• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Holdingisasi Bumn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada Holdingisasi Bumn"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK (GCG) DALAM PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA

A. Pengertian Tata Kelola Perusahaan Yang Baik

Pada dasarnya setiap perusahaan selalu dikehendaki agar pengelolaannya

dapat dilakukan dengan baik. Arti baik disini adalah, setiap personel perusahaan

dapat mengerjakan pekerjaannya dengan benar dan profesional, pekerjaannya

dilakukan dengan tepat waktu dan hubungan antar personel didalam perusahaan

berjalan dengan lancar serta hubungan perusahaan dengan masyarakat

dapatmemberikan kepuasan dalam pelayanannya.

Untuk itu diperlukan adanya suatu tatanan yang disebut Tata Kelola

Perusahaan yang Baik atau lebih dikenal dengan istilah Good Corporate Governance

(GCG). Inti dari tata kelola tersebut adalah agar pihak-pihak yang berperan dalam

menjalankan perusahaan memahami dan menjalankan fungsi dan peran sesuai

wewenang dan tanggung jawab. Pihak yang berperan meliputi Pemegang saham,

Dewan Komisaris, Komite, Direksi, Pimpinan Unit dan Karyawan.

Secara umum istilah Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

(2)

perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak/organ

yang mengurus perusahaan, maupun ditinjau dari prinsip-prinsip yang terkandung

dari mekanisme pengelolaan itu sendiri.

Untuk memperoleh gambaran tentang pengertian corporate governance,

dibawah ini dikutip pengertian corporate governance dari berbagai sumber :

1. Komite Cadbury mendefinisikan corporate governance sebagai:162

”Corporate governance adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggungjawaban kepada stakeholders. Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, Direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya.”

2. The Organisation for Economic Coperation and Development (OECD)

mendefinisikan corporate governance sebagai: 163

“Sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Corporate governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien.”

3. Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-01/MBU/2011 mendefinisikan tata kelola

perusahaan yang baik (good corporate governance) sebagai: 164

162

Indra Suryadan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance

Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.

24-25.

163

(3)

“Prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha.”

4. Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) mendefenisikan

corpotare governance sebagai berikut : 165

“Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kerditor, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban ataudengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporarate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder).”

5. Good Corporate Governance Workship Kantor Meneg PM BUMN, Desember

1999 mendefinisikan GCG sebagai berikut: 166

“Good Corporate Governance berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahan, etika, nilai, sistem, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan perusahaan, peneglolaan sumber daya dan resiko secara lebih efisien dan efektif serta penenggung jawaban perusahaan kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya.”

6. IICG (The Indonesian Institute for Corporate Governance, pengertian GCG

adalah: 167

“Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) adalah struktur, sistem dan proses dalam pengelolaan perusahaan kearah peningkatan kemakmuran dan pertanggung jawaban perusahaan dengan tujuan akhir mewujudkan nilai jangka panjang pemegang saham dengan

164

Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-01/MBU/2011 pasal 1 ayat (1).

165

pada tanggal 5 desember 2016 pukul: 13.05 WIB

166

Iman Sjahputra Tunggal, Membangun Good Corporate Governance (Jakarta: Harvindo, 2002) hlm.12.

167

(4)

tetap menjaga kepentingan berbagai pihak yang terkait (stakeholder). Struktur merupakan satu kesatuan tatanan wewenangan dan tanggung jawab dalam hal pengambilan keputusan. Sistem adalah merupakan suatu landasan operasional yang menjadi dasar mekanisme check and balance kewenangan atas penggelolaan perusahaan yang dapat mengantisipasi peluang yang menyimpang. Proses merupakan cara untuk memastikan pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam menentukan tujuan dan saran, pencapaian, pengukuran kinerja, dan evaluasi kinerja.”

7. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG), pengertian GCG adalah:168

“Good Corporate Governance adalah salah satu pilar dari ekonomi pasar. Coporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang yang melaksanakannya maupun iklim usaha disuatu negara. Penerapan GCG ini mendorong terciptanya iklim usaha yang kondusif.”

