• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Pembangunan Lingkungan Lembaga Swadaya Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Politik Pembangunan Lingkungan Lembaga Swadaya Masyarakat"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di zaman modern ini pembangunan menjadi salah satu aspek yang terus bergerak dan berkembang dengan sangat cepat.Khususnya setelah jatuhnya rezim Orde Baru dan berganti dengan zaman Reformasi.Baik pemerintah maupun swasta, berlomba-lomba menggalakkan pembangunan di Indonesia.Pembangunan ini mencakup hampir seluruh wilayah di perkotaan maupun di daerah-daerah.Tetapi dengan semakin maraknya pembangunan, hingga terkadang mengabaikan aturan-aturan, norma-norma, batas-batas yang telah ada.Tidak jarang pula pembangunan yang pada awalnya diharapkan membawa dampak baik, kesejahteraan, kemakmuran bagi masyarakat malah membawa dampak yang buruk.Di saat pemerintah tidak dapat mengambil tindakan dan memberikan batas yang jelas dalam membatasi pembangunan, maka muncullah lembaga-lembaga independen di luar pemerintah yang menyoroti kasus-kasus tersebut.

(2)

Pembangunan melibatkan proses menyusun dan mengorientasi semua sistem ekonomi dan sosial. 1

Politik pada umumnya dapat diartikan sebagai bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut.2

Lingkungan pada saat ini sudah menjadi isu internasional, hal ini dikarenakan kegiatan perekonomian yang cenderung mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan.Salah satu faktor utama penyebab kerusakan lingkungan yang paling parah adalah manusia.Manusia menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Namun terkadang manusia melampaui batas dan tidak pernah puas.Hal ini menyebabkan lahirnya teori Politik Hijau.Teori Politik Hijau memberikan kritik terhadap manusia yang telah menjadi aktor dominan dalam perusakan lingkungan.Politik Hijau juga biasa dikenal sebagai Politik Lingkungan.Politik Lingkungan ini biasanya berkaitan dengan politik penguasaan dan pemilikan sumber daya alam dan juga perdagangan Sedangkan pengertian dari politik pembangunan itu sendiri adalah kebijakan-kebijakan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan. Politik pembangunan biasanya terkait dengan grand design atau grand strategic sebuah bangsa dalam mewujudkan sebuah visi, misi, serta program-program pembangunan yang akan ditempuhnya.

2015 pukul 01:07

2

(3)

produknya.Politik Lingkungan juga berkaitan dengan peranan politik para pihak dalam memperjuangkan keadilan dan kelestarian lingkungan.

Mulai saat itu banyak bermunculan kembaga-lembaga swadaya masyarakat yang memperjuangkan masalah lingkungan tersebut.Lembaga swadaya masyarakat atau yang biasa disingkat dengan LSM adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan maupun sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatan yang dilakukan tersebut.3

Di Indonesia sendiri, untuk mengatasi isu kerusakaan lingkungan tersebut maka berdirilah lembaga swadaya masyarakat yang dikenal dengan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau biasa disingkat dan selanjutnya akan disebut dengan WALHI. WALHI merupakan organisasi lingkungan hidup independen, non profit, dan terbesar di Indonesia.4

(4)

Sumatera Utara atau WALHI-SU didirikan pada tanggal 15 Oktober 1980.Peranan WALHI terhadap lingkungan hidup di Indonesia cukup besar, dan salah satu yang menjadi perhatian khusus dari WALHI-SU adalah pembangunan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Sumatera Utara.

