• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Kejahatan Perbankan Konvensional Berbasis Teknologi Informasi oleh Otoritas Jasa Keuangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penanganan Kejahatan Perbankan Konvensional Berbasis Teknologi Informasi oleh Otoritas Jasa Keuangan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap

negara. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang

perseorangan, badan-badan usaha swasta, badan-badan usaha milik negara,

bahkan lembaga-lembaga pemerintahan menyimpan dana-dana yang dimilikinya.1

Hal tersebut dapat dilihat dalam pengertian Bank yang selengkapnya berbunyi:2

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Apabila pada 3 (tiga) dekade yang lalu perbankan nyaris hanya didominasi

dengan kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana yang konvensional

dalam arti nasabah harus datang kepada Bank untuk memenuhi keperluannya,

maka produk perbankan sekarang jauh lebih maju dan variatif, meskipun dasar

utama kegiatannya tidak berubah dari menghimpun dana dari masyarakat dan

menyalurkan dana kepada masyarakat.3 Contoh nyata dalam kegiatan operasional

perbankan saat ini adalah masyarakat sangat mengenal produk perbankan

1

Chatamarrasjid, Ais, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014), hlm. 7.

2

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 (selanjutnya disebut dengan UU Perbankan), Pasal 1 angka 2.

3

(2)

Automatic Teller Machine atau Anjungan Tunai Mandiri (ATM), yang

memudahkan masyarakat yang telah menjadi nasabah Bank dalam menarik uang

tanpa harus mengantri pada kasir Bank.4 Dalam perkembangannya pula melalui

ATM masyarakat dimudahkan untuk melakukan transaksi penyetoran, pengiriman

dan pembayaran. Setelah ATM, muncul pelayanan nasabah berbasis teknologi

informasi seperti sebutkanlah Mobile Banking (Phone atau SMS Banking) dan

Internet Banking. Segi operasional dua kegiatan ini nyaris sama dengan ATM,

namun dalam perkembangannya, perkembangan Mobile Banking belum seperti

yang diharapkan.5

Saat ini pemanfaatan teknologi informasi merupakan bagian penting dari

hampir seluruh aktivitas masyarakat.6 Bahkan di dunia perbankan hampir seluruh

proses penyelenggaraan sistem pembayaran telah dilaksanakan secara elektronik

(paperless).7 Perkembangan teknologi informasi itu telah memaksa pelaku usaha

mengubah strategi bisnisnya dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama

dalam proses inovasi produk dan jasa.8 Pelayanan electronic transaction

(e-banking) melalui ATM, phone banking dan Internet banking misalnya,

merupakan bentuk-bentuk baru dari delivery channel pelayanan bank yang

mengubah pelayanan transaksi manual menjadi pelayanan transaksi oleh

4

Ibid. 5

Ibid.

6Direktorat Hukum Bank Indonesia, “Peranan Bank Indoensia Dalam Pencegahan Kejahatan Penipuan Internet di Perbankan” (

http://www.interpol.go.id/en/transnational- crime/cyber-crime/90-peranan-bank-indonesia-dalam-pencegahan-kejahatan-penipuan-internet-di-perbankan diakses pada 16 Oktober 2016)

7 Ibid. 8

(3)

teknologi.9

Bagi perekonomian, kemajuan teknologi memberikan manfaat yang sangat

besar, karena transaksi bisnis dapat dilakukan secara seketika (real time), yang

berarti perputaran ekonomi menjadi semakin cepat dan dapat dilakukan tanpa

hambatan ruang dan waktu.10 Begitu juga dari sisi keamanan, penggunaan

teknologi, memberikan perlindungan terhadap keamanan data dan transaksi.

