• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Penderita Kusta Dengan Kecacatan di Poli Penyakit Kulit & Kelamin RSUP HAM tahun 2013-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Penderita Kusta Dengan Kecacatan di Poli Penyakit Kulit & Kelamin RSUP HAM tahun 2013-2015"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kusta termasuk penyakit tertua di dunia.Kata kusta berasal dari bahasa

India kustha, dikenal sejak 1400 tahun sebelum Masehi.Kusta merupakan

penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya ialah Mycobacterium leprae

bersifat intraseluler obligat, ditemukan oleh G.A. Hansen pada tahun 1974 di

Norwegia, yang sampai sekarang belum dapat dibiakkan dalam media

artifisial.M.leprae berbentuk basil dengan ukuran 3-8 um x 0,5 um, tahan asam

dan alkohol serta Gram positif.[1]

Dalam World Health Organinization(WHO)Global leprosy update2014

terdeteksikasus kusta baru sebanyak 213.899per 10000 penduduk. Data statistik

diterima dari 121 negara dari 5 wilayah WHO. Indonesia sebagai salah satu

negara dengan kasus kusta terbanyak berada di urutan ketiga dengan jumlah kasus

baru tahun 2014 sebanyak 17.025. Sedangkan diurutan pertama India sebanyak

125.785 kasus kusta baru dan diurutan kedua Brazil sebanyak 31.064 kasus.[2]

Pada tahun 2014 dilaporkan 17.025 kasus baru di Indonesia, dengan

83,5% kasus diantaranya merupakan tipe Multi Basiler (MB). Jumlah kasus baru

kusta terbanyak di Provinsi Jawa Timur dengan 4.116 kasus lalu diikuti Jawa

Barat dengan 1.917 kasus.Sedangkan Indonesia bagian timur seperti Sulawesi

Selatan dan Papua juga mempunyai jumlah kasus baru yang tinggi. Di Provinsi

Sumatera Utara tercatat 176 kasus kusta baru.[3]

Kusta merupakan penyakit yang dapat menimbulkan kecacatan pada

penderitanya.Kecacatan merupakan istilah yang luas yang maknanya mencakup

setiap kerusakan, pembatasan aktivitas yang mengenai seseorang.Tiap pasien baru

yang ditemukan harus dicatat tingkat cacatnya.Tiap organ (mata, tangan dan kaki)

diberi tingkat cacat sendiri. Menurut WHO, cacat kusta dibagi menjadi cacat

(2)

Prevalensi tertinggi penderita yang mengalami kecacatan berada pada usia

dia atas 60 tahun, pasien laki-laki, pasien dengan lebih dari dua saraf yang

terkena, pada kasus kusta multibasiler, pada kasus reaksi kusta, dan pada kasus

kusta lepromatosa. Hasil pengamatan menunjukkan pendidikan yang baik adalah

faktor pencegah untuk kecacatan.[5]

Studi di salah satu wilayah yang paling endemik di Brasil,menunjukkan

tingkat kecacatan berlanjut menjadiderajat 2 pada saat diagnosis kusta cukup

banyak, penyebabnya karenaketerlambatan diagnosis.Mereka mengidentifikasi

kelompok risiko tinggi untuk keterlambatan diagnosis kusta termasuk usia lanjut,

tinggal di pedesaan, dan status pendidikan rendah. Variabel yang terkait dengan

kemiskinan terlihat jelas berhubungan dengan cacat fisik saat diagnosis. [6]

Di Indonesia sendiri, penelitian di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Jakarta tahun 2006-2009, temuan dari cacat kusta pada saat diagnosis

menunjukkan bahwa penegakan diagnosis dilakukan di akhir perjalanan penyakit

dan penyakit cenderung sudah memiliki perkembangan yang jauh. Dalam

penelitian ini, jumlah cacat kelas II adalah 8,9%.[7]

Akibat kecacatan kusta, sekitar 60% penderita memiliki keterbatasan

dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari. Pada persentase yang sama, penderita

memiliki masalah untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan 35,5%

menyatakan bahwa mereka mendapat stigma dari masyarakat. Profildari

Explanatory Model Interview Catalogue(EMIC) mengenai skala stigma

masyarakat menunjukkan bahwa masalah utama yang berkaitan dengan stigma

adalah rasa malu, masalah dalam menemukan pasangan untuk menikah dan

kesulitan dalam mencari pekerjaan yang berpenghasilan. Masalah diskriminasi

yang menonjol adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan pernikahan dan

pekerjaan.[8]

Permasalahan penyakit kusta merupakan permasalahan yang sangat

kompleks dan merupakan permasalahan kemanusiaan seutuhnya.Masalah yang

dihadapi oleh penderita bukan hanya medis tetapi juga adanya masalah

psikososial sebagai akibat penyakitnya.Secara medis penyakit ini menimbulkan

(3)

kusta menjadi tuna sosial, tuna wisma, tuna karya, dan ada kemungkinan

mengarah untuk melakukan kejahatan atau gangguan di lingkungan masyarakat.[9]

Dengan mengetahui besarnya derajat kecacatan serta faktor risiko kusta

yang dilihat dari data demografi para penderita kusta,maka akan sangat

bermanfaat dalam merencanakan program yang tepat untuk mencegah terjadinya

kecacatan maupun untuk mencegah kecacatan berlanjut. Berdasarkan uraian latar

belakang di atas penulis tertarik untuk mengetahui prevalensi penderita kusta

dengan kecacatannya di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik selama

periode 2013-2015.

1.2Perumusan Masalah

Untuk mengetahui prevalensi penderita kusta dengan kecacatannya di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) selama periode

2013-2015?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui prevalensi penderita kusta dengan kecacatannya di RSUP

HAM tahun 2013-2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui data demografi pada pasien kusta dengan kecacatan

berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.

2. Mengetahui prevalensi penderita kusta dan menentukan kecacatannya.

3. Mengetahu jenis/tipe kusta yang paling sering menyebabkan kecacatan.

(4)

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Bagi Masyarakat Umum

Memberi gambaran mengenai penyakit kusta yang masih ada di

masyarakat dan kecacatan yang dapat ditimbulkannya.

1.4.2 Bagi Bidang Akademik / Ilmiah

Sebagai masukan dan informasi dari program kesehatan dalam rangka

menurunkan angka penderita kusta dan kecacatan di Indonesia.

1.4.3 Bagi Penulis

1. Menambah pengetahuan penulis mengenai penyakit kusta dan

prevalensinya.

2. Sebagai kesempatan untuk mengintegrasikan ilmu yang telah

didapat di bangku kuliah dalam bentuk melakukan penelitian

secara mandiri.

3. Memenuhi tugas mata kuliah Community Research Program

sebagai prasyarat untuk menyelesaikan program pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

If people are more accurate for truths than deception (the veracity effect), which is clearly the case in Professor Burgoon’s data, then as the pro- portion of truthful senders

Dengan demikian, penelitian ini berfokus untuk menganalisis dampak yang terjadi pada pasar ekspor perikanan dengan komoditas udang dan ikan ke Eropa bila

Hambatan-hambatan apa sajakah yang timbul dalam menyelesaikan sengketa jual beli tanah di Pengadilan Negeri Kendal dan bagaimana cara

Menurut Arman Hakim Nasution (2008), peramalan adalah proses memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam urusan kuantitas,

Al haba’ yang paling dekat dengan nur Allah adalah hakikat Muhammad SAW yang disebut dengan Aql, dialah sayyid al alam yang mencakup segalanya, dan dialah yang

2012 Analisis kepuasan pelanggan pada Alfamart tembalang dari dimensi pelayanan (studi kasus pada Alfamart Jl.Ngesrep timur V/69, Kota Semarang), skripsi Fakultas Ekonomi Universitas

Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2, kelimpahan relatif famili Eulophidae, Encyrtidae dan Scelionidae pada lanskap Nyalindung jauh lebih tinggi dari famili lainnya,

mudharabah pada Bank Syariah Mandiri Kcp Sengkang adalah dapat meningkatkan investasi dana pihak ketiga pada bank syariah karena jika bank menggunakan sistem