Definisi dari Daerah Aliran Sungai atau DAS adalah air yang mengalir pada suatu kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi dimana air tersebut berasal dari air hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut.5 Di Sumatera Utara sendiri terdapat 71 DAS, yang terdiri dari 20 DAS yang masuk dalam Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) DAS Wampu Sei Ular, dan 51 DAS yang masuk SWP DAS Asahan Barumun. Bila berkaca pada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang mengamanatkan minimal 30% dari luas DAS berupa kawasan hutan dalam rangka pelestarian lingkungan hidup, maka sangat sedikit DAS di Sumatera Utara yang memenuhi syarat minimal yang dinyatakan Undang-Undang tersebut. Pada SWP DAS Wampu Sei Ular, hanya 20% (4 dari 20 unit DAS) saja yang tutupan hutannya yang memenuhi persyaratan minimal UU No. 26 tahun 2007 tersebut, yakni DAS Batang Serangan, DAS Besitang, DAS Singkil dan DAS Wampu. Keempat unit DAS yang luas hutan memenuhi syarat minimal UU tersebut adalah DAS yang bagian hulunya termasuk dalam Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). DAS Deli yang melewati Kota Medan, tutupan hutannya hanya 5,21% jauh dari syarat minimal 30%.6

5

Ibid. Diakses pada tanggal 18 Jan 2015 pukul 09.55

(5)

Diagram Batang 1.1:

Proporsi Luas Tanah Berdasarkan Penutupan Lahan di SWP DAS Wampu SUMUT tahun 2010

(6)

A.1DAS Deli dan Permasalahannya

Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang ada di kota Medan. Daerah Aliran Sungai Deli masuk dalam Satuan Wilayah Pengelolaan (SWP) Daerah Aliran Sungai (DAS) Wampu Sei Ular. Mulanya, pada masa Kerajaan Deli, sungai merupakan urat nadi perdagangan ke daerah lain. Saat ini luas hutan di hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655 hektar, atau tinggal 7,59 persen dari 48.162 hektar, panjang 71,91 kilometer (km), dan lebar 5,58 km. DAS Deli seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas 140 hektar, atau 30 persen dari luas DAS.

Selain itu, kini limbah mencemari sungai. Pencemaran Sungai Deli, 70 persen diantaranya di akibatkan limbah padat dan limbah cair. Limbah domestic padat atau sampah yang dihasilkan di kota Medan1.235 ton per hari.

Luas DAS Deli mencapai 48.162 Ha, dengan fungsi yang sangat vital bagi kehidupan masyarakat kota Medan. DAS Deli merupakan penyumbang sumber air terbesar bagi penduduk kota Medan yang mencapai 320.000 satuan sambungan. Jika kekurangan air atau harus memerlukan biaya yang besar untuk bisa mendapatkan air bersih. Seperti halnya DAS-DAS lain di Indonesia, DAS Deli juga menghadapi permasalahan yang hampir serupa yaitu kurangnya tutupan lahan yang berupa htutan, degradasi lahan-lahan pertanian, sering terjadi bencana banjir pada musim penghujan, maupun juga pencemaran sungai.

(7)

mangrove) hanya 15 persen, lahan kritis dan pemukiman mencapai 34,3 persen, kawasan budidaya sebesar 45,5 persen, dan badan air hanya tersisa sebesar 0,29 persen. Besarnya tutupan lahan yang hanya 15 persen belum cukup memadai untuk sebuah kondisi DAS yang ideal, terlebih lagi jika hutan negara yang berada dalam kawasan DAS Deli ini hanya 7,59 persen.8

Salah satu permasalahan yang juga menjadi faktor mengapa masyarakat tidak mempunyai perhatian terhadap Sungai Deli dan segala permasalahannya adalah karena banyak yang belum tahu definisi DAS dengan baik. Selama ini berdasarkan pengalaman penulis berdiskusi dengan masyarakat, masih banyak yang mempunyai pemahaman bahwa yang dimaksud dengan kawasan DAS adalah areal yang berada kuran lebih 50 sampai 100 m di kanan dan kiri sungai. Areal yang berada di dalam jarak 50 sampai 100 meter adalah merupakan kawasan sempadan sungai, sedangkan DAS mempunyai cakupan yang lebih luas sebagaimana definisi yang telah dikemukakan di muka.

(8)

Merujuk pada definisi DAS yang telah disebutkan di muka maka yang terlibat dalam menjaga kelestarian sungai Deli tidak hanya masyarakat yang berada dalam sempadan Sungai Deli saja tetapi seluruh masyarakat yang tinggal di dalam kawasan DAS Deli yang meliputi 3 wilayah pemerintahan yaitu Kabupaten Karo, Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan.

