• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Akdr) Pada Pasangan Suami Istri Di Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (Akdr) Pada Pasangan Suami Istri Di Desa Durin Jangak Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Program Keluarga Berencana (KB)

Keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui promosi perlindungan dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta menyelenggarakan pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal. Untuk wanita berusia minimal 20 tahun dan laki-laki berusia minimal 24 tahun. Mengatur jumlah, jarak dan usia ideal melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina ketahanan dan kesejahteraan keluarga (BKKBN, 2012).

(2)

Sejalan dengan itu, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025, yang dituangkan dalam UU no.17 tahun 2007 tentang RPJPN, menetapkan misi pembangunan jangka panjang di antaranya mewujudkan bangsa yang berdaya saing. Untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing, dilakukan upaya membangun sumber daya manusia yang berkualitas, yang keberhasilannya diukur dengan mengingkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), melalui upaya mencapai penduduk tumbuh seimbang yang ditandai dengan angka reproduksi neto (NRR) sama dengan 1 dan angka kelahiran total (TFR) sama dengan 2,1. Untuk itu dilakukan upaya peningkatan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang terjangkau, bermutu, dan efektif menuju terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas ditandai dengan menurunnya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) (BKKBN, 2014a).

Pelaksanaan program KB diharapkan lebih terarah dan dapat memperkuat pencapaian tujuan pengendalian penduduk. Dalam rangka mendukung pencapaian pembangunan nasional yang berwawasan kependudukan dan keluarga kecil bahagia sejahtera serta mencapai penurunan laju pertumbuhan penduduk menjadi 1,1% dan Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,1 dan Net Reproductive Rate (NRR) = 1,

diperlukan pelayanan KB yang berkualitas (BKKBN, 2012).

(3)

keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak (Kemenkes RI, 2014).

Pelayanan tersebut mecakup pemberian pelayanan yang dapat melindungi klien dari risiko efek samping, komplikasi dan kegagalan pemakaian kontrasepsi. Hal ini penting karena klien yang menjadi peserta KB adalah orang yang ingin menunda memiliki anak, menjarangkan dan membatasi jumlah anak yang dimiliki, sehingga saat mereka menjadi peserta KB tidak menjadi sakit karena komplikasi ataupun kegagalan (hamil) (BKKBN, 2012).

Visi yaitu: BKKBN “Terwujudnya pelaksanaan promosi dan KIP/Konseling Kesehatan Reproduksi di seluruh Fasilitas Kesehatan KB tahun 2019”. Melalui visi ini BkkbN diharpkan dapat menjadi inspirator dan fasilitator dan penggerak program keluarga berencana nasional segingga di masa depan seluruh keluarga Indonesia menerima ide keluarga berencana. Sedangkan misi BkkbN dibangun untuk mengemban tugas membangun keluarga Indonesia sebagai keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Untuk itu maka misi yang diemban tidak lain adalah :

(4)

kepada klien, 4) tersedianya sarana dan prasarana yang memadai bagi pelaksanaan konseling KB dan Kespro di Fasilitas Kesehatan” (BKKBN, 2014a).

Dalam rangka mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas, Pemerintah menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui peraturan-peraturan yaitu Peraturan Kepala BKKBN Nomor 1562/HK-010/B5/2006 tentang penjabaran program kegiatan bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera dalam pengelolaan keluarga daerah, Peraturan Kepala BKKBN Nomor 55/HK-010/B5/2010 tentang standar pelayanan minimal bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera di kabupaten dan kota, Peraturan Kepala BKKBN Nomor 72/PER/B5/2011 tentang organisasi dan tata kerja Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Peraturan Kepala BKKBN Nomor 82/PER/B5/2011 tentang organisasi dan tata kerja perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi (BKKBN, 2014a).

(5)

konseling). 6) dan, melaksanakan monitoring, evaluasi, dan pembinaan kegiatan kesehatan reproduksi (BKKBN 2014b).

