• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Evaporator Pada Mesin Pendingin Menggunakan Siklus Absorpsi Memanfaatkan Panas Buang Motor Bakar Dengan Pasangan Refrijeran-Absorben Amonia-Air Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rancang Bangun Evaporator Pada Mesin Pendingin Menggunakan Siklus Absorpsi Memanfaatkan Panas Buang Motor Bakar Dengan Pasangan Refrijeran-Absorben Amonia-Air Chapter III V"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratoriun Foundri ,Departemen teknik mesin,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Perancangan, pembuatan alat dan

Penelitian dilakukan selama kuarang lebih 5 bulan

3.2 Alat dan Bahan baku 3.2.1 Alat

Alat yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Pompa Air DAP DB-125A

Berfungsi untuk mengalirkan air dari drum penampung ke absorber.

Gambar 3.1 Pompa Air Spesifikasi :

 Jenis pompa : DB-125A

(2)

 Tegangan : 220 V

 Frekuensi : 50 Hz

 Daya Masukan : 230 Watt

 Daya keluaran : 125 Watt

 Kapasitor : 6µF/450 V

 Suhu cairan masuk : 350

 Tinggi dorong : 12 meter

C

 Tinggi total maksimum : 21 meter  Tinggi hisap maksimal : 9 meter

2. Pressure Gauge

Digunakan sebagai pengukur tekanan ammonia yang keluar dari evaporator.

Gambar 3.2 Pressure Gauge Spesifikasi :

 Buatan : Jepang

(3)

3. Termometer digital

Termometer digital digunakan untuk mengukur temperatur amonia masuk

dan yang keluar dari evaporator.

Gambar 3.3 Termometer digital

4. Pompa Vakum

Untuk memvakumkan evaporator sebagai bagian dari rangkaian pendingin.

(4)

Spesifikasi :

 Merek : Robinair

 Model No : 15601

 Capacity : 142 L/m

 Motor h.p : ½

 Volts : 110-115V/ 220-225V

5. Stop watch digunakan untuk menentukan waktu perubahan suhu selama proses

pengujian

Gambar 3.5 Stop watch

6. Alat bantu perbengkelan, seperti : kunci pas, kunci ring,lem silikon, obeng,

tang, palu, lem,.

7. Drum digunakan sebagai wadah penampungan air untuk dialirkan ke absorber.

(5)

Gambar 3.6 Anemometer

9. Tube Bender digunakan untuk membengkokkan pipa evaporator.

Gambar 3.7 Tube Bender 10.Penyambung Pipa dan Kran

(6)

11.Rockwool

Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator untuk mencegah panas dari luar

masuk ke kotak pendingin.

Gambar 3.9 Rockwool

12.Sterofoam

Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator untuk mencegah panas dari luar

masuk ke kotak pendingin.

Gambar 3.10 Sterofoam 13.Busa Hitam

Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator untuk mencegah panas dari luar

(7)

Gambar 3.11 Busa Hitam 14.Triplek

Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator untuk mencegah panas dari luar

masuk ke kotak pendingin.

.

Gambar 3.12 Triplek 3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ammonium hydroxide

(NH4OH) yaitu sebagai pasangan refrijeran-absorben

(8)

3.3 Eksperimental set up

Pengujian dilakukan dengan menghubungkan sensor thermometer digital

ke 4 titik yang akan di ukur temperaturnya, adapun beberapa parameter yang akan

diukur adalah :

Gambar 3.14 Titik-titik pengukuran evaporator 1. Temperatur ammonia keluar evaporator

Yaitu temperatur yang keluar dari evaporator dan masuk ke dalam

absorber

2. Temperatur ammonia masuk evaporator

Yaitu temperatur amonia yang masuk dari kondensoor menuju evaporator

3. Temperatur udara masuk

Yaitu temperatur udara kotak pendingin yang dialirkan melewati pipa

evaporator

4. Temperatur keluar udara

Yaitu temperatur udara dingin yang keluar melewati pipa evaporator 1 2

3

(9)

3.4 Prosedur pengujian

Gambar 3.15 Skema Pengujian

Pengujian dapat dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut:

1. Rangkaian siklus absorpsi terlebih dahulu divakumkan dengan

menggunakan pompa vakum hingga rangkaian benar benar vakum.

