• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akta Pengikatan Jual Beli Sebagai Dasar Pengalihan Kepemilikan Rumah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Akta Pengikatan Jual Beli Sebagai Dasar Pengalihan Kepemilikan Rumah"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

AKIBAT DIBUATNYA AKTA PENGIKATAN JUAL BELI TERHADAP TANAH DAN RUMAH BERSERTIFIKAT

A. Tinjaun Umum Mengenai Akta,Pengikatan Jual Beli, Jual Beli

1. Pengertian Akta

Istilah akta berasal dari bahasa Belanda yaitu Acte.Acte menurut

Veegens-Oppenheim-Polak D1.III 1934 halaman 459 adalah “ eenondertekend geschrift

opgemaakt om tot bewijs te dienen” yang berarti suatu tulisan yang ditandatangani

dan dibuat untuk dipergunakan.41

Dalam mengartikan akta ini ada dua pendapat. Pertama mengartikan akta

sebagai surat dan kedua mengartikan akta sebagai perbuatan hukum.

Pitlo42mengartikan akta yaitu “surat yang ditandatangani, diperbuat untuk dipahami sebagai bukti dan untuk dipergunakan oleh orang guna keperluan siapa surat itu

dibuat”.

Pasal 108 KUH Perdata menyebutkan:

“Seorang istri, biar ia kawin diluar persatuan harta kekayaan atau telah berpisah dalam hal itu sekalipun, namun tak boleh ia menghibahkan barang sesuatu atau memindahtangankannya, atau memperolehnya baik dengan cuma-cuma maupun atas beban, melainkan dengan bantuan dalam akta, atau dengan ijin tertulis dari suaminya”.

(2)

R. Subekti menyatakan43 kata “akta” pada Pasal 108 KUH Perdata tersebut bukanlah berarti surat atau tulisan melainkan “perbuatan hukum” yang berasal dari

bahasa Perancis yaitu “acte” yang artinya adalah perbuatan, Sehubungan dengan

adanya dualisme pengertian mengenai akta ini, maka yang dimaksud disini sebagai

akta adalah surat yang memang sengaja dibuat dan diperuntukkan sebagai alat bukti.

Pasal 1867 KUHperdata menyebutkan pembuktian dengan tulisan, dilakukan

dengan tulisan (akta) autentik maupun dengan tulisan-tulisan (akta) dibawah tangan.

Berdasarkan isi pasal tersebut, maka akta dapat dibedakan menjadi :

a. Akta dibawah Tangan

Akta di bawah tangan adalah akta yang sengaja dibuat oleh para pihak untuk

pembuktian tanpa bantuan dari seorang pejabat pembuat akta dengan kata lain

akta dibawah tangan adalah akta yang dimasukkan oleh para pihak sebagai alat

bukti, tetapi tidak dibuat oleh atau di hadapan pejabat umum pembuat akta44 b. Akta Otentik

Pengertian Akta Otentik bisa dilihat dalam pasal 1868 KUHPerdata, yang

menentukan “Suatu akta adalah suatu akta yang didalam bentuk ditentukan oleh

undang undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai umum yang berkuasa untuk

itu ditempat dimana dibuatnya.

Pasal 1868 KUHPerdata merupakan sumber untuk otentitas akta notaris juga

merupakan dasar legalitas eksitensi akta notaris, dengan syarat syarat sebagai berikut:

a. Akta harus dibuat oleh atau dihadapan seorang pejabat umum

43R. Subekti,Op.Cit, hal 35.

44Viktor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Grosse Akta dalam pembuktian dan

eksekusi,(Jakarta, Rineka Cipta, 1993) hal 36

(3)

b. Akta harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang undang maka salah

satu unsur akta otentik tidak terpenuhi dan jika tidak dipenuhi unsur dari padanya

maka tidak akan pernah ada yang disebut akta otentik.45

c. Akta harus dibuat oleh Pejabat umum yang berwenang untuk membuatnya di

tempat akta itu dibuat .

2. Perikatan

Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak.

Berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain,

dan pihak yang lain berkewajiban memenuhi tuntutan itu,46 perikatan-perikatan itu dalam hukum perdata dikenal ada beberapa macam, yaitu:47

a. Perikatan murni

b. Perikatan bersyarat

c. Perikatan dengan ketetapan waktu

d. Perikatan alternatif

e. Perikatan solider (tanggung menanggung)

f. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi

g. Perikatan dengan ancaman hukuman

Hukum perikatan mempunyai sistim terbuka sedangkan hukum benda

mempunyai sistim yang tertutup. Sistim terbuka adalah orang dapat mengadakan

45Sjaifurachman dan Habib Adjie,Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan

Akta,(Bandung, Mandar Maju, 2011). hal 107

46Hartono Hadisoeprapto. Pokok-Pokok Hukum Perikatan dan Hukum Jaminan, (Liberty.

Yogyakarta. 1984), hal.28

(4)

perikatan yang bersumber pada perjanjian, perjanjian apapun dan bagaimanapun

isinya yang mereka kehendaki, baik yang diatur dalam undang-undang maupun tidak

diatur dalam undangundang.48

Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Selain

dari perjanjian, perikatan dapat juga dilahirkan dari undang-undang (Pasal 1233KUH

Perdata) atau dengan perkataan lain ada perikatan yang lahir dari perjanjian dan

perikatan yang lahir dari undangundang. Pada kenyataannya yang paling banyak

adalah perikatan yang dilahirkan dari perjanjian. Dan tiap perikatan adalah untuk

memberikan sesuatu, untuk berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu (pasal

1234 KUH Perdata).

Pasal 1313 ayat (1) KUHPerdata disebutkan perjanjian adalah suatu perbuatan

dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih.

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang

lain atau dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.

Dari peristiwa tersebut timbul suatu hubungan antara dua orang atau lebih yang

dinamakan perikatan.

