• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Konsep Virtualisasi pada Controller dalam Jaringan LAN berbasis Openflow

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Konsep Virtualisasi pada Controller dalam Jaringan LAN berbasis Openflow"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Software Defined Networking

Software Defined Networking (SDN) adalah pendekatan model untuk pengaturan

jaringan, yang didasari prinsip bahwa alur trafik dari jaringan dirancang untuk dapat

diprogram sehingga memungkinkan terciptanya model - model baru dalam pengaturan

trafik jaringan. Pemisahan dari control plane dan data plane merupakan ide utama dari

prinsip kerja SDN. Contoh fungsi dan penerapan dari control plane dan data plane pada

jaringan tradisional dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Fungsi control plane dan data plane

(Marschke, et al. 2015)

Protokol Openflow merupakan implementasi dari konsep SDN. Openflow merupakan

standarisasi yang mendefenisikan antarmuka sistem komunikasi antara control plane

dan forwarding/data plane pada arsitektur SDN. Fokus dari rancangan ini awalnya

adalah untuk membuat protokol eksperimen pada jaringan antar gedung yang bisa

digunakan dalam penelitian. Rancangan protokol ini kemudian dilihat memiliki potensi

untuk menggantikan fungsi protokol layer 2 maupun layer 3 yang selama ini terintegrasi

(2)

Openflow dapat dilihat pada Gambar 2.1. Model tersebut juga menjelaskan pemahaman

umum dari SDN, yaitu sebagai berikut :

- Pemisahan control plane dan data plane

- Menggunakan protokol yang terstandarisasi, yaitu protokol Openflow, untuk

menghubungkan controller (yang menjalankan fungsi control plane) dan

elemen jaringan lainnya, seperti Openflow switch untuk menjalankan fungsi

forwarding.

- Menjalankan fungsi pemrograman jaringan melalui API yang terpusat.

Gambar 2.1. Protokol Openflow (Nadeau & Grey, 2013)

Openflow terdiri dari sekelompok protokol dan sebuah API. Dengan kata lain,

controller tidak dapat melakukan apapun tanpa adanya program aplikasi yang

memberikan instruksi ke arah mana paket data akan mengalir dan ke perangkat mana.

Secara sederhana, Openflow controller dapat digambarkan sebagai sistem operasi pada

(3)

2.2.1 Openflow Controller

Dalam jaringan Openflow, fungsi control plane dilakukan pada controller dan

data plane dilakukan pada switch. Sebuah channel komunikasi digunakan

sebagai penghubung kedua plane tersebut. Dengan protokol Openflow,

controller dapat menambah, memperbaharui maupun menghapus daftar flow

(Hu, 2014). Beberapa jenis dari controller adalah NOX, POX, Ryu, Floodlight

dan Opendaylight.

Openflow channel merupakan istilah yang digunakan terhadap sesi

koneksi antara Openflow controller dan Openflow switch yang diinisiasi oleh

Openflow switch. Koneksi tersebut menggunakan protokol TCP ,misalnya telnet

dan untuk lebih aman (dengan enkripsi) menggunakan TLS. Dengan demikian,

controller dan Openflow switch dapat terhubung melalui jaringan berbasis

TCP/IP (jaringan tradisional) sehingga yang dibutuhkan agar channel ini dapat

bekerja adalah koneksi yang bersifat routed connectivity. Hal tersebut membuat

controller tidak perlu terkoneksi langsung secara fisik namun dapat juga berada

pada lokasi remote (jarak jauh). Openflow channel juga disebut sebagai control

network, yaitu jaringan yang khusus untuk komunikasi sistem/pengaturan

kontrol antara controller dan switch. Sementara untuk komunikasi data antara

switch maupun host disebut data network.

2.2.2 Openflow Switch

Openflow switch bisa dikatakan sama dengan switch jaringan biasa, tetapi

tanpa/tidak memiliki protokol pintar yang terintegrasi di dalamnya. Openflow

switch akan menjalankan perangkat lunak yang berfungsi menghubungkannya

ke controller untuk menganalisa dan mengatur alur paket data. Secara spesifik,

komponen dari Openflow switch terbagi atas 2 bagian, yaitu :

- Switch Agent

Switch Agent yaitu komponen dari switch yang berbicara kepada

controller dengan protokol Openflow. Switch agent berkomunikasi

dengan data plane dengan protokol internal. Demikian juga ketika

(4)

menerjemahkan dengan protokol Openflow, lalu akan dikirimkan ke

controller

- Data Plane

Data plane akan melakukan proses forwarding dan manipulasi dari

paket data. Apabila diperlukan, data plane akan mengirimkan paket

data ke switch agent untuk mengetahui tindakan yang perlu

dilakukan terhadap paket tersebut. Komponen data plane dari switch

yaitu port, flow table, flow, classifier dan instruksi yang perlu

dilakukan. Paket tiba dan keluar melalui port. Paket kemudian

diklasifikasikan termasuk flow yang mana, berdasarkan flow table.

