• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Konseptual Antara Hakikat Matem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Konseptual Antara Hakikat Matem"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KONSEPTUAL ANTARA HAKIKAT MATEMATIKA,

PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS, DAN MEDIA PEMBELAJARAN

MATEMATIKA

Abigail Christina Mulia 120311402286

S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Secara etimologis matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dari bernalar. Maka Rasio (penalaran) merupakan dasar berpikir secara matematik. M. Jainuri, M.Pd dalam artikelnya yang berjudul Hakikat Matematika menuliskan bahwa pada tahap awal matematika timbul sebagai akibat dari aktivitas manusia sebagai pengalaman empiris yang kemudian diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran dalam stuktur kognitif hingga terbentuknya suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.

Hudoyo (1979) mengemukakan bahwa hakikat matematika berkenan dengan ide-ide, struktur- struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Sehingga dapat dikatakan obyek kajian dalam ilmu matematika bersifat abstrak. Dan agar orang lain memahami konsep yang abstrak ini kemudian dituangkan dalam simbol-simbol dan istilah matematika.

Hal yang perlu diperhatikan adalah simbol dalam matematika secara umum masih kosong dari arti (Soedjadi 2000). Maka ide dibalik simbol matematika harus dipahami terlebih dahulu berdasarkan semesta pembicaraannya. Jika ide telah dipahami, maka berdasarkan kesepakatan terbentuklah simbol-simbol yang berarti.

Selain itu matematika juga dikenal sebagai ilmu deduktif karena tidak seperti ilmu pengetahuan lain, metode pencarian kebenaran dalam matematika menggunakan metode deduktif. Sebagai ilutrasi teorema-teorema, dalil, atau generalisasi dari suatu sifat dapat diterima setelah dibutikan secara deduktif.

(2)

Menilik sedikit pada jenis gaya belajar anak, secara umum terdapat tiga jenis gaya belajar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditori, dan gaya belajar kinestetik. Idealnya dalam aktivitas belajar seharusnya anak mampu menggunakan ketiga gaya belajar ini secara kombinatif. Tapi kenyataanya sangat sedikit anak yang mampu menkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. sebuah penelitian menujukkan umumnya hanya ada 27% pelajar bergaya visual, 34% pelajar bergaya auditorial, dan 39% menggunakan gaya kinestetik. Sedangkan yang lain mencoba menkombinasikan ketiganya.

Dari penjelasan di atas tampak bahwa dalam membelajarkan matematika pendidik harus menyampaikan konsep atau pemahaman yang telah dimilikinya pada beberapa macam penerima dengan tingkat kecepatan dan sudut pandang yang heterogen. meskipun terlihat sulit, namun usaha membelajarkan matematika tidak mustahil dilakukan. Yang diperlukan adalah alat untuk mewujdkan hal itu. Melalui banyak proses, pengamatan, dan pengalaman kini alat itu telah berkembang menjadi “teori pembelajaran konstruktivisme”.

Prinsip dasar teori belajar konstruktivisme adalah peserta didik mengonstruksi sendiri pengetahuannya. Mengonstruksi pengetahuan adalah suat usaha yang sangat aktif oleh peserta didik untuk mengonstruksi atau memahami ide baru. Dalam mengonstruksi pengetahuan diperlukan pemikiran reflektif yang berarti mengubah ide-ide yang ada untuk mencari ide-ide yang kiranya berguna untuk memberi arti pada ide baru.

Teori konstruktivisme beakar kuat dari Psikologi Kognitif yang dipelopori oleh Piaget. Dalam menghadapi masalah, seseorang akan melakukan proses adaptasi. Dalam hal ini terjadi proses asimilasi dan akomodasi.

Konstruktivisme merupakan sebuah teori yang mempelajari bagaimana kita belajar. Teori ini lebih memandang bagaimana belajar itu berlangsung, tanpa melihat bagaimana kita mengajar. Kita tidak akan dapat memilih untuk memiliki siswa yang konstruktif pada suatu hari dan tidak konstruktif pada hari lain. Karena itu belajar secara hafalan pun juga merupakan sebuah konstruksi, tetapi “konstruksi yang lemah (pemahaman instrumental)”. Bahkan bisa jauh dari tingkat yang disebut pemahaman.

Pemahaman merupakan ukuran kualitas dan kuantitas hubungan suatu ide dengan ide yang telah ada(dimiliki). Pemahaman sangat bergantung pada modal ide dan kualitas antar-ide tersebut, dalam arti antar-ide yang dipahami dihubungkan dengan banyak antar-ide lain oleh jaringn konsep dan prosedur yang bermakna.

(3)

sesuatu atau mencoba menghubungkan ide. Berpikir reflektif terjadi ketika peserta didik mencoba memahami penjelasan dari orang lain, ketika mereka bertanya, ketika menjelaskan atau menyelidiki kebenaran dari ide mereka sendiri.

Kita tidak bisa hanya menyuruh peserta didik berpikir dan mengharapkan mereka memikirkan ide baru. Yang harus dikondisikan pendidik adalah bagaimana peserta didik terlibat dalam berpikir.

Berpikir reflektif bisa meningkat ketika peserta didik terlibat dengan pekerjaan temannya. Suasana interaktif merupakan kesempatan terbaik bagi siswa untuk belajar berpikir reflektif. Proses interaksi antar peserta didik ini dijelaskan oleh teori Vygotsky bahwa interaksi sosial sebagai komponen penting dalam perkembangan pengetahuan.

Lebih jauh Vygotsky menjelaskan bahwa ide-ide yang berada di kelas, yang berada di buku, dan yang berada di pikiran pendidik bisa berbeda dengan ide-ide yang dikonstruksi oleh peserta didik. Ide yang diformulasikan dengan baik yang datang dari luar dinamakan konsep-konsep ilmiah. Sedangkan ide yang dikembangkan oleh peserta didik sendiri dinamakan konsep-konsep spontan. Menurut Vygotsky, peserta didik dapat bekerja secara bermakna dengan konsep-konsep ilmiah.

Untuk meningkatkan interaksi antar peserta didik dalam mempelajari matematika yang notabene obyek kajiannya bersifat abstrak, sangatlah dibutuhkan alat bantu pendidikan. Alat bantu pendidikan adalah benda yang dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Aat bantu pendidikan bisa dinamakan media pembelajaran. Sedangkan media adalah alat saluran komunikasi, yakni saluran komunikasi antar peserta didik dan pendidik. (Hamid, 2011).

Leslie J. Briggs (dalam Hamid, 2011) menyatakan bahwa media pembelajaran adalah alat-alat fisik untuk menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk buku, film, rekaman video, dan lain sebagainya. Ia juga berpendapat bahwa media merupakan alat untuk memberikan perangsang bagi peserta didik supaya terjadi proses belajar.

Pada intinya, media pembelajaran berfungsi sebagai sebuah pesan yang disampaikan oleh pendidik agar bisa diterima peserta didik dengan baik. Media yang bersifat manipulatif dapat digunakan untuk memodelkan konsep-konsep matematika. Dalam penggunaan media, konsep matematika yang berisi hubungan-hubungan logis yang dikonstruksi di dalamnya dan yang ada dalam pikiran merupakan bagian dari jaringan ide.

(4)

contoh dari konsep. Secara teknis, semua yang dilihat peserta didik adalah obyek fisik dan hanya pemikiran peserta didik yang dapat mengaitkan hubungan matematika dengan obyek tersebut(Thompson, 1994).

Jadi kesimpulannya, matematika adalah imu pengetahuan yang menekankan pada penggunaan rasio(penalaran) dan obyek kajiannya bersifat abstrak, sehingga untuk membelajarkan(menyampaikan konsep atau pengetahuan yang dimilki pendidik) matematika seorang pendidik harus menggunakan suatu cara yang efektif. Karena pendidik akan menghadapi peserta didik yang heterogen, maka cara atau metode pembelajaran yang paling tepat untuk saat ini adalah pembelajaran konstruktivis. Pembelajaran konstruktivis akan menjadi lebih efektif dngan adanya media pembelaran karena media pembelajaran merupakan alat komunikasi yang bertindak sebagai model(perwujudan) dari konsep yang hendak disampaikan pendidik pada peserta didik.

Konsep yang benar , cara pembelajaran yang efektif, dan penggunaan media pembelajaran yang tepat menjadi kebutuhan utama pendidik dalam proses pembelajaran matematika.

Sumber :

Suyadi.Rahasia Sidik Jari.2010.Yogyakarta:Flash Books

Subanji.Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif.2011.Malang:UMPress Hamid, Soleh.2011.Mtode Edutainment.2011.Yogyakarta:DIVA Press

http://eprints.uny.ac.id/9151/3/bab%202%20-%2008301244043.pdf

Referensi

Dokumen terkait

selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Bangka Belitung dan sekaligus dosen pembimbing I, yang terus membantu penulis dalam menyelesaikan

Bagaimana perilaku obsesif kompulsif dalam beribadah pada santri di. Pondok Pesantren Fathul Hidayah Pangean,

3 Profil rumahtangga petani (Sosio- Ekonomi dan Sosio-Budaya): Termasuk kondisi kemiskinan rumahtangga Kuesioner, indepth interview, observsi lapang, FGD Primer, Sekunder

Kemudian jari te lunjuk memegang tepian atau pangkal dari ujung tali bagian belakang lembing, dibantu dengan ibu jari diletakkan pada tepi belakang dari pegangan dan

Berdasarkan Surat Edaran Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor E 26- 30/V 128-4/99 tanggal 14 Agustus 2020 perihal Pembagian Sesi Pelaksanaan SKB CPNS Formasi Tahun 2019 dengan

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) merupakan suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada

Gambar 4.27 Perbandingan Kurva Waktu – Settlement Perhitungan Awal, Analisa Balik - Metode Terzaghi, Hasil Bacaan Settlement Plate dan Analisa Plaxis (SP-04)

Berkenaan dengan hal tersebut , kami meminta bantuan Saudara untuk menugaskan pegawai di lingkungan unit kerjal kantor Saudara untuk mengikuti diklat pada waktu dan