Perikatan yang lahir dari perjanjian menimbulkan hubungan hukum yang

memberikan hak dan meletakkan kewajiban kepada para pihak yang membuat

perjanjian berdasarkan atas kemauan dan kehendak sendiri dari para pihak yang

bersangkutan yang mengikatkan diri tersebut, sedangkan perikatan yang lahir dari

(5)

undang-undang terjadi karena adanya suatu peristiwa tertentu sehingga melahirkan

hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban di antar pihak yang

bersangkutan, tetapi bukan berasal atau merupakan kehendak para pihak yang

bersangkutan melainkan telah diatur dan ditentukan oleh undang-undang.

Perikatan yang bersumber dari perjanjian ini pada prinsipnya mempunyai

kekuatan yang sama dengan perikatan yang bersumber dari undang-undang. Dasar

hukum dari kekuatan suatu perjanjian adalah Pasal 1338 ayat (1) Kitab Undang

undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa, “Semua persetujuan yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.” Para

pihak dapat mengatur apapun dalam perjanjian tersebut(catch all), sebatas yang tidak

dilarang oleh undang-undang, yurisprudensi atau kepatutan.

Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak, para pihak bebas membuat

perjanjian dan mengatur sendiri isi perjanjian tersebut sesuai dengan kebutuhandan

kepentingannya, sepanjang memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. memenuhi syarat sebagai suatu kontrak;

2. tidak dilarang oleh undang-undang;

3. sesuai dengan kebiasaan yang berlaku;

4. sepanjang kontrak tersebut dilaksanakan dengan itikad baik49 3. Jual Beli

49Mariam Darus Badrulzaman, Kitab Undang-undang Hukum Perdata Buku III Tentang

(6)

Perbuatan jual beli dalam pengertian sehari-hari diartikan sebagai suatu

perbutan hukum dimana seorang menyerahkan uang untuk mendapatkan barang yang

dikehendaki secara sukarela.50

Sedangkan dalam Pasal 1457 KUHPerdata dinyatakan bahwa yang dimaksud

dengan jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan

dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak lain untuk membayar harga yang

telah dijanjikan.

Sifat konsensual yang terdapat dalam Pasal 1458 KUHPerdata, menentukan

bahwa : “Jual beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelah

orang-orang ini mencapai kata sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya,

meskipun kebendaan itu belum diserahkan, maupun harganya belum dibayar.

Artinya bahwa jual beli sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yangsah

(mengikat atau mempunyai kekuatan hukum) pada detik tercapainya sepakat antara

penjual dengan pembeli mengenai unsur-unsur pokok (essentialia) yaitu barang dan

harga, biarpun jual beli itu mengenai barang yang tidak bergerak.

Jual beli merupakan perjanjian timbal balik, dalam hal mana pihak yangsatu

(penjual) berjanji untuk menyerahkan hak milik atas sesuatu barang, sedang pihak

lain (pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai

imbalan dari hasil perolehan hak milik tersebut51

(7)

Salah satu sifat yang penting dari jual beli menurut system KUHPerdata

adalah bahwa jual beli itu hanya “obligatoir” saja. Yang berarti menurut system

KUHPerdata jual beli itu belum memindahkan hak milik, ia baru memberikan hak

dan meletakkan kewajiban pada kedua belah pihak, yaitu memberikan hak kepada

penjual untuk menentukan harga dan kepada si pembeli hak milik atas barang yang

dijual. Apa yang dikemukakan tersebut mengenai sifat jual beli yang tampak jelas

dari Pasal 1459 KUHPerdata52.

Dalam jual beli senantiasa terdapat dua sisi Hukum Perdata, yaitu hukum

kebendaan dan hukum perikatan. Dari sisi hukum kebendaan, jual beli menimbulkan

hak bagi kedua belah pihak atas tagihan yang berupa penyerahan kebendaan pada

satu pihak, dan pembayaran harga jual pada pihak lainnya. Sedangkan dari sisi

hukum perikatan, jual beli merupakan suatu bentuk perjanjian yang melahirkan

kewajiban dalam bentuk penyerahan kebendaan yang dijual oleh penjual dan

penyerahan uang oleh pembeli kepada penjual53Artinya bahwa jual beli sudah dilahirkan sebagai suatu perjanjian yang sah (mengikat atau mempunyai kekuatan

hukum) pada detik tercapainya sepakat antara penjual dengan pembeli mengenai

unsur-unsur pokok (essentialia) yaitu barang dan harga.

Pengertian jual beli sebagaimana dimaksud dalam pasal 1457 KUH Perdata

dikaitkan dengan jual beli tanah merupakan sesuatu perjanjian dengan mana penjual

mengikat dirinya untuk menyerahkan hak atas tanah yang bersangkutan kepada

52Subekti. R.Aneka Perjanjian, Citra Aditya, Bandung, 1997), hal 80

53Gunawan Widjaja, Kartini Muljadi, Jual Beli, Seri Hukum Perikatan, (Jakarta:PT.Raja,

(8)

pembeli dan pembeli mengikatkan dirinya untuk membayar kepada penjual sesuai

dengan harga yang telah disetujui.54

Dalam Pasal 5 UUPA terdapat pernyataan bahwa Hukum Tanah Nasional

Indonesia adalah Hukum Adat, berarti menggunakan konsepsi, asas-asas,

lembagaHukum Adat yang telah di-saneer yang dihilangkan

cacat-cacatnya/disempurnakan. Jadi, pengertian jual beli tanah menurut Hukum Tanah

Nasional kita adalah pengertian jual beli tanah menurut Hukum Adat.55

Menurut hukum adat, jual beli tanah adalah suatu perbuatan pemindahan hak

atas tanah yang bersifat terang dan tunai. Terang berarti perbuatan pemindahan hak

tersebut harus dilakukan di hadapan kepala adat, yang berperan sebagai pejabat yang

menanggung keteraturan dan sahnya perbuatan pemindahan hak tersebut sehingga

perbuatan tersebut diketahui oleh umum. Tunai maksudnya, bahwa perbuatan

pemindahan hak dan pembayaran harganya dilakukan secara serentak. Oleh karena

itu, maka tunai mungkin berarti harga tanah dibayar secara kontan, atau baru dibayar

sebagian (tunai dianggap tunai). Dalam hal pembeli tidak membayar sisanya, maka

penjual tidak dapat menuntut atas dasar terjadinya jual beli tanah, akan tetapi atas

dasar hukum utang piutang56.