Pelaksanaan otonomi daerah memberi kewenangan lebih luas bagi pemerintah daerah dalam pengaturan dan penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pembangunan dalam wilayah administratifnya masing-masing. Batas wilayah administratif sering tidak sama dengan batas DAS (Daerah Aliran Sungai) yang secara ekologis menjadi unit pengelolaan SDA. Konsekuensi dari hal tersebut adalah timbulnya konflik dalam pengelolaan SDA yang melintasi beberapa wilayah administratif, misalnya aliran air (sungai) lintas kabupaten /kota, lintas propinsi, atau lintas negara. Konflik pengelolaan SDA lintas regional sebenarnya tidak perlu terjadi, ketika berbagai pihak mampu memahami bahwa batas aliran SDA mengikuti batas ekologis (DAS) yang terbentuk secara alami sebelum batas administratif ditetapkan oleh penduduk.

(9)

sebagai unit analisis, tetapi cenderung bersifat parsial, sektoral atau terkait dengan kewenangan wilayah administratif tertentu. Setiap Kabupaten atau Pemerintahan Kota mempunyai program dan kebijakan sendiri-sendiri terkait dengan pengelolaan sumberdaya daya yang terdapat di dalam satu kawasan DAS yang sama tanpa melakukan koordinasi.

Kelembagaan yang memiliki mekanisme koordinasi yang jelas dan dapat dipertanggung-gugatkan kepada publik merupakan kebutuhan yang secara serius perlu dipertimbangkan oleh seluruh pemangku kepentingan (stakeholders).Sebagai sebuah konsep, pentingnya koordinasi telah disadari oleh berbagai pihak, namun sebagai sebuah proses riil, koordinasi cenderung menjadi keranjang sampah bagi kegagalan berbagai pihak dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

Lemahnya ukuran kinerja keberhasilan pengelolaan DAS yang semestinya dipertanggung-gugatkan dihadapan publik memastikan bahwa telah terjadi disorientasi tujuan pengelolaan DAS sebagai sumberdaya publik. Untuk mencapai tujuan pengelolaan DAS terpadu sebagaimana yang diharapkan, berbagai proses partisipatif yang bertujuan untuk membangun kapasitas bersama merupakan syarat keharusan.

B. Perumusan Masalah

(10)

menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicari jalan pemecahannya, atau dengan kata lain perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.9

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, dan latar belakang masalah, peneliti mencoba merumuskan permasalahan, yaitu: “Bagaimanakah peran WALHI-SU dalam pengawasan pembangunan Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli Kota Medan di Sumatera Utara?”

Dalam melakukan penelitian, perlu membuat pembatasan masalah terhadap apa yang diteliti dengan tujuan untuk memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian dan hasil penelitian tidak menyimpang dari tujuan awal penelitian yang ingin dicapai. Pada penelitian ini, peneliti hanya berfokus pada daerah aliran sungai Deli Kota Medan yang ditangani oleh Wahana Lingkungan Hidup daerah Sumatera Utara (WALHI-SU).

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peran WALHI-SU dalam pengawasan pembangunan daerah aliran sungai Deli Kota Medan.

9

(11)

2. Untuk menganalisis kinerja Lembaga Swadaya Masyarakat yaitu WALHI-SU dalam upaya memperjuangkan lestarinya daerah aliran sungai Deli Kota Medan di wilayah Sumatera Utara.

E. Manfaat Penelitian

Penelitan ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik bagi peneliti maupun bagi orang lain. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan baru bagi peneliti dalam mengembangkan kemampuan berfikir untuk menulis karya ilmiah.

2. Secara teoritis maupun metodologis studi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan dan pendalaman studi terhadap pembangunan daerah aliran sungai di provinsi Sumatera Utara khususnya.