2. Menghidupkan mesindan proses pemanasan dilakukan 10-15 menit hingga

suhu generator mencapai 1200

3. Memasukkan larutan ammonia air ke tabung pengisian sebanyak 5 liter. C.

(10)

5. Membuka kran/katup pada absorber sehingga larutan ammonia-air masuk

ke dalam absorber.

6. Membuka katup/kran sebelum masuk kondensor dengan ketentuan

tekanan yang di inginkan telah tercapai.

7. Mengukur temperatur titik titik yang telah di tentukan dengan

menggu nakan thermometer digital.

8. Mengukur tekanan dengan menggunakan pressure gauge.

9. Mengukur lama waktu mulai dari masuk rerfrigeran hingga dicapai

temperatur terendah.

3.5 Proses Pembuatan Mesin Pendingin Absorpsi

1. Proses pembuatan rangka mesin pendingin

Rangka mesin pendingin dibuat menggunakan besi siku dengan dimensi

2m x 1m x 1m. Yang terdiri dari dudukan generator, dudukan kondensor, dudukan

absorber, dudukan kotak pendingin dan dudukan pompa.

(11)

2. Proses pembuatan Generator Shell and Tube

Generator dibuat dengan menggunakan las argon. Untuk mencegah

terjadinya kebocoran pada sambungan. Generator yang dibuat adalah jenis shell

and tube. Dengan panjang generator 1,1 m. Jumlah pipa atau tube adalah 20.

Gambar 3.17 Proses Pengelasan Generator

(12)

3. Proses pembuatan kondensor

Jenis kondensor yang digunakan adalah jenis kondensor tube aliran

menyilang dengan jumlah laluan 6 pipa.

Gambar 3.19 Pembuatan kondensor

4. Pembuatan Absorber

Jenis absorber yang digunakan adalah jenis absorber annulus. Dimana

larutan ammonia-air pada aliran luar sedangkan pada aliran dalam air

(13)
(14)

3.6 Metode Pengolahan Data

Gambar 3.22 Diagram alir rancang bangun evaporator siklus absorpsi Perhitungan dan Diskusi Perancangan alat

Pembuatan rangkaian mesin pendingin

Pengujian alat

Pengambilan Data

Hasil Analisa hasil

percobaan

Kesimpulan

Selesai Studi Literatur

Buku Referensi, Jurnal, Internet, dll Mulai

Tidak

(15)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN 4.1. Desain Instalasi Pendingin Siklus Absorpsi

Gambar 4.1 Desain Instalasi Pendingin Siklus Absorpsi Instalasi pendingin siklus absorpsi terdiri dari beberapa komponen utama yaitu generator, evaporator, kondensor dan absorber.

4.1.1 Desain Evaporator

Perancangan ini dimulai dengan menentukan kapasitas pendinginan

evaporator. Kapasitas pendinginan ditentukan sebesar 50 W. Fluida yang akan

didinginkan adalah udara pada temperatur 32 °C yang berada di dalam kotak

pendingin 50 cm x 50 cm. Sementara refrigran yang digunakan adalah ammonia.