Dari pernyataan tersebut di atas dengan tegas dinyatakan bahwa hukum

agraria yang baru didasarkan atas hukum adat yang disesuaikan dengan asas-asas

54R.Wiryono Prodjodokoro, Hukum Perdata Tentang Persetujuan-Persetujuan Tertentu

(Bandung, Sumur, 2004) hal. 13

55Adrian Sutedi,Peralihan hak atas tanah dan Pendaftarannya,( Jakarta, Sinar Grafika,2014)

hal. 71

(9)

yang ada dalam UUPA, karena dalam UUPA menganut sistem dan asas hukum adat

maka perbuatan jual beli tersebut adalah merupakan jual beli yang terang dan tunai.

B. Akta Pengikatan Jual Beli Sebagai Bentuk Produk Notaris

Pengikatan Jual Beli menurut R. Subekti adalah perjanjian antar pihak penjual

dan pihak pembeli sebelum dilaksanakannya jual beli dikarenakan adanya

unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk jual beli tersebut antara lain adalah sertifikat belum

ada karena masih dalam proses, belum terjadinya pelunasan harga,57 sedangkan menurut Herlien Budiono, pengikatan jual beli adalah perjanjian bantuan yang

berfungsi sebagai perjanjian pendahuluan yang bentuknya bebas.58

Dari ketentuan umum diatas maka dapat dikatakan akta pengikatan jual beli

(PJB) antara para pihak yang dilakukan melalui Aktayang dibuatdihadapannotaris

dengan statusSertipikatHakMilikmerupakanperbuatanhukumawalyang mendahului

perbuatanhukumjualbelitanah bersertifikat.Jadipengikatanjualbeliberbeda dengan

perbuatanhukumjualbelitanah.Notarismemilikiwewenang membuatakta

pengikatanjualbelitanahdenganstatus SertipikatHakMilik(SHM) tapitidak berwenang

membuataktaotentikjualbelitanahbersertipikathakmilik(AJB),karenakewenanganmem

buataktaJualBeliTanah(AJB)bersertipikatHakMilikadapadaPejabatPembuat

AktaTanah (PPAT).59

Pada hakikatnya akta pengikatanjualbelitanah dan rumah

bersertifikat(PJB)berlandaskan kepadaketentuan umum h u k u m

57R. Subekti, Hukum Perjanjian,Op.cithal.75 58Herlien Budiono, artikel

Pengikatan Jual Beli Dan Kuasa MutlakMajalah Renvoi, edisi tahun I, No 10, Bulan Maret 2004, hal 57

(10)

perjanjianyangterdapatdalamBukuIIIKitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH

Perdata) tentang Perikatan.

Akta pengikatan jual beli tanah dan rumah bersertifikat dapat dikatakan

sebagai suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak saling mengikatkan diri

untuk melakukan jual beli, Pasal 1313 KUH Perdatamemberikanrumusantentang

Perjanjianadalah“suatuperjanjianadalah suatuperbuatandenganmanasatuorang

ataulebihmengikatkandirinyaterhadap satuorang

ataulebihlainnya”.Subektimemberikandefinisiperjanjianadalah

“Suatuperistiwadimanaseorangberjanjipadaoranglainataudimanaduaorang

itusalingberjanjiuntukmelaksanakansesuatuhal.60

Pasal1338ayat(1)KUHPerdatamenyatakanbahwa,semuapersetujuanyang

dibuatsecarasahberlaku sebagaiundang-undang bagimerekayang membuatnya.

Pasal1338 ini mengandung asas kebebasanberkontrak,maksudnyaadalahsetiaporang

bebas mengadakansuatuperjanjianberupaapasaja,baikbentuknya,isinya,namanya

danpadasiapaperjanjianituditujukan.Dariasasinidapatdisimpulkan bahwa

masyarakatdiperbolehkanmembuatperjanjianyangberupa danberisiapa saja (tentang

apasaja)dan perjanjianitumengikat merekayang membuatnyaseperti suatu

undang-undang.61

Akta Pengikatan Jual beli sebagai perjanjian pendahuluan yang dibuat karena

belum terpenuhinya syarat-syarat untuk melakukan perjanjian pokok berupa jual beli

disebabkan oleh beberapa faktor diantanya :

a. Belum lunasnya pembayaran atas harga tanah

60Subekti,Hukum PerjanjianOp. Cit, hal 1.

61T. Baswedan. KajianYuridisPembatalan AktaPengikatan JualBeli (Pjb)Tanah Yang

(11)

b. Belum dilakukakannya penghapusan hak tanggungan ke Badan pertanahan

nasional

c. Belum dilakukanya pemecahan sertifikat hak atas tanah

d. Belum dilakukannya balik nama waris

e. Belum lengkapnya persyaratan Administrasi

f. Belum terpenuhinya syarat untuk melakukan pembayaran pajak62

Syarat yang belum terpenuhi dalam melakukan pembayaran pajak yang

dimaksud diatas adalah kedua belah pihak yaitu pihak penjual dan pembeli belum

cukup uang untuk membayar pajak dalam pengalihan hak atas tanah dan rumah

bersertifikat untuk melakukan proses balik nama. Adapun kewajiban pembeli dalam

pengalihan hak atas tanah adalah Pembayaran pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan (BPHTB),BPHTBadalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak

atas tanah dan bangunan.63Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTByang lebih lanjut diatur denganUndang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, sedangkan kewajiban penjual dalam pengalihan

hak atas tanah adalah pembayaran Pajak Penghasilan (PPh).

Akta Pengikatan jual beli sebagai tindakan awal melakukan jual beli berisi

janji-janji baik dari pihak penjual hak atas tanah maupun pihak pembelinya tentang

pemenuhan hak dan kewajiban para pihak terkait pelaksanaan perjanjian pokok yang

akan dilakukan .

