(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)
Oleh
DESTY PRAWATININGSIH
H24103058
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
DESTY PRAWATININGSIH
H24103058
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN MANAJEMEN
EVALUASI ANGGARAN BELANJA SEBAGAI ALAT
PENGENDALIAN KEUANGAN
(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Desty Prawatiningsih
H24103058
Menyetujui, Mei 2007
Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Dibawah bimbingan Farida Ratna Dewi.
Sebagai badan pemerintah yang memberikan pelayanan bagi masyarakat, BRSD Ciawi membutuhkan suatu strategi dalam mengelola aspek keuangan. Salah satu strategi keuangan yang dapat digunakan melalui anggaran belanja.Dengan anggaran belanja BRSD Ciawi dapat merencanakan pengalokasian dana yang dibutuhkan dan dapat melakukan pengendalian keuangan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor–faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran belanja, mengetahui prosedur penyusunan anggaran belanja, menganalisis penyimpangan antara anggaran belanja dengan realisasi, serta mengevaluasi penyimpangan yang terjadi pada anggaran belanja tahun 2005 dan 2006. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak rumah sakit. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data keuangan yang dimiliki oleh rumah sakit yaitu laporan anggaran belanja tahun 2005 dan 2006. Pengolahan data menggunakan analisis varians anggaran dan t-test. Pengolahan data anggaran menggunakan bantuan software komputer Microsoft Excel 2003 untuk analisis varians, serta mengevalusi penyimpangan masih dalam batas pengendalian dengan melakukan t-test menggunakan alat bantu SPSS 10.0 serta analisis deskriptif.
iii
Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1985 di Bogor. Penulis
yang bernama lengkap Desty Prawatiningsih adalah anak pertama dari pasangan
ayahanda Erri Sumardianto dan ibunda Yuningsih.
Penulis memulai pendidikan di taman kanak-kanak Tunas Karya
PTPN XI tahun 1989 dan lulus 1991. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar
di sekolah Dasar Cibandawa tahun 1991 dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997
penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Negeri 1 Cijeruk, tamat pada tahun 2000. Penulis menamatkan pendidikan
menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Bogor, lulus pada tahun
2003. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
iv
Puji dan syukur atas segala kenikmatan yang telah dilimpahkan Allah
SWT kepada penulis, yang salah satunya berupa nikmat kesehatan sehingga
penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Evaluasi Anggaran
Belanja Sebagai Alat Pengendalian Keuangan (Studi Kasus : Badan Rumah Sakit
Daerah Ciawi) dapat penulis selesaikan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah
memberi saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun
tidak langsung sejak awal penulisan sampai akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada :
1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE. MM. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama penelitian.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS. DipI. Ing. Dea. dan Ibu Wita Juwita
Ermawati, S.TP. MM selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran
untuk perbaikan skripsi ini.
3. Bapak dr. Komar Hanifi, M.Kes. selaku Direktur BRSD Ciawi yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di BRSD Ciawi.
4. Bapak dr. Rudi Sudjono, Sp.M. selaku kepala bidang keuangan BRSD Ciawi.
5. Bapak Aep Saepurahman, S.Ip. MM. selaku kepala Sub. Bidang Anggaran
BRSD Ciawi yang telah membantu dan membimbing penulis dalam
pengumpulan data dan penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. H. Sudianta, MM., Bapak Drs. H. Andi K. Kosasih, Bapak H. E.
Supratman, SE. MBA. MM. Dari BRSD Ciawi yang telah membantu
memberikan data pada penyusunan skripsi ini.
7. Bapak, Mama, adik saya Viony, serta keluarga atas segenap daya dan upaya
selalu mendoakan, memberi dorongan dan semangat dalam penyelesaian
skripsi ini.
8. Andin, Evi, Linda, Sekar, Eva, Vika, Risa yang selalu memberikan motivasi
dan semangat selama kuliah di Departemen Manajemen.
v mahasiswa Departemen Manajemen.
11. Teman-teman Manajemen 40 terima kasih atas motivasi dan dukungannya.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih banyak
kekurangan. Selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2007
Penulis
vi
Halaman ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
1.5. Batasan Penelitian... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1. Rumah Sakit ... 5
2.1.1. Pengertian Rumah Sakit ... 5
2.2.2. Jenis-Jenis Rumah Sakit ... 5
2.2. Anggaran ... 9
2.2.1. Pengertian Anggaran ... 9
2.2.2. Fungsi Anggaran ... 10
2.2.3. Tujuan dan Manfaat Anggaran ... 11
2.2.4. Karakteristik Anggaran ... 12
2.2.5. Jenis-Jenis Anggaran ... 13
2.2.6. Metode Pembuatan Anggaran ... 15
2.2.7. Tahap-Tahap Penyusunan Anggaran... 16
2.2.8. Proses Pengendalian Anggaran ... 16
2.2.9. Akuntansi Pertanggungjawaban ... 17
2.3. Anggaran Sektor Publik ... 18
2.3.1. Pengertian Sektor Publik ... 18
2.3.2. Pengertian Anggaran Sektor Publik ... 18
2.3.3. Pengertian Anggaran Belanja ... 19
2.3.4. Fungsi Anggaran Sektor Publik... 19
2.3.5. Tujuan Anggaran sektor Publik... 21
2.3.6. Peranan Anggaran Sektor Publik... 21
2.3.7. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik ... 22
2.3.8. Jenis-Jenis Anggaran sektor Publik... 23
2.3.9. Sistem Anggaran Sektor Publik... 24
vii
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 29
3.1. Kerangka Pemikiran ... 29
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
3.3 Metode Penelitian ... 31
3.3.1. Pengumpulan Data... 31
3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data ... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 34
4.1. Gambaran Umum BRSD Ciawi... 34
4.1.1. Sejarah Singkat BRSD Ciawi ... 34
4.1.2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Fungsi BRSD Ciawi... 35
4.1.3. Letak dan Lokasi BRSD Ciawi ... 36
4.1.4. Fasilitas Pelayanan BRSD Ciawi ... 37
4.1.5. Struktur Organisasi BRSD Ciawi ... 39
4.2. Faktor - Faktor yang Menjadi Bahan Pertimbangan dalam penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi ... 41
4.3. Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi... 43
4.4. Anggaran Belanja BRSD Ciawi ... 48
4.5. Evaluasi Anggaran Belanja BRSD Ciawi Sebagai Alat Pengendalian . 4.5.1. Analisis Varians... 48
4.5.2. T-Test Anggaran Belanja BRSD Ciawi ... 61
4.5.3 Hasil Evaluasi Anggaran Belanja Sebagai Alat Pengendalian ... 65
KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
1. Kesimpulan... 68
2. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
viii
No. Halaman
1. Faktor - faktor pertimbangan dalam penyusunan anggaran belanja
BRSD Ciawi ... 43
(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)
Oleh
DESTY PRAWATININGSIH
H24103058
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
DESTY PRAWATININGSIH
H24103058
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DEPARTEMEN MANAJEMEN
EVALUASI ANGGARAN BELANJA SEBAGAI ALAT
PENGENDALIAN KEUANGAN
(STUDI KASUS : BADAN RUMAH SAKIT DAERAH CIAWI)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
Desty Prawatiningsih
H24103058
Menyetujui, Mei 2007
Farida Ratna Dewi, SE, MM Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Dr. Ir. Jono Mintarto Munandar, M.Sc Ketua Departemen
Dibawah bimbingan Farida Ratna Dewi.
Sebagai badan pemerintah yang memberikan pelayanan bagi masyarakat, BRSD Ciawi membutuhkan suatu strategi dalam mengelola aspek keuangan. Salah satu strategi keuangan yang dapat digunakan melalui anggaran belanja.Dengan anggaran belanja BRSD Ciawi dapat merencanakan pengalokasian dana yang dibutuhkan dan dapat melakukan pengendalian keuangan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor–faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan anggaran belanja, mengetahui prosedur penyusunan anggaran belanja, menganalisis penyimpangan antara anggaran belanja dengan realisasi, serta mengevaluasi penyimpangan yang terjadi pada anggaran belanja tahun 2005 dan 2006. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan wawancara dengan pihak rumah sakit. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan data keuangan yang dimiliki oleh rumah sakit yaitu laporan anggaran belanja tahun 2005 dan 2006. Pengolahan data menggunakan analisis varians anggaran dan t-test. Pengolahan data anggaran menggunakan bantuan software komputer Microsoft Excel 2003 untuk analisis varians, serta mengevalusi penyimpangan masih dalam batas pengendalian dengan melakukan t-test menggunakan alat bantu SPSS 10.0 serta analisis deskriptif.
iii
Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1985 di Bogor. Penulis
yang bernama lengkap Desty Prawatiningsih adalah anak pertama dari pasangan
ayahanda Erri Sumardianto dan ibunda Yuningsih.
Penulis memulai pendidikan di taman kanak-kanak Tunas Karya
PTPN XI tahun 1989 dan lulus 1991. Kemudian melanjutkan ke pendidikan dasar
di sekolah Dasar Cibandawa tahun 1991 dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997
penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
Negeri 1 Cijeruk, tamat pada tahun 2000. Penulis menamatkan pendidikan
menengah atas pada Sekolah Menengah Umum Negeri 3 Bogor, lulus pada tahun
2003. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan studi di Institut Pertanian
Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
iv
Puji dan syukur atas segala kenikmatan yang telah dilimpahkan Allah
SWT kepada penulis, yang salah satunya berupa nikmat kesehatan sehingga
penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Evaluasi Anggaran
Belanja Sebagai Alat Pengendalian Keuangan (Studi Kasus : Badan Rumah Sakit
Daerah Ciawi) dapat penulis selesaikan.
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah
memberi saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun
tidak langsung sejak awal penulisan sampai akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terima kasih kepada :
1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE. MM. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama penelitian.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS. DipI. Ing. Dea. dan Ibu Wita Juwita
Ermawati, S.TP. MM selaku dosen penguji yang memberikan kritik dan saran
untuk perbaikan skripsi ini.
3. Bapak dr. Komar Hanifi, M.Kes. selaku Direktur BRSD Ciawi yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di BRSD Ciawi.
4. Bapak dr. Rudi Sudjono, Sp.M. selaku kepala bidang keuangan BRSD Ciawi.
5. Bapak Aep Saepurahman, S.Ip. MM. selaku kepala Sub. Bidang Anggaran
BRSD Ciawi yang telah membantu dan membimbing penulis dalam
pengumpulan data dan penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Drs. H. Sudianta, MM., Bapak Drs. H. Andi K. Kosasih, Bapak H. E.
Supratman, SE. MBA. MM. Dari BRSD Ciawi yang telah membantu
memberikan data pada penyusunan skripsi ini.
7. Bapak, Mama, adik saya Viony, serta keluarga atas segenap daya dan upaya
selalu mendoakan, memberi dorongan dan semangat dalam penyelesaian
skripsi ini.
8. Andin, Evi, Linda, Sekar, Eva, Vika, Risa yang selalu memberikan motivasi
dan semangat selama kuliah di Departemen Manajemen.
v mahasiswa Departemen Manajemen.
11. Teman-teman Manajemen 40 terima kasih atas motivasi dan dukungannya.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih banyak
kekurangan. Selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun, sehingga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Mei 2007
Penulis
vi
Halaman ABSTRAK
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
1.5. Batasan Penelitian... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA... 5
2.1. Rumah Sakit ... 5
2.1.1. Pengertian Rumah Sakit ... 5
2.2.2. Jenis-Jenis Rumah Sakit ... 5
2.2. Anggaran ... 9
2.2.1. Pengertian Anggaran ... 9
2.2.2. Fungsi Anggaran ... 10
2.2.3. Tujuan dan Manfaat Anggaran ... 11
2.2.4. Karakteristik Anggaran ... 12
2.2.5. Jenis-Jenis Anggaran ... 13
2.2.6. Metode Pembuatan Anggaran ... 15
2.2.7. Tahap-Tahap Penyusunan Anggaran... 16
2.2.8. Proses Pengendalian Anggaran ... 16
2.2.9. Akuntansi Pertanggungjawaban ... 17
2.3. Anggaran Sektor Publik ... 18
2.3.1. Pengertian Sektor Publik ... 18
2.3.2. Pengertian Anggaran Sektor Publik ... 18
2.3.3. Pengertian Anggaran Belanja ... 19
2.3.4. Fungsi Anggaran Sektor Publik... 19
2.3.5. Tujuan Anggaran sektor Publik... 21
2.3.6. Peranan Anggaran Sektor Publik... 21
2.3.7. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik ... 22
2.3.8. Jenis-Jenis Anggaran sektor Publik... 23
2.3.9. Sistem Anggaran Sektor Publik... 24
vii
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 29
3.1. Kerangka Pemikiran ... 29
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
3.3 Metode Penelitian ... 31
3.3.1. Pengumpulan Data... 31
3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data ... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 34
4.1. Gambaran Umum BRSD Ciawi... 34
4.1.1. Sejarah Singkat BRSD Ciawi ... 34
4.1.2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Fungsi BRSD Ciawi... 35
4.1.3. Letak dan Lokasi BRSD Ciawi ... 36
4.1.4. Fasilitas Pelayanan BRSD Ciawi ... 37
4.1.5. Struktur Organisasi BRSD Ciawi ... 39
4.2. Faktor - Faktor yang Menjadi Bahan Pertimbangan dalam penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi ... 41
4.3. Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja BRSD Ciawi... 43
4.4. Anggaran Belanja BRSD Ciawi ... 48
4.5. Evaluasi Anggaran Belanja BRSD Ciawi Sebagai Alat Pengendalian . 4.5.1. Analisis Varians... 48
4.5.2. T-Test Anggaran Belanja BRSD Ciawi ... 61
4.5.3 Hasil Evaluasi Anggaran Belanja Sebagai Alat Pengendalian ... 65
KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
1. Kesimpulan... 68
2. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 71
viii
No. Halaman
1. Faktor - faktor pertimbangan dalam penyusunan anggaran belanja
BRSD Ciawi ... 43
ix
No. Halaman
1. Kerangka pemikiran penelitian ... 30
2. Urutan penyusunan rencana anggaran satuan kerja ... 45
x
No. Halaman
1. Struktur organisasi BRSD Ciawi ... 73
2. Formulir RASK... 74
3. Analisis varians anggaran belanja BRSD Ciawi Tahun 2005 ... 83
4. Analisis varians anggaran belanja BRSD Ciawi Tahun 2006 ... 84
5. Hasil t-test anggaran belanja BRSD Ciawi 2005... 85
1.1. Latar Belakang
Perkembangan kesehatan dalam pembangunan nasional sangat
dipengaruhi oleh keadaan sosial dan ekonomi masyarakat. Dalam upaya
untuk memperluas pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka
pembangunan kesehatan harus terus ditingkatkan. Salah satu upaya
pemerintah dalam pembangunan kesehatan yaitu dengan meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap pasien yang diadakan oleh rumah sakit.
Menurut Wikipedia Indonesia (2006) rumah sakit (hospital) adalah
sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya
disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Rumah sakit
sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat
strategis dalam upaya mempercepat peningkatan kesehatan di Indonesia.
Menurut Prof. Sujudi dalam Aditama (2002) mengatakan bahwa sistem pelayanan rumah sakit yang berjalan selama ini harus ditinjau kembali untuk
mengantisipasi persaingan tingkat dunia. Rumah sakit tidak dapat lagi
dikelola dengan manajemen yang sederhana, tetapi harus mampu memenuhi
kebutuhan masyarakat yang muncul akibat perubahan-perubahan tersebut.
Rumah sakit dalam menghadapi persaingan global, serta sebagai
salah satu organisasi yang memiliki tujuan meningkatkan kualitas dan
pelayanan kepada masyarakat, membutuhkan suatu pengelolaan yang baik,
yaitu diantaranya melalui fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen
tersebut meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengendalian. Untuk menjembatani pencapaian tujuan tersebut, maka
dibutuhkan suatu alat yang termasuk sebagai fungsi perencanaan dan
pengendalian biasanya diwujudkan dalam bentuk anggaran (budget).
Menurut Mulyadi (2001) anggaran merupakan suatu rencana kerja
yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter
standar dan satuan ukuran lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun.
Anggaran merupakan suatu rencana kerja jangka pendek yang disusun
penyusunan program (programming). Anggaran merupakan suatu bentuk
perencanaan jangka pendek yang menyediakan standar yang harus dicapai
oleh manajer.
Peran anggaran sangat penting bagi setiap rumah sakit termasuk
bagi rumah sakit pemerintah. Salah satunya yaitu Rumah Sakit Daerah
Ciawi (RSD Ciawi). RSD Ciawi merupakan salah satu dari dua rumah sakit
yang berada di kabupaten Bogor. Dalam perkembangannya selama beberapa
periode, RSD Ciawi menunjukkan peningkatan yang cukup baik seperti
peningkatan sarana & prasarana rumah sakit serta peningkatan sumber daya
manusia sehingga pada tahun 2002, RSD Ciawi berubah status menjadi
Badan Rumah Sakit Daerah (BRSD) Ciawi berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Bogor No. 29 Tahun 2002.
Sebagai badan pemerintah yang memberikan pelayanan bagi
masyarakat, BRSD Ciawi membutuhkan suatu strategi dalam mengelola
aspek keuangan. Salah satu strategi yang dapat digunakan yaitu melalui
anggaran, karena dengan anggaran belanja BRSD Ciawi dapat
merencanakan pengalokasian dana jangka pendek yang dibutuhkan serta
dapat melakukan pengendalian keuangan. BRSD Ciawi dapat menggunakan
anggaran belanja sebagai alat pengendalian bagi penggunaan dananya.
Sehingga, apabila terdapat perbedaan antara anggaran belanja dengan
realisasinya dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk penyusunan
anggaran belanja tahun berikutnya atau bahan untuk perubahan anggaran
1.2. Perumusan Masalah
Penelitian ini akan mengungkapkan bagaimana prosedur
penyusunan anggaran belanja dan evaluasi terhadap realisasi jika
dibandingkan dengan anggaran belanja yang telah disusun pada BRSD
Ciawi tahun 2005-2006.
Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis
merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah faktor–faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam
penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi ?
2. Bagaimana prosedur penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi ?
3. Bagaimanakah penyimpangan antara anggaran dengan realisasi pada
anggaran belanja BRSD Ciawi ?
4. Apakah penyimpangan yang terjadi masih dalam batas pengendalian
pada anggaran belanja BRSD Ciawi ?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui faktor–faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam
penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi.
2. Mengetahui prosedur penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi.
3. Menganalisis penyimpangan antara realisasi dengan anggaran belanja
pada BRSD Ciawi.
4. Mengevaluasi penyimpangan yang terjadi pada anggaran belanja BRSD
Ciawi.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Rumah Sakit
Sebagai masukan yang bermanfaat bagi manajemen rumah sakit untuk
mengetahui kebaikan dan kelemahan yang mungkin terjadi dalam proses
penyusunan anggaran selama ini serta untuk mengadakan perbaikan–
perbaikan yang mungkin diperlukan dalam upaya meningkatkan
efektivitas dan efisiensi anggaran pada Badan Rumah Sakit Daerah
2. Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai proses penyusunan
anggaran dalam aplikasinya pada sebuah rumah sakit.
3. Masyarakat Umum
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa atau masyarakat yang
membutuhkan.
1.5. Batasan Penelitian
Penelitian ini hanya membahas mengenai anggaran belanja BRSD
Ciawi yaitu apakah faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam
penyusunan anggaran belanja pada BRSD Ciawi, bagaimana prosedur
penyusunan anggaran belanja BRSD Ciawi. Serta evaluasi terhadap realisasi
jika dibandingkan dengan anggaran belanja yang telah ditetapkan dengan
melakukan analisis varians untuk mengetahui penyimpangan yang terjadi
antara anggaran belanja dengan realisasi tahun 2005 dan 2006. Melakukan
t-test untuk mengetahui apakah penyimpangan yang terjadi masih dalam
batas pengendalian pada anggaran belanja BRSD Ciawi tahun 2005 dan
2.1. Rumah Sakit
2.1.1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut Aditama (2002) rumah sakit adalah institusi (atau
fasilitas) yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, ditambah
dengan beberapa penjelasan lain. Sementara itu, menurut SK
Menteri Kesehatan No.983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan
bahwa rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan
pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan
subspesialistik (Aditama, 2002).
Menurut Susilawati dalam Hadimitomuliani (2006) rumah
sakit merupakan pelayanan publik yang harus terus menerus
ditingkatkan pelayanannya sampai menuju pelayanan prima yaitu
pelayanan yang berorientasi atau berfokus kepada konsumen.
2.1.2. Jenis–Jenis Rumah Sakit
Menurut Wikipedia Indonesia (2006) jenis–jenis rumah sakit
sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Umum.
Melayani hampir seluruh penyakit umum, dan biasanya
memiliki institusi perawatan darurat yang siaga 24 jam (ruang
gawat darurat) untuk mengatasi bahaya dalam waktu secepatnya
dan memberikan pertolongan pertama.
2. Rumah Sakit Terspesialisasi.
Jenis ini mencakup trauma center, rumah sakit anak, rumah sakit
manula, atau rumah sakit yang melayani kepentingan khusus
seperti psychiatric (pschiatric hospital), penyakit pernapasan dan lain-lain.
3. Rumah Sakit Penelitian/Pendidikan.
Rumah sakit penelitian/pendidikan adalah rumah sakit yang
terkait dengan kegiatan penelitian dan pendidikan di fakultas
4. Rumah Sakit Lembaga/Perusahaan.
Rumah sakit yang didirikan oleh suatu lembaga/perusahaan
untuk melayani pasien-pasien yang merupakan anggota lembaga
tersebut/ karyawan perusahaan tersebut.
5. Klinik.
Fasilitas medis yang lebih kecil yang hanya melayani keluhan
tertentu. Biasanya dijalankan oleh lembaga swadaya masyarakat
atau dokter-dokter yang ingin menjalankan praktek pribadi.
Klinik biasanya hanya menerima rawat jalan.
Selain itu, menurut Trisnantoro (2005) berdasarkan
pengaruh sejarah, maka pada awal abad XXI terdapat berbagai jenis
pemilikan rumah sakit di Indonesia yaitu :
1. Rumah Sakit Milik Pemerintah.
Ada dua jenis pemilikan rumah sakit pemerintah, yaitu rumah
sakit milik pemerintah pusat (Rumah Sakit Umum Pusat atau
RSUP) dan rumah sakit milik pemerintah provinsi dan
kabupaten atau kota (Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD).
Kedua jenis rumah sakit pemerintah ini berpengaruh terhadap
gaya manajemen rumah sakit masing-masing. Rumah sakit
pemerintah pusat, mengacu kepada Departemen Kesehatan
(Depkes), sementara rumah sakit pemerintah provinsi dan
kabupaten atau kota mengacu pada stakeholders utamanya yaitu pimpinan daerah dan lembaga perwakilan masyarakat daerah.
Rumah Sakit umum daerah (RSUD) mempunyai keunikan
karena secara teknis medis berada dibawah koordinasi Depkes,
sedangkan secara kepemilikan sebenarnya berada dibawah
pemerintah provinsi atau kabupaten atau kota dengan pembinaan
kerumahtanggaan dari Departemen Dalam Negeri (Depdagri).
2. Rumah Sakit Milik Militer.
Sejarah menunjukan bahwa sebagian rumah sakit di Indonesia
berasal dari program pelayanan kesehatan milik militer di masa
rumah sakit militer yang berinduk pada Angkatan Darat (62),
Angkatan Laut (19), Angkatan Udara (19), Kepolisian (12).
Rumah sakit militer tersebut misi utama sebenarnya untuk
kesehatan militer dan persiapan perang. Pihak militer
menganggap bahwa pelayanan rumah sakit bukan urusan pokok
sehingga pendanaan rumah sakit tersebut sangat terdesentralisasi
dan akibatnya sangat tergantung pada situasi serta kondisi
lingkungan bekerja.
3. Rumah Sakit Milik Yayasan Keagamaan dan Kemanusiaan.
Di Indonesia, pemilikan rumah sakit oleh yayasan mempunyai
sejarah panjang yang bersumber dari masa kolonial Belanda,
terutama rumah sakit Kristen dan Katolik diberbagai kota,
rumah sakit swasta besar dimiliki oleh lembaga-lembaga
keagamaan misalnya: Rumah Sakit (RS) Bethesda di
Yogyakarta, RS PGI Cikini di Jakarta, RS Charitas di
Palembang, RS St. Elizabeth di Semarang, RS PKU
Muhammadiyah di Yogyakarta. Perkembangan menarik terjadi
saat ini yaitu sumbangan dana-dana kemanusiaan yang menjadi
sumber tradisional pendanaan ternyata semakin berkurang,
kecuali pada beberapa rumah sakit Islam. Filosofi pemilik rumah
sakit ini mempengaruhi pola manajemen dan situasi rumah sakit.
Sebagai contoh, rumah sakit keagamaan yang dimiliki oleh
lembaga keagamaan yang konservatif terlihat sangat berhati-hati
dalam melakukan investasi untuk pengembangan.
4. Rumah Sakit Swasta Milik Dokter.
Kepemilikan rumah sakit oleh dokter biasanya bersumber dari
prestasi klinis seorang dokter. Sebagai contoh, seorang dokter
spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dapat memiliki
rumah sakit melalui perluasan klinik spesialis kebidanan dan
penyakit kandungannya. Perluasan klinis ini dimulai dari
kesehatan anak dengan membentuk rumah sakit ibu dan anak.
sakit khusus yang dimiliki oleh dokter misalnya rumah sakit
mata, rumah sakit jiwa dan lain-lain.
5. Rumah Sakit Swasta Milik Perusahaan yang Mencari
Keuntungan.
Rumah sakit saat ini sudah dianggap sebagai tempat yang
menarik dan potensial untuk menghasilkan keuntungan. Dengan
demikian, berbagai perusahaan, terutama yang bersifat
konglomerasi memandang perlu untuk mendirikan rumah sakit
yang menguntungkan. Kecenderungan lain adalah tantangan
pendirian jaringan rumah sakit, seiring dengan ekspansi bisnis
konglomerasi. Contoh yang paling menarik adalah RS
Gleneagles Siloam di Karawaci Tangerang yang berinduk pada
kelompok perusahaan Lippo. Rumah sakit yang dikelola oleh
perusahaan untuk mencari keuntungan ini merupakan fenomena
baru yang melanda Indonesia, khususnya di Jakarta pada tahun
1980 an dan 1990 an.
6. Rumah Sakit Milik Badan Usaha Milik Negara.
Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mempunyai
rumah sakit, misalnya Pertamina, PT. Aneka Tambang,
PT Pelni, dan berbagai perusahaan perkebunan. Dengan sifat
sebagai organ BUMN, maka keadaan rumah sakit tersebut
sangat tergantung pada kondisi keuangan induknya. Rumah
Sakit (RS) Pertamina Pusat terkenal sebagai rumah sakit yang
memiliki peralatan dengan teknologi tinggi karena Pertamina
mampu membiayainya dan mempunyai segmen masyarakat
yang menuntut penyediaan peralatan dengan teknologi tinggi.
Sebaliknya, kondisi PT Timah yang pernah mempunyai masa
sulit, mempengaruhi rumah sakitnya hingga dalam kondisi yang
sulit untuk berkembang, sehingga rumah sakit dilepas dari
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Sitio
dalam Hadimitomuliani, 2006) pengklasifikasian jenis rumah sakit sebagai berikut :
1. Rumah Sakit Umum (RSU) adalah rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan untuk semua jenis penyakit
dari yang bersifat dasar sampai dengan sub-spesialistik
2. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) adalah rumah sakit khusus yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan jiwa.
3. Rumah Sakit Khusus (RSKh) adalah rumah sakit yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan berdasarkan penyakit
atau disiplin ilmu tertentu, meliputi Rumah Sakit Kusta (RSK),
Rumah Sakit Tuberkulosa Paru (RSTP), Rumah Sakit Mata
(RSM), Rumah sakit Orthopedi (RSO), Rumah Sakit Bersalin
(RSB), dan rumah sakit khusus lainnya seperti rumah sakit
jantung, rumah sakit kanker, dan sebagainya.
2.2. Anggaran
2.2.1. Pengertian Anggaran
Menurut Nafarin (2000) anggaran adalah suatu rencana
keuangan periodik yang disusun berdasarkan program-program yang
telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis
mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara
kuantitatif dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk
jangka waktu tertentu. Anggaran merupakan alat manajemen dalam
mencapai tujuan. Jadi anggaran bukan tujuan dan tidak dapat
menggantikan manajemen.
Menurut Hansen dan Mowen (1997) anggaran (budget)
adalah perencanaan keuangan untuk masa depan; anggaran memuat
tujuan dan tindakan dalam mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Sementara itu menurut Machintosh dan Williams (1992)
mendefinisikan anggaran sebagai alat utama bagi manajer untuk
perusahaan dalam rangka mencapai tujuan jangka perusahaan
(Syakhroza, 2000).
2.2.2. Fungsi Anggaran
Sesuai dengan fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, fungsi anggaran juga
demikian. Menurut Nafarin (2000) fungsi-fungsi anggaran :
1. Fungsi Perencanaan.
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menuntut
pemikiran yang teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih
nyata/jelas dalam unit dan uang.
2. Fungsi Pelaksanaan.
Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan,
sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam
mencapai tujuan (laba). Jadi anggaran penting untuk
menyelaraskan (koordinasi) setiap bagian kegiatan. Sehingga
tiap bagian harus melaksanakan tugasnya secara selaras, terarah,
terkoordinasi sesuai dengan yang direncanakan atau yang telah
ditetapkan dalam anggaran.
3. Fungsi Pengawasan.
Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling).
Pengawasan berarti mengevaluasi (menilai) terhadap
pelaksanaan pekerjaan, dengan cara :
1. Memperbandingkan realisasi dengan rencana (anggaran).
2. Melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu
(apabila terdapat penyimpangan yang merugikan).
Menurut Mulyadi (2001) fungsi anggaran yaitu :
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana
kerja.
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan
3. Anggaran berfungsi sebagai alat komunikasi intern yang
menghubungkan berbagai unit organisasi dalam perusahaan dan
yang menghubungkan manajer bawah dan manajer atas.
4. Anggaran berfungsi sebagai tolak ukur yang dipakai sebagai
pembanding hasil operasi sesungguhnya.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang
memungkinkan manajemen menunjuk bidang yang kuat dan
lemah bagi perusahaan.
6. Anggaran berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi dan
memotivasi manajer dan karyawan agar senantiasa bertindak
secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan organisasi.
2.2.3. Tujuan dan Manfaat Anggaran
Tujuan penyusunan anggaran menurut Nafarin (2000)
antara lain :
1. Untuk digunakan sebagai landasan yuridis formal dalam
memilih sumber dan penggunaan dana.
2. Untuk mengadakan pembatasan jumlah dana yang dicari dan
digunakan.
3. Untuk merinci jenis sumber dana yang dicari maupun jenis
penggunaan dana, sehingga dapat mempermudah pengawasan.
4. Untuk merasionalkan sumber dan penggunaan dana agar dapat
mencapai hasil yang maksimal.
5. Untuk menyempurnakan rencana yang telah disusun, karena
dengan anggaran lebih jelas dan nyata terlihat.
6. Untuk menampung dan menganalisa serta memutuskan setiap
usulan yang berkaitan dengan keuangan.
Sedangkan manfaat anggaran menurut Nafarin (2000) :
1. Segala kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama.
2. Dapat digunakan sebagai alat menilai kelebihan dan kekurangan
pegawai.
3. Dapat memotivasi pegawai.
5. Menghindari pemborosan dan pembayaran yang kurang perlu.
6. Sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan dana dapat
dimanfaatkan seefisien mungkin.
7. Alat pendidikan bagi para manajer.
2.2.4. Karakteristik Anggaran
Untuk memperoleh konsep yang lebih jelas mengenai
anggaran, berikut ini diuraikan karakteristik anggaran. Menurut Mulyadi (2001) anggaran mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Anggaran dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan selain
keuangan.
2. Anggaran umumnya mencakup jangka waktu satu tahun.
3. Anggaran berisi komitmen atau kesanggupan manajemen, yang
berarti bahwa para manajer setuju untuk menerima tanggung
jawab untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam anggaran.
4. Usulan anggaran di-review dan disetujui oleh pihak yang
berwenang lebih tinggi dari penyusun anggaran.
5. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat berubah pada kondisi
tertentu.
6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibanding
dengan anggaran dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.
Menurut Mulyadi (2001) anggaran yang baik memiliki
karakteristik berikut :
1. Anggaran disusun berdasarkan program.
Rencana jangka panjang yang dituangkan dalam program
memberikan arah kemana kegiatan perusahaan ditujukan dalam
jangka panjang. Anggaran merinci pelaksanaan program,
sehingga anggaran yang disusun setiap tahun memiliki arah
seperti yang ditetapkan dalam rencana jangka panjang.
2. Anggaran disusun berdasarkan pusat pertangungjawaban yang
3. Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
Untuk menghasilkan anggaran yang dapat berfungsi sebagai alat
perencanaan dan sekaligus sebagai alat pengendalian,
penyusunan anggaran harus memenuhi syarat berikut ini :
a. Partisipasi para manajer pusat pertanggungjawaban dalam
proses penyusunan anggaran.
b. Organisasi anggaran.
4. Penggunaan informasi akuntansi pertanggung jawaban sebagai
alat pengirim pesan dalam proses penyusunan anggaran dan
sebagai pengukur manajer dalam pelaksanaan anggaran
2.2.5. Jenis-Jenis Anggaran
Menurut Nafarin (2000) anggaran dapat dikelompokkan
dari beberapa sudut pandang berikut :
1. Menurut dasar penyusunan anggaran terdiri dari :
a. Anggaran variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan
interval (kisaran) kapasitas (aktivitas) tertentu dan pada
intinya merupakan suatu seri anggaran yang dapat
disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas (kegiatan) yang
berbeda. Misalnya anggaran penjualan disusun berkisar
antara 500 unit sampai 1.000 unit. Anggaran variabel disebut
juga dengan anggaran fleksibel.
b. Anggaran tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan
suatu tingkat kapasitas tertentu. Misalnya penjualan
direncanakan 1.000 unit, dengan demikian anggaran lainnya
dibuat berdasarkan anggaran penjualan 1.000 unit. Anggaran
tetap disebut juga dengan anggaran statis.
2. Menurut cara penyusunan anggaran terdiri dari :
a. Anggaran periodik, adalah anggaran yang disusun untuk satu
periode tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang
disusun setiap akhir periode anggaran.
b. Anggaran kontinu, adalah anggaran yang dibuat untuk
misalnya tiap bulan diadakan perbaikan, sehingga anggaran
yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.
3. Menurut jangka waktu anggaran terdiri dari :
a. Anggaran jangka pendek (anggaran taktis), adalah anggaran
yang dibuat dengan jangka waktu paling lama sampai satu
tahun. Anggaran untuk keperluan modal kerja merupakan
anggaran jangka pendek.
b. Anggaran jangka panjang (anggaran strategis), adalah
anggaran yang dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu
tahun. Anggaran untuk keperluan investasi barang modal
merupakan anggaran modal (capital budget). Anggaran
jangka panjang tidak mesti berupa anggaran modal.
Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar
penyusunan anggaran jangka pendek.
4. Menurut bidangnya anggaran terdiri dari anggaran operasional
dan anggaran keuangan. Kedua anggaran ini bila dipadukan
disebut “anggaran induk (master budget)”. Anggaran induk
mengkonsolidasikan rencana keseluruhan perusahaan untuk
jangka pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan. Anggaran
tahunan dipecah lagi menjadi anggaran triwulanan dan anggaran
triwulanan dipecah lagi menjadi anggaran bulanan.
a. Anggaran operasional adalah anggaran untuk menyusun
anggaran laporan rugi laba. Anggaran operasional antara
lain terdiri dari :
i. Anggaran penjualan
ii. Anggaran biaya pabrik
1) Anggaran biaya bahan baku
2) Anggaran biaya tenaga kerja langsung
3) Anggaran biaya overhead pabrik
iii. Anggaran beban usaha
b. Anggaran keuangan adalah anggaran untuk menyusun
anggaran neraca. Antara lain terdiri dari :
i. Anggaran kas
ii. Anggaran piutang
iii. Anggaran persediaan
iv. Anggaran utang
v. Anggaran neraca
2.2.6. Metode Pembuatan Anggaran
Menurut Harahap (1997) ditinjau dari siapa yang
membuatnya maka penyusunan anggaran dapat dilakukan dengan
cara :
1. Otoriter atau top down
Dalam metode otoriter, anggaran yang disusun dan ditetapkan
sendiri oleh pimpinan dan anggaran inilah yang harus
dilaksanakan bahwa tanpa keterlibatan bawahan dalam
penyusunannya.
2. Demokrasi atau bottom up
Dalam metode demokrasi anggaran disusun berdasarkan hasil
keputusan karyawan. Anggaran disusun mulai dari bawahan
sampai ke atasan. Bawahan diserahkan sepenuhnya menyusun
anggaran yang akan dicapainya di masa yang akan datang.
3. Campuran atau top down dan buttom up
Metode ini adalah campuran dari kedua metode diatas. Disini
perusahaan menyusun anggaran dengan memulainya dari atas
kemudian untuk selanjutnya dilengkapi dan dilanjutkan oleh
karyawan bawahan. Jadi ada pedoman dari atasan atau pimpinan
2.2.7. Tahap-Tahap Penyusunan Anggaran
Menurut Gudono (1993) tahap-tahap yang perlu dilakukan
untuk menyusun anggaran adalah sebagai berikut :
1. Manajemen puncak mengirim prinsip-prinsip penyusunan
anggaran (termasuk tujuan umum perusahaan) ke
masing-masing bagian serta membentuk komite anggaran, jika belum
memiliki komite.
2. Masing-masing bagian menyusun anggaran operasional (rencana
laba) dimulai dengan membuat ramalan penjualan dan anggaran
penjualan. Masing-masing manajer yang terlibat menerima
anggaran penjualan itu untuk dijadikan dasar penyusunan
anggaran operasionalnya sendiri. Konsultasi dengan komite
anggaran atau manajemen yang lebih tinggi sering dilakukan
pada tahap ini.
3. Negosiasi antar bagian dan komunikasi dengan pihak atasan.
4. Koordinasi dan pembahasan kembali terhadap rancangan
anggaran yang diajukan masing-masing departemen oleh komite
anggaran. Beberapa revisi mungkin dilakukan supaya terjadi
keharmonisan antara anggaran dari departemen yang satu
dengan anggaran dari departemen yang lain.
5. Persetujuan akhir dari manajemen puncak. Anggaran induk
kemudian dibagi-bagi ke setiap departemen.
2.2.8. Proses Pengendalian Anggaran
Menurut Mulyadi (2001) proses pengendalian anggaran
dilaksanakan melalui tiga tahap utama berikut :
1. Tahap Penetapan Sasaran.
Tujuan Perusahaan kemudian dirinci lebih lajut ke dalam
sasaran (goal) dan dibebankan pencapaiannya kepada manajer
tertentu dalam proses penyusunan anggarannya. Informasi
akuntansi manajemen berperan dalam tahap penetapan sasaran
manajer dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah
dirumuskan.
2. Tahap Implementasi.
Setelah sasaran ditetapkan dan ditunjuk manajer yang
bertanggung jawab atas pencapaian sasaran tersebut, serta
dialokasikan sumberdaya kepada manajer yang diberi peran
dalam mencapai sasaran anggaran, fungsi anggaran dalam
perusahaan kemudian mengkonsolidasikannya ke dalam suatu
anggaran komprehensif yang formal untuk disahkan oleh direksi
dan pemegang saham. Tahap implementasi anggaran
dilaksanakan melalui dua kegiatan penting :
a. Komunikasi Anggaran.
Manajer fungsi anggaran bertanggungjawab untuk
mengkomunikasikan anggaran yang telah disahkan kepada
para manajer jenjang menengah dan bawah.
b. Kerjasama dan Koordinasi.
3. Tahap Pengendalian dan Evaluasi Kinerja.
Sasaran anggaran tidak akan tercapai tanpa pemantauan secara
terus menerus kemajuan karyawan dalam mencapai sasaran
mereka. Dalam tahap pengendalian dan evaluasi kinerja, kierja
yang sesungguhnya dibandingkan dengan standar yang
tercantum dalam anggaran, untuk menunjukkan bidang masalah
dalam organisasi dan menyarankan tindakan pembetulan yang
memadai bagi kinerja yang berada dibawah standar.
2.2.9. Akuntansi Pertanggungjawaban
Menurut Harahap (1997) Akuntansi pertanggungjawaban
adalah suatu sistem dimana setiap bagian diatur dalam satu unit
pertanggungjawaban dan sistem pencatatan ditetapkan melaporkan
prestasi masing-masing bagian.
Realisasi dari sistem akuntansi pertanggungjawaban
jawaban merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh
seorang manajer yang bertanggungjawab sesuai bagiannya.
Pusat-pusat pertanggungjawaban dapat dibagi atas :
1. Pusat Pertanggungjawaban Biaya.
2. Pusat Pertanggungjawaban Hasil.
3. Pusat Pertanggungjawaban Laba.
4. Pusat Pertanggungjawaban Investasi.
2.3. Anggaran Sektor Publik
2.3.1. Pengertian Sektor Publik
Pengertian Sektor Publik menurut Rosjidi (2001) adalah
birokrasi dan kesatuan ekonomi yang ditangani oleh pemerintah
sesuai dengan kewenangannya dalam rangka memerankan fungsinya
untuk alokasi sumber-sumber ekonomi yang langka, redistribusi
pendapatan, pengendalian stabilitas ekonomi serta penyediaan
barang dan jasa publik yang tidak bisa disediakan oleh sektor
swasta, dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan dan
pelayanan umum kepada masyarakat (publik).
2.3.2. Pengertian Anggaran Sektor Publik
Menurut Mahsun (2006) anggaran adalah alat perencanaan
untuk masa depan yang pada umumnya mencakup jangka waktu
satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter. Anggaran ini
merupakan perencanaan jangka pendek organisasi yang
menerjemahkan berbagai program kedalam rencana keuangan
tahunan yang lebih kongkret. Usulan anggaran pada umumnya
ditelaah atau di review terlebih dahulu oleh pejabat yang lebih tinggi untuk bisa dijadikan anggaran formal. Selain itu anggaran adalah
alat ekonomi terpenting yang dimiliki pemerintah untuk
mengarahkan perkembangan sosial dan ekonomi, menjamin
kesinambungan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Menurut National Committe on Govermental Accounting
(NCGA) sekarang Govermental Accounting Standards Board
Budget adalah rencana operasi keuangan yang mencakup
estimasi pengeluaran yang diusulkan dan sumber pendapatan yang
diharapkan untuk membiayainya dalam periode waktu tertentu.
Menurut Rosjidi (2001) budget atau anggaran dalam organisasi pemerintah sering disebut dengan financial plan, yang berarti rencana keuangan untuk membiayai suatu program atau
kegiatan.
2.3.3. Pengertian Anggaran Belanja
Menurut Handayaningrat (1982) pengertian dari anggaran
belanja adalah suatu rencana yang merupakan perkiraan tentang apa
yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Setiap anggaran
belanja menguraikan berbagai fakta khusus (spesifik) tentang
apa-apa yang direncanakan untuk dilakukan oleh unit/organisasi yang
menyusun anggaran belanja tersebut pada periode yang akan datang.
2.3.4. Fungsi Anggaran Sektor Publik
Menurut Wikipedia Indonesia (2006) anggaran sektor
publik berfungsi sebagai berikut :
1. Anggaran merupakan hasil akhir proses penyusunan rencana
kerja.
2. Anggaran merupakan cetak biru aktivitas yang akan
dilaksanakan di masa mendatang.
3. Anggaran sebagai alat komunikasi intern yang menghubungkan
berbagai unit kerja dan mekanisme kerja antar atasan dan
bawahan.
4. Anggaran sebagai pengendalian unit kerja.
5. Anggaran sebagai alat motivasi dan persuasi tindakan efektif dan
efisiensi dalam pencapaian visi organisasi.
6. Anggaran merupakan instrumen politik
Menurut Mahsun (2006) anggaran sektor publik memiliki
beberapa fungsi utama, yaitu :
1. Anggaran sebagai Alat Perencanaan.
Anggaran sektor publik dibuat untuk merencanakan tindakan
apa yang akan dilakukan oleh pemerintah, berapa biaya yang
dibutuhkan dan berapa hasil yang diperoleh dari belanja
pemerintah tersebut.
2. Anggaran sebagai Alat Pengendalian.
Anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian yang
digunakan untuk menghindari dan membatasi adanya
pengeluaran /belanja lebih (overspending), pengeluaran/belanja
kurang (underspending) dan pengeluaran /belanja yang salah
sasaran yaitu alokasi pada bidang lain yang bukan prioritas.
3. Anggaran sebagai Alat Kebijakan Fiskal.
Anggaran negara dibuat sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah
yaitu digunakan untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong
pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran sebagai Alat Politik.
Anggaran merupakan bentuk komitmen eksekutif dan
kesepakatan legislatif atas penggunaan dan publik untuk
kepentingan tertentu sehingga kegagalan dalam melaksanakan
anggaran yang telah disetujui dapat menurunkan kredibilitas
pemerintah.
6. Anggaran sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi.
Anggaran berfungsi sebagai alat koordinasi dan komunikasi
antar bagian (unit kerja) dalam pemerintah, sehingga anggaran
yang baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi
suatu unit kerja dalam pencapaian tujuan.
7. Anggaran sebagai Alat Penilai Kinerja.
Oleh karena anggaran merupakan bentuk komitmen dari
eksekuif dapat dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran
dan efisiensi pelaksanaan anggaran.
8. Anggaran sebagai Alat Motivasi.
Anggaran dapat digunakan sebagai alat memotivasi manajer dan
stafnya agar bekerja secara ekonomis, efektif, dan efisien dalam
mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
9. Anggaran sebagai Alat Untuk Menciptakan Ruang Publik.
Anggaran bisa berfungsi sebagai media bagi masyarakat, LSM,
perguruan tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan untuk
memonitor dan menyoroti rencana keuangan pemerintah
sehingga mereka bisa menyampaikan suara mereka.
2.3.5. Tujuan Anggaran Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2002) tujuan dari proses penyusunan
anggaran yaitu :
1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan
koordinasi antarbagian dalam lingkungan pemerintah.
2. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam
menyediakan barang dan jasa publik melalui proses
pemrioritasan.
3. memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas
belanja.
4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban pemerintah
kepada DPR/DPRD dan masyarakat luas.
2.3.6. Peranan Anggaran Sektor Publik
Menurut Rosjidi (2001) Budget Sektor Publik memiliki peranan sebagai :
1. Perencanaan.
Perencanaan adalah proses sistematik untuk menetapkan
aktivitas-aktivitas yang diperlukan dalam rangka mencapai
tujuan-tujuan program pada masa yang akan datang. Jadi,
merupakan kehendak pemerintah yang ditetapkan terlebih
kesejahteraan masyarakat (public welfare) dengan jalan untuk memanfaatkan sumberdaya dan dana untuk mendukung kegiatan
pembangunan jangka panjang.
2. Pengendalian.
Pengendalian yang efektif harus dilakukan secara melekat dalam
tubuh organisasi, yaitu pengendalian atau pengawasan oleh
atasan terhadap bawahannya dalam setiap jenjang pelaksanaan
tugas.
3. Evaluasi.
Setiap perencanaan kegiatan dan anggarannya agar bisa dipakai
sebagai dasar penilaian harus diciptakan acuan dalam bentuk
standar-standar. Dengan standar-standar tersebut kinerja setiap
pelaksanaan kegiatan dapat diukur dan dievaluasi yaitu : apakah
sudah sesuai dengan rencana kegiatan dan anggarannya, apakah
tidak menyimpang dari peraturan-peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan apakah sudah dilaksanakan secara
efisien dan efektif berdasarkan pembanding yang sejenis
sehingga bisa segera diakukan tindakan korektif yang diperlukan
apabila terjadi penyimpangan dan mencegah agar tidak terulang
kembali.
2.3.7. Prinsip-Prinsip Anggaran Sektor Publik
Prinsip-prinsip anggaran sektor publik menurut Wikipedia
Indonesia (2006) meliputi :
1. Otorisasi oleh Lembaga Legislatif.
Anggaran publik harus mendapatkan otorisasi dari lembaga
legislatif terlebih dahulu sebelum lembaga eksekutif dapat
membelanjakan anggaran.
2. Komprehensif.
Anggaran harus menunjukkan semua penerimaan dan
pengeluaran. Oleh karena itu, adanya non budgetair pada dasarnya menyalahi prinsip anggaran yang bersifat
3. Keutuhan Anggaran.
Semua penerimaan dan belanja harus terhimpun dalam dana
umum.
4. Nondiscretionary Appropiation.
Jumlah yang disetujui oleh dewan legislatif harus termanfaatkan
secara ekonomis, efisien dan efektif.
5. Periodik.
Anggaran merupakan suatu proses yang periodik, bisa bersifat
tahunan maupun multi tahunan.
6. Akurat.
Estimasi anggaran hendaknya tidak memasukkan cadangan yang
tersembunyi, yang dapat dijadikan sebagi kantong-kantong
pemborosan dan inefisiensi anggaran serta dapat mengakibatkan
munculnya understimate pendapatan dan Over estimate pengeluaran.
7. Jelas.
Anggaran hendaknya sederhana, dapat difahami masyarakat dan
tidak membingungkan.
8. Diketahui Publik.
Anggaran harus di informasikan kepada masyarakat luas.
2.3.8. Jenis-Jenis Anggaran Sektor Publik
Menurut Mahsun (2006) jenis-jenis anggaran sektor
publik terdiri dari :
1. Anggaran Operasional.
Anggaran operasional digunakan untuk merencanakan
kebutuhan sehari-hari dalam menjalanakan pemerintahan
misalnya anggaran untuk pengeluaran/belanja rutin. Pengeluaran
ini manfaatnya hanya untuk satu tahun anggaran dan tidak dapat
menambah asset atau kekayaan bagi perusahaan.
2. Anggaran Modal/Investasi.
Anggaran modal menunjukkan rencana jangka panjang dan
kendaraan, perabot dan sebagainya. Belanja Modal/Investasi
merupakan contoh anggaran modal. Belanja modal ini
manfaatnya cenderung melebihi satu tahun dan akan menambah
aset atau kekayaan pemerintah.
2.3.9. Sistem Anggaran Sektor Publik
Sistem anggaran sektor publik terdiri dari empat bagian
yaitu (Mahsun, 2006) :
1. Sistem Anggaran Tradisional.
Sistem anggaran tradisional mempunyai ciri utama yaitu :
a. Cara penyusunan anggaran yang didasarkan atas pendekatan
incrementalism yaitu penyusunan anggaran dilakukan hanya
dengan menambah atau mengurangi jumlah rupiah pada
item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya dengan data
tahun sebelumnya sebagai dasar besarnya penambahan atau
pengurangan tanpa dilakukan kajian secara mendalam.
b. Struktur dan susunan anggaran bersifat line-item artinya anggaran disusun berdasarkan item-item penerimaan dan
pengeluaran yang pernah digunakan pada tahun sebelumnya.
2. Sistem Anggaran Kinerja (Performance Budgeting System)
Sistem anggaran kinerja ini disusun untuk mengatasi kelemahan
yang terdapat pada anggaran tradisional, terutama kelemahan
yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat
digunakan untuk megukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan
sasaran pelayanan publik.
3. Zero Based Budgeting System
Sistem penyusunan anggaran yang benar-benar didasarkan pada
kebutuhan saat ini tanpa berpatokan pada anggaran tahun lalu.
Dengan zero based budgeting penyusunan anggaran
diasumsikan mulai dari nol sehingga item-item anggaran tahun
lalu mungkin dikurangi, ditambah, atau bahkan diganti sama
sekali dengan item-item yang baru yang sesuai dengan
4. Planning, Programing, and Budgeting System (PPBS)
Sistem penganggaran ini didasarkan pada teori sistem yang
berorientasi pada output dan tujuan dengan penekanan utama
adalah alokasi sumber daya berdasarkan analisis ekonomi.
Sistem anggaran PPBS tidak mendasarkan pada struktur
organisasi tradisonal yang terdiri dari divisi-divisi, namun
berdasarkan program yaitu pengelompokkan aktivitas untuk
mencapai tujuan tertentu.
2.3.10. Proses Penyusunan Anggaran Sektor Publik
Menurut Wikipedia Indonesia (2006) proses penyusunan
anggaran sektor publik memiliki prinsip-prinsip pokok dalam siklus
anggaran :
1. Tahap Persiapan Anggaran.
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran
atas dasar taksiran pendapatan yang tersedia. Terkait dengan
masalah tersebut, yang perlu diperhatikan adalah sebelum
menyetujui taksiran pengeluaran, hendaknya terlebih dahulu
dilakukan penaksiran pendapatan secara akurat. Selain itu, harus
disadari adanya masalah yang cukup berbahaya jika anggaran
pendapatan di estimasi pada saat bersamaan dengan pembuatan
keputusan tentang anggaran pengeluaran.
2. Tahap Ratifikasi.
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang
cukup rumit dan cukup berat. Pimpinan eksekutif dituntut tidak
hanya memiliki managerial skill namun juga harus mempunyai political skill, salesman ship, dan coalition building yang memadai. Integritas dan kesiapan mental yang tinggi dari
eksekutif sangat penting dalam tahap ini. Hal tersebut penting
karena dalam tahap ini pimpinan eksekutif harus mempunyai
kemampuan untuk menjawab dan memberikan argumentasi yang
3. Tahap Implementasi atau Pelaksanaan Anggaran.
Dalam tahap ini yang paling penting adalah harus diperhatikan
oleh manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem
(informasi) dan sistem pengendalian manajemen.
4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi.
Tahap pelaporan dan evaluasi terkait dengan aspek akuntabilitas.
Jika tahap implementasi telah didukung dengan sistem akuntansi
dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka
diharapkan tahap budget reporting and evaluation tidak akan menemukan banyak masalah.
2.4. Analisis Varians Anggaran
Menurut Harahap (1997) dalam mekanisme penerapan budget maka satu teknis yang selalu diterapkan adalah analisis varian atau analisis
penyimpangan. Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan antara
budget dengan realisasi. Perbedaan antara angka budget dengan realisasi ini
disebut penyimpangan atau varians. Apabila kita menganggap bahwa budget ataupun standar sudah benar dan akurat maka secara prinsip kita harus
mengusahakan agar realisasi harus sama dengan budget.
Menurut Mahsun (2006) analisis selisih anggaran adalah teknik
pengukuran kinerja tradisonal yang membandingkan antara anggaran
dengan realisasi tanpa melihat keberhasilan program. Pengukuran kinerja
ditekankan pada input, yaitu jika terjadinya overspending dan underspending.
Menurut Shim & Siegel (2001) analisis varians membandingkan
antara kinerja standar dengan kinerja aktual dan dapat dilakukan oleh divisi,
departemen, program, produk, wilayah atau unit tanggung jawab lainnya.
Evaluasi varians dapat dilakukan secara kuartalan, bulanan, setiap hari atau
setiap jam, tergantung pada penting atau tidaknya mengidentifikasi masalah
dengan cepat. Karena kita tidak mengetahui angka aktual hingga akhir
periode, maka varians hanya dapat dilakukan pada akhir periode. Menurut
menentukan sebab yang paling mendasarinya, kemungkinan berikut ini
perlu dipertimbangkan :
1. Varians tidak material.
2. Varians disebabkan oleh kesalahan pelaporan.
Sasaran yang direncanakan atau dianggarkan dan data aktual yang
disediakan oleh departemen akuntansi harus diperiksa kebenarannya.
3. Varians disebabkan oleh keputusan khusus manajemen.
Untuk meningkatkan efisiensi atau untuk menghadapi kemungkinan
tertentu, manajemen sering membuat keputusan yang menyebabkan
adanya varians.
4. Banyaknya varians yang dapat dijelaskan dalam hal dampak dari
faktor yang tidak dapat dikendalikan yang diidentifikasi.
5. Varians yang tidak diketahui penyebabnya harus menjadi perhatian
utama dan harus diselidiki secara teliti.
Analisis varians mencakup analisis matematis dari dua perangkat
data untuk mendapatkan pengalaman penyebab terjadinya suatu
penyimpangan. Salah satu jumlah diperlakukan sebagai dasar, standar, atau
titik pedoman. Analisis Varians mempunyai aplikasi yang luas dalam
pelaporan keuangan. Sering diaplikasikan dalam situasi sebagai berikut
(Welsch, et al., 2000) :
1. Penyelidikan varians antara hasil aktual dari periode yang berlaku dan
hasil aktual dari periode sebelumnya dianggap sebagai dasar.
2. Penyelidikan varians antara hasil aktual dan biaya standar. Biaya
standar digunakan sebagai standar.
3. penyelidikan varians antara hasil aktual dan sasaran yang
direncanakan atau dianggarkan digunakan sebagai dasar.
2.5. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Purwanto (1993) yang mengkaji penggunaan
anggaran sebagai alat pengendalian dan performance evaluation pada rumah
sakit XYZ menyatakan bahwa rumah sakit harus dapat memenuhi
keperluan dana dari menarik bayaran untuk setiap pelayanan yang diberikan.
sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah. Dalam hal ini rumah sakit untuk
memenuhi kebutuhan dana yang terus meningkat mengharuskan rumah sakit
melakukan pengendalian. Dalam melakukan pengendalian rumah sakit harus
membagi menjadi profit center dan cost center.
Hanifa (2001) meneliti mengenai anggaran sebagai alat
perencanaan dan pengendalian biaya produksi pada PT “X”. Peneliti hanya
memfokuskan pada anggaran biaya produksi. Tujuan dari penelitiannya
yaitu untuk melihat apakah proses penyusunan anggaran pada PT “X” sudah
berjalan secara efisien sehingga memperoleh anggaran yang dapat
diandalkan serta untuk mengetahui dan mengevaluasi penyimpangan yang
terjadi antara anggaran dengan realisasi. Hasil penelitian tersebut yaitu
bahwa prosedur penyusunan anggaran pada PT “X” masih belum dapat
dikatakan efisien karena penggunaan waktu penyusunan anggaran masih
terlalu lama, masih diperlukan adanya penyederhanaan tata cara pada
tahapan penyusunan anggaran, dan masih kurang kerjasama dan koordinasi
antar departemen. Selain itu, hasil penyimpangan tersebut juga
menunjukkan bahwa penyimpangan biaya antara anggaran dengan
realisasinya masih dalam batas wajar pengendalian manajemen.
Wulandari (2005) meneliti mengenai penerapan anggaran pada
badan usaha berbentuk koperasi. Penelitian dilaksanakan pada Koperasi
Karyawan Indocement (KKI). Hasil dari penelitian tersebut bahwa ada
beberapa faktor yang menyebabkan KKI menerapkan penganggaran.
Faktor-faktor tersebut terdiri dari Faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal
antara lain : memudahkan pengendalian, peningkatan SHU dan Badan
Pengawasan KKI. Faktor eksternal antara lain : tuntutan PT Indocement Tbk
dan persaingan usaha. Proses penyusunan anggaran KKI menggunakan
metode campuran yaitu Top Down dan Bottom Up. Fungsi anggaran bagi
KKI antara lain sebagai alat perencanaan, pengendalian dan pengukuran
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Rumah sakit agar tujuannya tercapai membutuhkan suatu kinerja
yang maksimal. Hal ini dilakukan dengan cara penyusunan anggaran yang
efektif dan efisien agar setiap dana yang dianggarkan dapat memberikan
kontribusi yang maksimal untuk setiap kegiatannya. Anggaran memiliki
fungsi diantaranya sebagai alat pengendalian. Salah satu anggaran yang
disusun oleh BRSD Ciawi adalah anggaran belanja. Rumah sakit dalam
menyusun anggaran belanja memiliki faktor-faktor yang dapat menjadi
bahan pertimbangan mengapa anggaran belanja tersebut dibuat dan apa
manfaat yang dapat diperoleh bagi rumah sakit apabila anggaran belanja
ditetapkan.
Pada saat menyusun anggaran BRSD Ciawi memiliki
prosedur-prosedur sebelum anggaran belanja tersebut ditetapkan. Sehingga, setelah
anggaran belanja dilaksanakan dan memperoleh hasil dari penggunaannya
yaitu berupa realisasi, maka BRSD Ciawi dapat melaksanakan evaluasi
terhadap anggarannya, yaitu dengan membandingkan antara anggaran
belanja yang disusun dengan realisasi melalui analisis varians dan
melakukan uji hipotesis yaitu t-test untuk mengetahui apakah penyimpangan
tersebut masih dalam batas pengendalian. Sehingga pada akhirnya dapat
memberikan rekomendasi terhadap hasil dari penggunaan anggaran belanja
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Pentingnya Anggaran Belanja
BRSD Ciawi
Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Faktor-Faktor yang Menjadi Bahan Pertimbangan
dalam Penyusunan Anggaran Belanja
uji t
Hasil Evaluasi Anggaran Belanja BRSD Ciawi
Evaluasi terhadap Anggaran Belanja
sebagai Alat Pengendalian
Analisis Penyimpangan
(Varians)
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di BRSD Ciawi yang berlokasi di Jalan
Raya Puncak No. 479 Ciawi Bogor. Penelitian dilaksanakan selama tiga
bulan yang dimulai dari bulan Januari sampai dengan Maret 2007.
3.3. Metode Penelitian
3.3.1. Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil pengamatan dan
wawancara dengan pihak rumah sakit atau pihak-pihak lainnya yang
berhubungan dengan masalah rumah sakit (key-informants), serta
hasil pencatatan lapangan. Data sekunder diperoleh dari
pengumpulan data keuangan yang dimiliki oleh rumah sakit dan
berbagai sumber kepustakaan mengenai anggaran.
3.3.2. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data menggunakan analisis varians anggaran.
Dasar penilaiannya yaitu dengan penyelidikan varians antara
realisasi dengan sasaran yang direncanakan atau dianggarkan.
Dalam anggaran biaya, jika biaya realisasi lebih besar daripada
budget maka dianggap tidak menguntungkan (unfavorable). Sebaliknya jika realisasi lebih rendah dari anggaran, maka dianggap
menguntungkan (favorable). Pengolahan data anggaran tersebut
menggunakan software komputer Microsoft Excel 2003 untuk
analisis varians dan mengukur apakah penyimpangan anggaran
belanja masih dalam batas pengendalian dengan melakukan uji t
menggunakan alat bantu software Statistical Packages for The Social Sciences SPSS 10.0 serta analisis deskriptif.
Uji hipotesis dengan menggunakan t-test untuk mengukur
apakah penyimpangan anggaran dengan realisasi masih dalam batas
pengendalian. Menurut Riduwan (2005) tujuan dari uji t adalah
untuk membandingkan apakah kedua data (variabel) tersebut sama
atau berbeda.Langkah-langkah dalam Uji t menurut Riduwan (2005)
1. Buatlah Ha dan Ho dalam uraian kalimat.
Ho : Penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dan
realisasinya masih dalam batas pengendalian.
Ha : Penyimpangan yang terjadi antara anggaran belanja dan
realisasinya tidak dalam batas pengendalian.
2. Mencari t hitung .
Rumus t :
2 n n ) 1 n ( ) 1 n ( S n 1 n 1 S x x t 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1
s
s
− + − + − = + − = Keterangan : 1X = Rataan nilai anggaran belanja
2
X = Rataan nilai realisasi anggaran belanja
n1 = Jumlah laporan anggaran belanja
n2 = Jumlah laporan realisasi belanja
X1 = Anggaran Belanja
X2 = Realisasi anggaran Belanja
S1 = Simpangan baku X1 (Anggaran Belanja)
S2 = Simpangan baku X2 (realisasi belanja)
3. Tentukan terlebih dahulu taraf signifikan (α) kemudian dicari
ttabel dengan ketentuan db = n-1.
4. Tentukan kriteria pengujian.
Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha di