PENDAHULUAN
Latar Belakang
Herbisida dapat diartikan sebagai bahan kimia yang melindungi tanaman
pertanian dengan cara mematikan atau mengganggu pertumbuhan normal gulma.
Herbisida menyediakan solusi pengendalian gulma secara tepat, ekonomis, dan
efektif. Herbisida membuat lahan dapat ditanami dengan pengolahan tanah
sesedikit mungkin, mempercepat waktu penanaman, dan menyediakan
waktu tambahan untuk mengerjakan hal lain untuk pertanian. Oleh karena
berkurangnya pengolahan tanah, erosi tanah telah berkurang dari 3,5 milyar ton
pada 1983 menjadi 1 milyar ton pada tahun 1997, juga mengurangi kemungkinan
tanah masuk ke perairan dan menurunkan kualitas air permukaan.
(Lingenfelter dan Hartwig, 2007).
Penjualan pestisida terus meningkat dari tahun ke tahun.Peningkatan
paling besar terjadi pada herbisida. Pada tabel 1 dapat dilihat perubahan
penggunaan pestisida dari tahun ke tahun dalam skala dunia . Proporsi herbisida
yang digunakan meningkat pesat, dari 34,8% pada 1960 menjaddi 47,5% pada
2000 (Zhang dkk, 2011).
Tabel 1.Perubahan pemakaian pestisida dunia (penjualan dalam juta dolar) (Zhang dkk, 2011).
Kategori 1970 1980 1990 2000
Penjualan % Penjualan % Penjualan % Penjualan %
Insektisida 1002 37,1 4025 34,7 7655 29 7559 27,9
Herbisida 939 34,8 4756 14 11625 44 12885 47,5
Fungisida
&Bakterisida
599 22,2 2181 18,8 5545 21 5306 19,6
Lainnya 159 5,9 638 5,5 1575 6 1354 5
Total 2700 100 11600 100 26400 100 27104 100
Masalah yang timbul akibat peningkatan pemakaian herbisida dapat ditinjau
dari berbagai segi. Pemakaian yang tidak tepat dan penggunaan herbisida yang sama
secara terus menerus dapat memberikan pengaruh negarif terhadap kesehatan
manusia, tumbuhan, dan hewan. Berdasarkan studi yang dilakukan, diketahui jika
populasi bakteri pengikat nitrogen Azotobacter menurun drastis setelah 7-14 hari
aplikasi herbisida (Milosevic dan Godaverica, 2002).
Kebanyakan herbisida tidak diaplikasikan ke dalam tanah secara sengaja, namun
herbisida dapat masuk ke dalam lingkungan tanah melalui 1) kontak langsung saat
aplikasi di awal musim atau aplikasi paska tanam, 2) pencucian herbisida dari vegetasi
dan 3) material tanaman mati yang terurai. Sebagai komponen yang aktif secara
biologis, herbisida dapat memberikan dampak yang tidak diinginkan dari aplikasinya
berupa perubahan populasi mikroorganisme secara signifikan.Selain itu, aktivitas bahan
aktif herbisida dapat mempengaruhi keseimbangan ekologi tanah dan mempengaruhi
produktivitas tanah (Zabaloy dkk, 2011).
Spesies yang masuk dalam genus Trichoderma adalah jamur umum yang
hidup bebas di tanah dan daerah ekosistem perakaran, dan memiliki kegunaan
beragam di industri dan bioteknologi pertanian.Beberapa spesies genus ini
digunakan secara luas sebagai agen hayati, karena sifatnya sebagai mikoparasit
dan dapat mendatangkan respon pertahanan tumbuhan dan menstimulasi
pertumbuhan tumbuhan (Villasenor dkk, 2012).
Di Indonesia, penelitian mengenai pengaruh herbisida dan konsentrasinya
terhadap mikroorganisme masih terbatas, terutama jamur bermanfaat seperti
Trichoderma sp sehingga penulis merasa tertarik untuk meneliti pengaruh
herbisida terhadap Trichoderma sp.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh beberapa jenis herbisida dengan berbagai
konsentrasi terhadap Trichodermasp.secara in vitro.
Hipotesa Penelitian
Interaksi antara konsentrasi dan bahan aktif herbisida memberikan
pengaruh nyata terhadap pertumbuhan Trichoderma sp. secara in vitro.
Kegunaan Penelitian
Mempelajari respon Trichoderma sp. terhadap pemberian berbagai bahan
aktif herbisida dengan dosis yang berbeda.