62Hasil Wawancara dengan Notaris Musniwati Mustafa (Notaris di Medan) tanggal 26

Nopember 2015

(12)

Selain janji-janji tentang pemenuhan hak dan kewajiban dalam perjanjian

pengikatan jual beli terdapat klasula khusus yang memuat kuasadari penjual kepada

pihak pembeli. Klausula kuasa dalam akta pengikatan jual beli ini diberikan kepada

calon pembeli untuk mewakili penjual dalam hal melakukan penandatanganan akta

jual beli di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). Pelaksanaan kuasa

tersebut digunakan setelah semua syarat-syarat dapat terpenuhi guna melakukan jual

beli dihadapan PPAT .

Mengenai bentukdari akta pengikatan jual beli yang dibuat Notaris harus

mengikuti sebagaimana yang sudah diatur dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun

2014 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004 yaituyang

tercantum dalam Pasal 38 UUJN mengenai bentuk dan sifat akta disebutkan:

(1) Setiap Akta terdiri atas:

a. awal Akta atau kepala Akta;

b. badan Akta; dan

c. akhir atau penutup Akta.

(2) Awal Akta atau kepala Akta memuat:

a. judul Akta;

b. nomor Akta;

c. jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun; dan

d. nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris.

(13)

a. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, pekerjaan,

jabatan, kedudukan,tempat tinggal para penghadap dan/atau orang yang

mereka wakili;

b. keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap;

c. isi Akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang

berkepentingan; dan

d. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan,

kedudukan, dan tempattinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.

(4) Akhir atau penutup Akta memuat:

a. uraian tentang pembacaan Akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16

ayat (1) huruf matau Pasal 16 ayat (7);

b. uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau

penerjemahan Akta jikaada;

c. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan,

dan tempat tinggaldari tiap-tiap saksi Akta; dan

d. rangkaian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam

pembuatan Akta atau uraiantentang adanya perubahan yang dapat

berupa penambahan, pencoretan, atau penggantianserta jumlah

perubahannya.

Bagian lainnya dari akta menurut pembagian yang umum diterima, ialah yang

(14)

keterangan-keterangan dari notaris mengenai dirinya dan orang-orang yang datang

menghadap kepadanya atau atas permintaansiapa dibuat berita acara.64

Di antara “kepala” dan “penutup” akta terdapat “badan dari akta , yang

memuat keterangan-keterangan yang diberikan oleh pihak-pihak dalam akta atau

keterangan-keterangan dari notaris mengenai hal-hal yang disaksikannya atas

permintaan yang bersangkutan.65

Penutup Akta : yang memuat keterangan dari notaris mengenai waktu dan

tempat akta dibuat, selanjutnya keterangan mengenai saksi-saksi, di hadapan siapa

akta dibuat dan akhirnya tentang pembacaan dan penandatanganan dari akta itu.66 Dalam PJN kepala akta hanya memuat keterangan-keterangan atau yang

menyebutkan tempat kedudukan notaris dan nama-nama para pihak yang datang atau

menghadap notaris.67Dalam Pasal 38 ayat (2) UUJN kepala akta memuat judul akta, nomor akta, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun; dan nama lengkap dan tempat

kedudukan notaris.

Tentang penyebutan identitas di dalam PJN diatur pada Pasal 25 :

a. Identitas notaris, meliputi :

- nama kecil dan nama lengkap; dan

- tempat kedudukan notaris

b. Identitas para pihak, meliputi :

64G.H.S. Lumban Tobing,Peraturan Jabatan Notaris,(Jakarta: Erlangga, 1992). hal. 214 65Ibid,

66Habib Adjie, Hukum Notaris Indonesia, Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004

Tentang Jabatan Notaris.(Bandung, Refika Aditama, 2011),hal 122.

(15)

- nama kecil dan nama lengkap;

- pekerjan atau kedudukan di msyarakat;

- tempat tinggal; dan

- menyebut status penghadap sebagai kuasa, apabilan kehadirannya sebagai

kuasa mewakili kepentingan orang yang diwakilinya

c. Identitas para saksi, meliputi :

- nama kecil, dan nama lengkap;

- pekerjaan atau kedudukan di masyarakat;

- tempat tinggal.

Dalam PJN identitas para pihak atau para penghadap merupakan bagian dari

kepala akta, sedangkan menurut Pasal 38 ayat (2) UUJN, identitas para pihak atau

para penghadap bukan bagian dari kepala akta, tapi merupakan bagian dari badan

akta (Pasal 38 ayat (3) huruf a), dan dalam PJN bahwa badan akta memuat isi akta

yang sesuai dengan keinginan atau permintaan para pihak atau para penghadap.

C. Kekuatan Hukum Akta Pengikatan Jual Beli

Dalam membuktikan suatu perkara perdata, yang dicari adalah kebenaran

formil, yaitu kebenaran yang didasarkan (sebatas) pada bukti-bukti yang diajukan

oleh para pihak yang berperkara. Oleh karena itu, umumnya suatu bukti tertulis

(surat) atau dokumen memang sengaja dibuat oleh para pihak untuk kepentingan

(16)

Alat bukti dapat didefinisikan sebagai segala hal yang dapat digunakan untuk

membuktikan perihal kebenaran suatu peristiwa di pengadilan.

Pasal 1866 KUHPerdata, berbunyi :Alat pembuktian meliputi:

1. Bukti Surat

2. Bukti Saksi

3. Persangkaan

4. Pengakuan

5. Sumpah

Pengikatan Jual Beli (PJB) yang dibuat dihadapan notaris merupakan suatu

alat bukti yang berbentuk tulisan. Bentuk alat bukti tulisan sebagaimana yang tertera

di dalam Pasal 1867 KUHPerdata berbunyi :

Pembuktian dengan tulisan dilakukan dengan tulisan otentik atau dengan

tulisan di bawah tangan.

Ada tiga hal yang berkaitan dengan dokumen sebagai bukti :

1. terkait keaslian dokumen tersebut;

2. isi sebuah dokumen;

3. apakah dokumen tersebut dilaksanakan sesuai dengan isinya.68

Dalam kaitannya dengan Akta Pengikatan Jual Beli yang dibuat oleh

notaris, Pasal 1870 KUH Perdata telah memberikan penegasan bahwa akta yang

dibuat dihadapan Notaris memiliki kekuatan pembuktian yang sempurna,

berdasarkan“Pasal 1870 KUH Perdata “Suatu akta otentik memberikan di antara para

(17)

pihak beserta ahli waris-ahli warisnya atau orang-orang yang mendapat hak dari

mereka, suatu bukti yang sempurna tentang apa yang dimuat didalamnya.”

