi kehilangan rasa ketertarikan akan musik, menghindar dari pergelaran

pertunjukan dan kesehatannya melemah. Beliau memulai membaca buku

sedalam-dalamnya yang berkaitan dengan topik seni dan agama.

Pada akhir tahun 1832, Liszt diperkenalkan kepada Countess Marie d‟

Agoult yang kelak menjadi istri yang mempengaruhi kehidupan berkomposisi

Liszt. Pada tahun 1834, Liszt memulai debut piano “Harmonies Poetiques et

religieuses” dan satu set dari tiga “Apparitions”. Dengan adanya karya-karya baru dan beberapa pertunjukan publik yang hasilnya ditujukan untuk amal dan

(22)

28

tahun 1842, Liszt memberi konser kepada ribuan tunawisma yang mengalami

tragedi kebakaran besar di Hamburg.

Puncak kesibukan Liszt selama karirnya terjadi pada tahun 1839-184728.

Liszt dikagumi sebagai pianis virtuos dan berkeliling di seluruh Eropa

(Jerman, Hungaria, Rusia)29 Pada tahun 1844, hubungan Liszt dengan Marie

d‟Agout putus. Namun, Liszt bertemu dengan Putri Caroline

Sayn-Wittgenstein yang menjadi wanita utama dalam hidupnya sampai masa

1860-an. Liszt menerima jabatan sebagai pemimpin musik untuk pangeran Agung

Weimar yang bertugas sebagai komponis dan dirigen di Weimar. Perhatian

Liszt dipusatkan pada musik orkes di Weimar karena dorongan Putri

Carolyne30.

Pada tahun 1861 Liszt pergi ke Roma dan selama delapan tahun Roma

menjadi di pusat aktivitas Liszt. Disana keinginannya menjadi pastor timbul

dan beliau memasuki empat tingkat tingkat yang paling rendah dalam Ordo

Franciskan di gereja Katolik, tahun 1865. Setelah tahun 1869, Liszt

memberikan pengajaran piano berupa les dan “masterclass”. Liszt meninggal

dunia pada tanggal 31 Juli 1886 akibat radang paru-paru.

Liszt adalah salah satu komposer yang bereksperimen dengan bitonal.

Beliau cikal bakal impressionis dengan membuat fondasi akan akor-akor baru

yang merupakan penggabungan dari akor mayor dan minor. Liszt dalam karya

pianonya sering menggunakan teknik arpeggio, pergerakan oktaf, variasi

melodi, penggunaan cadenza dan perpaduan ritme. Beliau juga banyak

melakukan transkripan karya komposer-komposer yang dulu.

8. Analisis Struktural Gnomenreigen

Karya ini merupakan lagu kedua dari set Two Concert Etudes (Zwei

Konzertetüden) S. 145. Gnomenreigen memiliki arti tarian para gnomes dan

menggunakan tonalitas F# minor. Repertoar ini penuh dengan permainan

28 Rhoderick J MCNeil, Sejarah Musik 1, Libri: Jakarta, jilid 1, 1998, halaman 146 29 K. Edmund Prier. Sejarah Musik Jilid 2. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1993,

halaman 169

(23)

29

ritmik dan progresi harmoni. Motif tema yang digunakan cendrung diulang,

namun Liszt dapat menciptakan perbedaan suasana diantara pengulangan

tersebut.

Repertoar ini melatih kelincahan permainan not seperenambelasan

dengan ringan serta lincah, juga melatih repeated notes yang menggunakan

penjarian yang berbeda-beda dengan mempertahankan kestabilan dinamika

soft. Menggunakan teknik perputaran pergelangan tangan pada repeated

notes agar tidak mudah lelah dan produksi suara lebih stabil. Teknik

acciacatura dimainkan dengan bantuan dorongan pergelangan tangan agar

melodi lebih menonjol dan terdengar crispy. Melodi yang ditahan disertai

iringan seperenambelasan melatih teknik jari jempol dan pergelangan tangan

ketika terjadi aksi perputaran.

Tabel 2.5 Analisis Struktural Gnomenreigen

Bagian Birama Keterangan

A 1-20

Dimulai dengan tonalitas F# minor. Birama 1-4

merupakan sebuah introduksi pendek yang didahului

dengan tanda diam seperdelapan dan serangkaian

melodi yang disertai tanda acciacatura. Terdapat

variasi penulisan komposisi dari birama 5-20. Birama

5-12 menggunakan kombinasi dari acciacatura

double notes dan acciacatura biasa. Birama 13-20

menggunakan kombinasi not demisemiquaver yang

nilai nadanya hampir serupa dengan permainan nilai

nada melodi dengan tanda acciacatura.

B 21-40

Berada dalam tonalitas A major dan perubahan tanda

birama menjadi 9/8. Dimainkan secara giocoso yang

berarti playful. Iringan broken chord dimainkan

secara ringan dan melodi tangan kanan diselipi

dengan iringan seperenambelasan yang menunjukkan

(24)

30

major, birama 29 menjadi Bb major. Dari birama 29,

sudah dipersiapkan akan terjadi progresi harmoni

naik setengah laras dengan pengulangan ke akor

subdominant. Birama 36-40 menjadi bagian transisi

untuk kembali ke bagian semula.

A 41-56 Seperti birama 1-20.

B 57-76

Seperti birama 21-40, namun berada pada tonalitas

Bb major. Birama 72-76 merupakan bagian transisi

yang menggunakan ritmik triol untuk

mengembalikan ke tanda birama semula 6/8.

C 77-102

Birama 77-84 melodi diambil alih pada tangan

kiri.Birama 85-102 menggunakan iringan bass

ostinato31.

D 103-120

Birama 103-116 menggunakan iringan bass ostinato

dan pedal point32 pada nada C. Birama 117-120 terjadi progresi harmoni naik secara terus menerus

dari setiap ketukan hingga setiap setengah ketukan.

B 121-143

Seperti birama 21-40 dan 57-76, namun berada pada

tonalitas F# major. Merupakan bagian klimaks

kebahagiaan yang didukung dengan dinamika ff dan

iringan bass di register bawah. Terdapat bagian

cadenza di birama 138-143.

E 144-168

Merupakan bagian ending yang mnggunakan pola

iringan basso ostinato dan pedal point. Birama

157-164 tangan kanan merupakan bentuk broken chord

yang diurai. Menjelang akhir lagu, dinamika semakin

mengecil hingga ppp.

31

Bass ostinato adalah sepotong melodi, akor, atau sosok bass yang berulang-ulang sebagai musik pengiring

32

(25)

31

D. Periode Modern

1. Periode musik modern ( Abad 20 )

Periode ini berlangsung dari tahun 1900 hingga 2000. Periode ini

merupakan periode yang para komposernya lebih berani untuk bereksplorasi

tanpa menggunakan kebiasaan ataupun aturan yang berlaku pada periode

musik sebelumnya. Debussy mengawali musik abad 20 dengan

memperkenalkan gaya impresionis. Terdapat juga aliran gaya ekspresionis

yang diperkenalkan oleh Arnold Schoenberg, neoklasikal oleh Igor Stravinsky,

sosialis oleh Prokofiev, serialisme oleh John Cage dan banyak lainnya.

2. Periode musik kontemporer

Di abad ke 21 telah banyak musisi yang bekerja secara individu

dikarenakan perkembangan teknologi. Musik menjadi sangat praktis dan

tidak lagi hanya didominasi oleh para musisi. Musik kontemporer dimulai

dari tahun 1975 hingga sekarang. Musik kontemporer bisa berasal dari segala

tempat dan biasanya dapat mempengaruhi gaya musik yang lain. Contohnya

adalah gamelan dari Indonesia. Para periode ini jugalah banyak digelarkan

festival musik untuk menghargai musik.

Di Indonesia, musik klasik terus mengalami perkembangan dengan

fondasi musik Barat yang di akulturasikan dengan musik etnis Indonesia.

Banyak komposer Indonesia yang menciptakan karya nya dengan tujuan

menumbuhkan rasa cinta tanah air atau daerahnya masing-masing. Beberapa

komposer tersebut adalah Jaya Suprana, Slamet Abdul Sjukur, Ananda

Sukarlan, Ismail Marzuki, Yazeed Djamin, Trisutji Kamal dan Amir

Pasaribu.

3. Biografi Trisutji Kamal

Trisutji Kamal adalah salah seorang pianis dan komponis perempuan

berkebangsaan Indonesia. Beliau lahir di Jakarta pada tanggal 28 November

1936. Ibunya Trisutji Kamal yaitu BRA Nedima Kusmarkiah adalah cucu

(26)

32

Solo hingga pada masa kolonial. Sedangkan, Ayah Trisutji adalah seorang

dokter yang bekerja untuk Sultan Langkat di Binjai dan merupakan kawan

dekat Paku Buwono X. Oleh sebab itu, masa kecil Trisutji berada dalam

lingkungan kuat kebudayaan Jawa, Batak dan Melayu yang kemudian sangat

mempengaruhi dalam pembuatan karya musiknya. Trisutji Kamal telah

menunjukkan bakatnya dan ketertarikannya akan dunia musik sejak muda. Ia

belajar piano klasik di Binjai dan mulai menciptakan karya musik yang lebih

serius untuk piano sejak berusia 14 tahun.

Trisutji mendapatkan kesempatan untuk belajar musik di Amsterdam

untuk belajar piano dan komposisi di usia mudanya oleh karena dukungan

orangtuanya yang adalah orang terpelajar hasil didikan Eropa. Disana Trisutji

berguru pada seorang tokoh musik abad 20 Belanda yang terkenal dan

kebetulan lahir di Bandung yaitu Henk Badings.

Setelah dari Amsterdam, beliau melanjutkan pelajaran musiknya ke Ecole

Normale de Musique di Paris dan kemudian Santa Cecilia Conservatory di

Roma. Di Roma, beliau memiliki guru komposisi dari Rusia yang

mendorong nya untuk menciptakan sebuah opera yang berdasarkan legenda

negeri nya sendiri, Indonesia. Opera ini berjudul “ Loro Jonggrang ” yang

diciptakan pada waktu Trisutji sedang memperdalam musik serial. Karya ini

merupakan perpaduan dari konsep tangga nada pentatonik, dodecaphonic,

dan gaya musik vokal Bel Canto Italia.

Pada tahun 1967 Trisutji kembali ke Tanah Air. Jakarta saat itu memasuki

era kebudayaan yang baru di bawah pimpinan seorang gubernur yang sangat

progresif, yaitu Ali Sadikin. Disana ia bergabung dengan beberapa tokoh

musik muda Indonesia yang sama-sama baru kembali dari luar negeri. Di

antaranya adalah Frans Haryadi dan Iravati Soediarso. Ketiga orang ini

kemudian berperan sangat penting dalam mendirikan sebuah ikon dunia seni

moderen Indonesia, yaitu Taman Ismail Marzuki pada tahun 1968. Trisuji

Kamal termasuk seniman yang paling aktif dalam berbagai bidang untuk

mengembangkan aktivitas musik dan beliau menciptakan berbagai genre lagu

(27)

33

yang diolah dengan menggunakan idiom virtuositas Romantik dengan nuansa

impresionisme33.

Trisutji Kamal dikenal sebagai komponis untuk piano, flute, vokal, dan

telah dimainkan oleh sejumlah pianis kelas dunia di beberapa negara. Ia telah

menciptakan lebih dari 200 karya komposisi untuk piano, terhimpun dalam

10 CD audio bertajuk Complete Piano Works Series yang seluruhnya

dimainkan oleh Ananda Sukarlan.

4. Analisis Goro-Goro Ne

“Goro-goro Ne” merupakan lagu daerah berasal dari Ambon, Maluku. Lagu ini menceritakan tentang rayuan seorang pemuda terhadap seorang gadis

dengan lirik yang berisi pujian akan kecantikan seorang wanita. Lagu ini

diaransemen oleh salah seorang komponis perempuan yang asal Indonesia

yaitu Trisutji Kamal. Beliau banyak berkontribusi dalam pembuatan

aransemen dari kumpulan lagu-lagu Indonesia untuk instrumen solo piano.

Berikut adalah lirik lagu aslinya beserta dengan pengertiannya:

Lirik: Goro-goro ne epa toka toka bia

Loko sana loko mari loko lenso manari

Kata nyong beta pinta sioh nona e manari

Dengar donci a balagu sloh nona ender bahu

Makna:Meski nona duduh jauh sioh beta panggil terus menyahut

Lah lajulah lekas datang kemari

Pura-pura tidak tahu belum ditanya sudah mau

Lah sebab nona suka sendiri

Lagu Goro-goro Ne diaransir oleh Trisutji Kamal dalam bentuk tema dan

variasi. Repertoar ini memiliki memainkan variasi melodi, ritmik, iringan, dan

banyak terdapat progresi harmoni. Repertoar ini terdapat pola ritme pada

iringan yang menyerupai ritme sebuah tarian. Dibutuhkan ketangkasan dalam

33

(28)

34

bermain teknik arpeggio, variasi iringan oktaf, dan kejernihan dalam

memainkan artikulasi staccato yang lincah pada dinamika kecil.

