SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)
Oleh:
Dian Andriani
NIM: 1113051000185
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
v
Pada Platform Crowdfunding Kitabisa.com)
Kehadiran new media membuat masyarakat melakukan berbagai perubahan, salah satunya dalam hal berdonasi. Dahulu masyarakat berdonasi offline dengan mendatangi masjid atau panti asuhan, kini masyarakat beralih dengan berdonasi secara online melalui layar di perangkat smartphone atau komputer. Platform untuk berdonasi online di Indonesia salah satunya adalah Kitabisa.com. Kitabisa.com turut digunakan oleh public figure dan telah mengikuti ajang internasional Startup Istanbul 2016. Donasi secara online memiliki banyak kelebihan, tetapi maraknya penipuan online membuat sebagian donatur merasa enggan untuk berdonasi online. Sehingga perlu adanya komunikasi yang baik antara penggalang dana dan donatur melalui computer mediated communication untuk meraih kepercayaan donatur.
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbulah pertanyaan, bagaimana komunikasi penggalang dana kampanye sosial dalam meraih donatur melalui komunikasi impersonal, interpersonal, dan hyperpersonal pada platform crowdfunding Kitabisa.com? bagaimana penggunaan media sosial (Facebook, Twitter dan Instagram) oleh platform crowdfunding
Kitabisa.com sehingga menjadi platform donasi online yang terpercaya di Indonesia?
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme dimana realitas ada merupakan hasil konstruksi dari kemampuan berfikir seseorang. Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus yang merupakan strategi penelitian dimana didalamnya menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktifitas, proses atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu, aktifitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Social Information Processing Theory Joseph Walther yang membahas tentang fenomena pengembangan hubungan dalam format computer mediated communication. Kajian dalam computer mediated communication
lebih mengkhususkan pada komunikasi interpersonal manusia melalui internet atau web. Pada teori ini ada tiga perspektif yang mengkaji tentang computer mediated communication yaitu komunikasi impersonal, interpersonal, dan hyperpersonal.
Dalam kegiatan kampanye sosial, penggalang dana dan donatur melakukan komunikasi melalui computer mediated communication dengan tahapan impersonal, interpersonal, dan hyperpersonal. Pada tahap impersonal, penggalang dana kurang memaksimalkan penggunaan emoticon dan foto sebagai pengganti bahasa nonverbal. Kemudian pada tahap interpersonal, penggalang dana dan donatur keduanya saling membuka diri sehingga komunikasi yang terjadi melalui computer mediated communication terasa setara dengan komunikasi tatap muka (face-to-face). Terakhir pada tahap hyperpersonal, hasil temuan menyatakan bahwa komunikasi tatap muka (face-to-face) lebih efektif karena tanpa menggunakan media dalam menyampaikan pesannya sehingga menghindari adanya
miss communication. Kategori kampanye sosial di Kitabisa.com yang paling unggul adalah Beasiswa dan Pendidikan dengan 560 kampanye. Untuk meraih kepercayaan masyarakat agar beralih dari donasi offline ke donasi online, Kitabisa.com mempunyai strategi komunikasi dalam penggunaan media sosial. Strategi tersebut meliputi format, tipe konten, dan
partnership. Setelah menentukan strategi pada penggunaan media sosial, ada pula tahapan yang harus dilalui sebelum Kitabisa.com mengunggah suatu konten di media sosial yaitu
brainstorming pada setiap hari senin untuk menentukan jadwal konten satu minggu ke depan.
vi
melimpahkan rahmat dan karuniaNya, serta shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Kampanye Sosial Di Media Sosial (Studi Kasus Computer Mediated Communication Pada Platform Crowdfunding Kitabisa.com)”.
Dalam penyusunan skripsi tidak selalu mudah dan membutuhkan proses yang
cukup lama. Selayaknya proses pengerjaan skripsi, ada masa dimana penulis
mengalami pasang surut. Ini merupakan ujian terberat dimana terkadang fisik lelah,
mental dan pikiran bertarung untuk dapat melawan rasa malas. Ditambah lagi adanya
pekerjaan yang harus diselesaikan terlebih dahulu sehingga membuat penyusunan
skripsi sempat tertunda. Namun, semangat yang tak pernah padam untuk bisa
mendapatkan gelar strata satu disertai kerja keras akhirnya bisa melawan semua rasa itu.
Oleh karena itu dengan segala ketulusan, perkenankan penulis untuk
menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis,
dengan bimbingan, arahan, serta semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis,
terutama kepada:
1. Dr. Arif Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih juga kepada Dr. Suparto, M. Ed, Ph.D
selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku
Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. H. Suhaimi, M.Si selaku
vii Islam.
3. Fita Fathurokhmah, M.Si sebagai pembimbing penulis yang telah memberikan
bimbingan khusus dan petunjuk yang sangat berharga, dengan keramahannya
selalu memberikan kemudahan dan dorongan bagi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini dari awal hingga akhir dengan penuh kesabaran dan dedikasi yang
tinggi.
4. Wahyu Prasetyawan, Ph. D selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang memberikan ilmu dengan harapan ilmu
yang di dapat menjadi bermanfaat kepada peneliti selama menempuh
pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam urusan
administrasi selama perkuliahan dan penelitian skripsi ini.
7. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai
referensi dalam penulisan skripsi ini.
8. Iqbal Hariadi selaku Marketing Manager Kitabisa.com, serta para penggalang dana dan donatur Kitabisa.com yang telah meluangkan waktu serta banyak
viii
panutan bagi penulis atas ketangguhan dan keberaniannya mengajarkan manis
pahitnya kehidupan.
10.Agun Akbar Tabrani Hasibuan yang telah memberikan banyak dorongan, ide,
dan doa kepada penulis. Terima kasih untuk semua waktu, perhatian, dan cerita
yang selama ini terukir.
11.KPI D 2013, terutama Disney Princess-ku Febryanti Arena Kusuma Dewi,
Mutiara Annisa, dan Syaviera Dena Ananda. Terima kasih sudah senantiasa
menemani dan menjalani masa kuliah bersama-sama. Sungguh pengalaman yang
tak akan terlupakan.
12.LSO Kontras Musik dan teman-teman KKN BRAVE 2013, Abdurrahman Faris
Rasyid, Adib Mubaroki, Andi Alifesa, Ayatullah Kurnia, Fajar Akbar Maulana,
Muammar Akbar, Nurlatifah, Riska Ayu Lestari, dan Umi Sa’adatunisa. Terima
kasih untuk kebersamaan yang singkat namun berkesan. Semoga selalu kompak
dan tetap menjaga silaturahmi.
13.Untuk semua pihak yang telah membantu dalam penelitian skripsi ini, yang
tidak dapat disebutkan satu per satu. Tanpa mengurangi rasa hormat, penulis
ucapkan terima kasih yang begitu besar. Semoga apa yang telah dilakukan
adalah hal yang terbaik dan hanya Allah yang dapat membalas segala kebaikan
ix
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi diri penulis sendiri.