Pengikatan jual beli adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh calon penjual

dan calon pembeli suatu tanah dan rumah sebagai pengikatan awal yang dibuat

dihadapan Notaris.Kekuatan pembuktian akta notaris adalah akibat langung dari

ketentuan perundang-undangan, bahwa harus ada akta otentik sebagai pembuktian

dari tugas yang dibebankan oleh undang-undang kepada pejabat-pejabat atau

orang-orang tertentu. Dalam pemberian tugas inilah terletak tanda kepercayaan kepada para

pejabat itu dan pemberian kekuatan pembuktian kepada akta-akta yang mereka buat69 Otensitas dari akta Notaris bersumber dari Pasal 1 ayat (1) Undang-undang

Nomor 2 Tahun 2014 tentang jabatan Notaris jo Pasal 1868 KUH perdata, yaitu

Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan

kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang jabatan notaris,,

kewenangan yang dimaksud terdapat dalam Pasal 15 Undang-undang jabatan notaris.

Kekuatan akta Pengikatan jual beli sebagai alat bukti terletak pada kekhasan

karakter pembuatnya, yaitu Notaris sebagai Pejabat Umum yang secara khusus telah

diberkan wewenang untuk membuat akta.Akta otentik sebagai alat bukti yang

sempurna merupakan bukti yang cukup untuk kedua belah pihak dan orang-orang

yang mendapat hak dari pada akta otentik tersebut.Dengan bukti yang cukup atau

sempurna diartikan bahwa isi akta otentik yang bersangkutan oleh Hakim dianggap

(18)

benar, kecuali apabila diajukan bukti perlawanan. Jadi Hakim harus mengakui apa

yang tertulis dalam akta selama ketidak benarannya tidak dapat dibuktikan.

Pasal 1867 KUHPerdata merumuskan bahwa suatu akta otentik ialah suatu

akta yang didalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau

dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu ditempat dimana akta

dibuatnya.Akta otentik mempunyai 3 nilai kekuatan pembuktian yaitu70: 1. Kekuatan Pembuktian Lahiriah(Uitwendige Bewijskracht)71

Kekuatan pembuktian lahiriah artinya akta itu sendiri mempunyai kemampuan

untuk membuktikan dirinya sendiri sebagai akta otentik; mengingat sejak awal yaitu

sejak adanya niat dari pihak-pihak yang berkepentingan untuk membuat atau

melahirkan alat bukti, maka sejak saat mempersiapkan kehadirannya itu telah melalui

proses sesuai dan memenuhi ketentuan Pasal 1868 Kitab Undang-undang Hukum

Perdata joUndang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris,

Kemampuan atau kekuatan pembuktian lahirlah ini tidak ada pada akta/surat dibawah

tangan (Vide Pasal 1875 Kitab Undang-undang Hukum Perdata).

Penyangkalan atau pengingkaran bahwa secara lahiriah akta Notaris sebagai

akta otentik, bukan akta otentik, maka penilaian pembuktiannya harus didasarkan

kepada syarat-syarat akta Notaris sebagai akta otentik. Pembuktian semacam ini

harus dilakukan melalui upaya gugatan ke Pengadilan. Penggugat harus dapat

(19)

membuktikan bahwa secara lahiriah akta yang menjadi objek gugatan bukan akta

Notaris72

2. Kekuatan Pembuktian Formil(Formele Bewijskracht)73

Kekuatan Pembuktian Formiil artinya dari akta otentik itu dibuktikan bahwa

apa yang dinyatakan dan dicantumkan dalam akta itu adalah benar merupakan uraian

kehendak pihak-pihak; itulah kehendak pihak-pihak yang dinyatakan dalam akta itu

oleh atau dihadapan Pejabat yang berwenang dalam menjalankan jabatannya, Dalam

arti formil akta otentik menjamin kebenaran :

- Tanggal

- Tanda Tangan

- Komparan dan

- Tempat akta dibuat

Dalam arti formil pula akta Notaris membuktikan kebenaran dari apa yang

disaksikan yaitu yang dilihat, didengar dan dialami sendiri oleh Notaris sebagai

Pejabat Umum dalam menjalankan jabatannya, Akta dibawah tangan tidak

mempunyai kekuatan formil, terkecuali bila si penandatangan dari surat/akta itu

mengakui kebenaran tanda tangannya. Jika aspek formal dipermasalahkan oleh para

pihak, maka harus dibuktikan formalitas dari akta, yaitu harus dapat membuktikan

ketidakbenaran hari, tanggal, bulan, tahun, dan pukul menghadap, membuktikan

ketidakbenaran mereka yang menghadap, membuktikan ketidakbenaran apa yang

(20)

dilihat, disaksikan, dan didengar oleh Notaris. Selain itu juga harus dapat

membuktikan ketidakbenaran pernyataan atau keterangan para pihak yang diberikan /

disampaikan di hadapan Notaris, dan ketidakbenaran tanda tangan para pihak, saksi,

dan Notaris ataupun ada prosedur pembuatan akta yang tidak dilakukan. Dengan kata

lain, pihak yang mempermasalahkan akta tersebut harus melakukan pembuktian

terbalik untuk menyangkal aspek formil dari akta Notaris74 3. Kekuatan pembuktian material(Materiele Bewijskracht)75

Kekuatan pembuktian material artinya bahwa secara hukum (yuridis) isi dari

akta itu telah membuktikan kebenarannya sebagai yang benar terhadap setiap orang,

yang membuat atau menyuruh membuat akta itu sebagai tanda bukti terhadap dirinya

(termasuk ahli warisnya atau orang lain yang mendapatkan hak darinya); inilah yang

dinamakan sebagai “Preuve Preconstituee” artinya akta itu benar mempunyai

kekuatan pembuktian materiil, Kekuatan pembuktian inilah yang dimaksud dalam

Pasal 1870, 1871 dan 1875 Kitab Undang-undang Hukum perdata, Oleh karena

itulah, maka akta otentik itu berlaku sebagai alat bukti sempurna dan mengikat

pihak-pihak yang membuat akta itu. Jika akan membuktikan aspek materil dari akta, maka

yang bersangkutan harus dapat membuktikan bahwa Notaris tidak menerangkan atau

menyatakan yang sebenarnya dalam akta, atau para pihak yang telah benar berkata (di

