• Tidak ada hasil yang ditemukan

Politik Pembangunan Lingkungan Lembaga Swadaya Masyarakat Chapter III IV

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Politik Pembangunan Lingkungan Lembaga Swadaya Masyarakat Chapter III IV"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

Peran Wahana Lingkungan Hidup Sumatera Utara dalam Pengawasan Pembangunan Daerah Aliran Sungai Deli di Kota Medan

Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai peranan penting WALHI-SU

dalam mengawasi pembangunan DAS Deli di Kota Medan. Bab ini terbagi dalam

(2)

A. Permasalahan Daerah Sungai Deli di Kota Medan danDampaknyaTerhadap Lingkungan Sekitar

Daerah Aliran Sungai (DAS) Deli berkelok-kelok melewati Kabupaten Karo,

Deli Serdang dan Kota Medan. DAS Deli yang diapit oleh DAS Percut dan DAS

Belawan sejatinya terdiri dari tujuh gugus sungai yaitu Sungai Petani, Simai-mai,

Deli, Babura, Bekala, Sei Kambing dan Paluh Besar. Jika diperhatikan, air sungai

di hulu Sungai Petani berwarna keruh, sementara di kawasan Namorambe dan

Sibolangit, airnya jauh lebih jernih. Sepertinya air sungai mengalami

”pengoplosan” karena banyaknya sumber air dan sungai kecil yang bermuara ke

Sungai Babura. Ini yang menyebabkan air sungai di Kecamatan Sibolangit dan

Namorambe jernih dan segar sehingga dijadikan sebagai kawasan objek wisata

(3)

Gambar 3.1Peta Sungai Deli Berdasarkan Citra Landsat Sumber :Environmental Services Program www.esp.or.id30

Bila dilihat pada peta penampangan, Daerah aliran Sungai Deli terlihat

memanjang dan langsing, mengalir sepanjang 72 kilometer dari hulu di gunung

hingga ke hilir di laut. Bentuk dari suatu Daerah Aliran Sungai dapat dilihat dari

Ratio of Circulatory (RC), dan nilai RC pada DAS Deli adalah 0,23; ini yang menyebabkan sungai ini terlihat langsing. Bentuk DAS sebenarnya sukar untuk

. Diakses pada tanggal 6 Juni 2016.

(4)

dinyatakan secara kuantitatif, namun secara sederhana nilai RC dapat diartikan

begini.Jika DAS berbentuk lingkaran, maka indeks bentuk akan mendekati angka

satu. RC mempunyai pengaruh pada pola aliran sungai dan ketajaman puncak

discharge banjir. Sehingga nilai RC DAS Deli memungkinkan curah hujan cepat

mencapai sungai utama, karena time ”concentration” untuk sifat hujan di DAS ini cenderung pendek. Bila hujan merata, maka mudah terjadi kenaikan debit aliran

yang mencolok.Hal ini dapat menyebabkan timbulnya genangan, bila lembah

sungai tidak dapat menampung aliran yang ada.

Tidak heran, masalah utama yang dihadapi di Sungai Deli adalah besarnya

fluktuasi aliran, yaitu banjir yang tingi dan kekeringan.Karena itu, penilaian

tentang tingkat kekritisan peresapan daerah resapan terhadap air hujan sangat

penting untuk dilakukan. Luasan lahan kritis di ekosistem DAS Deli hampir

mencapai separuh luasan total, yang secara teoritis akan sangat berpengaruh

terhadap kelestarian kawasan DAS Deli.

Gambaran terganggunya kondisi Daerah Aliran Sungai terlihat pada

ekosistem Sungai Deli yang mempunyai luas 56.848,88 Ha, dengan 32% keadaan

wilayahnya bergelombang, berbukit dan bergunung. Sebanyak 82% penduduk

bermata pencaharian petani atau mengolah lahan pertanian, pada bagian terbesar

dari jumlah desa-desa yang termasuk dalam DAS Deli.

Keadaan lahan yang kritis sangat berpengaruh terhadap fluktuasi debit air.

Menurut data BP DAS Wampu dan Ular, rentang waktu terjadinya banjir di Kota

(5)

besar pertama tahun 1956 dan banjir besar ke dua tahun 1986 adalah 30

tahun.Selanjutnya banjir besar ketiga tahun 1994 (8 tahun) diikuti banjir besar

keempat tahun 1997 (3 tahun). Banjir besar kelima terjadi empat tahun

sesudahnya (29 Desember 2001), yang terulang banjir susulan pada 14 januari

2002 dimana 70% kota Medan dan 40% Kab. Deli Serdang dilanda banjir.

Tim Search and Rescue Indonesia menemukan enam titik rawan longsor di sepanjang aliran Sungai Deli yang melintas di kota Medan, Provinsi Sumatera

Utara. Enam titik itu dikhawatirkan memicu terjadinya bencana saat hujan turun

atau saat debit air meningkat tajam. Enam titik rawan longsor tersebut ditemukan

saat saat tim Search and Rescue Indonesia menyusuri sungai sejauh 45 kilometer. “Kondisi sungai sangat memprihatinkan. Mumpung masih masih musim kemarau,

mestinya pemerintah mengambil langkah antisipasi agar tidak terjadi longsor,”

kata Ketua Panitia Program Kali Bersih SAR Indonesia, Abdul Hamid.31

Menurut UU Republik Indonesia No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan

Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu

masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain

ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya

menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak

dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.32

31

(6)

Definisi yang panjang ini dapat di sederhanakan dengan melihat adanya

tiga unsur dalam masalah pencemaran yaitu sumber perubahan akibat kegiatan

manusia atau proses alam, bentuk perubahannya adalah berubahnya konsentrasi

suatu bahan dalam lingkungan dan merosotnya fungsi lingkungan untuk

menunjang kehidupan.

Merosotnya kualitas lingkungan juga tidak akan menjadi perhatian besar

jika tidak terkait dengan kebutuhan hidup manusia sendiri sehingga bahasan

tentang pencemaran dan konsep penanggulangannya lebih mengarah kepada

upaya mengenai bentuk kegiatan manusia yang menjadi sumber

pencemaran.Pencemaran sering pula diklasifikasikan dalam bermacam-macam

bentuk pola pengelompokannya. Pengelompokanmenurutjenis bahan pencemar

menghasilkan pencemaran biologis, kimiawi, fisik dan budaya. Pengelompokan

menurut medium lingkungannya dapat menghasilkan pencemaranudara,air,

tanah, makanan dan sosial sedangkan pengelompokan menurut sifat sumber bisa

menghasilkan pencemaran primer dan pencemaran sekunder.33

Sengketa Lingkungan hidup berarti adanya perselisihan antara dua pihak

atau lebih yang ditimbulkan oleh adanya pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan hidup. Untuk masalah dampak dan analisis lingkungan hidup,

Undang- undang No. 23 Tahun 1997 ini menjabarkannya sebagai berikut, dampak

lingkungan hidup ialah pengaruh perubahan pada lingkungan hidup yang

33

(7)

diakibatkan oleh suatu badan dan/atau kegiatan34

Pengaturan kelembagaan dalam pengelolaan DAS akan semakin mudah

dilakukan jika ada kesamaan kepentingan di antara stakeholders dan adanya

kejelasan identitas serta besaran (ukuran) kelompok masing-masing stakeholders.