Namun demikian, di sisi lain, perkembangan teknologi yang begitu cepat tidak

dapat dipungkiri telah menimbulkan ekses negatif, yaitu berkembangnya

kejahatan yang lebih canggih yang dikenal sebagai Cybercrime.11

Penerapan teknologi dan sistem informasi dalam perbankan Indonesia

menunjukkan perkembangan pesat. Fungsi teknologi informasi itu sendiri secara

umum untuk meningkatkan efisiensi dan keefektifan operasional perbankan.12

Dibalik perkembangan ini terdapat berbaga permasalahan hukum yang berkaitan

dengan kejahatan informasi dan transaksi elektronik di bidang perbankan yang

kemudian merugikan bank, masyarakat dan/ nasabah jika tidak diantisipasi

dengan baik. Seiring dengan semakin maraknya tindak kejahatan cyber crime di

bidang perbankan yaitu kasus pembobolan terhadap sistem keamanan dan

pembobolan rekening (hacking) atau sistem elektronik nasabah dalam sistem

9

Tim Perundang-undangan dan Pengkajian Hukum Direktorat Hukum Bank Indonesia,

“Urgensi Cyberlaw Di Indonesia Dalam Rangka Penanganan Cybercrime Di Sektor Perbankan”,

Buletin Hukum Perbankan Dan Kebanksentralan, Volume 4 Nomor 2, Agustus 2006, hlm. 15

10 Ibid. 11

Ibid.

12 Koran Sindo, “Tiga Modus Kejahatan Perbankan Mengancam Masyarakat”

(4)

perbankan nasional dengan menggunakan sarana, prasarana dan identitas orang

lain guna memalsukan kartu kredit dalam kejahatan yang disebut Carding13.

Contoh cybercrime dalam transaksi perbankan yang menggunakan sarana

Internet sebagai basis transaksi adalah sistem layanan kartu kredit dan layanan

perbankan online (online banking). Dalam sistem layanan yang pertama, yang

perlu diwaspadai adalah tindak kejahatan yang dikenal dengan istilah carding.

Prosesnya adalah sebagai berikut, pelaku carding memperoleh data kartu kredit

korban secara tidak sah (illegalinterception)14, dan kemudian menggunakan kartu

kredit tersebut untuk berbelanja di toko online (forgery). Modus ini dapat terjadi

akibat lemahnya sistem autentifikasi yang digunakan dalam memastikan identitas

pemesan barang di toko online.15

Kegiatan yang kedua yaitu perbankan online (online banking). Modus

yang pernah muncul di Indonesia dikenal dengan istilah typosite yang

memanfaatkan kelengahan nasabah yang salah mengetikkan alamat bank online

yang ingin diaksesnya.16 Pelakunya sudah menyiapkan situs palsu yang mirip

dengan situs asli bank online (forgery). Jika ada nasabah yang salah ketik dan tidak sah dari suatu rekening bank milik orang lain.

14

Beberapa contoh dari illegal interception yaitu antara lain: Penggunaan kartu asli yang tidak diterima oleh pemegang kartu sesungguhnya (Non received card), Kartu asli hasil curian/temuan (lost/stolen card), kartu asli yang diubah datanya (altered card), kartu kredit palsu (totally counterfeit), menggunakan kartu kredit polos yang menggunakan data asli (white plastic card), penggandaan sales draft oleh oknum pedagang kemudian diserahkan kepada oknum merchant lainnya untuk diisi dengan transaksi fiktif (record of charge pumping atau multiple imprint), dll.

15

Tiga Modus Kejahatan Perbankan Mengancam Masyarakat, Op. Cit. 16

Tim Perundang-undangan dan Pengkajian Hukum Direktorat Hukum Bank Indonesia,

(5)

masuk ke situs bank palsu tersebut, maka pelaku akan merekam user ID dan

password nasabah tersebut untuk digunakan mengakses ke situs yang sebenarnya

(illegal access) dengan maksud untuk merugikan nasabah. Misalnya yang dituju

adalah situs www.klikbca.com, namun ternyata nasabah yang bersangkutan salah

mengetik menjadi www.klickbca.com.17

Otoritas Jasa Keuangan Indonesia lahir berdasarkan Undang-Undang No. 21

Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK) yang disahkan pada

tanggal 22 November 2011, sehingga jelas sekarang landasan kerja, tugas pokok

dan fungsi serta kewenangan dan hal-hal lain tentang lembaga ini diatur oleh

Undang-Undang tersebut.18 Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UU OJK,

pengertian “Otoritas Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat OJK, adalah

lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang

mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan,

dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini”.

