BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratoriun Foundri ,Departemen teknik mesin,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Perancangan, pembuatan alat dan
Penelitian dilakukan selama kuarang lebih 5 bulan
3.2 Alat dan Bahan baku 3.2.1 Alat
Alat yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Pompa Air DAP DB-125A
Berfungsi untuk mengalirkan air dari drum penampung ke absorber.
Gambar 3.1 Pompa Air Spesifikasi :
Jenis pompa : DB-125A
Tegangan : 220 V
Frekuensi : 50 Hz
Daya Masukan : 230 Watt
Daya keluaran : 125 Watt
Kapasitor : 6µF/450 V
Suhu cairan masuk : 350
Tinggi dorong : 12 meter
C
Tinggi total maksimum : 21 meter Tinggi hisap maksimal : 9 meter
2. Pressure Gauge
Digunakan sebagai pengukur tekanan ammonia yang keluar dari evaporator.
Gambar 3.2 Pressure Gauge Spesifikasi :
Buatan : Jepang
3. Termometer digital
Termometer digital digunakan untuk mengukur temperatur amonia masuk
dan yang keluar dari evaporator.
Gambar 3.3 Termometer digital
4. Pompa Vakum
Untuk memvakumkan evaporator sebagai bagian dari rangkaian pendingin.
Spesifikasi :
Merek : Robinair
Model No : 15601
Capacity : 142 L/m
Motor h.p : ½
Volts : 110-115V/ 220-225V
5. Stop watch digunakan untuk menentukan waktu perubahan suhu selama proses
pengujian
Gambar 3.5 Stop watch
6. Alat bantu perbengkelan, seperti : kunci pas, kunci ring,lem silikon, obeng,
tang, palu, lem,.
7. Drum digunakan sebagai wadah penampungan air untuk dialirkan ke absorber.
Gambar 3.6 Anemometer
9. Tube Bender digunakan untuk membengkokkan pipa evaporator.
Gambar 3.7 Tube Bender 10.Penyambung Pipa dan Kran
11.Rockwool
Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator untuk mencegah panas dari luar
masuk ke kotak pendingin.
Gambar 3.9 Rockwool
12.Sterofoam
Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator untuk mencegah panas dari luar
masuk ke kotak pendingin.
Gambar 3.10 Sterofoam 13.Busa Hitam
Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator untuk mencegah panas dari luar
Gambar 3.11 Busa Hitam 14.Triplek
Bahan ini digunakan sebagai lapisan isolator untuk mencegah panas dari luar
masuk ke kotak pendingin.
.
Gambar 3.12 Triplek 3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ammonium hydroxide
(NH4OH) yaitu sebagai pasangan refrijeran-absorben
3.3 Eksperimental set up
Pengujian dilakukan dengan menghubungkan sensor thermometer digital
ke 4 titik yang akan di ukur temperaturnya, adapun beberapa parameter yang akan
diukur adalah :
Gambar 3.14 Titik-titik pengukuran evaporator 1. Temperatur ammonia keluar evaporator
Yaitu temperatur yang keluar dari evaporator dan masuk ke dalam
absorber
2. Temperatur ammonia masuk evaporator
Yaitu temperatur amonia yang masuk dari kondensoor menuju evaporator
3. Temperatur udara masuk
Yaitu temperatur udara kotak pendingin yang dialirkan melewati pipa
evaporator
4. Temperatur keluar udara
Yaitu temperatur udara dingin yang keluar melewati pipa evaporator 1 2
3
3.4 Prosedur pengujian
Gambar 3.15 Skema Pengujian
Pengujian dapat dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut:
1. Rangkaian siklus absorpsi terlebih dahulu divakumkan dengan
menggunakan pompa vakum hingga rangkaian benar benar vakum.
2. Menghidupkan mesindan proses pemanasan dilakukan 10-15 menit hingga
suhu generator mencapai 1200
3. Memasukkan larutan ammonia air ke tabung pengisian sebanyak 5 liter. C.
5. Membuka kran/katup pada absorber sehingga larutan ammonia-air masuk
ke dalam absorber.
6. Membuka katup/kran sebelum masuk kondensor dengan ketentuan
tekanan yang di inginkan telah tercapai.
7. Mengukur temperatur titik titik yang telah di tentukan dengan
menggu nakan thermometer digital.
8. Mengukur tekanan dengan menggunakan pressure gauge.
9. Mengukur lama waktu mulai dari masuk rerfrigeran hingga dicapai
temperatur terendah.
3.5 Proses Pembuatan Mesin Pendingin Absorpsi
1. Proses pembuatan rangka mesin pendingin
Rangka mesin pendingin dibuat menggunakan besi siku dengan dimensi
2m x 1m x 1m. Yang terdiri dari dudukan generator, dudukan kondensor, dudukan
absorber, dudukan kotak pendingin dan dudukan pompa.
2. Proses pembuatan Generator Shell and Tube
Generator dibuat dengan menggunakan las argon. Untuk mencegah
terjadinya kebocoran pada sambungan. Generator yang dibuat adalah jenis shell
and tube. Dengan panjang generator 1,1 m. Jumlah pipa atau tube adalah 20.
Gambar 3.17 Proses Pengelasan Generator
3. Proses pembuatan kondensor
Jenis kondensor yang digunakan adalah jenis kondensor tube aliran
menyilang dengan jumlah laluan 6 pipa.
Gambar 3.19 Pembuatan kondensor
4. Pembuatan Absorber
Jenis absorber yang digunakan adalah jenis absorber annulus. Dimana
larutan ammonia-air pada aliran luar sedangkan pada aliran dalam air
3.6 Metode Pengolahan Data
Gambar 3.22 Diagram alir rancang bangun evaporator siklus absorpsi Perhitungan dan Diskusi Perancangan alat
Pembuatan rangkaian mesin pendingin
Pengujian alat
Pengambilan Data
Hasil Analisa hasil
percobaan
Kesimpulan
Selesai Studi Literatur
Buku Referensi, Jurnal, Internet, dll Mulai
Tidak
BAB IV
HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN 4.1. Desain Instalasi Pendingin Siklus Absorpsi
Gambar 4.1 Desain Instalasi Pendingin Siklus Absorpsi Instalasi pendingin siklus absorpsi terdiri dari beberapa komponen utama yaitu generator, evaporator, kondensor dan absorber.
4.1.1 Desain Evaporator
Perancangan ini dimulai dengan menentukan kapasitas pendinginan
evaporator. Kapasitas pendinginan ditentukan sebesar 50 W. Fluida yang akan
didinginkan adalah udara pada temperatur 32 °C yang berada di dalam kotak
pendingin 50 cm x 50 cm. Sementara refrigran yang digunakan adalah ammonia.
Pada perancangan temperatur udara yang hendak didinginkan diharapkan bisa
mencapai 0°C. Jenis evaporator yang digunakan adalah jenis evaporator bare tube
Gambar 4.2 Desain evaporator bare tube
1
Qe = 50 W
Temperatur kerja evaporasi = 0 °C
Temperatur kerja kondensasi = 35 °C
ṁ = Qe
h1−h4
ṁ = 0,05 kW
1461,81kgkJ− 366.58kJ /kg = 0.00004564 kg/s
4.1.2 Dimensi Utama Evaporator
Gambar 4.4 Jarak antara pipa Diamter luar pipa do = 0,0095 m
Diamter dalam pipa di = 0,0087 m
Jarak antara pipa Sn = 0,05 m
Tebal pipa, t = do – di = 0,0095 m – 0,0087 = 0,0008
4.1.3 Sifat-sifat Fluida dan Luas Penampang a. Aliran refrigran ( NH₃ )
Temperatur masuk evaporator, T in = 0 °C
Temperatur keluar evaporator, T out = 25 °C
Temperatur rata-rata = 12,5 °C
Sifat fisik refrigran dicari berdasarkan temperature rata-rata :
µ = 0,00015375 Ns/ m2
k = 0,494675 W/mk
Luas penampang aliran refrigran
� = 1 Sehingga, laju aliran massa udara adalah
= 1,1614 kg/s x 3 m/s x 0,0314 m2
= 0,10940388 kg/s
Untuk menghitung temperatur keluar udara dalam hal ini menggunakan metode
trial and error dikarenakan panas jenis Cp belum diketahui.
*Diasumsikan T out = 31,54615 °C, maka Cp = 1007,186 kJ/kgK
50 W = 0,10940388 kg/s x 1007,186 kJ/kgK x ( 32 °C – T out)
T out = 31,54615 °C
Maka temperatur keluar udara adalah 31,54615 °C
Sehingga temperatur rata-rata udara adalah 32 °C+31,54615 °C
2 = 31,77 °C
Maka sifat-sifat fluida pada temperature 31,77 °C diperoleh :
Pr = 0,706322
µ = 0,00001868 Ns/m2
k = 0,02665321 W/mK
Temperatur permukaan pipa adalah 14,5 °C
4.1.4 Koefisien Perpindahan Panas Konveksi
Gambar 4.5 Aliran refrigran dan aliran udara di evaporator a. Aliran Refrigran
Bilangan Reynolds
Bilangan Nusselt untuk kasus aliran dalam laminar Nu = 4,36.
Koefisien perpindahan panas konveksi di dalam pipa evaporator
hi = Nu x k
di
=
4,36 x 0,494675 W /mK0,0087 m
=
247,906092 W/m2K T in refrigeranT out refrijeran
�
T in udara
b. Aliran Udara
Bilangan Reynolds
Re = ρ Vmax do
Model bare evaporator yang digunakan adalah APK segaris atau inline aliran
menyilang dengan jumlah pipa 5 dan hanya 1 baris.
Tabel 4.1 Persamaan bilangan Nu menurut Zukauskas
( Sumber : heat and mass transfer, Cengel )
Berdasarkan tabel di atas makan persamaan mencari bilangan Nusselt adalah :
Nu = 0,27 ��0,63��0,36(�� ���)
= 0,27 x 2186,9640,63x 0,7063220,36 x (0,706322/0,71025)0,25
= 30,23451
Namun bilangan Nu tersebut harus dikoreksi lagi berdasarkan tabel di bawah ini :
Tabel 4.2 Faktor koreksi untuk menentukan bilangan Nu menurut Zukauskas
( Sumber : heat and mass transfer, Cengel )
Untuk kumpulan pipa satu baris yang segaris atau inline diperoleh nilai F = 0,70,
maka
NuNL = F Nu
= 0,70 x 30,23451
= 21,16415
Koefisien perpindahan panas konveksi udara di luar pipa evaporator adalah :
h = Nu x k
do
=
21,16415 x 0,026034 0,00954.1.5 Koefisien Perpindahan Panas Total
Gambar 4.6 Distribusi temperatur udara dan refrijeran ammonia Untuk koefisien konduksi pipa stainless steel 304 adalah 14,24 W/mK.
U = 1
ln�0,004750,00435�0,00435
4.1.6 Panjang Pipa
LMTD = (Thout − Tcin ) –( Thin− Tcout)
ln(Th out− Tc in Th in− Tc out )
= (31,54°C− 0 °C ) –( 32 °C− 25 °C)
ln(31,54 32 °C−0 °C
°C− 25 °C )
= 16,301 °C
Q = U.A.LMTD
50 W = 51,325 W/m2K x A x 16,301 °C
A = 0,0597 m2
Di mana :
A = n.π.D.L
0,0597 m2 = 5 x 3,14 x 0,0095 m x L
L = 0,4 m
Gambar 4.7 Evaporator bare tube 4.2 Data Hasil Pengujian Evaporator
Pengujian dilakukan selama 3 kali yaitu pada tanggal 16 – 28 November
2015 di laboratorium foundry. Data diambil per 20 detik selama pengujian hingga
didapatkan temperatur terendah. Berikut ini data-data pengujian yang diambil.
Tabel 4.3 Data pengujian evaporator pertama
Waktu ( per 20 detik )
T in evaporator ( °C )
140 15.7 21.8 28.5 29
Gambar 4.9 Grafik pengujian kedua temperatur vs waktu
Tabel 4.5 Data pengujian evaporator ketiga
460 17.4 20.1 21.8 22.2
Gambar 4.10 Grafik pengujian ketiga temperatur vs waktu
Berdasarkan data pengujian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendinginan
yang paling efisien terjadi data pengujian yang pertama. Yaitu sebesar 17,7 °C.
4.3. Menghitung Laju Perpindahan Panas Aktual ( ���� )
Untuk menghitung laju perpindahan panas actual, maka digunakan data
temperatur rata-rata, laju aliran massa rata-rata, dan panas jenis rata-rata. Dalam
hal ini laju perpindahan panas yang dihitung adalah pada sisi udara yang
didiginkan.
Q = m x Cp x ∆T
Q = 0,10211 kg/s x 1006,9774 kJ/kgK x (24,87 – 24,46 ) K
Q = 42,159 W
Maka besarnya laju perpindahan panas rata-rata pada pengujian
pertama adalah sebesar 42,159 W.
Tabel 4.6 Laju perpindahan panas pada pengujian pertama
Waktu
60 303.95 0.10209 1007.194 51.41221773
80 303.4 0.1021 1007.174 41.13298616
200 299.7 0.10209 1006.994 41.12160698
220 299.05 0.10208 1006.981 51.39631024
240 298.6 0.10209 1006.972 41.12070859
260 298.1 0.10209 1006.962 41.12030023
280 297.7 0.1021 1006.954 41.12400136
300 297.15 0.1022 1006.943 51.4547873
320 296.6 0.1021 1006.932 20.56155144
340 296.2 0.102 1006.924 41.0824992
360 295.7 0.102 1006.914 41.0820912
380 295.25 0.1021 1006.905 51.40250025
400 294.6 0.10209 1006.892 41.11744171
420 294.3 0.10207 1006.886 41.10914161
440 293.75 0.10207 1006.875 51.38586563
460 293.3 0.10209 1006.886 41.1171967
480 292.6 0.1021 1006.852 41.11983568
500 292.2 0.1022 1006.884 41.16141792
540 291.35 0.1021 1006.827 30.83911101
560 291.05 0.1022 1006.821 30.86913186
580 290.85 0.1023 1006.819 30.89927511
Rata-rata 297.665 0.102116333 1006.9774 42.15989631
Gambar 4.11 Grafik pengujian laju perpindahan panas terhadap waktu b. Laju perpindahan panas actual pada pengujian kedua
Q = m x Cp x ∆T
Q = 0,102166 kg/s x 1006,9889 kJ/kgK x (25,58 – 25,16) K
Q = 42,845 W
Maka besarnya laju perpindahan panas rata-rata pada pengujian
pertama adalah sebesar 42,845 W.
Tabel 4.7 Laju perpindahan panas pada pengujian kedua
Waktu
60 304.15 0.10207 1007.166 30.84043009
200 300.45 0.10207 1007.018 51.39316363
220 300.1 0.10205 1007.004 41.10590328
240 299.4 0.10201 1006.988 41.08913835
260 298.95 0.10209 1006.977 30.84068458
280 298.45 0.10215 1006.969 51.43094168
300 298.05 0.10216 1006.961 51.43556788
320 297.55 0.10216 1006.951 51.43505708
340 297.1 0.1022 1006.942 41.16378896
360 296.75 0.10207 1006.935 51.38892773
380 296.2 0.1021 1006.924 41.12277616
400 295.75 0.1021 1006.915 51.40301075
420 295.35 0.1022 1006.907 51.4529477
440 294.85 0.1023 1006.897 30.90166893
460 294.45 0.1022 1006.889 51.4520279
480 293.6 0.10215 1006.872 41.14078992
500 293.3 0.1021 1006.866 41.12040744
520 292.85 0.10213 1006.857 30.84909162
540 292.45 0.10214 1006.849 51.41977843
560 291.85 0.10215 1006.836 51.4241487
580 291.3 0.1021 1006.826 41.11877384
Gambar 4.12 Grafik pengujian kedua laju perpindahan panas terhadap waktu
c. Laju perpindahan panas actual pada pengujian ketiga
Q = m x Cp x ∆T
Q = 0,102125 kg/s x 1007.008 kJ/kgK x (26,31 – 25,89) K
Q = 43,19 W
Maka besarnya laju perpindahan panas rata-rata pada pengujian
pertama adalah sebesar 43,19 W.
Tabel 4.8 Laju perpindahan panas pada pengujian ketiga
Waktu
20 304.75 0.10215 1007.188 30.86527626
40 304.4 0.10214 1007.176 41.14918266
60 304.15 0.10212 1007.166 30.85553758
80 303.75 0.10211 1007.15 30.85202595
100 303.45 0.10211 1007.138 30.85165835
120 303.2 0.10213 1007.128 41.14319306
140 302.8 0.10213 1007.112 41.14253942
160 302.55 0.10212 1007.102 30.85357687
180 302.2 0.10213 1007.088 41.14155898
200 301.75 0.10214 1007.07 51.4310649
220 301.2 0.10212 1007.048 41.1358967
240 300.85 0.10213 1007.034 51.42419121
260 300.35 0.10211 1007.014 51.41309977
280 299.85 0.1021 1006.996 51.4071458
300 299.4 0.10209 1006.988 41.12136197
320 298.85 0.1021 1006.977 51.40617585
340 298.3 0.10214 1006.966 41.1406029
360 297.8 0.10214 1006.956 41.14019434
380 297.45 0.10215 1006.949 51.42992018
400 296.95 0.10213 1006.938 51.41928897
420 296.25 0.10213 1006.925 51.41862513
440 295.6 0.1021 1006.912 41.12228608
460 295 0.10212 1006.9 41.1298512
480 294.35 0.10214 1006.886 51.42166802
500 293.9 0.10213 1006.878 41.13298006
520 293.35 0.1021 1006.867 51.40056035
540 292.55 0.10212 1006.851 51.40981206
560 291.95 0.10214 1006.836 51.41911452
580 291.15 0.10213 1006.823 51.4134165
Rata-rata 299.1 0.102125 1007.008667 43.19229536
Untuk menghitung COP absorpsi, terlebih dahulu diketahui besarnya
panas yang bekerja di generator. Dalam hal ini panas yang bekerja di generator
terlampir. Berikut ini adalah data-data aktual panas yang bekerja di generator
dengan laju perpindahan panas di evaporator.
Tabel 4.9 COP Absorpsi pengujian pertama
Waktu ( per 20 detik ) Q Evaporator( W ) Q Generator ( W ) COP absorpsi
1 20.56694232 101.087 0.203457837
2 41.14161542 101.096 0.406955917
3 41.13701486 100.96 0.407458547
4 51.41221773 100.47 0.511717107
5 41.13298616 100.35 0.409895228
6 41.13061744 99.88 0.411800335
7 51.4624012 99.93 0.514984501
8 51.5116305 99.88 0.515735187
9 51.4094941 99.75 0.515383399
10 51.4080647 99.59 0.516197055
11 41.12160698 99.62 0.412784652
12 51.39631024 99.48 0.516649681
13 41.12070859 99.46 0.41343966
14 41.12030023 99.47 0.41339399
15 41.12400136 99.23 0.414431133
16 51.4547873 98.97 0.519902873
17 20.56155144 98.67 0.208387062
18 41.0824992 98.55 0.416869601
19 41.0820912 99.05 0.414761143
20 51.40250025 98.04 0.524301308
21 41.11744171 96.46 0.426264169
22 41.10914161 95.58 0.430101921
23 51.38586563 98.46 0.521895852
24 41.1171967 98.34 0.418112637
25 41.11983568 98.27 0.418437322
26 41.16141792 98.26 0.418903093
27 51.39913095 98.23 0.523252886
28 30.83911101 98.22 0.313979953
29 30.86913186 98.24 0.314221619
30 30.89927511 98.23 0.314560471
Gambar 4.14 Grafik COP Absorpsi Pengujian pertama
Maka besar nya COP absorpsi pada pengujian yang pertama adalah 0,42.
Tabel 4.10 COP Absorpsi pengujian kedua
Waktu ( per 20 detik ) Q ( W ) Q Generator ( W ) COP absorpsi
1 20.56295437 96.091 0.213994592
2 20.56279104 96.23 0.213683789
3 41.11711632 96.45 0.42630499
4 30.84043009 96.57 0.31935829
5 41.13127088 96.68 0.425437225
6 51.414497 96.71 0.531635787
7 41.17057504 96.78 0.425403751
8 41.12931056 96.95 0.424232187
9 51.359958 97.03 0.529320396
10 51.3887409 97.13 0.529071769
11 51.39316363 97.23 0.528573111
12 41.10590328 97.33 0.422335388
13 41.08913835 97.4 0.421859737
14 30.84068458 97.67 0.31576415
15 51.43094168 97.89 0.525395257
16 51.43556788 98.02 0.524745643
17 51.43505708 97.77 0.526082204
18 41.16378896 96.9 0.424806904
19 51.38892773 97.68 0.526094674
20 41.12277616 97.45 0.421988468
21 51.40301075 96.64 0.531902015
22 51.4529477 94.79 0.542809871
23 30.90166893 95.34 0.324120715
24 51.4520279 96.52 0.533071155
25 41.14078992 97.68 0.421179258
26 41.12040744 97.34 0.422441005
27 30.84909162 97.61 0.316044377
28 51.41977843 97.56 0.527057999
29 51.4241487 96.12 0.534999466
30 41.11877384 96.23 0.427296829
Rata-rata 42.84554129 96.92636667 0.441900367
Gambar 4.15 Grafik COP pengujian kedua
= 0,44
Maka besar nya COP absorpsi pada pengujian yang kedua adalah 0,44.
Tabel 4.11 COP Absorpsi pengujian ketiga
Waktu ( per 20 detik ) Q ( W ) Q Generator ( W ) COP absorpsi
1 20.57705514 100.47 0.204804919
2 30.86527626 100.51 0.307086621
3 41.14918266 100.55 0.409241001
4 30.85553758 100.82 0.306037339
5 30.85202595 100.74 0.30625398
6 30.85165835 100.68 0.30643284
7 41.14319306 100.62 0.40888068
8 41.14253942 98.45 0.417902889
9 30.85357687 96.76 0.318867062
10 41.14155898 95.27 0.431853498
11 51.4310649 95.12 0.540696645
12 41.1358967 94.91 0.433420047
13 51.42419121 94.85 0.542143574
14 51.41309977 94.63 0.54330656
15 51.4071458 94.44 0.544336571
16 41.12136197 94.50 0.435124776
17 51.40617585 94.52 0.543865593
18 41.1406029 94.55 0.435120073
19 41.14019434 94.58 0.434993578
20 51.42992018 94.77 0.542681441
21 51.41928897 94.88 0.541940229
22 51.41862513 94.92 0.541693349
23 41.12228608 93.89 0.437983663
24 41.1298512 92.67 0.44383135
25 51.42166802 92.16 0.557943323
26 41.13298006 93.44 0.440207406
27 51.40056035 94.85 0.541914184
28 51.40981206 95.20 0.540018251
29 51.41911452 96.78 0.531298972
30 51.4134165 96.45 0.533057714
Gambar 4.16 Grafik COP pengujian ketiga
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Telah dirancang bangun sebuah evaporator sebagai bagian dari mesin
pendingin siklus absorbsi dengan dimensi : • Panjang tiap laluan pipa = 40 cm
• Jumlah pipa = 5
• Diameter tube = 0,95 cm
• Dimensi kotak pendingin = 50 cm x 50 cm x 50 cm
• Material = Stainless steel
2. Dari hasil pengujian diperoleh temperatur udara kotak pendingin pada
pengujian pertama sebesar 17,7 °C, pada pengujian kedua sebesar 18,1 °C,
dan pada pengujian ketiga sebesar 17,9 °C. Sehingga laju perpindahan
panas pada evaporator pada pengujian pertama didapatkan sebesar 42,159
W, pada pengujian kedua didapatkan sebesar 42,845 W dan pada
pengujian ketiga sebesar 43,19 W.
3. Diperoleh COP pendingin absorpsi pada pengujian pertama 0,42, pada
pengujian kedua sebesar 0,44 dan pengujian ketiga sebesar 0,45.
5.2. Saran
Untuk keberhasilan penelitian selanjutnya, maka penulis menyarankan:
1. Sebaiknya kotak pendingin menggunakan isolator yang lebih sempurna
lagi supaya panas yang dari lingkungan hampir tidak masuk ke dalam
2. Menggunakan evaporator yang menggunakan sirip agar laju perpindahan
panas evaporator lebih meningkat.
3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan pompa vakum
dengan daya yang lebih besar sehingga pada saat divakumkan rangkaian
benar benar hampa udara dan proses absorbsi dapat berlangsung, karena
jika di dalam rangkaian masih terdapat udara maka sirkulasi akan
terhambat dan proses absorbsi tidak akan berlangsung.