• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pola Pita Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium D.C) Berdasarkan Primer OPC-07, OPD-03, OPD-20, OPM-20, OPN-09

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pola Pita Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium D.C) Berdasarkan Primer OPC-07, OPD-03, OPD-20, OPM-20, OPN-09"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) merupakan tumbuhan

yang buahnya dapat dimanfaatkan sebagai rempah dan menghasilkan minyak

atsiri, dapat digunakan secara langsung sebagai bumbu pada masakan khas

Sumatera Utara. Sebagai rempah, buah andaliman memiliki keistimewaan, yaitu

masakan yang dibumbui dengan buah andaliman umumnya memiliki daya simpan

yang lama. Selain itu, karena memiliki aroma jeruk yang kuat, penduduk

Sumatera Utara sering menggunakannya untuk menghilangkan bau anyir ikan atau

daging mentah. Berbeda dengan rempah lain yang bisa disimpan lama, buah

andaliman digunakan dalam keadaan segar, karena sifat minyak atsirinya lebih

cepat menguap (Miftakhhurohmah dan Sinta, 2009).

Saat ini andaliman diperhitungkan menjadi sumber senyawa aromatik dan

minyak esensial. Sementara aspek budidaya tanaman ini masih sangat terbatas

diketahui, termasuk aspek perbanyakan tanaman. Petani masih menggunakan bibit

liar dalam perbanyakan tanaman andaliman, karena bijinya sulit berkecambah. Ini

menjadi salah satu hambatan bagi kebanyakan petani untuk memperbanyaknya

dan membudidayakan dengan skala usaha yang agak besar (Siregar, 2011).

Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) yang merupakan tanaman khas daerah Sumatera Utara tetapi belum dimanfaatkan sebagai tanaman obat.

Tanaman-tanaman dari genus Zanthoxylum (bagian kulit kayu dan daun) biasanya

digunakan secara luas untuk mengobati inflamasi dan rematik. Buah andaliman

telah dilaporkan memiliki aktivitas anti inflamasi dan juga telah diteliti aktivitas

antioksidan ekstrak etanol buah andaliman dalam beberapa sistem pangan serta

(2)

aktivitas antiradikal ekstrak etanol buah andaliman konsentrasi 200 ppm yang

menunjukkan daya inhibisi sebesar 61,81% (Kristanty et al, 2013).

Manfaat andaliman sebagai bumbu pelengkap rasa makanan telah lama

digunakan oleh masyarakat Batak Toba. Ada beberapa makanan khas Batak yang

menggunakan Andaliman sebagai bumbu contohnya: Naniura, naniarsik,

nanitombur, napinadar dan sang-sang yang biasanya untuk menjamu tamu pada

acara ttradisional. Satu gigitan buah andaliman akan memberikan rasa

pedas-sengit dan aroma dari minyak esensial yang dapat menaikkan produksi saliva.

Selain itu beberapa tanaman dari genus Zanthoxylum telah digunakan sebagai

aroma terapi buatan (Moektiwardoyo, 2014).

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara pusat keragaman genetika dari

rempah-rempah. Rempah-rempah selain digunakan sebagai obat-obatan

tradisional, juga digunakan sebagai bumbu masakan untuk memberikan citarasa

dan membangkitkan selera makan. Buah andaliman dan antarasa adalah

rempah-rempah khas Sumatera Utara. Buah andaliman sering digunakan oleh suku Batak

sebagai bumbu campuran rnasakan atau campuran bumbu sambal khas untuk

berbagai jenis makanan, seperti ikan mas arsik, naniura dan natinombur

(Mulia, 2000).

Ketersediaan material genetic (plasma nutfah) merupakan prasyarat utama

bagi pemilihan tetua untuk penciptaan bahan tanaman unggul. Keragaman genetic

menempati posisi penting dalam program pemuliaan karena optimalisasi dan

maksimalisasi sifat-sifat tertentu akan dapat dicapai jika cukup peluang untuk

melakukan seleksi gen untuk sifat yang diinginkan juga merupakan syarat mutlak

untuk pengembangan kultivar. Keragaman genetic tanaman dapat ditingkatkan

(3)

baik dengan cara persilangan, introduksi, mutasi maupun persilangan dengan

genotype liar. Semakin tinggi tingkat keragaman genetic populasi tanaman akan

semakin cepat proses keberhasilan perbaikan tanaman tersebut

(Putri, dkk, 2011).

Pemuliaan tanaman merupakan pekerjaan yang rumit karena

membutuhkan waktu yang lama dengan hasil yang sulit diprediksi. Namun

dengan keberadaan pemuliaan molekuler mempermudah proses pemuliaan

tanaman. Seperti yang disebutkan Sudarmi (2013) bahwa penggunaan pemuliaan

molekuler telah menjanjikan kesederhanaan terhadap kendala dan tantangan

dalam pemuliaan tanaman yang rumit. Seleksi tidak langsung dengan

menggunakan penanda molekuler yang terikat dengan sifat-sifat yang diinginkan

telah memungkinkan studi individu pada tahap pertumbuhan dini, mengulangi

permasalahan yang berkaitan dengan seleksi sifat-sifat ganda dan ketidaktepatan

pengukuran akibat ekspresi sifat yang disebabkan oleh faktor eksternal lokus

genetik ganda

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi pertanian adalah dengan

menanam varietas unggul yang dihasilkan dari kegiatan pemuliaan tanaman.

Walaupun pemuliaan konvensional (penyilangan dan seleksi) telah terbukti

menghasilkan varietas unggul dan mampu meningkatkan produksi tanaman,

namun pemuliaan konvensional memiliki keterbatasan, terutama dalam hal waktu

yang diperlukan untuk memasukkan/introgensi gen-gen yang diinginkan. Oleh

sebab itu diperlukan diperlukan teknologi baru yaitu penggunaan markah

molekuler yang membantu pemulia tanaman dalam mempersingkat waktu seleksi

(4)

dan menentukan apakah gen yang diinginkan benar-benar ada dalam tanaman

hasil persilangan tanaman yang terseleksi (Bahagiawati, 2011).

Dalam beberapa tahun terakhir ini, pemuliaan tanaman tampak mulai

bangkit kembali perkembangannya, terutama setelah adanya pendekatan genetika

molekuler dengan menggunakan piranti diagnostic asam nukleat baru. Piranti ini

telah berhasil membentuk penanda molekuler yang mampu dalam mendeteksi gen

dan sifat-sifat tertentu, monitoring keragaman dan evolusi pada level genetic

(Nasir, 2002).

PCR (Polymerase Chain Reaction) merupakan metode untuk amplifikasi

potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah

primer oligonukleotida. Teknik ini mampu memperbanyak sebuah urutan

105-106-kali lipat dari jumlah nanogram dari DNA template. Proses ini mirip dengan

proses replikasi DNA secara in vivo yang bersifat semi konservatif. Polymerase

Chain Reaction (PCR) ini dapat digunakan untuk amplifikasi urutan nukleotida,

menentukan kondisi urutan nukleotida suatu DNA yang mengalami mutasi

(Nurjannah, 2013).

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola pita

Andaliman (Zanthoxylum Acanthopodium D.C) berdasarkan primer OPC 07, OPD 03, OPD 20, OPM 20, OPM 09.

Kegunaan Penulisan

- Sebagai Salah Satu Syarat Melaksanakan Penelitian Untuk Mendapatkan Gelar

Sarjana Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Fungsi : Menyatakan tentang sebuah tindakan yang akan selesai Dilakukan pada waktu tertentu dimasa datang. Keterangan waktu yang digunakan, misalnya: By the end of

Penambahan Tepung Paci-Paci (Leucas Lavandulaefolia) Pada Pakan Terhadap Moralitas dan Gambaran Darah Benih Ikan Nilem ( Osteochilus Hasselti) Yang Diuji Tantang

Mengatur mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan Pegawai Tidak Tetap yang dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan

Oleh karenanya untuk dapat menetukan pihak yang bertanggung jawab atas kerusakan barang maka secara tekhnis operasonal dalam setiap proses peralihan dari satu pihak ke pihak lainnya

Di samping itu berbagai faktor yang terkait dengan kondisi faktual yang ada di Kota Padang dibandingkan dengan ancaman bencana gempa dan tsunami di Kota Padang,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “Representasi Seksualitas” dalam lirik lagu “LAGU GITUAN” yang dibawakan oleh grup rap KungPow Chickens pada album “Alit Da

Peserta diklat dapat memahami dan mampu mengelas sambungan sudut (fillet) plat baja karbon rendah untuk posisi mendatar, tegak dan diatas kepala. Untuk mendapatkan sambungan