Berdasarkan defenisi-defenisi diatas dapat kita simpulkan bahwa corporate

governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses, dan seperangkat

peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan

(stakeholder) atau dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan

komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate

governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah

terjadinya kesalahan - kesalahan signifikan dalam strategi korporasi dan untuk

memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan

segera.169

168

http://muc-advisory.com/tag/komite-nasional-kebijakan-governance-knkgdiakses pada tanggal 6 maret 2017 pukul: 10.00 WIB.

169

(5)

B. Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Dalam konteks tumbuhnya kesadaran dan arti penting Corporate

Governance ini, Organization for Economic Corporation and Development (OECD)

telah mengembangkan sperangkat prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan

dapat diterapkan secara fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi,

dimasing-masing negara.170

Prinsip-prinsip diharapkan menjadi titik rujuk bagi para regulator

(pemerintah) dalam membangun framework bagi penerapan corporate governance.

Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip-prinsip ini dapat menjadi guidance

atau pedoman dalam mengelaborasi best practice bagi peningkatan nilai (valuation)

dan keberlangsungan (sustainability) perusahaan.171

Prinsip-prinsip OECD mencakup lima bidang utama yaitu :

172

1. Pertanggungjawaban (Responsibility).

Yaitu kesesuaian di dalam pengelolahan perusahaan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi. Tanggung jawab

perusahaan tidak hanya diberikan kepada pemegang saham juga kepada stakeholder

tetapi juga kepada pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.

2. Transparansi (Transparency)

170

Ibid, hlm. 49.

171

Ibid.

172

(6)

Yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan

keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai

perusahan. Perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan

dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan mengena

struktur dan operasi korporasi.

3. Akuntabilitas (Accountability)

Yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan tanggung jawab organ sehingga

pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Perusahaan harus dapat

mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.

4. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)

Yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang

timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan

kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas

kesetaraan dan kewajaran.

5. Independensi (Independency)

Yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara professional tanpa

benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai

dengan peraturan perundang-undang yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang

sehat.

Untuk melancarkan pelaksanaan asas tata kelola perusahaan yang baik

(7)

sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat

diintervensi oleh pihak lain. Prinsip-prinsip diatas terkait langsung dengan

permasalahan yang dihadapi dunia usaha pada umumnya yakni masalah korupsi dan

ketidak jujuran, tanggung jawab sosial dan etika korporasi, tata kelola sektor publik,

dan reformasi hukum.

Menurut Moh. Zakarsy, setiap perusahaan harus melaksanakan praktik Good

Corporate Governance pada setiap aspek bisnis dan disemua jajaran perusahaan.

Prinsip-prinsip yang harus dilaksanakan tersebut adalah sebagai berikut:173

1. Transparansi (Transparancy)

Untuk menjaga obyektifitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses

dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus menyediakan informasi

secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan. Informasi

yang harus diungkapkan meliputi visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan,

kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,

kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris beserta

anggota keluarganya dalam perusahaandan perusahaan lainnyayang memiliki

benturan kepentingan, sistem manajemen risiko, sistem pengawasan, dan

pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan

kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan. Prinsip keterbukaan

173

Moh. Wahyudin Zarkasy, Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Manufaktur,

(8)

yang dianut okeh perusahaan tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan

kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan peraturan perundang-undangan,

rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara

proporsional dikomunikasikan kepada pemangku kepentingan.

2. Akuntabilitas (Accountability)

Perusahaan harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan

dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai

dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Perusahaan harus menetapkan

rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing organ perusahaan dan semua

karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi

perusahaan. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua

karyawan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan

perannya dalam melaksanakan GCG. Perusahaan harus memastikan adanya sistem

pengendalian internal yang efektifn dalam pengelolaan perusahaan. Perusahaan harus

memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan yang konsisten dengan

nilai-nilai perusahaan serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat

terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang. Organ perusahaan harus

(9)

peraturan perundang-undangan, anggaran dasar, dan peraturan perusahaan.