Di lihat dari sistematika lingkup OJK tidak hanya dibatasi untuk melakukan

pengawasan terhadap Bank, namun juga pengawasan terhadap Lembaga

Keuangan lain yang bukan merupakan kewenangan BI seperti Lembaga Asuransi,

Dana Pensiun, Sekuritas (Pasar Modal), Modal Ventura, dan Perusahaan

Pembiayaan, serta badan-badan lain yang menyelenggarakan pengelolaan dana

masyarakat. Berdasarkan ketentuan Pasal 34 Undang-Undang No. 23 Tahun 1999

tentang Bank Indonesia (UU BI) terdapat pembagian tugas dalam melaksanakan

17

Ibid. 18

Zulaikakita, “Ojk dalam ketatanegaraan indonesia”,

(6)

pengawasan Perbankan, yaitu tugas mengatur Bank dilaksanakan oleh BI,

sementara tugas mengawasi Bank dilaksanakan oleh OJK. Adanya OJK fungsi

pengawasan Lembaga Keuangan baik Bank maupun bukan Bank akan diambil

alih OJK. Sementara BI sebagai Bank Sentral hanya berperan sebagai regulator

Kebijakan Moneter untuk menjaga stabilitas moneter.19

Berdirinya lembaga OJK menandai dimulainya era baru sistem pengawasan

sektor jasa keuangan.20 UU OJK menata ulang sistem pengawasan sektor jasa

keuangan dengan menetapkan beberapa perubahan mendasar sistem pengawasan

yang selama ini diterapkan di Indonesia. Perubahan mendasar yang dilakukan UU

OJK adalah: Pertama, menerapkan sistem pengawasan terintegrasi. Kedua,

memisahkan pengawasan microprudential dengan pengawasan macroprudential.

Ketiga, membentuk Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) dan

menetapkan Menteri Keuangan sebagai Koordinator. Keempat, meningkatkan

edukasi keuangan dan perlindungan konsumen jasa keuangan. Kelima,

mempertajam peran Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan terakhir,

memperkuat penegakan hukum di sektor jasa keuangan.21

Di samping itu, tujuan pembentukan OJK ini agar BI fokus kepada

pengelolaan moneter dan tidak perlu mengurusi pengawasan Bank karena Bank

itu merupakan sektor dalam perekonomian. Untuk melaksanakan tugas

19

Ibid.

20 Zulkarnain Sitompul, “Fungsi dan Tugas Otoritas Jasa Keuangan dalam menjaga stabilitas Sistem Keuangan” (Medan: Makalah disampaikan pada Seminar tentang Keberadaan Otoritas Jasa Keuangan untuk mewujudkan perkonomian nasional yang berkelanjutan dan stabil, 25 November 2014), hlm.1.

(7)

pengaturan dan pengawasan di sektor Perbankan OJK mempunyai wewenang:22

a. pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi: 1. perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran

dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan

2. kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;

b. pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: 1. likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan

modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap simpanan, dan pencadangan bank;

2. laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank; 3. sistem informasi debitur;

4. pengujian kredit (credit testing); dan 5. standar akuntansi bank;

c. pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi: 1. manajemen risiko;

2. tata kelola bank;

3. prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan

4. pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan 5. pemeriksaan bank.

Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek

kehati-hatian, dan pemeriksaan bank merupakan lingkup pengaturan dan pengawasan

microprudential yang menjadi tugas dan wewenang OJK. Adapun lingkup

pengaturan dan pengawasan macroprudential, yakni pengaturan dan pengawasan

selain hal yang diatur dalam pasal ini, merupakan tugas dan wewenang BI. Dalam

rangka pengaturan dan pengawasan macroprudential, OJK membantu BI untuk

melakukan himbauan moral (moral suasion) kepada Perbankan.23

Dalam melakukan tugasnya lembaga ini (supervisory board) melakukan

koordinasi dan kerjasama dengan BI sebagai Bank Sentral yang akan diatur dalam

22

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253, Pasal 7.

