• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN pembelajaran kolabora. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN pembelajaran kolabora. docx"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATA KULIAH MODEL PEMBELAJARAN TVET

PADA MATA KULIAH DIAMPUH DAN ANALISIS INTRUKSIONALNYA

DOSEN PENGAMPUH: Prof. Dr. Suparno, M.Pd. Dr. Ridwan, M.Sc.Ed.

Disusun Oleh: Muhammad Ropianto

NIM. 16193038

PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURAN PASCASARJANA FAKULTAS TEKNIK

(2)

MODEL PEMBELAJARAN “pembelajaran kolaboratif “ Pada Mata Kuliah Pemrograman Web KELAS 5A & 5B

di STT Ibnu Sina Batam

Dosen Pengampu Mata Kuliah Pemrogram Web : Muhammad Ropianto, S.Kom, M.Kom

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Mata kuliah pemrograman web merupakan salah satu mata kuliah wajib semester 5 mahasiswa program studi teknik informatika STT Ibnu Sina Batam, mata kuliah pemrograman web, mempelajari bahasa pemrograman PHP (hypertext preprocessor). Php merupakan bahasa pemrograman bersifat server side artinya berbentuk script yang disimpan dan dijalankan pada komputer server (web server) sedangkan hasilnya dikirim ke komputer client melalui browser dalam bentuk script HTML (Hypertext Mark Up Language). Mahasiswa kelas 5A dan 5B ini merupakan kelas pekerja yang terbiasa dengan kegiatan aktif dibandingkan harus menerima ceramah dari dosen, sehingga diperlukan metode yang tepat sehingga mahasiswa dapat aktif di kelas.

(3)

Kelak, para alumni diharapkan memiliki dan menghayati karakteristik life-long learning yang menguasai hard skills, soft skills, dan life-skills yang saling mendukung. Di sisi lain, para dosen beralih fungsi, dari pengajar menjadi mitra pembelajaran maupun sebagai fasilitator (from mentor in the center to guide on the side).

B. Kajian Pustaka

STUDENT CENTRED LEARNING (SCL)

Student-centered learning (SCL) is where students work in both groups and individually to explore problems and become active knowledge workers rather than passive knowledge recipients. Harmon SW (1996) Student-centred learning describes ways of thinking about learning and teaching that emphasise student responsibility for such activities as planning learning, interacting with teachers and other students, researching, and assessing learning. Cannon, (2000)

SCL merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan mahasiswa sebagai peserta didik (subyek) aktif dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagai adult learner bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya, serta mampu belajar beyond the classroom. Kelak, para alumni diharapkan memiliki dan menghayati karakteristik life-long learning yang menguasai hard skills, soft skills, dan life-skills yang saling mendukung. Di sisi lain, para dosen beralih fungsi, dari pengajar menjadi mitra pembelajaran maupun sebagai fasilitator (from mentor in the center to guide on the side).

(4)

Taksonomi intelligent tutoring systems meliputi hubungan fungsional dosen terhadap mahasiswa (tutor, penasihat, kritik, memberi bantuan, konsultan, agen) dan aktivitas dosen (mengajar, membimbing, memberi visualisasi, menjelaskan, memberi kritik, beradu pendapat, dan bahkan “menghambat ”). Memperhatikan taksonomi tadi maka dosen yang terlibat di dalam proses pembelajaran yang berorientasi SCL perlu memiliki kompetensi yang sesuai dengan proses yang sedang berjalan. Di lain pihak, penanggung jawab institusi terdepan perlu memperhatikan seluruh aspek yang terkait dan terlibat dalam proses pembelajaran (lihat gambar) agar seluruh kebijakan (policy) didasarkan untuk menjamin terselenggaranya proses pembelajaran secara kondusif, efisien, dan efektif. Didalam proses SCL bukan hanya kompetensi dosen yang harus meningkat, tetapi perubahan paradigma dan mindset adalah merupakan hal utama. Berkaitan dengan perubahan mindset, Jordan & Spencer menyatakan bahwa “… student-centered learning demands that not only that teachers are experts in their fields but also – and more importantly -that they understand how people learn”. Lebih jauh Harmon dan Hirumi menegaskan bahwa “ …because of new emerging technologies such as networking and rapid access to vast stores of knowledge, the students can become active seekers rather than passive

recipients to knowledge”

Gambaran lain tentang perbedaan antara traditional teaching (Teaching Centre Learning) dan Student-Centered Learning adalah sebagai berikut :

(5)

dipelajari.

3 Lebih menekankan pada penguasaan materi.

Tidaj terfokus hanya pada penguasaan materi, tetapi juga mengembangkan sikap belajar (life long learning)

4 Single Media. Multimedia.

5 Fungsi dosen pemberi informasi utama dan

jawaban yang benar saja. Penekanan pada proses pengembangan pengetahuan. Kesalahan

9 Iklim belajar individual dan kompetitif.

Iklim yang dikembangkan bersifat kolaboratif, suportif dan kooperatif.

10 Hanya mahasiswa yang dianggap melakukan

(6)

proses pembelajaran. berbagai model

Student-Centered Learning memiliki potensi untuk mendorong mahasiswa belajar lebih aktif, mandiri, sesuai dengan irama belajarnya masing-masing, sesuai dengan perkembangan usia peserta didik, irama belajar mahasiswa tersebut perlu dipandu agar terus dinamis dan mempunyai tingkat kompetensi yang tinggi. Beberapa model pembelajaran SCL adalah sebagai berikut:

Small Group Discussion (SGD)

Metode diskusi merupakan model pembelajaran yang melibatkan antara kelompok mahasiswa dan kelompok mahasiswa atau kelompok mahasiswa dan pengajar untuk menganalisa, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.

(7)

(5 -10) mahasiswa, (2) memilih bahan diskusi, (3) mempresentasikan paper dan mendiskusikannya di kelas.

Role-Play and Simulation

Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih mahasiswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau sistem yang sebenarnya. Jadi dengan model ini mahasiswa mempelajari sesuatu (sistem) dengan menggunakan model.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) merancang situasi atau kegiatan yang mirip dengan sesungguhnya, bisa berupa; bermain peran, model, dan komputer, (2) Membahas pemrograma web dengan mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1) mempelajari dan menjalankan suatu peran yang ditugaskan, (2) memperaktekan atau mencoba berbagai model yang telah disiapkan (komputer, prototife, dll).

Discovery Learning

Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian kepada mahasiswa dengan tujuan supaya mahasiswa dapat mencari sendiri jawabannya tampa bantuan pengajar.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) menyediakan data atau metode untuk menelusuri pengetahuan yang akan dipelajari mahasiswa, (2) memeriksa dan memberikan ulasan terhadap hasil belajar mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1) mencari, mengumpulkan, dan menyusun informasi yang ada untuk mendeskripsikan suatu pengetahuan yang baru, (2) Mempresentasikan secara verbal dan non verbal.

(8)

Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada mahasiswa, seperti tugas membaca dan membuat ringkasan.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) memotivasi dan memfasilitasi mahasiswa, (2) memberikan arahan, bimbingan dan umpan balik kemajuan belajar mahasiswa. Sedangkan mahasiswa (1) merencanakan kegiatan belajar, melaksanakan, dan menilai pengalaman belajar sendiri, (2) inisiatif belajar dari mahasiswa sendiri.

Cooperative Learning

Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, mahasiswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, mahasiswa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

(9)

Dengan metode ini pengajar harus, (1) merancang dan memonitor proses belajar mahasiswa, (2) menyiapkan kasus atau masalah untuk diselesaikan mahasiswa secara berkelompok. Sedangkan mahasiswa (1) membahas dan menyimpulkan masalah atau tugas yang diberikan secara berkelompok (2) melakukan koordinasi dalam kelompok.

Contextual Learning (CL)

Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan mahasiswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajikan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran mahasiswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Prinsip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas mahasiswa, mahasiswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.

(10)

penilaian seobjektif-objektifnya dari berbagai aspek dengan berbagai cara).

Dengan metode ini pengajar harus, (1) menyusun tugas untuk studi mahasiswa terjun di lapangan, (2) menjelaskan bahan kajian yang bersifat teori dan mengkaitkan dengan situasi nyata atau kerja profesional. Sedangkan mahasiswa (1) Melakukan studi lapapangan atau terjun di dunia nyata untuk mempelajari kesesuaian teori (2) membahas konsep atau teori yang berkaitan dengan situasi nyata.

Problem Based Learning (PBL)

Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual mahasiswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar mahasiswa dapat berpikir optimal.

Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri.

(11)

Collaborative Learning (CbL)

Metode ini memungkinkan mahasiswa untuk mencari dan menemukan jawaban sebanyak mungkin, saling berinteraksi untuk menggali semua kemungkinan yang ada.

Dengan metode ini pengajar harus, (1) Merancang tugas yang bersifat open ended, (2) Sebagai fasilitator dan motivator. Sedangkan mahasiswa (1) Membuat rancangan proses dan bentuk penilaian berdasarkan konsensus kelompok sendiri (2) Bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan tugas.

Project Based Learning (PjBL)

Metode pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas project yang harus diselesaikan oleh mahasiswa dengan mencari sumber pustaka sendiri.

(12)

C. Desain Instukrsional

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK IBNU SINA BATAM

Mata Kuliah : Pemrograman Web Kode MK : 355KB125

Program Studi

: Teknik Informatika Penyusun : Muhammad Ropianto

Sks : 3 sks Kelompok Mata Kuliah : MKKB

1. Deskripsi Singkat

(13)

bahasa pemrograman. Sebagian besar mata kuliah ini berupa latihan-latihan secara intensif guna meningkatkan kemampuan para mahasiswa dalam mencari suatu solusi dalam permasalahan logika yang dihadapi yang dituangkan ke dalam algoritma dan diimplementasikan ke dalam suatu Bahasa pemrograman.

2. Unsur Capaian Pembelajaran

Capaian Bahan Kajian

Mampu mengimplementasikan konsep dan teori dasar matematika dengan cara menerapkannya dalam berbagai area yang berkaitan dengan sistem komputasi untuk mendukung, memodelkan, dan mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan logika.

Algorithm

Bahasa Pemrograman Web HTML dan PHP

Mampu mengembangkan sistem dengan cara melakukan perencanaan, analisis, desain, penerapan, pengujian, dan pemeliharaan sistem untuk menghasilkan sebuah solusi yang relevan, akurat, dan tepat sesuai dengan kebutuhan pengguna.

Algorithm

Bahasa Pemrograman Web HTML dan PHP

Mampu menguasai algoritma dan kompleksitas dengan cara mempelajari konsep-konsep sentral dan kecakapan yang dibutuhkan untuk merancang, menerapkan, dan menganalisis algoritma yang digunakan untuk pemodelan dan desain sistem berbasis komputer.

Algorithm

Bahasa Pemrograman Web HTML dan PHP

Mampu memanfaatkan pengetahuan dibidang sistem cerdas yang dimiliki terkait dengan pengembangan sistem cerdas yang dapat mempelajari pola data, mengekstrak informasi, kemampuan belajar, dengan tujuan untuk menghasilkan solusi yang dapat diterima secara optimal.

Algorithm

Bahasa Pemrograman Web HTML dan PHP

Mampu merancang dan membangun suatu sistem dengan

(14)

untuk menyelesaikan masalah. dan PHP Memiliki pengetahuan terhadap alat bantu, pre-processing,

pemrosesan dan post-processing terhadap data dengan melakukan analisis, memodelkan masalah dan mengimplementasikan solusi yang tepat terkait dengan pemrosesan data berbasis sistem cerdas untuk menghasilkan sistem cerdas yang adaptable, efektif, efisien, aman, dan optimal.

Algorithm

Bahasa Pemrograman Web HTML dan PHP

3. Komponen Penilaian

Logbook

Logbook untuk mata kuliah ini berupa catatan dalam bentuk hardcopy yang dibuat oleh mahasiswa tentang hal-hal yang dipelajarinya dan kegiatan praktikum yang dilaksanakannya pada sesi-sesi kuliah. Secara keseluruhan isi logbook menunjukkan pemahaman mahasiswa atas materi yang dijelaskan oleh dosen, tentang tingkat proaktif mahasiswa mencari informasi-informasi sesuai dengan bahan ajar serta kemampuan mahasiswa dalam menggunakan pengetahuan yang sudah diperoleh untuk menyelesaikan masalah. Logbook berbobot total 50%, sebagaimana disebutkan pada RPS.

Ujian Tengah Semester

(15)

Ujian Akhir Semester

Ujian Akhir Semester (UAS) untuk mata kuliah ini berupa pengujian pemahaman mahasiswa atas materi yang telah diserap oleh mahasiswa dari pertemuan pertama hingga ketujuh. Pengujian ini bisa dilaksanakan secara tertulis. UAS berbobot 25%.

Catatan

- Mahasiswa harus memiliki poin cukup pada setiap komponen. Mahasiswa yang memperoleh nilai E pada salah satu komponen atau lebih dinyatakan gagal pada mata kuliah ini.

- Pada setiap sesi kuliah, mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit kehilangan haknya atas bukti hadir.

4. Kriteria Penilaian

Penilaian dilakukan atas komponen-komponen tersebut di atas. Nilai akhir yang diperoleh mahasiswa merupakan rata-rata dari perolehan tiap komponen dengan melibatkan bobot masing-masing. Secara keseluruhan nilai ini mencerminkan tingkat keseriusan dalam proses dan hasil kerja yang diperoleh sampai dengan berakhirnya masa perkuliahan mata kuliah (yaitu sampai dengan pelaksanaan UAS).

(16)

D Merupakan perolehan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan seadanya, tidak memiliki kemauan dan tanggung jawab untuk memahami materi pada konteks mata kuliah ini.

C- Merupakan perolehan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan seadanya, tidak fokus dalam memahami materi sehingga hanya mampu menyeleseaikan sebagian dari masalah itupun dengan akurasi yang buruk.

C Merupakan perolehan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan cukup baik, berusaha memahami materi namun kurang persisten sehingga baru mampu menyeleseaikan sebagian dari masalah dengan akurasi yang kurang.

C+ Merupakan perolehan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan baik, berusaha memahami materi namun baru mampu menyeleseaikan sebagian masalah dengan akurasi cukup.

B- Merupakan perolehan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan baik, mampu memahami materi dan mampu menyelesaikan masalah dengan akurasi cukup.

B Merupakan perolehan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan baik, mampu memahami materi dan mampu menyelesaikan masalah dengan akurasi bagus.

B+ Merupakan perolehan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan baik, mampu memahami materi dan mampu menyelesaikan masalah dengan akurasi bagus.

A- Merupakan perolehan mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dengan sangat baik, memahami materi dengan sangat baik, memiliki tingkat proaktif dan kreatifitas tinggi dalam mencari informasi terkait materi, mampu menyelesaikan masalah dengan akurasi sangat baik.

(17)

5. Daftar Referensi

[MUN2012] Munir, Rinaldi, Algoritma & Pemrograman Dalam Bahasa Pascal dan C Edisi Revisi. Bandung : Informatika, 2012. [SOL2012] Solichin, Achmad, S.Kom. Pemrograman Web dengan PHP dan MySQL. Jakarta: Andi: 2012

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK IBNU SINA BATAM

Mingg

u Kemampuan Akhir yangDiharapkan Bahan Kajian(Materi Ajar) PembelajaranBentuk Kriteria/Indikator Penilaian BobotNilai

Standar Kompeten

(18)

1

- Mampu memahami target kemampuan mahasiswa yang ingin dicapai melalui mata kuliah ini.

- Mampu memahami struktur perkuliahan, garis besar tugas, UTS dan UAS.

- Mampu memahami komponen-komponen dan kriteria penilaian,

Kuliah. - Ceramah.- Tanya Jawab.

(19)

3 - Mampu memahami CSSSelector. - CSS. - Ceramah.- Tanya Jawab.

(20)

6 - Mampupembuatan template Webmenyelesaikan

8 - UTS - Gabungan bahan kajian pertemuan 1-7

- Mengerjakan soal UTS mengerti pemrograman web dengan PHP

(21)

baik pada

11 - Mampu memahami Looping,array, function pada PHP - PHP - Ceramah.- Tanya Jawab. - Latihan Soal.

(22)

baik pada

(23)

16 - UAS - Gabungan bahan kajian pertemuan 1-15

- Mengerjakan soal UAS

Mhs berhasil menjawab dengan benar seluruh soal

(24)

D. Implementasi Model pembelajaran kolaboratif pada Mata Kuliah Pemrogram Web di STT Ibnu Sina Batam Program Studi Teknik Informatik Kelas 5A & 5B

Berikut ini langkah-langkah pembelajaran kolaboratif yang dilakukan sebagai berikut:

1. Para mahasiswa dibentuk kelompok (8 Kelompok) dan diberikan topic yang berbeda dalam pemrogram web, peserta dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri.

2. Semua mahasiswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis.

3. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah yang ditemukan sendiri. 4. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan

masalah, masing-masing mahasiswa menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap.

5. Dosen menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, mahasiswa pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 20-30 menit.

6. Masing-masing mahasiswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulan.

7. Laporan masing-masing mahasiswa terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif.

8. Laporan mahasiswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan

(25)

1. Atwi Suparman (1997). Desain Instruksional. Pusat Antar Universitas., DIKTI

2. Ary Ginanjar Agustian (2002). Emotional Spritual Quotient (ESQ). Jakarta: Arga.

3. Buku Kerja, (2000), Ancangan Aplikasi Peningkatan Proses Belajar Mengajar, APTIK

4. Burton, L (1993). The Constructivist Classroom Education in Profile. Perth: Edith Cowan University.

5. Buzan, Tony (1989). Use Both Sides of Yoru Brain, 3rd ed. New York: Penguin Books.

6. Cord (2001). What is Contextual Learning. WWI Publishing Texas: Waco.

7. De Porter, Bobbi (1992). Quantum Learning. New York: Dell Publishing.

8. Ditdik SLTP (2002). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning, CTL). Jakarta.:Depdiknas.

9. Erman, S.Ar., dkk. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-FPMIPA.

10. Fischer G , Palen L. Learner-centered design: beyond “gift -wrapping”. Center forLifelong Learning & DesignUniversity of Colorado at Boulder 1999.

11. Siswomihardjo KW. Kearifan Guru Besar dalam perspektif normatif dan aktualitasnya. Focus Group Discussion: Kearifan Guru besar, Keteladanan / Budaya Panutan; Universitas Gadjah M ada, 29 Oktober 2004.

12. Cook J, Cook L. How technology enhances the quality of student -centered learning. Quality Progress 1998;31(7):59-63. 13. Gardner, Howard (1985). Frame of Mind: The Theory of Multiple

Ilntelligences. New York: Basic Bools.

(26)

15. Harsono, (2004), Kearifan dalam transformasi pembelajaran: dari teacher-centered ke student-centered learning, Makalah Seminar Implementasi nilai kearifan dalam proses pembelajaran berorientasi student-centered learning UGM.

Referensi

Dokumen terkait

Materi yang diamati adalah sistem pemeliharaan dan perkandangan yang terdapat di P.T Japfa Comfeed dengan jumlah kandang 12 fase layer umur 64 minggu dengan

Berdasarkan hasil penelitian ini responden yang paling banyak mempunyai perilaku baik dengan pengetahuan yang sedang sebanyak 9 responden (24,3 persen),

bahan pakan dinilai yang paling banyak dan praktis dalam ilmu nutrisi ternak unggas, karena pengukuran energi ini tersedia untuk semua tujuan yakni hidup

Pada form ini merupakan tampilan awal Sistem Pakar untuk mendiagnosa penyakit infeksi TBC Paru yang terdiri dari dua menu, yaitu menu pakar dan menu user. Hasil dari menu utama

Hubungan Riwayat Penyakit pada Keluarga dengan Kejadian Tuberkulosis pada Balita di RSUD Prof. diketahui bahwa dari 54 responden balita

[r]

Dengan menggunakan algoritma future extaction LPC, algoritma SVM pengklasifikasian multi-kelas one-againts-one , dan dengan menggunakan kernel linear, sistem yang dibangun

Beberapa pendapat tentang keuntungan metode elementer atau bagian yang dikemukakan oleh beberapa ahli, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa metode elementer atau bagian