Proses klasifikasi ini dilakukan oleh classifier. Parameter instruksi

lalu menentukan apa yang harus dilakukan terhadap paket yang tiba

tersebut, berdasarkan hasil klasifikasi sebelumnya (Flowgrammable,

2016)

Ada beberapa jenis perangkat lunak Openflow switch, antara lain Open vSwitch,

Indigo dan LINC.

2.3 Forwarding pada Jaringan Openflow

Openflow switch melakukan proses forwarding berdasarkan informasi yang ada pada

tabel flow. Informasi pada tabel flow diperoleh dari instruksi yang diberikan controller.

Tabel flow berisi parameter MAC address, IP address, nomor port dan parameter

lainnya yang dapat dikonfigurasi sesuai kebutuhan. Berdasarkan informasi dalam tabel

flow, instruksi terhadap paket data yang datang dapat diatur, misalnya berupa

forwarding ke port tertentu, dilakukan drop paket dan apabila parameter untuk paket

tersebut tidak ditemukan pada tabel flow, dapat dikirim ke controller untuk ditanyakan

mengenai instruksi yang perlu dilakukan.

Penggunaan tabel flow dalam Openflow mengalami perkembangan. Pada

protokol Openflow versi 1.0 hanya 1 tabel flow yang didukung, tetapi dimulai versi 1.1

dan seterusnya, sebuah Openflow switch dapat mendukung lebih dari satu tabel flow.

Misalnya dengan Open vSwitch, dapat menggunakan 254 tabel flow. Tujuan

didukungnya beberapa tabel flow dalam switch adalah optimisasi jaringan data,

(5)

sebuah tabel flow. Dengan menggunakan banyak tabel, sebuah data dapat diproses

langsung ke tabel yang berisi informasi forwarding dari paket tersebut, sehingga tidak

perlu mencari dari keseluruhan data flow seperti apabila hanya menggunankan satu tabel

flow (Open Networking Foundation, 2014). Penulis mengilustrasikan konsep multiple

flow table ini pada Gambar 2.2. Dapat dilihat proses paket data yang diterima dapat

dilakukan drop, pencocokakn terhadap tabel flow lain atau ditanyakan ke controller.

Gambar 2.2. Multiple flow table.

Menurut prinsip kerjanya, proses forwarding dalam Openflow switch dibagi

tiga, yaitu :

- Reactive Forwarding.

Ketika sebuah paket data atau flow dalam jaringan Openflow diterima

sebuah Openflow switch, switch agent di dalam switch tersebut melakukan

pencarian dalam tabel flow. Jika tidak ditemukan pasangan instruksi untuk

flow tersebut, switch akan membuat paket bernama packet-in dan dikirimkan

ke controller. Fungsinya adalah untuk menanyakan instruksi yang perlu

(6)

packet-in yang diterima, controller juga secara dinamis dapat mempelajari

perangkat yang berada dalam topologi jaringan.

- Proactive Forwarding.

Berbeda dengan reactive forwarding, proactive forwarding tidak bereaksi

terhadap jenis paket/flow data baru yang baru diterimanya. Switch telah

menerima informasi flow dari controller mengenai seluruh flow/paket data

yang kemungkinan akan diterima switch tersebut. Dengan begitu, sebelum

menerima sebuah flow/paket baru, switch telah mengetahui instruksi yang

perlu dilakukannya terhadap jenis flow tersebut. Hal tersebut membuat

komunikasi dengan controller, misalnya packet-in tidak perlu diinisiasi,

sehingga akan mengurangi latency. Prinsip ini mirip dengan routing table

pada router, dimana seluruh alamat trafik telah tersimpan sebelum paket dari

trafik tertentu diterima (Nadeau & Grey, 2013).

Proses awal dari switching tradisional dimulai ketika sebuah frame data diterima

oleh switch. Kemudian algoritma pencarian data MAC address pun dimulai oleh switch

itu sendiri. Proses tersebut dapat dilihat pada penjelasan berikutnya.

Gambar 2.3. Proses switching pada jaringan tradisional

Pada Gambar 2.3. dapat dilihat prinsip switching pada jaringan tradisional,

dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Komputer A hendak mengirimkan data ke komputer B. Diterima switch X

pada port 1.

2. Karena switch X tidak mengetahui arah tujuan data tersebut, sehingga

(7)

kemudian menyimpan informasi bahwa MAC address komputer A

terhubung ke port 1 pada tabel CAM. Data yg dikirimkan diterima switch Y

pada port 1.

3. Switch Y tidak mengetahui arah tujuan data tersebut, sehingga dikirimkan

ke seluruh port kecuali port asalnya, yaitu port 2. Switch Y kemudian

menyimpan informasi bahwa MAC address komputer A terhubung ke port

1 pada tabel CAM. Data yang dikirimkan diterima komputer B.

4. Komputer B menjawab data yg dikirimkan . Data tersebut diterima switch Y

pada port 2. Switch Y kemudian menyimpan informasi bahwa MAC address

komputer B terhubung ke port 2.

5. Berdasarkan informasi sebelumnya, diketahui bahwa tujuan data adalah

komputer A, sehingga switch Y mengirimkan data tersebut melalui port 1

ke switch X.

6. Berdasarkan informasi pada tabel CAM, switch X mengetahui bahwa tujuan

data adalah komputer A, sehingga switch X mengirimkan data tersebut

melalui port 1 ke komputer A.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dilihat bahwa setiap switch membuat

keputusan secara lokal, setiap switch memiliki otaknya masing-masing dan

pembaharuan tabel CAM dilakukan secara individu.

Sementara disisi lain, protokol Openflow menerapkan algoritma yang berbeda

untuk skenario jaringan sederhana yang sama. Dengan reactive forwarding, untuk jenis

(8)

Gambar 2.4. Prinsip forwarding pada Openflow

Pada Gambar 2.4. dapat dilihat proses dalam jaringan Openflow, yaitu :

1. Komputer A mengirimkan data dengan tujuan komputer B.

2. Prinsip kerja switch pada Openflow dalam reactive forwarding yaitu ketika

menerima paket data yang tidak diketahui tujuannya, akan dikirimkan pesan

ke Openflow controller untuk menanyakan instruksi berikutnya yaitu

melalui pesan packet-in. Pada switch X, ketika mengirimkan pesan ke

controller, controller juga tidak mengetahui arah tujuan pengiriman data,

sehingga mengirimkan pesan ke switch untuk melakukan broadcast. Pesan

ini dinamakan packet-out. Disaat yang bersamaan controller mempelajari

bahwa komputer A terhubung pada port 1 di switch X. Informasi tersebut

disimpan oleh controller.

3. Switch X kemudian broadcast ke port lain, yaitu port 2.

4. Switch Y tidak mengetahui arah tujuan paket, sehingga mengirimkan

Packet-in ke controller. Controller mengirimkan packet-out berisi instruksi

untuk melakukan broadcast.

5. Switch Y mengirimkan broadcast. Komputer B menerima paket yang

dikirimkan.

(9)

7. Switch Y tidak mengetahui kemana tujuannya sehingga mengirimkan pesan

Packet-in ke controller. Ketika menerima pesan tersebut, controller

mempelajari bahwa komputer B terhubung pada port 2 di switch B.

Digabung dengan informasi sebelumnya, controller melakukan update pada

tabel flow di seluruh switch mengenai informasi yang dimilikinya, sehingga

switch Y mengetahui arah pengiriman, yaitu ke switch X.

8. Paket tidak dilakukan broadcast, tetapi dikirimkan ke switch X sesuai

informasi terbaru pada tabel flow yang diterima dari controller.

9. Switch X kemudian mengirimkan paket ke komputer A. Untuk pengiriman

berikutnya dari komputer A ke B ataupun sebaliknya, switch X dan Y tidak

lagi menanyakan instruksi ke controller, dikarenakan sudah memiliki

informasi pada tabel flow masing-masing. Paket langsung dikirimkan sesuai

informasi dari tabel flow.

Dari proses tersebut, dapat dilihat bahwa controller mempelajari bagaimana switch

terhubung dan informasi pada controller dibagikan ke tabel flow pada switch, sehingga

pengiriman data yang sama pada giliran berikutnya tidak perlu melibatkan controller

lagi.

Melalui penjelasan prinsip kerja switching tradisional dan reactive forwarding

pada protokol Openflow pada skenario yang sama, dapat dilihat perbedaan algoritma

dalam proses pengaluran data. Dalam pencarian proses instruksi terhadap sebuah paket

data baru yang baru diterima, reactive forwarding cenderung menimbulkan latency

Gambar

Tabel 2.1. Fungsi control plane dan data plane
Gambar 2.1. Protokol Openflow (Nadeau & Grey, 2013)
Gambar 2.2. Multiple flow table.
Gambar 2.3. Proses switching pada jaringan tradisional

Referensi

Dokumen terkait

IPCOP adalah suatu distribusi linux yang menyediakan fitur simple-to-manage firewall appliance berbasis perangkat keras PC memiliki fitur manajemen user

In the proposed framework, an integrated variational model based on multi-source and multi-temporal remote sensing images is constructed, which is able to simultaneously

HSBC tidak bertanggung jawab atas kinerja Penanggung dan/atau produk asuransi Business Shield dan Shield Plus termasuk atas segala kerugian maupun keuntungan dari dana

Penelitian ini terdiri dua tahap, tahap pertama penghilangan rasa gatal, dan optimasi pembuatan tepung kimpul yang terdiri atas 2 faktor yaitu blanching dan perendaman

Pada penelitian ini memberikan bukti bahwa hipotesis keempat tidak terdukung, yaitu kualitas produk tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas

pernah diperoleh; (3) sertifikat kompetensi dokter hewan/dokter hewan spesialis; (4) sertifikat profesi/keahlian; (5) sertifikat dosen (jika ada) ; (6) surat pernyataan akan

Pertanyaan di bagian II menyediakan skala 1 sampai 7, makna dari angka tersebut adalah 1 sebagai kutub ekstrim negatif (Sangat Tidak Setuju) dan 7 sebagai kutub positif (Sangat

Penggunaan modal kerja PT Semen Baturaja (Persero) Tbk belum efisien, karena perusahaan belum mampu membayar hutang jangka pendek sehingga perusahaan tidak berada