Perusahaan harus melaksanakan tanggungb jawab sosial dengan antara lain peduli

terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama disekitar perusahaan

dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

4. Independensi (Independency)

Dalam menerapkan prinsip independensi perusahaan harus dikelola secara

independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan

tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Masing-masing organ perusahaan harus

menghindari terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh

kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan dan dari segala pengaruh atau

tekanan, sehingga pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif. Setiap organ

perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya dengan anggaran dasar dan

peraturan perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar

tanggung jawab antara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem pengendalian

internal yang efektif.

5. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya

berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran. Perusahaan harus memberikan

kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan masukan dan

menyampaikan pendapat bagi kepentinga perusahaan serta membuka akses terhadap

(10)

masing-masing. Perusahaan harus memberikan perlakuan yangs etara dan wajar kepada

pemangku kepentingan serta perlakuan yang sama pada setiap karyawan dalam

melaksanakan tugasnya.

Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik menurut Komite Nasional

Kebijakan Governance (KNKG) adalah sebagai berikut:174

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara

transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan

sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan

pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat

yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan. 1. Transparency (Transparansi)

Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses

dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif

untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan

perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh

pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Accountability (Akuntabilitas)

174

(11)

3. Responsibility (Responsibilitas)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta

melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat

terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan

sebagai good corporate citizen.

4. Independency (Independensi)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara

independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan

tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

5. Fairness (Kewajaran dan Kesetaraan)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya

berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

C. Tujuan dan Manfaat Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik

(Good Corporate Governance)

1. Tujuan Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Penerapan Prinsip Tata kelola Perusahaan yang Baik (GCG) dalam dunia

(12)

tetap eksis dalam persaingan global. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara

Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik

pada Badan Usaha Milik Negara bertujuan untuk:175

a. Mengoptimalkan nilai perusahaan agar perusahaan memliki daya saing yang

kuat, baik secara nasional maupun internasional, sehingga mampu

mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan untuk mencapai

maksud dan tujuan perusahaan.

b. Mendorong pengelolaan perusahaan secara profesional, efisien dan efektif,

serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ

perusahaan.

c. Mendorong agar organ perusahaan dalam membuat keputusan dan

menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan serta kesadaran akan adanya

tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pemangku kepentingan maupun

kelestarian lingkungan di sekitar perusahaan.

d. Meningkatkan kontribusi perusahaan dalam perekonomian nasional.

e. Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.

Adapun tujuan penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik menurut

Siswanto Sutojo dan E. John Aldrige mempunyai lima tujuan yaitu:176

175

(13)

a. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham;

b. Melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non pemegang

saham

c. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham

d. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dewan pengurus atau Board of

Directors dan manajemen perusahaan

e. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemen senior

perusahaan

2. Manfaat Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG)

Dengan melaksanakan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate

Governance), menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia FCGI ada

beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain:177

a. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan,

serta lebih meningkatkan pelayanan pada stakeholder.

b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak

rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya meningkatkan

corporate value.

176

Siswanto Sutojo dan E. John Aldrige, Good Corporate Governance Tata Kelola

Perusahaan yang Sehat, (Jakarta: 2005, Damar Mulia Pustaka), hlm. 5.

177

(14)

c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

d. Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus

akan meningkatkan shareholder value dan deviden.

Menurut (Hery dalam Tadikapury, 2010) ada 5 (lima manfaat) yang

diperoleh perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance yaitu:178

1. GCG secara tidak langsung akan dapat mendorong pemanfaatan sumber daya

perusahaan ke arah yang lebih efektif dan efisien, yang pada gilirannya akan

turut membantu terciptanya pertumbuhan atau perkembangan ekonomi nasional.

2. GCG dapat membantu perusahaan dan perekonomian nasional, dalam hal

menarik modal investor dengan biaya yang lebih rendah dengan perbaikan

kepercayaan investor dan kreditur domestik maupun internasional.

3. Membantu pengelolaan perusahaan dalam memastikan atau menjamin bahwa

perusahaan telah taat pada ketentuan, hukum,dan peraturan.

4. Membangun manajemen dan corporate board dalam pemantauan penggunaan

aset perusahaan.

