PERTANGGUNGJAWABAN
ANGGARAN PENELITIAN
Joseph Heryanto S
Kepala
BENDAHARA
PPSPM
PPK
Pengguna Anggaran (PA)
2. mengatur lebih lanjut
pelaksanaan anggaran yang menjadi
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
Prinsip
Kewenangan
Tanggungjawab
Formal
Tanggungjawab material
1. Bersifat ex-officio
2. Tidak terikat periode tahun anggaran
3. Dlm kondisi tertentu, dpt merangkap PPK atau PPSPM 4. Penujukan
berakhir jika tidak ada alokasi tahun
berikutnya
Pasal 8
PP 45 Tahun
2013 tentang
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Prinsip
Kewenangan
Tanggungjawab
1. Melaksanaan
kewenangan KPA melakukan tindakan berakibat beban anggaran
2. Tidak terikat periode tahun anggaran
3. Dpt lebih dari 1 4. Tidak merangkap
PPSPM dan bendahara
Pasal 12
PP 45 Tahun 2013
tentang Tata Cara
Pelaksanaan APBN
Pejabat Penandatangan SPM (PPSPM)
Prinsip
Kewenangan
Tanggungjawab
1. Melaksanaan
kewenangan KPA melakukan
pengujian tagihan dan perintah
pembayaraan atas beban anggaran
2. Tidak terikat periode tahun anggaran
3. Satu DIPA 1 PPSPM 4. Tidak merangkap
PPK dan bendahara
Pasal 15 PP 45 Tahun 2013 :
Menguji SPP dan dok pendukung
Menolak/mengembalika n SPP jika tidak
memenuhi syarat
membebankan tagihan pada MA yg disediakan
menerbitkan SPM
Menyimpan dan
menjaga keutuhan dok hak tagih
Melaporakan pengujian dan perintah
pembayaran kpd KPA
1. Tanggungjawab terhadap
pelaksanaan
kewenangan Pasal 15 PP 45 Tahun 2013 2. Kebenaran,kelengka
pan dan keabsahan administrasi
dokumen hak tagih pembayaran/dasar penerbitan SPM dan akibat yg timbul dari pengujian yg
Bendahara
Prinsip
Tugas
Tanggungjawab
1. Ditunjuk oleh Menteri/Kepala Satker
2. Tidak terikat periode tahun anggaran
3. Tidak merangkap KPA atau Kuasa BUN 4. Pejabat fungsional 5. Harus memiliki
sertifikat
Bendahara
Penerimaan : Pasal
19
Bendahara
pengeluaran: Pasal
23
1. Secara pribadi atas uang/surat
berharga yang berada dalam pengelolaannya (BPeng)
2. Secara pribadi atas uang Pendapatan Negara yang
berada dalam pengelolaannya 3. Secara fungsional
Dasar Hukum Pengujian dan Pembayaran Tagihan
UU 17/2003 tentang Keuangan Negara
UU 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara
UU 15/2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara
PP 45/2013 tentang pelaksanaan APBN
PERPRES 54/2010 tentang PBJP dan perubahannya
PMK 190/2012 tentang pelaksanaan APBN
PMK 113/2012 tentang Perjadin Dalam Negeri dan Per DJPBN 22/2012
PMK 164/2015 tentang Perjadin Luar Negeri dan PMK 227/2016
KEP DJPB 187/2017 dan KEP DJPB 617/2017 dan KEP DJPB 658/2017 ttg AKUN
PMK 49/2017 tentang SBM 2018
ANGGARAN PENELITIAN
Bukti Pembelian (s/d 10 juta)
• Jasa Konsultansi
s.d Rp 50 juta
• Barang/Pek. Konstruksi/ Jasa Lainnya
s.d Rp 200 juta
• Jasa Konsultansi
di atas Rp 50 juta
• Barang/Pek. Konstruksi/Jasa Lainnya
di atas Rp 200 juta
• E-Purchasing
Lampiran SPBy :
A.
Pembayaran Tunai :
1. Kuitansi/bukti pembelian yang telah disahkan PPK
beserta faktur pajak dan SSP; dan
2. Nota/bukti
penerimaan
barang/jasa
atau
dokumen pendukung lainnya yang diperlukan
dan telah disahkan oleh PPK.
B. Uang Muka Kerja :
1. rencana pelaksanaan kegiatan/pembayaran;
2. rencana kebutuhan dana; dan
3. batas waktu pertanggungjawaban penggunaan
uang muka kerja, dari penerima uang muka kerja.
Lampiran SPBy :
C. BPP :
1. Penyaluran dana UP kepada BPP oleh Bendahara
Pengeluaran dilakukan berdasarkan SPBy yang
ditandatangani oleh PPK atas nama KPA yang
dilampiri rincian kebutuhan dana masing-masing
BPP.
2. Atas penyaluran dana UP bagi BPP, Bendahara
Pengeluaran membuat kuitansi/bukti penerimaan
atas penyaluran dana UP sebanyak 2 (dua)
lembar dengan ketentuan:
a. lembar ke-1 disampaikan kepada BPP sebagai
bukti bahwa dana UP telah diterima oleh BPP.
b. lembar
ke-2
disimpan
oleh
Bendahara
Pengeluaran.
PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI
PMK 113/PMK.05/2012
Lingkup Perjalanan Dinas Dalam Negeri
1. Mengatur mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban
Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan
Pegawai Tidak Tetap yang dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2. Perjalanan Dinas, meliputi:
•
a. Perjalanan Dinas Jabatan; dan
•
b. Perjalanan Dinas Pindah.
3. Pegawai Negeri, meliputi:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Calon Pegawai Negeri Sipil;
c. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
Perjalanan Dinas Jabatan
1. Perjalanan Dinas Jabatan digolongkan menjadi:
a. Perjalanan Dinas Jabatan yang melewati batas Kota; dan b. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota.
2. Batas Kota khusus untuk Provinsi DKI Jakarta meliputi kesatuan wilayah Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan.
3. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan di dalam Kota , terdiri atas:
a. Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan lebih dari 8 (delapan) jam; dan
Surat Tugas
• Perjalanan Dinas Jabatan oleh Pelaksana SPD dilakukan sesuai perintah atasan Pelaksana SPD yang tertuang dalam Surat Tugas.
• Kewenangan penerbitan Surat Tugas dapat didelegasikan kepada pejabat yang ditunjuk Surat Tugas paling sedikit mencantumkan :
a. Pemberi tugas; b. Pelaksana tugas;
c. Waktu pelaksanaan tugas; dan d. Tempat pelaksanaan tugas.
• Surat Tugas menjadi dasar penerbitan SPD oleh PPK.
• Dalam penerbitan SPD, PPK berwenang untuk menetapkan tingkat biaya Perjalanan Dinas dan alat transpor yang digunakan untuk
melaksanakan Perjalanan Dinas Jabatan yang bersangkutan dengan memperhatikan kepentingan serta tujuan Perjalanan Dinas tersebut.
Format SPD Halaman 1 (Lampiran I PMK)
Format SPD Halaman 2 (Lampiran I PMK)
Untuk PDJ yang biayanya dibebankan pada DIPA
Pelaksana SPD
ditandatangani oleh Kepala Satker atau Pejabat yang
ditunjuk pada instansi Pelaksana SPD
Untuk PDJ yang biayanya dibebankan pada DIPA Satker
Penyelenggara, tidak perlu ditandatangani oleh Kepala
Satker atau Pejabat yang ditunjuk atau Atasan
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (1)
Perjalanan Dinas Jabatan terdiri atas
komponen-komponen sebagai berikut:
a. uang harian;
b. biaya transpor;
c. biaya penginapan;
d. uang representasi;
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (2)
2) Uang harian terdiri atas: a. uang makan;
b. uang transpor lokal; dan c. uang saku.
3) Biaya transpor terdiri atas:
a. perjalanan dinas dari tempat kedudukan sampai tempat tujuan keberangkatan dan kepulangan termasuk biaya ke terminal bus/ stasiun/ bandara/pelabuhan keberangkatan; b. retribusi yang dipungut di terminal bus/stasiun/
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (3)
4) Biaya penginapan merupakan biaya yang diperlukan untuk menginap: a. di hotel; atau
b. di tempat menginap lainnya.
5) Dalam hal Pelaksana SPD tidak menggunakan biaya penginapan, berlaku ketentuan sebagai berikut:
a. Pelaksana SPD diberikan biaya penginapan sebesar 30% (tiga puluh persen) dari tarif hotel di Kota Tempat Tujuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai Standar Biaya; b. Biaya penginapan sebagaimana dimaksud pada huruf a dibayarkan
secara lumpsum.
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (4)
7) Sewa kendaraan dalam Kota dapat diberikan kepada
Pejabat Negara untuk keperluan pelaksanaan tugas di
Tempat Tujuan.
8) Sewa kendaraan sudah termasuk biaya untuk
pengemudi, bahan bakar minyak, dan pajak.
9) Biaya menjemput/mengantar jenazah meliputi biaya
bagi penjemput/pengantar, biaya pemetian dan biaya
angkutan jenazah.
10)Komponen biaya Perjalanan Dinas Jabatan
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (5)
• Biaya Perjalanan Dinas Jabatan, digolongkan dalam 3 (tiga)
tingkat, yaitu:
a. Tingkat A untuk Ketua/Wakil Ketua dan Anggota pada Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Menteri, Wakil Menteri, pejabat setingkat Menteri, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Wakil Bupati, Walikota, Wakil Walikota, Ketua/Wakil Ketua/ Anggota Komisi, Pejabat Eselon I, dan Pejabat Lainnya yang setara;
b. Tingkat B untuk Pejabat Negara Lainnya, Pejabat Eselon II, dan Pejabat Lainnya yang setara;
Biaya Perjalanan Dinas Jabatan (6)
•
Biaya Perjalanan Dinas diberikan berdasarkan tingkat
biaya Perjalanan Dinas, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. uang harian dibayarkan secara
lumpsum
dan
merupakan batas tertinggi sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Standar Biaya;
b. biaya transpor pegawai dibayarkan sesuai dengan
Biaya Riil berdasarkan Fasilitas Transpor ;
a. Biaya Perjalanan Dinas Jabatan dibayarkan sebelum
Perjalanan Dinas Jabatan dilaksanakan.
b. Dalam hal Perjalanan Dinas Jabatan harus segera
dilaksanakan, biaya Perjalanan Dinas dapat
PELAKSANAAN DAN PROSEDUR
PEMBAYARAN BIAYA PERJALANAN DINAS
1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas diberikan dalam
batas pagu anggaran yang tersedia dalam DIPA satuan
kerja berkenaan.
2) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas kepada Pelaksana
SPD paling cepat 5 (lima) hari kerja sebelum
Perjalanan Dinas dilaksanakan.
MEKANISME PEMBAYARAN
1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dilakukan melalui
mekanisme UP dan/atau mekanisme Pembayaran Langsung (LS).
2) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme LS dilakukan melalui:
a. Perikatan dengan penyedia jasa;
b. Bendahara Pengeluaran; atau
c. Pelaksana SPD.
3) Perjalanan Dinas Jabatan yang dilakukan perikatan dengan pihak penyedia jasa meliputi :
a. Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka pelaksanaan tugas
dan fungsi yang melekat pada jabatan; dan
b. Perjalanan Dinas Jabatan dalam rangka mengikuti rapat,
MEKANISME UP
1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas dengan mekanisme UP
dilakukan dengan memberikan uang muka kepada Pelaksana SPD oleh Bendahara Pengeluaran.
2) Pemberian uang muka tersebut berdasarkan persetujuan pemberian uang muka dari PPK dengan melampirkan:
a. Surat Tugas atau surat keputusan pindah;
b. Fotokopi SPD;
c. Kuitansi tanda terima uang muka; dan
KELEBIHAN/KEKURANGAN PEMBAYARAN
1) Pembayaran biaya Perjalanan Dinas Jabatan dengan mekanisme LS dilakukan melalui transfer dari Kas Negara ke rekening Bendahara Pengeluaran, pihak ketiga atau Pelaksana SPD.
2) Dalam hal biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan kepada Pelaksana SPD melebihi biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang seharusnya dipertanggungjawabkan, kelebihan biaya Perjalanan Dinas Jabatan tersebut harus disetor ke Kas Negara melalui PPK.
3) Penyetoran kelebihan pembayaran tersebut dilakukan dengan:
a. menggunakan Surat Setoran Pengembalian Belanja (SSPB) untuk tahun anggaran berjalan; atau
b. menggunakan Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) untuk tahun anggaran lalu.
4) Dalam hal biaya Perjalanan Dinas Jabatan yang dibayarkan kepada Pelaksana SPD kurang dari yang seharusnya, dapat dimintakan kekurangannya.
PERTANGGUNGJAWABAN PERJALANAN DINAS
1) Pelaksana SPD mempertanggungjawabkan pelaksanaan Perjalanan Dinas kepada pemberi tugas dan biaya Perjalanan Dinas kepada PPK paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah Perjalanan Dinas dilaksanakan.
2) Pertanggungjawaban biaya Perjalanan Dinas, disertai dengan:
a. Surat Tugas yang sah dari atasan Pelaksana SPD;
b. SPD yang telah ditandatangani oleh PPK dan pejabat di tempat pelaksanaan Perjalanan Dinas atau pihak terkait yang menjadi Tempat Tujuan Perjalanan Dinas;
c. tiket pesawat, boarding pass, airport tax, retribusi, dan bukti pembayaran moda transportasi lainnya;
d. Daftar Pengeluaran Riil sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX PMK;
e. bukti pembayaran yang sah untuk sewa kendaraan dalam Kota berupa
kuitansi atau bukti pembayaran lainnya yang dikeluarkan oleh badan usaha yang bergerak di bidang jasa penyewaan kendaraan; dan
PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI
PMK 164/PMK.05/2015
Lingkup Perjalanan Dinas Luar Negeri
1. Mengatur mengenai pelaksanaan dan pertanggungjawaban
Perjalanan Dinas bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri, dan
Pegawai Tidak Tetap yang dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
2. Perjalanan Dinas, meliputi:
•
a. Perjalanan Dinas Jabatan; dan
•
b. Perjalanan Dinas Pindah.
3. Pegawai Negeri, meliputi:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Calon Pegawai Negeri Sipil;
c. Anggota Tentara Nasional Indonesia; dan
KEWAJIBAN PERPAJAKAN
BENDAHARA PENGELUARAN
KEWAJIBAN MATERIL
KEWAJIBAN FORMIL
Menghitung
pajak terutang Mendaftarkan diriPembukuan
Memungut/Memotong
Menyetor
Melapor
Pasal 21/26 UU PPh
Pasal 22 UU PPh
Pasal 23 UU PPh
Pasal 4 (2) UU PPh
UU PPN dan PPnBM
Bea Meterai
UU KUP
Jenis
–
Jenis Pajak
Pajak Pemotongan / Pemungutan atas Penghasilan yang Diberikan Kepada Karyawan / Pegawai Tidak Tetap / Honorer dll.
Pajak Pemotongan / Pemungutan atas Pembelian Barang Oleh Bendaharawan.
Pajak Pemotongan / Pemungutan atas Pembayaran Jasa Oleh Bendaharawan
Pajak Pemotongan / Pemungutan atas Pembayaran Transaksi yang bersifatn Final Seperti Sewa Tanah/Bangunan, Jasa Konstruksi
Jatuh tempo pembayaran dan pelaporan
Pajak
Jenis Pembayaran Batas Pembayaran (Selambat-lambatnya)
Batas Pelaporan (Selambat-lambatnya)
PPh Pasal 21
PPh Pasal 23/26
PPh Pasal 4 (2)
PPh Pasal 22, bendahara
PPN/PPnBM oleh bendahara
Tanggal 10 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir
Disetor 7 (tujuh) hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran/ penyerahan barang
Disetor 7 (tujuh) hari setelah tanggal pelaksanaan pembayaran
Tanggal 20 setelah masa pajak berakhir
14 hari (paling lambat) setelah masa pajak berakhir
Akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir
Apabila tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran bertepatan dengan hari ibur, pembayaran atau penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya
Dalam hal jatuh tempo penyampaian laporan Bertepatan dengan hari libur, penyampaian Laporan wajib pajak dilakukan paling lambat pada hari kerja berikutnya tanggal jatuh tempo
PAJAK PENGHASILAN
SUBYEK PAJAK
• Pekerjaan atau jabatan
• Jasa dan
• Kegiatan
Yang Dilakukan Subjek Pajak Orang Pribadi
Atas Penghasilan Berupa:
Gaji, Upah, Honorarium, Tunjangan, dan Pembayaran lain dengan nama/bentuk apapun
Subjek Pajak DN Subjek Pajak LN
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (PTKP
)
PMK-101/PMK.010/201648
PTKP
Sebelum
Sekarang
Untuk diri pegawai
36.000.000 54.000.000
Tambahan untuk pegawai yang kawin
3.000.000
4.500.000
Tambahan untuk setiap anggota kel.
sedarah dan semenda dengan garis
keturunan lurus serta anak angkat yang
menjadi
tanggungan
pegawai
sepenuhnya (maksimal 3 anak)
3.000.000
4.500.000
TARIF PPh Pasal 21
Berdasarkan Pasal 17 UU Nomor 36 Tahun 2008)
49
Lapisan penghasilan Kena Pajak
Tarif PPh
S.d. Rp.50.000.000,-
5 %
Di atas Rp.50 juta s.d. Rp.250 juta
15 %
Di atas Rp.250 juta s.d. Rp.500 juta
25 %
Di atas Rp.500.000.000,-
30 %
a. Untuk WPOP dalam negeri yang memiliki NPWP
b. Untuk WPOP dalam negeri yang tidak memiliki NPWP lebih
tinggi 20% dari tarif WPOP yang memiliki NPWP
PPh pasal 21 atas Pejabat Negara/PNS/TNI/Polri
dan Pensiunannya
(PMK 262/PMK.03/2010)
51
Penghasilan yang dikenai PPh pasal 21
Ps 2, 3 PMK 262/PMK.03/2010
Penghasilan yang sifatnya tetap dan teratur
- Pejabat Negara (Gaji, Tunjangan, Imbalan lain)
- PNS, TNI, Polri (Gaji dan tunjangan)
- Pensiunan (Uang Pensiun dan Tunjangan)
Penghasilan lain berupa honorarium atau
imbalan lain dengan nama apapun yang menjadi
beban APBN/APBD
52
PENGHASILAN BRUTO
- GAJI KEHORMATAN - GAJI
- TUNJANGAN YG TERKAIT
- HONORARIUM - IMBALAN LAIN DGN
NAMA APAPUN
YANG DTERIMA PEJABAT NEGARA, PNS, ANGGOTA TNI/POLRI
DIKURANGI: PENGH. TETAP (IURAN PENSIUN, IURAN THT)
DIKURANGI:
BIAYA PENSIUN, 5% DARI
PENGH. BRUTO (UANG PENSIUN) MAKS Rp 2.400.000,00/THN ATAU Rp 200.000,00/BLN
PENGHASILAN NETO
PENGHASILAN KENA PAJAK
DIBEBANKAN KPD KEUANGAN NEGARA/
DAERAH
DIPOTONG PPh Ps. 21 : 0%/5%/15% DARI PENGH. BRUTO
(FINAL)
-UANG PENSIUN
- TUNJANGAN YG TERKAIT
PTKP
TARIF PS.17 UU PPh
Dikurangi
PAJAK TERUTANG
Pemotongan PPh pasal 21 atas penghasilan
yang bersifat tidak tetap dan tidak teratur
Honorarium dan imbalan lain yang dengan nama
apapun yg menjadi beban APBN/APBD, dikenai PPh
Pasal 21 bersifat final dengan tarif:
0%
1. PNS Gol I dan Gol II
2. Anggota TNI dan Polri pangkat Tambata dan Bintara 3. Pensiuannya
5%
1. PNS Gol.III
2. Anggota TNI dan Polri pangkat Perwira Pertama 3. Pensiuannya
15%
1. Pejabat Negara 2. PNS Gol.IV
3. Anggota TNI dan Polri Pangkat Perwira Menengah dan Tinggi 4. Pensiuannya
PPh pasal 21 Lainnya
(Perdirjen pajak No.32/PJ/2015)PPh Pasal 21 atas Penghasilan
Pegawai Tidak Tetap
55
Pegawai Tidak Tetap/Tenaga Kerja Lepas adalah pegawai
yang hanya menerima penghasilan apabila pegawai yang
bersangkutan bekerja berdasarkan jumlah hari bekerja,
jumlah unit pekerjaan yang dihasilkan atau penyelesaian
suatu jenis pekerjaan yang diminta oleh pemberi kerja
Pegawai kontrak/ honorer yang dibayar bulanan
Penghasilan per bulan
Penerima Upah harian, mingguan, satuan,
borongan.
kali Tarif Pasal 17
≤ Rp 450.000/hari;
TIDAK DIPOTONG
>Rp 450.000/hari; kumulatif ≤4.500.000
= 5% x (upah sehari – Rp450.000)
Saat kum >Rp 4.500.000 dan ≤10.200.000
dlm 1 bln
PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 LAINNYA
Saat kum >10.200.000
dlm 1 bln
= (disetahunkan–PTKP)/12
Penjelasan :
Tentang batasan sebesar
Rp.10.200.000,-sesuai dengan Perdirjen Pajak
No.Per-16/PJ/2016 pada pasal 15 ayat (2) disebutkan : Dalam hal jumlah penghasilan kumulatif dalam satu bulan kalender
TELAH MELEBIHI
Rp10.200.000,00 (sepuluh juta dua ratus ribu rupiah), PPh Pasal 21 dihitung dengan
57
Bukan Pegawai
Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris
Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/ti, pemain drama, penari, pemahat, pelukis dan seniman lain
Olahragawan
Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator
Pengarang, peneliti dan penerjemah
Pemberi Jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, gotografi, ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan
Agen Iklan
Pengawas atau pengelola proyek
Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara
Petugas Penjaja barang dagangan
Petugas dinas luar asuransi
Distributor perusahaan MLM
Bukan Pegawai
1. Tidak mendapat penghasilan di tempat lain
2. Ber-NPWP
(50% Jml bruto-PTKP) x Tarif Pasal 17
(lapisan tarif berdasar Jumlah PKP kumulatif)
Tarif Ps 17 X 50% x Jmlh Bruto
Berkesinambungan
50% Jml bruto x Tarif Pasal 17
(lapisan tarif berdasar 50%x
Jumlah bruto kumulatif)
Tidak
Berkesinambungan
Memenuhi syarat Tidak Memenuhi
PPh pasal 21 atas Peserta kegiatan
59
1. Peserta Perlombaan dalam segala bidang
2. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan atau
kunjungan kerja
3. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai
penyelenggara kegiatan tertentu
4. Peserta Pendidikan dan pelatihan
5. Peserta Kegiatan lainnya
Penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun :
PPh Pasal 21:
Peserta Kegiatan
TARIF PS. 17
DITERAPKAN ATAS :
PEMBAYARAN YANG BERSIFAT UTUH
DAN TIDAK DAPAT DIPECAH
62
PPh Pasal 22 adalah pajak yang dipungut
oleh Bendahara Pemerintah sehubungan
dengan pembayaran atas penyerahan
barang, dan badan-badan tertentu yang
melakukan kegiatan di bidang impor atau
kegiatan usaha di bidang lain, serta Wajib
Pajak badan tertentu untuk memungut pajak
dari pembeli atas penjualan barang yang
tergolong sangat mewah.
(UU 36/2008 PASAL 22 AYAT 1 HURUF a, b, DAN c)
63
Obyek PPh pasal 22
•
Penyerahan barang yang dibeli dari sumber dana
APBN/APBD
•
Dikecualikan dari Pemungutan PPh pasal 22
a. Pembayaran atas penyerahan barang paling
banyak 2 juta dan bukan jumlah yang
dipecah-pecah
b. Pembayaran untuk pembelian BBM, listrik, gas, air
minum, benda pos
64
SAAT PEMUNGUTAN
PADA SETIAP PELAKSANAAN
PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN
BARANG OLEH REKANAN
TARIF 1,5 %
DARI HARGA/NILAI
PEMBELIAN BARANG
66
2/9/2018
Objek PPh Pasal 23
Tarif 15% dari jumlah Bruto:
1. Dividen, 2. Bunga, 3. Royalti,
4. Hadiah, penghargaan, Bonus dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh Pasal 21 ayat (1) huruf e UU No.36/2008
Tarif 2 % dari jumlah Bruto
:
1. Sewa dan penghasilan lain penggunaan harta
2. Jasa Teknik, Jasa Manajemen, Jasa Konsultan dan
Jasa lain selain yang telah dipotong PPh Pasal 21.
68
•
Bendahara berhak melakukan pemotongan
PPh pasal 26 terhadap WP Luar Negeri yang
memperoleh pembayaran yang mana
pembayaran tersebut berasal dari
APBN/APBD
•
Obyek Pajak : dikenakan terhadap WPLN
baik orang pribadi maupun badan selain BUT
yang menerima penghasilan dari Indonesia
•
Tarif :
Penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
pribadi dengan status
wajib pajak luar negeri
,
sebagai imbalan atas pekerjaan, jasa dan kegiatan,
dikenakan PPh pasal 26 dengan
tarif : 20% x
Penghasilan bruto dan bersifat final.
Apabila WP luar negeri tersebut berubah status,
maka pemotongan PPh-nya tidak bersifat final
Contoh :
Kementerian Pendidikan membayar tenaga ahli dari Australia sebesar US$ 1.000,00 (kurs pada saat pembayaran kepada tenaga ahli tersebut US$ 1 = Rp.10.000,00).
Maka : PPh pasal 26 yang dikenakan kepada tenaga ahli tersebut adalah sebesar :
20% x (Rp.10.000,00 x 1.000,00) = Rp. 2.000.000,00
.
71
Obyek PPh pasal 4 (2)
Penghasilan dari
Jasa Kontruksi
PP 40 Tahun 2009
Penghasilan Jasa
Persewaan Tanah
dan/atau
Bangunan
PP 5 Tahun 2002
Penghasilan dari
Pengalihan Hak
atas Tanah
dan/atau
Bangunan
72
JASA KONSTRUKSI
PPh Bersifat Final
Pelaksana
Kecil Non Kecil
PPh Ps 4 ayat (2) atas Persewaan Tanah dan atau
Bangunan
• 10% (sepuluh persen)
DARI JUMLAH PEMBAYARAN ATAU JUMLAH PENERIMAAN YG MERUPAKAN BAGIAN NILAI KONTRAK TIDAK TERMASUK PPN
PPh Ps 4 ayat (2) atas Pengalihan Hak atas Tanah dan
atau Bangunan
•
2,5%
(sepuluh persen)
DARI JUMLAH Bruto
PEMBAYARAN kecuali
pengalihan kepada
Pemungutan PPN
75
BKP
JKP
Di Daerah Pabean
PKP Rekanan
Faktur Pajak
UU PPN
Pasal 1
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat
oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP
Pasal 14 (1)
Orang atau badan yang tidak dikukuhkan menjadi
76
PPN
dan
PPnBM
Objek Pajak
1. Penyerahan BKP dan atau JKP oleh PKP Rekanan 2. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah
Pabean didalam daerah Pabean
3. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean
Dikecualikan dari pemungutan PPN dan PPn BM
1. Pembayaran ≤ Rp. 1 Juta termasuk PPN dan PPn BMdan
tidak dipecah
2. Pembayaran untuk pembebasan Tanah
3. Pembayaran atas Penyerahan BKP dan atau JKP yang
menurut perundangan – undangan PPN men-dapat fasilitas PPn tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN 4. Penyerahan BBM / Non BBM oleh Pertamina
5. Pembayaran Rekening Telepon
2/9/2018 77
PPN
dan
PPnBM
Tarif
PPN = 10 % dari harga barang
Dapat diubah serendah2nya 5% dan
setinggi-tingginya 15%
Prinsip pemungutannya :
a. Bea meterai dikenakan atas dokumen;
b. Satu dokumen hanya terutang satu bea
meterai;
c.Rangkap/tindasan
(yang
ikut
ditandatangani) terutang
bea meterai
sama dengan aslinya.
Pengenaan Bea Meterai
No Objek Tarif
1 Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai alat
pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat perdata.
Rp.6.000,00
2 akta-akta notaris termasuk salinannya. Rp.6.000,00
3 akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap-rangkapnya.
Rp.6.000,00
4 Surat yang memuat jumlah uang, seperti kuitansi, billing statement, dll:
a 0 s.d. Rp250.000,00;
-b Di atas Rp250.000,00 s.d. Rp1.000.000,00; Rp.3.000,00
c Di atas Rp1.000.000,00. Rp.6.000,00
Pengenaan Meterai
6 Cek dan bilyet giro. Rp.3.000,00
7 Efek atau sekumpulan efek dengan nama dan dalam bentuk apapun:
a Harga nominal Rp.250.000,00 sampai dengan Rp1.000.000,00;
Rp.3.000,00
b Harga nominal di atas Rp1.000.000,00. Rp.6.000,00
8 Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengadilan.
Rp.6.000,00
81