3. Secara akademis, dapat menjadi bahan acuan ataupun referensi bagi para mahasiswa ilmu politik di Indonesia.

(12)

F. Kerangka Teori

Teori merupakan seperangkat proporsi yang menggambarkan suatu gejala terjadi seperti itu.Proporsi yang dikandung dan yang membentuk teori terdiri atas beberapa konsep dalam bentuk hubungan sebab-akibat.Namun, karena di dalam teori juga mengandung konsep teoritis, berfungsi menggambarkan realitas dunia sebagaimana yang dapat diobservasi.10Di dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah, kerangka teori merupakan bagian yang sangat penting. Hal ini dikarenakan di dalam kerangka teori akan dimuat teori-teori yang relevan dalam menjelaskan permasalahn yang sedang diteliti. Penggunaan teori penting kiranya dalam menelaah suatu masalah atau fenomena, sehingga masalah atau fenomena tersebut dapat diterangkan secara eksplisit dan sistematis. Oleh sebab itu perlu disusun yang namanya kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan diri dari sudut mana masalah penelitian itu akan ditelah.11

10

M. Arif Nasution, dkk. 2008. Metode Penelitian Sosia., Medan: Fisip Usu Press. Hal 76-77. 11

Hadari Nawawi. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press. Hal 40.

Di dalam penelitian ini penulis akan memaparkan teori-teori yang merupakan landasan berpikir masalah-masalah penelitian yang sedang disoroti.

F.1 Pergerakan Sosial (Social Movement)

(13)

Kelompok kepentingan juga memiliki pengertian yang berbeda dari partai politik. Seperti yang diungkapkan oleh Ramlan Surbakti bahwa kelompok kepentingan (Interest Group) ialah sejumlah orang memiliki kesamaan sifat, sikap, kepercayaan dan/atau tujuan, yang sepakat mengorganisasikan diri untuk melindungi dan mencapai tujuan. Memusatkan perhatian pada bagaimana mengartikulasikan kepentingan tertentu kepada pemerintah sehingga pemerintah menyusun kebijakan yang menampung kepentingan kelompok.12. Mereka juga tidak memperjuangkan kursi dalam parlemen karena menganggap badan itu telah berkembang menjadi terlalu umum sehingga tidak sempat mengatur masalah-masalah yang lebih spesifik dan cenderung memfokuskan diri pada satu masalah-masalah tertentu saja.13

Gerakan sosial politik merupakan wujud partisipasi masyrakat dalam politik yang memiliki pengertian yang berbeda dengan partai politik maupun kelompok kepentingan. Gerakan sosial ini muncul dikarenakan adanya ketidaksamaan antara harapan dengan kenyataan atau yang biasa dikenal dengan nama deprivasi relatif. Adapaun gerakan sosial politik ini juga memilik kesamaan dengan kelompok bentukan masyarakat seperti dua contoh diatas yaitu partai politik dan kelompok kepentingan.Mereka mempunyai sebuah tujuan yang

Contoh-contoh kelompok kepentingan adalah organisasi buruh, petani, guru, dan lain-lain, kelompok tersebut selalu melakukan tawar menawar kepada pemerintah agar membuat sebuah kebijakan yang memberikan keterpihkan terhadap kepentingan yang mereka perjuangkan.

12

Surbakti,Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: PT Grasindo. Hal 140. 13

(14)

diperjuangkan, selain itu ketiganya juga memiliki ideologi yang dijadikan dasar pemikiran dan perjuangan. Akan tetapi gerakan sosial tidak memilik tujuan yang sama dengan kelompok kepentingan maupun partai politik, partai politik lebih menekankan pada perebutan kekusaan dan mempertahankannya. Sedangkan kelompok kepentingan lebih menekankan pada regulasi kebijakan yang berusaha memihak kepentingan yang mereka perjuangkan.

(15)

Hal berbeda nampak sekali pada gerakan sosial baru (New Social Movement).seperti yang diucapkan oleh Miriam Budiarjo dalam bukunya Dasar-Dasar Ilmu Politik “Dasar-Dasar dari kelompok ini adalah “protes”. Mereka sangat kritis terhadap cara-cara berpolitik dari para politisi dan pejabat, dan merasa “terasingkan” (alienasi) dari masyarakat. Mereka menginginkan desentralisasi dari kekuasaan negara, desentralisasi pemerintah, partisipasi dalam peningkatan swadaya masyarakat (self help), terutama masyarakat lokal. Tujuannya antara lain meningkatkan kualitas hidup (quality of life). Salah satunya caranya ialah dengan mendirikan berbagai kelompok yang peduli pada masalah-masalah baru seperti lingkungan, gerakan perempuan, hak asasi manusia, dan gerakan antinuklir”.14

(16)

Gerakan sosial baru nantinya akan membentuk sebuah identitas politik tersendiri dari anggotanya, contohnya adalah gerakan LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and TransGender) yang menginkan adanya perhatian pemerintah terutama pengakuan identitas terhadap kelompok-kelompok tersebut. Contoh yang lainnya adalah kelompok aktivis lingkungan hidup atau lebih dikenal dengan nama Green Movement dan masih banyak lainnya yang fokusnya berusaha menekan pemerintah untuk lebih perhatian dengan diluar kepentingan materiil.

F.2 Kelompok Penekan

Partai-partai politik berjuang sekuat tenaga untuk memperoleh kekuasaan dan melaksanakan kekuasaan tersebut dengan memilih walikota, senator-senator, dan wakil-wakil rakyat, dan dengan memilih menteri ataupun kepala negara. Kelompok penekan sebaliknya, tidak langsung mengambil bagian dalam memperoleh kekuasaan secara langsung atau dalam melancarkan kekuasaan itu sendiri : mereka bertindak untuk mempengaruhi kekuasaan sementara tidak terlibat didalamnya. Mereka melncarkan “tekanan-tekanan” atas kekuasaan yang sedang berjalan (dari situlah muncul asal mula istilah Pressure Group diperkenalkan di Prancis tahun 1962).15

15

Murice Duverger. Party Politics and Pressure Groups A Comparative, dialihbahasakan oleh Laila Hasyim, disunting oleh Affan Gafar. 1984. Partai Politik dan Kelompok Penekan. Bina Aksara. Hal 119.

(17)

pemerintahan dan badan-badan legislative, tetapi hubungan antara individu dengan kelompok penekan yang mereka wakili tetap rahasia atau sangat hati-hati.16

Terdapat dua jenis kelompok resmi.Pertama, badan-badan resmi pemerintah yang bertindak sebagai kelompok penekan untuk membela kepentingan-kepentingan badan yang diwakilinya.Kedua, terdiri atas pejabat-pejabat pemerintahan yang membentuk suatu persaudaraan di antara mereka yang berlangsung secara rahasia yang merencanakan untuk membentuk monopoli

pos-Penentuan kelompok penekan berdasarkan berikut : F.2.1. Kelompok Eksklusif dan Kelompok Parsial

Suatu kelompok penekan bersifat eksklusif apabila ia hanya menyangkut soal mengambil tindakan dalam bidang politik saja, dengan memberikan tekanan atas kekuasaan politik. Yaitu organisasi-organisasi yang mengadakan campur tangan dengan pekerjaan-pekerjaan para senator-senator, anggota kabinet, dan pejabat-pejabat tinggi pemerintahan lainnya.Sedangkan kelompok parsial adalah apabila kegiatan politik hanyalah merupakan salah satu bagian saja dari aktivitasnya. Apabila kelompok ini mempunyai alasan-alasan lain untuk eksistensinya dan mempunyai rencana tindakan lain maka dapat melakukan suatu gerakan besar seperti turun ke jalan-jalan.

(18)

pos jabatan tertinggi dalam administrasi negara sehingga keberadaannya dapat menimbulkan pengaruh yang besar.