Pada perancangan temperatur udara yang hendak didinginkan diharapkan bisa

mencapai 0°C. Jenis evaporator yang digunakan adalah jenis evaporator bare tube

(16)

Gambar 4.2 Desain evaporator bare tube

1

(17)

Qe = 50 W

Temperatur kerja evaporasi = 0 °C

Temperatur kerja kondensasi = 35 °C

ṁ = Qe

h1−h4

ṁ = 0,05 kW

1461,81kgkJ− 366.58kJ /kg = 0.00004564 kg/s

4.1.2 Dimensi Utama Evaporator

Gambar 4.4 Jarak antara pipa Diamter luar pipa do = 0,0095 m

Diamter dalam pipa di = 0,0087 m

Jarak antara pipa Sn = 0,05 m

Tebal pipa, t = do – di = 0,0095 m – 0,0087 = 0,0008

(18)

4.1.3 Sifat-sifat Fluida dan Luas Penampang a. Aliran refrigran ( NH₃ )

Temperatur masuk evaporator, T in = 0 °C

Temperatur keluar evaporator, T out = 25 °C

Temperatur rata-rata = 12,5 °C

Sifat fisik refrigran dicari berdasarkan temperature rata-rata :

µ = 0,00015375 Ns/ m2

k = 0,494675 W/mk

Luas penampang aliran refrigran

� = 1 Sehingga, laju aliran massa udara adalah

(19)

= 1,1614 kg/s x 3 m/s x 0,0314 m2

= 0,10940388 kg/s

Untuk menghitung temperatur keluar udara dalam hal ini menggunakan metode

trial and error dikarenakan panas jenis Cp belum diketahui.

*Diasumsikan T out = 31,54615 °C, maka Cp = 1007,186 kJ/kgK

50 W = 0,10940388 kg/s x 1007,186 kJ/kgK x ( 32 °C – T out)

T out = 31,54615 °C

Maka temperatur keluar udara adalah 31,54615 °C

Sehingga temperatur rata-rata udara adalah 32 °C+31,54615 °C

2 = 31,77 °C

Maka sifat-sifat fluida pada temperature 31,77 °C diperoleh :

Pr = 0,706322

µ = 0,00001868 Ns/m2

k = 0,02665321 W/mK

Temperatur permukaan pipa adalah 14,5 °C

(20)

4.1.4 Koefisien Perpindahan Panas Konveksi

Gambar 4.5 Aliran refrigran dan aliran udara di evaporator a. Aliran Refrigran

Bilangan Reynolds

Bilangan Nusselt untuk kasus aliran dalam laminar Nu = 4,36.

Koefisien perpindahan panas konveksi di dalam pipa evaporator

hi = Nu x k

di

=

4,36 x 0,494675 W /mK

0,0087 m

=

247,906092 W/m2K T in refrigeran

T out refrijeran

T in udara

(21)

b. Aliran Udara

Bilangan Reynolds

Re = ρ Vmax do

Model bare evaporator yang digunakan adalah APK segaris atau inline aliran

menyilang dengan jumlah pipa 5 dan hanya 1 baris.

Tabel 4.1 Persamaan bilangan Nu menurut Zukauskas

( Sumber : heat and mass transfer, Cengel )

Berdasarkan tabel di atas makan persamaan mencari bilangan Nusselt adalah :

Nu = 0,27 ��0,63��0,36(�� ���)

(22)

= 0,27 x 2186,9640,63x 0,7063220,36 x (0,706322/0,71025)0,25

= 30,23451

Namun bilangan Nu tersebut harus dikoreksi lagi berdasarkan tabel di bawah ini :

Tabel 4.2 Faktor koreksi untuk menentukan bilangan Nu menurut Zukauskas

( Sumber : heat and mass transfer, Cengel )

Untuk kumpulan pipa satu baris yang segaris atau inline diperoleh nilai F = 0,70,

maka

NuNL = F Nu

= 0,70 x 30,23451

= 21,16415

Koefisien perpindahan panas konveksi udara di luar pipa evaporator adalah :

h = Nu x k

do

=

21,16415 x 0,026034 0,0095

(23)

4.1.5 Koefisien Perpindahan Panas Total

Gambar 4.6 Distribusi temperatur udara dan refrijeran ammonia Untuk koefisien konduksi pipa stainless steel 304 adalah 14,24 W/mK.

