• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran IPS Berbantukan Media Gambar Pada Siswa Kelas V di SDN Inpres Bobolon | Nurdin | Jurnal Kreatif Tadulako Online 3956 12616 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran IPS Berbantukan Media Gambar Pada Siswa Kelas V di SDN Inpres Bobolon | Nurdin | Jurnal Kreatif Tadulako Online 3956 12616 1 PB"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

Meningkatkan Hasil Belajar Dalam Mata Pelajaran IPS

Berbantukan Media Gambar Pada Siswa Kelas V

di SDN Inpres Bobolon

Hastin Andi Nurdin

Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

ABSTRAK

Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya skill menghafal dari pada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi. Selama ini, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat masih banyak siswa yang belum tuntas nilainya bersarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Apakah dengan berbantukan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN Impres Bobolon? Tujuan penilitian ini adalah meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas V SDN Impres Bobolon dengan berbantukan media gambar. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 3 (tiga) bulan yakni pada Bulan September sampai Nopember 2014. Penelitian ini difokuskan pada dua subjek yakni siswa dan guru. Siswa kelas V secara umum mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II secara signifikan dengan menggunakan media gambar. Dari hasil tes terlihat bahwa pada siklus I didapatkan rata – rata 58,19 atau daya serap klasikal sebesar 58,19% ketuntasan klasikal sebesar 42,85%, sedangkan pada siklus II didapatkan rata – rata 80,47 atau daya serap klasikal sebesar 80,47% ketuntasan klasikal sebesar 95,23%. Analisa data hasil observasi siswa dan analisa data observasi guru menunjukkan peningkatan hasil belajar yang meningkat. Dilihat dari kriteria taraf keberhasilan tindakan observasi siswa dan observasi guru mendapatkan kategori nilai baik. Analisa data hasil observasi siswa siklus II dan analisa data observasi guru menunjukkan nilai yang sangat memuaskan. Dilihat dari taraf keberhasilan tindakan observasi siswa dan observasi guru mendapatkan kategori nilai sangat baik. Hasil observasi siklus I dan II menunjukkan aktifitas siswa dan aktifitas guru dalam pembelajaran dari baik menjadi sangat baik.

Kata Kunci: Hasil Belajar; Media Gambar

I. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan yang serba maju, modern dan serba canggih seperti saat

ini, pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup.

Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas

sumber daya manusia. Melalui penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat

(2)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

pembangunan nasional. Dalam pasal 20 UU tahun 2003, pendidikan nasional

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa dengan tujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

peserta didik agar menjadi manusia yang berkualitas dengan ciri-ciri beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab

(UU No. 20 tahun 2003).

Kini semakin disadari bahwa pendidikan memainkan peranan yang sangat

penting didalam kehidupan dan kemajuan umat manusia. Pendidikan merupakan

suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang

mempengaruhi perkembangan fisiknya, daya, jiwa, sosial dan moralitasnya, atau

dengan perkataan lain, pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam

mempengaruhi kemampuan, kepribadian dan kehidupan individu dalam

pertemuan dan pergaulannya dengan sesama, serta hubungannya dengan Tuhan.

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

kegiatan-kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang

akan datang.

Mutu pendidikan sangat erat hubungannya dengan mutu siswa, karena

siswa merupakan titik pusat proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam

meningkatkan mutu pendidikan harus diikuti dengan peningkatan mutu siswa.

Peningkatan mutu siswa dapat dilihat pada tingginya tingkat prestasi belajar

siswa, sedangkan tingginya tingkat prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh

besarnya minat belajar siswa itu sendiri.

Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah kurikulum.

Kurikulum disusun untuk mendorong anak berkembang ke arah tujuan

pendidikan. Tujuan pendidikan ini dicoba diwujudkan dalam kurikulum tiap

tingkat dan jenis pendidikan, diuraikan dalam bidang studi dan akhirnya dalam

tiap pelajaran yang diberikan oleh guru di dalam kelas.