Jakarta, 26 Mei 2017
x
PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
ABSTRAK... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah... 9
C. Tujuan Penelitian... 9
D. Manfaat Penelitian... 10
E. Metodologi Penelitian... 10
F. Teknik Analisis Data... 14
G. Pedoman Penelitian... 15
H. Tinjauan Pustaka... 15
I. Sistematika Penelitian... 15
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 19
A. Social Information Processing Theory Joseph Walther... 19
B. Computer Mediated Communication... 22
C. Konseptualisasi New Media... 27
1. Pengertian New Media... 27
2. Karakteristik New Media... 28
xi
3. Jenis-Jenis Media Sosial... 32
E. Konseptualisasi Kampanye Sosial... 33
F. Konseptualisasi Platform Crowdfunding... 34
1. Pengertian Platform Crowdfunding... 34
2. Kategori Platform Crowdfunding... 35
3. Platform Crowdfunding di Indonesia... 37
BAB III GAMBARAN UMUM ... 40
A. Platform Crowdfunding Kitabisa.com... 40
1. Sejarah Berdirinya Platform Crowdfunding Kitabisa.com... 40
2. Profil Platform Crowdfunding Kitabisa.com... 43
3. Logo, Tampilan Website dan Media Sosial (Facebook, Twitter, dan Instagram) Platform Crowdfunding Kitabisa.com... 44
4. Susunan Tim Platform Crowdfunding Kitabisa.com... 46
5. Proyek-Proyek Kampanye Sosial di Platform Crowdfunding Kitabisa.com.. 48
B. Profil M. Alfatih Timur (FounderPlatform Crowdfunding Kitabisa.com)...52
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ... 58
A. Analisis Komunikasi Penggalang Dana dan Donatur Melalui Computer Mediated Communication Pada Platform Crowdfunding Kitabisa.com... 58
1. Impersonal... 61
2. Interpersonal... 64
3. Hyperpersonal... 68
xii
2. Tahapan Penggunaan Media Sosial (Facebook, Twitter, dan Instagram) Platform
Crowdfunding Kitabisa.com... 80
BAB VPENUTUP... 82
A. Kesimpulan... 82
B. Saran... 86
1
A. Latar Belakang Masalah
New media memainkan peran penting pada proses perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan sosial adalah proses yang dialami oleh anggota
masyarakat serta semua unsur-unsur budaya dan sistem sosial, dimana semua
tingkat kehidupan masyarakat secara sukarela atau dipengaruhi oleh
unsur-unsur eksternal meninggalkan pola-pola kehidupan, budaya, dan sistem sosial
lama kemudian menyesuaikan diri atau menggunakan pola-pola kehidupan,
budaya, dan sistem sosial yang baru.1
Keberadaan new media dalam menyajikan informasi cenderung memicu perubahan sosial serta membawa pengaruh pada penetapan pola hidup
masyarakat. Perubahan sosial tersebut didukung oleh adanya urbanisasi,
modernisasi, migrasi, peningkatan tenaga kerja, peningkatan stratifikasi, dan
peningkatan mobilitas sosial.2 Pengaruh media berbeda-beda terhadap setiap
individu disebabkan adanya perbedaan pada pola pikir, perbedaan sifat yang
berdampak pada pengambilan sikap, hubungan sosial sehari-hari, dan
perbedaan budaya.
Selain itu, adanya penemuan-penemuan baru sebagai sebab terjadinya
perubahan sosial dapat dibedakan dalam pengertian-pengertian discovery dan
invention. Discovery adalah penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik
1
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat (Jakarta: Kencana Prendan Media Grup, 2013), h.91.
2
berupa alat ataupun berupa gagasan yang diciptakan oleh seorang individu
atau serangkaian ciptaan para individu. Discovery menjadi invention jika masyarakat sudah mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan baru
itu.3
Adanya new media kini ramai dimanfaatkan untuk melakukan kampanye sosial, hal ini turut pula membawa perubahan pada masyarakat
dalam hal berdonasi. Kampanye sosial adalah suatu kegiatan berkampanye
yang mengkomunikasikan pesan-pesan yang berisi tentang masalah sosial
kemasyarakatan dan bersifat non komersil. Tujuan dari kampanye sosial
adalah untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala-gejala sosial
yang sedang terjadi.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syi'ar-syi'ar kesucian Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keridhaan dari Tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah kamu berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka menghalang-halangimu dari Masjidil Haram, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS Al-Maidah : 2)
3
Pada ayat Al-Quran di atas menjelaskan bahwa sebagai manusia kita
harus saling tolong menolong. Dengan kata lain, kampanye sosial merupakan
salah satu hal yang bisa dilakukan untuk menolong sesama manusia. Dahulu
masyarakat terbiasa untuk berkampanye sosial dengan turun ke jalan atau
melakukan kegiatan offline yang memakan waktu serta tenaga. Para donatur pun berdonasi secara offline dengan langsung mendatangi masjid, yayasan, panti asuhan atau lokasi-lokasi bencana alam.
Kini berkat new media masyarakat melakukan perubahan dengan berkampanye sosial dan berdonasi secara online melalui layar di perangkat
smartphone atau komputer yang menghemat waktu dan tenaga. Donasi secara
online memiliki banyak kelebihan salah satunya tidak terbatas ruang dan waktu sehingga bisa berkampanye sosial dan berdonasi kapan saja serta
dimana saja. Dengan transaksi yang mudah dan cepat, para penggalang dana
kampanye sosial dan donatur dapat menghemat waktu serta tidak
mengeluarkan banyak tenaga. Tetapi, maraknya penipuan online juga membuat sebagian donatur merasa enggan untuk berdonasi online. Sehingga perlu adanya komunikasi yang baik antara penggalang dana dan donatur
melalui medium komputer untuk meraih kepercayaan donatur.
Komunikasi pada medium komputer terjadi melalui komunikasi
impersonal, interpersonal, dan hyperpersonal. Komunikasi impersonal memfokuskan pada komunikasi nonverbal yang tidak dapat ditunjukkan
melalui medium komputer, tetapi hal ini bisa ditunjukkan lewat emoticon
marah. Penggalang dana donasi online umumnya menggunakan emoticon
melalui media sosial untuk menambah bentuk rasa simpati pada kampanye
sosial yang sedang di galang, beberapa donatur mengetahui makna emoticon
tersebut tetapi banyak pula donatur yang tidak memahami sehingga mereka
mengacuhkannya.
Komunikasi interpersonal mengungkapkan bahwa tidak adanya
komunikasi nonverbal dapat dijembatani dengan penyesuaian sikap, hal ini
terkait dengan tingkat kepercayaan dan kedekatan yang hendak di bangun
oleh masing-masing individu. Penggalang dana donasi online hendaknya menggunakan komunikasi verbal yang baik dan menarik sehingga donatur
merasa tertarik pada kampanye sosial yang sedang di galang. Penggalang
dana juga perlu menunjukkan identitas asli sehingga donatur merasa percaya
bahwa kampanye sosial tersebut memang nyata pergerakannya sehingga
donatur tidak merasa ragu untuk berdonasi online.
Komunikasi hyperpersonal menyatakan bahwa tidak adanya komunikasi non-verbal justru membantu dalam berinteraksi, karena ketika
komunikasi hyperpersonal terjadi seseorang merasa nyaman untuk mengekspresikan diri mereka dalam komunikasi melalui medium komputer.
Donatur merasa nyaman berkomunikasi melalui medium komputer karena
komunikasi ini tidak face-to-face sehingga mengurangi rasa segan atau malu. Donatur yang merasa nyaman akan memberikan respon lebih berupa
Platform yang menggunakan new media sebagai media untuk berinteraksi serta mewadahi penggalangan kampanye sosial adalah
Kitabisa.com. Kitabisa.com merupakan platform berdonasi dan menggalang dana secara online untuk berbagai kebutuhan sosial. Mulai dari bantuan medis, pembangunan infrastruktur seperti rumah ibadah dan panti asuhan,
hingga bantuan bencana alam. Di luar negeri, platform seperti ini umumnya disebut sebagai crowdfunding. Tujuan platform ini berupaya untuk mengangkat nilai gotong royong masyarakat melalui platformonline.
Kitabisa.com didirikan oleh Muhammad Alfatih Timur pada tanggal 6 Juni 2013. Ide Kitabisa.com berawal dari Timmy (sapaan akrab Alfatih) yang merupakan aktivis yang aktif di berbagai pergerakan sejak mahasiswa.
Setelah lulus dari Universitas Indonesia, Timmy mengawali karir di Rumah
Perubahan dan banyak bertemu tokoh penggerak sosial. Dari sana, Timmy
mengetahui bahwa penggalangan dana adalah salah satu masalah utama di
berbagai pergerakan dan inisiatif sosial. Di saat yang sama, website crowdfunding (penggalangan dana online) sedang marak di luar negeri dan Timmy melihat ini sebagai solusi yang juga bisa diterapkan di Indonesia.
Timmy ingin menggabungkan pergerakan sosial dengan kekuatan teknologi
digital yang kemudian terbentuklah ide untuk menghubungkan orang-orang
baik dalam satu platform yaitu Kitabisa.com. Timmy saat ini tercatat dalam
daftar “30 Under 30 2016 Asia” yang dilansir dari situs Forbes pada awal
Platform crowdfunding lain yang berada di Indonesia adalah Wecare.id. Wecare.id adalah sebuah platform crowdfunding yang difokuskan pada warga Indonesia yang kurang mampu serta dalam keadaan sakit untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang optimal sehingga mereka dapat menjadi individu
yang sehat dan produktif seutuhnya.4 Wecare.id merupakan sebuah layanan yang diinisiasi dan dijalankan oleh Yayasan Pelita Cakrawala Inspirasi yang juga dikenal dengan nama CharityLights. Pada dasarnya Wecare.id lahir atas inisiasi dari para pendiri CharityLights yang terdiri dari Gigih Septianto, Alfian Ramadhan dan Samuel Cahyawijaya.
Wecare.id bekerja dengan menggalang dana melalui kampanye
crowdfunding. Setelah dana yang terkumpul mencapai target untuk pasien tertentu, maka dana tersebut akan segera disalurkan. Menariknya, Wecare.id
berjanji untuk melaporkan segala proses donasi dan distribusi dana yang
bersangkutan secara transparan di platform mereka. Wecare.id sendiri telah dapat diakses oleh publik sejak 15 Oktober 2015.5 Hingga saat ini, Wecare.id
telah mengumpulkan donasi lebih dari 1,5 Milyar Rupiah dengan 172 pasien
yang terdanai.
Jika kedua platform crowdfunding ini dibandingkan maka Kitabisa.com
lebih unggul karena telah menjadi platform terbesar dengan menfasilitasi berbagai isu sosial di Indonesia dan turut digunakan oleh public figure hingga
opinion leader seperti Ridwan Kamil yang menggalang dana saat musibah
4
https://wecare.id/faq#FAQ1 di akses pada tanggal 18 April 2017 pukul 18:15 WIB.
5
Banjir Bandang di Garut dan meraih donasi hingga 765 Juta Rupiah.
Kitabisa.com telah mendapatkan penghargaan dari Bukalapak sebagai Startup
Penggerak Perubahan, ini merupakan penghargaan dari Bukalapak kepada lembaga atau individu yang telah menginspirasi masyarakat umum dan
menjadi penggerak untuk perubahan yang lebih baik. Selain itu, Kitabisa.com
juga masuk ke dalam 15 besar ajang internasional Startup Istanbul 2016. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat agar beralih ke donasi
online, Kitabisa.com bekerjasama dengan beberapa yayasan dan organisasi yang sudah kredibel di Indonesia seperti Dompet Dhuafa, Aksi Cepat Tanggap, dan lain-lain. Kerjasama ini turut pula membawa kemudahan pada masyarakat, salah satunya dalam hal berzakat. Zakat adalah harta yang wajib
dikeluarkan apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh
agama dan disalurkan kepada orang-orang yang telah ditentukan pula.6
Melalui Kitabisa.com, masyarakat bisa berzakat secara online karena berkolaborasi dengan lembaga amil terpercaya di Indonesia seperti Rumah Zakat dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Pergerakan platformKitabisa.com dilakukan dengan menggunakan new media khususnya media sosial sebagai sarana utama. Pada media sosial,
Kitabisa.com hadir melalui Facebook, Twitter dan Instagram. Platform ini telah menjadi wadah terpercaya bagi masyarakat di Indonesia untuk berdonasi
pada kampanye-kampanye sosial. Terbukti lewat pencapaian Kitabisa.com
sejak didirikan pada tahun 2013 hingga kini sudah menfasilitasi lebih dari
6
4.000 kampanye sosial serta mengumpulkan donasi hingga lebih dari 80
Milyar Rupiah.
Contoh kegiatan kampanye sosial melalui platform crowdfunding Kitabisa.com yaitu kampanye Masjid Chiba Jepang. Kampanye untuk pembangunan Masjid Chiba digalang oleh komunitas muslim Indonesia di
Jepang yang sudah bertahun-tahun menyewa tempat untuk beribadah. Tahun
2016, komunitas ini memberanikan diri untuk membeli gedung yang akan
dijadikan masjid. Mereka pun menggalang dana di Kitabisa.com dengan menyertakan hadist yang berisi ajakan untuk membangun masjid,
mendeskripsikan kegiatan muslim di Masjid Chiba beserta dengan
dokumentasi berupa foto. Dengan bantuan netizen, kampanye tersebut di
share ribuan kali dan menjangkau jutaan masyarakat di media sosial hingga meraih donasi sebesar 3 Milyar Rupiah dan berhasil membeli gedung
tersebut.
Bagi penulis, Kitabisa.com sangat menarik untuk diteliti karena
platform ini merupakan penyedia platform crowdfunding terbesar di Indonesia yang berfokus pada isu sosial, siapapun bisa menggalang dana dan
siapapun bisa berdonasi. Kitabisa.com menggunakan new media untuk menyebarkan informasi secara luas dan tepat sasaran, membangun hubungan
penelitian dengan judul “Kampanye Sosial Di Media Sosial (Studi Kasus
Computer Mediated Communication Pada Platform Crowdfunding Kitabisa.com)”.
B. Batasan Dan Rumusan Masalah
Penulis membatasi masalah penelitian ini pada komunikasi yang
dilakukan oleh penggalang dana kampanye sosial sebagai komunikator dalam
meraih donatur sebagai komunikan melalui komunikasi impersonal,
interpersonal, dan hyperpersonal pada platform crowdfunding Kitabisa.com, serta pada penggunaan new media khususnya media sosial(Facebook, Twitter
dan Instagram) oleh platform crowdfunding Kitabisa.com sehingga menjadi
platform donasi online yang terpercaya di Indonesia. Adapun masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana komunikasi penggalang dana kampanye sosial dalam meraih
donatur melalui komunikasi impersonal, interpersonal, dan
hyperpersonal pada platform crowdfunding Kitabisa.com?
2. Bagaimana strategi penggunaan media sosial (Facebook, Twitter dan
Instagram) oleh platform crowdfunding Kitabisa.com sehingga menjadi
platform donasi online yang terpercaya di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Terkait dengan permasalahan yang telah dirumuskan oleh penulis, maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh
komunikasi impersonal, interpersonal, dan hyperpersonal pada platform crowdfunding Kitabisa.com.
2. Untuk mengetahui bagaimana strategi penggunaan media sosial
(Facebook, Twitter dan Instagram) oleh platform crowdfunding Kitabisa.com sehingga menjadi platform donasi online yang terpercaya di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut;
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan berguna untuk menjadi referensi bagi
pengembangan ilmu komunikasi serta teori-teori yang berkaitan bagi
mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
2. Manfaat Praktis
Penulis berharap penelitian ini dapat menyumbang ilmu
pengetahuan bagi mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Pada penelitian ini paradigma yang digunakan adalah
post-positivist. Aliran ini muncul untuk memperbaiki kelemahan positivist
yang mengandalkan kemampuan pengamatan langsung atau objek yang
diteliti.7 Aliran ini menegaskan arti penting dari hubungan interaktif
antara penulis dan objek yang diteliti sepanjang dalam hubungan tersebut
penulis bisa bersifat netral. Penulis menggunakan paradigma
post-positivist didasari fokus kajian post-post-positivist yang merupakan
tindakan-tindakan (actions) manusia sebagai ekspresi dari sebuah keputusan. Sehingga perlu dilakukan penelitian pada platform crowdfunding Kitabisa.com.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Kirk dan Miller
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung pada
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.8 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
menyeluruh terhadap permasalahan.
7
Agus Salim, Teori & Paradigma, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), h. 25.
8
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus.
Penelitian studi kasus adalah penelitian yang meneliti fenomena
kontemporer secara utuh dan menyeluruh pada kondisi yang sebenarnya,
dengan menggunakan berbagai sumber data.9 Studi kasus dipilih oleh
penulis lebih berfokus kepada fenomena dimana komunikasi yang
dimediasi oleh komputer membuat new media yang bersifat online dapat berperan untuk mewadahi kampanye sosial yang terjadi di dunia nyata,
terutama mengajak masyarakat untuk berdonasi secara online. Dengan menempatkan computer mediated communication pada platform crowdfunding Kitabisa.com sebagai kasus atau fenomena secara kontemporer maka penulis perlu mengumpulkan data dari berbagai
sumber agar dapat mengetahui apa yang sedang terjadi.
4. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah
platform crowdfunding Kitabisa.com. Sedangkan objek penelitiannya adalah penggalang dana kampanye sosial dalam meraih donatur melalui
komunikasi impersonal, interpersonal dan hyperpersonal pada platform crowdfunding Kitabisa.com. Serta penggunaan media sosial (Facebook, Twitter dan Instagram) oleh platform crowdfunding Kitabisa.com
sehingga menjadi platform donasi online yang terpercaya di Indonesia.
9
5. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Corporate Office Kitabisa.com, Jalan Ciputat Raya No.27 D RT 01/07, Pondok Pinang, Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan, dimulai dari bulan Maret sampai April 2017.
6. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan bagian penting yang memiliki
beberapa teknik. Teknik di bawah ini dilakukan dengan tujuan agar
penulis mendapatkan data yang lengkap dan tepat untuk penelitian ini.
Berikut beberapa teknik dari pengumpulan data yang digunakan:
a. Wawancara Mendalam
Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara yakni
metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh
informasi langsung dari narasumber.10 Wawancara dilakukan penulis
secara langsung dengan orang-orang yang dianggap perlu dan
mewakili dalam penelitian ini seperti para penggalang dana kampanye
sosial dan donatur yakni Delia Ulfah, Faiz Nasrullah Al-Hakim,
Sarasticha Ayu Pamargi, Yulinda Ashari, Ania Suci dan Dhimas
Aryadi. Serta Iqbal Hariadi selaku Marketing Manager platform crowdfundingKitabisa.com. Wawancara ini bertujuan untuk menggali keterangan yang mendalam seputar topik yang terkait dengan
permasalahan ini sehingga terkumpul informasi yang diperlukan oleh
penulis.
10
b. Observasi Non Partisipasi
Metode observasi digunakan untuk memperoleh dan
mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan
langsung di lapangan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena
yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena yang diselidiki.11 Penulis akan melakukan observasi dengan
tidak turun langsung atau sebatas penonton dengan tujuan untuk
mengamati komunikasi pada kampanye sosial melalui website Kitabisa.com serta media sosial Facebook pages Kitabisa.com, akun
Twitter @kitabisacom, dan akun Instagram @kitabisacom. c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara
mengambil data dari beberapa sumber baik elektronik maupun online
terkait dengan Kitabisa.com, sehingga data-data yang diperoleh dapat menguatkan penelitian serta mendukung kebenaran data yang
diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi non partisipasi.
F. Teknik Analisis Data
Data-data yang terkumpul melalui wawancara, observasi, dan studi
pustaka dikumpulkan dan dianalisis dengan landasan teori yang penulis
gunakan dan nantinya akan digunakan untuk menjadi acuan pada saat
menganalisis data. Fase ini merupakan proses penyederhanaan bentuk data
agar mudah di baca dan dipahami. Ada tiga tahapan yang harus dikerjakan
11
dalam menganalisis data penelitian kualitatif seperti yang dikemukakan oleh
Miles dan Huberman, yaitu reduksi data, paparan data dan penarikan
kesimpulan. Berikut penjelasannya:12
a. Reduksi Data
Mereduksi data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas dan mempermudah penulis untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya apabila diperlukan.
b. Paparan Data
Pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan
memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan disajikan dalam bentuk deskriptif dengan berpedoman
pada kajian penelitian.
G. Pedoman Penulisan
Pedoman penulisan ini menggunakan buku pedoman akademik,
penelitian Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development Assurance) tahun
2007.
12
H. Tinjauan Pustaka
Langkah awal sebelum melakukan penelitian lebih lanjut untuk
kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah adalah menelaah terlebih
dahulu skripsi dan penelitian sebelumnya yang mempunyai judul atau subjek
dan objek penelitian yang sama atau hampir sama dengan yang akan diteliti.
Tujuannya adalah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti
mengakui karya orang lain, maka penulis mempertegaskan perbedaan antara
masing-masing judul masalah yang akan diteliti. Skripsi sebelumnya yang
membahas tentang pemanfaatan media sosial penulis uraikan sebagai berikut:
1. “Peran New Media Dalam Membentuk Gerakan Sosial (Studi Kasus Pada
Individu Yang Terlibat Dalam IndonesiaUnite Di Twitter)”. Di susun
oleh Dibyareswari Utami Putri, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Indonesia, Tahun 2012.
Perbedaan terletak pada subjek penelitian dan kajian teori penelitian yang
di pakai.
2. “Pemanfaatan Media Baru Dalam Kampanye Sosial (Studi Kasus
Kampanye Sosial “Ini Aksiku! Mana Aksimu?” Oleh Earth Hour Solo)”.
Di susun oleh Anditya Eka Fitra, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Tahun 2013. Perbedaan terletak pada
subjek penelitian dan kajian teori penelitian yang di pakai. Subjek
penelitian ini adalah Earth Hour Solo.
Di susun oleh Alfan Tiara Hilmi, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Tahun 2016.
Perbedaan terletak pada subjek penelitian dan kajian teori penelitian yang
di pakai.
I. Sistematika Penelitian
Agar pembahasan dapat dilakukan secara terarah dan sistematis, maka
sistematika penelitian dalan penelitian ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini dibahas pendahuluan yang meliputi Latar
Belakang Masalah, Batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Teknik
Analisis Data, Pedoman Penelitian, Tinjauan Pustaka dan
Sistematika Penelitian.
BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL
Dalam bab ini dibahas tinjauan teoritis yang meliputi penjelasan
tentang Social Information Processing Theory oleh Joseph
Walther, Computer Mediated Communication, Konseptualisasi
New Media (Pengertian New Media, Karakteristik New Media),
Konseptualisasi Media Sosial (Pengertian Media Sosial,
Karakteristik Media Sosial, Jenis-Jenis Media Sosial),
Crowdfunding (Pengertian Crowdfunding, Kategori Platform
Crowdfunding, Platform Crowdfunding di Indonesia).
BAB III GAMBARAN UMUM
Dalam bab ini dibahas tentang Platform Crowdfunding
Kitabisa.com (Sejarah Berdirinya Platform Crowdfunding
Kitabisa.com, Profil Platform Crowdfunding Kitabisa.com,
Logo, Tampilan Website dan Tampilan Media sosial (Facebook,
Twitter, dan Instagram) Platform Crowdfunding Kitabisa.com,
Susunan Tim Platform Crowdfunding Kitabisa.com,
Proyek-Proyek Kampanye Sosial di Platform Crowdfunding
Kitabisa.com dan Profil Muhammad Alfatih Timur selaku
founder platform crowdfunding Kitabisa.com.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini dijelaskan tentang bentuk komunikasi penggalang
dana kampanye sosial dalam meraih donatur melalui komunikasi
impersonal, interpersonal, dan hyperpersonal pada platform
crowdfunding Kitabisa.com, serta media sosial (Facebook,
Twitter dan Instagram) oleh platform crowdfunding
Kitabisa.com.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini ditarik kesimpulan dari pembahasan dan hasil
19
A. Social Information Processing Theory Joseph Walther
Pada awalnya, pembentukan hubungan dalam format computer mediated communication dianggap tidak mungkin karena hanya menyediakan satu saluran untuk berinteraksi yaitu teks atau verbal. Disamping itu, format
computer mediated communication dianggap sebagai alat yang kurang berguna untuk mengejar tujuan-tujuan sosial karena memiliki lebih sedikit
saluran untuk berinteraksi bila dibandingkan dengan interaksi secara tatap
muka (face-to-face) yang menyediakan banyak saluran untuk berinteraksi. Saat ini, Joseph Walther mengakui bahwa banyak bentuk-bentuk baru dari
komunikasi secara online, seperti pada situs jejaring sosial (social networking) yang tidak memiliki keterbatasan seperti computer mediated communication.
Joseph Walther memperkenalkan Social Information Processing Theory sebagai perspektif alternatif dalam memandang fenomena pengembangan hubungan dalam format computer mediated communication.
Social Information Processing Theory menjelaskan bagaimana komunikator bertemu melalui komunikasi berbasis teks komputer, mengembangkan kesan
mirip dengan Social Penetration Theory dan Uncertainity Reduction Theory1. Namun, Social Information Processing Theory menggunakan isyarat verbal dan isyarat temporal sebagai pengaruh utama terhadap pembentukan
hubungan. Teori ini menggunakan kedua set isyarat tersebut sebagai
parameter di mana komunikasi dan teknologi dapat bergabung untuk
menghasilkan hubungan impersonal, interpersonal, dan hyperpersonal.
Social Information Processing Theory tidak membantah bahwa alat yang dimediasi komputer membatasi jumlah isyarat non-verbal dengan
format berbasis teks, seperti e-mail dan pesan instan yang bergantung pada pesan yang diketik, bukan visual atau audio yang tersedia bagi komunikator.
Teori ini justru menyarankan bahwa komunikator beradaptasi dengan setiap
pembatasan terhadap mereka oleh media. Teori ini menyatakan bahwa
pesan-pesan yang diketik setara dengan saluran verbal dalam tatap muka ( face-to-face), sehingga menolak klaim bahwa alat yang dimediasi komputer kurang berguna untuk pembentukan kesan dan hubungan interpersonal. Dengan
demikian, karena komunikator harus bergantung pada pesan yang diketik
sebagai saluran utama mereka, isyarat verbal yang dikandungnya adalah
pengaruh kuat terhadap pembentukan kesan dan hubungan interpersonal
berikutnya.
Social Information Processing Theory juga menyatakan bahwa kendala temporal atau lamanya waktu komunikator harus bertukar pesan
adalah pengaruh utama pada jenis hubungan yang akan mereka bentuk. Bila
1
dibandingkan dengan tatap muka, tentunya komunikasi yang dimediasi
komputer membutuhkan waktu yang lebih lama. Logikanya adalah computer mediated communication membatasi jumlah waktu komunikator untuk berinteraksi, hal ini disebabkan karena komunikator hanya memiliki satu
saluran saja yang bisa dipergunakan, serta hal ini mengisyaratkan bahwa
computer mediated communication lebih cocok untuk interaksi yang berorientasi kerja saja.
Sehingga, Social Information Processing Theory memprediksi bahwa ketika komunikator hanya diperbolehkan dalam jumlah waktu terbatas untuk
bertukar pesan, maka hubungan atau impersonal mereka tidak dapat
menghasilkan banyak keintiman atau tidak memiliki afiliasi sesuai yang
diharapkan. Namun, ketika komunikator diizinkan untuk bertukar pesan tanpa
batasan temporal, teori ini memprediksi hubungan interpersonal atau
perkembangan yang mereka tunjukkan akan sebanding dengan yang
dihasilkan dalam komunikasi tatap muka (face-to-face). Dalam keadaan tertentu, kurangnya kendala temporal dalam menyebabkan hubungan yang
melebihi afiliasi dan keintiman dari tingkat biasanya yang dapat dicapai
secara pribadi.
Hubungan Hyperpersonal ini adalah hasil dari;
a. Pengirim secara selektif menampilkan diri untuk menciptakan kesan
positif.
b. Penerima menafsirkan pesan dengan cara yang bias karena lebih banyak
c. Saluran mediasi memungkinkan untuk kontrol yang lebih besar atas
penciptaan pesan.
d. Umpan balik yang menghasilkan ramalan memenuhi kepositifan.
Pada mulanya, Social Information Processing Theory mengasumsikan bahwa komunikator akan termotivasi untuk membangun hubungan online
karena alasan mereka secara pribadi. Namun, pada perkembangannya kini
dapat diidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan dorongan motivasi
untuk membangun hubungan online, yaitu antisipasi interkasi berikutnya di masa depan dan skeptisisme. Interaksi masa depan di duga mengacu pada
prospek bahwa komunikator yang bertemu secara online akan terus memiliki kontak ke masa depan.
Komunikator yang mengharapkan kontak dengan mitra mereka di
masa depan lebih mungkin untuk bertukar pesan lebih banyak dan
membangun hubungan, daripada yang tidak mengharapkan kontak di masa
depan. Sedangkan skeptisisme mengacu pada sikap komunikator terhadap
penggunaan computer mediated communication untuk membangun persahabatan. Komunikator yang kurang skeptis membentuk lebih banyak
persahabatan online, dibandingkan dengan yang memiliki level skeptisisme yang tinggi.
B. Computer Mediated Communication
Secara terminologi computer mediated communication dijelaskan
sebagai komunikasi antara dua orang atau lebih yang dimediasikan oleh
mediated communication merupakan proses komunikasi manusia melalui
komputer yang melibatkan khalayak, tersituasi dalam konteks tertentu, di
mana proses tersebut memanfaatkan media untuk tujuan-tujuan tertentu.2
Computer mediated communication lebih mengkhususkan pada komunikasi
interpersonal manusia melalui internet serta web. Jadi, computer mediated
communication mempelajari bagaimana perilaku manusia dibentuk dan
diubah melalui pertukaran informasi menggunakan media komputer.
Ada tiga perspektif yang mengkaji tentang computer mediated
communication seperti yang diungkapkan oleh Joseph Walther, yakni3:
1. Impersonal
Komunikasi impersonal dilakukan secara masif kepada khalayak
dengan menggunakan media massa sebagai alat untuk menyampaikan
pesan secara menyeluruh. Perspektif ini memandang bahwa komunikasi
online kurang mendukung aspek personal karena saluran internet tidak
mengakomodasi sinyal non-verbal yang dibutuhkan dalam menjalin
interaksi interpersonal. Dalam komunikasi secara tatap muka
(face-to-face) cenderung lebih banyak menggunakan bahasa non-verbal untuk
berkomunikasi seperti nada suara, raut wajah, intonasi, jarak, dsb.
Namun dalam komunikasi online, sulit untuk menunjukkan tanda-tanda
non-verbal tersebut. Perspektif ini kemudian memunculkan beberapa
kritik, yaitu munculnya petunjuk non-verbal seperti emoticon dan avatar.
2
Rulli Nasrullah, Cybermedia, (Yogyakarta: IDEA Press Yogyakarta, 2013), h. 92
3
Joseph B. Walther, “Computer-Mediated Communication: Impersonal, Interpersonal, and
Hyperpersonal Interaction” Communication Research Vol.23, (California, USA: Sage
Inovasi ini meningkatkan derajat kehadiran sosial yang sebelumnya tidak
terakomodasi.
2. Interpersonal
Perspektif ini merupakan jawaban dari perspektif impersonal.
Secara sederhana perspektif komunikasi interpersonal mengungkapkan
bahwa tidak adanya petunjuk non-verbal dapat dijembatani dengan
penyesuaian sikap. Baik disadari atau tidak, dalam berkomunikasi
masyarakat selalu menyesuaikan dengan faktor disekelilingnya. Model
ini mengasumsikan komunikator pada computer mediated communication didorong untuk mengembangkan hubungan sosial. Dalam prosesnya, komunikator berkomunikasi dengan orang asing dengan
membentuk kesan sederhana melalui komunikasi secara tekstual.
Berdasarkan kesan ini, mereka menguji asumsi satu sama lain dari waktu
ke waktu hingga terkumpul dalam pengetahuan interpersonal dan
menstimulir perubahan dalam komunikasi relasional antar pengguna
computer mediated communication. Perbedaan utama pada computer mediated communication dan face-to-face communication adalah pada laju pertukaran informasi sosial, bukan dengan jumlah pertukaran
informasi sosial.
3. Hyperpersonal
Komunikasi hyperpersonal dilakukan dengan media internet yang menurut masyarakat sosial lebih menarik bila dibandingkan dengan
mempermasalahkan bahasa non-verbal, perspektif ini justru menganggap
bahwa tidak adanya non-verbal justru membantu dalam berinteraksi.
Komunikasi hyperpersonal terjadi ketika seseorang merasa nyaman untuk mengekspresikan diri mereka sendiri dalam saluran komunikasi
melalui media daripada komunikasi langsung. Walther mengungkapkan
komunikasi hyperpersonal dapat diatributkan dalam empat faktor: a. Faktor Penerima
Penerima dapat mengukur kualitas seseorang di dalam
komunikasi hyperpersonal. Pada keadaan tertentu, penerima pesan
computer mediated communication mengembangkan persepsi
mereka tentang orang lain. Misalnya jika ingin mengetahui tentang
apa yang diminati oleh orang lain, kita bisa melihat tulisan mengenai
bidang apa yang sering ditampilkan oleh orang tersebut di blog
walaupun tulisan hanya sebagian kecil faktor yang bisa dilihat.
b. Faktor Pengirim
Faktor ini memegang kendali bagaimana menampilkan diri
sendiri terhadap orang lain. Pengirim bisa melakukan sensor pada
apa yang ingin dia sampaikan. Berbeda dengan komunikasi secara
langsung, walaupun tidak dikatakan namun orang lain yang melihat
dapat segera mengetahui perasaan kita dengan melihat ekspresi atau
raut wajah. Pengirim pesan menggunakan proses presentasi diri
Berkemampuan menyensor diri sendiri dan memanipulasi pesan
sangat mungkin untuk dilakukan dalam konteks computer mediated communication, tingkat penggunaan hal ini pun jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan komunikasi face-to-face, oleh sebab inilah individu memiliki kontrol yang besar mengenai isyarat yang
mereka kirimkan.
c. Faktor Saluran
Pesan yang ditransmisikan melalui internet tidak hanya
menembus ruang tetapi juga waktu. Jika proses komunikasi online
diantara dua orang atau lebih berjalan secara bersamaan atau real time disebut komunikasi sinkron (synchronous communication), misalnya dalam bentuk Yahoo Messenger. Pada komunikasi ini sifat pesan lebih informal menyerupai bahasa percakapan sehari-hari.
Sedangkan komunikasi asinkron (assynchronous communication) terjadi jika di dalam proses interaksi terdapat tenggang waktu yang
signifikan. Pesan yang disampaikan bisa lebih terencana, misalnya
pada penggunaan email. Dalam interaksi online, komunikasi
hyperpersonal lebih menekankan pada aspek asinkron. Aspek asinkron ini memungkinkan seseorang untuk lebih
mengaktualisasikan diri sendiri melalui tulisan yang lebih terkonsep
sehingga memunculkan perasaan percaya diri dalam menjalin
d. Faktor Umpan Balik
Umpan balik dalam computer mediated communication dapat mengarah pada perputaran intensif dimana konfirmasi pesan dari tiap
perilaku komunikasi dapat menguatkan perilaku masing-masing.
Dengan kata lain, dalam computer mediated communication kita berperilaku sesuai dengan harapan yang orang lain dan data sosial
tunjukkan dalam suatu proses komunikasi yang sudah secara selektif
dikirim dan dibentuk oleh komunikator.
C. Konseptualisasi New Media 1. Pengertian New Media
Perkembangan teknologi komunikasi telah memberikan dampak bagi
perkembangan media massa. Definisi tentang new media seringkali
dikaitkan dengan pola komunikasi baru, yakni proses komunikasi yang
berlangsung di dalam sebuah teknologi komputer. Individu tidak lagi
melakukan komunikasi tatap muka (face-to-face), melainkan
menggunakan perangkat komputer untuk mengganti sifat langsung dari
komunikasi tatap muka (face-to-face).
New media juga sering dikaitkan dengan sifat interaktivitas. Sifat ini merujuk pada umpan balik yang langsung di dapat dalam proses
komunikasi. Era new media tumbuh berkembang ditandai oleh adanya perkembangan teknologi komunikasi seperti jaringan internet yang
dan kesatuan data baik teks, suara, gambar, dan sebagainya dalam format
digital.4
New media mengubah pola bentuk dan arus komunikasi konvensional yang bersifat searah, massal, komunikatornya melembaga
dan sangat interaktif. New media juga memudahkan pengguna untuk mendalami isu dan sekaligus mengembangkannya ke berbagai isu lainnya
serta tujuan sasaran yang berbeda secara serentak. New media yang dikembangkan saat ini merupakan produk dari konvergensi media
komunikasi yang tadinya masing-masing berdiri sendiri.
Kita bisa mencontohkan penggunaan saluran telepon yang terpisah
dari komputer, kemudian komputer terpisah dari media massa. Kini
semua itu bisa dipadukan sehingga orang menghubungkan komputernya
dengan saluran telepon untuk memasuki jaringan internet lalu mengakses
informasi melalui media massa. Satu hal yang tidak bisa diabaikan, new media melahirkan komunitasnya sendiri. Itu merupakan akibat dari new media menyediakan informasi dalam jumlah besar. Karena itu akhirnya terbentuk komunitas pengguna yang sesuai dengan minat dan
kebutuhannya.
2. Karakteristik New Media
Rogers menyebutkan tiga karakteristik yang menandai kehadiran
teknologi komunikasi baru, yaitu: interactivity, de-massification dan
4
asyncronous.5 Karakteristik pertama, interactivity merupakan kemampuan sistem komunikasi baru (berupa sebuah komputer sebagai salah satu
komponennya) dalam memberi talk back bagi penggunanya. Dengan kata lain, new media mempunyai sifat interaktif pada komunikasi tatap muka. Sifat interaktif ini merupakan kualitas yang diharapkan dari sistem
komunikasi, karena perilaku komunikasi diharapkan dapat lebih akurat,
efektif, dan lebih memuaskan.
Karakteristik kedua adalah de-massification, yaitu suatu pesan yang dapat diubah setiap individu dalam audience yang besar. De-massification ini juga berarti sebagai kontrol sistem komunikasi yang berubah dari produsen pesan ke konsumen media. Pengindividualisasian
ini menyamakan new media dengan komunikasi antar pribadi. Karakteristik ketiga asyncronous, yang mempunyai pengertian bahwa teknologi komunikasi baru mempunyai kemampuan mengirim dan
menerima pesan dalam waktu yang dikehendaki individu. Sifat ini juga
memperlihatkan partisipan komunikasi tidak perlu memakan waktu
bersamaan dalam mengirim dan menerima pesan. Pergeseran waktu (time shifting) ini merupakan salah satu kemampuan teknologi komunikasi baru.
5Endah Muwarni, “Peluang dan Modifikasi Teori Komunikasi”
Menurut Flew, media baru memiliki lima karakteristik:
1. Manipulable. Informasi digital mudah diubah dan diadaptasi dalam berbagai bentuk penyimpanan, pengiriman, dan penggunaan.
2. Networkable. Informasi digital dapat dibagi dan dipertukarkan secara terus menerus oleh sejumlah besar pengguna di seluruh dunia.
3. Dense. Informasi digital berukuran besar dapat disimpan di ruang penyimpanan kecil (contohnya flashdisk) atau penyedia layanan jaringan.
4. Compressible. Ukuran informasi digital yang diperoleh dari jaringan manapun dapat diperkecil melalui proses kompres dan dekompres
kembali saat dibutuhkan.
5. Impartial. Informasi digital yang disebarkan melalui jaringan bentuknya sama dengan yang direpresentasikan dan digunakan oleh
pemilik atau penciptanya.
D. Konseptualisasi Media Sosial
1. Pengertian Media Sosial
Brian Solis seorang penggagas penggunaan media sosial asal
Amerika Serikat mendefinisikan media sosial sebagai demokratisasi isi
serta perubahan peran publik dalam membaca serta menyebarkan
informasi. Media sosial mewakili perubahan dari satu buah mekanisme
antara penulis dan rekan-rekannya di dalam kanal-kanal sosial mereka.6
Berdasarkan pengertian di atas, media sosial merupakan medium atau
alat komunikasi berbasis internet yang memungkinkan setiap
penggunanya berbagi pesan dalam bentuk apapun termasuk gambar,
tulisan, video, dan suara kepada semua orang di seluruh dunia yang
memiliki akses internet kepada komunikator.
2. Karakteristik Media Sosial
Cara untuk memahami media sosial adalah dengan
memperhatikan karakteristik dari jenis-jenis media sosial tersebut, yaitu:
a. Participation, dimana media sosial mendukung penuh kontribusi dan
feedback dari setiap orang.
b. Openess, sebagai dasar media sosial terbuka untuk feedback dan partisipasi. Hal ini memungkinkan dilakukan voting, pemberian komentar, dan berbagi informasi. Jarang sekali ada halangan dalam
mengakses dan membuat konten di dalam media sosial.
c. Conversation, ketika media sosial mengedepankan broadcast
(transmisi atau distribusi pesan kepada audiens) media sosial justru melihat komunikasi sebagai percakapan dua arah.
d. Community, media sosial memungkinkan komunitas untuk berkomunikasi secara tepat dan efektif. Komunitas juga dapat
berbagi common interest, seperti kesukaannya terhadap fotografi, politik, atau TV show.
6
e. Connectedness, sebagian besar media sosial memungkinkan penggunanya untuk terhubung dengan siapapun.
3. Jenis-Jenis Media Sosial
Media sosial secara umum dapat digolongkan menjadi beberapa
jenis publikasi sebagai berikut:7
a. Publikasi Personal
Jenis publikasi personal berbasis internet adalah blog dan surat elektronik (e-mail). Blog masih dikategorikan sebagai medium publikasi personal meskipun blog dapat dimiliki dan dikelola bukan oleh perseorangan. Melalui blog, individu maupun sekelompok individu dapat menulis artikel, mengunggah foto hingga video, dan
mengundang orang untuk berinteraksi dengan mereka. Perangkat
publikasi lainnya yaitu e-mail yang memungkinkan individu untuk mengirimkan informasi kepada satu hingga sejumlah besar individu
lain dalam waktu seketika.
b. Publikasi Kelompok
Wikipedia merupakan bentuk publikasi kelompok yang paling
umum dimana sekelompok orang bersama-sama menerbitkan artikel
dan membangun situs yang lengkap dalam kurun waktu tertentu.
c. Publikasi berbasis Jaringan Sosial
Publikasi yang berbasis jaringan sosial memberikan
kemudahan bagi penggunanya untuk membangun hubungan dengan
7
individu lain serta memanfaatkan hubungan tersebut. Jenis publikasi
ini termasuk sosial media yang paling cepat perkembangannya saat
ini. Beberapa situs jejaring sosial menawarkan fitur-fitur yang
memudahkan penggunanya untuk membangun jaringan pertemanan,
menambah informasi, dan juga berkomunikasi dengan jaringan
pertemanan mereka tersebut. Beberapa contoh jenis publikasi ini
adalah Facebook, Twitter, MySpace, Path, Instagram.
E. KonseptualisasiKampanye Sosial
Rogers dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian
tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek
tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan
pada kurun waktu tertentu.8 Prinsip utama dalam sebuah kampanye adalah
pesan komunikasi individual atau kelompok dilakukan secara terlembaga,
terencana, serta adanya motivasi dan tujuan yang melatarbelakangi kampanye
tersebut. Larson membagi beberapa jenis kampanye dalam tiga kategori,
antara lain9;
1. Commercial campaign adalah kampanye yang berorientasi pada produk dan dilakukan atas motivasi memperoleh finansial, seperti kampanye
Telkom Flexi atau kampanye Bank BTN Go Public.
2. Political campaign adalah kampanye yang berorientasi pada kandidat dan dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik seperti
kampanye pemilu dan kampanye penggalangan dana bagi partai politik.
8
Antar Venus, Manajemen Kampanye, (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2010), h.25.
9
3. Social campaign adalah kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan bersifat khusus dan sering kali berdimensi pada suatu perubahan sosial.
Kampanye ini ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial
melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait. Contoh dari
kampanye ini adalah kampanye Shave for Hope yang merupakan bentuk empati kepada penderita kanker yang harus mencukur habis rambutnya
untuk keperluan kemoterapi. Kampanye ini dilakukan oleh masyarakat
dan public figure yang mencukur rambutnya secara massal, rambut yang terkumpul akan dihargai oleh pihak sponsor untuk didonasikan
keseluruhannya pada Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia.
F. Konseptualisasi Platform Crowdfunding 1. Pengertian PlatformCrowdfunding
Crowdfunding merupakan kegiatan mengumpulkan dana investasi yang pada umumnya dilakukan melalui media sosial seperti Twitter, Facebook, Linkedln dan sebagainya. Wheat mendefinisikan
crowdfunding sebagai sebuah metoda penggalangan dana melalui internet di mana individu meminta bantuan untuk proyeknya melalui website
khusus crowdfunding. Fokus dari crowdfunding adalah menggalang banyak sumbangan kecil dari pada berupa sumbangan besar dari sebuah
beberapa hari sampai beberapa minggu dan berusaha untuk memenuhi
target pendanaan sebelum batas akhir waktu.10
2. Kategori Platform Crowdfunding
Bradford membedakan crowdfunding menjadi lima kategori11, yaitu model donasi, model penghargaan (reward), model pra-pembelian, model pinjaman, dan model ekuitas. Situs crowdfunding dapat menerapkan satu model atau menerapkan lebih dari satu model. Berikut
berbagai macam model situs crowdfunding menurut Bradford; a. Situs Model Donasi
Donatur sebagai penyandang dana tidak mengharapkan
kompensasi dari pemilik proyek. Biasanya model donasi ini
diterapkan pada institusi amal atau non-profit.
b. Situs Model Penghargaan (reward) dan Pra-pembelian
Situs yang menggunakan model reward dan pra-pembelian memiliki kesamaan dan cenderung muncul di situs yang sama.
Model reward menawarkan pada kontributor imbalan atas kontribusinya, tetapi tidak tertarik terhadap hasil atau keuntungan
dari produksi. Model pra-pembelian hampir mirip dengan model
reward yaitu kontributor tidak mendapat bagian keuntungan dari produksi akan tetapi mereka mendapatkan produk yang di buat.
10 Rachel E. Wheat. “
Raising Money For Scientific Research Through Crowdfunding”,
Trends in Ecology & Evolution No. 28, Februari 2013, h. 71. 11
c. Situs Model Pinjaman
Situs yang menggunakan model pinjaman kontributor hanya
menyediakan pendanaan untuk sementara dan mengharapkan
pengembalian atas dana yang dipinjamkan. Dalam beberapa kasus
kontributor menerima bunga atas dana yang dipinjamkannya.
d. Situs Ekuitas
Situs model ekuitas memberikan bunga kepada kontributor
atas pengembalian usaha yang mereka bantu. Donatur sebagai
penyandang dana mengharapkan kompensasi dalam bentuk ekuitas
atau pendapatan atau pengaturan saham dari hasil proyek
penggalangan dana tersebut.
Hemer juga melakukan pengklasifikasian crowdfunding menjadi dua kategori dengan masing-masing sub kategorinya sebagai berikut:12
1. Berdasarkan latar belakang komersial atau tujuan proyek:
a. Not-for-profit: proyek di buat bertujuan untuk kepentingan sosial mencakup bidang kesehatan masyarakat, sarana dan
prasarana umum, proyek penelitian untuk umum, dsb.
b. For profit: proyek yang di buat bertujuan untuk komersial (meraih keuntungan) seperti promosi produk, promosi film atau
musik, mendirikan usaha baru, dsb.
c. Intermediate: proyek yang masuk sub kategori ini belum jelas akan dimasukkan ke sub kategori mana karena belum jelas apa
12Hemer Joachim, “
latar belakang komersialnya untuk waktu jangka panjang atau
tidak, contohnya pertunjukkan musik, acara-acara festival, dsb.
2. Berdasarkan kelekatan organisasi awal (pengusung):
a. Independent and single: inisiatif proyek tidak memiliki latar belakang institusi atau organisasi dan di rancang sendiri per
individu.
b. Embedded: proyek awalnya diprakasai oleh organisasi publik atau swasta dan pada awalnya ditujukan untuk tetap menjadi
bagian dari organisasi tersebut, contohnya NGO, UN, dan
perusahaan.
c. Start-up: proyek yang dimulai secara mandiri tetapi mengarah ke organisasi dalam lingkup terbatas, contohnya proyek yang
bertransformasi menjadi sesuatu seperti firma dan asosiasi.
3. Platform Crowdfunding di Indonesia
Di Indonesia sudah tidak asing dengan konsep
crowdfounding, dimana nilai-nilai yang bersifat patungan dan
urunan untuk membantu orang lain, seperti penggalangan dana
secara individu kasus “Koin Untuk Prita” maupun program “Tali
Kasih” atau untuk kepentingan bersama yang bersifat massal, seperti
bantuan untuk bencana alam di berbagai tempat di Indonesia mulai
dari tsunami Aceh hingga gempa bumi di Jawa. Sehingga
crowdfunding memiliki konsep serta nilai-nilai yang sama dengan
lain dan nilai tersebut yang telah mengakar pada kehidupan bangsa
Indonesia.
Konsep crowdfunding dan nilai-nilai kegotong-royongan tersebut melahirkan situs yang berperan sebagai platform
crowdfunding di Indonesia, yaitu Kitabisa.com.13 Kitabisa.com
memiliki pandangan dan percaya bahwa Indonesia memiliki banyak
potensi dan memiliki banyak orang baik, namun sayang potensi yang
ada tersebut terkadang terhalang himpitan rutinitas, sumber daya,
dan akses yang terbatas. Maka itu, Kitabisa.com tercipta untuk menghubungkan pihak yang memiliki akses dan sumber daya lebih
baik dengan pihak yang memiliki ide, wawasan, dan program yang
bisa membantu memecahkan masalah sosial yang ada sehingga
Kitabisa.com memberikan tempat untuk saling bergotong royong bersama untuk menghubungkan kebaikan dan memajukan Indonesia.
Kitabisa.com menghubungkan kegiatan sosial melalui media sosial. Media sosial yang dipilih Kitabisa.com adalah Facebook, Twitter, dan Instagram. Ketiga media sosial tersebut merupakan jejaring sosial yang populer di Indonesia.14 Di Indonesia, Facebook
menempati posisi ke empat sebagai pengguna terbesar sedunia
setelah Amerika Serikat, Brazil dan India. Kemudian, tercatat bahwa
Indonesia saat ini menempati peringkat ke lima sebagai pengguna
Twitter terbesar di dunia. Dan yang terakhir, Instagram merupakan
13
www.Kitabisa.com/about-us di akses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 12:32 WIB.
14
media sosial yang disebut sebagai The Rising Star karena perkembangannya yang sangat cepat. Media sosial ini
memungkinkan penggunanya untuk mengambil foto, mengedit dan
40
A. Platform Crowdfunding Kitabisa.com
1. Sejarah Berdirinya Platform Crowdfunding Kitabisa.com
Berawal dari menjadi asisten Rhenald Kasali di Rumah Perubahan,
Muhammad Alfatih Timur kini telah menjelma menjadi pendiri dan CEO
Kitabisa.com serta tercatat dalam daftar “30 Under 30 2016 Asia” yang
dilansir situs Forbes di awal tahun 2016.1 Daftar yang memuat nama-nama
anak muda Asia berusia bawah 30 tahun yang dianggap sebagai pemimpin
menjanjikan, entrepreneur andal, dan game changer dalam 10 sektor berbeda.
Muhammad Alfatih Timur atau di sapa Timmy semasa kuliah
dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan dewasa, serta pandai dalam
memimpin dan persuasif. Timmy di mata kawan-kawannya dinilai sangat
berani karena sempat memulai bisnis dengan skala besar yaitu membuka
sebuah percetakan yang cukup besar dengan modal sebesar harga mobil
meskipun pada akhirnya harus tutup. Pria yang dikenal lebih memilih
produk-produk buatan dalam negeri ini saat lulus kuliah sebenarnya
berencana untuk meneruskan ke S-2. Namun ketika mengirim e-mail
kepada dosennya, Rhenald Kasali, untuk meminta rekomendasi kuliah S-2,
1