(8)

Undang-Undang pembentukan lembaga pengawasan dimaksud. Lembaga

pengawasan ini dapat mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan

pelaksanaan tugas pengawasan Bank dengan koordinasi dengan BI dan meminta

penjelasan dari BI keterangan dan data makro yang diperlukan.24

OJK25 merupakan sebuah solusi yang terbaik bagi kebaikan sistem

keuangan dengan mengedepankan efektivitas dan efesiensi dalam melakukan

pengawasan lembaga keuangan (bank, pasar modal dan asuransi) di Indonesia.

Selama ini, pengawasan lembaga keuangan (bank, pasar modal dan asuransi)

dilakukan oleh dua lembaga yang berbeda yaitu BI dan Kementerian Keuangan

melalui Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) namun pada prakteknya BI dan

Bapepam dalam melakukan pengawasan tersebut belum optimal. Hal ini

dikarenakan kewenangan yang dimiliki BI begitu banyak sebagaimana yang

tercantum dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank

Indonesia26, dimana BI memiliki kewenangan membuat peraturan, memberikan

dan mencabut izin atas kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank,

24

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Penjelasan Pasal 34 ayat (1).

25

Otoritas Jasa Keuangan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5253).

26

(9)

melaksanakan pengawasan atas bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.27

Selanjutnya, BI dalam kewenangannya di bidang perizinan selain

memberikan dan mencabut izin usaha suatu bank, juga dapat memberikan izin

pembukuan, penutupan dan pemindahan kantor, memberikan persetujuan atas

kepemilikan dan kepengurusan suatu bank, serta memberikan izin kepada bank

untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu. Kemudian, Bapepam28

dalam melakukan pengawasan pasar modal dan asuransi bertugas membina,

mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal serta merumuskan dan

melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang lembaga keuangan.

Bapepam juga menetapkan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi emiten29

dan perusahaan publik,30 perumusan standar, norma, pedoman kriteria dan

prosedur di bidang lembaga keuangan, dan bimbingan teknis dan evaluasi di

bidang lembaga keuangan.31

Secara yuridis, OJK sebagai Lembaga Pengawas Jasa Keuangan lahir dari

amanat Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang

UndangNomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (selanjutnya disebut UU

2727

Chatamarrasjid, Ais, Op. Cit. Hlm. 175.

28

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608), Pasal 3-5.

29

Emiten adalah Pihak yang melakukan penawaran umum, Lihat dalam Pasal 1 ayat (6),

Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608).

30

Perusahaan Publik adalah Perseroan yang sahamnya telah dimiliki sekurang-kurangnya oleh 300 (tiga ratus) pemegang saham dan memiliki modal disetor sekurang-kurangnya Rp. 3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) atau suatu jumlah pemegang saham dan modal disetor yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, Lihat dalam Pasal 1 ayat (22), Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3608).

31

(10)

BI), yang dalam Pasal 34 diamanatkan bahwa wewenang pengawasan terhadap

bank dari BI sebagai pengawas sektor perbankan dialihkan kepada lembaga

pengawasan sektor jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan

undang-undang. Hal ini tentu saja membawa dampak yang signifikan bahwa OJK juga

melakukan pengawasan dan melakukan upaya penanganan terhadap kejahatan

perbankan.

OJK dan instansi terkait termasuk POLRI senantiasa berkolaborasi dalam

menyusun strategi dan penanganan terhadap kejahatan teknologi informasi di

dunia maya atau cyber crime secara berkesinambungan.32 Peraturan prudensial

juga terus dilakukan penyempurnaan sejalan dengan kompleksitas sistem

keuangan dan industri perbankan.33 Perkembangan dari peraturan-peraturan

terkait lainnya yang dikeluarkan oleh lembaga berwenang seperti Kementrian

Komunikasi dan Informasi, serta pihak-pihak lain seperti asosiasi yang

berkompeten dalam bidang teknologi informasi juga akan menjadi bagian dari

upaya seluruh pihak untuk mengurangi potensi risiko dari cyber crime. Industri

perbankan semakin dituntut meningkatkan kualitas manajemen risiko dan edukasi

kepada nasabah dengan lebih transparan dan lebih dini.34 OJK sendiri juga terus

menggalakkan program edukasi dan perlindungan konsumen sektorjasa keuangan

untuk semakin meminimalkan kejadian-kejadian yang tidak diharapkan semua

32 Otoritas Jasa Keuangan, “Diskusi Strategi Dan Penanganan Kejahatan Perbankan Berbasis Teknologi Informasi” (disampaikan pada : Focus Group Discussion – Kejahatan Perbankan Berbasis Teknologi Informasi: Strategi dan Penanganannya, pada tanggal 13 Mei 2014 di Jakarta), hlm. 4.

33 Ibid. 34

(11)

pihak, serta sekaligus membangun sektor jasa keuangan yang lebih sehat dan

kredibel baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.35

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, di dalam skripsi

ini penulis akan membahas tentang bagaimana tinjauan hukum penanganan

kejahatan perbankan konvensional berbasis teknologi informasi oleh OJK.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan tersebut diatas,

penulis akan melakukan penelitian yang kemudian dituangkan dalam skripsi yang

berjudul “PENANGANAN KEJAHATAN PERBANKAN KONVENSIONAL

BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI OLEH OTORITAS JASA

KEUANGAN”, dengan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk pengawasan kegiatan perbankan konvensional oleh

Otoritas Jasa Keuangan ?

2. Bagaimana bentuk kejahatan perbankan konvensional berbasis teknologi

informasi dalam kegiatan perbankan ?

3. Bagaimana penanganan kejahatan perbankan konvensional berbasis

teknologi informasi oleh Otoritas Jasa Keuangan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

35

(12)

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi

ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana bentuk pengawasan kegiatan perbankan

konvensional oleh Otoritas Jasa Keuangan.

2. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kejahatan perbankan konvensional

berbasis teknologi informasi dalam kegiatan perbankan.

3. Untuk mengetahui bagaimana penanganan kejahatan perbankan

konvensional berbasis teknologi informasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.

Sementara hal yang diharapkan menjadi manfaat dari adanya penulisan

skripsi ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, tulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan

sumbangan pikiran bagi masyarakat terhadap pengembangan ilmu hukum pada

umumnya, dan pada khususnya dalam kaitannya dengan bidang hukum perbankan

yang sebelumnya kedudukan pengawasannya dilakukan oleh BI.Namun dengan

lahirnya UU OJK, sistem pengaturan dan pengawasan perbankan diambil alih

oleh lembaga independen yang disebut OJK.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, uraian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dan wawasan kepada masyarakat, khususnya bagi penulis

(13)

pengawasan OJK terhadap sektor jasa keuangan khususnya dalam menangani

kejahatan dalam perbankan yang terjadi melalui teknologi dan sistem informasi.

D. Keaslian Penulisan

Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada penelitian tentang

“Penanganan Kejahatan Perbankan Konvensional Berbasis Teknologi Informasi

Oleh Otoritas Jasa Keuangan” sesuai dengan judul skripsi ini. Kemudian penulis

juga melakukan pemeriksaan judul skripsi tersebut kepada Arsip Perpustakaan

Universitas cabang Fakultas Hukum USU/Pusat Dokumentasi dan Informasi

Fakultas Hukum USU, yang menyatakan bahwa “Tidak Ada Judul Yang Sama”.

Surat keterangan tersebut merupakan bukti yang sah, yang berarti bahwa tidak ada

judul yang sama dengan judul skripsi penulis, berdasarkan surat pernyataan

tersebut Ibu Windha, SH, M. Hum sebagai Ketua Departemen Hukum Ekonomi

FH USU menerima judul skripsi yang diajukan penulis. Maka berdasarkan hal itu

wajarlah bila penulis melanjutkan penelitian terhadap judul skripsi tersebut.

Sehingga penulis sampai pada suatu kesimpulan tulisan ini bukanlah hasil

penggandaan ataupun jiplakan dari hasil karya maupun tulisan orang lain.

Mengenai keberadaan kutipan pendapat dalam tulisan ini adalah suatu hal yang

tidak perlu diperdebatkan karena sebuah kutipan merupakan hal yang lumrah dan

wajar karena diajukan semata-mata demi penyempurnaan penulisan skripsi, jadi

sama sekali tidak ada maksud penulis untuk melakukan suatu tindakan plagiat

(14)

E. Tinjauan Pustaka

Adapun judul yang dikemukakan adalah “Penanganan Kejahatan

Perbankan Konvensional Berbasis Teknologi Informasi Oleh Otoritas Jasa

Keuangan”.Dalam tinjauan pustaka dicoba untuk mengemukakan beberapa

ketentuan dan batasan yang menjadi sorotan dalam mengadakan studi

kepustakaan. Hal ini akan berguna untuk membantu melihat ruang lingkup skripsi

agar tetap berada didalam topik yang diangkat dari permasalahan yang disebutkan

diatas.

Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.36

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 jo.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (UU Perbankan)

dikatakan bahwa pengertian perbankan adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Dalam kegiatannya, bank terdiri dari bank umum dan bank perkreditan

rakyat. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara

konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

36

(15)

memberikan jasa lalu lintas pembayaran.37 Bank umum yang dikenal masyarakat

luas dapat juga disebut bank komersial, bank niaga, dan bank dagang. Bank

Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya tidak

memberikan jasa lalu lintas pembayaran.38

Setelah diundangkannya UU OJK menentukan lain, yakni memberikan

kewenangan luas kepada OJK. OJK adalah lembaga independen dan bebas dari

campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, wewenang pengaturan,

pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud dalam

Undang-undang.39 OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap

kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana

pensiun, lembaga pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya antara lain

melakukan pengawasan, penyidikan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan

konsumen, dan tindakan lain terhadap lembaga jasa keuangan, pelaku, dan/atau

penunjang kegiatan jasa keuangan sebagaimana dimaksud dalam peraturan

perundang-undangan di sektor jasa keuangan, termasuk kewenangan perizinan

kepada lembaga keuangan.40

Pada Pasal 7 UU OJK dikatakan, untuk melaksanakan tugas pengaturan

dan pengawasan di sektor perbankan, OJK mempunyai wewenang :

a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank meliputi :

37

Komaruddin Sastradipoera, Strategi Manajemen Bisnis Perbankan (Konsep dan Implementasi Untuk Bersaing), (Bandung: Kappa-Sigma, 2004), hlm. 130

38 Ibid. 39

Republik Indonesia, (OJK), Op. Cit, Bab I, Pasal 1 angka (1).

40

(16)

1. Perizinan untuk mendirikan bank, pembukaan kantor bank, anggaran

dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya

manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin

usaha bank; dan;

2. Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana,

produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;

b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank meliputi :

1. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan

modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman

terhadap simpanan, dan pencadangan bank;

2. Laporan bank yang terkait kesehatan dan kinerja bank;

3. Sistem informasi debitur;

4. Pengujian kredit (Credit Testing);

5. Standar akuntansi bank;

c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank meliputi :

1. Manajemen risiko;

2. Tata kelola bank;

3. Prinsip mengenal nasabah dan pencucian uang; dan

4. Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan

d. Pemeriksaan bank.41

Teknologi informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan,

menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan, menganalisis, dan/atau

41

(17)

menyebarkan informasi. 42 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi

Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk : 43

a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat

informasi dunia;

b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;

d. Membuka kesempatan seluas-luasnya kepada orang untuk memajukan

pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan

Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan

e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna

dan penyelenggara Teknologi Informasi.