(21)

hadapanNotaris) menjadi tidak benar berkata, dan harus dilakukan pembuktian

terbalik untuk menyangkal aspek materil dari akta Notaris.76

Ketiga aspek tersebut diatas merupakan kesempurnaan akta.77Terkait dengan telah terpenuhinya ketiga aspek tersebut dalam akta pengikatan jual beli yang dibuat

oleh Notaris sebagai akta otentik, maka akta pengikatan jual beli tersebut mengikat

siapa pun yang terikat oleh akta tersebut.

D. Akta Pengikatan Jual Beli Sebagai Perjanjian Dapat Dibatalkan dan Dapat

Batal Demi Hukum

Akta pengikatan jual beli yang merupakan suatu perjanjian harus memenuhi

ketentuan syahnya sebuah perjanjian yang terdapat pada Pasal 1320 KUH Perdata

yaitu :

1. Sepakat

Sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya dimaksudkan bahwa subyek

yang mengadakan perjanjian harus bersepakat mengenai hal-hal yang pokok

dari perjanjian yang diadakan. Apa yang dikehendaki oleh pihak yang satu,

juga dikehendaki oleh pihak yang lain.

2. Cakap

Perjanjian harus cakap menurut hukum. Pada asasnya, setiap orang yang

sudah dewasa atau sehat pikiran adalah cakap menurut hukum. Menurut Pasal

1330 KUHPerdata, orang yang tidak cakap untuk membuat suatu perjanjian,

antara lain :

76Habib Adjie,Hukum Notaris Indonesia Loc Cit

77Habib Adjie, Menjalin Pemikiran-Pendapat Tentang Kenotariatan (Kumpulan tulisan),

(22)

a. Orang-orang yang belum dewasa

b. Mereka yang berada dibawah pengampuan

c. Perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang dan

semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang membuat

perjanjian-perjanjian tertentu

3. Suatu hal tertentu

Apa yang diperjanjikan hak dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul

suatu perselisihan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian harus

ditentukan jenisnya. Bahwa barang tersebut sudah ada atau ditangan si

berutang pada waktu perjanjian dibuat, tidak diharuskan oleh undang-undang

dan jumlahnya juga dapat dihitung atau ditetapkan

4. Sebab yang halal

sebab ini dimaksudkan tiada lain dari pada isi perjanjian. Isi perjanjian

menggambarkan tujuan dari para pihak yang mengadakan perjanjian, tidak

bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

Dua syarat yang pertama dinamakan syarat-syarat subyektif dan apabila tidak

terpenuhinya dua syarat tersebut akan mengakibatkan konsekuensi voidable: bila

salah satu syarat subyektif tidak dipenuhi, perjanjiannya bukannya batal demi hukum,

tetapi salah satu pihak dapat memintakan pembatalan itu. Perjanjiannya sendiri tetap

mengikat kedua belah pihak, selama tidak dibatalkan (oleh hakim) atas permintaan

(23)

memberikan sepakatnya secara tidak bebas).Sementara berkenaan dengan sebuah

perjanjian dapat dibatalkan, didasarkan pada bahwa perjanjian tersebut bertentangan

dengan atau melanggar syarat-syarat terbentuknya sebuah perjanjian.78

Sedangkan dua syarat terakhir adalah syarat objektif dan apabila tidak

terpenuhinya dua syarat tersebut akan mengakibatkan konsekuensinull and void: Dari

awal perjanjian itu telah batal, atau dianggap tidak pernah ada, apabila syarat objektif

tidak dipenuhi. Perjanjian itu batal demi hukum, dari semula tidak pernah ada

dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.Mengenai batalnya

suatu perjanjian disebabkan tidak terjadinya prestasi(wanprestasi) antara para pihak,

prestasi yang dimaksud disini adalah pemberian kewajiban oleh para pihak yang

menyangkut objek dalam perjanjian.79

Bila dikaitkan dengan adanya sebuah pengikatan jual beli yang merupakan

salah satu bentuk perikatan yang berasal dariperjanjian, maka pengikatan jual beli

dapat batal demi hukum atau dapat dibatalkan, apabila telah bersesuaian dengan

unsur syarat batal sebuah perjanjian diatas, akan tetapi apabila sebuah pengikatan jual

beli telah sesuai dengan ketentuan syarat objektif perjanjian serta syarat subjektif

sebuah perjanjian, maka pengikatan jual beli tersebut secara otomatis tidak dapat

dibatalkan atau batal demi hukum.

E. Pengalihan Kepemilikan atas Tanah dan Rumah yang Telah Bersertifikat.

1. Perbedaan Peralihan dan Pemindahan Hak atas Tanah

78Hukum On-Line

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl3520/batalnya-suatu-perjanjian diakses pada tanggal 04 Desember 2015

(24)

Mengingat klausula bunyi dari Pasal 20 ayat (2) Undang-Undang Pokok

Agaria yang berbunyi sebagai berikut:

“bahwahak milik dapat beralih dandialihkan kepada pihaklain.Kata beralih

mempunyai arti bahwa hakmilikdapatberalih kepada pihaklainkarena adanya

peristiwa hukum”.