Semakin besar dan semakin terdiferensiasi kelompok stakeholder yang ada di

dalam DAS, maka semakin sulit pengaturan sosialnya.Kelembagaan lokal . Untuk menanggulanginya maka

dilakukan analisis. Analisis yang dimaksud yaitu kajian mengenai dampak besar

dan penting suatu usaha dan/atau keegiatan yang direncanakan pada lingkungan

hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Untuk merealisasikan serangkaian

kegiatan diatas diperlukan campur tangan organisasi lingkungan yang berfungsi

sebagai pembanding. Organisasi lingkungan hidup berarti kelompok orang yang

terbentuk atas keinginan dan kehendak sendiri ditengah masyarakat yang tujuan

dan kegiatannya berada di bagian lingkungan hidup. Terakhir, untuk menjaga

praktek pemberdayaan lingkungan agar tetap berada di koridornya diperlukan

suatu lembaga pemeriksa, yakni suatu sistem audit lingkungan hidup, artinya

suatu proses evaluasi yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha dan/atau

kegiatan untuk menilai tingkat ketaatan terhadap persyaratan umum yang berlaku

dan/atau kebijaksanaan dan standar yang ditetapkan oleh penanggung jawab usaha

dan/atau kegiatan yang bersangkutan.

(8)

membantu berfungsinya pengelolaan DAS melalui perlindungan terhadap hak,

penguatan norma-norma yang berlaku, mengatasi konflik, dan distribusi manfaat.

Pengaruh kelembagaan sangat tergantung pada kekuatan yang dimilikinya

atas berbagai aktor yang terlibat dalam pengelolaan DAS.Dalam aspek ekonomi

dan politik sering komunitas di dalam DAS merupakan kesatuan yang

lemah.Pengaruh kelembagan lokal ini sering sulit menjangkau kawasan ‘di luar’

lokal. Oleh sebab itu perlu penguatan oleh lembaga eksternal yang memiliki

kekuatan pengaruh yang memadai.

Keberhasilan pengelolaan DAS juga akan sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor eksternal yang keberadaannya berada di luar DAS. Kelembagaan

dan aktor eksternal DAS dapat saja melakukan intervensi terhadap pengelolaan

DAS dalam bentuk penguatan lembaga DAS yang ada atau melalui perubahan

konteks ekonomi dan politik dalam pengambilan keputusan pengelolaan DAS.

Kelembagaan dan faktor eksternal ini antara lain adalah LSM, universitas,

media masa, instansi pemerintah (Pusat), sangsi, aturan, maupun berbagai

kebijakan yang diciptakannya.Di antara berbagai aktor tersebut, pemerintah

sebagai kekuatan eksternal, memberikan pengaruh yang paling

dominan.Intervensi pemerintah dapat dikategorikan sebagai intervensi yang paling

lemah sampai intervensi yang paling kuat. Semakin besar intervensi yang

(9)

stakeholders DAS yang ditentukan oleh insentif dan peraturan (regulation)

daripada oleh norma-norma.

Sejarah kehidupan di bumi merupakan rangkaian interaksi antara makluk

hidup dengan lingkungannya.Sedemikian jauh, bentuk fisik dan kebiasaan

tumbuh-tumbuhan dan kehidupan hewannya telah dibentuk oleh

lingkungannya.Dengan mempertimbangkan seluruh rentang waktu bumi, efek

kebalikannya, dimana kehidupan mengubah alam sekitarnya, secara relatif kecil

sekali.Hanya di dalam waktu sekejap yang diwakili oleh abad ini satu spesies –

manusia – telah memperoleh kekuasaan penting untuk mengubah sifat ini. Selama

seperempat abad terakhir kekuasaan ini tidak saja meningkat hingga mencapai

tingkat yang mengkawatirkan,tetapi telah mengubah bentang alam. Yang paling

mengkawatirkan dari kesemena-menaaan manusia terhadap lingkungannya adalah

pencemaran udara, tanah, sungai-sungai dan laut dengan bahan-bahan yang

berbahaya bahkan mematikan.

Apabila fenomena yang digambarkan tersebut dapat dikatakan sebuah

bencana akibat keserakahan manusia, maka Sungai Deli telah mengalami semua

itu.Bahkan kadang-kadang dengan eksensitas yang lebih besar.Ribuan liter

pestisida dan pupuk kimia digelontorkan setiap bulannya dari tanah-tanah

pertanian yang dulunya subur, kebun jeruk, ladang yang berisi sayur-sayuran yang

membentang luas sepanjang Tanah Karo dan Deli Serdang.Seakan itu saja belum

(10)

meluncurkan cairan hitam pekat dan berbau langsung ke Sungai Deli. Ribuan

selokan kecil yang berasal dari rumah tangga, yang di Medan dikenal dengan

istilah parit busuk ikut menyumbang bagi terpuruknya kualitas air Sungai Deli.

Bentuk ketidakpedulian juga tercermin pada kondisi hutan di kawasan

hulu Sungai Deli.Banyak terjadi pengalih fungsian lahan (konsersi), perambahan,

pembalakan liar yang secara drastis menurunkan luasan kawasan tangkapan

air.Sebenarnya issuepembalakan liar dan perambahan adalah fenomena yang ditingkat nasional pun sudah dikenal luas.Namun tidak banyak yang peduli bahwa

kerusakan ini berakibatkan langsung terhadap kelestarian keragaman hayati dan

berbagai fungsi lingkungan.Banyak penyebab utama dari kerusakan hutan dan

kawasan tangkapan air, namun kesemuanya itu pada hakikatnya bermuara pada

isu-isu pemerintahan. Ancaman terhadap hutan, keragaman hayati, dan kawasan

tangkapan air bersifat kompleks dan terkait satu sama lain, dan kesemuanya

diakibatkan oleh kurangnya kejelasan tentang kepemilikan lahan (land tenure), hak, pembalakan liar, konflik dan korupsi. Dampak yang timbul akibat

perubahan-perubahan kondisi hutan di kawasan hulu, telah dirasakan oleh penduduk yang

berada di sekitar kawasan DAS Deli terutama pada kawasan tengah dan hilir

seperti kekeringan serta banjir yang terlalu sering.35

Seiring dengan lajunya sektor perekonomian, Kota Medan sangat giat

menata diri menjadi sebuah kota metropolitan. Seringkali kegiatan pembangunan

35

(11)

dilakukan tanpa studi kelayakan sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun

1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27

tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Berbagai

usaha untuk mencegah kerusakan lingkungan telah ditempuh oleh berbagai

elemen masyarakat maupun para pakar, namun pada banyak kasus tidak

membuahkan hasil, bagaikan pepatah, “Anjing Menggonggong, Kafilah Berlalu”.Isu yang paling baru adalah rencana pelurusan aliran Sungai Deli yang kontroversial.

