BAB II
URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori
Kerangka teori adalah bagran dari penelitian, tempat peneliti memberikan
penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokolq sub variabel
atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya (Arikunto, 1995:93). Adapun
teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah komunikasi organisasi,
teori kepemimpinan, teori sifat, teori perilaku, teori berdasarkan onse-ciri,
motivasi, dan teori motivasi Abraham Maslow.
2.1.1) Komunikasi Organisasi
Menurut Redding dan Sanbom mengatakan bahwa komunikasi organisasi
adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang komplek.
Yang termasuk dalam bidang ini adalah komturikasi internal, hubungan manusia
hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari
atasan kepada bawahan komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan
kepada atasan, komunikasi horizontal atal komunikasi dari orang-orang yang
sama level/tingkatannya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan
berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program. (dalam
Muhammad, 2004:65)
Wursanto mengartikan komunikasi organisasi ialah suatu proses
penyampaian informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara timbal
balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan (2005:158). Mengutip
pendapat Pace dan Faules (2001:31-33) komunikasi organisasi adalah prilaku
pengorganisasiaan yang terjadi atau bagaimana mereka yang terlibat dalam proses
itu bertransaksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Dan lebih
jelasnya Komunikasi Organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi
yang menciptakan, memelihara dan mengubah suatu organisasi.
Menurut Wiryanto (2005:52) komunikasi organisasi adalah pengiriman
informal dari suatu organisasi. Komunikasi formal adalah komunikasi yang
disetujui oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan
organisasi. Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan
berbagai pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo,
kebijakan, pemyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi
informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada
organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
2.1.1.1) Fungsi Komunikasi Organisasi
Aktivitas komunikasi dapat menghubungkan antarmanusia dan
antarkelompok dalam sebuah organisasi, yang berarti komunikasi organisasi
memiliki suatu fungsi. Menurut Condrad terdapat 3 fungsi komunikasi organisasi
sebagaimana terlihat dari tabel di bawah ini:
Tabel 2.1
Fungsi Komunikasi Organisasi
Fungsi Komando Fungsi Relasi
1. Mengarahkan dan membatasi tindakan
2. Menangani dan membatasi
tampilan yang dekat melalui umpan balik
3. Menggunakan publikasi dan instruksi
1. Menciptakan dan melanjutkan fungsi impersonal dalam organisasi
2. Membuat negosiasi antar unit kegiatan
3. Menentukandan mendefenisikan peran organisasi
Fungsi komunikasi untuk mengambil keputusan dalam suasana yang ambigu dan tidak pasti
1. Menjaga keseimbangan antara kepentingan organisasi dengan kepentingan individual
2. Mengelola pelbagai akibat yang ditinggalkan atau memelihara tradisi organisasi
3. Menciptakan perspektif bagi peluang pembagian
pengalaman/pemerkayaan kerja
- Fungsi komando: ada dua tipe komunikasi yang membentuk fungsi komando , yaitu (1) pengarahan, yang terlaksana melalui instruksi dan publikasi; dan (2) umpan balik yang menunjukkan siapa yang sudah mengikuti apa yang diperintahkan.
- Fungsi relasi: komunikasi organisasi juga bertujuan untuk memenuhi fungsi relasional. Tujuannya menciptakan relasi kerja bagi peningkatan produksi organisasi.
- Fungsi mengelola suasana yang tidak pasti: komunikasi organisasi berfungsi mendorong para pegawai untuk memilih keputusan yang komplikatif dalam organisasi (dalam Liliweri, 2004: 67).
Menurut Goldhaber (1986) komunikasi organisasi adalah proses
menciptakan dan menukar pesan dalam suatu jaringan hubungan yang saling
tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah.
Komunikasi organisasi mempunyai peranan penting dalam memadukan
fungsi-fungsi manajemen dalam suatu perusahaan yaitu:
1) Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan.
2) Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yamg telah ditetapkan.
3) Melakukkan pengorganisasian terhadap sumberdaya manusia dan sumber daya lainnya dengan cara efektif.
4) Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang menimbulkan keinginan orang untuk member kontribusi.
5) Mengendalikan prestasi (dalam Purba, 2006:112-113).
Sedangkan menurut Robbins (2003:4-5), ada 4 fungsi komunikasi didalam
sebuah organisasi :
1. Pengendalian prilaku anggota dengan beberapa cara, agar petunjukpetunjuk ditaati oleh bawahan.
2. Motivasi, membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan kepada karyawan apa yang harus dilakukan, bagaimana seberapa baikmereka bekerja, dan apa yang harus dikerjakan untuk memperbaikikinerja dibawah standar.
3. Sarana pengungkap emosi (kepuasan, frustasi, dll).
2.1.1.2) Arus Informasi Dalam Organisasi
Komunikasi dalam suatu perusahaan adalah unsur terpenting. Karena
dalam komunikasi ada interaksi sosial yang ditandai adanya pertukaran makna
untuk menyatukan perilaku atau tindakan setiap individu.
Dengan adanya komunikasi maka akan memudahkan pimpinan dalam
menyampaikan informasi kepada karyawan guna mencapai tujuan utama
perusahaan. Selain itu juga akan memudahkan karyawan dalam menyampaian
gagasan atau bahkan keluhan kepada pimpinan. Hal ini penting juga untuk dapat
meningkatkan loyalitas dan totalitas mereka dalam bekerja, jika keluhan dan
gagasan mereka ditanggapi dengan bijak.
Dalam berkomunikasi terdapat arus informasi yang perlu diperhatikan,
untuk itu akan dibahas berdasarkan tempat dimana khalayak sasaran berada, yaitu
komunikasi internal, komunikasi diagonal, komunikasi ekternal (Sholeh,
2000:212)
a.Komunikasi Internal
Komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam organisasi
atau perusahaan. Dalam penerapan komunikasi beragam karena sesuai dengan
struktur organisasi. Komunikasi dalam organisasi bisa terjadi diantara orang yang
memiliki level kepangkatan yang sama, diantara pimpinan dan bawahan, dan
lain-lain.
Berdasarkan alur komunikasi yang terjadi di dalam organisasi, maka
komunikasi internal terbagi menjadi 4 (empat) jalur yaitu vertikal, horizontal,
diagonal, dan grapvine.
1. Komunikasi Vertikal
Komunikasi vertikal adalah arah arus komunikasi yang terjadi dari atas ke
bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward
communication). Pada downward communication, pimpinan menyampaikan pesan
kepada bawahan. Alur ini memiliki fungsi sebagai berikut:
a) Pemberian atau penyampain intruksi kerja, bentuknya perintah, arahan, penerangan, manual kerja, uraian tugas.
tugas-tugas berkaitan dengan tugas dan posisi yang lain di organisasi dan mengapa mereka mengerjakan tugas tersebut.
c) Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku seperti bagaimana waktu kerja, cara pengaturan gaji, asuransi kesehatan, dan lain-lain.
d) Penyampaian informasi mengenai bagaimana penampilan pekerja, baik itu penampilan fisik maupun penampilan kemampuan menjalankan pekerjaan dan memperlihatkan daya tahan dalam keberhasilan kerja.
e) Pemberian informasi bagaimana mengembangkan misi perusahaan.
Selain di atas, komunikasi juga mengalir dari bawahan ke atasan atau
Upward communication. Metode yang digunakan dalam penyampaian informasi
bisa dengan lisan, tulisan, gambar, skema, atau kombinasi diantara semuanya.
Metode upward communication memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a) Penyampaian informasi mengenai pekerjaan yang sudah dan yang belum selesai dilaksanakan.
b) Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan. c) Membantu pemimpin dalam pengambilan keputusan.
2. Komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal yaitu arus informasi yang terjadi secara mendatar
atau sejajar di antara para pekerja dalam satu unit. Menurut soleh Soemirat dan
Elvinaro Ardianto dalam buku Komunikasi Organisasional, tujuan dari arus
informasi ini antara lain:
a) Mengkoordinasikan pengerjaan tugas
b) Bertukar informasi dalam rencana dan kegiatan c) Mengatasi masalah
d) Mendapatkan pemahaman bersama
e) Memusyawarahkan, negosiasi, dan menengahi perbedaan f) Membangun dukungan interpersonal.
Dalam penerapan jalur komunikasi horizontal banyak metode yang
digunakan para karyawan, misalnya percakapan pada saat istirahat, percakapan
melalui telefon, menggunakan memo, dengan diadakanya rapat diantara para
karyawan yang sejajar kedudukannya, dan lain-lain.
3. Komunikasi diagonal
Komunikasi diagonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam sebuah
organisasi diantara seseorang dengan orang lain yang satu sama lain berbeda
pertanggung jawaban, biasanya hanya menyampaikan ide. Komunikasi diagonal
diperlukan khusunya bagi para pekerja pada level bawah guna menghemat waktu.
Dalam penggunaan alur ini diperlukan dua syarat yakni:
a) Setiap pekerja melakukan komunikasi secara diagonal harus memperoleh izin dari atasanya langsung
b) Setiap pekerja yang melakukan komunikasi diagonal harus menginformasikan hasil yang dicapai kepada atasan langsung.
4. Grapvine
Grapvine adalah perkataan Inggris untuk tanamanan anggur dan karena
tanaman ini menjalar tanpa arah dan bentuk tertentu, kadang-kadang seperti spiral
dan lingkaran yang kait mengait maka perkataan inilah yang dipilih untuk sistem
komunikasi informal (Phil, 1986:98). Grapevine biasanya disebut juga sebagai
rumors. Komunikasi ini bebas hambatan karena berlangsung dari mulut ke mulut,
selain itu informasi yang disampaikan sering kali tidak lengkap yang
memungkinkan disalah artikan, namun begitu umumnya 75% sampai 90% pesan
Grapevine akurat yang berkaitan dengan situasi tempat kerja.
b.Komunikasi Eksternal
Komunikasi eksternal ialah komunikasi antara orang-orang yang berada di
dalam dengan khalayak di luar organisasi.
Adapun tujuan utama dilaksanakan komuniksi eksternal oleh sebuah organisasi
adalah:
1) Untuk membina dan memelihara hubungan yang baik
2) Untuk menciptakan opini publik yang menguntungkan
3) Untuk memelihara dan menjaga citra organisasi agar tetap positif.
2.1.2) Organisasi dan Komunikasi
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara
harafiah berarti paduan dari bagian-bagan yang satu sama lainnya saling
bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada
peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam
mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk
komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang
dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya faktor-faktor apa
yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi
pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan
suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis
organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan
situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah
sebagai berikut:
1. Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
2. Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif yaitu: a. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. b. Berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasamya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahrag4 ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Griffin (2003) dalam A First Look at Communication Theory, membahas
komunikasi organisasi mengikuti teori management klasik, yang menempatkan
suatu bayaran pada daya produksi, presisi, dan efisiensi. Adapun prinsip-prinsip
dari teori managernent klasikal adalah sebagai berikut:
1. kesatuan komando-suatu karyawan hanya menerima pesan dari satu atasan 2. rantai skalar- garis otoritas dari atasan ke bawahan yang bergerak dari atas
sampai ke bawah untuk organisasi; rantai ini, yang diakibatkan oleh prinsip kesatuan komando, harus digunakan sebagai suatu saluran untuk pengambilan keputusan dan komunikasi.
3. divisi pekerjaan- manegement perlu arahan untuk mencapai suatu derajat tingkat spesialisasi yang dirancang trrtuk mencapai sasaran organisasi dengan suatu cara efisien.
4. tanggung jawab dan otoritas- perhatian harus dibayarkan kepada hak untuk memberi order dan ke ketaatan seksama; suatu ketepatan keseimbangan antara tanggung jawab dan otoritas harus dicapai.
5. disiplin- ketaatan, aplikasi, energi, perilaku dan tanda rasa hormat yang keluar seturut kebiasaan dan aturan disetujui.
6. mengebawahkan kepentingan individu dari kepentingan umum melalui contoh peneguhan, persetujuan adil, dan pengawasan terus-menerus.
Terdapat 4 peran pemimpin dalam organisasi, yaitu:
1. memproduksi
2. menjalankan roda organisasi
3. memberikan informasi
Berdasarkan pengertian bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
tingkah laku yang mengandung indikasi serangkaian tugas yang perlu
dilaksanakan oleh seorang pemimpin adalah:
1) membengkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahan 2) mengkomunikasikan gagasan kepada orang lain 3) dengan berbagai cara mempengaruhi orang lain
4) seorang pemimpin adalah seorang besar yang dikagumi dan mempesona yang dibanggakan oleh para bawahan (Wahjosumidjo 2002:40).
Wahjosumidjo juga mengemukakan 4 (empat) macam tugas penting
seorang pemimpin yaitu :
1. Mendefinisikan misi dan peranan organisasi
Misi dan peranan organisasi dapat dirumuskan dengan baik apabila seorang pemimpin lebih dulu memahami asumsi struktural sebuah organisasi.
2. Pemimpin merupakan pengejawantahan tujuan organisasi Dalam tugas ini pemimpin harus menciptakan kebijaksanaan ke dalam tatanan atau keputusan terhadap sarana untuk mencapai tujuan yang direncanakan.
3. Mempertahankan keutuhan organisasi
Pemimpin bertugas untuk mempertahankan keutuhan organisasi dengan melakukan koordinasi dan kontrol melalui dua cara, yaitu melalui otoritas, peraturan, literally, melalui pertemuan, dan koordinasi khusus terhadap berbagai peraturan.
4. Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi
Secara umum, tugas-tugas pokok pemimpin dalam organisasi antara lain :
1. Melaksanaan Fungsi Managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi pelaksanaan :
- Penyusunan Rencana
- Penyusunan Organisasi Pengarahan Organisasi Pengendalian Penilaian - Pelaporan
2. Mendorong (memotivasi) bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan tekun
3. Membina bawahan agar dapat memikul tanggung jawab tugas masing masing secarabaik
4. Membina bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien 5. Menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis
6. Menyusun fungsi manajemen secara baik
2.1.3) Kepemimpinan
Ada beberapa pendapat pakar tentang pengertian kepemimpinan, antara
lain adalah sebagai berikut: Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam
situasi tertentu dan langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961; 24).
Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957; 7).
Menurut Kartono (2005:153). kepemimpinan adalah kemampuan untuk
memberikan pengaruh yang konstruktif kepada orang lain untuk melakukan satu
usaha kooperatif mencapai tujuan yang sudah di canangkan. Begitupun
kepemimpinan menurut Sutarto (1998: 25) adalah rangkaian kegiatan penataan
berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan juga merupakan fungsi dari keefektifan operasional pada
pengambilan keputusan di suatu organisasi atau perusatraan. Jadi, apabila
pemimpin mampu dengan tangkas, cerdas, cepat, dan arif bijaksana mengambil
keputusan yang tepat, maka organisasi atau perusatraan bisa berfungsi secara
efektif dan produktif.
Suatu kepemimpinan merupakan masalah relasi dan pengaruh antara
pemimpin dan yang di pimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang
sebagai hasil dari interaksi otomatis di antara pemimpin dan individu-individu
yang dipimpin (ada relasi interpersonal). Kepemimpinan ini bisa berfungsi atas
dasar kekuasaan untuk mengajak, mempengaruhi, dan menggerakkan orang –
orang lain guna melakukan sesuatu, demi pencapaian suatu tujuan tertentu.
Dalam kepemimpinan ini terdapat hubungan antar manusia, yaitu
hubungan mempengaruhi (dari pemimpin) dan hubungan kepatuhan-ketaatan para
pengikut/bawahan karena di pengaruhi oleh kewibawaan pemimpin. Para
pengikut terkena pengaruh kekuatan dari pemimpinnya dan bangkitlah secara
Kepemimpinan dimasukkan dalam kategori "ilmu terapan" dari ilmu-ilmu
sosial, sebab prinsip-prinsip, definisi, dan teori-teorinya diharapkan dapat
bermanfaat bagi usaha peningkatan taraf hidup manusia. Seperti ilmu-ilmu lain
kepemimpinan sebagai cabang ilmu bertujuan untuk:
1. memberikan pengertian menganai kepemimpinan secara luas,
2. menafsirkan dari tingkah laku pemimpin, dan
3. pendekatan terhadap permasalahan sosial yang dikaitkan dengan fungsi
pemimpin (Kartono, 2005:3).
Suatu kepemimpinan memiliki fungsi, adapun fungsi kepemimpinan ialah
memandu, menuntun, membimbingo membangun, memberi atau membangunkan
motivasi-motivasi kerja, mengemudikan organisasi, menjalin jaringan-jaringan
komunikasi yang baik memberikan supervisr/pengawasan yang efisien, dan
membawa para pengikutnya kepada sasaran yang ingin dituju, sesuai dengan
ketentuan waktu dan perencanaan.
Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka
kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan
dengan hal tersebut, menurut Nawawi (2001:74), fungsi kepemimpinan
berhubungn langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok
masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan
berada diluar situasi itu Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam
situasi sosial keiompok atau organisasinya.
Fungsi kepemimpinan menurut Nawawi (2001)
a. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktifitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinya.
memiliki dua dimensi yaitu:
Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Nawawi (2001), secara
operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
2. Fungsi konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3. Fungsi Partisipasi.
Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
4. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuay atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan ssorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.
5. Fungsi Pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
Fungsi-fungsi kepemimpinan yang hakiki menurut Siagian (1994:47-48) adalah
1. Pemimpin selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian tujuan,
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi,
3. Pemimpin selaku komunikator yang efektif,
4. Mediator yang andal khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik,
2.1.4) Pemimpin
Pemimpin adalah pribadi yang memiliki keterampilan teknis, khususnya
dalam suatu bidang, hingga ia mampu mempengaruhi orang lain untuk
bersama-sama melakukan aktifitas, demi pencapaian suatu tujuan organisasi. Menurut
Henry Pratt Fairchild, pemimpin dalam pengertian luas ialah seonulg yang
memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur,
mengarahkan, mengorganisir, atau mengontrol usaha atau upaya orang lain, atau
melalui latihan-latihan kekuasaan atau posisi. Dalam pengertian yang terbatas,
pemimpin ialah seorang yang membimbing dan memimpin dengan bantuan
kualitas-kualitas persuasifnya, dan penerimaan secara suka rela oleh para
pengikutya (dalam Kartono 2005:39).
Pemimpin adalah seseorang yang mampu menggerakkan pengikut untuk
mencapai tujuan organisasi. Kata pemimpin sendiri di dalam bahasa Indonesia
memiliki banyak arti, misalnya pimpinan, ketua, atau komandan. Namun, dalam
arti yang lebih dalam, pemimpin yang dimaksudkan di dalam ‘leadership’ harus
diartikan sebagai seseorang yang memimpin sebuah organisasi atau institusi dan
terlibat di dalamnya (Iensufiie, 2010 : 2).
Jadi, pemimpin adalah orang yang membantu orang lain untuk
memperoleh hasil-hasil yang diinginkan. Pemimpin bertindak dengan cara-cara
yang memperlancar produktivitas, moral tinggi, respons yang energik, kecakapan
kerja yang berkualitas, komitmen, efisiensi, sedikit kelemahan, kepuasan,
kehadiran, dan kesinambungan dalam organisasi (Liliweri, 2004: 327).
2.1.5) Teori Kepemimpinan
Dalam sebuah organisasi sifat dan sikap kepemimpinan seorang pemimpin
untuk mempengaruhi orang lain sangat menentukan didalam mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan merupakan intisari dari managemen organisasi,
sumber daya pokok, dan titik sentral dari setiap aktivitas yang terjadi dalam suatu
Teori kepemimpiann merupakan suatu penggeneralisasian dari suatu seri
fakta mengenai ciri, perilaku dan tujuan seorang pemimpin serta konsep-konsep
kepemimpinan. Adapun teori yang terkait antara lain:
A. Teori Perilaku
Teori perilaku menitikberatkan pada aspek terpenting dari kepemimpinan,
bukan pada sifat atau karelcteristik dari pemimpin, tetapi apa yang dilakukan
pemimpin tergantung pada gaya kepemipinan yang diterapkannya. Adapun dasar
dari pendekatan gaya kepemimpinan diyakini bahwa pemimpin yang efektif
menggunakan gaya tertentu untuk mengarahkan seseorang atau kelompok untuk
mencapai fujuan tertentu.
Terdapat dua gaya kepemimpinan yaitu:
a. Gaya kepemimpinan berorientasi tugas (task orientation) adalah perilaku pimpinan yang menekankan bahwa tugas-tugas dilaksanakan dengan baik dengan cara mengarahkan dan mengendalilen secara ketat bawahannya.
b. Gaya kepemimpinan berorientasi karyawan (employ orientation) adalah perilaku pimpinan yang menekankan pada pemberian motivasi kepada bawahan dalam melaksanakan tugasnya dengan melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tugasnya, dan mengembangkan hubungan yang bersahabat saling percaya mempercayai dan saling menghormati di antara anggota kelompok. (Indriyo & Sudita, 1997:132).
Di samping gaya kepemimpinan, ada juga gaya perilaku kepemimpinan
yang berlandaskan empat kerangka kerja yakni:
a. Perilaku Instrumental, perilaku ini meliputi fungsi-fungsi manajerial dari kegiatan bawahan oleh pimpinan.
b. Perilaku Suportif yaitu memberikan masukan dan pertimbangan dalam upaya pemenuhan kebutuhan kesejahteraan karyawan dan menciptakan lingkungan kerja yang baik.
c. Perilaku Partisipatif, meliputi informasi yang diperlukan organisasi dan karyawan, ide atau gagasan sena ikut serta dalam pengambilan keputusan.
B. Teori Berdasarkan Onse-Ciri
Menurut Djatmiko (dalam Ardana,2008: 9l) teori berdasarkan onse-ciri
adalah teori kepemimpinan yang sangat klasik yang masih tetap mendapat
perhatian baik oleh para pakar dan tokoh organisasi yang seyogyanya dimiliki
setiap pemimpin. Ciri-ciri tersebut adalah:
a. Pengetahuan yang luas. Ciri sangat penting karena dalam menjalankan fungsinya seorang pemimpin dituntut memahami secara tepat bukan hanya berbagai segi kegiatan dari organisasi yang dipimpinnya, tetaapi juga apa yang terjadi di sekeliling organisasi, terutama hal-hal yang diperkirakan membawa dampak kuat terhadap organisasi yang bersangkutan, dari seorang pemimpin dituntut cara berpikir dan wawasan yang integral dan komprehensif, berarti suatu totalitas digabungkan dengan faktor-faktor ekologis yang turut perpengaruh. Cara berpikir demikian menuntut pengetahuan yang luas.
b. Kemampuan bertumbuh dan berkembang. Salah satu faktor penyebab keberhasilan seorang pemimpin ialah sikap dan tindakannya yang onsensus terhadap segala perubahan yang terjadi sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan ilmu pengetahuandan teknologi yang terjadi.
c. Sifat yang inkuisitif. Rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang terjadi bukan hanya dalam lingkungan organisasi yang dipimpinnya, akan tetapi disekelilingnya dan mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan tersebut.
d. Kemampuan analitik. Berpikir dengan kemampuan daya kognitif dan daya nalar secara teratur dan intensif.
e. Daya ingat yang kuat, sehingga tidak tergantung kepada informasi kepada orang lain berkurang.
f. Kapasitas onsensua. Peranan seorang pemimpin melihat kepentingan organisasi sebagai keseluruhan dan tidak terbatas pada kepentingan satuan-satuan kerja yang terdapat didalamnya.
g. Keterampilan berkomunikasi secara efektif baik secara vertical maupun horizontal diagonal.
h. Keterampilan mendidik. Dalam hal ini seorang pemimpin diharapkan mampu memberikan bimbingan dan pengarahan dan bukan selalu bersikap dan bertindak onsensu.
i. Rasionalitas. Dengan bermodalkan daya kognitif dan daya nalar yang tinggi disertai dengan pendekatan yang situasional dalam memimpin suatu organisasi.
j. Obyektivitas. Berkaitan erat dengan akibat rasionalitas dalam berpikir, sehinggan mampu bersikap obyektif.
l. Kemampuan menentukan skala prioritas. Berkaitan erat dengan pandangan hidup yang onsensus dari setiap pemimpin dituntut untuk kemampuan memberikan skala prioritas secara tajam.
m. Kemampuan membedakan yang urgen dan yang penting
n. Rasa tepat waktu. Ialah kemampuan yang tinggi dan dimiliki secara naluriah untuk menentukan kapan bertindak dan kapan tidak melakukan sesuatu dalam menghadapi berbagai situasi.
o. Rasa kohensi yang tinggi. Seorang pemimpin yang mampu menjaga dan memelihara keutuhan kelompok kerja pada bawahannya.
p. Naluri relevansi. Bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam organisasi, seharusnya mempunyai kaitan langsung atau tidak langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang diterapkan untuk dicapai pada kurun waktu tertentu.
q. Keteladanan
r. Kesediaan menjadi pendengar yang baik
s. Adaptabilitas. Sejauhmana seorang pemimpin mampu melakukan penyesuaian tertentu yang dituntut oleh suatu perubahan dalam lingkungan organisasi.
t. Fleksibilitas. Dalam diri seorang pemimpin diharapkan sikap yang luwes, mampu membaca situasi secara tepat, menyesuaikan gaya manajerialnya dengan situasi yang dihadapi.
u. Ketegasan
v. Oreintasi masa depan w. Sikap yang antisifatif
C. Teori Alur-Tujuan
Menunrt Robbins dan Coulter (2004) teori ini dikembangkan yang
merupakan sebuah model kepemipinan situasional yang menyaring unsur dari
teori pengharapan tentang motivasi.
Menurut teori ini bahwa tingkah laku seorang pemimpin itu dapat diterima
bawahan sejauh mereka menganggapnya sebagai sumber kepuasan, dimana
terdapat kepuasan langsung atau kepuasan dimasa depan. Artinya perilaku
seorang pemimpin itu memotivasi sejauh bahwa kelakuan itu:
a. Membuat pencapaian kebutuhan bawalran tergantung pada kinerja yang
efektif.
b. Memberi pelatihan bimbingan, dan imbalan-imbalan yang perlu bagi
kinerja efektif.
Maka menurut model ini perilaku/gaya kpemimpinan ada empat,
1) Direktif mengarahkan dan member bimbingan
2) Suportif: mendukung, bersikap bersahabat serta perhatian
kepada kebutuhan anak buah.
3) Partisipatif: ikut berunding dan menerima saran-saran
bawahan.
4) Berorientasi prestasi: mematok tujuan-tujuan yang
menantang dan berharap bawalran untuk bekerja keras.
2.1.6) Variabel - variabel Kepemimpinan
Variabel - variabel kepemimpinan menurut Chapman (dalam Indriyo dan
Sudita, 1997:127) adalah:
a. Cara berkomunikasi
Setiap pemimpin harus mampu memberikan informasi yang jelas dan untuk itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan lancar. Karena hal itu akan memudahkan bawahan untuk apa yang dikehendaki oleh seorang pemimpin baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Kemampuan untuk berkomunikasi bagi seorang pemimpin benar-benar memegang kunci peranan penting guna memperlancar dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan yang berkaitan dengan operasional perusahaan.
b. Pemberian motivasi
Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk memberikan dorongan-dorongan atau memberi motivasi kepada bawahannya, baik motivasi secara finansial atau nonfinansial. Hal ini dapat menciptakan prestasi dan suasana kondusif bagi keberhasilan suatu organisasi, dimana bawahan akan merasa diperhatikan oleh pemimpinnya yang mewakili perusahaan.
c. Kemampuan memimpin
Kemampuan memimpin dapat terlihat dari gaya kepemimpinannya, apakah gaya kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin ookratik, partisipatif atau bebas kendali.
d. Pengambilan keputusan
e. Kekuasaan yang positif
Seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi atau perusahaan walaupun dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda tentu saja harus memberikan rasa aman bagi bawahan yang bekerja (positive leadership).
2.1.7) Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan karakteristik atau tipe tertentu dalam
melaksanakan kepemimpinan. Pendapat para ahli mengenai gaya kepemimpinan
membuat konsep kepemimpinan semakin kaya karena banyaknya pendapat yang
membahas gaya yang sama dengan penjelasan yang saling melengkapi antara satu
dengan lain. Setiap pemimpin memiliki gayanya masing-masing dalam
menjalankan fungsinya. Pengalaman, pengetahuan, pandangan, latar belakang
sosial, usia, lingkungan, keinginan mempengaruhi gaya seorang pemimpin.
Menurut Djatmiko, para pemimpin pada dasarnya dapat dikategorikan
menjadi lima tipe yaitu sebagai berikut.
a. Tipe otokratik
Dengan onse-ciri antara lain : mengambil keputusan sendiri, memusatkan kekuasaan dan pengambilan keputusan pada dirinya, bawahan melakukan apa yang diperintahkan, menggunakan wewenang dan tanggung jawab sepenuhnya, dan biasanya berorientasi pada kekuasaan.
b. Tipe paternalistik
Ciri-cirinya antara lain : mengambil keputusan cenderung menggunakan cara tersendiri tanpa melibatkan bawahan, hubungan dengan bawahan bersifat bapak-bapak, berusaha memenuhi kebuthan fisik anak buah untuk mencuri perhatian dan tanggung jawab mereka, orientasinya adalah menjaga hubungan yang baik dengan anak buah. c. Tipe karismatis
Dengan onse-ciri yang menonjol di antaranya : memelihara hubungan dengan bawahan agar pelaksanaan tugas dapat terselenggara dengan baik sekaligus memberi kesan bahwa hubungan tersebut berbasis pada relasionalitas bukan kekuasaan.
d. Tipe Laisses Faire (Free Reign)
Dengan onse-ciri : menghindari penumpukan kekuasaan dengan jalan mendelegasikan kepada bawahan, tergantung pada kelompok dalam menentukan tujuan dan penyelesaian masalah, efektif bila di lingkungan onsensual yang bermotivasi tinggi.
e. Tipe Demokratis (Partisipatif)
meski pengambilan keputusan dilimpahkan, namun tanggung jawab tetap pada pimpinan (dalam Ardana, dkk. , 2008 : 97).
Menurut Rivai dan Mulyadi, gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam
mengklasifikasikan tipe kepemimpinan. Gaya kepemimpinan memiliki tiga pola
dasar, yaitu : gaya kepemimpinan yang berpola pada kepentingan pelaksanaan
tugas, pelaksanaan hubungan kerja sama, dan kepentingan hasil yang dicapai.
Berdasarkan ketiga pola dasar tersebut terbentuk perilaku kepemimpinan yang
berwujud pada kategori kepemimpinan yang terdiri dari tiga tipe pokok
kepemimpinan, yaitu :
a. Tipe Kepemimpinan Otoriter
Tipe kepemimpinan ini menempatkan kekuasaan di tangan satu orang. Pemimpin bertindak sebagai penguasa tunggal. Kedudukan dan tugas anak buah semata-mata hanya sebagai pelaksana keputusan, perintah, dan bahkan kehendak pimpinan. Pimpinan memandang dirinya lebih dalam segala hal, dibandingkan dengan bawahannya. Kemampuan bawahan selalu dipandang rendah sehingga dianggap tidak mampu berbuat sesuatu tanpa diperintah.
b. Tipe Kepemimpinan Kendali Bebas
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan otoriter. Pemimpin berkedudukan sebagai simbol. Kepemimpinan dijalankan dengan memberikan kebebasan penuh pada orang yang dipimpin dalam mengambil keputusan dan melakukan kegiatan menurut kehendak dan kepentingan masing-masing, baik secara perorangan maupun kelompok-kelompok kecil. Pemimpin hanya memfungsikan dirinya sebagai penasihat.
c. Tipe Kepemimpinan Demokratis
2.1.8) Motivasi
Menurut Hasibuan (2005: 143), motivasi berasal dari kata latin movere
yang berarti dorongan atau pemberian daya penggerak yang menciptakan
kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan
terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Pentingnya
motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan, dan
mendukung prilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil
yang optimal. Sedangkan menurut Flippo (dalam hasibuan 2005: 143), bahwa
motivasi adalah suatu keahlian, dalam mengarahkan pegawai dan organisasi agar
mau bekerja secara berhasil, sehingga para pegawai dan tujuan organisasi
sekaligus tercapai. Motivasi semakin penting karena manajer membagikan
pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi pada
tujuan yang ingin dicapai.
Definisi mengenai motivasi yang dikemukakan oleh Nawawi (2008: 351)
menyatakan bahwa: "Motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi
sebab seseorang melakukan sesuatu perbuatan (kegiatan)”. Sedangkan Maslow,
(dalam Robbins 2009:166) mengemukakan bahwa: "Motivasi adalah suatu proses
pemenuhan kebutuhan". Adapun Mangkunegara (2002: 93) menyatakan bahwa
“Motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai
tujuan dari motifnya."
Menurut Rivai (2009:455) motivasi adalah serangkaian sikap dan
nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai hal yang spesifik sesuai
dengan tujuan individu. Sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang tidak
terlihat yang memberikan kekuatan untuk mendorong individu bertingkah laku
dalam mencapai tujuan.
Sedangkan menurut Daft (2002:91) motivasi mengacu pada dorongan,
baik dari dalam atau dari luar diri seseorang yang memunculkan antusiasme dan
kegigihan untuk melakukan tindakan tertentu. Motivasi karyawan mempengaruhi
produktivitas kerja dan sebagian pekerjaan manajer adalah untuk menyalurkan
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan yang dimiliki individu yang
merangsang untuk melakukan tindakan (kegiatan) dalam mencapai tujuan yang
diharapkan.
A. Tujuan Pemberian Motivasi
Menurut Sunyoto (2012:17) diberikannya motivasi kepada pegawai seseorang
tentu saja mempunyai tujuan antara lain:
1. Mendorong gairah dan semangat pegawai.
2. Meningkatkan moral dan kepuasan kerjapegawai. 3. Meningkatkan produktivitas kerja pegawai.
4. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan pegawai.
5. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi pegawai. 6. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
7. Meningkatkan kreativitas dan partisipasi pegawai. 8. Meningkatkan kesejahteraan pegawai.
9. Mempertinggi rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugas dan pekerjaannya.
Motivasi dibedakan menjadi dua yaitu motivasi langsung dan motivasi tidak
langsung.
1. Motivasi langsung
Motivasi langsung adalah motivasi yang diberikan secara langsung kepada setiap individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaa& tunjangan hari raya, bonus dan bintang jasa.
2. Motivasi tidak langsung
Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas sehingga para karyawan bersemangat melakukan pekerjaan. Misalnya kursi yang nyaman, mesin yang baik, ruang kerja yang terang dan nyaman, suasana pekerjaan yang serasi, serta penempatan yang tepat. Motivasi tidak langsung besar pengaruhnya untuk merangsang semangat kerja karyawan sehinggga menjadi produktif (Hasibuan, 2005: 149).
Menurut Cascio, “motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari
keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya, missal: rasa lapar, haus,
dan dahaga” (dalam Hasibuan 1996:95). Begitu pun menurut Robbins dan Coulter
tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu
dalam memenuhi beberapa kebutuhan individu tertentu.
B. Langkah-langkah Memotivasi
Dalam memotivasi bawahan, menurut Sunyoto (20l2:17) ada beberapa
petunjuk atau langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh setiap pemimpin
sebagai berikut:
1.Pemimpin harus tahu apa yang dilakukan bawahan.
2.Pemimpin harus berorientasi kepada kerangka acuan orang. 3.Setiap orang berbeda-beda di dalam memuaskan kebutuhan.
4.Setiap pemimpin harus memberikan contoh yang baik bagi bawahan. 5.Pemimpin mampu mempergunakan keahlian dalam berbentuk-bentuk. 6.Pemimpin harus berbuat dan berlaku realistis.
C. Fungsi Motivasi
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan flrmusan tujuannya.
3. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut (Sardiman, 2007: 85).
D. Jenis dan Sifat Motivasi
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:86) motivasi sebagai kekuatan
mental individu memiliki 2 jenis tingkat kekuatan, yaitu motivasi primer dan
motivasi sekunder.
a. Motivasi Primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar, motif dasar tersebut berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Dimyati mengutip pendapat Mc.Dougal bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan dan perasaan subjektif dan dorongan mencapai kepuasan.
b. Motivasi sekunder
dan primer sangat penting dikaitkan oleh karyawan dalam usaha pencapaian prestasi dalam bekerja.
Menumbuhkan motivasi dalam bekerja tidak hanya timbul dari dalam diri,
tetapi juga berasal dari luar diri seseorang. Adapun motivasi tersebut dapat
dikatakan sebagai motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah motivasi yang timbul dari dalam diri pribadi individu itu sendiri tanpa
adanya pengaruh dari luar individu. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah
dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang
dilakukannya. Ia mendapat pengaruh atau rangsangan dari luar.
Motivasi intrinsik dan ekstrinsik sangat dibutuhkan oleh setiap pegawai
dalam sebuah perusahaan, karna adanya motivasi yang bersifat dari dalam
maupun dari luar, seseorang akan mampu mengendalikan stresor sehingga
berpengaruh positif dalam pekerjaan.
E. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi bisa datang dari mana saja, baik secara intrinsik dan ekstrinsik.
Menurut Darsono, dkk (2000:65) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
motivasi. Lima diantaranya adalah aspirasi, kemampuan, kondisi fisik, dan
kondisi lingkungan.
Aspirasi dapat juga disebut sebagai cita-cita. Motivasi timbul karena
adanya cita-cita atau tujuan perusahaan yang harus dicapai oleh semua karyawan
dalam perusahaan tempat seorang karyawan bekerja. dengan adanya tujuan
perusahaan, karyawan akan memaksimalkan kemampuannya untuk mencapai
target tersebut. Sedangkan kondisi fisik dalam kaitannya dengan faktor yang
memperngaruhi motivasi adalah karena kondisi fisik seseorang sangat
menentukan kinerjanya. Jika sesorang sedang dalam kondisi yang baik secara
fisik maupun psikologis, maka kemampuan yang dimiliki akan semakin maksimal
dan memungkinkan seseorang untuk terus berinovasi dalam bekerja, karena jika
kondisi fisik maupun psikologis seseorang terganggu, akan sangat berpengaruh
dalam kinerjanya. Unsur lain yang berasal dari luar adalah kondisi lingkungan.
dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah, maka semangat dan
motivasi akan muncul dengan sendirinya dan menguntungkan bagi karyawan
maupun perusahaan.
F. Faktor-faktor yang Mempeugaruhi Motivasi Kerja Pegawai
1. Keberhasilan pelaksanaan : agar seorang bawahan dapat berhasil dalam pelaksanaan pekerjaannya dengan memberikan kesempatan kepadanya agar bawahan dapat berusaha mencapai hasil. Bila bawahan telah berhasil mengerjakan pekerjaannya, pemimpin harus menyatakan keberhasilan itu. 2. Pengakuan : sebagai lanjutan dari keberhasilan pelaksanaan pemimpin
harus memberi pernyataan pengakuan akan keberhasilan tersebut, berupa pemberian bonus uang tunai dan penghargaan.
3. Tanggung Jawab : memberikan bawalran bekeda sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan menerapkan prinsip partisipasi. Diterapkannya prinsip partisipasi membuat bawahan sepenuhnya merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya.
4. Penghargaan pegawai : pemimpin memberi rekomendasi tentang bawahan yang siap untuk pengembangan, untuk menaikkan pangkatrya atau dikirim mengikuti pendidikan atau latihan lanjutan. (Manullang,2011:197)
Adapun teori motivasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori
Motivasi Abraham H. Maslow
Teori ini dinamakan "Theory of Human Motivation". Teori ini mengikuti teori
jamak, yakni seseorang berperilaku (bekerja) karena adanya dorongan untuk
memenuhi bermacam-macam kebutuhan. Maslow berpendapat, kebutuhan yang
diinginkan seseorang berjenjang artinya bila kebutuhan yang pertama telah
terpenuhi , maka kebutuhan tingkat kedua akan menjadi yang utama. Selanjutnya
jika kebutuhan tingkat dua telah terpenuhi, maka muncul kebutuhan tingkat tiga
dan seterusnya sampai tingkat kelima. Dasar dari teori ini adalah:
a. Manusia adalah makhluk yang berkeinginan, ia selalu menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus menenrs dan akan berhenti bila akhir hayat tiba.
b. Suatu kebutuhan yang telah dipuaskan tidak menjadi motivator bagi pelakunya, hanya kebutuhan yang belum terpenuhi yang akan menjadi motivator.
1. Physiologi needs (kebutuhan fisik)
Merupakan kebuttrhan untuk mempertalunkan hidup yang termasuk kedalam kebutuhan ini adalah kebutuhan makan, minum, udara dan sebagai keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merupakan salah satu kelakuan yang paling nyata.
2. Security or safety needs (kebutuhan keselamatan)
Kebutuhan tingkat kedua menurut Maslow adalah kebutuhan keselamatan, kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk, yakni:
- Kebutuhan akan keamanan jiwa, bagi pemimpin organisasi terutama menyangkut keamana jiwa ditempat bekerja pada waktu jam kerja. Dalam arti luas tentunya setiap manusia membutuhkan keamanan jiwanya dimana pun berada.
- Kebutuhan keamanan harta ditempat bekerja pada waktu jam-jam kerja. 3. Affiliation or acceptance needs (kebutuhan social)
Karena manusia adalah makhluk social, sudah jelas ia mempunyai kebutuhan sosial yang terdiri dari empat golongag yaitu:
- Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orfllg lain dilingkungan ia hidup dan bekerja.
- Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena merasa setiap manusia merasa dirinya penting.
- Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal. - Kebutuhan akan perasaan ikut serta.
4. Esteem or stotus needs (kebutuhan akan penghargaan prestise)
Idealnya prestis timbul karena adanya prestasi, tetapi tidak selamanya demikian akan tetapi perlu juga diperhatikan oleh pimpinan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam masyarakat atau posisi seseorang didalam organisasi semakin tinggi pula prestasinya.
5. Aktualisasi diri
Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi seseorang secara penuh. Kebutuhan aktualisasi diri berbeda dengan kebutuhan lain dalam dua hal, yaitu:
- Pertama, kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar. Pemenuhan berdasarkan usaha individu itu sendiri
- Kedua, aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan seseorang individu. Kebutuhan ini berlangsung terus menerus terutama sejalan dengan meningkatnya jenjang karier seorang individu (dalam Hasibuan, 2005:153).
2.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah konsep penelitian yang merupakan kerangka
acuan peneliti didalam mendesain instrument penelitian. Lebih konkret, konsep
adalah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Konsep dibangun dari
Karena itu, konsep memiliki tingkat generalisasi yang berbeda satu dengan yang
lainnya, bila dilihat dari kemungkinan dapat diukur atau tidak. Selain itu, konsep
harus merupakan atribut sebagai kesamaan dari fenomena yang berbeda (Bungin,
2010:57).
Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Gambar : 2.2 Variabel Penelitian
g
Sumber : Hasil Penelitian 2014
1. Variabel Bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab atau
pendahulu dari variabel lainnya (Krisyantono, 2008:21). Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah kepemimpinan
2. Variabel Terikat (\)
Variabel terikat yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh
variable yang mendahuluinya (Krisyantono, 2008:21). Variable terikat
dalam penelitian ini adalah motivasi kerja. Variabel X
Kepemimpinan
Variabel Y Motivasi Kerja
3. Karakteristi k Responden
Karakteristik responden merupakan cirri-ciri daripada responden yang
akan dijadikan sampel pada penelitian. Karakteristik tersebut meliputi
usia, jenis kelamin, unit kerja dan tingkat pendidikan.
2.3 Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan
diatas, maka untuk memudahkan penelitian, perlu dibuat variabel penelitian
sebagai berikut:
Tabel 2.2
Operasional Variabel Penelitian
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Variabel (X)
Kepemimpinan
1. Cara Berkomunikasi
2. Pemberian Motivasi
3. Kemampuan Memimpin
4. Pengambilan keputusan
5. Kekuasaan yang positif
Variabel (Y)
Motivasi Kerja
1. Keberhasilan pelaksanaan
2. Pengakuan/Penghargaan pegawai
3. Tanggung jawab
4. Aktualiasi diri/Pengembangan
Karakteristik Responden
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Unit kerja
4. Tingkat pendidikan
5. Lama bekerja
2.4 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang
telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu
petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan
kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu
peneliti lain yang ingin menggunakan variable sama (Singarimbun,2008:46).
Definisi Operasional dari variable-variabel penelitin ini adalah sebagai berikut:
Variabel bebas yakni kepemimpinan meliputi:
1. Cara berkomunikasi
Setiap pemimpin harus mampu memberikan informasi yang jelas dan
untuk itu harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dan lancar.
Karena hal itu akan memudahkan bawahan untuk menangkap apa yang
dikehendaki oleh seorang pemimpin baik untuk jangka pendek maupun jangka
panjang. Kemampuan untuk berkomunikasi bagi seorang pemimpin benar-benar
memegang kunci peranan penting guna memperlancar dalam usaha pencapaian
tujuan perusahaan yang berkaitan dengan operasional perusahaan.
2. Pemberian motivasi
Seorang pemimpin harus mempunyai kemampuan untuk memberikan
dorongan-dorongan atau memberi motivasi kepada bawahannya, baik motivasi
secara finansial atau nonfinansial. Hal ini dapat menciptakan prestasi dan suasana
kondusif bagi keberhasilan suatu organisasi, dimana bawahan akan merasa
diperhatikan oleh pemimpinnya yang mewakili perusahaan.
3. Kemampuan memimpin
Kemampuan memimpin dapat terlihat dari gaya kepemimpinannya,
apakah gaya kepemimpinan yang dilakukan seorang pemimpin ookratik,
4. Pengambilan keputusan
Seorang pemimpin harus mampu mengambil keputusan berdasarkan fakta
dan peraturan yang berlaku di perusahaan serta keputusan yang diambil tersebut
mampu memberikan motivasi bagi karyawan untuk bekerja lebih baik bahkan
mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan produktivitas kerja.
5. Kekuasaan yang positif
Seorang pemimpin dalam menjalankan organisasi atau perusahaan
walaupun dengan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda tentu saja harus
memberikan rasa aman bagi bawahan yang bekerja (positive leadership).
Variabel terikat yakni Motivasi meliputi:
1. Keberhasilan pelaksanaan : Agar seorang bawahan dapat berhasil dalam
pelaksanaan pekerjaannya dengan memberikan kesempatan kepadanya
agar bawahan dapat berusaha mencapai hasil. Bila bawahan telah berhasil
mengerjakan pekerjaannya, pemimpin harus menyatakan keberhasi lan itu.
2. Pengakuan : Sebagai lanjutan dari keberhasilan pelaksanaan pemimpin
harus memberi pemyataan pengakuan akan keberhasilan tersebut, berupa
pemberian bonus uang tunai dan penghargaan.
3. Tanggung Jawab : Memberikan bawahan bekerja sendiri sepanjang
pekerjaan itu memungkinkan dan menerapkan prinsip partisipasi.
Diterapkannya prinsip partisipasi membuat bawahan sepenuhnya
merencanakan dan melaksanakan pekerjaannya.
4. Aktualisasi diri : berkaitan dengan proses pengembangan
potensi yang sesungguhnya dari seseorang, untuk menunjukkan
Karakteristik Responden
Karakteristik dalam penelitian ini adalah:
1. Usia : umur responden saat mengisi kuesioner
2. Jenis Kelamin : jenis kelamin responden yang mengisi kuesioner
3. Unit Kerja : unit pekerjaan pegawai yang mengisi kuesioner
4. Tingkat Pendidikan : jenjang pendidikan terakhir responden
5. Lama Bekerja : jenjang waktu responden selama bekerja
2.5 Hipotesis
Hipotesis adalah sarana pengujian hasil penelitian yang dilakukan. Didesain
berdasarkan kepentingan penelitian yang dijadikan sebagai arah arah pengujia
penelitian. Hipotesis ini kemudian digunakan untuk menjawab problem empiric
dalam penelitian (Bungin, 2010 :87)
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ha : Terdapat Pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja Pegawai di
PT Perusahaan Gas Negara SBU Distribusi III
Ho : Tidak terdapat Pengaruh Kepemimpinan terhadap Motivasi Kerja