BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Era globalisasi yang membuka peluang usaha semakin lebar secara langsung
menciptakan persaingan usaha diantara perusahaan-perusahaan semakin ketat.
Globalisasi menghadirkan tantangan yang beragam dan persaingan yang ketat
bagi setiap sektor industri, termasuk bagi industri perbankan. (Mulyana; 2009, 12)
menyatakan bahwa “globalisasi bagi perbankan merupakan tantangan yang tidak
dapat dielakkan sekaligus peluang untuk diraih.” Menurut MacDonald dan Koch
(2006) globalisasi merupakan perkembangan yang bertahap dari pasar dan
lembaga-lembaga yang mana batas-batas geografi tidak dapat membatasi
transaksi-transaksi keuangan. Lembaga perbankan dihadapkan dengan tantangan
dan persaingan yang semakin ketat dalam berkompetisi untuk meraih nasabah
dalam lingkup global.
Kondisi demikian memaksa perusahaan untuk selalu mengembangkan
strategi usahanya agar dapat bertahan atau lebih berkembang. Karena itu, perlu
adanya pengembangan strategi yang tepat agar perusahaan mampu
mempertahankan eksistensinya dan memperbaiki kinerjanya.
Perusahaan akan mengalami berbagai kondisi yaitu pertumbuhan dan
berkembangnya secara dinamis, berada pada kondisi statis dan mengalami proses
pemegang saham. Dalam rangka meraih sasaran tersebut perusahan melakukan
ekspansi bisnis dengan berbagai cara, salah satu cara untuk mencapai
pertumbuhan dari dalam perusahaan (internal growth), dan pertumbuhan dari luar
perusahan (external growt).
Pertumbuhan internal adalah ekspansi yang dilakukan dengan membangun
unit bisnis baru dari awal (start-ups business). Jalur ini memerlukan berbagai
pertahapan mulai dari riset pasar, desain produk, perekrutan tenaga ahli, tes pasar,
pengadaan dan pembangunan fasilitas produksi/ operasi sebelum perusahaan
menjual produknya ke pasar. Sebaliknya pertumbuhan eksternal dilakukan dengan
membeli perusahaan yang sudah ada seperti melakukan merger di mana dua atau
lebih perusahaan yang sudah berjalan bergabung dengan masing-masing
memberikan kontribusi dan sinergi, baik dalam memperbesar kapital,
memperbesar kapasitas dan varian produksi termasuk penerapan teknologi yang
tidak dimiliki oleh perusahaan lainnya yang ikut bergabung, kemudian
memperluas area atau wilayah pemasaran. Merger dan akuisisi adalah strategi
pertumbuhan eksternal dan merupakan jalur cepat untuk mengakses pasar baru
untuk produk baru tanpa harus membangun dari awal. Dilingkungan internal
terjadi pada saat divisi-divisi yang ada dalam perusahaan yang tumbuh secara
normal melalui kegiatan capital budgeting sedangkan untuk lingkungan eksternal
dapat dilakukan dalam bentuk penggabungan usaha (business combination).
Pada dasarnya penggabungan usaha ada tiga bentuk yaitu : merger, akuisisi,
dan konsolidasi. Merger adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu,
liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu perusahaan yang me-merger
memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti
beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di
perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus
Terdapat beberapa motif atau alasan yang melatarbelakangi sebuah entitas
melakukan merger. Pertama, peningkatan skala ekonomi (economies of scale),
yang berarti sumber daya dimanfaatkan secara lebih ekonomis dan sebagai
konsekuensinya akan meningkatkan profitabilitas. Hal tersebut mengimplikasikan ; 1999, 598). Akuisisi adalah
pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset
perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada (Brealey, Myers, & Marcus;
1999, 598). Konsolidasi adalah dua buah perusahaan yang bergabung bubar demi
hukum dan sebagai gantinya didirikan suatu perusahaan dengan nama yang baru
meskipun secara finansial perusahaan baru tersebut mengambil alih asset hak dan
kewajiban dari dua perusahaan yang bubar tersebut.
Ketatnya persaingan di sektor perbankan, mengharuskan bank untuk
menerapkan strategi yang tepat maupun melakukan inovasi untuk meningkatkan
kapabilitas perbankan. Oleh sebab itu, sebelum suatu merger perusahaan
dilakukan, pihak yang akan melakukan merger harus terlebih dahulu
memperhitungkan berbagai hal, sehingga pelaksanaan merger tersebut dapat
berhasil dan menguntungkan kedua belah pihak. Merger yang baik adalah merger
yang berakhir dengan deal yang win-win. Artinya baik pihak perusahaan
penggabung, maupun perusahaan target sama-sama dapat meraih manfaat dari
penurunan biaya per-unit yang berasal dari peningkatan ukuran atau skala operasi
perusahaan. MacDonald dan Koch (2006) menyatakan bahwa “globalisasi pada
jasa keuangan mengindikasikan bahwa entitas teratas akan terdiri dari beberapa
organisasi yang melakukan penggabungan yang besar”. Kedua, mengurangi
tingkat persaingan dan meningkatkan pangsa pasar dan distribusi entitas.
Penggabungan dua atau lebih entitas dapat memperoleh pasar baru secara lebih
cepat dibandingkan jika mengembangkan sendiri sehingga akan memberikanhasil
yang besar secara keseluruhan. Ketiga, meningkatkan efisiensi. Peningkatan
efisiensi terjadi ketika ada transfer keahlian manajerial dari entitas yang lebih
handal ke entitas yang kurang handal. Tim manajemen yang lebih handal akan
meningkatkan kinerja keuangan. Efisiensi dapat meningkat dengan pengurangan
fasilitas yang tidak diperlukan dan pengurangan karyawan serta adanya sinergi
penguasaan teknologi dari entitas-entitas yang melakukan merger.
Merger dan akuisisi telah menjadi strategi yang populer di kalangan
perusahaan-perusahaan di Amerika dan Eropa karena diyakini berperan penting
dalam restrukturisasi yang efektif. Portal Human Resource (2005) menyatakan
bahwa selama tahun 1998, nilai merger dan akuisisi di Amerika lebih dari USD 6
triliun dengan 11.400 transaksi. Hitt, Harrison, Ireland (2002), menyebutkan
bahwa merger terbesar yang diumumkan pada tahun 1998 adalah penggabungan
antara Citicorp dengan Traveler’s Group dengan nilai yang diperkirakan mencapai
USD 77 milyar dan akuisisi Exxon terhadap Mobil dengan perkiraan nilai USD 79
Di Jepang, merger Bank of Tokyo dengan Mitsubishi Bank mampu
menggelembungkan asset hingga Rp1.691 triliun pada tahun 1995. Bank
sekiranya dapat menghasilkan keuntungan efisiensi melalui peningkatan skala
operasi dan sebagai konsekuensinya meningkatkan profitabilitas. Menurut Deans,
Kroeger, dan Zeisel (dalam Mulyana, 2009), merger-merger tersebut tergolong
sukses dan telah menempatkan diri sebagai bank-bank yang tumbuh dengan
indikator-indikator keuangan yang menakjubkan.
Merger di Indonesia secara umum diatur dalam Undang-undang No.1/1995
mengenai Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 27/1998 mengenai
Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, Peraturan
Pemerintah No. 28/1999 mengenai Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank dan
peraturan-peraturan lain yang terkait. Untuk perusahaan Terbuka, merger diatur
dalam Peraturan Bapepam No. IX.G.1 mengenai Penggabungan dan Peleburan
Usaha Perusahaan Publik atau Emiten.
Peran pemerintah Indonesia sebagai regulator maupun sebagai fasilitator
memandang perlu untuk mendorong perusahaan-perusahaan baik swasta maupun
BUMN untuk memperkuat diri dalam menghadapi tantangan globalisasi ekonomi
dunia. Tujuannya memang sangat baik yakni untuk memperkuat ekonomi nasional
lewat daya saing yang tinggi. Dan untuk itu perusahaan-perusahaan swasta
maupun BUMN perlu menyatukan kekuatan mereka agar tidak ‘termakan’ oleh
perusahaan multinasional. Oleh karena itu kinerja perusahaan pasca merger
Tabel 1.1
Daftar bank merger sejak tahun 2000 ke atas di Indonesia
No Nama Bank Merger dengan bank
1 Artamedia Bank merger dengan Bank Permata
2 Bank Arta Niaga
Kencana
merger dengan Bank Commonwealth sejak tanggal 10 Desember 2007
3 Bank Artha Graha merger dengan Bank Interpacific
4 Bank Dai-Ichi Kangyo
Indonesia merger dengan Bank Mizuho Indonesia
5 Bank Danpac merger dengan Bank CIC dan Bank Pikko
6 Bank Haga
merger dengan Bank Rabobank Duta dan Bank Hagakita menjadi Bank Rabobank International Indonesia sejak tanggal 24 Juni 2008
7 Bank Hagakita
merger dengan Bank Rabobank Duta dan Bank Haga menjadi Bank Rabobank International Indonesia sejak tanggal 24 Juni 2008
8 Bank IJB Indonesia merger dengan Bank Mizuho Indonesia
9 Bank OCBC Indone merger dengan Bank OCBC NISP sejak tanggal 7 Februari
2011
10 Bank Patriot merger dengan Bank Permata
11 Bank Pikko merger dengan Bank CIC dan Bank Danpac
12 Bank Rabobank Duta merger dengan Bank Haga dan Bank Hagakita menjadi Bank
Rabobank International Indonesia sejak tanggal 24 Juni 2008
13 Bank Sakura Swadharma merger dengan Bank Sumitomo Mitsui Indonesia
14 Bank Universal merger dengan Bank Permata
15 Bank UOB Indonesia merger dengan Bank UOB Buana sejak tanggal 10 Juni 2010
16 Bank Windu Kentjana merger dengan Bank Multicor sejak tanggal 18 Desember 2007
17 Keppel Tat Lee Buana
Bank merger dengan Bank OCBC NISP
18 Lippo Bank merger dengan Bank CIMB Niaga sejak tanggal 15 Oktober
2008
19 Prima Express Bank merger dengan Bank Permata
20 Tokai Lippo Bank merger dengan Bank UFJ Indonesia
Di Indonesia merger menunjukan skala peningkatan yang cukup signifikan
dari tahun ke tahun. Pada tahun 1980 dilakukan oleh bank-bank dengan harapan
agar dapat memperkuat struktur modal dan memperoleh keringanan pajak. Pada
krisis ekonomi tahun 1997 pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia melakukan
upaya berupa program restrukturisasi yang bertujuan untuk mengatasi krisis
permodalan. Program restrukturisasi yang berupa penggabungan (merger)
dilakukan untuk menanggulangi dampak krisis agar tidak semakin memperburuk
keuangan Negara. Restrukturisasi yang dilakukan pemerintah menghasilkan tiga
bank hasil merger, yaitu Bank Mandiri, Bank Danamon dan Bank Permata.
PT. Bank Mandiri Tbk. dan PT. PermataBank Tbk. merupakan salah satu
contoh bank BUMN dan Swasta yang melakukan merger di Indonesia. Bank
Mandiri yang merupakan bank hasil merger antara empat bank pemerintah yaitu
Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Exim, dan Bank Pembangunan
Indonesia, total asetnya pada saat akan di merger diperkirakan mencapai lebih dari
Rp. 90 triliun dan modal sendiri mencapai sekitar Rp. 9 triliun. Disamping
menambah jumlah aset dan modalnya, maka jumlah nasabah yang dapat
dilayaninya, serta jumlah kantor cabang dari hasil merger bank tersebut juga
semakin meningkat.
Dengan adanya merger bank tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan
efisiensi kerja melalui pengurangan berbagai aktifitas yang sama yang ada dalam
bank. Sebagai konsekwensinya, harus ada kerelaan untuk melakukan perampingan
karyawan dalam berbagai tingkatan (level posisi/jabatan). Munculnya bank baru
dengan terpaksa dan berat hati harus dirumahkan atau memperoleh kesempatan
pensiun lebih cepat. Untuk mengantisipasi hal tersebut, tentunya jauh hari sudah
memperoleh perhatian dengan seksama, seperti memberikan berbagai bentuk
pelatihan yang memungkinkan mereka yang akan dirumahkan tersebut untuk
mampu mandiri plus bekal permodalan untuk membuka usaha (bisnis) baru bagi
kelangsungan hidupnya.
Sedangkan mengenai peran manajerial dalam bank hasil merger diharapkan
akan dapat menghasilkan suatu efisiensi dan peningkatan kinerja (performance)
secara optimal melalui penempatan tenaga-tenaga profesional perbankan yang
dimiliki oleh masing-masing bank hasil merger. Dalam hal ini, penempatan
terhadap tenaga-tenaga profesional dalam bidangnya masing-masing tersebut
hendaknya dilakukan berdasarkan bukan saja dari sisi profesionalisme, tetapi juga
perlu memperhatikan prinsip-prinsip keadilan, kebersamaan, dan keterbukaan
(transparansi) bagi semua pihak.
Bank Permata merupakan hasil merger dari 5 bank yaitu PT. Bank Bali Tbk,
PT. Universal Tbk., PT. Prima Express, PT. Arta Media Bank dan PT. Patriot.
Nama Bank Permata resmi digunakan pada 18 Oktober 2002 dibawah PP No.
28/2000. Gabungan bank tersebut memiliki kelebihan 320-an kantor cabang,
456 ATM bersama, mempunyai customer base 1,3 juta nasabah dengan produk
baru dan bervariasi.
Dua tahun sebelum merger Bank Prima Ekspress memperoleh laba sekitar
7,818 (jutaan Rp), sedangkan bank lainnya menderita kerugian yang cukup besar.
oleh Bank Bali dengan 136,975 (jutaan Rp) dan bank lainnya rugi. Cukup besar
kerugian yang dicapai Bank Universal sebesar -1,328,524 (jutaan Rp).
Satu tahun setelah merger Bank Permata mendapatkan laba sebesar 542,504
(jutaan Rp). Keuntungan yang didapatkan dalam merger bank memang baik,
tetapi dari data yang diperoleh dapat diasumsikan bahwa bank hasil merger belum
menyalurkan kredit seperti yang diharapkan meskipun sudah mendapatkan laba.
Berdasarkan fenomena yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan perusahaan-perusahaan di
Indonesia melakukan merger?
2. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara PT. Bank Mandiri
Tbk. dan PT. PermataBank Tbk sebelum dan sesudah melakukan
merger?
1.3Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan
perusahaan-perusahaan di Indonesia melakukan merger.
2. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara
PT. Bank Mandiri Tbk. dan PT. PermataBank Tbk sebelum dan sesudah
melakukan merger.
1.4Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan pada bidang menajemen keuangan khususnya untuk
2. Bagi Perusahaan
Sebagai sarana untuk dijadikan dasar atau pedoman dalam melaksanakan
keputusan bisnis, dalam hal ini keputusan merger dan akuisisi.
3. Bagi Investor
sebagai sumber informasi berkaitan dengan investasi yang akan
dilakukan perusahaan yang merger serta dapat menentukan strategi
investasi yang tepat, sehingga dapat memperoleh return yang di harapkan
4. Bagi Fakultas
Sebagai bahan studi dan literature bagi mahasiswa/i Fakultas Ekonomi
khususnya Departemen Manajemen.
5. Bagi Pembaca/Peneliti Lain
Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat dijadikan
perbandingan dalam melakukan penelitian tentang merger di masa yang