Tabel 2.6 Analisis Struktural Goro-Goro Ne

Bagian Birama Keterangan

A 1-34

Merupakan perkenalan tema utama dari lagu

Goro-Goro Ne. Ditulis dalam tonalitas C major.

Menggunakan motif ritmik dengan pola 1-3-4-6-7-8

sepanjang birama 1-18. Melodi yang digunakan

dikemas dalam bentuk double notes atau pun oktaf.

Menggunakan akor Ab minor tujuh pada birama 34

yang disertai arpeggio dari akor Ab major tujuh.

B 35-42

Pindah ke tonalitas Db major, melodi diambil alih oleh

tangan kiri dan tangan kanan menggunakan iringan

arpeggio demisemiquaver.

C 43-56

Pada birama 43-45 menggunakan polaritmik 3 lawan

2. Terdapat beberapa progresi harmoni. Pada birama

43 berada pada D major kemudian berubah menjadi E

minor di birama 44, dan F# minor di birama 45. Pada

birama 46 terdapat perpaduan antara melodi dengan

iringan demisemiquaver pada tangan kanan dan

iringan tangan kiri dengan pola ritmik 1-3-4. Pada

birama ini juga lah terdapat modus pelog. Pada birama

47- 54 pola iringan berubah lagi menjadi triol

seperenambelasan. Di birama 55 menggunakan

(29)

35

D 57-63

Terjadi perubahan tempo menjadi largamente dan

bagian ini menjadi bagian transisi sebelum kembali

pada tema utama. Melodi pada birama 57- 59 terdapat

di oktaf bass. Pada birama 60-63 kembali

menggunakan pola ritmik 1-3-4 dengan melodi

chordal.

E 64-79

Kembali ke tonalitas C major. Pada birama 64-71

bersifat lebih megah dikarenakan pola iringan yang

didukung dengan bass oktaf dan melodi chordal.

Birama 72-79 memainkan teknik broken chord yang

diurai dan berpindah-pindah register.

F 80-98

Pada birama 80-83 menggunakan permainan

singkupasi. Tangan kanan memainkan teknik arpeggio

secara staccato. Terdapat penegasan pada melodi C

yang terakhir yang diulang tiga kali dari birama 95-97.

G 99-104

Bagian ini merupakan bagian Coda. Motif ritmik yang

digunakan hampir serupa dengan birama 72-79.

Klimaks ending dibangun terus dengan percepatan

Gambar

Gambar 2.1 Gambaran cara memainkan tanda mordent
Tabel 2.1 Analisis Struktural Sonata D minor Op.32 No. 2 (The
Tabel 2.5 Analisis Struktural Gnomenreigen
Tabel 2.6 Analisis Struktural Goro-Goro Ne

Referensi

Dokumen terkait

It is seen that per capita income, population density, country’s level of urbanisation, inequality in the distribution of income as well as level of education exert

[r]

wa ) yang sa epada dunia pada Konfe disi yang berasal dari. unjukkan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus, karena berkat Roh Kudusnya, penulis dapat menyelesaikan seluruh proses Tugas Akhir dengan judul ‘Studi Deskriptif

Dalam penelitian ini untuk mengkaji permasalahan didasarkan pada data primer dan data sekunder yang berkaitan dengan analisis kinerja keuangan dan kinerja nonkeuangan

Roman Suryaman, NIM : 060810291159, mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Jember, dengan judul skripsi “Perencanaan Laba Sebagai Dasar Dalam

Operasi NAND merupakan kombinasi dua buah operasi logika dasar AND dan NOT. Masukan terdiri dari dua atau lebih variabel mulai dari A, B, … dan satu variabel keluaran Q.

Materi yang dipelajari meliputi konsep dan pembuatan gambar dua dimensi, menyunting dan mengolah obyek-obyek dua dimensi, tata letak dan pencetakan gambar kerja sesuai standar