Dari bunyi pasal tersebut maka terdapat dua

bentukperalihanHakMilikAtastanah dan bangunandapatdijelaskansebagai berikut:

a) Beralih

Pengertian beralih menunjuk pada berpindahnya Hak Milik Atas Satuan

RumahSusundaripemiliknyakepada pihaklaindikarenakanpemiliknya

meninggalduniaatauberpindahnyaHakMiilikAtas tanah dan

bangunankarenasuatupewarisan.Denganmeninggalnyapemiliksatuan rumah

susun, makaHakMilikAtas SatuanRumahSusunsecarayuridis berpindahkepada

ahliwarisnya.

b) Pemindahan hak

Pengertian pemindahan hak menunjuk padaberpindahnyaHakMilikAtas

Satuan Rumah Susun daripemiliknyakepadapihak lain dikarenakan suatu

perbuatan hukum yang sengaja dilakukan dengan tujuan agar pihak lain

tersebut mendapatkanHakMilikAtasSatuanRumah Susun.adapunperbuatan

hukum tersebutdapatberupa jualbeli, tukar menukar, hibah, penyertaan

dalammodalperusahaan,lelang.80

Beralih atau disebut juga dengan peralihan Peralihan hak atas tanah terjadi

karena pemegang haknya telah meninggal dunia, secara hukum hak tersebut beralih

kepada ahli warisnya. Mengenai siapa para ahli warisnya, berapa bagian

masing-80Hamzah Andi, I Wayan Suandra, B.A Manalu, Dasar-Dasar Hukum Perumahan, (Rineka

(25)

masing dan cara pembagiannya diatur oleh hukum perdata, lebih khusus lagi diatur

oleh hukum waris almarhum pemegang hak yang bersangkutan oleh Hukum Tanah.

Menurut BoediHarsono,ketentuan-ketentuan HukumTanahyangmengatur

hak-hakpenguasaanatas tanah sebagai hubungan hukum konkrit :81

a) Mengatur hal-hal mengenai penciptaannya menjadi suatu hubungan yang konkrit, dengan nama atau sebutan yang dimaksudkan dalam pemberian nama pada hak penguasaan yang bersangkutan.

b) Mengatur hal-hal mengenai pembebanannya dengan hak-hak lain. c) Mengatur hal-hal mengenai pemindahannya kepada pihak lain. d) Mengatur hal-hal mengenai hapusnya.

e) Mengatur hal-hal mengenai pembuktiannya.

Suatuhubungan hukumkonkrit dimaksudkan sebutan “Hak“. Jika telah

dihubungkan dengan tanah tertentu sebagai obyeknyadan orang atau badan hukum

tertentu sebagai subyek atau pemegang haknya.

Peralihan hak atas tanah dalam hal pewarisan

terjadi,karenahukumtidakadaperbuatanhukum,hal iniberbeda

denganpemindahanhak.Peristiwa-peristiwa hukum seperti meninggalnya seseorang

yang mengakibatkan beralihnya hukum hak atas tanah yang dipunyainya kepada ahli

warisnya.

Sementara itu yang dimaksud dengan pengalihan hak adalah Pemindahan hak

atas tanah yang besangkutan sengaja dialihkan kepada pihaklain. perbuatan hukum

pemindahan hak82bisa berupa :

81Boedi Harsono, HukumTanah Nasional,(Fakultas HukumUniversitas TrisaktiJakarta,

2001),hal 26.

82Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah pembentukan Undang-Undang Pokok

(26)

a) Jual Beli b) Tukar Menukar c) Hibah

d) Pemberian menurut adat e) Pemasukan dalam perusahaan f) Hibah wasiat atau “Legat”

Untuk dapat memindahkan hakatas tanah bersertifikatdengan cara jual beli

harus memenuhi dua syarat yaitu : syarat materiil dan formil83 1. Syarat materiil

Syarat materiil sangat menentukan akan sahnya jual beli tanah tersebut, antara lain

sebagai berikut :

a. Pembeli berhak membeli tanah yang bersangkutan84

Maksudnya adalah pembeli sebagai penerima hak harus memenuhi syarat untuk

memiliki tanah yang akan dibelinya.Sebagai contoh menurut pasal Pasal 21

ayat 1 UUPA) yang dapat mempunyai hak milik hanya warga negara

Indonesia, selama seseorang disamping kewarganegaraan Indonesianya

mempunyai kewarganegaraan asing maka ia tidak dapat mempunyai tanah

dengan hak milik.

b. Penjual adalah orang yang berhak Menjual tanah yang bersangkutan85

Orang yang berhak untuk menjual tanahnya adalah pemegang hak atas tanah

yang menurut hukum berhak menjualnya, yang biasanya disebut pemilik. Jika

pemiliknya dua orang atau lebih maka semua pemiliknya harus bertindak

83Adrian Sutedi,Op Cithal 77 84Ibid

(27)

sebagai penjual secara bersama-sama, tidak boleh hanya seorang saja.86Kalau pemilik sebidang tanah hanya satu orang, maka ia berhak untuk menjual sendiri

tanah itu.

c. Tanah hak yang bersangkutan boleh diperjualbelikan dan tidak dalam

sengketa.87

Mengenai tanah-tanah hak apa yang boleh diperjualbelikan telah ditentukan

dalam UUPA yaitu hak milik (Pasal 20), hak guna usaha (Pasal 28), hak guna

bangunan (Pasal 35), hak pakai (Pasal 41). Jika salah satu syarat materiil ini

tidak dipenuhi, dalam arti penjual bukan merupakan orang yang berhak atas

tanah yang dijualnya atau pembeli tidak memenuhi syarat untuk menjadi

pemilik hak atas tanah atau tanah, yang diperjualbelikan sedang dalam sengketa

atau merupakan tanah yang tidak boleh diperjualbelikan, maka jual beli tanah

tersebut adalah tidak sah. Jual beli tanah yang dilakukan oleh yang tidak berhak

adalah batal demi hukum artinya, sejak semula hukum mengganggap tidak

pernah terjadi jual beli.88 2. Syarat formil89

Setelah semua persyaratan materil dipenuhi maka PPAT (Pejabat Pembuat Akta

Tanah) akan membuat akta jual belinya. Akta jual beli menurut Pasal 37 PP 24/1997

Tentang Pendaftaran tanah harus dibuat oleh PPAT. Jual beli yang dilakukan tanpa

86Effendi Perangin,Praktik Jual Beli Tanah,(Jakarta,Raja grafindo Persada,1994) hal 2 87Adrian Sutendi,Loc Cit

