BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Komunikasi Penggalang Dana dan Donatur Melalui Computer Mediated
3. Hyperpersonal
Komunikasi hyperpersonal dilakukan dengan media internet yang menurut masyarakat sosial lebih menarik bila dibandingkan dengan komunikasi face-to-face. Berbeda dari dua perspektif sebelumnya yang
mempermasalahkan bahasa non-verbal, perspektif ini justru menganggap bahwa tidak adanya non-verbal justru membantu dalam berinteraksi. Komunikasi hyperpersonal terjadi ketika seseorang merasa nyaman untuk mengekspresikan diri mereka sendiri dalam saluran komunikasi melalui media daripada komunikasi langsung. Walther mengungkapkan komunikasi hyperpersonal dapat diatributkan dalam empat faktor:
a. Faktor Penerima
Penerima dapat mengukur kualitas seseorang di dalam komunikasi hyperpersonal. Pada keadaan tertentu, penerima pesan computer mediated communication mengembangkan persepsi mereka tentang orang lain. Misalnya jika ingin mengetahui tentang apa yang diminati oleh orang lain, kita bisa melihat tulisan mengenai bidang apa yang sering ditampilkan oleh orang tersebut di blog walaupun tulisan hanya sebagian kecil faktor yang bisa dilihat. b. Faktor Pengirim
Faktor ini memegang kendali bagaimana menampilkan diri sendiri terhadap orang lain. Pengirim bisa melakukan sensor pada apa yang ingin dia sampaikan. Berbeda dengan komunikasi secara langsung, walaupun tidak dikatakan namun orang lain yang melihat dapat segera mengetahui perasaan kita dengan melihat ekspresi atau raut wajah. Pengirim pesan menggunakan proses presentasi diri selektif yang mengacu pada kemampuan pengguna computer mediated communication untuk mengelola citra virtual mereka.
Berkemampuan menyensor diri sendiri dan memanipulasi pesan sangat mungkin untuk dilakukan dalam konteks computer mediated communication, tingkat penggunaan hal ini pun jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan komunikasi face-to-face, oleh sebab inilah individu memiliki kontrol yang besar mengenai isyarat yang mereka kirimkan.
c. Faktor Saluran
Pesan yang ditransmisikan melalui internet tidak hanya menembus ruang tetapi juga waktu. Jika proses komunikasi online
diantara dua orang atau lebih berjalan secara bersamaan atau real time disebut komunikasi sinkron (synchronous communication), misalnya dalam bentuk Yahoo Messenger. Pada komunikasi ini sifat pesan lebih informal menyerupai bahasa percakapan sehari-hari. Sedangkan komunikasi asinkron (assynchronous communication) terjadi jika di dalam proses interaksi terdapat tenggang waktu yang signifikan. Pesan yang disampaikan bisa lebih terencana, misalnya pada penggunaan email. Dalam interaksi online, komunikasi
hyperpersonal lebih menekankan pada aspek asinkron. Aspek asinkron ini memungkinkan seseorang untuk lebih mengaktualisasikan diri sendiri melalui tulisan yang lebih terkonsep sehingga memunculkan perasaan percaya diri dalam menjalin hubungan.
d. Faktor Umpan Balik
Umpan balik dalam computer mediated communication dapat mengarah pada perputaran intensif dimana konfirmasi pesan dari tiap perilaku komunikasi dapat menguatkan perilaku masing-masing. Dengan kata lain, dalam computer mediated communication kita berperilaku sesuai dengan harapan yang orang lain dan data sosial tunjukkan dalam suatu proses komunikasi yang sudah secara selektif dikirim dan dibentuk oleh komunikator.
C. Konseptualisasi New Media 1. Pengertian New Media
Perkembangan teknologi komunikasi telah memberikan dampak bagi perkembangan media massa. Definisi tentang new media seringkali dikaitkan dengan pola komunikasi baru, yakni proses komunikasi yang berlangsung di dalam sebuah teknologi komputer. Individu tidak lagi melakukan komunikasi tatap muka (face-to-face), melainkan menggunakan perangkat komputer untuk mengganti sifat langsung dari komunikasi tatap muka (face-to-face).