5. Mengurangi korupsi.

Dari tujuan dan manfaat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan

yang menerapkan GCG akan selalu melindungi kepentingan pemegang saham dan

178

(15)

pihak-pihak yang terkait dalam pengelolaan perusahaan dan selalu melaksanakan

kegiatan perusahaan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan perekonomian

perusahaan dan pada akhirnya akan meningkatkan kepercayaan publik kepada

perusahaan tersebut.

D. Sumber Hukum Penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) di

Indonesia mulai ramai dikenal pada tahun 1997, saat krisis ekonomi menerpa

Indonesia. Terdapat banyak akibat buruk dari krisis tersebut, salah satunya ialah

banyaknya perusahaan yang berjatuhan karena tidak mampu bertahan. Corporate

Governance yang buruk disinyalir sebagai salah satu sebab terjadinya krisis ekonomi

politik Indonesia yang dimulai tahun 1997. Menyadari kondisi dan situasi demikian,

pemerintah melalui Kementrian Negara BUMN mulai memperkenalkan prinsip Good

Corporate Governance ini dilingkungan BUMN. Melalui Surat Keputusan Menteri

BUMN No. Kep- 117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan

Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, kemudian

Keputusan Menteri tersebut diperbaharui dan pada tanggal 01 Agustus 2011

ditetapkan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER/01/MBU/2011

tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance)

pada Badan Usaha Milik Negara yang menekankan kewajiban bagi BUMN untuk

(16)

menjadikan prinsip- Tata Kelola Perusahaan yang Baik sebagai landasan

operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan

usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam

jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, dan

berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. 179

Pemerintah memberikan dorongan yang sangat kuat terhadap implementasi

GCG di Indonesia. Bukti dari kepedulian pemerintah dapat dilihat dari dibuatnya

berbagai regulasi yang mengatur tentang GCG. Berawal dari Dibentuknya Komite

Nasional tentang Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui Keputusan

Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan KNKCG.

Menerbitkan Pedoman GCG Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan dibentuknya

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) sebagai pengganti KNKCG

melalui Surat Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor:

KEP/49/M.EKON/11/2004. Terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite

Korporasi. Kemudian juga dikeluarkan SE Ketua Bapepam Nomor Se-03/PM/2000

tentang Komite Audit yang berisi himbauan perlunya Komite Audit dimiliki oleh

setiap Emiten, dan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 tentang GCG

yang dirubah dengan PBI No. 8/14/GCG/2006.180

179

https://alamsyahprasetio.wordpress.com/2010/10/28/pelaksanaan-good-corporate-governance-di-indonesia/ diakses pada tanggal 6 desember 2016 pukul: 10.00 WIB

180

(17)

Komitmen GCG juga diberlakukan pada sektor swasta non-BUMN. Pada

tahun 2000, Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) memberlakukan

Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/062000 tentang

Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A yang antara lain mengatur tentang kewajiban

mempunyai Komisaris Independen, Komite Audit, memberikan peran aktif Sekretaris

Perusahaan di dalam memenuhi kewajiban keterbukaan informasi serta mewajibkan

perusahaan tercatat untuk menyampaikan informasi yang material dan relevan. Selain

itu juga dibentuknya berbagai organisasi dan perkumpulan yang mendukung

pelaksanaan dari GCG itu sendiri seperti. Lahirnya Forum for Corporate Governance

in Indonesia (FCGI), Indonesian Institute for Corporate

Governance (IICG), Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD),

Indonesia Corporate Secretary Association (ICSA), Ikatan Komite Audit Indonesia

(IKAI), Asosiasi Auditor Internal (AAI), Klinik GCG Kadin, dan lahirnya Lembaga

Komisaris dan Direksi Indonesia (LKDI) yang kegiatannya antara lain mengadakan

Forum LKDI untuk membahas berbagai hal seperti tanggung jawab hukum bagi

Komisaris dan Direksi, undang-undang pencucian uang dan sebagainya.

