• Tidak ada hasil yang ditemukan

Publikasi Majalah Fashion Vogue Sebagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Publikasi Majalah Fashion Vogue Sebagai"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Before It’s in Fashion, It’s in VOGUE !

Publikasi Majalah

Fashion

Vogue Sebagai Media Politik dan

Transformasi Sosial

Deni Aulia

Program Studi Hubungan Internasional, FISIP Universitas Brawijaya

Abstract

Over the past one hundred years, women have transformed from being a “stay at home housewife” to a “independent working-mom who can do it all herself”. How could? It’s simply because of what we call as “popular culture”, in this case, fashion magazine. Vogue, the world’s most powerful fashion magazine, helps that transformation occured. Vogue shows us how to empower women through its strong female editor, Anna Wintour, and to promote gender equality through its contents and models so that all the women are expected to be more powerful and independent in many different field. The concern of its paper is to analyze how can Vogue be very powerful and what are the “social effects of Vogue being published all over the world. Furthermore, I would like to explain the symbiosis mutualism relation between Vogue and politics, explained by power knowledge nexus.

Keyword : transformation, pop culture, Vogue, social effects, power-knowledge nexus

1. Pendahuluan

Pada era modern ini, keanekaragaman identitas yang berasal dari seluruh dunia telah terekspos secara cepat melalui apa yang disebut dengan budaya populer (pop culture). Budaya populer didefinisikan sebagai :

(2)

Before It’s in Fashion, It’s in VOGUE !

Melalui definisi yang dijelaskan oleh Delaney di atas, pop culture dapat dikatakan sebagai sebuah keadaan atau kondisi dari “budaya bersama” yang keberadaannya diakui oleh hampir seluruh masyarakat di dunia. Pop culture selanjutnya juga dijelaskan sebagai sebuah budaya yang terdiri atas berbagai aspek sosial mulai dari attitudes, behaviors, beliefs, customs

yang seringkali disebut sebagai the culture of the people (Delaney, Philosophy Now). Lebih lanjut, keberadaan pop culture tidak lepas dari peran media massa, yang mana media tersebut berperan untuk “menyebarkan” pop culture. Adapun media tersebut seperti film, musik, acara televisi, dan yang tidak kalah penting adalah majalah.

Salah satu “alat” atau media terpenting dalam “menyebarkan” pop culture yang mengekspos tentang berbagai identitas sosial adalah majalah. Majalah, pada dasarnya digunakan sebagai sebuah media untuk menginformasikan masyarakat mengenai segala hal atau berita terbaru dalam bidang yang spesifik, seperti contoh berita tentang olahraga, otomotif, ekonomi, hingga fashion. Akan tetapi, majalah tidak hanya digunakan sebagai sarana penyebar informasi saja, tetapi juga dipertimbangkan sebagai sarana mempromosikan sebuah produk ke seluruh dunia. How could a magazine promote products? Hal ini dikarenakan berbagai macam majalah ternama yang berkelas internasional dibaca oleh berbagai macam masyarakat di negara yang berbeda-beda sehingga majalah memiliki kemampuan untuk menjangkau masyarakat secara langsung, dalam hal ini para konsumen, dan selanjutnya konsumen tidak hanya akan membaca informasi yang ada di dalam majalah tetapi juga akan melihat segala macam bentuk promosi yang ada.

(3)

Before It’s in Fashion, It’s in VOGUE !

dunia fashion. Hal ini jelass terlihat dari banyaknya brand internasional yang “menumpang”

Vogue untuk mempromosikan produknya dengan harga yang tercantum mencapai empat digit. Vogue merupakan salah satu majalah fashion terpenting dan paling dikenal oleh masyarakat dunia. Vogue pertama kali dipublikasikan oleh Conde Nast Publication pada akhir abad ke- 19. Majalah ini pertama kali dipublikasikan untuk para pembaca di Amerika dan diproduksi di 18 negara berbeda. Akan tetapi, pada awal abad ke- 20, Vogue memulai debutnya di luar Amerika dimana Inggris merupakan negara non-Amerika pertama yang mempublikasikan Vogue, yang selanjutnya dikenal sebagai British Vogue (Monk, The University of Winchester). Hingga kini, Vogue telah dipublikasikan di lebih dari 20 negara di seluruh dunia dan juga dinobatkan sebagai majalah fasshion paling berpengaruh di dunia oleh The New York Times.

Penobatan Vogue sebagai majalah fashion nomor satu di dunia bukan tanpa alasan. Vogue hingga kini telah memperoleh berbagai pencapaian tinggi di dunia fashion. Vogue juga dikenal sebagai the bible of the fashion world, kitab bagi para pecinta fashion. Mengapa seluruh hal tersebut dapat terjadi pada Vogue? Jawabannya ialah Anna Wintour. Siapa yang tidak mengenal Anna Wintour? Wintour adalah editor-in-chief dari Vogue Amerika sejak tahun 1988. Dialah yang dinilai telah membuat Vogue sebagai sebuah majalah fashion eksklusif melalui berbagai strateginya. Wintour disebut-sebut sebagai orang nomor satu dalam industri fashion

karena Wintour lah yang telah membuat Vogue sebagai majalah yang sangat berpengaruh. Wintour juga lah yang menentukan isi atau konten apa saja yang harus dimuat di dalam majalah Vogue, siapa saja yang akan menjadi model di dalam majalah, hingga produk atau brand apa saja yang ditampilkan. This in, this out. Hal ini menunjukkan bahwa setiap konten yang ada di dalam Vogue sangatlah bergantung pada preferensi atau ketertarikan dari Anna Wintour sendiri, apa yang dianggap pantas dan apa yang dinilai tepat untuk dipublikasikan.

2. Pengaruh Majalah Fashion Vogue

(4)

Before It’s in Fashion, It’s in VOGUE !

Power - Knowledge Nexus

Power – Knowledge Nexus merupakan sebuah teori dalam perspektif post strukturalis. Pandangan ini menjelaskan bahwa suatu teks atau bacaan tidak dapat menerangkan apa yang ditulis oleh penulis. Artinya, teks yang dibaca akan memiliki interpretasi yang berbeda – beda antara satu pembaca dengan penulisnya serta pembaca lainnya. Dalam konteks power knowledge nexus, teks atau bacaan serta segala pengetahuan yang ada sangat erat kaitannya dengan adanya power yang dimiliki oleh penulis (power menghasilkan knowledge). Lebih lanjut, pembentukan pengetahuan, menurut Foucoult, juga dipengaruhi oleh power relation antar aktor.

Dalam kaitannya dengan Vogue, power – knowledge nexus tercermin dari bagaimana peran editor-in-chief, Anna Wintour dalam mengambil segala keputusannya terkait dengan publikasi Vogue. Seperti telah dijelaskan, sebagai orang nomor satu dalam industri fashion,

Wintour memegang kendali penuh atas Vogue dan seluruh konten yang ditampilkan di dalam majalah adalah preferensi dari Wintour sendiri. Menurut penulis, hal ini menunjukkan jabatan yang dipegang oleh Wintour sebagai editor-in-chief telah memberikan sebuah kekuasaan (power) bagi Wintour dan melalui power yang dimilikinya tersebut, Wintour memiliki kendali atas segala teks atau bacaan, gambar – gambar, serta informasi yang disampaikan oleh Vogue. Hal tersebut mencerminkan power yang dimiliki pun dapat melegitimasikan preferensi seseorang untuk diakui kebenarannya oleh orang lain yang secara tidak langsung juga telah membentuk sebuah pengetahuan baru melalui teks yang ada di dalamnya yang selanjutnya akan mempengaruhi bagaimana pembaca menginterpretasikan pesan yang disampaikan oleh Wintour melalui Vogue-nya.

Pada dasarnya, apa yang Wintour coba sampaikan melalui Vogue seringkali “diamini” oleh para pembacanya, terutama dalam hal tren fashion terbaru. Akan tetapi, Wintour tidak hanya menentukan bacaan saja, tetapi juga dalam hal iklan atau promosi produk. Peran Wintour pun terlihat semakin penting dalam industri fashion, dimana promosi suatu produk atau brand

juga ditentukan oleh Wintour. Brand yang dianggap “tidak pantas” untuk tampil di Vogue

(5)

Before It’s in Fashion, It’s in VOGUE !

Power yang dimiliki oleh Vogue juga berimplikasi secara politis. Secara umum, dalam dunia politik fashion pada dasarnya juga dijadikan sebagai sebuah instrumen atau media bagi pihak – pihak tertentu untuk meredamkan segala bentuk suara pihak lain yang berbeda. Hal ini dilakukan melalui berbagai cara, seperti menggunakan produk fashion untuk mempromosikan agenda politik pihak tertentu secara tersirat. Hal yang paling umum dilakukan adalah menggunakan pakaian sebagai media untuk menyampaikan pesan politik, seperti pakaian yang bertuliskan tentang stop kekerasan dan aspirasi suara kelompok minoritas tertentu (Morgado, 1996).

Bagaimana Vogue berperan dalam penyampaian pesan politik dari pihak tertentu? Vogue kembali memiliki peran sebagai sarana publikasi yang sangat diminati, termasuk dalam bidang politik, karena Vogue memiliki jumlah pembaca yang sangat banyak dan juga mencakup level internasional, tidak hanya di Amerika Serikat saja. Tren fashion yang menunjukkan pesan politik melalui produk – produk ternama secara tidak langsung akan disadari oleh masyarakat yang selanjutnya dapat mengkonstruksi pandangan masyarakat terhadap golongan politik tertentu. Namun demikian, lagi – lagi preferensi Anna Wintour lah yang akan “bermain” dalam penyampaian pesan politik dimana Wintour akan menampilkan produk fashion politik yang sesuai dengan pandangan pribadinya terhadap politik itu sendiri.

(6)

Before It’s in Fashion, It’s in VOGUE !

terlegitimasi dan sebaliknya Demokrat menggunakan power nya untuk mempromosikan dan mengkonstruski pandangan politik para pembaca Vogue terhadap Demokrat melalui pemilihan Michelle Obama sebagai model Vogue.

Gender Blurring

Dalam penjelasan di latar belakang, penulis telah menjelaskan tentang identitas yang terkespos melalui pop culture, dimana majalah merupakan salah satu bentuk dari pop culture itu sendiri. Pop culture, dalam hal ini majalah, telah merubah cara pandang umum masyarakat terhadap sesuatu hal yang pada akhirnya turut membantu pembentukan sebuah formasi identitas baru dalam masyarakat. Biasanya, identitas yang terbentuk melalui media majalah fashion

melibatkan wanita beserta perannya. Dalam hal ini, majalah fashion membuat wanita yang membaca artikel mengenai perkembangan fashion terbaru akan mengkonstruksi pikirannya sendiri untuk membentuk suatu identitas baru yang secara implisit ditawarkan oleh majalah tersebut.

Vogue, sebagai majalah ternama seringkali “memanjakan” pembacanya dengan berbagai macam produk fashion terbaru nan mewah dengan harga yang sangat fantastis tercantum di dalamnya. Menurut penulis, melalui hal inilah Vogue memiliki peran yang sangat signifikan dalam menggeser cara pandang masyarakat terhadap fashion itu sendiri. Sebagian besar pembaca setia Vogue yang mayoritas wanita, tidak mampu untuk membeli produk yang ditawarkan. Akan tetapi, secara perlahan cara pandang pembaca akan bergeser ke arah ingin mengikuti gaya atau

lifestyle yang diinformasikan oleh Vogue sehingga pembaca akan mencoba untuk berpenampilan seperti model yang ditampilkan ataupun merubah gaya hidup bak model tersebut. Lebih lanjut, Vogue diklaim sebagai majalah yang memberikan kekuasaan yang besar bagi wanita, terlihat dari peran Anna Wintour dan model wanita yang mencerminkan kemandirian. Secara tidak langsung, klaim ini juga akan menimbulkan dampak psikologis tersendiri bagi para pembacanya untuk dapat lebih mengedepankan peran wanita.

(7)

Before It’s in Fashion, It’s in VOGUE !

terkait kesetaraan gender bagi wanita. Peran wanita seringkali dikaitkan dengan pekerjaan rumah tangga namun pemikiran tersebut pun bergeser karena dewasa ini telah banyak wanita yang bekerja. Vogue, membantu “mengkampanyekan” keseteraan gender di masyarakat melalui produk fashion yang ditampilkan seringkali bersifat maskulin. Vogue telah membuat sebuah tren

fashion baru dimana wanita juga dapat menggunakan pakaian yang identik dengan pria, seperti tuxedo, dasi, hingga celana. Penulis menilai bahwa produk fashion memiliki peran yang sangat signifikan untuk mempromosikan kesetaraan gender karena pakaian seringkali merefleksikan perbedaan peran antara pria dan wanita. Tren fashion tidak hanya memperlihatkan model mengenakan pakaian yang umumnya dipakai oleh pria saja, tetapi Vogue juga memperlihatkan bagaimana ekspresi wajah model wanita yang terkesan maskulin dengan pakaian yang dikenakannya.

The Ideas of Beauty

Pemahaman mengenai kecantikan sangatlah dipengaruhi oleh pemikiran Barat. Banyak produk kecantikan yang mempromosikan bahwa cantik identik dengan kulit putih sehingga pemahaman ini secara tidak langsung mensiratkan bahwa bangsa atau masyarakat yang tidak berkulit putih dianggap tidak cantik. Promosi pemahaman tentang kecantikan pun juga dipengaruhi oleh peran majalah Vogue.

(8)

Before It’s in Fashion, It’s in VOGUE !

terbentuk melalui idealisme pembaca yang ingin dianggap cantik yang pada akhirnya juga berpengaruh terhadap peran serta identitas wanita.

Akan tetapi, di sisi lain, walaupun telah mengkonstruksi pembaca melalui idealisme nya, Vogue juga membantu penyebaran definisi kecantikan dalam konteks lain. Tidak hanya tentang penampilan saja, tetapi juga tentang kecantikan yang menyangkut ras dan warna kulit. Vogue sangat dikenal dengan model cover nya yang cantik tetapi Vogue juga dikenal sebagai salah satu pionir dalam menampilkan wanita berkulit hitam sebagai modelnya di berbagai edisi Vogue. Chanel Iman, Jourdan Dunn, dan Naomi Campbell adalah sederet model berkulit hitam ternama yang pernah menjadi model Vogue. Penulis beranggapan bahwa pemilihan model non- kulit putih berimplikasi pula ada pendefinisian akan kecantikan. Cantik pada akhirnya tidak lagi selalu identik dengan wanita berkulit putih, tetapi sangat bergantung pada bagaimana penampilan seseorang tersebut apapun warna kulitnya. Secara perlahan, pemahaman ini pun menyebar luas di seluruh dunia dan dapat membuat semakin kuatnya gerakan sosial terkait dengan persamaan hak asasi manusia.

3. Kesimpulan

Perkembangan pop culture dewasa ini telah menimbulkan efek yang cukup signifikan dalam berbagai bidang, seperti politik dan sosial. Majalah fashion, salah satu bentuk dari pop culture, telah mengubah berbagai cara pandang masyarakat atau pembacanya melalui berbagai informasi yang disediakan di dalam majalah. Dalam hal ini, Vogue merupakan salah satu majalah fashion yang memiliki pengaruh sangat kuat di dunia. Pengaruh kuat tersebut didapat melalui power yang dimiliki oleh editor-in-chief, Anna Wintour, dalam memilih informasi apa saja yang akan ditampilkan sehingga pembaca hanya akan mengetahui apa yang ingin diinformasikan oleh Vogue. Kekuasaan yang dimiliki Wintour telah menjadikannya sebagai orang nomor satu dalam industri fashion dunia dan hal ini berimplikasi tidak hanya di dunia

fashion saja, tetapi juga dalam bidang lain.

Power Wintour turut berpengaruh dalam pembentukan pengetahuan bagi pembacanya. Walaupun berkonsepkan fashion, Vogue secara tersirat seringkali mengangkat aspek lain, seperti politik ke dalamnya. Pemilihan Michelle Obama sebagai model, ditampilkannya produk fashion

(9)

Before It’s in Fashion, It’s in VOGUE !

pembaca. Di bidang sosial, Vogue cukup berperan dalam pembentukan identitas baru bagi pembaca wanitanya dimana segala konten yang ditampilkan sangat erat kaitannya dengan upaya redefinisi tentang peran wanita dalam masyarakat. Kekuasaan yang dimiliki oleh Wintour dengan Vogue-nya pun telah menunjukkan transformasi sosial mengenai wanita di Barat dan yang tidak kalah penting, Wintour memiliki kontrol yang sangat kuat dalam penyebaran informasi yang tersirat di dalamnya. Before it’s in fashion, it’s in Vogue!

Referensi :

Delaney, Tim. P op Culture : An Overview accessed from http://philosophynow.org/issues/64/Pop_Culture_An_Overview on June 19th 2013 Monk, Elspeth. Magazine Journalism : Vogue (The University of Winchester) accessed

from http://journalism.winchester.ac.uk/?page=254 on June 19th 2013

Morgado, M. Postmodern : Theories and concepts of contemporary culture and their implications for apparel scholars. Clothing and Textiles Research Journal 14(1) Pena, Melody A. The Impact of Postmodernism on Fashion Since 1980. (Athens : Florida

State University, 2005)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tehnik analisis tersebut diperoleh kesimpulan bahwa Kemasan Pembelajaan Pendidikan kewarganegaraan cukup berperan dalam menumbuhkan kedisiplinan Peserta didik

Kustodian Sentral Efek Indonesia announces ISIN codes for the following securities :..

endekatan tatalaksana multidisiplin san at pentin dia nosis dini dan p oteksi ketat da i pa anan sina mataha i dapat menin katkan kualitas se ta ha apan hidup pende itan a..

Form dialog open digunakan untuk memanggil atau membuka file dengan format .txt, .rtf, .doc., yang nantiya akan ditampilkan pada komponen RichEdit pada aplikasi

Penelitian ini tujuan yang hendak di capai adalah untuk mengetahui, (1) bagaimana proses pembelajar seni kaligrafi dengan menggunakan media logam pada siswa kelas XI

2) Peserta wajib membawa Kartu Peserta Ujian CPNS Tahun 2018 yang telah dicetak berwarna dan KTP Asli/Surat Keterangan Kependudukan yang diunggah dalam portal

Sebagaimana pembahasan pada fungsi transfer untuk tumpuan sederhana, jepit-jepit, dan kantilever memperlihatkan bahwa variabel ketebalan mempengaruhi karakteristik getaran

Batasan Masalah pada Perancangan dan Implementasi Aplikasi Kamus Bahasa Biak pada android yaitu menerjemahkan bahasa Biak ke bahasa Indonesia maupun sebaliknya, kamus ini