Dalam mencapai tujuan pendidikan ini, pemerintah menggagas

diberlakukannya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013. Tetapi pada penelitian

(3)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

(KTSP). KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan

oleh masing-masing satuan pendidikan atau sekolah. KTSP tersebut memberikan

keleluasaan kepada sekolah untuk merancang, mengembangkan, dan

mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan situasi, kondisi, dan

potensi keunggulan lokal yang bisa dimunculkan oleh sekolah. Alasan peneliti

masih menggunakan KTSP karena kurikulum baru tahun 2013 belum sepenuhnya

serentak diberlakukan pada sekolah diseluruh indonesia lebih khususnya di SDN

Inpres Bobolon sampai saat ini masih menggunakan KTSP.

Masih rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh masih dominannya

skill menghafal dari pada skill memproses sendiri pemahaman suatu materi.

Selama ini, minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) masih tergolong sangat rendah. Hal ini dapat dilihat masih banyak siswa

yang belum tuntas nilainya bersarkan kriteria ketuntasan minimal (KKM). Faktor

minat itu juga dipengaruhi oleh adanya metode mengajar yang digunakan guru

dalam menyampaikan materi. Metode yang konvensional seperti menjelaskan

materi secara abstrak, hafalan materi dan ceramah dengan komunikasi satu arah,

yang aktif masih didominasi oleh pengajar, sedangkan siswa biasanya hanya

memfokuskan penglihatan dan pendengaran. Kondisi pembelajaran seperti inilah

yang mengakibatkan siswa kurang aktif dan pembelajaran yang dilakukan kurang

efektif. Disini guru dituntut untuk pandai menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan bagi siswa sehingga siswa kembali berminat mengikuti kegiatan

belajar.

Setiap proses belajar dan mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur

antara lain tujuan, bahan, media, dan metode, serta evaluasi. Dalam pencapaian

tujuan tersebut, media merupakan salah satu kompenen pembelajaran sangat

penting sebab dengan adanya media atau alat pembelajaran, bahan dapat dengan

mudah dipahami dan diserap oleh siswa dan guru lebih mudah menyampaikan

bahannya kepada siswa peserta didik nantinya.

Di dalam proses belajar mengajar dikenal istilah, seperti peragaan atau

keperagaan. Tetapi dewasa ini istilah keperagaan ini telah mulai dipopulerkan

(4)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

harafiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau pengantar

pesan dari pengirim ke penerima pesan.

Penggunaan media gambar dalam pembelajaran sangat diutamakan guna

menimbulkan gairah belajar, motivasi belajar, merangsang siswa berperan aktif

dalam proses pembelajaran. Melalui media gambar diharapkan dapat lebih

mempermudah pemahaman materi pelajaran yang diberikan dan nantinya dapat

mempertinggi kualitas proses pembelajaran yang selanjutnya dapat meningkatkan

hasil belajar siswa.

SDN Inpres Bobolon adalah salah satu sekolah dasar negeri yang terletak

di kecamatan Banggai, kabupaten Banggai Laut, propinsi Sulawesi Tengah.

Kegiatan pembelajaran SDN Inpres Bobolon masih termasuk tradisional karena

kebanyakan guru hanya menggunakan metode ceramah dalam penyampaian

materi, sehingga siswa merasa bosan dalam megikuti proses pembelajaran. Hal itu

diketahui dari hasil survei yang telah dilakukan. Dari hasil survei tersebut bahwa

pembelajaran IPS kurang diminati oleh siswa. Dalam proses pembelajaran terlihat

masih rendah perhatian siswa, siswa kurang berpartisipasi, sedangkan guru hanya

menggunakan metode ceramah dalam penyampaian materi.

Diharapkan dengan berbantukan media gambar dalam proses pembelajaran

IPS akan menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar sehingga akan

meningkatkan hasil belajar siswa.

Menurut Slameto (2008:2),”Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.

Kosasi Djahiri (Yaba, 2006:5) menyatakan bahwa IPS adalah merupakan

ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu

sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip

pendidikan dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat

persekolahan.

Sedangkan menurut Brigs (Sadiman, 2002:6) media adalah segala alat fisik

(5)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan

perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

II. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK)

yang dilakukan secara partisipatif. Partisipatif artinya peneliti dibantu oleh teman

sejawat yang terlibat secara langsung dalam penelitian. Penelitian ini bertujuan

untuk mengatasi suatu permasalahan di dalam kelas, yaitu kurang aktifnya siswa

dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dengan cara melakukan tindakan

diharapkan dapat memperbaiki dan meningkatkan keaktifan siswa dalam

pembelajaran IPS di kelas.

