• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stres pada Lansia dalam Melaksanakan Aktivitas sehari-hari di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Stres pada Lansia dalam Melaksanakan Aktivitas sehari-hari di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan Chapter III VI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

23 BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1. KerangkaKonseptual

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antarakonsepsatu terhadapkonsep yanglainnya,atau antaravariabel yangsatu

dengan variabel yanglain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Adapunkerangkakonseptualuntukpenelitian tingkat stress lansia yang mengalami

gangguan penglihatan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari dapat kita lihat

pada skema (3.1).

3.1 Skema kerangka konsep stres lansia dalam

melaksanakan aktifitas sehari-hari:

- makan - mandi - berpakaian - ambulasi - BAB/BAK

- Stress ringan - Stress sedang - Stress

(2)

3.2. Defenisi operasional

Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

Tingkat

stress

Tingkat stres pada lansia berarti

tinggi rendahnya tekanan yang

dirasakan atau dialami oleh

lansia sebagai akibat dari

stresor berupa

perubahan-perubahan baik fisik, mental,

maupun sosial dalam kehidupan

yang dialami lansia dan

ditunjukkan dengan berbagai

respon atau gejala dari stres.

Kuesioner stresringan

15-29

stressedang

30-44

stresberat

45-60

Ordin

(3)

25 BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif

yaitu rancangan penelitian yang bertujuan mengetahui Stres pada Lansia dalam

Melaksanakan Aktivitas sehari-hari di Graha Resident Senior Karya Kasih

Medan.

4.2. Populasi dan Sampel

4.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yangtinggaldiGraha Resident

Senior Karya Kasih Medan. Jumlah populasi sebanyak 87 orang.

4.2.2. Sampel

Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini besarnya sampel menggunakan

rumus:

=

N

1+N(d2)

Keterangan:

N: besar populasi

n: besar sampel

d: tingkat kepercayaan yang diinginkan

Berdasarkan penghitungan sampel menggunakan rumus slovin dengan nilai

tingkat kesalahan yang dipilih sebesar 0,15 didapatkan jumlah sampel sebanyak

30 orang. Jumlah sampel peneliotian ini adalah 32 orang, hal ini dikarenakan

peneliti ingin menjaga ketersediaan responden dan meningkatkan akurasi hasil.

(4)

sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti

sendiri berdasarkan ciri, atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui

sebelumnya sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi

(Notoatmodjo, 2010).

Adapun kriteria sampel dalam jeni spenelitian ini yaitu ; Lanjut usia yang berusia

60 tahun keatas; Tidak mengalami gangguan pendengaran; Dapat berbahasa

Indonesia dengan baik; Bersedia menjadi responden penelitian; Dapat diajak

berkomunikasi.

4.3. LokasidanWaktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan di Jl.

Mongonsidi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2017.

4.4. Pertimbangan Etik

Proses pengumpulan data pada penelitian ini tetap mempertimbangkan

prinsip-prinsip etik dalam penelitian. Sebelum melakukan penlitian, peneliti menunjukkan

surat permohonan ke bagian pendidikan Fakultas Keperawatan USU untuk

mendapat persetujuan penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari Komisi Etik

Penelitian Fakultas Keperawatan USU, peneliti memberikan surat izin

pengambilan data awal meliputi jumlah lansia di Graha Resident Senior Karya

Kasih Medan ke bagian informasi karya kasih tersebut. Selanjutnya, peneliti

menjelaskan kepada calon responden tujuan penelitian ini dan responden memiliki

(5)

27

Penelitian ini menyertakan sebuah lembar persetujuan (informed consent) yang

diberikan kepada calon responden, peneliti tidak memaksa dan menghormati hak

responden. Peneliti juga menjaga kerahasiaan indentitas lanisa (confidentially)

dengan cara tidak menuliskan nama lansia pada lembar pengumpulan data hanya

inisial nama lansia (anonimyti). Penelitian yang digunakan juga tidak

mengandung unsur bahaya apalagi sampai mengancam jiwa lansia

(nonmalaficience)

4.5. InstrumenPenelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah angket terstruktur dalam

bentuk kuisioner yang berisi data demografi dan kuisioner tingkat stres.