U = 1

ln�0,004750,00435�0,00435

(24)

4.1.6 Panjang Pipa

LMTD = (Thout − Tcin ) –( Thin− Tcout)

ln⁡(Th out− Tc in Th in− Tc out )

= (31,54°C− 0 °C ) –( 32 °C− 25 °C)

ln⁡(31,54 32 °C−0 °C

°C− 25 °C )

= 16,301 °C

Q = U.A.LMTD

50 W = 51,325 W/m2K x A x 16,301 °C

A = 0,0597 m2

Di mana :

A = n.π.D.L

0,0597 m2 = 5 x 3,14 x 0,0095 m x L

L = 0,4 m

(25)

Gambar 4.7 Evaporator bare tube 4.2 Data Hasil Pengujian Evaporator

Pengujian dilakukan selama 3 kali yaitu pada tanggal 16 – 28 November

2015 di laboratorium foundry. Data diambil per 20 detik selama pengujian hingga

didapatkan temperatur terendah. Berikut ini data-data pengujian yang diambil.

Tabel 4.3 Data pengujian evaporator pertama

Waktu ( per 20 detik )

T in evaporator ( °C )

(26)

140 15.7 21.8 28.5 29

(27)
(28)

Gambar 4.9 Grafik pengujian kedua temperatur vs waktu

Tabel 4.5 Data pengujian evaporator ketiga

(29)

460 17.4 20.1 21.8 22.2

Gambar 4.10 Grafik pengujian ketiga temperatur vs waktu

Berdasarkan data pengujian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendinginan

yang paling efisien terjadi data pengujian yang pertama. Yaitu sebesar 17,7 °C.

4.3. Menghitung Laju Perpindahan Panas Aktual ( ��� )

Untuk menghitung laju perpindahan panas actual, maka digunakan data

temperatur rata-rata, laju aliran massa rata-rata, dan panas jenis rata-rata. Dalam

hal ini laju perpindahan panas yang dihitung adalah pada sisi udara yang

didiginkan.

(30)

Q = m x Cp x ∆T

Q = 0,10211 kg/s x 1006,9774 kJ/kgK x (24,87 – 24,46 ) K

Q = 42,159 W

Maka besarnya laju perpindahan panas rata-rata pada pengujian

pertama adalah sebesar 42,159 W.

Tabel 4.6 Laju perpindahan panas pada pengujian pertama

Waktu

60 303.95 0.10209 1007.194 51.41221773

80 303.4 0.1021 1007.174 41.13298616

200 299.7 0.10209 1006.994 41.12160698

220 299.05 0.10208 1006.981 51.39631024

240 298.6 0.10209 1006.972 41.12070859

260 298.1 0.10209 1006.962 41.12030023

280 297.7 0.1021 1006.954 41.12400136

300 297.15 0.1022 1006.943 51.4547873

320 296.6 0.1021 1006.932 20.56155144

340 296.2 0.102 1006.924 41.0824992

360 295.7 0.102 1006.914 41.0820912

380 295.25 0.1021 1006.905 51.40250025

400 294.6 0.10209 1006.892 41.11744171

420 294.3 0.10207 1006.886 41.10914161

440 293.75 0.10207 1006.875 51.38586563

460 293.3 0.10209 1006.886 41.1171967

480 292.6 0.1021 1006.852 41.11983568

500 292.2 0.1022 1006.884 41.16141792

(31)

540 291.35 0.1021 1006.827 30.83911101

560 291.05 0.1022 1006.821 30.86913186

580 290.85 0.1023 1006.819 30.89927511

Rata-rata 297.665 0.102116333 1006.9774 42.15989631

Gambar 4.11 Grafik pengujian laju perpindahan panas terhadap waktu b. Laju perpindahan panas actual pada pengujian kedua

Q = m x Cp x ∆T

Q = 0,102166 kg/s x 1006,9889 kJ/kgK x (25,58 – 25,16) K

Q = 42,845 W

Maka besarnya laju perpindahan panas rata-rata pada pengujian

pertama adalah sebesar 42,845 W.