New media juga sering dikaitkan dengan sifat interaktivitas. Sifat ini merujuk pada umpan balik yang langsung di dapat dalam proses komunikasi. Era new media tumbuh berkembang ditandai oleh adanya perkembangan teknologi komunikasi seperti jaringan internet yang didalamnya menekankan kepada format isi media yang dikombinasikan
dan kesatuan data baik teks, suara, gambar, dan sebagainya dalam format digital.4
New media mengubah pola bentuk dan arus komunikasi konvensional yang bersifat searah, massal, komunikatornya melembaga dan sangat interaktif. New media juga memudahkan pengguna untuk mendalami isu dan sekaligus mengembangkannya ke berbagai isu lainnya serta tujuan sasaran yang berbeda secara serentak. New media yang dikembangkan saat ini merupakan produk dari konvergensi media komunikasi yang tadinya masing-masing berdiri sendiri.
Kita bisa mencontohkan penggunaan saluran telepon yang terpisah dari komputer, kemudian komputer terpisah dari media massa. Kini semua itu bisa dipadukan sehingga orang menghubungkan komputernya dengan saluran telepon untuk memasuki jaringan internet lalu mengakses informasi melalui media massa. Satu hal yang tidak bisa diabaikan, new media melahirkan komunitasnya sendiri. Itu merupakan akibat dari new media menyediakan informasi dalam jumlah besar. Karena itu akhirnya terbentuk komunitas pengguna yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
2. Karakteristik New Media
Rogers menyebutkan tiga karakteristik yang menandai kehadiran teknologi komunikasi baru, yaitu: interactivity, de-massification dan
4
asyncronous.5 Karakteristik pertama, interactivity merupakan kemampuan sistem komunikasi baru (berupa sebuah komputer sebagai salah satu komponennya) dalam memberi talk back bagi penggunanya. Dengan kata lain, new media mempunyai sifat interaktif pada komunikasi tatap muka. Sifat interaktif ini merupakan kualitas yang diharapkan dari sistem komunikasi, karena perilaku komunikasi diharapkan dapat lebih akurat, efektif, dan lebih memuaskan.
Karakteristik kedua adalah de-massification, yaitu suatu pesan yang dapat diubah setiap individu dalam audience yang besar. De- massification ini juga berarti sebagai kontrol sistem komunikasi yang berubah dari produsen pesan ke konsumen media. Pengindividualisasian ini menyamakan new media dengan komunikasi antar pribadi. Karakteristik ketiga asyncronous, yang mempunyai pengertian bahwa teknologi komunikasi baru mempunyai kemampuan mengirim dan menerima pesan dalam waktu yang dikehendaki individu. Sifat ini juga memperlihatkan partisipan komunikasi tidak perlu memakan waktu bersamaan dalam mengirim dan menerima pesan. Pergeseran waktu (time shifting) ini merupakan salah satu kemampuan teknologi komunikasi baru.
5Endah Muwarni, “Peluang dan Modifikasi Teori Komunikasi”
dalam Irwansyah, ed., The Reposision of Communication in the Dynamic of Convergence : Reposisi Komunikasi Dalam Dinamika Konvergensi (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2012), hlm. 236.
Menurut Flew, media baru memiliki lima karakteristik:
1. Manipulable. Informasi digital mudah diubah dan diadaptasi dalam berbagai bentuk penyimpanan, pengiriman, dan penggunaan.
2. Networkable. Informasi digital dapat dibagi dan dipertukarkan secara terus menerus oleh sejumlah besar pengguna di seluruh dunia.
3. Dense. Informasi digital berukuran besar dapat disimpan di ruang penyimpanan kecil (contohnya flashdisk) atau penyedia layanan jaringan.
4. Compressible. Ukuran informasi digital yang diperoleh dari jaringan manapun dapat diperkecil melalui proses kompres dan dekompres kembali saat dibutuhkan.
5. Impartial. Informasi digital yang disebarkan melalui jaringan bentuknya sama dengan yang direpresentasikan dan digunakan oleh pemilik atau penciptanya.
D. Konseptualisasi Media Sosial
1. Pengertian Media Sosial
Brian Solis seorang penggagas penggunaan media sosial asal Amerika Serikat mendefinisikan media sosial sebagai demokratisasi isi serta perubahan peran publik dalam membaca serta menyebarkan informasi. Media sosial mewakili perubahan dari satu buah mekanisme penyiaran menjadi banyak model yang bermula dari format percakapan
antara penulis dan rekan-rekannya di dalam kanal-kanal sosial mereka.6 Berdasarkan pengertian di atas, media sosial merupakan medium atau alat komunikasi berbasis internet yang memungkinkan setiap penggunanya berbagi pesan dalam bentuk apapun termasuk gambar, tulisan, video, dan suara kepada semua orang di seluruh dunia yang memiliki akses internet kepada komunikator.
2. Karakteristik Media Sosial
Cara untuk memahami media sosial adalah dengan memperhatikan karakteristik dari jenis-jenis media sosial tersebut, yaitu: a. Participation, dimana media sosial mendukung penuh kontribusi dan
feedback dari setiap orang.
b. Openess, sebagai dasar media sosial terbuka untuk feedback dan partisipasi. Hal ini memungkinkan dilakukan voting, pemberian komentar, dan berbagi informasi. Jarang sekali ada halangan dalam mengakses dan membuat konten di dalam media sosial.
c. Conversation, ketika media sosial mengedepankan broadcast
(transmisi atau distribusi pesan kepada audiens) media sosial justru melihat komunikasi sebagai percakapan dua arah.
d. Community, media sosial memungkinkan komunitas untuk berkomunikasi secara tepat dan efektif. Komunitas juga dapat berbagi common interest, seperti kesukaannya terhadap fotografi, politik, atau TV show.
6
Solis & Breakendridge, Putting the Public Back in Public Relations : How Media sosial is Reinventing the Agging Business of PR, (New Jersey: Pearson Education, 2009), hlm. 3.
e. Connectedness, sebagian besar media sosial memungkinkan penggunanya untuk terhubung dengan siapapun.
3. Jenis-Jenis Media Sosial
Media sosial secara umum dapat digolongkan menjadi beberapa jenis publikasi sebagai berikut:7
a. Publikasi Personal
Jenis publikasi personal berbasis internet adalah blog dan surat elektronik (e-mail). Blog masih dikategorikan sebagai medium publikasi personal meskipun blog dapat dimiliki dan dikelola bukan oleh perseorangan. Melalui blog, individu maupun sekelompok individu dapat menulis artikel, mengunggah foto hingga video, dan mengundang orang untuk berinteraksi dengan mereka. Perangkat publikasi lainnya yaitu e-mail yang memungkinkan individu untuk mengirimkan informasi kepada satu hingga sejumlah besar individu lain dalam waktu seketika.
b. Publikasi Kelompok
Wikipedia merupakan bentuk publikasi kelompok yang paling umum dimana sekelompok orang bersama-sama menerbitkan artikel dan membangun situs yang lengkap dalam kurun waktu tertentu. c. Publikasi berbasis Jaringan Sosial
Publikasi yang berbasis jaringan sosial memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk membangun hubungan dengan
7
Jhon Blossom, Content Nation: Surviving and Thriving as Media sosial Changes Our Work, Our Lives, and Our Future, (USA: Wiley Publising, 2009), hlm. 32.
individu lain serta memanfaatkan hubungan tersebut. Jenis publikasi ini termasuk sosial media yang paling cepat perkembangannya saat ini. Beberapa situs jejaring sosial menawarkan fitur-fitur yang memudahkan penggunanya untuk membangun jaringan pertemanan, menambah informasi, dan juga berkomunikasi dengan jaringan pertemanan mereka tersebut. Beberapa contoh jenis publikasi ini adalah Facebook, Twitter, MySpace, Path, Instagram.
E. KonseptualisasiKampanye Sosial
Rogers dan Storey mendefinisikan kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu.8 Prinsip utama dalam sebuah kampanye adalah pesan komunikasi individual atau kelompok dilakukan secara terlembaga, terencana, serta adanya motivasi dan tujuan yang melatarbelakangi kampanye tersebut. Larson membagi beberapa jenis kampanye dalam tiga kategori, antara lain9;
1. Commercial campaign adalah kampanye yang berorientasi pada produk dan dilakukan atas motivasi memperoleh finansial, seperti kampanye Telkom Flexi atau kampanye Bank BTN Go Public.
2. Political campaign adalah kampanye yang berorientasi pada kandidat dan dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik seperti kampanye pemilu dan kampanye penggalangan dana bagi partai politik.
8
Antar Venus, Manajemen Kampanye, (Jakarta: Simbiosa Rekatama Media, 2010), h.25.
9
3. Social campaign adalah kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan bersifat khusus dan sering kali berdimensi pada suatu perubahan sosial. Kampanye ini ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait. Contoh dari kampanye ini adalah kampanye Shave for Hope yang merupakan bentuk empati kepada penderita kanker yang harus mencukur habis rambutnya untuk keperluan kemoterapi. Kampanye ini dilakukan oleh masyarakat dan public figure yang mencukur rambutnya secara massal, rambut yang terkumpul akan dihargai oleh pihak sponsor untuk didonasikan keseluruhannya pada Yayasan Pita Kuning Anak Indonesia.
F. Konseptualisasi Platform Crowdfunding 1. Pengertian PlatformCrowdfunding
Crowdfunding merupakan kegiatan mengumpulkan dana investasi yang pada umumnya dilakukan melalui media sosial seperti Twitter, Facebook, Linkedln dan sebagainya. Wheat mendefinisikan
crowdfunding sebagai sebuah metoda penggalangan dana melalui internet di mana individu meminta bantuan untuk proyeknya melalui website
khusus crowdfunding. Fokus dari crowdfunding adalah menggalang banyak sumbangan kecil dari pada berupa sumbangan besar dari sebuah lembaga sebagai donor. Crowdfunding berjalan dalam waktu terbatas dari
beberapa hari sampai beberapa minggu dan berusaha untuk memenuhi target pendanaan sebelum batas akhir waktu.10
2. Kategori Platform Crowdfunding
Bradford membedakan crowdfunding menjadi lima kategori11, yaitu model donasi, model penghargaan (reward), model pra-pembelian, model pinjaman, dan model ekuitas. Situs crowdfunding dapat menerapkan satu model atau menerapkan lebih dari satu model. Berikut berbagai macam model situs crowdfunding menurut Bradford;
a. Situs Model Donasi
Donatur sebagai penyandang dana tidak mengharapkan kompensasi dari pemilik proyek. Biasanya model donasi ini diterapkan pada institusi amal atau non-profit.
b. Situs Model Penghargaan (reward) dan Pra-pembelian
Situs yang menggunakan model reward dan pra-pembelian memiliki kesamaan dan cenderung muncul di situs yang sama. Model reward menawarkan pada kontributor imbalan atas kontribusinya, tetapi tidak tertarik terhadap hasil atau keuntungan dari produksi. Model pra-pembelian hampir mirip dengan model
reward yaitu kontributor tidak mendapat bagian keuntungan dari produksi akan tetapi mereka mendapatkan produk yang di buat.
10 Rachel E. Wheat. “
Raising Money For Scientific Research Through Crowdfunding”,
Trends in Ecology & Evolution No. 28, Februari 2013, h. 71. 11
Bradford, C. Steven, Crowdfunding and the Federal Securities Laws, (Columbus: College of Law, Faculty Publications, 2012), h. 14.
c. Situs Model Pinjaman
Situs yang menggunakan model pinjaman kontributor hanya menyediakan pendanaan untuk sementara dan mengharapkan pengembalian atas dana yang dipinjamkan. Dalam beberapa kasus kontributor menerima bunga atas dana yang dipinjamkannya.
d. Situs Ekuitas
Situs model ekuitas memberikan bunga kepada kontributor atas pengembalian usaha yang mereka bantu. Donatur sebagai penyandang dana mengharapkan kompensasi dalam bentuk ekuitas atau pendapatan atau pengaturan saham dari hasil proyek penggalangan dana tersebut.
Hemer juga melakukan pengklasifikasian crowdfunding menjadi dua kategori dengan masing-masing sub kategorinya sebagai berikut:12 1. Berdasarkan latar belakang komersial atau tujuan proyek:
a. Not-for-profit: proyek di buat bertujuan untuk kepentingan sosial mencakup bidang kesehatan masyarakat, sarana dan prasarana umum, proyek penelitian untuk umum, dsb.
b. For profit: proyek yang di buat bertujuan untuk komersial (meraih keuntungan) seperti promosi produk, promosi film atau musik, mendirikan usaha baru, dsb.
c. Intermediate: proyek yang masuk sub kategori ini belum jelas akan dimasukkan ke sub kategori mana karena belum jelas apa
12Hemer Joachim, “
A Snapshot on Crowdfunding”, (Karlsruhe: Franhoufer ISI, 2011), h. 11.
latar belakang komersialnya untuk waktu jangka panjang atau tidak, contohnya pertunjukkan musik, acara-acara festival, dsb. 2. Berdasarkan kelekatan organisasi awal (pengusung):
a. Independent and single: inisiatif proyek tidak memiliki latar belakang institusi atau organisasi dan di rancang sendiri per individu.
b. Embedded: proyek awalnya diprakasai oleh organisasi publik atau swasta dan pada awalnya ditujukan untuk tetap menjadi bagian dari organisasi tersebut, contohnya NGO, UN, dan perusahaan.
c. Start-up: proyek yang dimulai secara mandiri tetapi mengarah ke organisasi dalam lingkup terbatas, contohnya proyek yang bertransformasi menjadi sesuatu seperti firma dan asosiasi. 3. Platform Crowdfunding di Indonesia
Di Indonesia sudah tidak asing dengan konsep crowdfounding, dimana nilai-nilai yang bersifat patungan dan urunan untuk membantu orang lain, seperti penggalangan dana
secara individu kasus “Koin Untuk Prita” maupun program “Tali Kasih” atau untuk kepentingan bersama yang bersifat massal, seperti bantuan untuk bencana alam di berbagai tempat di Indonesia mulai dari tsunami Aceh hingga gempa bumi di Jawa. Sehingga crowdfunding memiliki konsep serta nilai-nilai yang sama dengan budaya kita, yaitu nilai saling bergotong royong membantu orang
lain dan nilai tersebut yang telah mengakar pada kehidupan bangsa Indonesia.
Konsep crowdfunding dan nilai-nilai kegotong-royongan tersebut melahirkan situs yang berperan sebagai platform
crowdfunding di Indonesia, yaitu Kitabisa.com.13 Kitabisa.com
memiliki pandangan dan percaya bahwa Indonesia memiliki banyak potensi dan memiliki banyak orang baik, namun sayang potensi yang ada tersebut terkadang terhalang himpitan rutinitas, sumber daya, dan akses yang terbatas. Maka itu, Kitabisa.com tercipta untuk menghubungkan pihak yang memiliki akses dan sumber daya lebih baik dengan pihak yang memiliki ide, wawasan, dan program yang bisa membantu memecahkan masalah sosial yang ada sehingga
Kitabisa.com memberikan tempat untuk saling bergotong royong bersama untuk menghubungkan kebaikan dan memajukan Indonesia.
Kitabisa.com menghubungkan kegiatan sosial melalui media sosial. Media sosial yang dipilih Kitabisa.com adalah Facebook, Twitter, dan Instagram. Ketiga media sosial tersebut merupakan jejaring sosial yang populer di Indonesia.14 Di Indonesia, Facebook
menempati posisi ke empat sebagai pengguna terbesar sedunia setelah Amerika Serikat, Brazil dan India. Kemudian, tercatat bahwa Indonesia saat ini menempati peringkat ke lima sebagai pengguna
Twitter terbesar di dunia. Dan yang terakhir, Instagram merupakan
13
www.Kitabisa.com/about-us di akses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 12:32 WIB.
14
www.top10magz.com/10-jejaring-sosial-populer-di-indonesia di akses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 12:51 WIB.
media sosial yang disebut sebagai The Rising Star karena perkembangannya yang sangat cepat. Media sosial ini memungkinkan penggunanya untuk mengambil foto, mengedit dan membagikannya kepada pengikut.
40
A. Platform Crowdfunding Kitabisa.com
1. Sejarah Berdirinya Platform Crowdfunding Kitabisa.com
Berawal dari menjadi asisten Rhenald Kasali di Rumah Perubahan, Muhammad Alfatih Timur kini telah menjelma menjadi pendiri dan CEO Kitabisa.com serta tercatat dalam daftar “30 Under 30 2016 Asia” yang dilansir situs Forbes di awal tahun 2016.1 Daftar yang memuat nama-nama anak muda Asia berusia bawah 30 tahun yang dianggap sebagai pemimpin menjanjikan, entrepreneur andal, dan game changer dalam 10 sektor berbeda.
Muhammad Alfatih Timur atau di sapa Timmy semasa kuliah dikenal sebagai pribadi yang cerdas dan dewasa, serta pandai dalam memimpin dan persuasif. Timmy di mata kawan-kawannya dinilai sangat berani karena sempat memulai bisnis dengan skala besar yaitu membuka sebuah percetakan yang cukup besar dengan modal sebesar harga mobil meskipun pada akhirnya harus tutup. Pria yang dikenal lebih memilih produk-produk buatan dalam negeri ini saat lulus kuliah sebenarnya berencana untuk meneruskan ke S-2. Namun ketika mengirim e-mail
kepada dosennya, Rhenald Kasali, untuk meminta rekomendasi kuliah S-2,
1
http://www.forbes.com/30-under-30-asia-2016/social-entrepreneurs/#4bfad0207d46 di akses pada tanggal 28 Februari 2017 pukul 18:54 WIB.
beliau malah menawarinya untuk bergabung di Rumah Perubahan sebagai asisten beliau.
Rumah Perubahan merupakan tempat bertemu dan digemblengnya para agen perubahan seperti calon-calon wirausaha, pelaku-pelaku perubahan, dan top executive dunia usaha, guru, pegawai negeri, aktivis lingkungan, agamawan, penegak keadilan, dan para pekerja sosial. Lingkungan bekerja yang sangat kental napas socialpreneurship itu seketika mempengaruhinya dan ia sangat menikmati berbagai kegiatannya.
Berawal dari pengalaman pergi ke Pulau Buru selama dua hingga tiga minggu dan menjalani kehidupan sehari-hari layaknya warga asli dengan segala keterbatasan juga penuh perjuangan, telah mengetuk sisi sosial Timmy untuk melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi orang banyak. Ia lalu mencari terobosan untuk menghimpun potensi sosial yang sungguh besar di Indonesia agar benar-benar sampai tepat sasaran dan berhasil.
Timmy menyadari kenyataan bahwa banyak sekali aksi sosial yang akan lebih kuat apabila ada dana lebih untuk mendukung ide-ide hebat mereka. Sementara itu, banyak sekali orang yang ingin turun tangan membantu tapi tidak tahu harus berbuat apa dan menyalurkan kemana.
Kitabisa.com pun lalu dicetuskan bersama dengan sembilan rekannya. Mimpi awal Kitabisa.com adalah mengubah beragam potensi menjadi karya. Ragam potensi yang dimaksud adalah siapa saja yang memiliki uang mulai dari akademisi, dokter, maupun seniman. Siapa pun yang
memiliki ide maupun dana dapat bergabung pada program ini.
Kitabisa.com menghubungkan dua pihak, orang yang mempunyai ide dan orang yang mau mendukung. Pemilik ide menulis idenya dalam situs
Kitabisa.com, kemudian orang lain yang memiliki uang atau tenaga bisa membantu lewat situs tersebut.2
Kemudian pada Desember 2012, Timmy dan sembilan teman yang sama-sama memiliki idealisme sosial, mempresentasikan ide
crowdfunding ini kepada Prof Rhenald. Beliau menyambut baik ide tersebut dan mengatakan bahwa ini adalah proyek besar sehingga beliau ingin proyek ini dikelola oleh orang yang serius dan bisa full time (penuh waktu) serta siap memberikan semua fasilitasnya, termasuk kantor. Satu persatu temannya mundur karena tidak sanggup mendedikasikan seluruh waktunya untuk Kitabisa.com dan yang tertinggal hanya dirinya.
Latar belakang pendidikan Timmy di bidang ekonomi tentu tidak cukup untuk mendirikan Kitabisa.com. Ia kemudian meminta bantuan dari temannya yang ahli di bidang TI (teknologi informasi) untuk mengoperasikan situs ini. Kitabisa.com lalu berkolaborasi dengan Suit Media, perusahaan TI yang memberikan dukungan dalam sarana dan prasarana seperti pengembangan situs, fitur-fitur, dan maintenance.
Kitabisa.com pun akhirnya didirikan tepat pada 6 Juli 2013 di bawah naungan Rumah Perubahan yang dipimpin Rhenald Kasali.
2
https://kitabisa.com/liputan-media/6/founder-dan-koordinator-Kitabisa.com-m-alfatih- timur—menghubungkan-kebaikan di akses pada tanggal 02 Maret 2017 pukul 20.34 WIB
2. Profil Platform CrowdfundingKitabisa.com
Kitabisa.com adalah sebuah website yang digunakan untuk mengalang dana (crowdfunding). Website ini launching pada tanggal 6 Juni 2013. Kemudian website ini meluncurkan versi 2.0 pada tanggal 17 September 2014. Sudah banyak hal positif yang telah dilewati oleh
Kitabisa.com Berbagai kampanye sukses, serta dalam perjalanannya