Kuisioner data demografi lansia terdiri dari inisial lansia, jenis kelamin, usia,

pendidikan, status dan lama di panti.

Kuisioner tingkat stres dibuat sendiri oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan

penelitian dan berpedoman pada landasan teori dari variabel penelitian. Pengisian

kuisioner diisi dengan cara memberi tanda checklist (√) pada salah satu pilihan

jawaban yang tersedia. Kuisioner ini terdiri dari 15 pernyataan dengan 4 pilihan

jawaban yang menggunakan alat ukur skala ordinal, dimana setiap pernyataan

diber iskor 1-4, yaitu1=Tidak ada atau tidak pernah, 2=kadang-kadang, 3=Sering,

4=sangat sesuai dengan pengalaman lansia. Jumlah total skor dapat dikategorikan

menjadiskor1 5-29 (stresringan), skor 30-44 (stress sedang), skor 44-60 (stress

(6)

4.6. Uji Validitas dan Reliabilitas

4.6.1. Uji validitas

Uji validitas dilakukan oleh dosen ahli pada bidangnya di Fakultas Keperawatan

USU yaitu Ibu Nunung Febriany S.Kep., Ns., MNS. Suatu instrumen yang valid

mempunyai validitas tinggi dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti

secara tepat. Uji validitas ini dilakukan dengan menggunakan Content Validity

yaitu mengukur sejauh mana kuisioner yang di buat mewakili semua aspek

sebagai kerangka konsep. CVI pada kuisioner ini sebesar 1. Sebuah alat ukur di

anggap valid jika CVI>0.86 (Polit &Beck 2012).

4.6.2. Uji Reliabilitas

Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana

hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih

terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2012). Uji reabilitas penelitian ini menggunakan cronbach alpha

dengan nilai 0,759. Suatu instrumen dinyatakan reliable jika nilainya 0,7 dan di

atas 0,8 adalah baik (Polit&Beck 2012). Uji reabilitas dilakukan setelah

pengumpulan data pada 10 orang lansia lain yang memiliki karakteristik yang

sama dengan lansia di Graha Residence Senior Karya Kasih Medan yaitu di

(7)

29

4.7. Pengumpulan data

Persiapan Pengumpulan data dilakukan melalui proses administrasi dengan cara

mendapatkan izin dari Institusi Fakultas Keperawatan USU. Setelah mendapatkan

izin penelitian, peneliti memberikan surat izin kepada Graha Resident Senior

Karya Kasih Medan. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan random sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada

suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri

atau sifat-sifat ppulasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Setelah mendapat calon responden kemudian peneliti menjelaskan tujuan, manfaat

dan prosedur pelaksanaan penelitian. Calon responden merupakan lansia yang

bersedia menandatangani surat persetujuan (informed consent) untuk ikut serta

dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Peneliti mengambil data dari lansia

dengan memberikan kuisioner kepada lansia. Lansia juga di beri kesempatan

untuk bertanya kepada peneliti jika tidak memahami pernyataan dalam penelitian.

Setelah lansia selesai mengisi lembar kuisioner, peneliti memeriksa apakah

datanya sudah lengkap, jika belum agar segera dilengkapi. Kemudian data tersebut

dikumpulkan dan dianalisa.

4.8. Analisa Data

Dalam suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu langkah yang

penting (Notoatmodjo, 2012). Setelah data terkumpul, tahap pertama yang

dilakukan peneliti adalah penyuntingan dimana peneliti melakukan pengecekan

(8)

Setelah melakukan penyuntingan, selanjutnya dilakukan pengkodean yakni

mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

Selanjutnya peneliti memasukkan data yakni jawaban-jawaban dari

masing-masing reponden dalam bentuk kode ke dalam program atau software komputer.