Tabel 4.7 Laju perpindahan panas pada pengujian kedua

Waktu

(32)

60 304.15 0.10207 1007.166 30.84043009

200 300.45 0.10207 1007.018 51.39316363

220 300.1 0.10205 1007.004 41.10590328

240 299.4 0.10201 1006.988 41.08913835

260 298.95 0.10209 1006.977 30.84068458

280 298.45 0.10215 1006.969 51.43094168

300 298.05 0.10216 1006.961 51.43556788

320 297.55 0.10216 1006.951 51.43505708

340 297.1 0.1022 1006.942 41.16378896

360 296.75 0.10207 1006.935 51.38892773

380 296.2 0.1021 1006.924 41.12277616

400 295.75 0.1021 1006.915 51.40301075

420 295.35 0.1022 1006.907 51.4529477

440 294.85 0.1023 1006.897 30.90166893

460 294.45 0.1022 1006.889 51.4520279

480 293.6 0.10215 1006.872 41.14078992

500 293.3 0.1021 1006.866 41.12040744

520 292.85 0.10213 1006.857 30.84909162

540 292.45 0.10214 1006.849 51.41977843

560 291.85 0.10215 1006.836 51.4241487

580 291.3 0.1021 1006.826 41.11877384

(33)

Gambar 4.12 Grafik pengujian kedua laju perpindahan panas terhadap waktu

c. Laju perpindahan panas actual pada pengujian ketiga

Q = m x Cp x ∆T

Q = 0,102125 kg/s x 1007.008 kJ/kgK x (26,31 – 25,89) K

Q = 43,19 W

Maka besarnya laju perpindahan panas rata-rata pada pengujian

pertama adalah sebesar 43,19 W.

Tabel 4.8 Laju perpindahan panas pada pengujian ketiga

Waktu

20 304.75 0.10215 1007.188 30.86527626

40 304.4 0.10214 1007.176 41.14918266

60 304.15 0.10212 1007.166 30.85553758

80 303.75 0.10211 1007.15 30.85202595

100 303.45 0.10211 1007.138 30.85165835

120 303.2 0.10213 1007.128 41.14319306

140 302.8 0.10213 1007.112 41.14253942

(34)

160 302.55 0.10212 1007.102 30.85357687

180 302.2 0.10213 1007.088 41.14155898

200 301.75 0.10214 1007.07 51.4310649

220 301.2 0.10212 1007.048 41.1358967

240 300.85 0.10213 1007.034 51.42419121

260 300.35 0.10211 1007.014 51.41309977

280 299.85 0.1021 1006.996 51.4071458

300 299.4 0.10209 1006.988 41.12136197

320 298.85 0.1021 1006.977 51.40617585

340 298.3 0.10214 1006.966 41.1406029

360 297.8 0.10214 1006.956 41.14019434

380 297.45 0.10215 1006.949 51.42992018

400 296.95 0.10213 1006.938 51.41928897

420 296.25 0.10213 1006.925 51.41862513

440 295.6 0.1021 1006.912 41.12228608

460 295 0.10212 1006.9 41.1298512

480 294.35 0.10214 1006.886 51.42166802

500 293.9 0.10213 1006.878 41.13298006

520 293.35 0.1021 1006.867 51.40056035

540 292.55 0.10212 1006.851 51.40981206

560 291.95 0.10214 1006.836 51.41911452

580 291.15 0.10213 1006.823 51.4134165

Rata-rata 299.1 0.102125 1007.008667 43.19229536

(35)

Untuk menghitung COP absorpsi, terlebih dahulu diketahui besarnya

panas yang bekerja di generator. Dalam hal ini panas yang bekerja di generator

terlampir. Berikut ini adalah data-data aktual panas yang bekerja di generator

dengan laju perpindahan panas di evaporator.

Tabel 4.9 COP Absorpsi pengujian pertama

Waktu ( per 20 detik ) Q Evaporator( W ) Q Generator ( W ) COP absorpsi

1 20.56694232 101.087 0.203457837

2 41.14161542 101.096 0.406955917

3 41.13701486 100.96 0.407458547

4 51.41221773 100.47 0.511717107

5 41.13298616 100.35 0.409895228

6 41.13061744 99.88 0.411800335

7 51.4624012 99.93 0.514984501

8 51.5116305 99.88 0.515735187

9 51.4094941 99.75 0.515383399

10 51.4080647 99.59 0.516197055

11 41.12160698 99.62 0.412784652

12 51.39631024 99.48 0.516649681

13 41.12070859 99.46 0.41343966

14 41.12030023 99.47 0.41339399

15 41.12400136 99.23 0.414431133

16 51.4547873 98.97 0.519902873

17 20.56155144 98.67 0.208387062

18 41.0824992 98.55 0.416869601

19 41.0820912 99.05 0.414761143

20 51.40250025 98.04 0.524301308

21 41.11744171 96.46 0.426264169

22 41.10914161 95.58 0.430101921

23 51.38586563 98.46 0.521895852

24 41.1171967 98.34 0.418112637

25 41.11983568 98.27 0.418437322

26 41.16141792 98.26 0.418903093

27 51.39913095 98.23 0.523252886

28 30.83911101 98.22 0.313979953

29 30.86913186 98.24 0.314221619

30 30.89927511 98.23 0.314560471

(36)

Gambar 4.14 Grafik COP Absorpsi Pengujian pertama

Maka besar nya COP absorpsi pada pengujian yang pertama adalah 0,42.

Tabel 4.10 COP Absorpsi pengujian kedua

Waktu ( per 20 detik ) Q ( W ) Q Generator ( W ) COP absorpsi

1 20.56295437 96.091 0.213994592

2 20.56279104 96.23 0.213683789

3 41.11711632 96.45 0.42630499

4 30.84043009 96.57 0.31935829

5 41.13127088 96.68 0.425437225

6 51.414497 96.71 0.531635787

7 41.17057504 96.78 0.425403751

8 41.12931056 96.95 0.424232187

9 51.359958 97.03 0.529320396

10 51.3887409 97.13 0.529071769

11 51.39316363 97.23 0.528573111

12 41.10590328 97.33 0.422335388

(37)

13 41.08913835 97.4 0.421859737

14 30.84068458 97.67 0.31576415

15 51.43094168 97.89 0.525395257

16 51.43556788 98.02 0.524745643

17 51.43505708 97.77 0.526082204

18 41.16378896 96.9 0.424806904

19 51.38892773 97.68 0.526094674

20 41.12277616 97.45 0.421988468

21 51.40301075 96.64 0.531902015

22 51.4529477 94.79 0.542809871

23 30.90166893 95.34 0.324120715

24 51.4520279 96.52 0.533071155

25 41.14078992 97.68 0.421179258

26 41.12040744 97.34 0.422441005

27 30.84909162 97.61 0.316044377

28 51.41977843 97.56 0.527057999

29 51.4241487 96.12 0.534999466

30 41.11877384 96.23 0.427296829

Rata-rata 42.84554129 96.92636667 0.441900367

Gambar 4.15 Grafik COP pengujian kedua

(38)

= 0,44

Maka besar nya COP absorpsi pada pengujian yang kedua adalah 0,44.

Tabel 4.11 COP Absorpsi pengujian ketiga

Waktu ( per 20 detik ) Q ( W ) Q Generator ( W ) COP absorpsi

1 20.57705514 100.47 0.204804919

2 30.86527626 100.51 0.307086621

3 41.14918266 100.55 0.409241001

4 30.85553758 100.82 0.306037339

5 30.85202595 100.74 0.30625398

6 30.85165835 100.68 0.30643284

7 41.14319306 100.62 0.40888068

8 41.14253942 98.45 0.417902889

9 30.85357687 96.76 0.318867062

10 41.14155898 95.27 0.431853498

11 51.4310649 95.12 0.540696645

12 41.1358967 94.91 0.433420047

13 51.42419121 94.85 0.542143574

14 51.41309977 94.63 0.54330656

15 51.4071458 94.44 0.544336571

16 41.12136197 94.50 0.435124776

17 51.40617585 94.52 0.543865593

18 41.1406029 94.55 0.435120073

19 41.14019434 94.58 0.434993578

20 51.42992018 94.77 0.542681441

21 51.41928897 94.88 0.541940229

22 51.41862513 94.92 0.541693349

23 41.12228608 93.89 0.437983663

24 41.1298512 92.67 0.44383135

25 51.42166802 92.16 0.557943323

26 41.13298006 93.44 0.440207406

27 51.40056035 94.85 0.541914184

28 51.40981206 95.20 0.540018251

29 51.41911452 96.78 0.531298972

30 51.4134165 96.45 0.533057714

(39)

Gambar 4.16 Grafik COP pengujian ketiga

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Telah dirancang bangun sebuah evaporator sebagai bagian dari mesin

pendingin siklus absorbsi dengan dimensi : • Panjang tiap laluan pipa = 40 cm

• Jumlah pipa = 5

• Diameter tube = 0,95 cm

• Dimensi kotak pendingin = 50 cm x 50 cm x 50 cm

• Material = Stainless steel

2. Dari hasil pengujian diperoleh temperatur udara kotak pendingin pada

pengujian pertama sebesar 17,7 °C, pada pengujian kedua sebesar 18,1 °C,

dan pada pengujian ketiga sebesar 17,9 °C. Sehingga laju perpindahan

panas pada evaporator pada pengujian pertama didapatkan sebesar 42,159

W, pada pengujian kedua didapatkan sebesar 42,845 W dan pada

pengujian ketiga sebesar 43,19 W.

3. Diperoleh COP pendingin absorpsi pada pengujian pertama 0,42, pada

pengujian kedua sebesar 0,44 dan pengujian ketiga sebesar 0,45.

5.2. Saran

Untuk keberhasilan penelitian selanjutnya, maka penulis menyarankan:

1. Sebaiknya kotak pendingin menggunakan isolator yang lebih sempurna

lagi supaya panas yang dari lingkungan hampir tidak masuk ke dalam

(41)

2. Menggunakan evaporator yang menggunakan sirip agar laju perpindahan

panas evaporator lebih meningkat.

3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan pompa vakum

dengan daya yang lebih besar sehingga pada saat divakumkan rangkaian

benar benar hampa udara dan proses absorbsi dapat berlangsung, karena

jika di dalam rangkaian masih terdapat udara maka sirkulasi akan

terhambat dan proses absorbsi tidak akan berlangsung.

Gambar

Gambar 3.8 Penyambung Pipa dan kran
Gambar 3.12 Triplek
Gambar 3.14 Titik-titik pengukuran evaporator
Gambar 3.15 Skema Pengujian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi KNO3 berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan, kecambah normal, benih yang belum tumbuh, indeks vigor, bobot

meningkatkan terjadinya risiko penyakit saluran pernafasan seperti asma (Hanene et al ., 2007; Ivaschenko et al ., 2002; Tamer et al., 2004). 2009) Perbedaan hasil penelitian

Dormansi benih adalah ketidakmampuan benih hidup untuk berkecambah pada lingkungan yang optimum.Dormansi dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit benih, keadaan fisiologis

Instansi Instruktur Modul Suplemen : Politeknik Kelautan Perikanan Bone. Kelas

Pertumbuhan akar yang terbaik adalah jika suhu tanah tetap berada di atas 15,5°C.. dan menurun di bawah

When Laurie has to face the incidents that can remind her to the traumatic experience, she becomes powerless, frightened, and bewildered. In such situation, Debbie

Dari tabel 11, terlihat jelas Starbucks mengung- guli ketiga coffee shop lain dalam penilaian konsu- men tentang kesan kualitas yang dimilikinya dengan prosentase 87,3%,

Electronic media, like web pages and electronic books, is a newer media than the print media, and is different in several aspects.. Yet, the basic principles of the design are