Terdapat juga beberapa pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan

manusia menyebabkan permasalahan serta dapat merusak sungai

Deli.Pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan antara lain:

1. Mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan

didalam atau melintas sungai hanyadapat dilakukan setelah

memperoleh izin dari pejabatyang berwenang

( Pasal 26 UU No.23 Thn 1997)

2. Adanya pelanggaran terhadap garis sepadan sungai yang

tidakbertanggul dalam kawasan perkotaan berdasarkan pada criteria:

a. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, garis

sepadan ditetapkan 10 meter dihitung dari tepi sungai.

b. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3-20 meter, garis

(12)

c. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 meter, garis

sepadan sungai ditetapkan 30 meter dari tepi sungai pada waktu

ditetapkan.

3. Daerah sepadan Sungai dilarang

a. Membuang sampah, limbah padat atau cair.

b. Mendirikan pembangunan semi permanen,permanen untuk hunian

dan tempat usaha.

c. Menanam tanaman keras dan tanaman yang mengganggu bantaran

atau daerah sepadan.

Sedangkandampak kerugianlingkungan yang diterima Air Sungai, yaitu :

• Tempat tinggal masyarakat disekitar sungai deli saat ini kumuh,

padat dan tanpa sanitasi yang baik sehingga menunjukkan padatnya

pemukinan dengan luas 1,50 KM dikelurahan Sungai Mati dan

Kampung Baru terdapat penduduk mencapai 27.293

jiwa.Dankekumuhan serta situasi perekonomian dan pendidikan

masyarakat yang rendah kemudian letak geografis yang strategis,

dipusat kota dan bersebelahan dengan exbandara Polonia yang akan dijadikan Central Bussines Districk sehingga sungai deli di

areal polonia, Sungai Mati dan Kampung Baru menjadi perumahan

dan Departement Store.

(13)

di sekitar sungai deli sehingga terjadi banjir danrusaknya

perabotan rumah tangga, aktivitas ekonomi masyarakat sungai deli

mengalami kehancuran.

• Akibat pelurusan sungai tersebut 60% masyarakat di sekitar akan

mengalami banjir kiriman maupun ketika hujan terjadi di kota

Medan.

• Dampak yang lain yaitu terganggunya kemampuan orangtua untuk

memberikan pendidikan dan kesehatan yang baik bagi anak-anak.

Sehingga tidak jarang ditemukan anak-anak yang putus sekolah

dan memiliki kesehatan yang rendah.

• Hal ini juga mengakibatkan banjir bagi pemukiman penduduk

dan fasilitas umum.

B. Peranan WALHI-SU dalam Mengawasi Pembangunan Daerah Aliran Sungai Deli di Kota Medan.

Daerah Aliran Sungai Deli yang keadaaanya semakin mengkhawatirkan

diakibatkan oleh pembangunan dan pencemaran membuat banyak pihak menjadi

prihatin. Salah satu organisasi yang secara terang-terangan melakukan upaya

pemulihan DAS Deli di kota Medan adalah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

WALHI-SU.

(14)

kasus yang terkait pelurusan, penembokan, penimbunan, dan penyempitan DAS

Deli yang dilakukan oleh beberapa perusahaan untuk kepentingan ekonomi dan

bisnis.Arah penyelesaian kasus tersebut nampaknya masih saling melempar

tanggung jawab oleh Pemerintah. Menurut WALHI-SU, tak satupun Pemerintah,

baik Pusat, Propinsi, dan Pemko Medan maupun Pemkab terkait serius dalam

mengurusi masalah DAS Deli terkait pengelolaan yang baik dan benar.

Pendekatan pengelolaan DAS Deli masih bersifat keproyekan dan tidak

menyentuh akar masalah sebenarnya.

Penyelesaian kasus rakyat masih didekati dengan pola keamanan dan

mengatasnamakan pembangunan sempit dan pro modal.Pada akhirnya, DAS Deli

dari hulu hingga hilir, salah urus dan salah kelola.Rakyat sekitar menjadi objek

dan tidak memiliki posisi yang kuat.Negara hadir dalam bentuk Pemerintah tidak

tegas dan masih berpihak pada pemilik modal serta tidak konsisten menerapkan

tata ruang dan tata kelola lingkungan yang berpihak pada kesejahteraan rakyat.

Oleh karenanya WALHI-SU hadir menjadi salah satu kelompok penekan

bagi pemerintah dan melakukan upaya-upaya nyata agar Pemerintah segera

menyelesaikan kasus DAS Deli secepatnya.WALHI-SU mengemban misi sebagai

wahana perjuangan penegakan kedaulatan rakyatdan demokrasi untuk pemenuhan

keadilan, pemerataan sosial, pengawasan rakyat atas kebijakan pengelolaan

lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat, serta penyelenggaraan

pemerintahan yang adil dan demokratis.Untuk mewujudkan misi tersebut Walhi

(15)

Pertama,menggalang sinergi kekuatan antar organisasi non-pemerintah

dan organisasi rakyat yang berorientasi pada nilai-nilai : (1) demokrasi, (2)

keadilan antargenerasi, (3) keadilan gender, (4) Penghormatan terhadap makhluk

hidup (5) persamaan hak masyarakat adat, (6) solidaritas, (7) anti kekerasan, (8)

keterbukaan, (9) keswadayaan dan (10) profesionalisme.

Kedua, mendorong proses transformasi sosial dengan cara: (1)

mengembangkan potensi kekuatan dan ketahanan rakyat, (2) mengembalikan

mandat negara untuk menegakkan dan melindungi kedaulatan rakyat, (3)

mendekonstrusikan tatanan ekonomi kapitalistik global yang menindas dan

eksploitatif, (4) membangun alternatif tata ekonomi dunia baru, serta (5)

mendesakkan kebijakan pengelolaan lingkunganhidup dan sumber-sumber

kehidupan rakyat yang adil dan berkelanjutan.

Ketiga, memfasilitasi komunikasi dan informasi

antarorganisasinon-pemerintah dan antar sesama kelompok masyarakat dan individudalam

melakukan advokasi lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia wilayah Sumatera Utara

(Walhi-SU) merupakan salah satu contoh “ PressureGroup” yang berusaha memperjuangkankepentingan-kepentingan alam, mahluk hidup dan lingkungan

tempat tinggalnya. Agar kemudian gugatan dan tuntutan tersebut dapat

mempengaruhi atau bahkan mengubah kebijakan pemerintah.Untuk

(16)

sebagai berikut:

a. Investigasi Kasus-Kasus Dugaan Perusakan Lingkungan Daerah Aliran Sungai Deli Kota Medan

Dalam upaya ini WALHI-SU melakukan penelitian tentang

kasus-kasus dugaan perusakan lingkungan Daerah Aliran Sungai Deli yang

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan pengembang wilayah pemukiman.

Motif-motif apa saja yang menyebabkan terjadinya rusaknya lingkungan

Daerah Aliran Sungai Deli. Investigasi juga berguna menginformasikan

bahwa begitu banyak dampak kerugian dari perusakan yang terjadi pada

Daerah Aliran Sungai Deli tersebut.

Salah satunya adalah investigasi dugaan perusakan lingkungan

sungai Deli yang dilakukan oleh PT. Kastil Kencana pada tahun 2007. PT.