Disektor perbankan penerapan tata kelola perusahaan yang baik juga diatur

dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 juncto Nomor 8/14/PBI/2006

tentang Pelaksanaan Good Corrporate Governance di Bank Umum dan juga terdapat

pada Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

(18)

E. Tata Kelola Perusahaan yang Baik dalam Perundang-undangan di Indonesia

Tata Kelola Perusahaan yang Baik (GCG) terdapat di beberapa hukum

perusahaan yaitu:

1. Tata Kelola Perusahaan yang Baik(GCG)pada BUMN

Untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masalah jatuh-bangun sistem

korporasinya dipandang bukan karena salah urus, tetapi semata-mata hanya soal

political will dari pemerintah. Sebab, dalam praktik pengelolaan BUMN sarat dengan

korupsi, kolusi, dan nepotisme. Ada begitu banyak kepentingan yang melingkupi

BUMN. Aparat pemerintah dapat mengeksploitasi posisinya dari dalam maupun dari

luar perusahaan untuk memperkaya diri sendiri atau kroninya. Menyadari kontribusi

badan-badan usaha Negara terhadap keterpurukan keuangan dan moneter Negara

sangat signifikan.181

181

Akbar Faizal Tanri Abeng Menjawab: Profesional Versus Politik (Jakarta: Alexindo Media Komputindo, 2002), hlm. 4

Untuk mengatas hal tersebut pada tahun 1999 Menteri Badan

Usaha Milik negara mengeluarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan

BUMN Nomor Kep-133/M-PBUMN/1999 tentang Pembentukan Komite Audit bagi

BUMN dimana Komite Audit bertugas untuk membantu Dewan Komisaris untuk

memenuhi tanggung jawab pengawasannya. Kemudian pada tahun 2000 Menteri

BUMN kembali mengeluarkan Surat Edaran Menteri PM-PBUMN No. S-106/M

PM.PBUMN/2000 tanggal 17 April 2000 perihal Kebijakan Penerapan Corporate

(19)

Pada tanggal 4 Juni 2002 tentang pembentukan Komite Audit bagi Badan

Usaha Milik Negara, peraturan Komite Audit ini ditindak lanjuti dengan

memberlakukan Keputusan Mentri BUMN nomor Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1

Agustus 2002. Dalam peraturan ini corporate governance diatur lebih komperehensif

dibandingkan dengan institusi lain. Setiap BUMN diwajibkan untuk menerapkan

corporate governance secara baik, konsisten, dan atau menjadikannya sebagai

landasan operasionalnya.182

2. Tata Kelola Perusahaan yang Baik(GCG)pada Hukum Perbankan.

Pada tahun 2011 Keputusan Menteri BUMN mengenai penerapan GCG

kembali disempurnakan dan diperbaharui dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri

Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata

Kelola Perusahan yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik

Negara. Pada Peraturan Menteri ini menjelaskan secara komperhensif bagaimana

peran setiap jenjang organ BUMN yaitu Pemegang saham, Dewan Komisaris,

Direksi, Komite Audit, Sekretaris Perusahaan dalam mengimplementasikan

prinsip-prinsip GCG.

Dalam pedoman Good Corporate Governance Perbankan Indonesia

dinyatakan, untuk terciptanya kondisi yang mendukung implementasi Good

Corporate Governance yang efektif, salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab

pemerintah dan otoritas terkait adalah penerbitan peraturan perundang -undangan

yang memungkinkan dilaksankannya Good Corporate Governance secara efektif.

182

(20)

Selain itu pemerintah dan otoritas terkait harus mampu menjamin dan membuktikan

bahwa penegakan hukum (law enforcement) dilakukan secara serius. Disisi lain,

sebagai subjek Good Corporate Governance bank perlu menerapkan standar

akuntansi dan standar audit yang sama dengan standar yang berlaku umum serta

melibatkan auditor eksternal dalam proses audit. Tujuannya supaya diperoleh ukuran

yang sama dengan ukuran ditempat lain. Dengan demikian, stakeholder dapat

berharap akan interpretasi yang sama atas fenomena-fenomena yang sejenis. Sebab

pada dasarnya persoalan Good Corporate Governance adalah persoalan tanggung

jawab perusahaan terhadap stakeholder. Pada bidang perbankan, misalnya antara lain