88Effendi Perangin,Praktik Jual Beli Tanah,Loc Cit

(28)

dihadapan PPAT tetap sah karena UUPA berlandaskan pada Hukum Adat (Pasal 5

UUPA), sedangkan dalam Hukum Adat sistem yang dipakai adalah sistem yang

konkrit/kontan/nyata/riil. Dengan demikian, untuk mewujudkan adanya suatu

kepastian hukum dalam setiap peralihan hak atas tanah, PP No. 24 Tahun 1997

sebagai peraturan pelaksana dari UUPA telah menentukan bahwa setiap perjanjian

yang bermaksud memindahkan hak atas tanah harus dibuktikan dengan suatu akta

yang dibuat oleh dan di hadapan PPAT.90

2. Akibat dibuatnya Akta Pengikatan Jual-Beli Terhadap RumahBersertifikat

Pengikatan jual-beli merupakan suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih

yang mengikuti aturan hukum perdata Buku III KUH Perdata, selain itu juga

pengikatan jual-beli tunduk pada asas-asas perikatan/perjanjian di dalam KUH

Perdata.

Akta Pengikatan jual-beli selain sebagai tindakan awal yang dilakukan para

pihak juga mempunyai tujuan agar terjadinya pemindahan kepemilikan tanah dari

penjual kepada pembeli atas tanah dan bangunan yang dijadikan objek perikatan. Hal

ini didasari klausula- klausula dalam Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli yang

sudah mengatur tentang jual beli.91Sebagaimana yang terdapat dalam buku Chairani Bustami Jusuf berjudul Contoh Contoh Akta Akta Notaris tentang Perikatan Jual Beli

pada Pasal 1ayat ( 1).

90Bachtiar Effendi, Kumpulan Tulisan tentang Hukum Tanah, (Bandung : Alumni, 1993),

halaman. 23.

91Hasil Wawancara dengan Notaris Musniwati Mustafa (Notaris di Medan) tanggal 26

(29)

Pihak Pertama dengan ini berjanji dan mengikatkan diri terhadap pihak kedua

untuk menjual dan menyerahkan kepada pihak kedua, yang pihak kedua berjanji dan

mengikatkan diri untuk membeli dan menerima penyerahan dari pihak pertama atas

tanah berikut bangunan.92

Sementara itu di dalam Pasal 2 yang berbunyi :

Jual beli tanah tersebut akan dilakukan dengan harga sebesar_____ jumlah uang mana telah diterima dengan tunai oleh pihak pertama dari pihak kedua sebelum akta ini ditandatangani dan untuk penerimaan jumlah uang tersebut akta ini juga berlaku sebagai tanda bukti penerimaaan atau kwitansi dan karenanya mulai hari ini pihak pertama harus menyerahkan tanah tersebut dalam keadaan kosong kepada pihak kedua untuk ditempati oleh pihak kedua.93

Berdasarkan hal tersebut diatas dapat dikatakan bahwa akta pengikatan jual

beli yang menjadi dasar dari suatu penyerahan (levering) sebagai suatu perbuatan

hukum pemindahan hak yang berupa persesuaian kehendak dari pihak pihak yang

saling mengikatkan diri yang bertujuan untuk mengalihkan/memindahkan hak atas

tanah dan rumah bersertifikat yang mana dalam hukum perjanjian disebut dengan

perjanjian obligatoir dimana perjanjian obligatoir ini adalah perjanjian yang

menimbulkan perikatan untuk melaksanakan hak dan kewajiban sebagaimana yang

diperjanjikan oleh para pihak.

Dari perjanjian yang bersifat obligatoir yang dimiliki oleh akta pengikatan

jual beli atas tanah dan rumah bersertifikat timbul dua macam kewajiban penyerahan

terhadap tanah dan rumah bersertifikat yaitu harus ada penyerahan yuridis (juridische

(30)

levering) terjadi dengan pendaftaran benda itu dalam daftar umum, semetaraFeitelijk

levering-nya terjadi dengan penyerahan kunci94dari tanah dan rumah bersertifikat Secara khusus untuk Tanah dan rumah bersertifikat yang bentuk penyerahan

diatur berdasarkan UUPA, maka cara penyerahan diatur tersendiri didalam atau

tunduk kepada peraturan pemerintah nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran

Tanah Pasal 37 yang menyatakan bahwa peralihan hak atas tanah melalui jual beli

harus dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT.

Pengalihan merupakan suatu bentuk pemindahan hak dengan cara jual-beli,

dibuatnya akta pengikatan jualbeli merupakan suatu upaya pemindahan hak dari

pihak pertama sebagai penjual kepada pihak kedua secara materil keperdataandengan

meminta penyerahan nyata ( penyerahan kunci) yang didasari adanya klausula yang

mewajibkan penyerahan dalam Akta Pengikatan Jual beli. Klausula dalam akta

tersebut merupakan perjanjian yang dibuat oleh para pihak dan menjadihukum yang

mengikat yang didasarkan pada pasal 1338 KUH Perdata dan mewajibkan adanya

prestasi bagi para pihak setelah terpenuhinya syarat- syarat sebuah perjanjian yang

terdapat dalam pasal 1320 KUH Perdata.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini didasarkan atas beberapa faktor antara lain, belum ada database yang siap untuk diakses pemustaka dan belum adanya pelayanan melalui perangkat yang

Pada tahapan sebelumnya, telah dihitung total dari jarak yang telah ditempuh oleh rute pendistribusian baru dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode

Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, pencerahan, bimbingan,

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa lamun transplantasi dengan metode tabung bambu dapat menyediakan habitat yang baik untuk kehidupan makrozoobentos,

– Thomas Alva Edison 1847-1931.. Permasalahan terjadi dalam pelaksanaan pengelolaan hutan di Indonesia antara lain : Tingkat pembalakan melampaui tingkat pembalakan

dengan menggunakan skalpel, bila perlu saya akan gunting kuku tersebut.. Seterusnya jamur yang terdapat dalam sampel dilakukan pewarnaan basah

2) Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator , maka limbah medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang mempunyai

b) berkas diserahkan pada Petugas Dinas Kependudukan untuk cetak Kartu Keluarga sekaligus cetak KIA;. c) Akta Kelahiran, Kartu Keluarga dan KIA