Kastil Kencana adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang

pengembang perumahan (developer). Dugaan tindak perusakan lingkungan yang dilakukan oleh PT. Kastil Kencana yang berlokasi di Kelurahan Sei

Mati, Kecamatan Medan Maimun. Seperti yang diungkapkan oleh Bapak

Job R Purba selaku Direktur Eksekutif WALHI-SU tahun 2007-2010

seperti berikut;

(17)

yang salah.Ga pernah WALHI-SU ini menang.Mungkin menang deking

orang itu. Itu mungkin ya”36

“Pada saat itu kami mulai melakukan investigasi terhadap kasus-kasus dugaan perusakan lingkungan yang dilakukan oleh beberapa perusahaan pengembang. Benar atau tidaknya memang ada rencana pelurusan dan penembokan sungai oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Kan kita tidak bisa main tuduh begitu saja ya”

Hal serupa juga dijelaskan oleh Bapak Hardi Munthe selaku

Direktur Eksekutif WALHI-SU tahun 2004-2007.

37

1. Fakta Lapangan.

Berdasarkan fakta lapangan, analisis ekologis, analasis yuridis, dan

juga rekomendasi dari tim PULBAKET (Pengumpul Bahan Keterangan)

dari WALHI-SU, Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup-ESDM Pemko

Medan, dan bekerjasama dengan BAPELDA Provinsi Sumatera Utara

ditemukan fakta-fakta sebagai berikut:

- Bahwa PT. Kastil Kencana adalah sebuah perusahaan yang bergerak

dalam bidang pengembang perumahan (developer). Dalam perencanaan pembangunan perumahan tersebut, pihak pengembang bermaksud akan

melakukan pemotongan atau pelurusan aliran Sungai Deli untuk perluasan

lahan perumahan, dan akan menutup daerah aliran Sungai Deli yang lama.

36

Wawancara dengan Bapak Job R Purba selaku Direktur Eksekutif WALHI-SU tahun 2007-2010 di Sekretariat WALHI-SU Jalan Sembada VII Medan pada tanggal 16 April 2015 pukul 14.20 WIB

37

(18)

Dari hasil penggalian sungai diperkirakan jumlah material mencapai

sebanyak 400.000M2.

- Maksud dan tujuan pihak pengembang memanfaatkan lahan tersebut

adalah untuk pengembangan wilayah pemukiman, perbaikan drainase serta

peningkatan jalur hijau kota.

- Untuk rencana proyek pelurusan Sungai Deli pihak PT. Kastil Kencana

telah melakukan ganti rugi pembebasan lahan rumah-rumah penduduk di

Kelurahan Sei Mati kecamatan Medan Maimun.

- Bahwa PT. Kastil Kencana telah mendapat izin prinsip dari Departemen

Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Dirjen Pengembangan Pedesaan.

(Surat Direktur Jendral Pengembangan Pedesaan No. MK.0301-DD/311

tanggal 20 Desember 2000).

2. Analisis Ekologis

Berdasarkan pengamatan di lapangan yang dilakukan oleh tim

PULBAKET, bahwa PT. Kastil Kencana berencana akan mengalihkan alur

Sungai Deli di Kelurahan Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun dari

panjang sungai semula 934 meter dengan lebar rata-rata 15 meter, berubah

menjadi sudetan saluran terbuka penampang ganda sepanjang 635 meter

dengan lebar sungai 37 meter yang diperkirakan mampu mengalirkan debit

banjir 25 tahunan. Rencana sempadan sungai yang baru

(19)

yang melalui daerah perkotaan dengan kedalaman lebih dari 3 meter,

sempadan sungai seharusnya 15 meter.

Adanya perubahan panjang dan sempadan Sungai Deli akan

menyebabkan penurunan luasan daerah resapan air seluas = (934 m x1 15

m) – (635 m x 10 m) = 14.010 m2 – 6.350 m2 = 7.660 m2.38

• Peningkatan debit aliran air harian (run off).

Secara

Ekologis penurunan luasan daerah resapan air akan menimbulkan dampak

sebagai berikut:

• Menurunkan resapan air (infiltrasi) sehingga akan menurunkan simpanan

air tanah saat musim hujan yang dapat menyebabkan kekeringan di musim

kemarau menjadi meningkat.

• Meningkatkan suhu udara disekitarnya.

Perubahan alur sungai menjadi lurus dan peningkatan volume air

sungai di lokasi PT. Kastil Kencana akan meningkatkan kecepatan arus

dan debit air sungai, sementara daya tampung volume air sungai di daerah

hilirnya tetap. Sehingga di saat musim hujan dapat menambah peningkatan

penyebab terjadinya banjir di daerah hilir, dan erosi tebing sungai di

daerah aliran sungai yang dilalui hingga ke muara. Debit sungai yang

berlebih tersebut juga akan membawa sedimen yang besar pula sehingga

dapat menyebabkan pendangkalan di muara sungai. Pendangkalan muara

(20)

sungai juga dapat meningkatkan bahaya banjir karena air Sungai Deli tidak

dapat mengalir dengan cepat ke laut.

3. Analisis Yuridis

Bertitik tolak dari permasalahan, maka dengan asumsi fakta-fakta

yang diolah dari data adalah benar dan dihubungkan dengan

perundang-undangan yang ada, maka dapat dianalisis sebagai berikut:

Tindak Pidana Lingkungan:

1. Menurut Pasal 41 ayat (1) UU No. 23 Tahun 1997 Tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup menyebutkan: “Barangsiapa secara

melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang

mengakibatkan pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup,

diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

denda paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).”

Berdasarkan ketentuan Pasal 41 ayat (1) tersebut di atas,

maka diduga suatu perbuatan pidana lingkungan terjadi apabila

ditemukan unsur:

a. Adanya perbuatan melawan hukum dengan sengaja.

Untuk mengetahui apakah ada suatu perbuatan melawan

hukum sudah ditentukan di dalam Undang-Undang Tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pada Pasal 6 ayat (1)

(21)

kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan

menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan.

b. Perbuatan mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup.

Pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup adalah

berkurangnya mutu atau kualitas lingkungan hidup. Di

dalam menganalisis pengertian kerusakan lingkungan hidup

dapat disebabkan dari tindakan sebagai berikut:

• Pencemaran: Memasukkan benda-benda yang dapat

menimbulkan kerusakan.

• Pengurasan: Mengambil, menghilangkan

unsur-unsur lingkungan sehingga membahayakan

lingkungan.

• Gangguan: Suatu perbuatan yang mengakibatkan

berkurangnya mutu lingkungan.

Perbuatan mengubah dan menutup aliaran sungai

adalah perbuatan yang bersifat gangguan terhadap

lingkungan sungai. Dengan adanya perbuatan tersebut

maka jelas mengurangi daya tampung sungai untuk debit

air hujan, sehingga sangat berpotensi menimbulkan banjir.

2. Menurut Pasal 1 UU No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolan

(22)

Butir (1) “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan

perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan

kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.”

Butir (13) “Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang

menimbulkan perubahan langsung terhadap sifat fisik dan/atau

hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi

dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.”

3. Pasal 25 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun

1991 tentang sungai. Menyebutkan dilarang mengubah aliran

sungai kecuali dengan izin pejabat yang berwenang.

4. Pasal 26 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun

1991 tentang sungai. Menyebutkan bahwa mendirikan, mengubah,

atau membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas

sungai hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin dari pejabat

yang berwenang.

5. Pasal 33 huruf c Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35

Tahun 1991 tentang sungai. Menyebutkan bahwa “Barangsiapa

mengubah aliran sungai, mendirikan, mengubah atau membongkar

bangunan-bangunan di dalam atau melintas sungai, mengambil dan

(23)

komersial tanpa izin sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 25,

Pasal 26, dan Pasal 28.

Berdasarkan ketentuan Pasal 33 huruf c tersebut di atas,

maka diduga suatu perbuatan pidana lingkungan terjadi apabila

ditemukan unsur-unsur sebagai berikut:

• Adanya perbuatan mengubah aliran sungai, mendirikan, mengubah

atau membongkar bangunan-bangunan di dalam atau melintas

sungai.

• Mengambil dan menggunakan air sungai untuk keperluan usahanya

yang bersifat komersil tanpa izin.

Dari data yang ada, diperoleh fakta-fakta sebagai berikut:

1. Bahwa PT. Kastil Kencana bermaksud akan melakukan kegiatan

pelurusan Sungai Deli yang berada di Kelurahan Sei Mati

Kecamatan Medan Maimun.

2. Bahwa di sekitar rencana kegiatan PT. Kastil Kencana sering

terjadi banjir ketika hujan turun, bahkan hingga ketinggian 1,5 – 2

meter dan menggenangi rumah-rumah penduduk.

3. Bahwa pihak pengembang dalam hal ini PT. Kastil Kencana

pernah mengajukan permohonan permintaan rekomendasi atau

saran teknis dari Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, namun

(24)

yang ditentukan berdasarkan Pasal 12 ayat (2) Perda Dati I

Sumatera Utara No. 5 Tahun 1995 tentang Garis sempadan sungai,

daerah manfaat sungai, daerah penguasaan sungai, dan bekas

sungai di Provinsi Sumatera Utara.

Analisis fakta dihubugkan dengan perundang-undangan

yang berlaku adalah sebagai berikut:

1. Bahwa kuat dugaan kegiatan yang dilakukan oleh PT. Kastil

Kencana sebagaimana disebutkan pada fakta sebelumnya dapat

menimbulkan dampak kerusakan lingkungan Daerah Aliran Sungai

Deli yang serius, maka sebelum pihak pengembang melakukan

kegiatannya perlu dilakukan pengawasan secara intensif dan

optimal.

2. Bahwa PT. Kastil Kencana belum memnuhi persyaratan

administrasi yang berkaitan dengan ketentuan perizinan.

3. Bahwa penegakan hukum di bidang lingkungan hidup terhadap

pelaku perusakan lingkungan hidup harus mengingat azas

subsidiaritas. Hukum pidana hendaknya didaya-gunakan apabila

sanksi bidang hukum lain seperti sanksi hukum administrasi dan

sanksi perdata serta alternatif penyelesaian sengketa lingkungan

hidup tidak efektif dan atau tingkat kesalahan pelaku relatif berat,

dan atau perbuatan pelaku menimbulkan keresahan di masyarakat.

(25)

• Mengandung prinsip precautionary (precautionary

principle), dimana pencegahan atau tindakan pencegahan lebih didahulukan atau diutamakan dari penindakan.

• Apabila penindakan dilakukan maka harus ditempuh secara

bertahap, yakni mulai dari tindakan yang teringan berupa

sanksi administratif, lalu dapat juga melalui gugatan

perdata. Jika tetap juga tidak diindahkan barulah dapat

dilakukan tindakan penyidikan oleh Penyidik Lingkungan

Hidup (PPNS-LH), sehingga dalam hal ini berlakulah

prinsip bahwa hukum pidana berfungsi ultimum remedium

5. Bahwa penegakan hukum di bidang lingkungan hidup harus berkoordinasi dengan instasi terkait, sehingga perlu diingat dalam

upaya koordinasi penanganan terhadap pencemaran dan perusakan

lingkungan hidup ini telah ada kesepakatan antar lima instasi

pemerintah terkait yaitu, Menteri Dalam Negeri, Menteri

Kehakiman, Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan

Hidup, Jaksa Agung, dan Kepala Kepolisian Republik Indonesia

(Kapolri) yang disepakati prosedur penanganan kasus pencemaran,

perusakan lingkungan hidup antara lain sebagai berikut:

a. Laporan dari penderita atau anggota masyarakat tentang telah

terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup,

(26)

dengan segera meneruskannya kepada Bupati/Walikota dengan

tembusan kepada kepolisian yang membawahi wilayah lokasi

terjadinya pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup;

b. Bupati/Walikota setelah menerima laporan tersebut segera

memberitahukan langkah-langkah dan tindak lanjut kepada

kepolisian tentang telah diterimanya laporan;

c. Setelah menerima laporan di atas, Bupati/Walikota segera

mengumpulkan bahan atau keterangan antara lain tentang:

• Kebenaran laporan tersebut.

• Tingkat pencemaran dan/atau perusakan lingkungan

hidup.

• Sumber pencemaran dan/atau perusakan.

• Perkiraan besarnya kerugian.

• Adanya hubungan kausalitas antara pelurusan sungai

dengan terjadinya perusakan lingkungan, dalam hal ini

banjir tersebut merupakan akibat adanya pelurusan

sungai dan banjir tersebut merusak lingkungan (rumah

dan lahan warga).

Dari data-data dan fakta-fakta yang telah dikemukan oleh

WALHI-SU diatas, maka kesimpulan akhir dari investigasi

kasus dugaan perusakan lingkungan Sungai Deli yang

(27)

1. Bahwa PT. Kastil Kencana sudah ada niat dan rencana untuk

melakukan kegiatan pelurusan aliran Sungai Deli, namun

rencana kegiatan tersebut belum dilaksanakan. Hal ini terbukti

dengan adanya permohonan pihak PT. Kastil Kencana kepada

instasi terkait untuk mendapatkan izin pelurusan Sungai Deli.

2. Secara ekologis, rencana PT. Kastil Kencana untuk

mengalihkan alur Sungai Deli dengan melakukan pelurusan

Daerah Aliran Sungai Deli sepanjang 934 meter di Kelurahan

Sei Mati, Kecamatan Medan Maimun, dengan lebar rata-rata 15

meter berubah menjadi sudetan saluran terbuka penampang ga

da sepanjang 635 meter dangan lebar sungai 37 meter yang

diperkirakan mampu mengalirkan debit banjir 25 tahunan.

Rencana sempadan Sungai Deli sebagai sungai tak bertanggul

yang melalui daerah perkotaan dengan kedalaman lebih dari 3

meter, sempadan sungai seharusnya 15 meter.

Adanya perubahan panjang dan sempadan Sungai Deli akan

menyebabkan penurunan luasan daerah resapan air. Secara

ekologis, penurunan luasan daerah resapan air akan

menimbulkan dampak sebagai berikut:

• Peningkatan debit aliran air larian (run-off).

• Menurunkan resapan air (infiltrasi) sehingga akan

(28)

dapat menyebabkan kekeringan di musim kemarau

meningkat.

• Meningkatkan suhu udara di sekitarnya.

3. Secara yuridis, berdasarkan hukum positif (Ius Constitutum)

dapat disimpulkan sebagai berikut:

• Bahwa rencana kegiatan yang akan dilakukan oleh PT.

Kastil Kencana bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Namun pihak

pengembang belum melakukan operasional kegiatan

pengorekan untuk pelurusan DAS Deli dan masih pada

tahap pembebasan lahan masyarakat untuk rencana

pelurusan DAS Deli.

• Bahwa mengingat kegiatan pelurusan DAS Deli oleh

PT. Kastil Kencana masih dalam tahap perencanaan,

maka perlu pengawasan instasi teknis terkait secara

rutin dan optimal.

4. Bahwa PT. Kastil Kencana belum dapat dikenakan sanksi

hukum lingkungan karena pihak pengembang belum

melakukan suatu perbuatan melawan hukum dan masih dalam

(29)

4. Kampanye

Menanggapi hal diatas, dilakukan kampanye secara luas kepada

masyarakat.Data yang didapat dari hasil investigasi tadi menjadi referensi

pokok yang dilakukan oleh WALHI-SU untuk diberitahukan secara luas

dan menyeluruh. Membuat masyarakat menjadi lebih tahu tentang

permasalahan melalui media dan seyogyanya akan menambah wacana

yang mengundang perhatian dan apresiasi dari masyarakat. Hasil

investigasi merupakan hasil pengusutan yang terencana dan sistematis

dan diteliti secara mendetail yang kemudian menjadi sebuah pengetahuan

baru (New Knowledge) yang disebarkan melalui berbagai media termasuk melalui kampanye. Seperti :

Workshop dan seminar nasional tentang dampak perusakan

lingkungan Daerah Aliran Sungai.

• Aksi dengan menggunakan massa untuk memberi preassure

kepada para pelaku kebijakan.

Aksi yang pernah dilakukan oleh WALHI-SU beserta masyarakat sekitar

SungaiDeli salah satunya gotong royong membersihkan sungai, menanam

pohon dii pinggir Sungai Deli,39

39

Wawancara dengan Bapak Job R Purba selaku Direktur Eksekutif WALHI-SU tahun 2007-2010 di ada jugaworkshop dan seminar yang diadakan oleh WALHI-SU adalah Dukungan Kerjasama Workshop

Advokasi Kasus Sei Deli. Tim Advokasi Kasus ini terdiri dari beberapa

(30)

Workshop dan seminar ini diadakan pada tanggal 13 Maret 2007 bertempat di Hotel Sahid medan. Narasumber pada acara tersebut adalah Kepala

Dinas Pengairan Provinsi Sumatera Utara, Kepala Bapedalda Sumatera

Utara, Walikota Medan dan juga dari WALHI-SU sendiri.

Tujuan diadakannya workshop dan seminar ini adalah sebagai berikut:

1. Memfasilitasi pertemuan para pihak yang berkompeten untuk

membahas, mencari akar persoalan, dan arah penyelesaian kasus

Sungai Deli.

2. Merumuskan langkah awal dalam rangka mendorong para pihak

yang terlibat antara lain legislatif, pemerintah terkait, rakyat dan

Non-Government Organization(NGO) yang berkonsentrasi terhadap penyelesaian kasus Sungai Deli.

3. Teridentifikasinya permasalahan mendasar terkait pengelolaan

DAS Deli.

4. Adanya pemahaman bersama para pihak dalam rangka pelestarian

Sungai Deli yang pro rakyat dan juga lingkungan hidup.

5. Critical Mass

Proses panjang gerakan lingkungan hidup yang dibangun selama ini

(31)

semakin memperlemah gerakan penyelamatan lingkungan hidup dalam

arti luas. Untuk itu, membangun critical mass sebagai wujud dari

perjuangan lingkungan hidup yang sejati yang berfungsi untuk menahan

dan melawan laju ketidakadilan lingkungan yang bermuara pada bencana

alam (pencemaran air) adalah penting dan mendesak untuk dilakukan.

Di dalam kamus bahasa Inggris, critical berarti kritis, dan mass

diartikan sebagai massa (banyak sekali). Critical Mass dapat diartikan

sebagai kelompok warga negara yang mampu untuk mengentaskan negara

dari keterpurukan menuju kebangkitan dan kemajuan bangsa. Dalam hal

ini, WALHI-SU telah menjelma sebagai wadah bagi para aktivis

lingkungan hidup maupun masyarakat yang peduli terhadap lingkungan

untuk saling bergabung menyatukan visi dan misi untuk masa depan

lingkungan yang lebih baik.

Hal ini dibuktikan dengan aksi-aksi WALHI-SU dalam misi

penyelamatan DAS Deli. WALHI-SU melakukan investigasi kasus dugaan

perusakan DAS Deli, bekerjasama dengan media massa, melakukan

workshop dan seminar, hingga menempuh jalur hukum. Hal ini semata-mata dilakukan agar tidak terciptanya pembangunan yang semena-mena

yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang tidak bertanggung jawab

di DAS Deli.

(32)

permasalahan DAS Deli tersebut. Mereka mendesak Pemerintah agar

menjalankan Undang-Undang dengan seadil-adilnya.

6. Legal Standing

Setiap kegiatan di masyarakat yang sekiranya dapat menggangu

kestabilan bahkan merugikan lingkungan dapat ditindak lanjuti melalui

jalur hukum. WALHI dan masyarakat luas dapat menindaklanjuti kasus

perusakan daerah aliran sungai melalui jalur hukum sehingga dapat

diproses sesuai aturan hukum yang berlaku.

Pada tanggal 12 Maret 2007, WALHI-SU bersama dengan

Kontras-SU, GM3B (Gerakan Masyarakat Medan Maimun) dan beberapa lembaga

non pemerintah lainnya mengajukan laporan dugaan tindak pidana

perusakan lingkungan yang dilakukan oleh PT Kusuma Wijaya, PT

Elfinki, dan perusahaan SPBU Pertamina yang berada di jalan Brigjen

Katamso, Medan.

Adapun alasan-alasan mengajukan pengaduan atau pelaporan dugaan

tindak pidana tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bahwa WALHI-SU adalah lembaga swadaya masyarakat yang

bergerak dalam bidang lingkungan dengan salah satu tujuannya

adalah mendorong penegakan hukum yang adil dan berpihak

pada lingkungan hidup dan juga pengelolaan sumber daya alam

(33)

aparat penegak hukum dalam pengelolaan lingkungan hidup

dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan.

2. Bahwa GM3B adalah organisasi masyarakat yang terdiri dari

warga masyarakat sekitar bantaran sungai deli yang mengalami

kerugian yang disebabkan akibat aktifitas yang terjadi di

bantaran Sungai Deli yang dilakukan oleh PT. Wijaya Kusuma,

PT. Elfinky, dan Perusahaan SPBU Pertamina.

3. Bahwa KontraS (Komisi Untuk Orang Hilang dan Tidak

Kekerasan) Sumatera Utara adalah lembaga swadaya

masyarakat yang bergerak dalam bidang Hak Asasi Manusia

(HAM) dan berdomisili di bantaran Sungai Deli merupakan

pendamping dari masyarakat yang tergabung dalam GM3B

telah menduga adanya tindak pelanggaran HAM EKOSOB

(Ekonomi, Sosial, dan Budaya).

4. Bahwa dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun

1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup disebutkan

bahwa “Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke

pengadilan atau melaporkan ke penegak hukum mengenai

berbagai masalah lingkungan hidup yang merugikan

perikehidupan masyarakat.

5. Bahwa dengan adanya aktifitas (proyek) tersebut membuat

(34)

penyempitan sungai, penembokan dan penggusuran.

Penggantian harga tanah sangat murah karena dengan cara

intimidasi. Dan yang terparah adalah sering terjadinya banjir.

Fakta-fakta yang didapat di lapangan adalah sebagai berikut:

1. Bahwa Terlapor I adalah PT. Eka Kusuma Wijaya dengan

pemilik bernama Wijaya Kusuma beralamat di jalan Bandung

nomor 90C Medan. Dugaan perbuatan melanggar hukum yang

dilakukan oleh Terlapor I adalah sebagai berikut:

• Menyebabkan pemukiman masyarakat seperti dalam

bejana (teluk), sebab tanah timbunan yang terletak di

bibir Sungai Deli telah rata dengan jalan Jalan Brigjen

Katamso sebelah barat dan Bandara Polonia sebelah

timur.

• Tidak membangun saluran pembuangan air (riol) yang

memadai dari penimbunan yang mereka lakukan,

sehingga pada saat musim penghujan air yang

seharusnya mengalir ke Sungai Deli mengalir ke

pemukiman masyarakat.

• Melakukan penembokan pada tanah yang telah

dibebaskan, sehingga menimbulkan tidak lancarnya air

(35)

• Penyempitan sungai bebatuan di Gang Al- Fajar dan

Gang Bidan yang menyebabkan arus air tidak lancar

sehingga ketika hujan akan menyebabkan banjir.

• Menyebabkan terhimpitnya seuah masjid karena

penembokan di Gang Pelita II.

• Pembuatan jembatan penghubung (terowongan)

menyebabkan rasa tidak aman bagi warga masyarakat

yang melintas.

2. Bahwa Terlapor II adalah PT. Alfinky Binamitra Sejahtera.

Dugaan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan adalah:

• Membangun komplek perumahan Multatuli Indah

dengan melakukan pelurusan dan perusakan DAS Deli.

3. Bahwa Terlapor III adalah Perusahaan SPBU Pertamina dengan

penanggung jawab Uyun Irwansyah Nasution, berkedudukan di

Kelurahan Sei Mati, Medan Maimun. Dugaan perbuatan

melanggar hukum yang dilakukan adalah sebagai berikut:

• Melakukan penembokan dan penimbunan di bibir

sungai.

• Membangun SPBU di daerah bantaran sungai

(36)

WALHI-SU menganggap perbuatan para Terlapor yang telah

melakukan aktifitas sebagai bagian dari pelurusan Sungai Deli

mengakibatkan kerusakan lingkungan bertentangan dengan:

1. Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997

tentang Lingkungan Hidup, bahwa “Setiap orang berkewajiban

memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta

mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan.”

2. Pasal 25 PP Nomor 35 Tahun 1995 tentang sungai, bahwa

“Dilarang mengubah aliran sungai kecuali dengan izin pejabat

yang berwenang.”

3. KUHP Pasal 87, yaitu “Barangsiapa dengan sengaja

menimbulkan kebakaran, ledakan, atau banjir diancam:

a. Dengan pidana penjara paling lama 12 tahun, jik karena

perbuatan tersebut diatas timbul bahaya umum bagi barang.

b. Dengan pidana penjara paling lama 15 tahun, jika karena

perbuatan tersebut diatas timbul bahaya bagi nyawa orang

lain.

c. Dengan pidana penjara paling lama 20 tahun, jika karena

perbuatan tersebut diatas timbul bahaya bagi nyawa orang

(37)

Namun pada akhirnya seluruh gugatan yang dilakukan oleh

WALHI-SU dan gabungan dari lembaga non pemerintah lainnya harus

(38)

BAB IV KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Pembangunan merupakan satu proses merealisasikan potensi, membina

keyakinan serta membawa kehidupan ke arah yang membebaskan manusia dari

rasa takut untuk meminta dan dieksploitasi serta merupakan pergerakan yang

menjauhkan dari penindasan politik, ekonomi, dan juga sosial. Tidak jarang pula

pembangunan yang pada awalnya diharapkan membawa dampak baik,

kesejahteraan, kemakmuran bagi masyarakat malah membawa dampak yang

buruk. Di saat pemerintah tidak dapat mengambil tindakan dan memberikan batas

yang jelas dalam membatasi pembangunan, maka muncullah lembaga-lembaga

independen di luar pemerintah yang menyoroti kasus-kasus tersebut

Wahana Lingkungan Hidup wilayah Sumatera Utara (WALHI-SU)

merupakan Lenbaga Swadaya Mayarakat (LSM) yang menjadi salah satu pressure group yang mengawasi pembangunan di kawasan DAS di Sumatera Utara. WALHI-SU menjadikan DAS salah satu isu penting saat ini dimana menurut

WALHI-SU realitas pembangunan DAS khusunya di Sumatera Utara masih

menerapkan manajemen berbasis modal atau kapital, dan menurut mereka

pemerintah atau negara belum mampu menerapkan manajemen pengelolaan DAS

yang mampu menjawab secara utuh aspek ekologis, ekonomis, dan juga sosial

(39)

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Sumatera Utara atau WALHI-SU

didirikan pada tanggal 15 Oktober 1980.Peranan WALHI terhadap lingkungan

hidup di Indonesia cukup besar, dan salah satu yang menjadi perhatian khusus dari

WALHI-SU adalah pembangunan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

di Sumatera Utara.DAS Deli yang diapit oleh DAS Percut dan DAS Belawan

sejatinya terdiri dari tujuh gugus sungai yaitu Sungai Petani, Simai-mai, Deli,

Babura, Bekala, Sei Kambing dan Paluh Besar. Jika diperhatikan, air sungai di

hulu Sungai Petani berwarna keruh, sementara di kawasan Namorambe dan

Sibolangit, airnya jauh lebih jernih.

Seiring dengan lajunya sektor perekonomian, Kota Medan sangat giat

menata diri menjadi sebuah kota metropolitan. Seringkali kegiatan pembangunan

dilakukan tanpa studi kelayakan sesuai dengan Undang-Undang No. 23 tahun

1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah No. 27

tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Berbagai

usaha untuk mencegah kerusakan lingkungan telah ditempuh oleh berbagai

elemen masyarakat maupun para pakar, namun pada banyak kasus tidak

(40)

Terdapat juga beberapa pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan

manusia menyebabkan permasalahan serta dapat merusak sungai

Deli.Pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan antara lain:

Mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan didalam atau

melintas sungai hanyadapat dilakukan setelah memperoleh izin dari pejabatyang

berwenang( Pasal 26 UU No.23 Thn 1997)

4. Adanya pelanggaran terhadap garis sepadan sungai yang

tidakbertanggul dalam kawasan perkotaan berdasarkan pada criteria:

d. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, garis

sepadan ditetapkan 10 meter dihitung dari tepi sungai.

e. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3-20 meter, garis

sepadan ditetapkan 15 meter dihitung dari tepi sungai.

f. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 meter, garis

sepadan sungai ditetapkan 30 meter dari tepi sungai pada waktu

ditetapkan.