adalah Peraturan Bank Indonesia nomor2/27/PBI/2000 tentang Bank Umum. Dalam

peraturan ini diatur kriteria yang wajib dipenuhi calon anggota Direksi dan

Komisaris bank umum, serta batasan transaksi yang diperbolehkan atau dilarang

dilakukan pengurus bank. Melalui penerapan peraturan itu diharapkan dapat

dieliminasi penyimpangan operasi bank yang dilakukan oleh Direksi dan Komisaris,

maupun yang bukan interest perseroan (Bank). Dengan semakin kompleksnya risiko

yang dihadapi bank, melindungi kepentingan stakeholders, meningkatkan kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan nilai-nilai etika yang

berlaku umum pada industri perbankan serta peningkatan kualitas pelaksanaan good

corporate governance untuk memperkuat kondisi internal perbankan nasional sesuai

(21)

Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 juncto Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Pelaksanaan

Good Corrporate Governance di Bank Umum.183

a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris

Selain Peraturan Bank Indonesia, penerapan GCG pada perbankan juga

diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 55/POJK.03/2016 tentang Penerapan Tata Kelola pada Bank

Umum. Pada peraturan OJK ini pada Pasal 2 ayat (1) menegaskan bahwa setiap Bank

wajib menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik pada seluruh

tingakatan atau jenjang organisasi. Kemudian didalam Pasal 2 ayat (2) mengatur

bahwa penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang baik paling sedikit diwujudkan

dalam:

b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite dan satuan kerja yang

menjalankan fungsi pengendalian intern

c. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern, dan audit ekstern.

d. Penerapan manajemen risiko

e. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar

f. Rencana strategis, dan

g. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan

3. Tata Kelola Perusahaan yang Baik(GCG)pada Perseroan Terbatas

183

(22)

Dalam Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Undang-Undang PT nomor

4 tahun 2007 menganut model yang membedakan tugas dan kewenangan direksi

dengan komisaris. Untuk menyesuaikan implementasi GCG, Peraturan tentang

Perseroan Terbatas memiliki ruang lingkup kedudukan dan tanggung jawab

komisaris, direksi, dan para pemegang saham. Mengingat bahwa dalam prinsip

pengelolaan usaha yang baik pengaturan tanggung jawab dari setiap organ yang ada

dalam PT akan mempengaruhi desain kewenangan dan tanggung jawab yang

ditetapkan didalam Anggaran Dasar. Tanpa adanya direksi dan komisaris suatu PT

tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai sebuah institusi/badan yang melakukan

aktivitas usaha untuk mencari keuntungan ekonomis. Agar direksi dalam

melaksanakan tugasnya tidak melampaui wewenangnya maka dilakukan pengawasan

oleh dewan komisaris dan dibatasi oleh RUPS sebagai pemilik perseroan melalui

ketentuan-ketentuan yang diatur dalam UUPT.184

4. Tata Kelola Perusahaan yang Baik(GCG)pada Pasar Modal

Dalam strategi pengembangan umum pasar modal Indonesia oleh Badan

Pengawas Pasar Modal disadari bahwa salah satu penyebab rentannya

perusahaan-perusahaan di Indonesia terhadap gejolak perekonomian adalah lemahnya penerapan

Good Corporate Governance dalam perusahaan. Kondisi tersebut ditandai dengan

standar laporan yang minimal tentang kinerja keuangan perusahaan, khususnya

tentang kewajiban utang piutang, tidak ada direktur Independen dan diragukannya

independensi auditor. Disamping itu mekanisme yang mendorong perusahaan untuk

184

(23)

mentaati peraturan dan penegakan hukum masih kurang. Sanksi yang diberikan

kepada mereka yang melanggar peraturan tidak memadai terutama pada situasi

ekonomi yang tidak menguntungkan. Agar pelaksanaan Good Corporate Governance

dapat dimengerti maka perlu dicermati keempat aspek tersebut yaitu aspek kewajaran,

transparansi, akuntabilitas dan tanggung jawab. Untuk menunjang pemulihan bidang

pasar modal yang turut porak poranda dihantam badai krisis tahun 1997 juga

diterbitkan serangkaian peraturan yang bersangkutan dengan corporate governance.