Sedangkan kelompok swasta cenderung didirikan sebagai perpanjangan tangan pihak asing agar dapat ikut terlibat dalam perputaran ekonomi, politik, ataupun aspek lainnya di negara yang ditunjuk.Tekanan-tekanan yang datang dari kelompok asing juga menciptakan ketergantungan pemerintahan asing pada kelompok swasta. Pemerintahan asing tersebut yang kemudian menyediakan dana operasional, program kerja, training dan sebagainya.

F.2.3. Kelompok Penekan Palsu

Istilah kelompok penekan palsu diberikan pada organisasi-organisasi yang melancarkan tekanan-tekanan politik tetapi pada hakekatnya tidak membentuk sebuah kelompok penekan.Kelompok ini mencakup sejumlah individu yang secara bersama-sama membentuk suatu masyarakat kecil.Individu-individu ini merupakan para ahli dan teknisi yang tidak selalu bekerja untuk organisasi mereka sendiri, tetapi juga untuk orang atau suatu badan tertentu. Organisasi-organisasi tersebut adalah :

a) Kelompok Penekan Teknis

Kelompok ini mengadakan kegiatan yang tujuannya memang sengaja hanya untuk kepentingan mereka sendiri, bukan untuk orang banyak secara umum.

a. Komite Pengumpul Dana Kampanye

(19)

kekusaan pemerintah dan juga politik. Organisasi bisnis tertentu secara langsung memberikan dana pada para calon atau partai yang diusungnya. Organisasi-organisasi bisnis ini biasanya beranggotakan perusahaan-perusaan besar. Keuntungan yang didapat oleh organisasi bisnis atau perusahan-perusahaan tersebut adalah jika calon atau partai yang mereka usung memenangkan pemilu antara lain adalah kenudahan dalam izin dan undang-undang urusan ketenagakerjaan dan juga masalah-masalah ekstrem lainnya.

b. Biro-Biro Propaganda Swasta

Cara kerja biro-biro ini adalah membagikan poster-poster, brosur-brosur dan risalah-risalah politik pada partai-partai dan kandidat-kandidat yang mengontraknya.

b) Surat Kabar dan Media Massa

(20)

kelompok penekan dengan sendirinya.Media massa seperti ini mempunyai sirkulasi yang terbatas. Mereka menjalankan eksistensinya dibawah sistem patron dan aturan-aturan yang diberikan oleh sejumlah kecil orang-orang kaya yang memiliki kepentingan yang sama, yaitu mengabarkan kepada seluruh masyarakat bahwa telah terjadi kecurangan-kecurangan politik di sekitar mereka.

Jenis-jenis kelompok penekan lainnya adalah Organisasi-organisasi professional, Organisasi Pertanian (Farm Organization), Organisasi para pekerja, Organisasi Lingkungan dan Sumber Daya, Kelompok-kelompok Intelektual, Gerakan Pemuda, Gerakan Wanita dan Organisasi Keluarga, Kelompok Ideologi Agama, dan lain-lain.

F.3 Politik Pembangunan

(21)

kesehatan, dan sebagainya. Dimana inti dari teori pembangunan adalah persoalan perubahan sosial.17

17

(22)

Menurut Warjio (2013), peran pemerintah menjadi subjek utama pembangunan yakni memperlakukan rakyat sebagai objek, resipient atau penerima. Pemahaman yang demikian tentang pembangunan memberikan satu kesimpulan bahwa pembangunan sangat terkait erat dengan proses dan kepentingan politik lembaga-lembaga internasional ataupun kepentingan negara. Pembangunan juga merupakan hasil dari proses ataupun kepentingan elit politik pemerintah ataupun kelompok kepentingan dalam satu negara. 18

Menurut Warjio (2013), Strategi pembangunan pada dasarnya adalah cara atau jalan yang terbaik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan semula berdasarkan platform yang di buat. Karena itu strategi pembangunan yang baik akan dapat menghasilkan pencapaian tujuan yang diinginkan secara efesien dan efektif. Strategi pembangunan mestilah disesuaikan dengan kondisi, potensi yang Menurut Todaro, pembangunan adalah sebuah proses multi dimensional yang mencakup berbagai perubahan atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi, pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan, serta pengetasan kemiskinan. Pembangunan juga diartikan sebagai suatu proses perubahan sosial dengan partisipasi yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk mencapai kemajuan sosial dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas yang dihargai) untuk mayoritas rakyat melalui kontrol yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.

