BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan bidang pekerjaan utama yang masih diandalkan di
perdesaan. Namun kenyataannya petani masih memiliki pendapatan yang rendah.
Sektor pertanian belum bisa menjanjikan masa depan bagi petani. Secara nominal
tingkat pendapatan/kapita petani tersebut masih berada di bawah garis
kemiskinan. Hal ini ditunjukkan bahwa pada tahun 2014 misalnya, tingkat
pendapatan/kapita pertanian dalam arti luas sekitar Rp 9.032/kapita/hari dan
sempit sekitar Rp 7.966/kapita/hari; padahal berdasarkan Bank Dunia batas garis
kemiskinan adalah pendapatan US$ 2/kapita/hari, dengan tingkat kurs US$
terhadap rupiah tahun 2014 yang telah melewati Rp 10.000/1US$ tentu
menunjukkan masih relatif rendahnya tingkat kesejahteraan petani atau penduduk
yang bekerja di sektor pertanian (Kementerian Pertanian,2015).
Salah satu sub sektor pertanian yang menjadi sumber penghasilan petani
yaitu tanaman pangan diantaranya jagung. Kebutuhan jagung di Indonesia
cenderung mengalami peningkatan. Permintaan jagung di Indonesia melebihi
produksi dalam negeri menyebabkan kebijakan impor pun harus dilakukan.
Tabel 1.1 Produksi, Kebutuhan, Impor, dan Ekspor Jagung di Indonesia 2009-2013
No Uraian Tahun
Sumber: Kementerian Pertanian, 2013
Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua setelah
padi karena di beberapa daerah jagung masih merupakan bahan makanan pokok
kedua setelah beras. Jagung juga mempunyai arti penting dalam pengembangan
industri di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan
maupun industri pakan ternak seperti pakan ayam dan ternak lainnya. Dengan
semakin berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia maka
kebutuhan akan jagung akan semakin meningkat pula.
Sebenarnya Indonesia berpotensi untuk mengembangkan jagung. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya tingkat produktivitas jagung di Jawa Barat
dibandingkan dengan provinsi lain yang ada di Indonesia. Untuk meningkatkan
produksi jagung bisa dengan cara meningkatkan produktivitas jagung di setiap
sentra-sentra jagung di setiap provinsi. Provinsi Sumatera Utara masih memiliki
produktivitas (55,87 kw/ha) lebih rendah dibandingkan produktivitas ( 72,06
kw/ha) Provinsi Jawa Barat (Tabel 1.2).
Tabel 1.2 Produktivitas sentra jagung di Indonesia (kw/ha) tahun 2009-3013
Provinsi 2009 2010 2011 2012 2013
Jawa Barat 57,61 60,08 64,23 69,22 72,06 Sumatera Barat 57,11 59,24 66,35 65,49 67,03 Nusa Tenggara Barat 37,88 40,43 51,16 54,92 57,47 Sumatera Utara 47,08 50,13 50,71 55,41 55,87 Jawa Tengah 46,21 48,41 53,30 54,97 55,09
Indonesia 42,37 44,36 45,65 48,99 48,44
Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia,2014
rendah bila dibandingkan dengan produktivitas jagung di Provinsi Jawa Barat
( 72,06 kw/ha).
Tabel 1.3 Luas panen, produksi, dan produktivitas jagung menurut Kecamatan di Kabupaten Karo tahun 2013
Kecamatan Luas panen
(ha)
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2014
Untuk meningkatkan produksi jagung diperlukan upaya dalam
meningkatkan produktivitas yaitu dengan memberikan penyuluhan. Penyuluhan
berperan dalam peningkatan pengetahuan petani akan teknologi maupun
informasi-informasi pertanian yang baru guna meningkatkan kesejahteraan petani
beserta keluarganya. Peranan penyuluhan dalam memberikan pengetahuan kepada
petani dapat berfungsi sebagai proses penyebarluasan informasi, sebagai proses
penerangan atau memberikan penjelasan, sebagai proses perubahan perilaku
Berdasarkan latarbelakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai hubungan peran penyuluh pertanian dan adopsi
teknologi terhadap pendapatan petani jagung
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimana peran penyuluh pertanian mempengaruhi tingkat adopsi petani di
daerah penelitian?
2. Apakah ada perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah mengadopsi teknologi
budidaya Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penelitian?
3.Bagaimana hubungan peran penyuluh dengan pendapatan petani jagung di
daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
1.Untuk menganalisis peran penyuluh pertanian mempengaruhi tingkat adopsi
petani di daerah penelitian
2.Untuk menganalisis perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah mengadopsi
teknologi budidaya Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di daerah penelitian.
3.Untuk menganalisis hubungan peran penyuluh dengan pendapatan petani jagung
di daerah penelitian
1.4 Kegunaan Penelitian
1.Sebagai bahan informasi bagi petani jagung dalam mengelola dan
mengembangkan usahataninya.
1.5 Keaslian Penelitian
1.Model Penelitian :Dalam penelitian ini menggunakan berbagai metode
analisis yaitu, analisis korelasi rank spearman untuk
menjelaskan hubungan antara peran penyuluh dan tingkat
adopsi terhadap pendapatan petani jagung.
2.Variabel Penelitian :Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian atau
fokus penelitian meliputi peran penyuluh, tingkat adopsi,
dan pendapatan petani jagung
3.Jumlah Sampel :Sampel penelitian adalah petani yang menanam jagung
sebanyak 30 orang.
4.Waktu Penelitian :Penelitian dilakukan pada tahun 2016
5.Lokasi Penelitian :Penelitian dilakukan di Desa Sukanalu, Kecamatan