Apabila semua data dari setiap responden telah selesai dimasukkan, perlu dicek

kembali untuk melihat kembali kemungkinan adanya kesalahan, ketidaklengkapan

dan sebagainya. Kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Data demografi

(9)

31 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menguraikan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat

stres lansia dalam melaksanakan aktifitas sehari. Penelitian ini akan menguraikan

tentang karakteristik data demografi lansia dan tingkat stres lansia. Data

demografi lansia meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status

perkawinan dan lama tinggal di panti. Tingkat stres lansia meliputi stres ringan,

stres sedang dan stres berat. Jumlah lansia dalam penelitian ini adalah 32 orang,

yakni lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan yang dilaksanakan

pada bulan Mei sampai dengan Juni 2017.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini mencakup karakteristik demografi lansia dan tingkat stres

lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Data demografi

Karakteristik lansia dalam penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas lansia

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 lansia (56,2%), lansia berusia 60-74

tahun sebanyak 18 lansia (56,2%), status duda/janda sebanyak 12

lansia(37,5%), dan pendidikan terakhir SMA sebanyak 12 lansia (37,5%)

(10)

Tabel5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi lansia(n=32)

Karakteristik responden Frekuensi (f) Persentase (%)

Usia

Hasil analisa data mengenai distribusi tingkat stres lansia di Graha Resident

Senior Karya Kasih Medan dapat dilihat pada tabel tabel5.2 yang menunjukkan

bahwa tingkat stress lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan berada

ditingkat ringan sebanyak 17 lansia (53,1%) dan berada pada tingkat stres sedang

sebanyak 15 lansia (46,9%). Data tersebut memperlihatkan bahwa lebih banyak

(11)

33

Tabel5.2 Distribusi frekuensi dan persentase tingkat stres lansia(n=32)

Tingkat Frekuensi (f) Presentasi (%)

Stres ringan 17 53,1

Stres sedang 15 46,9

Distribusi frekuensi dan persentase lansia berdasarkan pernyataan tingkat stres

dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Lansia berdasarkan pernyataan tingkat stres (n=32)

No Pernyataan

Tidak

pernah Jarang Sering Selalu

f % f % f % f %

1 Saya tidak menyukai perubahan yang terjadi pada tubuh saya

13 40,6 15 46,9 2 6,2 2 6,2

2

Saya merasa tidak berguna karena tidak mampu lagi melakukan banyak kegiatan seperti ketika masih muda

12 37,5 15 46,9 4 12,5 1 3,1

3 Saya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan

13 40,6 7 21,9 5 15,6 7 21,9

4 Saya merasa lemas seperti mau pingsan

22 68,8 7 21,9 1 3,1 2 6,2

5 Saya merasa sedih karena tidak

dapat menikmati hal-hal yang saya lakukan

11 34,4 12 37,5 7 21,9 2 6,2

6 Saya ingin buang air kecil dan

buang air besar secara terus menerus

12 37,5 8 25,0 10 31,2 2 6,2

7 Saya tidak memperhatikan penampilan diri saya

19 59,4 11 34,4 1 3,1 1 3,1

8 Nafsu makan saya berubah-ubah 14 43,8 3 9,4 8 25,0 7 21,9

9 Saya jarang melakukan kebersihan diri

22 68,8 7 21,9 0 0 3 9,4

10 Saya sering merasakan gemetaran pada tubuh saya

24 75,0 3 9,4 2 6,2 3 9,4

11 Saya berkeringat secara berlebihan dalam melakukan setiap tindakan

19 59,4 8 25,0 2 6,2 3 9,4

12 Saya sangat mudah merasa lelah 16 50,0 9 28,1 4 2,5 3 9,4

13 Saya sering merasakan otot kaku

pada bagian leher, bahu dan punggung bagian bawah

(12)

14 Saya merasa keseimbangan tubuh saya mengalami penurunan

11 34,4 12 37,5 4 12,5 5 15,6

15 Saya merasa anggota tubuh saya mulai melemah

8 25,0 13 40,6 4 12,5 7 21,9

Pembahasan Penelitian

Stres merupakan pengalaman hidup yang pasti dialami oleh setiap orang. Pada

dasarnya, hanya ada tiga teori mendasar yang menjelaskan bagaimana stres itu

terjadi pada manusia, yaitu: stres model stimulus, stres model respons, dan stres

model transaksional. Ketiga teori tersebut menjelaskan apa yang dimaksud dengan

stres dan bagaimana sebenarnya stres itu terjadi pada individu. Stres dikatakan

sebagai stimulus ketika ada berbagai rangsangan-rangsangan yang menggangu

atau membahayakan. Stres dikatakan sebagai respons saat tubuh bereaksi terhadap

sumber-sumber stres. Stres dikatakan transaksional saat adanya proses

pengevaluasian dari sumber stres yang terjadi (LumbanGaol, 2016).

Stres tidak hanya berdampak buruk kepada manusia, tetapi stres bisa juga

berkontribusi secara positif. Akibat yang ditimbulkan stres terhadap seseorang

ditentukan bagaimana kemampuan dan sumber stres yang diterima. Oleh karena

itu, ketika jumlah sumber stres begitu banyak, dan kemampuan untuk berurusan

dengan stres sedikit, maka stres akan memberikan dampak negatif. Jenis stres

yang bersifat negatif ini adalah distress. Sebaliknya apabila sumber stres dalam

kapasitas yang cukup dan sebanding dengan kemampuan, maka stres akan

berdampak positif terhadap kesehatan dan kinerja seseorang. Jenis stres yang

(13)

35

bertujuan supaya terhindar dari dampak stres yang semakin buruk terhadap fisik

maupun psikologis (LumbanGaol, 2016).

Menurut para peneliti dan ahli psikologi, stres pada zaman modern ini lebih

disebabkan karena banyaknya perubahan yang harus dihadapi, menuntut adaptasi

dan penyesuaian yang pesat, tentunya tidak mudah untuk dicapai dan

dilaksanakan oleh semua orang sehingga tidak menutup kemungkinan

berkembang menjadi stres (Gunarsa, 2011). Begitu pula pada usia lanjut, tak

jarang dari lansia merasakan stres karena berbagai masalah dan peristiwa yang

muncul dalam kehidupan sehari-harinya. Salah satunya adalah masalah tempat

dimana mereka tinggal. Pada sebagian lansia memilih untuk tinggal bersama

keluarganya. Mereka merasa kuatir atau takut jika tinggal sendirian dan jika

terjadi hal-hal buruk yang akan menimpa dirinya, tak ada seorangpun yang akan

menolongnya (Syahnur, 2016).

Manusia dalam kehidupan senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain, untuk

dapat memenuhi kebutuhan baik secara fisik maupun psikis. Sejak lahir manusia

adalah makhluk penerima, ia pun tidak bisa mengetahui apa-apa, kecuali rasa

aman dan nyaman, kehangatan dan kemesraan sehingga berangsur-angsur

individu memahami isyarat ekspresi manusia yang ada di sekelilingnya.

Kehadiran orang lain ini akan mampu membawa dan meningkatkan rasa aman

bagi individu khususnya ketika menghadapi ketidakpastian dan ancaman dari luar

(14)

Stres pada lansia adalah kondisi tidak seimbang, terjadi menyeluruh pada tubuh

yang tercipta bila orang yang bersangkutan melihat ketidaksepadanan antara

keadaan dan sistem sumber daya biologis, psikologis dan sosial, sehingga terjadi

penurunan kemampuan mempertahankan hidup yang akhirnya mengakibatkan

kematian. Usia lanjut mempengaruhi stres, hal ini dikarenakan pada lansia terjadi

penurunan kemampuan mempertahankan hidup, menyesuaikan diri terhadap

lingkungan, fungsi badan dan kejiwaan secara alami. Selain itu pada usia lanjut

kondisi tubuh tidak seimbang terjadi menyeluruh pada tubuh yang tercipta bila

orang yang bersangkutan melihat ketidaksamaan antara keadaan dan sistem

sumber daya psikologis, biologis dan sosial, dimana terjadi penurunan

kemampuan mempertahankan hidup (Kurniawan, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas lansia di Graha Resident Karya

Kasih Medanmengalamistres ringan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari

sebanyak 17 orang(53,1%).Hal ini dapat dikarenakan adanya dukungan dari

lingkungan yang baik seperti keakraban sesama lansia lainnya serta dapat juga

dikarenakan pola koping individu yang sudah baik terkait penyesuaian diri.

Menurut penelitian Oktizulvia (2010) mereka yang memiliki konsep hidup

tradisional seperti dihormati dan dirawat dimasa tua, tapi pada kenyataannya

harus hidup di panti dalam sistem nilai yang berbeda dengan yang dianut misalnya

kurang di hormati, tidak dirawat oleh anak-anak serta tidak lagi tergantung secara

(15)

37

kesejahteraan lanjut usia. Untuk memperoleh dukungan sosial para lansia juga

perlu berinteraksi dengan orang lain seperti membuat kontak sosial.

Hal ini juga sesuai dengan penelitian Hayati (2010), yang menunjukan bahwa

lansia akan lebih merasa senang dan bahagia dengan adanya aktivitas rutin seperti

rekreasi serta mempunyai hubungan sosial dengan kelompok seusianya, karena

hal tersebut dapat mengisi waktu luang mereka. Dukungan sosial dapat diartikan

sebagai bentuk tanda seseorang merasa dicintai, diperhatikan, dan dihagai melalui

komunikasi serta kontak sosial. Semakin tinggi frekuensi hubungan dan kontak

sosial, maka semakin panjang harapan hidup seseorang. Hasil studi menunjukkan

dukungan sosial bagi lansia sangat penting, karena dukungan sosial yang baik

telah terbukti menurunkan stres dan bertindak sebagai suatu pelindung bagi lansia.

Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima oleh lansia yang tinggal di panti,

semakin rendah stres yang dialami oleh lansia.

Menurut Rasmun (2004), stres ringan adalah stres yang tidak merusak aspek

fisiologis dari seseorang. Stres ringan umumnya dirasakan oleh setiap orang

misalnya lupa, ketiduran, dikritik, dan kemacetan. Stres ringan biasanya hanya

terjadi dalam beberapa menit atau beberapa jam. Situasi ini tidak akan

menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.

Menurut Stuart & Sundeen (2007) menyatakan bahwa pada tingkat stres ringan

sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini dapat membuat individu

menjadi waspada dan dapat mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

Menurut Psychology Foundation of Australia (2010) stres ringan merupakan

(16)

Stresor ini dapat menimbulkan gejala antara lain: kesulitan bernafas, bibir kering,

lemas, keringat berlebihan ketika temperatur tidak panas, takut tanpa ada alasan

yang jelas, merasa lega jika situasi berakhir. Tetapi apabila lansia memiliki

koping yang baik, maka gejala tersebut akan segera hilang dan stres yang di alami

lansia dapat di atasinya dengan baik. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan

pernyataan Holmes&Rahe (2002) yang menyatakan stres ringan masih dalam

batas normal lansia karena stres ringan merupakan stresor yang dihadapi setiap

orang secara teratur, bukan merupakan satu resiko signifikan untuk timbulnya

gejala penyakit tertentu. Namun demikian, stressor ringan tidak dapat diabaikan

karena dapat meningkatkan resiko penyakit.

Stres sedang ditandai dengan kewaspadaan, focus pada indera penglihatan dan

pendengaran, peningkatan ketegangan dalam batas toleransi, dan mampu

mengatasi situasi yang dapat mempengaruhi dirinya. Pada tingkat stres sedang

individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain

sehingga mempersempit lahan persepsinya (Suzanne & Brenda, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan juga terdapat 15 lansia (46,9%) yang

mengalami stres sedang. Tingkat stres lansia dapat dipengaruhi lama lansia yang

tinggal di panti. Lansia yang tinggal di atas 3 tahun mengalami stres yang lebih

tinggi, sedangkan lansia yang tinggal di bawah 3 tahun di panti mengalami stres

yang lebih rendah. Lansia mengalami rasa bosan, kurangnya kegiatan yang bisa

dilakukan oleh lansia dan harus menjalani jadwal yang sama setiap minggunya

(17)

39

Hasil penelitian ini juga di dukung oleh pernyataan mayoritas lansia menyatakan

“selalu” (21,9%) pada pernyataan 3,8 dan 15 terkait lansia selalu merasa anggota

tubuhnya mulai melemah, nafsu makan mereka berubah-ubah dan mereka tidak

kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Maryam (2008) yang menyatakan lansia akan mengalami hal tersebut sebagai

dampak dari stres.

Menurut Wirawan (2012) stres dapat dilihat dengan gejala yang ditimbulkan.

Yang pertama gejala psikologis. Gejala psikologis adalah gejala stres yang

berkaitan dengan keadaan psikis dan mental seseorang. Gejala psikologis

meliputi: resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil

keputusan, perasaan kewalahan (exhausted), cemas, depresi, putus asa, mudah

marah, ketakutan, frustasi, mengangis tiba-tiba, phobia, rendah diri, merasa tak

berdaya, menarik diri dari pergaulan, dan menghindari kegiatan yang sebelumnya

disenangi, juga menjadi beberapa indicator seseorang sedang mengalami stres.

Berdasarkan gelaja psikologis lansia di Graha Resident Senior Karya mayoritas

adalah stres ringan 23 lansia (71,9%), hal ini menunjukkan lansia di tempat ini

memiliki psikologis yang baik karena tidak terdapat gejala psikologis yang buruk.

Lansia yang selalu menyikapi positif segala tekanan hidup akan kecil terkena

resiko stres. Semakin luas dan semakin tinggi harapan seseorang tentang hidup

(optimis), berdampak pada sikap yang bijaksana, menerima apa yang telah

diberikan Tuhan kepadanya, menunjukkan kasih sayang kepada sesama. Oleh

karena itu lansia mampu menentramkan hati dan menjernihkan pikiran sehingga

(18)

Kedua, tingkah laku. Gejala tingkah laku berhubungan dengan memunculkannya

suatu perilaku baru sebagai upaya individu untuk mengurangi atau menghilangkan

kondisi stres yang dialaminya. Gejala perilaku yang muncul meliputi: berbicara

cepat sekali, menggoyang-goyangkan kaki, tics, gemetaran, berubah nafsu makan

(bertambah atau berkurang), mondar-mandir, gelisah, menggigit kuku jari,

mengerak-gerakkan anggota badan atau jari-jari, merokok, minum-minuman

keras, menangis, berteriak, mengumpat, bahkan melempar barang atau memukul.

Timbulnya kebiasaan menggaruk-garuk kepala, menggigit-gigit kuku,

mengosok-gosok tangan, dan gejala lainm erupakan wujud adanya ketegangan (Wirawan,

2012).

Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat stres lansia berdasarkan gejala tingkah

laku terdapat yang mengalami stres ringan sebanyak 23 lansia (71,9%) dan

selebihnya mengalami stres sedang sebanyak 9 lansia (28,1%). Tingkah laku yang

ditunjukkan lansia di Graha resident itu masih dalam batas normal.

Ketiga gejala fisik. Gejala fisik adalah gejala stres yang berkaitan dengan kondisi

dan fungsi fisik atau tubuh dari seseorang. Gejala stres yang bisa dideteksi secara

mudah menurut Wirawan (2012) yaitu: lelah, insomnia, nyer ikepala,

berdebar-debar, nyeri dada, napas pendek, gangguan lambung, mual, gemetar, ekstremitas

dingin, wajah terasa panas, berkeringat, sering flu, menstruasi terganggu, otot

kaku dan tegang terutama pada bagian leher, bahu, dan punggung bawah

(19)

41

Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat stres lansia berdasarkan gejala fisik

terdapat yang mengalami stres ringan sebanyak 21 lansia (65,5%) dan selebihnya

mengalami stres sedang sebanyak 11 lansia (34,4%). Penyebab fisik yang

mempengaruhi perubahan pada lansia meliputi perubahan penampilan, perubahan

bagian dalam tubuh, perubahan fungsi fisiologi, panca indra dan perubahan

seksual, menurunnya kekuatan dan tenaga yang terjadi karena bertambahnya usia,

menurunnya kekuatan otot, kekakuan dalam persendian, gemetar pada

tangan.Kondisi fisik yang sudah menurun ini membuat lansia memiliki

ketergantungan terhadap orang lain, dimana lansia merasa tidak bebas lagi

melakukan sesuatu pekerjaan. Sebagian besar perubahan fisik pada usia lanjut

terjadi kearah yang memburuk, proses dan kecepatannya sangat berbeda untuk

masing-masing individu. Lansia yang tidak beraktivitas atau bekerja sepanjang

hari cenderung memiliki tingkat kebosanan yang tinggi dan berpotensi juga

memiliki tingkat stres yang tinggi. Sedangkan mereka yang menyibukkan diri

dalam aktivitas maka tidak ada waktu untuk memikirkan hal-hal yang sebenarnya

tidak perlu menyita perhatian, karena sebenarnya terlalu banyak melamun,

Menyendiri, apati dan kelesuan juga juga dapat menimbulkan stres (Irsyad, 2012).

Menurut Depkes RI 2016 lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60

tahun ke atas. Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi karakteristik

responden berdasarkan usia menunjukkan bahwa, sebagian besar responden

merupakan lanjut usia (60-74 tahun) yaitu sebanyak 18 responden (56,2%). Umur

(20)

Semakin bertambahnya umur seseorang, maka akan semakin mudah mengalami

stres. Hal ini disebabkan karena beban dalam hidup yang lebih berat serta fungsi

fisiologis yang semakin mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan

seperti kemampuan visual, berpikir, mendengar, dan mengingat sesuatu.

Perbedaan usia ini akan menyebabkan tingkat stres yang berbeda pada lansia

(Kumolohadi 2001 dalam Priyoto 2016).

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa, sebanyak 17 responden (56,2%)

berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 14 responden (43,8%) berjenis kelamin

perempuan. Jenis kelamin memiliki hubungan dengan stres. Laki-laki dan

perempuan melaporkan reaksi yang berbeda terhadap stres, baik secara mental

maupun fisik. Mereka juga memiliki cara yang berbeda dalam menangani stres itu

sendiri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia paling banyak menyelesaikan

pendidikan pada tingkat SMA sebanyak 12 lansia (37,5%). Menurut Kodim

(2004), pendidikan merupakan faktor yang paling sering dianalisis, karena dapat

menjadi pendekatan berbagai macam hal, seperti pola pikir, kepandaian, luasnya

pengetahuan dan kemajuan berpikir. Hal ini sejalan dengan pendapat

Notoatmodjo (2012) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan

(21)

43

Berdasarkan hasil penelitian status pernikahan mayoritas lansia sudah berpisah

dengan pasangan masing-masing (duda/janda) sebanyak 12 lansia (37,5%). Stres

yang tinggi terjadi apabila hidup sendiri dibandingkan dengan yang mempunyai

pasangan hidup karena peran dan tanggung jawab akan biasa dijadikan sebagai

beban yang harus di tanggung bersama (Siswanto, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan lama di panti mayoritas lansia yang tinggal di panti

selama 1-3 tahun sebanyak 12 lansia (37,5%). Lansia merasakan perbedaan yang

terjadi selama mereka tinggal dipanti dengan keadaan mereka sebelumnya.

Santrock (2004) mengemukakan bahwa lansia yang berhubungan dekat dengan

keluargannya mempunyai kecenderungan lebih sedikit untuk stres di banding

lansia yang berhubungan jauh dengan keluargannya, oleh karena itu lansia yang

berada di lingkungan keluarga atau tinggal bersama keluarga akan membuat lansia

merasa sejahtera. Selain lama di panti, aktivitas lansia juga mempengaruhi stres

lansia. Aktivitas lansia yang semula bekerja dan sekarang sebagai pengangguran,

terlebih ketika mereka mulai mengalami kemunduran fisik yang dirasakan sebagai

beban seperti penglihatan yang mulai menurun, dan penyakit yang diderita. Ketika

kemunduran fisik lansia menyebabkan lansia berada dipanti membuat lansia

merasakan perasaan yang amat berat dan terkadang mereka menyesalkan kondisi

saat ini, sehingga mereka menjadi stres karena merasa sudah tidak dapat berbuat

(22)