18

(23)

dimiliki dan permasalahan pokok yang dihadapi serta sumber daya yang tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan.19

Politik pembangunan sebagai satu konsep diperlukan untuk menjelaskan bagaimana cara-cara (politik) atau strategi-strategi/aliran tertentu yang digunakan dalam konteks pembangunan mencapai sasarannya.Cara atau strategi tertentu ini dapat dilakukan oleh negara, institusi/organisasi ataupun partai politik. Oleh demikian, sesungguhnya pembangunan pada nya adalah hasil dari proses politik baik yang dilakukan oleh pemerintah dengan perang-perangkat lain seperti lembaga, partai politik atau bahkan kelompok masyarakat. Politik pembangunan juga diartikan sebagai cara, arah, untuk mencapai tujuan pembangunan, yang dipilih oleh pemerintah dalam melakukan perubahan sosial ke arah yang lebih baik berasaskan nilai-nilai yang dianut suatu negara tertentu dan pada waktu tertentu.

Pada hakikatnya pembangunan harus mencerminkan perubahan sosial total suatu masyarakat atau penyesuaian sistem sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dan keinginan individu atau kelompok-kelompok sosial yang ada didalamnya untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik secara material maupun spritual.

20

Politik pembangunan adalah satu terminologi yang merupakan gabungan antara konsep politik dan pembangunan.Konsep politik selama ini banyak diartikan sebagai perebutan kekuasaan.Menurut para pakar, inti pati politik adalah

(24)

distribusi kekuasaan.Morgenthau mengistilahkan asas politik dengan thestruggle for power, perjuangan untuk mendapatkan kekuasaan. Namun demikian, dari pengertian diatas, politik sesungguhnya merupakan cara atau strategi untuk meraih kekuasaan dan dengan itu ia dapat menginplementasikan ide, gagasan atau ideologi perjuangan baik secara secara individu, kelompok atau negara.

Sama dengan konsep politik, pembangunan juga merupakan satu konsep yang masih diperdebatkan dan menuai banyak kritik. Misalnya, sekelompok pemikir yang tergabung Dag Hammarsjkjold Foundation (Swedia) mengajukan apa yang disebut “Pembangunan yang lain” (Another Delopment). Mereka percaya pembagunan harus berorientasi kebutuhan, sanggup mempertemukan keperluan materi dan non materi manusia, berasal dari hati masyarakat, percaya kepada diri sendiri, yang secara tidak langsung menyatakan bahwa setiap masyarakat intinya mengandalkan kekuatan dan sumberdayanya sendiri, mempunyai pertimbangan ekologis, pemanfaatan secara rasional sumberdaya biophere, dan didasarkan pada transformasi struktural serta keseluruhan yang terpadu. Dalam satu hal, kelompok ini menolak gagasan jalan pembangunan yang universal dan menganjurkan bahwa setiap masyarakat memiliki strateginya sendiri.21

Visi pembangunan adalah kondisi objektif pembagunan yang dicita-citakan dimasa depan dapat diwujudkan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam periode tertentu. Bryson (1955) menjelaskan bahwa visi pembangunan

21

(25)

didefinisikan sebagai kondisi yang ingin dicapai dimasa depan setelah menyampaikan strategi dan kegiatan pembangunan. Visi pembangunan yang baik adalah mengakomodasi masalah pokok yang sangat mendasar bagi masyarakat yang dirumuskan secara konkrit dan jelas serta dapat diwujudkan dalam kenyataan (operasinalnya) dan bukan hal yang muluk-muluk atau sulit untuk mewujudkannya. Dari pemahaman seperti itu dapat disimpulkan bahwa visi pembangunan memberikan paduan mengenai apa yang hendak dicapai pada masa depan. Masa depan yang ingin dicapai serta yang dicita-citakan. Namun demikian visipembangunan adalah sebuah gambaran awal yang harus berpijak pada kenyataan yang diformulasikan dalam satu perancangan yang jelas akan menyebabkan ketidak tercapaian tujuan pembangunan.

(26)

G. Metodologi Penelitian G.1.Metode Penelitian

Merujuk pada permasalahan yang akan diteliti, penulis menggunakan jenis penilitian deskriftif. Penelitian deskriptif adalah cara dalam melihat dan memecahkan masalah dengan melihat data dan fakta dari fenomena dimasa kekinian. Penelitian deskriptif merupakan sebuah proses pemecahan suatu masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau menerangkan keadaaan sebuah objek maupun subjek penelitian seseorang, lembaga maupun masyarakat pada saat sekarang dengan berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.22

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Pada umumnya, penelitian kualitatif ini tidak mempergunakan angka atau nomor dalam mengolah data yang diperlukan.Data kualitif terdiri dari kutipan-kutipan orang dan deskripsi keadaan, kejadian interaksi, dan kegiatan.Dengan menggunakan jenis data kualitatif, memungkinkan peneliti mendekati data sehingga mampu mengembangkan komponen-komponen keterangan yang analitis, konseptual, dan kategoris dari data itu sendiri.

G.2. Jenis Penelitian

23

22

Hadari Nawawi. 1987. Metodelogi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal: 63.

23

Bruce A. Chodwick. 1991. Social Science Research Method, terj. Sulistia dkk, Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Semarang: IKIP Semarang Press. Hal: 234.

(27)

organisasi, keadaan ataupun prosedur yang dikumpulkan melalui daftar pertanyaan dalam survei, wawancara, atau observasi.

G.3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Wahana Lingkungan Hidup Indonesia daerah Sumatera Utara (WALHI-SU) yang berada di jalan Sembada VII No.31, Medan.

G.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian kualitatif terdapat tiga macam teknik dalam mengumpulkan data, yaitu:24

1. Wawancara secara mendalam dan terbuka, data yang diperoleh merupakan kutipan tentang pengalaman, perasaan, dan pengetahuan dari responden 2. Penelaahan terhadap dokumen tertulis (kepustakaan), pencarian catatan

buku-buku, jurnal, surat kabar, catatan organisasi dan lainnya. G.5. Teknik Analisa Data

(28)

H. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini akan menguraikan gambaran serta profil lokasi penelitian sebagai sumber penelitian studi analisis, yaitu profil WALHI-SU.

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

Pada bab ini akan memuat data dan analisa data yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan terkait permasalahan yang menjadi masalah penelitian.

BAB IV KESIMPULAN

Bab ini akan berisi kesimpulan dan saran-saran yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Pelatihan Menjadi Khotib Shalat Jum’at di Njeblosan

 Peserta didik dalam kelompok mengamati benda-benda yang ada di kelompok masing-masing dan memilih benda yang akan dibeli sesuai dengan uang yang tersedia.  Peserta

perancangan dan pembuatan sistem informasi laboratorium kesehatan, pendaftar untuk pasien, hasil tes, sampai dengan laporan yang akan diberikan kepada pimpinan.. 1.4 Tujuan

Basis data ini diharapkan dapat mempermudah dalam pengembangan aplikasi sistem inventori barang karena sudah di lengkapi dengan Trigger yang memungkinkan

Hal ini menunjukan terdapat pengaruh yang signifikan dari metode latihan koordinasi mata dan tangan terhadap hasil akurasi pukulan jarak jauh cabang olahraga

4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Peneliti terhadap Siswa Kelas X Multimedia SMK Tamansiswa Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014 Mengenai Indikator Penerimaan Diri dalam

Sesuai dengan spesifikasi model pada bab metodologi penelitian, dimana variasi dari faktor yang mempengaruhi pendapatan ayam ras petelur adalah biaya bibit, biaya

This research was conducted using research and development approach. Research and development is a method that can be employed to develop a book, module, learning