• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Pembangunan Lingkungan Lembaga Swadaya Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Politik Pembangunan Lingkungan Lembaga Swadaya Masyarakat"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini akan menguraikan gambaran serta profil lokasi penelitian sebagai sumber penelitian studi analisis, yaitu profil WALHI-SU.

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Pada bab ini akan memuat data dan analisa data yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan terkait permasalahan yang menjadi masalah penelitian.

BAB IV KESIMPULAN

Bab ini akan berisi kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan.

(2)

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan mendeskripsikan profil lokasi penelitian, yaitu sejarah singkat berdirinya WALHI dan juga sejarah singkat Sungai Deli di kota Medan.

A. Sejarah Singkat Berdirinya WALHI

(3)

masyarakat.NGO dianggap sebagai perpanjangan tangan pemerintah kepada masyarakat.

Lalu setelah itu diadakan pertemuan di Balaikota (Kantor Gubernur DKI Jakarta).Pertemuan tersebut dihadiri sekitar 350 lembaga yang terdiri dari lembaga profesi, lingkungan, agama, pecinta alam, jurnalis, hobi, kampus, dan lain sebagainya.Pada pertemuan itu, Emil Salim mengungkapkan keinginannya bahwa antara pemerintah dan NGO harus berjalan bersama untuk mewujudkan lingkungan yang baik. Akhirnya pada pertemuan tersebut disepakati untuk memilih NGO yang akan membantu program-program pemerintah dalam bidang lingkungan hidup dengan membentuk suatu organisasi awal. Agar tidak ada persepsi bahwa organisasi ini adalah sebuah organisasi politik, maka namanya dilengkapi dengan Kelompok Sepuluh Pengembangan Lingkungan Hidup yang dideklarasikan pada 23 Mei 1978 di Balaikota.

(4)

organisasi yang akan mewadahi seluruh peserta NGO tersebut. Dikarenakan organisasi tersebut akan bergerak pada bidang lingkungan hidup, maka mereka sepakat menggunakan nama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau biasa disingkat dengan WALHI. Maka sejak tanggal 15 Oktober 1980, WALHI resmi dibentuk sebagai forum kelompok masyarakat sipil yang terdiri dari organisasi non-pemerintah, Kelompok Pecinta Alam dan Kelompok Swadaya Masyarakat.25

Kelahiran WALHI sebagai sebuah forum mempunyai kekuatan cukup besar, secara bertahap di tahun 83-an jumlahnya sudah mencapai 350 lembaga. Hal ini membuat pemerintah harus selalu ‘memperhitungkan” kelahiran dan gerakan WALHI.Kondisi sosial politik pada tahun-tahun pertama kelahiran WALHI yang selalu mendengungkan konsep pembangunan mengalir seiring dengan berkembangnya WALHI.Gerakan WALHI di awal kepengurusannya dimulai dengan aksi ‘public relation,” yaitu memperkenalkan WALHI ke seluruh elemen, baik pemerintah, perusahaan, pers, mahasiswa, para artis, dan lain sebagainya, turut digandeng oleh WALHI.Di tahun-tahun pertama, peran WALHI adalah melakukan public awareness kepada masyarakat tentang isu-isu lingkungan.WALHI menyebutnya dengan periode menggugah atau membangunkan kembali banyak pihak tentang pentingnya pelestarian lingkungan dan peran serta masyarakat untuk mewujudkan lingkungan hidup yang sehat dan

A.1. Masa Perkembangan WALHI

25

(5)

lestari.Hal tersebut terlihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan, di antaranya adalah melakukan pendidikan lingkungan di berbagai lembaga dan pecinta alam, kolaborasi isu lingkungan dengan para seniman.Selain sosialisasi, langkah yang ditempuh adalah edukasi, yaitu memberikan pendidikan konservasi alam di beberapa kampus, dan melakukan seminar tentang lingkungan, mengadakan berbagai perlombaan, Perlahan WALHI mendapatkan legitimasi dari masyarakat dan pemerintah.WALHI mendapatkan legitimasinya sebagai representasi LSM lingkungan seluruh Indonesia dan diundang DPR untuk didengar keterangannya dalam pembahasan UU Lingkungan Hidup.Tahun 1982, WALHI bersama-sama lembaga swadaya masyarakat lainnya membahas dan memberikan masukan bagi penyusunan Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingungan Hidup/Undang-undang No.4 Tahun 1982.

(6)

menunjukkan tumbuhnya kesadaran bahwa persoalan lingkungan antara lain berakar pada birokrasi dan keputusan-keputusan politis yang dibuat pemerintah. Dapat dilihat hubungan antara kerusakan lingkungan dan keputusan politis, sehingga tidak mungkin memisahkan persoalan lingkungan hidup dengan proses pengambilan keputusan di pemerintahan. Tetapi tidak ada suasana yang dianggap kondusif untuk memulai sikap oposan, bahkan dalam bentuknya yang paling lunak, dengan pemerintah saat itu karena rezim Orde Baru yang semakin kuat Periode pasca UU Lingkungan Hidup tahun 1982, WALHI ditandai dengan kenaikan anggota LSM yang mengalami booming yang belum pernah terjadi sebelumnya, dari sekitar 80-an LSM lingkungan pada tahun 1980, tercatat 320 pada tahun 1982 dan tahun 1985 sudah didata lebih dari 400 LSM. Ketika WALHI melaksanakan Pertemuan Lingkungan Hidup (PNLH) III tahun 1986, dari 486 LSM lingkungan yang ada, 350 di antaranya bergabung dalam WALHI.Pada periode 1986 – 1989 merupakan periode pematangan dan peningkatan kualitas peran WALHI.Periode ini diarahkan untuk Environmental Awereness Raising di kalangan LSM dan masyarakat luas terus dilanjutkan.Untuk ini, diperlukan back up data untuk mendukung advokasi.Hal ini kemudian dilanjutkan dalam kerja-kerja advokasi berikutnya.

(7)

Jakarta tahun 1980 yang menjadi berita sampul majalah Tempo. Sudah ada kesadaran tinggi di kalangan LSM bahwa wartawan dan media massa memegang peranan yang penting sebagai corong kegiatan lingkungan. Dalam forum-forum resmi tahun 1980-an, aktivis-aktivis WALHI tetap dinyatakan apolitis. Emil Salim dalam pembukaan PNLH III kembali mengulang keinginan pemerintah terhadap LSM dengan lebih halus, bahwa salah satu ikatan kuat yang menyatukan LSM dalam WALHI dengan demikian eksistensi WALHI, karena tidak ada pamrih politik dan pamrih jabatan. Walaupun para aktivis tidak frontal menentang penilaian itu, tetapi mulai ada usaha untuk membuka orientasi baru gerakan LSM lingkungan, antara lain keinginan untuk melakukan advokasi lingkungan.

Tahun 1996, pertama kalinya WALHI membuat laporan tahunan yang komprehensif dan diterbitkan untuk masyarakat luas.Ini bertujuan untuk membuka seluas-luasnya WALHI kepada masyarakat.Keterbukaan bagi WALHI sangat penting karena masih ada tuduhan-tuduhan yang menyatakan bahwa WALHI condong pada kepentingan luar negeri (asing) dan bukan kepada rakyat. Dari apa yang dilaporkan, masyarakat bisa mengetahui apakah WALHI condong pada kepentingan asing atau kepada kepentingan lingkungan dan demokratisasi di Indonesia. Mengawali tahun 2000, WALHI terus bergerak maju dan konsisten dengan perjuangan penegakan lingkungan.WALHI melihat bahwa tantangan makin kuat, meski demikian WALHI tak surut. Bukan terlalu optimis, namun, 20 tahun usia WALHI masih menunjukkan konsistensi dan arah gerakan yang jelas.

(8)
(9)

WALHI kini hadir di 26 propinsi dengan total 436 organisasi anggota (terhitung Juni 2005 yang secara aktif berkampanye di tingkat lokal dan nasional. Di tingkat internasional, WALHI berkampanye melalui jaringan Friends of the Earth Internasional yang beranggotakan 71 organisasi akar rumput di 70 negara,

15 organisasi afiliasi, dan lebih dari 1 juta anggota individu dan pendukung di seluruh dunia. WALHI melakukan kampanye internasional bersama berbagai jaringan internasional lainnya yang memiliki keprihatinan yang sama terhadap ketidak adilan lingkungan hidup. Salah satunya dengan menjadi anggota Friends of the Earth International (FoEI) – federasi lingkungan hidup sedunia dengan 71

organisasi anggota di 70 negara, dan memiliki lebih dari satu juta anggota individu.26

B. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Utara (WALHI-SU) Wahana Ligkungan Hidup Indonesia Sumatera Utara (WALHI-SU) sadar, kerusakan lingkungan hidup semakin massif dan penuh dengan kompleksitas baik di tingkat pedesaan maupun di tingkat perkotaan.Memburuknya kondisi lingkungan hidup secara terbuka mempengaruhi dinamika sosial, politik, dan juga ekonomi masyarakat.Siapa yang bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan hidup kian sulit dipastikan karena penyebabnya sendiri sering berkaitan antara satu dengan yang lainnya.27

26

Ibid. Hal: 40.

(10)

Lingkungan Hidup Indonesia pada tanggal 15 Oktober 1980 sebagai reaksi keprihatinan atas ketidakadilan dalam pengelolaan sumber daya alam dan sumber-sumber kehidupan sebagai akibat dari paradigm dan proses pembangunan yang tidak memihak, berkelanjutan dan juga berkeadilan.

Secara nasional, WALHI berada di 27 provinsi di Indonesia. Salah satunya adalah di provinsi Sumatera Utara.WALHI-SU sendiri terbentuk secara resmi pada tahun 1995.WALHI-SU merupakan forum kelompok masyarakat sipil yang saat ini memiliki 40 anggota yang tersebar di seluruh Sumatera Utara. Berikut adalah beberapa organisasi anggota WALHI-SU ;

1. Lembaga Bantuan Hukum dan Advokasi Rakyat Sumatera (BAKUMSU). Jl. Bromo Ujung No. 51 Medan.

2. Badan Perjuangan Rakyat Penunggu Indonesia (BPRPI). Jl. Sei Ujung Suka Eka No. 45A Medan.

3. Yayasan Pengembangan Sumber Manusiawi (BINA INSANI). Jl. Pantai Timur No.91 Pematang Siantar.

4. Bina Keterampilan Pedesaan (Bitra Indonesia). Jl. Bahagia by Pass No. 11/35 Medan.

5. Bina Konversi Alam (BINIKA). Jl. Kapten Pattimura No. 85 Medan.

6. Yayasan Pengembangan Eka Bakti (YPM EKA BAKTI). Jl. Pimpong No. 3 Pematang Siantar.

7. Deli Foundation (DF).

Jl. Sipiso-piso No. 1G Lt. 3 Medan.

8. Lembaga Transformasi Sosial (ELTRANS). Jl. Narumonda Bawah No. 138 Pematang Siantar. 9. Forum Petani Kreatif (Yayasan IBA Teman Kreatif).

Jl. Siborong-borong No. 25 Tapanuli Utara

10.Forum Usaha informasi Edukasi Sejahtera (FUSIES). Jl. Kuali No. 8 Medan.

(11)

WALHI-SU berusaha mewujudkan suatu tatanan sosial, ekonomi dan politik yang adil dan demokratis yang menjamin hak-hak rakyat atas sumber-sumber kehidupan dan lingkungan hidup yang sehat.

b. Misi dan Peran

WALHI-SU mengemban misi sebagai wahana perjuangan penegakan kedaulatan dan demokrasi untuk pemenuhan keadilan, pemerataan sosial, pengawasan rakyat atas kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat, serta penyelenggaraan pemerintahan yang adil dan demokratis.

WALHI-SU adalah jaringan pembela lingkungan hidup yang pluralistik dan independen yang aktif melakukan studi kebijakan, mensinergikan kekuatan antar organisasi non pemerintah dalam advokasi lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat (advokasi hutan, tambang, air, pesisir dan laut, reformasi hukum dan pengelolaan sumber daya alam, energi, pencemaran pengelolaan bencana, dan globalisasi), meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, melakukan pengelolaan informasi, memfasilitasi dialog antara masyarakat dengan berbagai kelompok kepentingan, menggalang dan juga memobilisasikan sumber daya publik serta mengembangkan kemampuan sumber daya organisasi.

(12)

Dalam menegakkan peran di atas, WALHI-SU berorientasi pada nilai-nilai dasar yaitu:

1. Demokrasi : Seluruh rakyat harus terlibat dalam proses pengambilan keputusan apapun yang akan berdampak bagi keberlanjutan kehidupan rakyat.

2. Keadilan Antar Generasi : Semua generasi baik sekarang maupun mendatang berhak atas lingkungan yang berkualitas dan sehat.

3. Keadilan Gender : Semua orang berhak memperoleh kehidupan dan lingkungan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin, agama, dan status sosial.

4. Penghormatan Terhadap Makhluk Hidup : Semua makhluk hidup baik manusia maupun non-manusia memiliki hak dihormati dan dihargai.

5. Persamaan Hak Masyarakat Adat : Masyarakat adat di seluruh pelosok nusantara berhak menentukan nasibnya sendiri untuk berkembang sesuai dengan kebudayaannya.

6. Solidaritas Sosial : Semua orang memiliki hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang sama.

7. Anti Kekerasan : Negara dilarang melakukan kekerasan fisik dan non fisik kepada seluruh rakyat.

(13)

9. Keswadayaan : Semua pihak diharapkan mendukung keswadayaan politik dan ekonomi masyarakat.

10.Profesionalisme : Semua pihak hendaknya bekerja secara profesional, sepenuh hati, efektif, sistematik, dan tetap mengembangkan semangat kolektovitas28

B.3. Kelembagaan dan Sistem Pengambilan Keputusan

Kelembagaan WALHI-SU dijalankan dengan prinsip trias politika.Eksekutif Daerah menjalankan program-program organisasi, sementara Dewan Daerah merupakan representatif seluruh anggota untuk menjalankan fungsi legislatif.Fungsi yudikatif yang berwenang untuk memeriksa pelanggaran terhadap Statuta sebagai konstitusi WALHI disebut Majelis Etik Daerah yang bersifat adhoc.

Forum pengambilan keputusan tertinggi WALHI-SU adalah dalam pertemuan anggota setiap tiga tahun yang disebut Pertemuan Daerah Lingkungan Hidup. Forum ini menerima dan mengesahkan pertanggung jawaban Eksekutif Daerah, Dewan Daerah, dan Majelis Etik Daerah; merumuskan strategi kebijakan dasar WALHI-SU, serta menetapkan Eksekutif Daerah dan Dewan Daerah.

Setiap tahun diselenggarakan pula konsultasi Daerah Lingkungan Hidup (KDLH) sebagai forum konsultasi antar komponen WALHI-SU untuk melakukan evaluasi dan perencanaan program WALHI-SU.

.

(14)

Adapun nama-nama kepengurusan WALHI-SU akandi paparkan dalam bagan berikut:

Bagan 2.1:

Struktur Kepengurusan WALHI-SU

B.5. Statuta WALHI

MUKADIMAH

Perjuangan untuk merebut dan mempertahankan kedaulatan rakyat atas lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat sebagai bagian dari upaya mewujudkan kehidupan yang adil, harus dilakukan secara arif dan berkelanjutan oleh berbagai kelompok masyarakat yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

(15)

semakin menguatnya dukungan dan pemihakan kekuatan politik dominan di dalam negeri terhadap kepentingan negara-negara industri atau rezim ekonomi global.Rezim kapitalisme global menempatkan rakyat, lingkungan hidup, dan sumber-sumber kehidupan rakyat, bahkan bumi sebagai tumbal akumulasi kapital.

Dominasi dan penetrasi tersebut telah memposisikan negara menjadi perpenjangan tangan kapitalisme global.Akibatnya kebijakan sosial, ekonomi, politik pun diwarnai oleh semnagat liberalisasi dan privatisasi yang memudahkan ekspansi modal dan globalisasi pasar.Watak kebijakan negara pada akhirnya membuka jalan bagi perampasan secara sistematis hak-hak sosial, ekonomi, politik, dan budaya rakyat.

Kalangan organisasi non-pemerintah maupun berbagai kelompok dan individu yang peduli dengan kepentingan lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat sudah sejak awal mempersoalkan berbagai kebijakn negara yang menghancurkan dan merampas hak-hak rakyat atas lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat.

(16)

Bahkan pada perjalanan selanjutnya, WALHI memposisikan diri sebagai bagian dari gerakan rakyat dan gerakan sosial untuk melawan dominasi kekuatan kapitalisme global dan kebijakan negara yang bertaggungjawab atas perampasan hak sosial, ekonomi, politik, dan budaya rakyat yang terjadi di tingkat local, nasional, maupun internasional.

Dengan pilihan posisi seperti itu, WALHI sesungguhnya hendak menegaskan kepada para pembuat kebijakan dan pemngambil keputusan baik negara, PBB, organisasi internasional, lembaga keuangan internasional, perusahaan multinasional, maupun kelompok lain yang berpotensi merusak lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat, bahwa rakyatlah pemilik kedaulatan atas lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat.

Menghadapi realitas di atas, WALHI mengemban misi sebagai wahana perjuangan penegakan kedaulatan rakyat dan demokrasi untuk pemenuhan keadilan, pemerataan sosial, pengawasan rakyat atas kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat, serta penyelenggaraan kepemerintahan yang adil dan demokratis.

Untuk mewujudkan misi tersebut WALHI memainkan peran:

(17)

Kedua, mendorong proses transformasi sosial dengan cara: (1) mengembangkan potensi kekuatan dan ketahanan rakyat, (2) mengembalikan mandate negara untuk mengakkan dan melindungi kedaulatan rakyat, (3) mendekonstruksikan tatanan ekonomi kapitalistik global yang menindas dan eksploitatif, (4) membangun alternative tata ekonomi dunia baru, (5) mendesakkan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat yang adil dan berkelanjutan.

Ketiga, memfasilitasi komunikasi dan informasi antar organisasi non pemerintah dan antar sesama kelompok masyarakat dan individu dalam melakukan advokasi lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat.

C. Sejarah Singkat Sungai Deli

Sungai Deli merupakan bagian dari sejarah kota Medan yang tidak terlupakan. Sungai Deli menyimpan legenda yang mengakar kuat dalam budaya masyarakat Sumatera Utara. Konon, sungai ini merupakan tempat para keluarga dan putri Sultan Deli tetirah, bercengkerama di tengah jernih dan segarnya air sungai, jauh di selatan kota Medan, dinaungi hamparan Bukit Barisan yang berjajar tak putus-putusnya dari Aceh hingga ke ujung selatan Pulau Sumatera.

(18)

Aceh ditolak oleh saudara laki-laki Putri Hijau.Sultan Aceh sangat marah, karena penolakan itu dianggapnya sebagai penghinaan terhadap dirinya.Maka pecahlah perang antara Kesultanan Aceh dengan Kesultanan Deli. Dengan menggunakan kekuatan gaib, salah seorang kakak laki-laki Putri Hijau menjelma menjadi seekor ular naga, sedangkan kakak yang lainnya menjadi sepucuk meriam yang tak hentihentinya menembaki tentera Aceh..

Kesultanan Deli mengalami kekalahan dalam peperangan itu dan karena kecewa pangeran yang menjelma menjadi meriam itu meledak sebagian. Bagian belakangnya terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya ke dataran tinggi Karo, kira-kira lima kilometer dari Kabanjahe. Di Delitua masih terdapat reruntuhan Benteng dan Puri yang berasal dari zaman Putri Hijau, sedangkan sisa meriam penjelmaan sang Pangeran dapat dilihat di halaman Istana Maimun Medan.

Pada tahun 1860, Sungai Deli dari hulu hingga mencapai Kota Medan sekarang masih merupakan hutan rimba, dan di sana-sini terutama di muara-muara sungai sudah terdapat pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Sungai Deli pada masa itu juga merupakan urat nadi penting perekonomian, tempat kapal-kapal perniagaan menyusur arus menuju muara dan laut, mengangkut palawija dan rempah-rempah, untuk kemudian dipasarkan ke Semenanjung Malaya, bahkan ke daratan Eropa.

(19)

sebagai pusat Kerajaan Deli. Dari catatan beberapa narasumber bahwa kawasan ini telah menjadi Wilayah Bandar Lama yang sangat penting sejak abad ke 13, karena sudah menjadi pelabuhan besar dan Bandar dari Kerajaan Haru serta pusat perdagangan bagi pedagang Cina dan India. Masuknya pengaruh kebudayaan Cina di kawasan ini dibuktikan dengan ditemukannya reruntuhan kota Cina di Paya Pasir, serta patung Budha Shiwa seperti yang terdapat di candi Borobudur.

Menurut penemuan arkeolog bahwa kota Cina dimaksud sebenarnya sudah berdiri sejak abad ke-7 dengan sebuah pelabuhan besar yang saat ini dikenal dengan Labuhan Deli sebagai sebuah pelabuhan dan kota menjadi semakin penting dan bersinar semasa Kesultanan Deli memusatkan roda pemerintahannya di kawasan ini sejak awal abad ke 19.

Labuhan Deli telah menjadi mutiara Tanah Deli sejak wilayah ini menjadi tujuan investasi di bidang perkebunan oleh bangsa Eropa dan dijadikan pelabuhan ekspor untuk melayani arus perdagangan dan pengiriman hasil-hasil perkebunan.

(20)

Belawan. Sejak tahun 1915 kegiatan kepelabuhan di Labuhan Deli mulai menurun karena Sungai Deli menjadi dangkal dan sukar dijadikan sebagai tempat bersandar bagi kapal-kapal yang ingin tambat di Labuhan Deli. Menyadari batapa pentingnya arti sejarah dan melihat keagungan dari nilai budaya bangsa Indonesia dimasa lalu, maka Bandar Lama yang letaknya di delta Sungai Deli merupakan aset yang tidak ternilai dalam mewarnai setiap proses pembangunan di segala bidang yang juga menjadi cikal bakal kota Medan yang saat ini telah tumbuh menjadi kota metropolitan.

(21)

BAB III

Peran Wahana Lingkungan Hidup Sumatera Utara dalam Pengawasan Pembangunan Daerah Aliran Sungai Deli di Kota Medan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lingkungan dalam hal ini