Lembaga komisaris independen mapun komite audit mendapat respon yang paling

apresiatif dari otoritas pasar modal. Adanya keharusan dalam perusahaan publik

untuk memiliki komisaris independen dan komite audit diatur dalam Surat Edaran

Ketua Bapepam nomor SE-03/PM/2000 tanggal 5 Mei 2000. Ketentuan ini

dijabarkan lebih lanjut dalam Surat Edaran BEJ nomor SE-005/BEJ/09-2001 juncto

Surat Direksi BEJ nomor Kep 339/BEJ/07-2001 tanggal 20 Juli 2001, Peraturan I-A.

Dalam kedua peraturan ini diatur tata cara pemilihan, syarat- syarat yang wajib

dipenuhi oleh calon komisaris independen, tugas dan tanggung jawabnya dalam

perusahaan publik.185

1. Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan

Badan Usaha Milik Negara No. Kep-23/PM PBUMN/2000 tanggal 31 Mei 2000

Penerapan Good Corporate Governance di Indonesia telah diperkuat dengan

kapastian hukum, dengan lahirnya peraturan perundangan antara lain :

185

(24)

Tentang Pengembangan Praktek Good Corporate Governance (GCG) dalam

Perusahaan Perseroan.

2. Keputusan Menteri Negara BUMN No. KEP-117/M-MBU/2002 tanggal 1

Agustus 2002 Tentang Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada

Badan Usaha Milik Negara.

3. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01/MBU/20011

tentang Penerapan Tata Kelola Peusahaan Yang Baik (Good Corporate

Governance) pada Badan Usaha Milik Negara

4. Surat Edaran Menteri PM-PBUMN No. S-106/M PM.PBUMN/2000 tanggal 17

April 2000 perihal Kebijakan Penerapan Corporate Governance yang baik di

semua BUMN.

5. Surat Komisaris PT Pos Indonesia (Persero) Nomor. 518/S-KU/2000 tanggal 2

Oktober 2000 perihal Pelaksanaan GCG dan Instruksi Untuk Pembentukan Tim

Perumus Panduan Penerapan GCG.

6. Surat Komisaris PT Pos Indonesia (Persero) Nomor. 520/S-KU/2000 tanggal 2

Oktober 2000 perihal Pembentukan Komite Audit. 9. Keputusan Direksi PT Pos

Indonesia (Persero) No.81/Dirut/1201 tanggal 27 Desember 2001 Tentang

Gerakan Moral Pos Indonesia. BTP (Bersih, Transparan dan Profesional

7. Peraturan Bank Indonesia nomor 8/4/PBI/2006 juncto nomor 8/14/PBI/2006

tentang Pelaksanaan Good Corrporate Governance di Bank Umum

8. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yaitu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Referensi

Dokumen terkait

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Perlawanan Bersenjata, melalui perlawanan di berbagai daerah yaitu peristiwa pertempuran antara pasukan Sekutu dan Belanda antara

he irst hypothesis is “there is positive and signiicant inluence of school policy, curriculum implementation, school culture and school infrastructure management collectively

Saya pernah menggunakan jasa doorsmeer ditempat lain.,menurut saya perbedaannya dengan doorsmeer lain terletak diruang tunggu Sabena yang luas dan juga

Variabel yang dipergunakan terbatas pada lima variabel yaitu reliability, responsiveness, assurance, empathy, tangibles sehingga menyebabkan penelitian hanya menyoroti masalah

Conclusion: ​ Current smoker, very severe level of the disease and depression could lead to a worse quality of life.. Medication management programs should

Kriteria mobil city car yang paling dipertimbangkan oleh konsumen dalam melakukan keputusan pembelian yaitu: faktor kualitas memiliki bobot 10,4%; faktor harga memiliki bobot

informasi dari bidan mengenai kondisi kehamilan, ibu hamil  bersedia ke puskesmas. Bidan berperan penting  untuk memengaruhi ibu hamil dalam memilih tempat persalinan 

• Guru memulai pelajaran dengan mengajak siswa mengamati gambar pada buku tema 6 Subtema 4 Pembelajaran 2, atau kalau guru, mempunyai tayangan video tentang sikap pemborosan