5. Daerah sepadan Sungai dilarang

7. Membuang sampah, limbah padat atau cair.

8. Mendirikan pembangunan semi permanen,permanen untuk

hunian dan tempat usaha.

9. Menanam tanaman keras dan tanaman yang mengganggu

(41)

Sedangkan dampak kerugian lingkungan yang diterima Air Sungai, yaitu :

Tempat tinggal masyarakat disekitar sungai deli saat ini kumuh, padat dan

tanpa sanitasi yang baik sehingga menunjukkan padatnya pemukinan dengan luas

1,50 KM dikelurahan Sungai Mati dan Kampung Baru terdapat penduduk

mencapai 27.293 jiwa. Dan kekumuhan serta situasi perekonomian dan

pendidikan masyarakat yang rendah kemudian letak geografis yang strategis,

dipusat kota dan bersebelahan dengan ex bandara Polonia yang akan dijadikan Central Bussines Districk sehingga sungai deli di areal polonia, Sungai Mati dan

Kampung Baru menjadi perumahan dan Departement Store.

Akibat pengerukan sungai menyebabkan kerugian bagi masyarakat di

sekitar Sungai Deli sehingga terjadi banjir dan rusaknya perabotan rumah

tangga, aktivitas ekonomi masyarakat sungai deli mengalami kehancuran.Akibat

pelurusan sungai tersebut 60% masyarakat di sekitar akan mengalami banjir

kiriman maupun ketika hujan terjadi di kota Medan.

Dampak yang lain yaitu terganggunya kemampuan orang tua untuk

memberikan pendidikan dan kesehatan yang baik bagi anak-anak. Sehingga

tidak jarang ditemukan anak-anak yang putus sekolah dan memiliki kesehatan

yang rendah.

Hal ini juga mengakibatkan banjir bagi pemukiman penduduk dan

fasilitas umum.Daerah Aliran Sungai Deli yang keadaaanya semakin

(42)

banyak pihak menjadi prihatin. Salah satu organisasi yang secara terang-terangan

melakukan upaya pemulihan DAS Deli di kota Medan adalah Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) WALHI-SU.

Oleh karenanya WALHI-SU hadir menjadi salah satu kelompok penekan

bagi pemerintah dan melakukan upaya-upaya nyata agar Pemerintah segera

menyelesaikan kasus DAS Deli secepatnya.WALHI-SU mengemban misi sebagai

wahana perjuangan penegakan kedaulatan rakyat dan demokrasi untuk

pemenuhan keadilan, pemerataan sosial, pengawasan rakyat atas kebijakan

pengelolaan lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat, serta

penyelenggaraan pemerintahan yang adil dan demokratis. Untuk mewujudkan

misi tersebut Walhi memainkan peran:

Pertama, menggalang sinergi kekuatan antar organisasi non-pemerintah

dan organisasi rakyat yang berorientasi pada nilai-nilai : (1) demokrasi, (2)

keadilan antargenerasi, (3) keadilan gender, (4) Penghormatan terhadap makhluk

hidup (5) persamaan hak masyarakat adat, (6) solidaritas, (7) anti kekerasan, (8)

keterbukaan, (9) keswadayaan dan (10) profesionalisme.

Kedua, mendorong proses transformasi sosial dengan cara: (1)

mengembangkan potensi kekuatan dan ketahanan rakyat, (2) mengembalikan

mandat negara untuk menegakkan dan melindungi kedaulatan rakyat, (3)

mendekonstrusikan tatanan ekonomi kapitalistik global yang menindas dan

(43)

mendesakkan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup dan sumber-sumber

kehidupan rakyat yang adil dan berkelanjutan.

Ketiga, memfasilitasi komunikasi dan informasi antarorganisasi

non-pemerintah dan antar sesama kelompok masyarakat dan individu dalam

melakukan advokasi lingkungan hidup dan sumber-sumber kehidupan rakyat.

B. SARAN

Kesadaran akan pentingnya lingkungan hidup dalam upaya dan peroses

pengambilan keputusan dalam pengembangan harus melalui kemitraan dengan

para pelaku pengelolaan lingkungan hidup, yang dapat disalurkan melalui orang

perseorangan, pemerintah, badan usaha, organisasi lingkungan hidup, seperti

lembaga swadaya masyarakat, kelompok masyarakat adat, organisasi profesi

keilmuan dan lain-lain.

Dalam hal ini penulis memberi masukan kepada pemerintah agar mau

bekerja sama dalam pelestarian lingkungan dan dapat memikirkan kepentingan

masyarakat dari pada oknum–oknum yang hanya memikirkan keuntungan pribadi.

Selain itu penulis juga memberimasukan agar WALHI -SU secara

internal dapat mengelola permasalahan-permasalahan interen sehingga tidak mempengaruhi kinerja lembaga. Antara lain menyangkut masalah

penyelenggaraan manajemen, pola hubungan antar individu di dalam organisasi

dan di luar organisasi, kerjasama tim dan strategi pelaksanaan program.

(44)

organisasi yang paling peduli terhadap lingkungan, penulis mengharapkan agar

WALHI lebih agresif dan jangan pernah mundur sebelum permasalahan

menemukan jalan keluarnya, agar lebih tegas menyikapi kebijakan- kebijakan

pemerintah yang sering kali tidak memperdulikan dampak yang diterima

lingkungan itu sendiri. Dan apabila upaya soft powertidak mendapat responpositif dari pemerintah, maka jangan segan-segan melakukan legal standing ke

pengadilan.

Selain itu agar lebih menggalakkan kegiatan-kegiatan kampanye dan

workshop ke kampus atau ke sekolah-sekolah agar generasi muda dapat

Gambar

Gambar 3.1Peta Sungai Deli Berdasarkan Citra Landsat

Referensi

Dokumen terkait

Jawapan juga menggunakan pelbagai ayat yang gramatis, penggunaan imbuhan dan kosa kata yang ditulis dalam karangan adalah meluas.. Terdapat sedikit kesalahan tanda baca

Temuan dari segi ciri akustik, yaitu berdasarkan analisis praat melalui pengukuran pola aksen dan alir nada yang dituturkan oleh empat orang penutur pembelajar Bahasa Jepang

Seperti yang dilakukan oleh Guru PAI dan Budi Pekerti kelas VII di SMPN 1 Sumbergempol yang menggunakan 5 langkah dalam merencanakan evaluasi pembelajaran yaitu menentukan

HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN JASMANI DENGAN KECERDASAN INTELEGENSIA (IQ) PADA ATLET CATUR DI UKM PERCAMA UPI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Komunikasi yang efektif, memungkinkan terciptanya hubungan kerja yang harmonis antara sesama anggota perusahaan, sehingga kerjasama yang erat didukung dengan rasa

Penulisan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Modal Sosial Tunanetra Sebagai Tukang Pijat Dalam Meningkatkan Status Sosial Ekonomi Kelurga” pada.. 5 keluarga suami istri

Ethiopia. In spite of the number of years the students have been exposed to English language instruction, their level of performance in using the language is

This research was conducted using research and development approach. Research and development is a method that can be employed to develop a book, module, learning