Lansia yang dulu terbiasa bekerja dan memiliki penghasilan sekarang hanya

berdiam diri di panti dan tidak memiliki penghasilan lain kecuali uang yang

diperoleh dari panti. Kesediaan mereka mengikuti kegiatan di panti disebabkan

karena keharusan bukan karena ingin. Perubahan dalam aktivitas sehari-hari dapat

berkaitan pula dengan keberadaan keluarga bagi mereka, dimana perubahan dalam

perkumpulan keluarga merupakan penyebab stres pula bagi mereka (Budi, 2013).

Menurut Kozieretall(2010) menjelaskanbahwastres juga dipengaruhi dengan

tahap perkembangan dimanamasa lansiamemilikistresor yang berhubungan

dengan menurunnya kemampuan dan kesehatan fisik, perubahan tempat tinggal,

penyesuaian diri dengan masa pension dan penurunan pendapatan, penyesuaian

diri dengan kematian pasangan, anak dan teman. Hal yang sama dikemukakan

oleh Nugroho (2008) mengatakan bahwa stres yang terjadi pada lansia

berhubungan dengan kematian pasangan, status sosial, ekonomi, penyakit,

isolasi sosial dan spiritual, perubahan kedudukan, pensiun serta menurunnya

(23)

45 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Graha Resident Senior Karya Kasih

Medan pada bulan Mei-Juni 2017 menunjukkan bahwa, mayoritas responden

berjenis kelamin laki-laki 18 lansia (56,2%), berusia 60-74 tahun 18 lansia

(56,2%), status duda/janda 12 lansia (37,5%), berpendidikan SMA 12 lansia

(37,5%) sedangkan lama tinggal di panti 1-3 tahun 12 lansia (37,5%). Hasil

penelitian tingkat stress lansia di Graha Resident Senior Karya Kasih Medan

berada di tingkat ringan.

Saran

a. Bagi Pendidikan Keperawatan

Mengajarkan perawat kebutuhan aktivitas sehari-hari lansia dalam melaksanakan

aktivitas sehari-hari secara mandiri.

b. Bagi Tempat Penelitian

Untuk dapat meningkatkan asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan kepada

para lansia. Sehingga informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan

serta wawasan lansia dalam mempertahankan kesehatannya dan diharapkan panti

tersebut untuk menambah kegiatan dan memodifikasi kegiatan yang dilakukan.

Bagi Penelitian Selanjutnya

Untuk dapat mencari hubungan tingkat stres lansia dengan kemampuan aktivitas

sehari-harinya serta mencari faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres dan

Gambar

Tabel 3.1 Defenisi Operasional
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Lansia berdasarkan pernyataan tingkat stres (n=32)

Referensi

Dokumen terkait

Zaky Siraj Hasibuan, 2012, Tinjauan Yuridis Penggunaan Klausula Eksonerasi Bagi Pengguna Jasa Perparkiran di Kota Medan , Skripsi, Medan, Fakultas Hukum, Universitas

Adapun pertimbangan hukum dalam putusan Mahkamah Konsitusi Nomor 74/PUU- XII/2014 disebutkan bahwa terhadap frasa “Pejabat Lain” dalam Pasal 7 ayat (2)

Metode penulisan yang dipakai dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif, bahan analisa di dalam penelitian ini adalah bahan skunder, Metode

Untuk menguji coba Receiver RF Circuit Training System GRF-3300, digunakan beberapa alat yaitu Spectrum Analyzer, Oscilloscope, Distortion Meter dan Function

Metode penulisan yang dipakai dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif, bahan analisa di dalam penelitian ini adalah bahan skunder, Metode

Cairan dan elektrolit merupakan kebutuhan dasar yang penting dalam..

Teknik 1 :Ajak orang-orang yang sedang konflik pada tujuan yang lebih tinggi. Contoh, bagian anda terlibat konflik dalam menentukan kuota penjualan. Bagian keuangan

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahlimadya Keperawatan dari Program Studi DIII Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas