• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Model Pembelajaran Tematik Terpadu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Model Model Pembelajaran Tematik Terpadu"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

Model-Model Pembelajaran Tematik

(Terpadu) Dan Strategi Pengembangannya

Model-Model Pembelajaran Tematik (Terpadu) Dan Strategi Pengembangannya Oleh:

Junaidi Arsyad, Ahmad Syukur, M.Toguan, Suhaimah dan Nurbaiti

1. Pendahuluan

Sebuah pertanyaan penting mengawali pembahasan ini adalah apakah istilah “tematik” dan “terpadu” itu sama, mengingat kita sering mendengar kedua istilah ini digunakan secara bersamaan bahkan tumpang tindih? Agar arah pembahasan ini focus dan tidak timbul kebingungan, ada baiknya kita kaji sepintas tentang kedua istilah tersebut.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi terbaru, tematik diartikan sebagai “ berkenaan dengan tema”; dan “tema” sendiri berarti “pokok pikiran; dasar cerita (yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, mengubah sajak, dan sebagainya).”[1] Sebagai contoh, tema sandiwara ini ialah yang keji dan jahat pasti akan kalah oleh yang baik dan mulia.

Tidak jauh berbeda dengan sumber literatur lainnya, Hendro Darmawan dkk, tematik diartikan sebagai “mengenai tema; yang pokok; mengenai lagu pokok”.[2] Sedangkan terpadu berarti “sudah padu (disatukan, dilebur menjadi satu, dan sebagainya).”[3]

Dari uraian tersebut, sekilas sudah tergambar bahwa istilah tematik dan terpadu, meskipun tampak beda tetapi sesungguhnya intinya sama, yaitu sama-sama berorientasi pada proses penyatuan. Kalau tematik pada hakikatnya berorientasi pada satu wujud melalui penyesuaian dengan satu tema (objek) tertentu, maka terpadu adalah membuat wujud baru yang satu dengan cara meleburkan berbagai wujud asal yang berbeda-beda.

(2)

Untuk menyatukan persepsi, dalam makalah ini akan menggunakan istilah tematik terpadu, hal ini sejalan dengan semangat kurikulum 2013 yakni kurikulum tematik integratif. Dimana pembahasannya menyangkut hakikat, tujuan, teori yang mendasari, prinsip-prinsip pengembangannya, dasar-dasar pertimbangan, jenis strategi dan metode yang relevan serta prosedur penerapannya.

1. Hakikat Model Pembelajaran Tematik Terpadu

Pembelajaan tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Menurut Rusman, dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:[6]

1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,

2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;

3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas;

6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari matapelajaran lain;

7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Selain itu, sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik tersendiri, yakni:[7]

1. Berpusat pada anak.

2. Memberikan pengalaman langsung pada anak.

3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses.

5. Bersifat fleksibel.

(3)

Jadi dalam menerapkan model pembelajaran tematik terpadu ini, kita haruslah melakukannya dengan cara yang bersahabat, menyenangkan, dan bermakna bagi anak. Sedangkan dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, anak tidak harus di-drill, tetapi ia belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu, dan pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak.

1. Tujuan Model Pembelajaran Tematik Terpadu

Menurut Sukayati, Pembelajaran Tematik Terpadu dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, dengan tujuan siswa dapat:[8]

1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.

2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi

3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, serta menghargai pendapat orang lain.

5. Meningkatkan gairah dalam belajar; dan

6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

1. Teori yang Mendasari Model Pembelajaran Tematik

Menurut Ahmad Fawzan Rohman, Model pembelajaran tematik terpadu (PTP) yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai integrated thematic instruction (ITI) dikembangkan mula-mula di awal tahun 1970-an. Pendekatan pembelajaran tematik integratif ini sebelumnya telah dikembangkan khusus untuk anak-anak berbakat dan bertalenta (gifted and talented), anak-anak yang cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat. Akhir-akhir ini Pembelajaran Tematik Terpadu (PTP) dianggap sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif (highly effective teaching model). Keefektifan model pembelajaran tematik terpadu dapat dilihat dari kemampuannya dalam mewadahi serta menyentuh secara terpadu ranah-ranah emosi (emotional), fisik (physical), dan akademik (academic) di dalam kelas atau di lingkungan sekolah.[9]

(4)

Secara kualitatif terdapat perbedaan antara model pembelajaran tematik terpadu bila dibandingkan dengan model pembelajaran lainnya, yaitu dalam hal sifatnya yang akan memandu siswa agar dapat mencapai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher levels of thinking) atau keterampilan berpikir dengan mengoptimasi kecerdasan ganda (multiple thinking skills), sebuah proses inovatif bagi pengembangan dimensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.[11]

Menurut Uukurniawati, model pembelajaran tematik ini berdasarkan dari teori Gestalt, dimana teori ini dimotori oleh para tokoh psikologi Gestalt, (termasuk teori Piaget) yang menekankan bahwa pembelajaran itu haruslah bermakna dan menekankan juga pentingnya program pembelajaran yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak. Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan yang berorientasi pada praktik pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pembelajaran ini berangakat dari teori pembelajaran yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.[12]

Sementara itu, Pendekatan model pembelajaran tematik terpadu menekankan pada keterkaitan (linkages) dan keterhubungan (relationship) antar berbagai disiplin. Model Pembelajaran Tematik Terpadu itu sendiri setidaknya ada sepuluh macam model, yaitu:

1. Model Terhubung (The Connected Model), 2. Model Jaring Laba-Laba (The Webbed Model), 3. Model Tematik Terpadu (The Integrated Model), 4. Model Sarang (The Nested Model),

5. Model Penggalan (The Fragmented Model), 6. Model Terurut (The Sequenced Model), 7. Model Irisan (The Shared Model), 8. Model Galur (The Threaded Model),

9. Model Celupan (The Immersed Model). Dan 10. Model Jaringan Kerja (The Networked model).

Dalam Model Tematik Terpadu, hanya ada tiga model yang dikembangkan atau dikenalkan di sekolah maupun lembaga pendidikan tenaga keguruan (LPTK) di Indonesia. Ketiga model tersebut adalah (1) model keterhubungan (connected), (2) model jaring laba-laba (webbed) dan (3) model kerpaduan (integrated).

Model-Model Pembelajaran Terpadu[13]

(5)

a) Pengertian Pembelajaran model Webbed adalah pembelajaran yang pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu yang menjadi tema sentral bagi keterhubungan berbagai bidang studi.

b) Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan dari model jaring laba-laba (Webbed) meliputi:

1). Penyeleksian tema sesuai dengan minat akan memotivasi anak untuk belajar 2). lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman

3). Memudahkan perencanaan

4). Pendekatan tematik dapat memotivasi siswa dan,

5). memberikan kemudahan bagi anak didik dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.

Selain kelebihan yang dimiliki, model Webbed juga memiliki beberapa kekurangan antara lain:

1). Sulit dalam menyeleksi tema

2). Cenderung untuk merumuskan tema yang dangkal dan,

3). Dalam pembelajaran, guru lebih memusatkan perhatian pada kegiatan dari pada pengembangan konsep.

c). Contoh Model Jaring Laba-laba/Model Terjala (Webbed model)

Pada model pembelajaran tematik jaring laba-laba guru menyajikan pembelajaran dengan tema yang menghubungkan antar mata pelajaran. Model jaring laba-laba adalah pembelajaran yang mengintegrasikan materi pengajaran dan pengalaman belajar melalui keterpaduan tema. Tema menjadi pengikat keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.

1) Tahap perencanaan

Langkah perancangan pembelajaran tematik adalah langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam perancangan pembelajaran yang berorientasi dalam pembelajaran tematik. Langkah persiapan pembelajaran tematik meliputi pemetaan kompetensi dasar pada tema, menentukan tema sentral, pemetaan pokok bahasan, penentuan alokasi waktu, perumusan tujuan pembelajaran, penentuan alat dan media pembelajaran, dan perencanaan evaluasi. Berikut ini adalah contoh merencanakan pembelajaran tematik model jaring laba-laba yang dimulai dari penjabaran kompetensi dasar beberapa mata pelajaran di kelas I ke dalam indikator:

• IPA

(6)

– Menyebutkan nama bagian-bagian tubuh menceritakan kegunaan bagian bagian tubuh – Menyebutkan anggota gerak tubuh.

• Bahasa Indonesia

– Menyebutkan nama bagian-bagian tubuh. – Menceritakan kegunaan bagian bagian tubuh. – Menyebutkan anggota gerak tubuh.

• Matematika

– Membilang banyak benda.

– Membilang atau menghitung secara urut. – Menyebutkan banyak benda.

– Membandingkan dua kumpulan benda melalui istilah lebih banyak, lebih sedikit, atau sama banyak.

• IPS

– Mengiden-tifikasi identitas diri, keluarga, dan kerabat. – Menyebutkan nama lengkap dan nama panggilan. – Menyebutkan nama ayah, ibu, saudara dan wali. – Menyebutkan alamat tempat tinggal.

– Menyebutkan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.

• Kewarganegaraan

– Menjelaskan perbedaan jenis kelamin, agama dan suku bangsa. – Menyebutkan berdasarkan jenis kelamin anggota keluarga.

• Pendidikan Agama Islam

– Membiasakan perilaku terpuji. – Membiasakan perilaku jujur.

– Membiasakan perilaku bertanggung jawab.

Setelah menjabarkan KD ke dalam indikator guru menentukan tema sentral dan memetakan keterhubungan antar mata pelajaran dengan tema sentral. Berikut ini adalah jaring-jaring tema dengan tema sentral keluargaku. tema sentral dan memetakan keterhubungan antar mata pelajaran dengan tema sentral.

2. Pembelajaran Terpadu Tipe Keterkaitan (Connected) a. Pengertian

(7)

lainnya, satu kemampuan dengan kemampuan lainnya, kegiatan satu hari dengan hari lainnya, dalam satu mata pelajaran.

Model pembelajaran terpadu tipe connected atau keterhubungan pada prinsipnya mengupayakan adanya keterkaitan antara konsep, keterampilan, topik, ide, kegiatan dalam suatu bidang studi. Model ini tidak melatih siswa untuk melihat suatu fakta dari berbagai sudut pandang, karena dalam model ini keterkaitan materi hanya terbatas pada satu bidang studi saja. Model ini menghubungkan beberapa materi, atau konsep yang saling berkaitan dalam satu bidang studi. Materi yang terpisah-pisah akan tetapi mempunyai kaitan, dengan sengaja dihubungkan dan dipadukan dalam sebuah topik tertentu.

Contoh pengajaran menggunakan pembelajaran terpadu tipe terhubung (connected) :

1. Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.

2. Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, dan bunga.

3. Guru menghubungkan konsep pecahan dengan desimal, dan pecahan dengan uang, tingkatan, pembagian, rasio, dan sebagainya.

b. Kelebihan

– Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan/indikator yang digabungkan; dampak positif dari mengaitkan ide-ide dalam satu bidang studi adalah siswa memperoleh gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu.

– menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi sangat memungkinkan bagi siswa untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide secara terus menerus sehingga memudahkan untuk terjadinya proses transfer ide-ide dalam memecahkan masalah.

– Kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada indikator;

– Siswa memperoleh gambaran secara siswa dapat mengembangkan konsep-konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses internalisasi.menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus-menerus;

– Siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman, tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.

c. Kekurangan

– Model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum menggabungkan bidang-bidang pengembangan/mata pelajaran yang lain;

(8)

– Tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi dari pelajaran tetap saja terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang studi,

– Memadukan ide-ide dalam satu bidang studi, maka usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan

– Model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah dilaksanakan secara mandiri;

– Bagi guru bidang studi mungkin kurang terdorong untuk menghubungkan konsep yang terkait karena sukarnya mengatur waktu untuk merundingkannya atau karena terfokus pada keterkaitan konsep, maka pembelajaran secara global jadi terabaikan.

d. Kapan Menggunakan Connected Model

Model ini digunakan sebagai permulaan kurikulum terpadu. Guru merasa percaya diri mencari keterhubungan dalam mata pelajaran mereka (jika guru bidang studi). Mereka menjadi mau mengadaptasikan hubungan ide-ide dalam mata pelajaran yang menyeberang. Pembuatan keterhubungan juga diselesaikan secara kolaborasi dalam pertemuan guru (departement meeting) dalam hal ini dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) yang dapat terjadi lebih famillier. Guru dapat memulai model ini sebelum memasuki keterpaduan yang lebih kompleks.

3. Pembelajaran Terpadu Model Integrated (Terpadu) a. Pengertian

Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang ilmu utama dengan mencari keterampilan, konsep dan sikap yang tumpangtindih. Dalam konteks pembelajaran TK, Integrated Model adalah model pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan lintas bidang pengembangan. Model ini berusaha memberikan gambaran yang utuh pada anak tentang tujuan melakukan kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam bidang-bidang pengembangan.

Contoh penerapan pembelajaran terpadu tipe keterpaduan adalah:

Pada awalnya guru menyeleksi konsep-konsep keterampilan dan nilai sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa mata pelajaran misalnya: matematika, IPS, IPA dan Bahasa. Selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan dan nilai sikap yang memiliki keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa mata pelajaran.

b. Kelebihan

(9)

2). Memberikan kegiatan yang lebih terarah pada tiap bidang pengembangan untuk mencapai kemampuan yang telah ditentukan pada indikator;

3). Siswa merasa senang dengan adanya keterkaitan dan hubungan timbale balik antar berbagai disiplin ilmu;

4). Memperluas wawasan dan apresiasi guru.

c. Kekurangan

1). Cukup sulit dilaksanakan karena membutuhkan guru yang berkemampuan tinggi dan yakin dengan konsep dan kemampuan yang akan dikembangkan di setiap bidang pengembangan;

2). Kurang efektif karena membutuhkan kerjasama dari banyak guru;

3). Sulit mencari keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya, juga mencari keterkaitan aspek keterampilan yang terkait;

4). Dibutuhkan banyak waktu pada beberapa mata pelajaran untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan mencari tema.

Dari ketiga model tersebut dapat disimpulkan bahwa, Model keterhubungan, pada prinsipnya mengupayakan dengan sengaja adanya keterhubungan konsep, keterampilan, topik, ide, kegiatan dalam satu bidang studi. Pada model ini, siswa tidak terlatih untuk melihat suatu fakta dari berbagai sudut pandang, karena pada model ini keterkaitan materi hanya terbatas pada satu bidang studi saja.

Model jaring laba laba (webbed) merupakan model dengan menggunakan pendekatan tematik. Karena karakterik dari model ini adalah menggunakan pendekatan tema maka dalam model ini, tema dijadikan sebagai pemersatu dari beberapa mata pelajaran. Setelah tema ditemukan. Baru dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitanya dengan mata pebelajaran yang dipadukan.

Sedangkan model keterpaduan merupakan model yang menggunakan pendekatan antar bidang studi. Diupayakan penggabungan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. Model ini sulit di laksanakan sepenuhnya mengingat sulitnya menemukan materi dari setiap bidang studi yang benar–benar tumpang tindih dalam satu semester, dan sangat membutuhkan keterampilan guru yang cukup tinggi dalam perencanaan dan pelaksanaanya.[14]

Secara spesifik Teori-teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Tematik adalah:

1. Teori belajar Konstrutivisme

(10)

dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.

1. Teori belajar Pieget

Menurut Ratna Dahar, Piaget menyatakan bahwa, setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya (teori perkembangan kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek yang ada dalam lingkungannya. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran) dan akomodasi (proses memanfaatkan konsep-konsep dalam pikiran untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya.[15]

Piaget juga menyatakan, usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia tersebut anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:

(1).Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak, (2) Mulai berpikir secara operasional,

(3). Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda,

(4). Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat, dan

(5) Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.[16]

1. Prinsip-Prinsip Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu

Jika diklasifikasikan, setidaknya ada empat kelompok prinsip-prinsip pengembangan Pembelajaran Tematik:[17]

1. Prinsip Penggalian Tema

 Tema hendaknya tidak terlalau luas, namun dengan mudah digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.

(11)

 Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak

 Tema harus mewadahi sebagian besar minat anak

 Tema hendaknya berkaitan dengan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar

 Tema hendaknya sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi)

 Tema hendaknya sesuai dengan ketersediaan dengan sumber belajar. 2. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran

 Guru tidak menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar-mengajar.

 Pemberian tanggungjawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok. Dan

 Guru harus mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.

3.Prinsip Evaluasi

 Memberikan kesempatan kepada siswa-siswi untuk; mengevaluasi diri sendiri (self evaluation) di samping bentuk evalauasi lain;

 Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan keriteria keberhasilan pencapaian tujuan.

4.Prinsip Reaksi

 Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa-siswi dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut.

F. Dasar Pertimbangan Pemilihan Pembelajaran Tematik

Terdapat beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan model pembelajaran tematik, diantaranya :

1. Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan mata pelajaran.

(12)

3. Tema harus disesuaikan dengan perkembangan siswa.

4. Tema yang dikembangkan harus mampu menunjukan sebagian minat siswa.

5. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam rentang waktu belajar.

6. Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat.

7. Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar. [18]

1. Jenis Strategi dan Metode Yang Relevan di Gunakan dalam Model Pembelajaran Tematik

Model pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memberikan peluang untuk menggunakan berbagai strategi dan metode pembelajaran agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan mampu mengembangkan berbagai potensi dan keterampilan dalam diri siswa termasuk keterampilan untuk berpikir kritis. Model pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran tematik yang dimodifikasi dengan strategi dan metode yang ditujukan untuk menumbuhkan keterampilan berpikir kritis bagi siswa Sekolah Dasar.

Model pembelajaran bukanlah satu-satunya cara dalam penyampaian tujuan pembelajaran, metode pelajaran juga memegang peranan yang amat penting, dalam rangka mengaktikan siswa dalam proses pembelajaran maka salah satu metode yang sesuai adalah metode kerja kelompok. Kerja kelompok adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara siswa mengerjakan sesuatu (tugas) dalam situasi kelompok dibawah bimbingan guru.

Selaras dengan karateristik pembelajaran tematik, maka dalam pembelajaran yang dilakukan perlu dipersiapkan bervariasi kegiatan dengan menggunakan multimetode, misalnya metode eksperimen, metode bermain perran, metode diskusi, metode demonstrasi maupun metode dialog.[19]

1. Prosedur Penerapan Model Pembelajaran Tematik dalam Pembelajaran PAI[20] Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik

Satuan pendidikan : SD Rahmatan Lil ’Alamin

(13)

Tema / Sub Tema : Selalu Berhemat Energi / Gaya dan Gerak

Alokasi waktu : 6 x 35 menit

A. Kompetensi inti

1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya

2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, tetangga, dan guru

3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu secara kritis tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Bahasa Indonesia

1.1. Meresapi makna anugerah Tuhan Yang Maha Esa berupa bahasa Indonesia yang diakui sebagai bahasa persatuan yang kokoh dan sarana belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan.

2.4. Memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

3.4. Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku: Menggali informasi tentang unsur-unsur cerita dari teks cerita

4.4. Menyajikan teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara mandiri dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku dengan rasa percaya diri: Menceritakan pengalaman dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan memperhatikan unsur-unsur ceritanya.

IPA

2.1. Memiliki kepedulian terhadap gaya, gerak, energi panas, bunyi, cahaya, dan energi alternatif melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

3.3. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui pengamatan, serta mendeskripsikan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari: Mengidentifikasi tentang gaya gravitasi dalam aktivitas sehari-hari

(14)

IPS

2.3. Memiliki perilaku santun dan jujur tentang jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi melalui pemanfaatan bahasa Indonesia

3.5. Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam,sosial, budaya, dan ekonomi: Mengidentifikasi sikap yang harus dimiliki ketika berinteraksi dengan orang lain

4.5. Menceritakan manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi : Menjelaskan cara berinteraksi dengan orang lain di sekolah

SBdP

1.2. Mengakui dan mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan dan sumber daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi, energi, serta permasalahan sosial

3.5. Mengetahui berbagai alur cara dan pengolahan media karya kreatif : Mengamati alur cara membuat parasut

4.14. Membuat karya kreatif yang diperlukan untuk melengkapi proses pembelajaran dengan memanfaatkan bahan di lingkungan: Membuat parasut untuk menunjukkan pengaruh gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari

C. TUJUAN

– Setelah melakukan percobaan, siswa mampu menyimpulkan tentang gaya gravitasi dengan benar.

– Dengan mengamati langkah-langkah pengerjaan, siswa dapat membuat parasut sesuai dengan runtutan yang benar.

– Setelah bermain parasut, siswa dapat menceritakan kembali kegiatan bermain mereka dengan memperhatikan unsur-unsur cerita dalam sebuah karangan.

– Dengan membuat refleksi sikap, siswa dapat menuliskan cara berinteraksi yang baik dengan orang lain.

D. MATERI IPA

(15)

 Membuat parasut BAHASA INDONESIA

 Unsur-unsur Cerita

 Menceritakan pengalaman IPS

 Interaksi dengan orang lain E. PENDEKATAN & METODE

 Pendekatan : Scientific

 Model pembelajaran: Cooperatif Learning tipe STAD

 Metode: 1. Eksperimen; 2. Diskusi; 3. Tanya jawab; 4. Penugasan

 Karakter yang dikembangkan: Rasa ingin tahu, peduli, percaya diri, santun, disiplin, sopan

F. KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Pendahuluan

1. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing ;

2. Melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa;

3. Bertanya jawab dengan siswa mengenai kegiatan pembelajaran sebelumnya dan menghubungkan dengan kegiatan yang akan dilakukan;

4. Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang “Selalu berhemat energi” dan sub tema yaitu “Gaya dan Gerak”;

5. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai setelah proses pembelajaran berlangsung 15 menit.

2. Inti

1. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok heterogen;

2. Siswa mengamati teks yang ada di buku tentang gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari dengan rasa percaya diri;

(16)

4. Siswa diberikan kesempatan untuk bereksplorasi dengan benda-benda di kelas;

5. Siswa berdiskusi untuk mengambil kesimpulan dari tabel yang dibuatnya, yang belum mengerti diberikan penjelasan oleh temannya;

6. Siswa menyimpulkan percobaan yang telah dilakukan 180 menit;

1. Siswa mengamati cara kerja membuat parasut ;

2. Siswa membuat parasut untuk membuktikan adanya gaya gravitasi;

3. Siswa berdiskusi tentang hubungan permainan parasut dengan gaya gravitasi;

4. Siswa yang sudah mengerti dengan rasa peduli memberikan penjelasan kepada siswa yang belum mengerti sampai semua anggota dalam kelompok mengerti;

5. Siswa menceritakan pengalamannya dengan rasa percaya diri bermain parasut dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dan memperhatikan unsur-unsur ceritanya;

6. Siswa juga menjelaskan tentang sikap yang harus ditunjukan saat bermain parasut dan manfaat yang diperoleh dari mempraktikkan sikap itu.

3. Penutup

1. Guru memberikan evaluasi berbentuk kuis (untuk mengetahui hasil ketercapaian materi);

2. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan hasil belajar;

3. Mengajak semua siswa berdo’a menurut agama dan keyakinan masing-masing (untuk menutup kegiatan pembelajaran) 15 menit

G. Sumber dan Media

1. Buku Guru Tematik kelas IV ; Indonesia. 2013, Selalu Berhemat Energi, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta

2. Buku Siswa Tematik kelas IV ; Indonesia. 2013, Selalu Berhemat Energi, Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta

3. Tutup stoples 4. Paku

5. Spidol 6. Gunting

(17)

8. Benang 9. Boneka kecil 10. Kertas HVS 11. Pulpen 12. Kelereng

H. PENILAIAN 1. Prosedur Penilaian :

– Penilaian Proses: Menggunakan format yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran sejak dari kegiatan awal sampai dengan kegiatan akhir

– Penilaian hasil

2. Instrumen Penilaian :

– Penilaian Kinerja :

– Kriteria Penilaian B.Indonesia dan IPA ;

– Kriteria: Bagus Sekali, Bagus, Cukup, Berlatih lagi.

Kemampuan siswa menggali informasi dari teks Siswa mampu menemukan 3 unsur cerita (tema, latar, tokoh) dari teks yang dibacanya (5) Siswa menemukan 2 unsur cerita dari teks yang dibacanya; (4) Siswa menemukan 1 unsur cerita dari teks yang dibacanya; (3) Siswa belum mampu menemukan unsur-unsur cerita dalam teks yang dibacanya ; (1) Kemampuan mengidentifikasi gaya gravitasi dalam kehidupan sehari-hari Siswa mampu menjelaskan konsep gaya gravitasi dan hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda serta memberi contoh beberapa gaya gravitasi; (5)Siswa mampu menjelaskan konsep gaya gravitasi dan hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda; (4)Siswa mampu menjelaskan konsep gaya gravitasi atau menjelaskan hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda; (3)Siswa belum mampu menjelaskan konsep gaya gravitasi hal yang mempengaruhi kecepatan jatuh benda.

 Nilai maksimal : 10

(18)

Mengetahui, kepada siswa. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasukPiaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik).

Model keterhubungan, pada prinsipnya mengupayakan dengan sengaja adanya keterhubungan konsep, keterampilan, topik, ide, kegiatan dalam satu bidang studi. Pada model ini, siswa tidak terlatih untuk melihat suatu fakta dari berbagai sudut pandang, karena pada model ini keterkaitan materi hanya terbatas pada satu bidang studi saja.

Model jaring laba laba (webbed) merupakan model dengan menggunakan pendekatan tematik. Karena karakterik dari model ini adalah menggunakan pendekatan tema maka dalam model ini, tema dijadikan sebagai pemersatu dari beberapa mata pelajaran. Setelah tema ditemukan. Baru dikembangkan sub-sub temanya dengan memperhatikan kaitanya dengan mata pebelajaran yang dipadukan.

(19)

Daftar Pustaka

Dahar,Ratna. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga, 1989.

Darmawan, Hendro, dkk. Kamus Ilmiah Populer Lengkap dengan EYD dan Pembentukan Istilah serta Akronim Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2011.

http://www.pustakasekolah.com/rpp-kelas-4-sd-kurikulum-2013.html, diakses tanggal 14 Februari 2014.

http://rhayukarmla.blogspot.com/2012/12/model-model-pembelajaran-terpadu.html, di akses tanggal 14 Februari 2014.

Kunandar, Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2007.

Munawaroh, Isniatun. Pembelajaran Tematik Dan Aplikasinya Di Sekolah Dasar, makalah disampaikan dalam forum ilmiah guru SD, diakses dalam, http://staff.uny.ac.id/. diakses tanggal 15 Februari 2014.

Prastowo, Andi. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap Aplikatif. Yogyakarta: DIVA Press, 2013.

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Rohman, Ahmad Fawzan Model Pembelajaran Tematik, dalam http://fauzan-zifa.blogspot.com, diakses tanggal 14 Februari 2014.

Sukayati, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu, Makalah disampaikan dalam Diklat Instruktur?pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut tanggal 6-19 Agustus 2004, di PPPG Matematika, 2004.

Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Awal SD/MI. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.

Tim Penyusun Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Uukurniawati, Konsep Dasar Pembelajaran Tematik, dalam http://uukurniawati. wordpress.com, diakses tanggal 14 Februari 2014.

Wahidin, Teori Pembelajaran, dalam, http://wahidin.staff.stainsalatiga.ac.id, diakses tanggal 14 Februari 2014.

(20)

[2] Hendro Darmawan dkk, Kamus Ilmiah Populer Lengkap dengan EYD dan Pembentukan Istilah serta Akronim Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Bintang Cemerlang, 2011), h. 710. [3] Tim Penyusun, Kamus Besar… h. 997.

[4] Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi anak Usia Dini TK/RA dan Anak Usia Awal SD/MI, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. v.

[5] Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik Panduan Lengkap Aplikatif, (Yogyakarta: DIVA Press, 2013), h. 123.

[6] Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 254-255.

[7] Kunandar, Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2007), h. 335-336.

[8] Sukayati, Pembelajaran Tematik di SD Merupakan Terapan dari Pembelajaran Terpadu, Makalah disampaikan dalam Diklat Instruktur?pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut tanggal 6-19 Agustus 2004, di PPPG Matematika, 2004.

[9] Ahmad Fawzan Rohman, Model Pembelajaran Tematik, dalam http://fauzan-zifa.blogspot.com, diakses tanggal 14 Februari 2014.

[10] Trianto, Desain…, h. 148-149.

[11]Ahmad Fawzan Rohman, Model Pembelajaran Tematik, dalam http://fauzan-zifa.blogspot.com, diakses tanggal 14 Februari 2014.

[12]Uukurniawati, Konsep Dasar Pembelajaran Tematik, dalam http://uukurniawati. wordpress.com, diakses tanggal 14 Februari 2014. Penemu teori Gestalt adalahMax Wertheimer seorang psikolog Jerman. Kata Gestalt berasal bahasa Jerman yang berarti konfigurasi atau organisasi. Gestalt merupakan keseluruhan yang penuh arti. Manusia tidak dapat menghayati stimulus-stimulus secara terpisah, tetapi stimulus itu secara bersama-sama serempak ke dalam konfigurasi yang penuh arti. Keseluruhan itu lebih dari jumlah bagian-bagiannya.Lihat: Wahidin, Teori Pembelajaran, dalam, http://wahidin.staff.stainsalatiga.ac.id, diakses tanggal 14 Februari 2014.

[13] Untuk model-model pembelajaran tematik terpadau ini, di adaptasi dari http://rhayukarmla.blogspot.com/2012/12/model-model-pembelajaran-terpadu.html, diakses tanggal 14 Februari 2014.

[14] Isniatun Munawaroh, Pembelajaran Tematik Dan Aplikasinya Di Sekolah Dasar, makalah disampaikan dalam forum ilmiah guru SD, diakses dalam, http://staff.uny.ac.id/. Diakses tanggal 15 Februari 2014.

(21)

[17] Trianto, Desain…, h. 154-155

[18] Ahmad Fawzan Rohman, Model Pembelajaran Tematik, dalam http://fauzan-zifa.blogspot.com, diakses tanggal 14 Februari 2014.

[19] Andi Prastowo, Pengembangan Bahan…, h. 244.

(22)

DAFTAR PESERTA UJIAN TOEFL PRODI PGMI TAHUN 2016 N

O NAMA NIM KELAS SEMESTER KETERANGAN

1 Rapikatul Husna 36 12 3 134 PGMI 2 VII Lunas

2 Sakinaturridah 36 12 3 136 PGMI 2 VII Lunas

3 Nelli Astriani 36 12 3 131 PGMI 2 VII Lunas

4 Reni Arvina Dani 36 12 3 135 PGMI 2 VII Lunas

5 Irma Permata Sari 36 12 3 121 PGMI 2 VII Lunas

6 Nila Syahfitri 36 12 3 132 PGMI 2 VII Lunas

7 Fitriana Sari Daulay 36 12 3 115 PGMI 2 VII Lunas

8 Asri Damayanti 36 12 3 107 PGMI 2 VII Lunas

9 Munawarah 36 12 3 192 PGMI 4 VII Lunas

10 Jihan Astari 36 12 3 187 PGMI 4 VII Lunas

N

O NAMA NIM KELAS SEMESTER KETERANGAN

1 Wahdini Nur Fadilah 36 12 3 209 PGMI 4 VII Lunas

2 Zuyyina Rahma Harahap 36 12 3 212 PGMI 4 VII Lunas 3 Mukhlina Fathni Lubis 36 12 3 391 PGMI 4 VII Lunas

4 Aisyah Ani Ritonga 36 12 3 178 PGMI 4 VII Lunas

5 Purnama Damayati Siregar 36 12 3 199 PGMI 4 VII Lunas

6 Khairunnisa 36 12 3 189 PGMI 4 VII Lunas

7 Nurasyiah 36 12 3 168 PGMI 3 VII Lunas

8 Sri Nandani 36 12 3 176 PGMI 3 VII Lunas

9 Fitri Anggrani 36 12 3 185 PGMI 4 VII Lunas

10 Nurhasana Laili 36 12 3 183 PGMI 3 VII Lunas

N

O NAMA NIM KELAS SEMESTER KETERANGAN

1 Siti Khairunnisa Lubis 36 12 3 174 PGMI 3 VII Lunas

(23)

3 Luthfiyah Munawarah 36 12 3 161 PGMI 3 VII Lunas 4 Diah Hafizatul Husna 36 12 3 149 PGMI 3 VII Lunas

5 Rika Andriani 36 12 3 173 PGMI 3 VII Lunas

6 Halimatusyadiah 36 12 3 173 PGMI 1 VII Lunas

7 Ummu Habibah Batubara 36 12 3 105 PGMI 1 VII Lunas 8 Fadillah Fatwandarai 36 12 4 079 PGMI 1 VII Lunas

9 Rabiatul Adawiyah 36 12 2 098 PGMI 1 VII Lunas

10 Adelina Nst 36 12 2 071 PGMI 1 VII Lunas

N

4 Siti Aisyah Sagala 36 12 1 099 PGMI 1 VII LUNAS

5 Siti Syahra 36 12 1 102 PGMI 1 VII LUNAS

6 Damayanti 36 12 3 183 PGMI 4 VII LUNAS

7 Nurhasanah Hasibuan 36 12 3 195 PGMI 4 VII LUNAS

8 Tri Agustini 36 12 4 207 PGMI 4 VII LUNAS

9 Sumi Kalsum 36 12 4 204 PGMI 4 VII LUNAS

10 Evida Yanti Pohan 36 12 1 078 PGMI 1 VII LUNAS

10 Dwi Enli Limbong 36 12 1 077 PGMI 1 VII LUNAS

N

O NAMA NIM KELAS SEMESTER KETERANGAN

1 Mutiara Putri 36 12 1 098 PGMI 1 VII LUNAS

2 Fadilah Arwana 36 12 1 080 PGMI 1 VII LUNAS

3 Masyitah 36 12 1 090 PGMI 1 VII LUNAS

4 Havy Samaria 36 12 1 083 PGMI 1 VII LUNAS

5 Indah 36 12 3 085 PGMI 1 VII LUNAS

6 Ira Setiawati 36 12 1 087 PGMI 1 VII LUNAS

7 Sundari Sumatra 36 12 1 104 PGMI 1 VII LUNAS

8 Retno Puspita Rani 36 12 1 098 PGMI 1 VII LUNAS

9 Yuli Ismaya 36 12 4 210 PGMI 4 VII LUNAS

10 Khairun Nisa 36 12 3 088 PGMI 1 VII LUNAS

N

1 Indah Jahara 36 12 3 086 PGMI 1 VII LUNAS

2 Nurhabibah 36 11 4 024 PGMI 1 VII LUNAS

3 Maratun Hasanah 36 12 3 089 PGMI 1 VII LUNAS

4 Sri Rahayu Lubis 36 12 4 103 PGMI 1 VII LUNAS

5 Ayu Septriani 36 12 1 076 PGMI 1 VII LUNAS

(24)

7 Andina Halin Syah Rambe 36 12 1 073 PGMI 1 VII LUNAS

8 Nurweni 36 12 1 095 PGMI 1 VII LUNAS

9 As Ahi Oramahi Dongoran 36 12 1 074 PGMI 1 VII LUNAS

10 Fiqi Alaniyah 36 12 3 184 PGMI 4 VII LUNAS

N

O NAMA NIM KELAS SEMESTER KETERANGAN

1 Khairul Bariah 36 12 3 184 PGMI 4 VII LUNAS

2 Amelia Putri 36 12 3 188 PGMI 4 VII LUNAS

3 Ami Nafriani 36 12 4 181 PGMI 4 VII LUNAS

4 Rina Astuti 36 12 3 201 PGMI 4 VII LUNAS

5 Artika Irmayana 36 12 3 108 PGMI 2 VII LUNAS

6 Atika Nuradiza 36 12 3 109 PGMI 2 VII LUNAS

7 Agung Evansiyus Saragih 36 12 3 145 PGMI 3 VII LUNAS

8 Issyadiah Nur 36 12 3 153 PGMI 3 VII LUNAS

9 Reviva Syafitri 36 12 4 170 PGMI 3 VII LUNAS

10 Khairina Hafiza 36 12 3 158 PGMI 3 VII LUNAS

N

O NAMA NIM KELAS SEMESTER KETERANGAN

1 Endang Suryati 36 12 3 150 PGMI 3 VII LUNAS

2 Iwulanni 36 12 3 155 PGMI 3 VII LUNAS

3 Kusdariyanti 36 12 4 159 PGMI 3 VII LUNAS

4 Rianti Nasari Hrp 36 12 4 171 PGMI 3 VII LUNAS

5 Humairah Binti Nurdin 36 12 3 152 PGMI 3 VII LUNAS

6 Musiah 36 12 4 165 PGMI 3 VII LUNAS

(25)

Analisis Ayat

Dengan memperhatikan tabel di atas, maka susunan kosa kata yang bermakna pendidik (guru) dari yang pertama sampai yang terakhir di dalam al-Quran adalah: ahl al-zikr, mubassyir wa nazir, ‘ulama, muwaiz, uli nuha, mu’allim, muzakki, murabbi, al-rasikhuna fi al-‘ilm, ulul albab, faqih,da’i dan uli al-absar .

Kosa kata yang secara eksplisit mengandung makna melakukan tugas mendidik adalah mubasysyir wa nazir, muwaiz, mu’allim, murabbi,muzakki, dan da’i. Sementara kosa kata lainnya yang mengandung makna keunggulan atau kualitas personal atau kompetensi yang dimiliki seorang pendidik adalah ahl al-zikr, ‘ulama, uli al-nuha, al-rasikhuna fi al-‘ilm,ulul albab, faqih, dan ulil al-absar..

Berdasarkan penelitian terhadap ayat-ayat yang memiliki makna yang jelas (sarīh) tentang pekerjaan mendidik adalah mubasysyir wa nazir, al-muwa’iz, mu’allim,murabbi,muzakki, dan da’i. Jika ayat-ayat yang mengandung kosa kata tersebut dilihat dalam konteks

(26)

kepada kepribadian peserta didik terutama nilai-nilai tauhid, akhlak, ibadah dan mengajarkan pengetahuan tentang berbagai hal. Sehingga dengan ilmu pengetahuan seperti itu peserta didik akan terbimbing kepada jalan Tuhan. Bimbingan tersebut dilaksanakan dengan hikmah, mauizah dan jidal al-ahsan.[25] Sementara pengetahuan yang dibimbingkan itu jika

dikelompokkan dapat berbentuk pengetahuan tentang ayat-ayat tanzili dan pengetahuan tentang ayat-ayat kauni.[26]

An-Nahlawi, sebagaimana dikutip oleh Ramayulis, berdasarkan al-Baqarah/2 ayat 129 yang berisi kosa kata muzakki, menjelaskan bahwa seorang pendidik mempunyai tugas pokok yaitu: (1) Tugas Pensucian, yakni mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT, menjauhkannya dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya. (2) Tugas pengajaran, yakni menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupannya.[27]

Perlu juga disebutkan, bahwa berdasarkan pemahaman terhadap ayat-ayat tersebut, subjek yang melakukan pendidikan adalah Allah, malaikat, rasul dan manusia biasa. Tiga serangkai ini bersifat struktur vertikal, yakni Allah sebagai pendidik utama, malaikat adalah

penyambung, rasul adalah orang yang diberi tugas khusus oleh Allah mendidik manusia, dan manusia (‘ulama) sebagai pewaris (penerus) risalah (baca: misi pendidikan) untuk

mendewasakan manusia dan membangun masyarakat etik (masyarakat berakhlak mulia).

Dalam salah satu surat kelompok Madaniyah yakni ar-Rahman/55 ayat 1-4 secara eksplisit disebutkan bahwa Ar-Rahman (Allah SWT) sebagai pendidik utama, yang telah mengajarkan al-Quran dan kepandaian berbicara kepada Muhammad SAW. Dalam al-Qur`an disebutkan:

()نايبلا هملع ناسنلا قلخ نارقلا ملع نمحرلا () () ()

(Allah) Yang Maha Pengasih. Yang telah mengajarkan al-Qur`an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.[28]

Kosa kata lainnya yakni ahl al-zikr, ‘ulama, uli al-nuha, al-rasikhuna fi al ‘ilmi, ulul albab dan al-faqih. Ayat-ayat al-Quran yang mengandung kosa kata yang disebut terakhir

menginplisitkan berbagai kualitas atau kecerdasan yang dimiliki pendidik. Kualitas-kualitas dimaksud seperti pengetahuan yang dalam tentang agama,[29] pengetahuan tentang ilmu-ilmu sosial-humaniora dan pengetahuan kealaman.[30] Sebutan-sebutan berupa penamaan kualitatif tersebut sekaligus menunjukkan perbedaan khas mereka dengan ilmuan lain pada umumnya. Kekhasan mereka terletak pada kesepaduan ilmu yang dimilikinya, yakni integrasi antara ilmu kewahyuan dan sains dalam bangunan zikir dan pikir mereka. Secara aksiologis, proses pekerjaan ilmiah mereka berada dalam arah yang jelas yakni ma’rifatullah. Itulah sebabnya dalam surat Fathir/35 ayat 28 disebut bahwa manusia yang takut (khasyyah) kepada Allah hanyalah ulama (mereka yang berilmu). Dalam al-Qur`an disebutkan:

šÆÏBur Ĩ$¨Z9$# Å_U!#ur¤$!$#ur ÉO»yè÷RF{$#ur ì#Î=tFøšèC ¼çmçRºuqø9r& š Ï9ºxšx. 3 $yJ¯RÎ) Óy´øšsš ©!$# ô`ÏB ÍnϚ$t6Ïã (#às¯»yJn=ãèø9$# 3 šcÎ) ©!$# ͚tã îšqàÿxî ÇËÑÈ

(27)

Hasan al-Turabi, menurut Ahmad Syafi’i Ma’arif, membuat pengertian ulama yang sangat menarik. Ma’arif menejelaskan:

Dalam artikelnya yang dimuat dalam John L. Esposito (ed.) Voice Resurgent Islam (1983) pada halaman 245, ia menulis: “Apa yang saya maksudkan dengan ulama? Secara histories, perkataan ini bermakna mereka yang punya kepakaran dalam hal warisan ilmu agama. Akan tetapi, ilmu (‘ilm) tidak hanya bermakna itu. Ia bermakna siapapun yang mengetahui secara dalam tentang sesuatu yang dikaitkan dengan Tuhan. Karena semua ilmu adalah bercorak ilahiah dan agamis. Seorang ahli kimia, insinyur, ekonom, atau seorang yuris, semuanya adalah ulama. Maka ulama dalam pengertian yang luas ini, apakah mereka ilmuan sosial atau ilmuan kealaman, pemimpin pendapat umum, atau filosof haruslah mencerahkan

masyarakat.” Tegasnya, dapat kita katakan bahwa seorang alim adalah seorang yang punya bekal ilmu yang cukup untuk mencerahkan masyarakat, agar masyarakat menjadi kritis dan kreatif untuk merealisasikan pesan-pesan kemanusiaan Islam.[32]

Apa yang dijelaskan oleh Ma’arif dengan mengutip al-Turabi di atas menurut hemat penulis terinspirasi dari ayat al-Quran surat Fatir/35 ayat 28.

Dalam ayat, terlebih dahulu Allah menjelaskan penomena kealaman (manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan bintang-binatang ternak yang bermacam-macam warnanya), yang juga menjadi objek pengetahuan manusia, baru kemudian Allah memberi penegasan bahwa hanya ulama (orang-orang yang berilmu) yang takut kepada Allah.

Pendapat yang mengatakan bahwa istilah ulama pada Fatir/35: 28 di atas adalah “yang berpengetahuan agama”, bila ditinjau dari segi penggunaan bahasa Arab, menurut Quraish Shihab tidaklah mutlak demikian. Siapapun yang memiliki pengetahuan, dan dalam disiplin apapun pengetahuan itu, maka ia dapat dinamai ‘alim. Dari konteks ayat ini pun, diperoleh kesan bahwa ilmu yang disandang oleh ulama adalah ilmu yang berkaitan dengan penomena alam.[33]

Ulul albab dan uli al-nuha[34] juga memiliki muatan keilmuan yang sama dengan ulama. Isyaratnya cukup jelas dalam al-Quran bahwa ulul albab dan uli al-nuha juga menjadikan alam (khalq as-samawati wa al-ard), makhluk hewani dan sejarah kebinasaan umat terdahulu[35] sebagai objek pengetahuan. Karakter ulul albab adalah senantiasa zikr Allah (dapat dibaca: pengetahuan ilahiyah) dan tafakkar (menggali pengetahuan) kealaman. Zikir dan pikir, adalah dua aktifitas yang menyatu pada diri seorang muslim. Pengetahuan yang diperoleh daru dua aktifitas ini akan mengantarkan ulul albab kepada kesadaran akan kebesaran Allah dan ketauhidan yang tinggi serta ketakutan kepada azab neraka.[36] Dalam surat Ali Imran/3: 190-191 disebutkan:

šcÎ) šÎû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöšF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øš©9$# ͚$pk¨]9$#ur ;M»tšUy šÍ<‘rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ tûïÏ%©!$# tbrãšä.õštš ©!$# $VJ»ušÏ% #Yšqãèè%ur 4šn?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㚤6xÿtGtšur šÎû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöšF{$#ur $uZ/uš $tB | Mø)n=yz #xš»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ߚ $oYÉ)sù z>#xštã ͚$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ

(28)

Pada surah al-Mulk/67 (Makkiyah) ayat 1-4 yang secara kronologis lebih duluan diturunkan dari surat Ali Imran (Madaniyah) disebutkan bahwa:

x8tš»t6s? šÏ%©!$# ÍnϚušÎ/ à7ù=ßJø9$# uqèdur 4šn?tã Èe@ä. &äóÓx« 횚Ϛs% ÇÊÈ šÏ%©! $# t,n=y{ |NöqyJø9$# no4qušptø:$#ur öNä.uqè=ö7ušÏ9 ö/ä3ššr& ß`|¡ômr& WxuKtã 4 uqèdur ⚚͚yèø9$# âšqàÿtóø9$# ÇËÈ šÏ%©!$# t,n=y{ yìö7yš ;Nºuq»yJyš $]%$t7ÏÛ ( $¨B 3štšs? šÎû È,ù=yz Ç`»uH÷q§š9$# `ÏB ;Nâq»xÿs? ( ÆìÅ_öš$$sù uš|Çt7ø9$# ö@yd 3štšs? `ÏB 9šqäÜèù ÇÌÈ §NèO ÆìÅ_öš$# uš|Çt7ø9$# Èû÷üs?§šx. ó=Î=s)Ztš y7øšs9Î) çš|Çt7ø9$# $Y¥Åš %s{ uqèdur ךšÅ¡ym ÇÍÈ

1. Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, 2. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, 3. Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? 4. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah.

Dengan demikian, pengetahuan tentang alam (ayat-ayat kauniyah) yang juga menjadi objek pengetahuan mengantarkan manusia kepada puncak pencarian ilmu yaitu Allah Swt

(ma’rifatullah).

Ahl al-zikr dan al-rasikhuna fi al-‘ilm dalam al-Quran sesungguhnya juga memiliki

kandungan makna yang sama dengan ‘ulama dan ulul alba dan uli al-nuha. Namun secara khusus, ahl al-zikr disebutkan dalam konteks pengetahuan kewahyuan, yakni tidak saja pengetahuan material wahyu, tetapi juga pengetahuan kesejarahan tentang pewahyuan (informasi tentang Nabi dan Rasul).[37] Jadi yang disebut terakhir memiliki karakteristik ilmu yang khusus yang membedakannya dengan ‘ulama,ulul alba dan uli al-nuha, yaitu kedalaman pengetahuan atau ilmu keilahian (baca: spiritualitas).[38] Dalam surat an-Nahl/16 ayat 43 disebutkan:

$ tBur $uZù=yšöšr& ÆÏB y7Î=ö6s% šwÎ) Zw%y`͚ ûÓÇrqšR öNÍköšs9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù

š@÷dr& ̚ø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. šw tbqçHs>÷ès ?

Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

Untuk memperkuat argumen ini, frase zikr Allah (mengingat Allah) muncul dalam banyak tempat di al-Quran, misalnya pada al-Ahzab/33: 21, al-A’la/87: 15, Ali Imran/3: 135, asy-Syu’ara`/26: 227, dan sebagainya.

Oleh karena itu, dalam kaitan ini, Allah menjadi objek pengetahuan kognitif (karena Ia disebut-sebut/ zukira Allah kasira) dan sekaligus pengetahuan spiritual (yakni penyebutan Allah dengan menghadirkan qalb).

(29)

Ali Imran/3 ayat 7, al-rasikhuna fi al-‘ilm disepadankan dengan ulul albab. Ayat tersebut sebagai berikut:

uqèd üšÏ%©!$# tAtšRr& y7øšn=tã |=»tGÅ3ø9$# çm÷ZÏB ×M»tš#uä ìM»yJs3øtšC £`èd šPé& É=»tGÅ3ø9$# ãšyzé&ur ×M»ygÎ7»t±tFãB ( $¨Br’sù tûïÏ%©!$# šÎû óOÎgÎ/qè=è% Ô÷÷šyš tbqãèÎ6®Kušsù $tB tmt7»t±s? çm÷ZÏB uä!$tóÏGö/$# ÏpuZ÷GÏÿø9$# uä!$tóÏGö/$#ur ¾Ï&Î#šÍrù’s? 3 $tBur ãNn=÷ètš ÿ¼ã&s#šÍrù’s? šwÎ) ª!$# 3 tbqã Śº§š9$#ur šÎû ÉOù=Ïèø9$#‚ tbqä9qà)tš $¨ZtB#uä ¾ÏmÎ/ @@ä. ô`ÏiB ϚZÏã $uZÎn/uš 3 $tBur 㚩.¤štš HwÎ) (#qä9’ré& É=»t6ø9F{$# ÇÐÈ

Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur`an) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur`an) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur`an), semuanya dari sisi Tuhan kami.” Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang-orang yang berakal.[39]

Perlu ditegaskan kembali bahwa ulul albab disebut oleh Allah sebagai orang yang memiliki kesadaran ilahiyah yang tinggi sebagai perwujudan dari zikir yang tidak pernah lekang dan fikir yang terus-menerus. Al-rasikhuna fi al-‘ilm adalah mereka yang memiliki karakteristik khusus sebagai puncak usaha yang sepadu antara zikir dan fikir.

Berdasarkan penelusuran terhadap ayat-ayat al-Quran yang mengandung kosa kata sebagai pendidik dapat disimpulkan bahwa kosa kata ahl zikr, ‘ulama, muwaiz waizin, uli al-nuha, mu’allim, al-muzakki, murabbi, al-rasikhuna fi al-‘ilm, ulul albab dan ulu al-absar sesungguhnya memiliki makna yang saling kait atau berjalin kelindan. Sebagaimana ditunjukkan di atas, terdapat beberapa kosa kata yang memiliki makna hampir sama, tetapi ada pula kosa kata dengan penekanan makna yang khusus. Dengan demikian, kosa kata yang beragam tersebut tidak mungkin diperlakukan sendiri-sendiri atau parsial. Perlakuan yang seperti ini akan menyebabkan makna yang dikandung oleh berbagai kosa kata tersebut tidak akan terpahami secara utuh.

Secara garis besar, ayat-ayat yang berisi beragam kosa kata tersebut menegaskan bahwa seorang pendidik memerlukan berbagai kualitas dan dengan kualitas itu ia bekerja melakukan misi mendidik. Misi ini berasal dari Allah sebagai pendidik utama, yang oleh Allah

menugaskan kepada para Rasul untuk merealisasikannya, dan para pendidik muslim lainnya berperan sebagai pewaris Nabi untuk melanjutkan tugas pendidikan manusia sehingga tercipta individu dan masyarakat yang berakhlak mulia.[40]

3. Konseptualisasi Profil Guru Perspektif al-Quran

Dalam analisis terhadap ayat-ayat di atas, meskipun masih berserakan sesungguhnya telah tergambarkan juga profil pendidik (guru) menurut al-Quran. Namun untuk memudahkan pemahaman bagi pembaca, maka pada bagian ini penulis mencoba lebih sistematis menjelaskan profil guru perspektif al-Quran.

(30)

pendidikan modern adalah aspek kompetensi pribadi (personal), kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (paedagogik ).[41]

Menurut al-Quran, secara personal seorang pendidik adalah orang yang memiliki kecerdasan spiritual, karena ia senantiasa zikir (mengingat) Allah dalam keadaan apapun. Sebagai ahl al-zikr, ia memiliki pengetahuan sejarah para Nabi (sirah) dan sejarah social umat terdahulu. Selain itu, seorang pendidik adalah juga seorang ulama[42], yakni orang yang kapabilitas keilmuannya bersepadu antara ilmu-ilmu ukhrawi dan duniawai. Ilmunya utuh. Ia tidak mengenal dualisme keilmuan. Pengetahuannya tentang kealaman, baik mikro atau makro kosmos disinari oleh pengetahuan keilahiannya. Sebagai uli al-nuha ia memiliki spektrum pengetahuan yang luas. Tidak hanya kealaman tetapi juga sejarah dan sosial. Penamaan lainnya seperti al-muzakki, al-rasikhuna fi al-‘ilm, ulul albab, dan ulil al-absar juga menegaskan kompetensi personal, juga kapasitas dan kapabilitas serta misi propetis (nubuwwah) seorang pendidik.[43]

Secara khusus penulis perlu menyebutkan bahwa, berdasarkan inspirasi dari penjelasan Hamka bahwa sebagai muzakki, seorang pendidik adalah orang yang bersih dari kebodohan dan kerusakan akhlak, kotoran kepercayaan dan kemusyrikan. Dengan kualitas seperti ini menurut Hamka, seorang muzakki diberi gelar sebagai umat yang menempuh jalan tengah (moderat, pen.) di tengah umat-umat lain yang misinya mengajarkan kepada manusia Kitab dan Hikmah, dan juga hal-hal (perkara-perkara) yang selama ini tidak diketahui.[44]

Seorang pendidik yang juga dalam al-Quran diberi gelar rasikh fi al-‘ilm, senantiasa memperdalam pengetahuannya dan berkonsistensi mengamalkannya.[45] Hamka

menjelaskan bahwa seorang yang rasikh dalam ilmu semakin hari akan semakin mengetahui hakikat ilmu, karena ia juga senantiasa membersihkan dirinya dengan beribadah.[46] Secara khusus, Hamka menjelaskan bahwa al-rasikhuna fi al-‘ilm adalah:

… orang yang telah rasikh ilmunya, artinya telah dalam, telah berurat, telah dianugerahi Tuhan segala kunci-kunci ilmu. Maka menurut kebiasaannya, apabila orang yang telah amat mendalam ilmunya, mengakuilah dia akan kekurangannya. Sebagaimana Imam Syafi’i yang termasuk barisan orang rasikh, pernah berkata: Kullamā zādanī ‘ilman zādanī fahman

bijahlī. “Tiap-tiap Tuhan menambah ilmuku, bertambahlah aku faham akan kejahilanku.”[47] Al-Quran yang juga sumber ilmu, menurut Hamka merupakan jamuan yang secara

metodologis dalam memahaminya memerlukan kekuatan dan ketekunan intelektual yang dalam dan pemikiran yang bersungguh-sungguh. Dengan cara demikian, seorang ulama’ akan dapat menjadi warasat al-anbiyā`.[48]

Sebagai al-muwaiz al-waizin, mu’allim, murabbi, seorang pendidik memiliki kompetensi paedagogik untuk membimbing, mengarahkan bahkan menurut al-Quran menjaga peserta didik agar menjadi manusia-manusia yang muslimin, mu’minin, muhsinin, muttaqin, sabirin, mutawakkilin, muqsitin,mukhlisin, at-tawwabin, mutatahhirin, muflihin, dan lain-lain. Menurut ahli didik Muslim, profil ideal kepribadian Muslim yang menjadi tujuan akhir pendidikan Islam adalah insan kamil.[49]

(31)

a. Mendidik dan mengembangkan kecerdasan iman dan takwa (spiritual) peserta didik.

b. Mendidik dan mengembangkan kecerdasan akal-budi (intelektual) peserta didik.

c. Mendidik dan mengembangkan sikap ihsan (kecerdasan sosial) peserta didik.

d. Mendidik dan mengembangkan ketangkasan beramal (kecerdasan emosional) peserta didik.

e. Mendidik dan mengembangkan prilaku hidup sehat dan bersih (kecerdasan kinestetis) peserta didik.

f. Menjaga peserta didik dari berbagai hal yang destruktif yang mengundang murka Allah SWT.

D. Penutup

Secara umum, profil seorang pendidik muslim dapat dilihat dari dua dimensi utama manusia, yakni dimensi ruhaniah dan dimensi jasadiah. Dimensi ruhaniah berupa aspek-aspek akal-budi manusia, yakni intelek, kemauan dan perasaan. Sedangkan dimensi jasadiah berupa aspek perbuatan dan tingkah laku.

Berdasarkan kerangka dasar seperti itu, maka dapat disimpulkan bahwa profil pendidik muslim adalah:

a. Benar-benar manusia tauhid, yakni beriman dan berakidah murni (mukhlisina lahu ad-din).

b. Beribadah dengan taat kepada Allah.

c. Gemar membaca atau mencari ilmu pengetahuan (ilmu duniawi dan ukhrawi).

d. Memiliki bangunan keilmuan yang utuh antara ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan ilmu keagamaan.

e. Gemar melakukan karya-karya konstruktif (amal saleh) sebagai manifestasi tugas kekhalifahan, terutama pada tugas-tugas profesinya sebagai pendidik.

f. Tidak berpuas diri dalam ilmu (rasikh fi al-‘ilm) dan berorientasi keunggulan (fastabiq al-khairat).

g. Senantiasa mencari keridaan Allah dalam tugas-tugas profesi dan di luar tugas profesi, yang dibuktikan dengan tanggung jawab dan dedikasi yang tinggi sebagai pendidik.

h. Memandang profesi pendidik sebagai bagian dari tugas kerisalahan dalam mengajak manusia (da’wah) kepada jalan Allah (Islam).

(32)

j. Memiliki pikiran yang luas dan lapang dada menerima kritik.

k. Memiliki kesadaran sebagai warasat al-anbiyā`. l. Berpola hidup bersih dan sehat.

Wallahu a’lam.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Afnibar, Memahami Profesi dan Kinerja Guru, (Jakarta: The Minangkabau Foundation, 2005 Al-Attas, Syed Muhammad al-Naquib. Konsep Pendidikan Islam. Cet. Ke-4. Bandung: Mizan, 1992.

Al-Gazali. Ihya` ‘Ulum ad-Din.Terj. Maisir Thaib dan A. Thaher Hamidy. Medan: Pustaka Indonesia, 1966.

An-Nahlawi, Abdurrahman. Usul Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha fi Baiti wa al-Madrasah wa al-Mujtama’. Beirut: Dar al-Fikr, 1989.

As-Sajastani, Sulaiman bin al-Asy’ats Syidad bin ‘Umaru al-Azdiy Abu Daud. Sunan Abi Daud,Juz 11. India: Mathba’ Naul Kisywar, 1305 H.

As-Suyuti, Jalaluddin. Safwah al-Bayan li al-Ma’ani al-Qur`an. ——-. Jami’ al-Ahadis, Juz 2.

Dep. Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya. Cet. ke-5. Bandung: CV Diponegoro, 2007. Echols, John M dan Hassan Shadily. Kamus Inggris-Indonesia. Cet. XX. Jakarta: PT Gramedia, 1992.

Hamka, Tafsir al-Azhar, Juz II. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002. ——-. Tafsir al-Azhar, Juz III. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002. ——-. Tafsir al-Azhar, Juz IV, Cet. 3. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002. ——-. Tafsir al-Azhar, Juz XVII. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001.

(33)

Nasution, Harun. Falsafat dan Mistisisme dalam Islam. Cet. 7. Jakarta: Bulan Bintang, 1990. Pidarta, Made, Landasan Kependidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia,Cet. 2 (Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Praja, Juhaya S. “Paradigma Pengembangan Universitas Islam Negeri (Harapan dan Masa Depan UIN Malang),” dalam A. Malik Fadjar, dkk., Horizon BaruPengembangan

Pendidikan Islam Upaya Merespon Dinamika Masyarakat Global. Malang: UIN Malang Press, 2004.

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah, Volume 7. Jakarta: Lentera Hati, 2002. ——-. Tafsir al-Misbah, Volume 11. Jakarta: Lentera Hati, 2002.

Siddik, Dja’far. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Cita Pustaka Media, 2006. Uno, Hamzah B. Profesi Kependidikan. Cet. 4. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Padang, 29 Oktober 2010.

*Makalah telah dipresentasekan pada seminar mata kuliah Dasar-dasar Pendidikan dalam al-Quran pada program doktor (S.3) Prodi Pendidikan Islam PPs IAIN Imam Bonjol Padang dibawah bimbingan Prof.Dr. H.M. Quraish Shihab, M.A., dan Prof. Dr. H. Rusydi AM, Lc., M.A., pada tanggal 09 Oktober 2010.

[1]Adalah Rousseau yang berpendapat bahwa keberadaan orang lain (termasuk dalam hal ini guru) di sisi perserta didik dapat berpotensi menghambat perkembangan bakat-bakat alamiah anak. Ia berpendapat bahwa alamlah yang berhak memberikan pendidikan kepada anak secara bebas dan alamiah. Pendapat ini dikemukakannya karena ia menekankan tujuan pendidikan untuk membentuk manusia bebas dan merdeka dari tekanan maupun ikatan serta tidak untuk tujuan tertentu, apakah itu menjadikan peserta didik menjadi orang beragama atau menjadikan warga masyarakat dan warga negara yang baik, juga tidak untuk suatu jabatan, melainkan menjadi seorang individu yang bebas. Dja’far Siddik, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Cita Pustaka Media, 2006), h. 39.

[2]Muhammad Munir Mursi, At-Tarbiyat al-Islamiyah: Usuluha wa Tatwiruha fi al-Bilad al-’Arabiyah, (Kairo: ‘Alam al-Kutub, 1982), h. 167.

[3]E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Cet. Ke-9 (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 3.

[4]Jalaluddin as-Suyuthi, Jami’ al-Ahadits, Juz 2, h. 88. [5]Dja’far Siddik, h. 78.

(34)

[7]Departemen Agama RI, Al-Qur`an dan Terjemahnya,Cet. ke-5 (Bandung: CV Diponegoro, 2007), h. 560.

[8]Lihat surat an-Nahl/16: 43 dan al-Anbiya`/21: 7. Ibid., h. 272 dan 322.

[9]Sulaiman bin al-Asy’ats Syidad bin ‘Amru al-Azdiy Abu Daud al-Sajastaniy, Sunan Abi Daud,Juz 11 (India: Mathba’ Naul Kisywar, 1305 H), h. 34.

[10]Dja’far Siddik, h. 78.

[11]Abdurrahman an-Nahlawi, Usul Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha fi Baiti wa al-Madrasah wa al-Mujtama’ (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), h. 239.

[12]Mulyasa, h. 36.

[13]John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Cet. XX (Jakarta: PT Gramedia, 1992), h. 449.

[14]Bandingkan dengan Afnibar, Memahami Profesi dan Kinerja Guru, (Jakarta: The Minangkabau Foundation, 2005).

[15]Mulyasa, h. 190.

[16]Penguasaan ilmu pendidikan dan keguruan mencakup 1) psikologi pendidikan, 2) teknologi pendidikan, 3) metodologi pendidikan, 4) media pendidikan, dan 5) penelitian pendidikan. Mulyasa, h. 191.

[17]Penguasaan kurikulum mencakup: 1) Mampu menganalisis kurikulum, merencanakan pembelajaran, mengembangkan silabus, dan mendayagunakan sumber belajar. 2) Mampu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode, kegiatan, dan alat bantu

pembelajaran yang sesuai. 3) Mampu menyusun program perbaikan (remedial) bagi peserta didik yang kurang mampu. 4) Mampu menyusun program pengayaan (enrichment) bagi peserta didik yang pandai. Mulyasa, h. 191.

[18]Penguasaan didaktik metodik umum berupa 1) mampu menggunakan metode yang bervariasi secara tepat, 2) mampu mendorong peserta didik bertanya, dan 3) mampu membuat alat peraga sederhana. Mulyasa, h. 191.

[19]Menguasai pengelolaan kelas meliputi: 1) menguasai pengelolaan fisik kelas, 2)

menguasai pengelolaan pembelajaran, 3) menguasai pengelolaan dan pemanfaatan pajangan kelas. Mulyasa, h. 191.

[20]Hal dimaksud meliputi 1) kemampuan menyusun instrument penilaian kompetensi peserta didik dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, 2) kemampuan menilai hasil karya peserta didik, baik melalui tes maupun non tes (observasi, jurnal, portofolio), 3) kemampuang menggunakan berbagai cara penilaian, baik tertulis, lisan, maupun perbuatan. Mulyasa, h. 191.

Referensi

Dokumen terkait

 psiktrpika&#34; maka maka rumah rumah sakit sakit #erke$a%i#an #erke$a%i#an men%amin men%amin #ah$a #ah$a ada da&amp;tar tenaga medis yang #erhak menulis resep di RSI

Analisis yang dilakukan adalah berupa simulasi waktu perjalanan penumpang saat melakukan proses keberangkatan dan kedatangan tujuannya adalah agar dapat mengetahui

5 Dalam pembahasan lain disebutkan bahwa bala’ bisa berbentuk nikmat, cobaan atau ujian, dan sesuatu yang dibenci ( makruh ). Adapun contoh bala&gt;’ dalam bentuk

Maraknya pembangunan hotel dan industri pariwisata lainnya di DIY seharusnya dapat diimbangi dengan adanya sekolah-sekolah kejuruan, namun sepertinya

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, yang bertujuan untuk mengidentifikasikan pengetahuan, sikap, dan tindakan wanita

Dalam analisis permasalahan, dilakukan penentuan input komponen, penentuan model dokumentasi dan menentukan proses cetak dokumen.Yang diperlukan sebagai input komponen

kan. tltll k Lt.)lan untuk mongumpul rnn.k lumat... r.: University

Tujuan penelitian ini agar bisa dijadikan sebagai sebuah rujukan ilmiah bagi masyarakat akademik dan menjadi evaluasi bagi masyarakat di Desa Gunung Sari