Akses terhadap pelayanan Keluarga Berencana yang bermutumerupakan suatu unsur penting dalam upaya pencapaian pelayanankesehatan Reproduksi. Secara khusus dalam hal ini termasuk hak setiaporang untuk memperoleh informasi dan akses terhadap berbagai metodekontrasepsi yang aman, efektif, terjangkau dan akseptabel (Saifuddin,2010).

2.2. Kontrasepsi

Kontraspesi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi kontrasepsi adalah upaya mencegah pertemuan sel telur matang dan sperma untk mencegah kehamilan (BKKBN, 2011).

Kontrasepsi adalah upaya mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Proverawati dkk, 2010).

(6)

2.2.1. Pembagian Kontrasepsi

Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara kontrasepsi modern.

1. Kontrasepsi Sederhana

Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama terputus, pantang berkala, metode suhu badan basal, dan metode kalender. Sedangkan kontrasepsi sederhana dengan alat/obat dapat dilakukan dengan kondom, diafragma, kap serviks, dan spermisid.

2. Kontrasepsi Modern

Kontrasepsi modern dibedakan atas 3 yaitu: 1) kontrasepsi hormonal, yang terdiri dari pil, suntik, implant/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit). 2) IUD/AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). 3) Kontrasepsi mantap yaitu dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria) (Hartanto, 2010).

Menurut Proverawati dkk (2010) secara umum pembagian kontrasepsi menurut cara pelaksanaannya terdiri atas :

1. Cara temporer (spacing) yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi.

(7)

2.2.2. Persyaratan Pemakaian Alat Kontrasepsi

Adapun syarat-syarat pemakaian alat kontrasepsi adalah sebagai berikut : 1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat

2. Tidak ada efek samping yang merugikan 3. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan 4. Tidak menganggu hubungan persetubuhan

5. Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya 6. Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit

7. Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat

8. Dapat diterima oleh pasangan suami istri (Proverawati dkk, 2010). 2.2.3. Faktor-faktor dalam Memilih Metode Kontrasepsi

Faktor – faktor dalam memilih metode kontrasepsi : Bahwa sampai saat ini kita mengetahui belumlah tersedia satumetode kontrasepsi yang benar 100% ideal/ sempurna. Pengalamanmenunjukan bahwa saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masihdalam bentuk supermarket/toko, dimana calon akseptor memilih sendirimetode kontrasepsi yang diinginkannya (Hartanto, 2010).

Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi : 1. Faktor Pasangan (Motivasi dan Rehabilitas)

Faktor pasangan memiliki beberapa sub faktor seperti umur, gaya hidup, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan, dan sikap kepriaan (dukungan suami).

(8)

Begitu pula dengan faktor kesehatan memiliki beberapa factor didalamnya seperti status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga dan pemeriksaan fisik.

3. Faktor metode kontrasepsi (Penerimaan dan pemakaian)

Didalam faktor metode kontrasepsi ada faktor-faktor didalamnya seperti efektivitas, efek samping, kerugian, komplikasi-komplikasi yang potensial dan biaya.

2.3. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang flesibel dipasang dalam rahim. Kontrasepsi yang paling ideal untuk ibu pasca persalinan dan menyusui adalah tidak menekan produksi ASI yakni Alat Kontarsepsi dalam Rahim (AKDR)/Intra Uterine Device (IUD), suntikan KB yang 3 bulan, minipil dan kondom (BKKBN, 2014b).

(9)

AKDR adalah suatu alat pencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma atau ovum melalui perubahan pada tuba falopii dan cairan uterus, ada reaksi terhadap benda asing disertai peningkatan leukosit (Everett, 2012). AKDR adalah suatu alat pencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup sperma atau ovum melalui perubahan pada tuba falopii dan cairan uterus, ada reaksi terhadap benda asing disertai peningkatan leukosit.

2.3.1. Mekanisme Kerja

Sampai sekarang belum ada orang yang yakin bagaimana mekanisme kerja AKDR dalam mencegah kehamilan. Ada yang berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat, dengan sebukan leukosit yang dapat melarutkan blastosis atau sperma.

Mekanisme kerja AKDR yang dililiti kawat tembaga mungkin berbeda. Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus, selain menimbulkan reaksi radang seperti pada AKDR biasa, juga menghambat khasit anhidrase karbon dan fosfatase alkali. AKDR yang mengeluarkan hormon juga menebalkan lendir serviks sehingga menghalangi sperma (Sulistyawati, 2012).

2.3.2. Jenis AKDR

Menurut Arum (2009) jenis-jenis AKDR adalah sebagai berikut : 1. AKDR CuT-380 A

(10)

2. AKDR lain yang beredar di Indonesia ialah NOVA T (Schering)

Menurut Darmani (2003) AKDR yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis unmedicated adalah Lippes Loop dan dari jenis Medicated adalah Cu-T 380 A, Multiload 375 dan Nova-T.

a. Lippes Loop

AKDR Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio opaque pada pemeriksaan dengan sinar-x.

Menurut Proverawati (2010) AKDR Lippes Loop bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol dan dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda ukuran panjang bagian atasnya.

b. Cu T 380 A

(11)

c. Multiload 375

AKDR Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai 375 mm2 kawat halus tembaga yang membalut batang vertikalnya. Bagian lengannyadidesain sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan terjadinyaekspulsi.

d. Nova – T

AKDR Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan bagian lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada jaringansetempat pada saat dipasang.

e. Cooper-7

AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2 fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Copper-T (Proverawati, 2010).

Menurut Suparyanto (2011) AKDR terdiri dari AKDR hormonal dan non hormonal.

1. AKDR Non-hormonal

(12)

a. Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2:

1) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes Loop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload, Nova-T.

2) Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-Ring, Altigon, dan Graten ber-ring.

b. Menurut Tambahan atau Metal :

1). Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di belakang IUD menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah 220 mm2. Cara insersi: Withdrawal. 2). Unmedicated IUD: Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil,

Antigon. Cara insersi Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop dapat dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai menopause, sepanjang tidak ada keluhan persoalan bagi akseptornya. IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicated yaitu Lippes Loop dan yang dari jenis Medicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.

2. IUD yang mengandung hormonal

a. Progestasert –T = Alza T, dengan daya kerja 18 bulan dan dilakukan dengan teknik insersi: Plunging (modified withdrawal).

(13)

2) Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 µg progesteron setiap hari.

3) Tabung insersinya berbentuk lengkung. b. Mirena

Mirena adalah AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) yang terbuat dari plastik, berukuran kecil, lembut, fleksibel, yang melepaskan sejumlah kecil levonogestrel dalam rahim. Mirena merupakan plastik fleksibel berukuran 32 mm berbentuk T yang diresapi dengan barium sulfat yang membuat mirena dapat terdeteksi dalam pemeriksaan rontgen. Mirena berisi sebuah reservoir silindris, melilit batang vertikal, berisi 52 mg levonorgestrel (LNG). Setelah penempatan dalam rahim, LNG dilepaskan dalam dosis kecil (20 ฀g/hari

pada awalnya dan menurun menjadi sekitar 10 ฀g/hari setelah 5 tahun)

melalui membran polydimethylsiloxane ke dalam rongga rahim. Pelepasan hormon yang rendah menyebabkan efek sampingnya rendah. Keunggulan dari AKDR ini adalah efektivitasnya tinggi, dengan tingkat kesakitan lebih lebih ringan. Mirena merupakan sebuah pilihan alternatif yang tepat untuk wanita yang tidak dapat mentoleransi estrogen untuk kontrasepsinya. Mengurangi frekuensi ovulasi (Rosa, 2012).

(14)

Setelah mirena dipasang 3 sampai 6 bulan pertama, menstruasi mungkin menjadi tidak teratur. Mirena dapat dilepas dan fertilitas dapat kembali dengan segera (Rosa, 2012).

2.3.3. Keuntungan Penggunaan AKDR

Keuntungan AKDR adalah : (Saifuddin, 2010) 1. Sebagai kontrasepsi, mempunyai efektivitas yang tinggi

2. Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170 kehamilan).

3. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

4. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti)

5. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat 6. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

7. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil 8. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380 A). 9. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

10. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).

11. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih atau setelah haid terakhir) 12. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan

(15)

2.3.4. Kerugian Penggunaan AKDR

Kerugian penggunaan alat kontrasepsi AKDR (Proverawati, 2010) adalah sebagai berikut:

1. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)

2. Haid lebih lama dan banyak

3. Perdarahan (spotting antar menstruasi) 4. Saat haid lebih sedikit

Adapun kerugian AKDR, yaitu : (Saifuddin, 2010) 1. Efek samping yang umum terjadi

a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)

b. Haid lebih lama dan banyak

c. Perdarahan (spotting antar menstruasi) d. Saat haid lebih sedikit

2. Komplikasi AKDR

a. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan

penyebab anemia

(16)

4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.

5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR.

6. Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.

7. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi setelah pemasangan AKDR, biasanya menghilang selama 1 hari.

8. Klien tidak dapat melepas AKDR sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan AKDR.

9. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi apabila AKDR dipasang segera sesudah melahirkan).

10. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.

11. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.

2.3.5. Persyaratan Pemakaian AKDR

Menurut Saifuddin (2010) yang dapat menggunakan AKDR adalah : 1. Usia reproduktif

2. Keadaan nulipara

(17)

4. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi 5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

6. Risiko rendah dari IMS

7. Tidak menghendaki metode hormonal

8. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi 9. Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari

Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif. AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya: (Saifuddin, 2010)

1. Perokok

2. Sedang menyusui

3. Gemuk ataupun yang kurus

4. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeki 5. Sedang memakai antibiotika atau anti kejang

Begitu juga Ibu dalam keadaan seperti dibawah ini dapat menggunakan AKDR: (Saifuddin, 2010)

1. Penderita tumor jinak payudara, kanker payudara 2. Tekanan darah tinggi

(18)

7. Penderita diabetes dan penyakit hati atau empedu 8. Epilepsi

9. Setelah pembedahan pelvic 10. Penyakit tiroid

11. Setelah kehamilan ektopik

2.3.6. Penggunaan AKDR yang Tidak Diperkenankan

Kontra indikasi pemasangan IUD antara lain : 1. Kemungkinan hamil atau sedang hamil

2. Baru saja melahirkan (2 – 28 hari pasca persalinan) 3. Memiliki risiko IMS (termasuk HIV)

4. Menstruasi yang tidak biasa

5. Infeksi atau masalah dengan organ kewanitaan seperti : IMS atau penyakit radang panggul dalam 3 bulan terakhir, HIV atau AIDS Infeksi setelah melahirkan atau keguguran dan kanker pada organ kewanitaan (BKKBN, 2010).

Menurut Arum (2009) penggunaan AKDR yang tidak diperkanankan pada: 1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

2. Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi) 3. Sedang menderita infeksi alat genetalia (vaginitis, servisitis) 4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami abortus septik

5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat memengaruhi kavum uteri

(19)

7. Kanker alat genetalia

8. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm. 2.3.7. Waktu Pemasangan AKDR

Melakukan pemasangan AKDR selama masih menstruasi akan menghilangkan risiko pemasangan AKDR ke dalam uterus yang dalam keadaan hamil, namun klien lebih rentan terhadap infeksi. Pemasangan AKDR dapat dilakukan pada hari-hari selama siklus menstruasi. Angka kejadian AKDR terlepas spontan lebih rendah bila AKDR tidak dipasang selama masa menstruasi (Sulistyawati, 2012).

1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil. 2. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenoure.

2.3.8. Cara Kerja Pemasangan AKDR

Menurut Saifuddin (2010) cara kerja pemasangan AKDR adalah sebagai berikut:

1. Persiapan peralatan dan instrumen

(20)

a. Bivale speculum (kecil, sedang atau besar) b. Tenakulum

c. Forsep/korentang d. Gunting

e. Mangkuk untuk larutan antiseptik

f. Sarung tangan (disterilisasi atau sarung tangan periksa yang baru) g. Cairan antiseptik (misalnya povidon iodin) untuk membersihkan serviks h. Kain kasa atau kapas

i. Sumber cahaya yang cukup untuk menerangi serviks (lampu senter sudah cukup)

j. Copper T 380 A IUD yang masih belum rusak dan terbuka 2. Langkah-langkah pemasangan AKDR Copper T 380 A

a. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien mengajukan pertanyaan. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada langkah-langkah tersebut dan pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya

b. Periksa genitalia eksterna, untuk mengetahui adanya ulkus, pembengkakan pada kelenjar Bartolin dan kelenjar skene, lalu lakukan pemeriksaan spekulum dan panggul.

(21)

e. Masukkan spekulum, dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik dan gunakan tenakulum untuk menjepit serviks

f. Masukkan sonde uterus

g. Lakukan pemasangan AKDR Copper T 380 A

h. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan dan bersihkan permukaan yang terkontaminasi

i. Melakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai dipakai.

j. Mengajarkan kepada klien bagaimana memeriksa benang AKDR (dengan menggunakan model yang tersedia dan menyarankan klien agar menunggu selama 15-30 menit setelah pemasangan AKDR.

2.3.9. Pencabutan AKDR

Menurut Saifuddin (2010) langkah-langkah pencabutan AKDR sebagai berikut:

1. Menjelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien untuk bertanya.

2. Memasukkan spekulum untuk melihat serviks dan benang AKDR 3. Mengusap serviks dan vagina dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali

(22)

a. Pencabutan normal

Jepit benang di dekat serviks dengan menggunakan klem lurus atau lengkung yang sudah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat. AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus saat ditarik, maka jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.

b. Pencabutan sulit

(23)

2.4. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan AKDR

1. Umur

Usia seorang wanita dapat mempengaruhi kecocokan dan akseptabilitas metode-metode kontrasepsi tertentu. Dua kelompok pemakai, remaja dan wanita perimenopause perlu mendapat perhatian khusus (Wulansari & Hartanto, 2006). Umur akanmempengaruhi seseorang dalam menentukan pemilihan alatkontrasepsi karena biasanya ibu dengan usia muda (baru pertamakali menggunakan alat kontrasepsi)akan cenderung memilih alatkontrasepsi yang kebanyakan orang pakai (Mubarak, 2011).

Umur menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan IUD. Semakin meningkatnya umur seseorang dan telah tercapainya jumlah anak ideal akan mendorong pasangan untuk membatasi kelahiran, hal ini meningkatkan peluang responden untuk menggunakan IUD. Sesuai dengan hasil penelitian di India bahwa IUD TCu 380A digunakan oleh wanita yang berumur lebih dari 30 tahun dan wanita yang telah mencapai ukuran keluarga yang diinginkan (Pastuti dkk, 2007).

2. Paritas (Jumlah Anak)

(24)

Tingkat paritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penggunaan AKDR. Semakin banyak jumlah anak yang telah dilahirkan semakin tinggi keinginan responden untuk membatasi kelahiran. Pada akhirnya hal ini akan mendorong responden untuk menggunakan AKDR (Dewi, 2012).

3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimiliki (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai dengan menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang dipengaruhi melalui indra pendengaran (telinga) dan penglihatan (mata) (Taufik, 2007).

Menurut Polanyi dalam Turban (2005) pengetahuan dapat pula dibagi dua yaitu pengetahuan eksplisit (explicit knowledge) dan pengetahuan tersembunyi (tacit knowledge). Pengetahuan eksplisit adalah kebijakan, petunjuk prosedural, laporan

(25)

pembelajaran yang dimiliki organisasi, juga budaya organisasi yang telah melekat di masa lalu.

Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

4. Sikap

Sikap adalah merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2007). Menurut Sheriff dalam Rakhmat (2008), sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh melalui proses belajar. Sementara Allport dalam Rakhmat (2008) melihat sikap sebagai kesiapan saraf (neural setting) sebelum memberikan respon. Dari kedua definisi tersebut Rakhmat (2008) menyimpulkan dalam beberapa hal, yaitu pertama, sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Kedua, sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi. Ketiga, sikap relatif lebih menetap. Keempat, sikap mengandung aspek evaluatif. Dan kelima, sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar.

(26)

menyebabkan kanker, dan dapat tertanam di dalam rahim. Sebagian ibu juga malu karena harus membuka bagian yang paling rahasia dari tubuhnya dan takut karena yang didengarnya sangat sakit ketika pemasangan IUD (BKKBN, 2002).

5. Efek Samping

Efek samping adalah perubahan fisik atau psikis yang timbul akibat dari penggunaan alat/obat kontrasepsi dan merupakan reaksi yang terjadi karena pemakain alat kontrasepsi tetapi tidak berpengaruh serius terhadap kesehatan klien (Saragih, 2011). Efek samping merupakan faktor yangsangat berpengaruh dalam pemilihan metode kontrasepsi yang akan digunakan wanita.

AKDR merupakan alat kontrasepsi yang efektif akan tetapi dapat menimbulkan gangguan pada organ reproduksi karena keberadaannya di dalam rahim dimana AKDR merupakan benda asing bagi rahim sehingga banyak menimbulkan efek samping bagi akseptor, misalnya mengakibatkan bertambahnya volume dan lama haid (metroragia) yang disebabkan adanya faktor mekanik pada endometrium karena ketidakserasian antara besarnya AKDR dan rongga rahim serta kemungkinan disebabkan karena kehamilan intra uteri atau ektopik. Dan akseptor AKDR yang karena efek samping banyak yang memilih untuk drop out karena membuat akseptor tersebut tidak nyaman dan lebih memilih untuk berpindah ke kontrasepsi lain

(27)

Akseptor KB yang memilih drop out (memutuskan berhenti menggunakan salah satu alat kontrasepsi) disebabkan karena mengalami efek samping. Efek samping pada sebagian alat kontrasepsi menyebabkan ibu merasa tidak nyaman seperti timbul perdarahan di luar haid, haid tidak teratur, tidak datang haid (amenorrhoea), rasa mual, bercak hitam di pipi, jerawat, penyakit jamur pada liang

vagina, nyeri kepala, penambahan berat badan, dan rambut rontok (Pinem, 2009). 6. Ingin Punya Anak Lagi

Berbagai alasan atau penyebab ibu yang dropout dalam pemakaian alat kontrasepsi yaitu ingin punya anak lagi atau ingin hamil kembali (umur memasuki usia 30 tahun sedangkan anak masih 1 orang). Dengan anak hanya satu orang, rumah terasa sepi dan sunyi sehingga mereka menginginkan anak agar rumah lebih ceria dan dapat membahagiakan ibu apalagi jika ibu adalah seorang ibu rumah tangga yang tidak mempunyai pekerjaan di luar rumah. Dengan alasan tersebut mereka lebih memilih untuk menghentikan penggunaan alat kontrasepsi yang telah digunakannya (Pinem, 2009).

7. Suami

(28)

Dukungan suami pada ibu untuk drop out dalam pemakaian salah satu alat kontrasepsi dapat menyebabkan angka drop out meningkat (Hartanto, 2008).

8. Dukungan Petugas Kesehatan

Untuk mengubah atau mendidik masyarakat seringkali diperlukan pengaruh dari tokoh-tokoh atau pemimpin masyarakat (community leaders), misalnya dalam masyarakat tertentu kata-kata tokoh masyarakat yang melibatkan ulama, seniman, ilmuwan, petugas kesehatan. Tergantung pada jenis masalah atau perubahan yang bersangkutan. Dalam masalah kesehatan, petugas kesehatan mempunyai peran yang besar dalam memberikan informasi kepada masyarakat. Kurangnya peran petugas kesehatan dalam memberikan informasi menyebabkan masyarakat melakukan upaya-upaya kesehatan tidak sepenuh hati.

Petugas kesehatan berperan dalam memberikan informasi, penyuluhan dan menjelaskan tentang alat kontrasepsi utamanya mengenai kontrasepsi hormonal. Petugas kesehatan sangat banyak berperan dalam tahap akhir pemakaian alat kontrasepsi. Pemberian pelayanan yang berkualitas tentang IUD dapat mempengaruhi seseorang untuk menggunakan KB IUD ( Pendit, 2007).

2.5. Landasan Teori

(29)

predisposisi atau predisposing factors (demografi: umur, paritas, pendidikan; pengetahuan, kepercayaan, nilai, sikap, persepsi), faktor pendukung atau enabling factors (ketersediaan sumber daya kesehatan/fasilitas pelayanan kesehatan,

keterjangkauan sumber daya kesehata,n) dan faktor pendorong atau reinforcing factors (dukungan dari keluarga, teman kerja, tokoh masyarakat, tokoh agama, juga

dari petugas kesehatan itu sendiri).

Gambar 2.1. Teori Perilaku dari Green (Notoatmodjo, 2012) Faktor Predisposisi:

1. Demografi: umur, jumlah anak, pendidikan

1. Ketersediaan sumber daya kesehatan/fasilitas

(30)

2.6. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori Green tersebut maka faktor-faktor yang menyebabkan ibu tidak ingin menggunakan AKDR adalah faktor predisposisi (karakteristik meliputi, umur, jumlah anak, pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (keinginan punya anak lagi dan efek samping) dan faktor pendorong (dukungan suami dan dukungan petugas kesehatan). Faktor-faktor tersebut diduga menghambat ibu menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Pendorong:

1. Dukungan suami 2. Dukungan petugas

kesehatan Faktor Predisposisi:

1. Karakteristik (umur, jumlah anak)

2. Pengetahuan 3. Sikap

Faktor Pendukung:

1. Keinginan punya anak lagi 2. Efek samping

Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)dan Tidak Menggunakan Kontrasespsi dalam

Gambar

Gambar 2.1. Teori Perilaku dari Green (Notoatmodjo, 2012)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan

Jenis penelitian ini tergolong penelitian pre eksperimen dan menggunakan desain one group pretest-postest yaitu penelitian yang tidak ada kelompok kontrol, tetapi sudah

penerapannya guru melakukan secara bertahap. Di awal-awal aturan yang dibuat terkesan untuk menakut-nakuti/menggertak VLVZD VHSHUWL ³LEX DNDQ DPELO ELQWDQJ nya MLND

Hasil penyeleksian arsip dituangkan dalam daftar arsip usul musnah paling sedikit berisi: nomor, kode klasifikasi arsip, jenis arsip, tahun, jumlah, tingkat perkembangan,

[r]

Tata surya adalah susunan benda-benda angkasa yang terdiri dari matahari, planet, satelit dan asteroid, namun dalam pembahasan pelajaran ini terdapat permasalahan yang dihadapi

Dusun Pelem merupakan bagian dari desa Temon yang berdampingan dengan dusun Unggahan Desa Trowulan.Letak dusun ini sangatlah strategis yakni berada diantara Dusun Unggahan

Temuan dari penelitian adalah bahwa bentuk-bentuk upaya pengelolaan aset desa yang dilakukan di Desa Bakung Kabupaten Ogan Ilir belum sesuai dengan konsep