Sesuai tujuan dasar penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu memperbaiki

praktek pembelajaran guru di kelas, maka setiap tindakan dalam penelitian ini

selalu diikuti dengan refleksi atau mempertimbangkan baik buruknya, berhasil

tidaknya tindakan. Tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

untuk meningkatkan hasil belajar dalam mata pelajaran IPS pada siswa kelas V

SDN Inpres Bobolon.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

konstruktivisme, yaitu suatu pendekatan yang menjadikan informasi itu miliknya

sendiri, dan berperan aktif dalam pembelajaran, karena informasi yang diterima

dapat ditransfer dan dibangun sendiri menjadi suatu pengetahuan yang lebih

bermakna.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

penelitian Kemmis dan Mc.Taggart (Aip Badrujaman dan Dede Rahmat Hidayat,

2010:12). Di mana alur pelaksanaan dalam penelitian tindakan kelas ini dimulai

dari (1) perencanaan, (2) pelaksanaan (3) pengamatan/observasi dan (4) refleksi.

Penelitian ini direncanakan dalam beberapa siklus. Siklus merupakan ciri

dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setiap siklus yang di laksanakan

(6)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

a. Planning (rencana)

Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan guru sebelum

melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta

fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut

secara dini kita dapat mengatasi hambatan. Adapun kegiatan yang dilakukan pada

saat perencanaan adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan guru mitra sebagai pengamat.

2. Memilih materi yang akan diajarkan

3. Menggunakan media gambar

4. Membuat skenario pembelajaran

5. Membuat rencana pembelajaran

6. Membuat lembar observasi

7. Membuat lembar kerja siswa

8. Menyiapkan tes akhir tindakan

b. Action (Tindakan)

Setelah perencanaan dalam penelitian ini maka diadakan pelaksanaan

tindakan dengan menggunakan media gambar yang dilakukan oleh peneliti

sebagai guru kelas V SDN Inpres Bobolon sedangkan penerima tindakan adalah

siswa kelas V SDN Inpres Bobolon. Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai

jadwal pelajaran yaitu setiap hari kamis.

c. Observation (Pengamatan)

Bersamaan dengan pelaksanaan tindakan sekaligus dilakukan pengamatan.

Pengamatan dalam penelitian ini direncanakan terdiri atas dua orang pengamat,

yakni (1) Suharto Balahanti, A.Ma.Pd yang khusus mengamati kegiatan guru

dalam menyajikan pembelajaran dengan menggunakan media dan (2) Hasna U.

Sanggayu, S.Pd khusus mengamati siswa dalam menerima pelajaran dengan

menggunakan media. Dimana ke dua pengamat tersebut dilengkapi lembar

pengamatan yang telah dibuat pada tahap perencanaan terdahulu. Akan tetapi ke

dua pengamat tetap diberikan kesempatan dan keleluasaan untuk mencatat hal-hal

yang lain yang terjadi selama pembelajaran yang tidak termuat dalam lembar

(7)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

d. Reflection (Refleksi)

Refleksi di sini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran

(penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah

diadakannya revisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan, yang akan

dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya.

Dengan demikian, penelitian tindakan tidak dapat dilaksanakan dalam

sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk untuk

melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN Inpres Bobolon Kecamatan

Banggai, Kabupaten Banggai Laut. Karena di kelas ini hasil belajar pada mata

pelajaran IPS masih rendah / masih banyak yang belum tuntas berdasarkan kriteria

ketuntasan minima (KKM). Pelaksanaan penelitian ini direncanakan selama 2

(Tiga) bulan yakni pada bulan September sampai bulan nopember tahun ajaran

2014-2015.

Sampel penelitian sebanyak 20 siswa Kelas V SDN Inpres Bobolon untuk

memperoleh sampel penulis menggunakan teknik sampling total. Penelitian ini

bertujuan untuk menerapkan metode belajar secara berkelompok terhadap mata

pelajaran IPS di Kelas V dengan berbantukan media gambar yang berorientasi

pada peningkatan kemampuan siswa.

Definisi operasional pada penelitian adalah unsur penelitian yang

terkait dengan subjek yang terdapat dalam judul penelitian atau yang

tercakup dalam paradigma penelitian sesuai dengan hasil perumusan masalah.

Pada penelitian ini terdapat beberapa subjek yang perlu dijelaskan sehingga

menunjang proses operasional penelitian, yaitu:

1. Subjek Bebas (X)

Unsur yang mengikat munculnya unsur lain, jadi subjek bebas merupakan

gejala yang sengaja mengikat terhadap subjek terikat. Dalam penelitian ini

subjek bebasnya adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan di ruang kelas

yang disajikan dengan mengerjakan soal yang diberikan secara individu

(8)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

kesepakatan dan pada akhirnya apa yang menjadi keputusan kelompok

dipersentasikan untuk ditanggapi kelompok lain.

2. Subjek Terikat (Y)

Unsur yang diikat oleh adanya subjek yang lain. Jadi subjek terikat

merupakan gejala sebagai akibat dari subjek bebas. Penelitian ini yang menjadi

subjek terikat adalah hasil belajar.

Sesuai dengan jenis data yang di kumpulkan ada dua prosedur dalam

pengambilan data, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Kuantitatif dikenal teknik

pengumpulan data angket (questionnaire), wawancara, dan dokumentasi yang

diperoleh dari siswa kelas V SDN Inpres Bobolon. Kualitatif dikenal teknik

pengumpulan data: observasi, studi kasus (case study), dan hasil tes belajar siswa

kelas V SDN Inpres Bobolon dan Sumber data pada penelitian ini adalah guru

(peneliti) dan siswa.

1. Guru: Data yang di peroleh dari hasil observasi saat pembelajaran berlansung.

2. Siswa: Data yang di peroleh dari hasil observasi, wawancara dan tes.

Proses pengumpulan data di-awali dengan dialog antara peneliti dan seluruh

dewan guru. Hal ini dimaksudkan untuk mematangkan rencana pelaksaan

tindakan. Kegiatan dilanjutkan dalam penyusunan rencana kegiatan dan

menyiapkan instrumen yang diperlukan. Rencana yang dimaksud iyalah,

menetapkan topik yang akan diajarkan, kebutuhan bahan ajar dan media serta

menyusun skenario pembelajaran. Langkah berikutnya peneliti menggunakan

dua jenis metode pengumpulan data, yaitu:

1. Data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari siswa dan kegiatan guru

(peneliti) dalam kegiatan belajar mengajar yang mencakup:

a. Observasi, yang dilakukan untuk mengamati seluruh kegiatan pembelajaran

yang difokuskan pada pengamatan mengenai aktifitas guru dan siswa.

b. Wawancara, dimaksudkan untuk menggali kesulitas siswa dalam memahami

materi yang sulit diperoleh dari pekerjaan siswa maupun observasi.

2. Data kuantitatif yaitu dari hasil belajar siswa dalam pengajaran tes yang

(9)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

a. Tes awal. Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki

siswa sebagai dasar dalam pembentukan kelompok belajar.

b. Tes akhir. Tes ini diberikan pada saat akhir tindakan untuk mengukur hasil

belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dan tingkat pembelajaran pada setiap siklus

Penelitian ini menerapkan nilai rata-rata 60 sebagai batas ketuntasan

minimal. Oleh karena itu, jika setelah pembberian tindakan semua siswa minimal

mendapatkan nilai 60 maka tindakan yang diberikan memenuhi kinerja atau

dianggap berhasil. Diketahui kentutasan individu seorang siswa dikatakan tuntas

belajar secara individu bila peroleh daya serap secara individual 60%. Suatu kelas

dikatakan tuntas klasifikasi jika persentasi daya serap klasifikasi sudah mencapai

80%.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Analisis Hasil Tes Awal

No Aspek Perolehan Skor Hasil Balajar

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Skor tertinggi

Skor terendah

Rata - rata

Banyaknya siswa yang tuntas

Banyak siswa yang belum tuntas

Presentase ketuntasan klasikal

Presentase daya serap klasikal

45 (1 orang)

15 (4 orang)

50,28

6 orang

15 orang

28,57 %

50,28 %

Hasil analisis tes awal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa juga dijadikan dasar untuk pembentukan kelompok. Peneliti membagi siswa

dalam 7 kelompok. terdiri dari 3 orang siswa. Setiap kelompok terdiri dari siswa

(10)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

Tabel 2. Analisis Hasil Tes Akhir Siklus I

No Aspek Perolehan Skor Hasil Belajar

1.

Berdasarkan hasil tes akhir yang diberikan dalam pelaksanaan tindakan

siklus I didapatkan rata – rata penguasaan siswa atau daya serap klasikal hanya

mencapai 58,19% dengan ketuntasan belajar klasikal 42,85%.

Tabel 3. Analisis Hasil Tes Akhir Siklus II

No Aspek Perolehan Skor Hasil Belajar

1.

Berdasarkan hasil tes akhir yang diberikan dalam pelaksanaan tindakan siklus I didapatkan rata–rata penguasaan siswa atau daya serap klasikal hanya mencapai 80,47% dengan ketuntasan belajar klasikal 95,23%. Hasil tes pada

siklus II telah mencapai kriteria ketuntasan belajar klasikal minimal 80 % dan

daya serap klasikal minimal 60%. Oleh karena itu, sesuai kriteria tersebut maka

pembelajaran IPS pada materi perjuangan para tokoh untuk persiapan

kemerdekaan Indonesia.

keperluan pembagian kelompok belajar. Pembentukan kelompok belajar

(11)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

hasil tes pra tindakan. Hasil tes awal didapatkan rata – rata penguasaan siswa atau

daya serap klasikal hanya mencapai 50,28% dengan ketuntasan belajar klasikal

28,57%.

Dari hasil analisis pelaksanaan tes pra tindakan memberikan gambaran

bahwa sebagian besar siswa belum dapat mengerjakan soal dengan benar. Hal ini

disebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan, apalagi dalam pembelajaran sebelumnya tidak menggunakan media gambar. Fenomena

ini terlihat jelas dari jawaban siswa dalam menyelesaikan tes awal. Untuk

mengantisipasi hal tersebut peneliti mengupayakan suatu perbaikan dalam

peningkatan hasil belajar siswa dalam memahami konsep Ilmu Pengetahuan

Sosial. Alternatif yang ditempuh adalah dengan menggunakan media gambar

dalam pembelajaran IPS khususnya materi perjuangan para tokoh menuju

kemerdekaan.

Hasil Penelitian Siklus I

Dari hasil penelitian pra tindakan yang dikemukakan di atas mengakibatkan

hasil belajar siswa belum mencapai target yang telah ditetapkan yaitu rata – rata

60. Pengamatan terhadap hasil tes tindakan siklus I selama pembelajaran

berlangsung diperoleh hasil hasil rata-rata 58,19 atau presentase daya serap

klasikal mencapai 58,19 % dan ketuntasan klasikal mencapai 42,17 %. Pada

lampiran mengenai analisis tindakan pada siklus I dan hasil wawancara tampak

bahwa sebagian besar siswa belum bisa menjawab soal nomor 1 dan 2 secara

tepat, hal ini karena siswa belum memahami materi dalam menyelesaikan tugas

yang diberikan., kenaikan hasil belajar siswa disebabkan karena guru sudah

menggunakan media gambar serta guru terus berusaha memotivasi dan

memeberikan bimbingan kepada siswa.

Hasil yang diperoleh belum memenuhi indikator keberhasilan yang

ditetapkan dalam penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti

merencanakan untuk melanjutkan ke siklus II, dengan berdasarkan hasil refleksi

pada siklus I.

(12)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

Secara umum pelaksanaan tindakan siklus II materi ajarnya masih sama

dengan pelaksanaan tindakan siklus I yaitu perjuangan para tokoh perjuangan

kemerdekaan tetapi peneliti melanjutkan materi yaitu perjuangan para tokoh untuk

persiapan kemerdekaan Indonesia. Menurut observer peneliti/guru pada siklus II,

peneliti/guru terlihat lebih baik dalam menyajikan materi dalam proses kegiatan

pembelajaran. Menggunakan satu model bangun ruang mempermudah siswa

dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru/peneliti serta peneliti/guru sudah

lebih intensif dalam memberikan perhatian, motivasi dan bimbingan terhadap

siswa. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus II didapatkan rata-rata penguasaan

siswa 80,47 atau daya serap klasikal sudah mencapai 80,47% dengan ketuntasan

belajar klasikal 95,23%. Analisa data hasil observasi siswa siklus II menunjukkan

menunjukkan adanya peningkatan yang sidnifikan. Dilihat dari taraf keberhasilan

tindakan oservasi siswa dan observasi guru mendapatkan kategori nilai sangat

baik.

Pada siklus II terlihat lebih baik lagi dibandingkan dengan hasil tes akhir

siklus I. Peningkatan hasil belajar terlihat pada daya serap klasikal yang siklus I

hanya mencapai 58,19% sedangkan pada siklus II daya serap klasikal sudah

mencapai 80,47% dan ketuntasan belajar klasikal yang siklus I hanya mencapai

42,85% sedangkan pada siklus II daya serap klasikal mencapai 95,23%.Hal ini

dapat dilihat dari analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif

memperlihatkan peran siswa yang sesuai dengan kriteria dalam kegiatan

pembelajaran telah terarah dengan baik. Sedangkan hasil analis kuantitatif telah

memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan untuk daya serap individu

60% dan tuntas klasikal minimal 80% serta daya serap klasikal minimal 80%.

Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa tindakan penelitian ini berhasil.

IV. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian yang

dikemukakan, maka hasil belajar siswa kelas V secara umum mengalami

(13)

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 5 No. 9 ISSN 2354-614X

media gambar. Dari hasil tes terlihat bahwa pada siklus I didapatkan rata – rata

58,19 atau daya serap klasikal sebesar 58,19% ketuntasan klasikal sebesar

42,85%, sedangkan pada siklus II didapatkan rata-rata 80,47 atau daya serap

klasikal sebesar 80,47% ketuntasan klasikal sebesar 95,23%.

Saran

Dengan mengacu pada temuan dari penelitian tindakan ini, disampaikan

beberapa saran. Penyampaian saran ini merupakan sumbangan pemikiran kepada

mitra peneliti untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS di

kelas V SDN Inpres Bobolon. Saran yang dapat dikemukakan adalah:

1. Dalam melaksanakan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, guru hendaknya

memanfaatkan media gambar sebagai sumber belajar.

2.Hendaknya siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk memanipulasi

media

gambar tersebut untuk mengukur, melihat, mengamati dan membentuk,

sehingga suasana kelas menjadi hidup.

3.Apabila pembelajaran ini dapat meningkatkan keahlian dan meningkatkan

kemampuan siswa, maka penggunaan media peraga dapat juga diterapkan

pada mata pelajaran yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Badrujaman, A dan Hidayat, D. R (2010) Cara Mudah Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru Mata Pelajaran dan Guru Kelas. Jakarta: Trans Info Media

Sadiman, Arief. (2009). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Press

Slameto. (2008). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003

Yaba. (2006). Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Progaram Studi Pendidikan Guru Sekolah.

Gambar

Tabel 1.  Analisis Hasil Tes Awal
Tabel 3. Analisis Hasil Tes Akhir Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui total momen perpindahan material yang terjadi dari layout awal dan alternatif perbaikan tata letak pabrik.. Untuk mengetahui layout yang dapat memberikan

Hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan diet normal tanpa tepung daun kelor pada tikus KEP tidak cukup baik untuk meningkatkan kadar transferin darah tikus bila

Kelemahan bahan dari eternit atau asbes tidak tahan terhadap goncangan dan benturan sehingga harus berhati-hati dalam proses pemasangan plafon supaya tidak

Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas membaca Al- Qur‟an adalah keadaan tingk atan atau ukuran intensnya dalam kegiatan

Pada kesempatan ini penulis mencoba mempraktekkan langsung digital recording menggunakan komputer yang biasa digunakan oleh penulis, dengan software Cakewalk Pro Audio 9, dan

[r]

Namun, jika dilihat dari elemennya, maka prosesi molonthalo harus memenuhi lima unsur, yaitu: pertama, unsur fardy (pribadi), kedua, unsur makani (tempat), ketiga, unsur zamani

Pada ruang dalam, bagian dinding dan langit-langit umumnya dilapisi ukiran (stucco) yang obyeknya seputar flora, sosok dan perilaku dari fauna dan manusia,