• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI MANAJEMEN BANDWITH MENGGUNAKAN IPCOP OS ROUTER (STUDI KASUS : LABORATORIM SISTEM INFORMASI DAN PEMROGRAMAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS HALU OLEO)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "IMPLEMENTASI MANAJEMEN BANDWITH MENGGUNAKAN IPCOP OS ROUTER (STUDI KASUS : LABORATORIM SISTEM INFORMASI DAN PEMROGRAMAN JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS HALU OLEO)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN : 2502-8928 (Online)  219

Received June 1st,2012; Revised June 25th, 2012; Accepted July 10th, 2012

IMPLEMENTASI MANAJEMEN

BANDWITH

MENGGUNAKAN IPCOP OS

ROUTER

(STUDI KASUS

: LABORATORIM SISTEM INFORMASI DAN

PEMROGRAMAN JURUSAN TEKNIK

INFORMATIKA UNIVERSITAS HALU OLEO)

Armin Pesipari*1, Sutardi2, Isnawaty3 *1,2,3

Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Halu Oleo, Kendari e-mail : *1pesipari2719@gmail.com, 2sutardi_hapal@yahoo.com, 3isna.1711@gmail.com

Abstrak

Laboratorium Sistem Informasi dan Programming memiliki 16 komputer yang terhubung pada jaringan Local Area Network (LAN). Selain LAN ada Access Point yang digunakan mahasiswa untuk sarana belajar. Tanpa adanya manajemen bandwith dan manajemen user hal tersebut jelas mempengaruhi performa koneksi client. Salah satu alternatif manajemen bandwith adalah penggunaan IPCOP sebagai alat manajemen bandwith agar setiap client mendapatkan bandwith dengan ukuran yang sama tanpa menggangu bandwith client yang lain. IPCOP adalah suatu distribusi linux yang menyediakan fitur simple-to-manage firewall appliance berbasis perangkat keras PC memiliki fitur manajemen user untuk peningkatan keamanan dan fitur manajemen bandwith untuk membantasi penggunaan bandwith berbasis web GUI (Graphic User Interface). Dari hasil pengujian, IPCOP berhasil mengoptimalkan dan membatasi penggunaan bandwith pada setiap client, Selain itu IPCOP mampu meningkatkan keamanan jaringan komputer dari serangan DoS (Denial of Service).

Kata kunci—DoS, IPCOP, Manajemen Bandwith, Linux, QoS, Simple-to-Manage Firewall Appliance.

Abstract

The Information Systems and Programming Laboratory has 16 computers connected on the fingers of a Local Area Network (LAN). In addition to LAN there is Access Point that students use for learning facilities. Without bandwith management and user management it clearly affects the performance of client connections. One alternative to bandwith management is the use of IPCOP as a bandwith management tool for each client to gain bandwith of the same size without disrupting the bandwith of other clients. IPCOP is a linux distribution that provides simple-to-manage features of PC hardware-based appliance firewalls with user management features for security enhancements and bandwith management features to combat the use of web-based GUI (Graphic User Interface) bandwith. From the test results, IPCOP managed to optimize and limit the use of bandwith on each client. In addition, IPCOP is able to increase computer network security from DoS (Denial of Service) attacks.

Keywords —DoS, IPCOP, Bandwith Management, Linux, QoS, Simple-to-Manage Firewall

Appliance

1. PENDAHULUAN

urusan Teknik Informatika Universitas Halu Oleo memiliki layanan internet yang digunakan oleh dosen dan

mahasiswa dengan besaran bandwith 10 Mbps yang diporeloh dari pembagian bandwith

Fakultas Teknik. Besaran bandwith ini digunakan oleh 3 Laboratorium salah satunya adalah Laboratorium Sistem Informasi dan Programming.

(2)

Laboratorium Sistem Informasi dan Programming memiliki 16 komputer yang terhubung pada jaringan Local Area Network (LAN). Selain LAN ada Access Point yang digunakan oleh mahasiswa untuk melakukan aktivitas download, upload, dll. . Tanpa adanya manajemen bandwith hal tersebut jelas akan mempengaruhi performa koneksi internet client jika bandwith 10 Mbps diteruskan pada puluhan atau bahakan ratusan client.

Untuk itu dibutuhkan sistem Sistem Operasi yang memiliki kemampuan manajemen bandwith yaitu IPCOP, IPCOP adalah suatu distribusi linux yang menyediakan fitur simple-to-manage firewall appliance berbasis perangkat keras PC yang dikembangkan dari netfilter linux/firewall

Linux. IPCOP sangat sederhana, memiliki fitur manajemen pengguna untuk peningkatan keamanan dan fitur manajemen bandwith

untuk membantasi penggunaan bandwith

berbasis web GUI (Graphic User Interface). Manajemen bandwith dilakukan agar setiap

client mendapatkan bandwith dengan kadar dan ukuran yang sama tanpa menggangu

bandwithclient yang lain [1].

2. METODE PENELITIAN

2.1 Metode Pengembangan Sistem

Siklus Hidup Jaringan Cisco atau disebut juga dengan metode Prepare, Plan, Design, Implement, Operate and Optimize

(PPDIOO) Network Lifecycle adalah dirancang untuk mendukung jaringan yang sedang berkembang [2]. Siklus Hidup Jaringan Cisco adalah pendekatan dengan enam tahap. Tiap tahap mendefinisikan aktifitas yang dibutuhkan untuk keberhasilan menyebarkan dan mengoperasikan teknologi Cisco . Hal ini juga terinci bagaimana mengoptimalkan kinerja di seluruh siklus hidup suatu jaringan dapat dilihat pada Gambar 1.

2.2 Topologi Jaringan

Gambar 2 merupakan arsitektur jaringan yang digunakan dalam penelitian.

Gambar1 Metode Pengembangan Sistem

Gambar 2 Arsitektur yang Digunakan

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Manajemen Bandwith

Konfigurasi manajemen bandwith pada IPCOP dilakukan pada PC yang bertindak sebagai admin. Konfigurasi manajemen

bandwith pada IPCOP berbasis web GUI. Adapun langkah-langkah manajemen

bandwith pada IPCOP adalah sebagai berikut : a. Gunakan satu buah PC sebagai PC admin

(3)

IP 192.168.1.2 dilanjutkan dengan membuka web browser dengan alamat https.://192.168.1.1:8443 untuk masuk pada web GUI.

b. Sebelum masuk pada tampilan Interface web GUI IPCOP terlebih dahulu penulis melakukan login sebagai admin dengan

password : 12345678. Mengikuti setting yang telah ditetapkan pada konfigurasi IPCOP. Gambar 3 menunjukkan tampilan

Login Admin. menunjukkan tampilan limithost IPCOP.

Gambar 4 Limithost IPCOP

3.2 Pengujian Quality Of Service

Pengujian Quality Of Service dilakukan untuk mengetahui perbedaan secara akurat kualitas kecepatan bandwith sebelum dan setelah manajemen bandwith menggunakan IPCOP OS Router. Parameter yang dicari adalah Delay, Throughput, dan Packet Loss

Pengujian dilakukan oleh client yang terhubung pada jaringan LAN dan WLAN menggunakan aplikasi Wireshark yang mana dalam data akan muncul secara otomatis setelah melakukan proses analisis. Hasil data uji yang didapatkan akan disajikan dalam

bentuk tabel untuk kemudian disimpulkan dengan diagram.

download jaringan LAN sebelum dan sesudah manajemen bandwidth dan pada tabel 2 menunjukkan kondisi download jaringan WLAN sebelum dan sesudah manajemen

bandwidth.

Throughput 14,492 Mbps 0,551 Mbps

Tabel 2 Nilai dan keterangan QoS Download

WLAN Sebelum dan Sesudah Manajemen

bandwith

QoS Data Hasil Uji

Sebelum Setelah

Delay 1,09 ms 16,21ms

Packet Lost 19,77 % 86, 32%

Throughput 5,567 Mbps 1.113Mbps

b. Kondisi Upload

Berikut adalah hasil capture dari analisis data upload QoS yang dilakukan sebelum menajemen bandwith pada jaringan LAN dan WLAN. Tabel 3 menunjukkan kondisi upload

jaringan LAN sebelum dan sesudah manajemen bandwidth dan pada tabel 4 menunjukkan kondisi upload jaringan WLAN sebelum dan sesudah manajemen bandwidth.

Tabel 3 Nilai dan keterangan QoS Upload

(4)

Tabel 4 Nilai dan keterangan QoS Upload

WLAN Sebelum dan Sesudah Manajemen

bandwith

QoS Data Hasil Uji

Sebelum Setelah

Delay 0,37 ms 6,71 ms

Packet Lost 0,01 % 20,27 %

Throughput 19,462Mbps 8.282Mbps

3.3 Analisis Data

Dari diagram hasil penelitian diketahui bahwa nilai Quality of Service (QoS) pada diagram download dan upload jaringan LAN dan jaringan WLAN pada data hasil sebelum manajemen bandwith lebih baik dibanding sesudah manajemen bandwith menggunakan IPCOP OS router sesuai standar TIPHON yang terdapat pada bab 2 (dua). Hal ini disebabkan oleh :

a. Pada layanan jaringan menggunakan manajemen bandwith menggunakan IPCOP memiliki jalur komunikasi yang panjang dan harus melewati tambahan 1 (perangkat) yaitu perangkat PC router, sehingga prosesnya lebih kompleks. b. Pada layanan jaringan menggunakan

manajemen bandwith IPCOP OS

router dibatasi sebesar 256 kbps per limithost sehingga menyebabkan

bottleneck pada transmisi data.

Bottleneck jika diartikan secara bebas adalah leher botol. Dapat diartikan juga sebagai penyempitan jalur. Perumpamaannya seperti pada leher lintas transmisi data, bottleneck adalah penyempitan lebar jalur/bandwith dari kondisi bandwith yang normal tetapi kemudian terdapat sebuah jalur/bandwith yang menyempit pada salah satu titik/ruas jalur, sehingga mengakibatkan kemacetan atau perlambatan laju lalu lintas data. c. Hasil analisis capture wireshark

download pada jaringan komputer sebelum manajemen bandwith pada jaringan LAN hanya mencapai nilai

maksimal delay/waktu tunda 0,45 mili second (0,08 second), packet loss

14,492 %, throughput 0,29 Mbps sedangkan setelah manajemen bandwith

mencapai nilai maksimal delay/waktu tunda 13,02 mili second, packet loss

98,45 %, throughput 0,511 Mbps. Hasil

capture wireshark download pada jaringan komputer sebelum manajemen

bandwith pada jaringan WLAN hanya mencapai nilai maksimal delay/waktu tunda 1,09 mili second , packet loss

19,77 %, throughput 5,567 Mbps sedangkan setelah manajemen bandwith

mencapai nilai maksimal delay/waktu

(https://192.168.9.1:8443). Admin akan mendapatkan Security Alert bahwa anda melihat halaman melalui koneksi yang memiliki keamanan, tekan Ok dan masukan username sebagai admin dan password 12345678.

Setelah login maka harus melakukan konfigurasi untuk mengaktifkan IDS pada IPCOP firewall karena IDS tidak terkonfigurasi secara default pada IPCOP

firewall. Konfigurasi dapat dilakukan dengan mengikuti link services/ detection intrusion lalu ceklist pada jaringan / interface yang ingin di pantau (saat pengujian kondisi yang digunakan adalah red, dan green). Agar snort bisa mendeteksi penyusup maka snort membutuhkan rules. Untuk mendapatkan

rules yang terbaru pada IPCOP menyediakan fasilitas untuk bisa terus melakukan update, namun untuk mendapatkan

(5)

Gambar 5 Service IDS

a. Serangan

Pada penggujian ini, PC intruder

melakukan ping attack yang merupakan teknik serangan DoS (Denail of Service) dengan mengirimkan beberapa paket ICMP

(Internet Control Message Protocol) dalam ukuran yang besar dan terus menerus IP PC

Router.PC intruder menggunakan perintah ping dengan size 65000. Gambar 6 menunjukkan eksploitasi ping atack yang dilancarkan di sistem operasi windows.

Gambar 6 Ping Attack

b. PantauanIPCOP Firewall

Pada tampilan web administrator IPCOP

Firewall untuk memantau Intrusion Detection System dengan mengikuti link Logs/IDS LOG. IDS logs menjelaskan dari mana asal serangan,kemana arah tujuan serangan dan bentuk dari serangan. Laporan serangan yang menggunakan ping attack

dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Report serangan Ping Attack

c. Pencegahan Menggunakan Firewall

Pada sistem operasi IPCOP telah tersedia sistem keamanan jaringan berupa

firewall. IPCOP firewall merupakan distribusi linux dengan kernel 2.4.x yang didukung dengan iptables. Pada analisis ini

firewallpada IPCOP digunakan untuk mem-blok usaha penyusup untuk masuk kedalam jaringan.

Berdasarkan pantauan dari sisi intruder, penyusup biasanya diawali dengan melakukan ping request pada sistem korban dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya respons sistem korban, kemudian mencoba membuat sistem menjadi crash atau hank. Pada IPCOP hal tersebut dapat ditanggulangi dengan menggunakan fitur Disable Ping Response. Fitur Disable Ping Response berada pada link firewall/ firewall rules/ IPCOP

Access. Berikut adalah langkah-langkah memblock serangan pada IPCOP.

1. Pada Default network penulis meilih any untuk menetepkan IP address PC intruder.

2. Memilih Ping (-) pada default service karena PC intruder menggunakan ping of death.

3. Memberikan centang pada Log rule dan memilih Reject pada Rule Action untuk menghentikan serangan. Gambar 8 menunjukkan IPCOP Acces.

Gambar 8 IPCOP Access

Setelah melakukan setting pada IPCOP

(6)

Gambar 9 Hasil Reject menggunakan firewall

3.5 Hasil Perbandingan Download

Hasil yang didapatkan pada pengkuran

download sebelum dan sesudah manajemen

bandwith menggunakan IPCOP OS Router

diperoleh seperti pada tabel 5.

Tabel 5 Perbandingan Download Sebelum dan Sesudah Menggunakan Manajemen Bandwith

IPCOP

Rata-rata 371,964 132.839

Pada Tabel 5 menjelasakan bahwa uji

download sebelum manajemen bandwith

dengan 5 (lima) client diperoleh nilai maksimal 835,680 KBps dan nilai minimal 5,890 KBps, serta nilai rata-rata yang dicapai adalah 371 KBps. Untuk uji download setelah manajemen bandwith dengan 5 (lima) client

diperoleh nilai maksimal 137,084 KBps dan nilai 121,480 KBps, serta nilai rata-rata yang dicapai adalah 132.839 KBps. Hal ini membuktikan bahwa setiap client setelah manajemen bandwith mendapatkan bandwith

dengan kadar dan ukuran yang sama tanpa menggangu bandwith client yang lain.

4. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan, yaitu :

1. IPCOP OS router dapat mengoptimalkan sistem manajemen bandwidth pada jaringan komputer di Laboratorium Sistem

Informasi dan Programming Jurusan Teknik Informatika UHO dengan melakukan limithost 256 Kbps pada setiap

client.

2. Dari hasil penelitian Uji Quality of Service

dengan menggunakan parameter delay, throughput, dan packet loss diporeleh hasil yaitu menurunya perfoma kualitas jaringan setelah menggunakan manajemen bandwidth IPCOP OS router. 3. Setiap client di Laboratorium Sistem Informasi dan Programming Jurusan Teknik Informatika UHO mendapatkan

bandwidth dengan kadar dan ukuran yang sama tanpa menggangu bandwidth

client yang lain.

4. Dari hasil analisis dan report pada pengujian keamanan jaringan, snort pada IPCOP berjalan dengan sangat baik.

ping of death dapat di cegah dengan baik.

5. SARAN

Saran penulis pada penelitian ini, yaitu : 1. LAN Card yang di setting pada interface Red diharapkan menggunakan jaringan lansung ISP sebagai jaringan sumber agar jaringan komputer Laboratorium Sistem Informasi dan Programming menjadi lebih Optimal.

2. Manajemen bandwith menggunakan IPCOP OS dapat dipertimbangan untuk diterapkan pada laboratorium sistem informasi dan pemrogramman Jurusan Teknik Informatika sebagai solusi terhdap permasalahan penggunaan bandwith yang tidak terkontrol/termanajemen.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arifin dan Fitriani, 2012, Analisis Efektifitas Bandwith menggunakan

(7)

[2] Riza T dan Ahmad I, 2012,

Implementasi Manajemen Trafik dan Bandwith Internet dengan IPCOP, Fakultas Elektro dan Komunikasi, Institut Teknologi Telkom Bandung, Bandung.

[3] Syafrizal dan Melwin, 2012, Analisis dan Implementasi Quality Of Service (QoS) Menggunakan IPCOP Di SMK Muhammadiyah Imogiri, Jurusan Teknik Informatika, STMIK AMIKOM, Yogyakarta.

[4] Susianto dan Didi, 2016, Implementasi queue tree untuk manajemen bandwith menggunakan Router board mikrotik, Jurusan Manajemen Informatika, AMIK Dian Cipta Cendikia Bandar Lampung

(8)

Gambar

Gambar 2  Arsitektur yang Digunakan
Tabel 4 Nilai dan keterangan QoS UploadWLAN Sebelum dan Sesudah Manajemen bandwith
Gambar 7  Report serangan Ping Attack
Gambar 9 Hasil Reject menggunakan firewall

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh penyimpanan beku surimi ikan Kurisi terhadap kadar protein total menunjukkan bahwa penyimpanan beku surimi ikan Kurisi tidak

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sosiologi sastra untuk mengungkapkan toleransi yang terdapat dalam film 99 Cahaya Di Langit Eropa.. teori

Proses pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan model CORE berbantuan mind mapping pada siklus I secara keseluruhan berlangsung cukup baik karena terlihat pada

Dalam perancangan topologi pengembangan sistem keamanan jaringan SMK Negeri 1 Indralaya Utara, dimana terdapat pendambahan perangkat jaringan yaitu sebuah mikrotik

atau Pejabat Tata usaha Negara ya.g bersangkuEr, apabila tidak mefrberikar daia dan informasi yang diminrakan tersebut Akan tehpi hal ini oleh Pengadilan dapa.

Pada tabel 2 juga menjelaskan mengenai analisis bivariat yang dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square untuk hipotesis dua sisi pada tingkat kepercayaan 95%

Surat tugas Tenaga Pengobatan Komplementer- Alternatif selanjutnya disebut ST-TPKA adalah bukti tertulis yang diberikan kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki Surat