F. Metode Penulisan

Metode penelitian adalah urutan-urutan bagaimana penelitian itu

dilakukan.Untuk mendapatkan data yang akurat penelitian harus dilakukan secara

sistematis dan teratur. Dalam penulisan skripsi ini, metode yang dipergunakan

adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum

normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

pustaka atau bahan sekunder. Pada penelitian hukum ini, seringkali hukum

42

Republik Indonesia, (Informasi dan Transaksi Elektronik) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Pasal 1.

43

(18)

dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law

in books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang merupakan

patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.44

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu

penelitian yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara

sistematik, faktual, dan akurat. Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah

pendekatan yuridis, yaitu dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian

melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum, yang mengacu pada norma-norma

hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Selain itu, penelitian

ini juga tidak terlepas dari penelitian terhadap bahan media massa ataupun bahan

dari internet.

2. Bahan Penelitian

Untuk melengkapi materi dalam skripsi ini, maka penulis mencari dan

mengambil data primer dan data sekunder.Penelitian yuridis normatif

menggunakan data sekunder sebagai data utama. Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari kepustakaan. Data sekunder merupakan data primer yang telah

diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh

pihak lain.45

Data sekunder yang dipergunakan dalam skripsi ini adalah sebagai

berikut :

44

Amiruddin dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 118.

45

(19)

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terkait tentang

ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mempunyai

kekuatan hukum mengikat, seperti :

1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;

2) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia;

3) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan;

4) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik;

5) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen;

6) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 1/POJK.07/2013 tentang

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan;

7) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 22 /Pojk.01/2015 Tentang

Penyidikan Tindak Pidana Di Sektor Jasa Keuangan

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang mempunyai hubungan

dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan

memahami bahan hukum primer, berupa buku-buku yang berkaitan

dengan judul skripsi, hasil seminar atau makalah-makalah dari para pakar

hukum, artikel-artikel ilmiah, hasil-hasil penelitian, koran, majalah, skripsi,

(20)

cetak maupun melalui melalui media elektronik yakni internet yang

memiliki kaitan erat dengan permasalahan yang dibahas.

c. Bahan hukum tersier atau disebut juga bahan hukum penunjang, yang

mencakup bahan-bahan penelitian yang member petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data melengkapi penulisan skripsi ini, agar

terstruktur dan sistematis serta dapat dipertanggungjawabkan digunakan metode

penelitian hukum normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka melalui

data yang tertulis, dan data yang diperoleh dari internet. Penelitian kepustakaan

dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan hukum primer dan sekunder serta

alat penelitian kepustakaan (library research) yang diperoleh dari internet, dalam

peraturan perundang-undangan, buku, makalah ilmiah, majalah, jurnal, dan

sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis Data

Setelah data yang diperlukan terkumpul, maka akan diidentifikasi dan

digolongkan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Data yang diperoleh

kemudian disusun secara sistematis untuk selanjutnya dianalisa secara kualitatif

untuk mencapai kejelasan masalah yang sedang dibahas, yaitu dengan :

a. Mengumpulkan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan tersier

(21)

b. Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut

diatas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas.

c. Mengolah data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan.

d. Memaparkan kesimpulan, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif,

yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

G. Sistematika Penulisan

Sebagai karya ilmiah, skripsi ini memiliki sistematika yang teratur

terperinci didalam penulisannya agar di mengerti dan di pahami maksud dan

tujuannya. Tulisan ini terdiri dari lima bab, yang akan diperinci lagi dalam satu

bab. Adapun kelima bab tersebut terdiri dari :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan secara umum mengenai latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan

sistematika penulisan.

BAB II PENGAWASAN KEGIATAN PERBANKAN KONVENSIONAL

Bab ini menjelaskan tentang bentuk-bentuk kegiatan perbankan

konvensional, pengawasan kegiatan perbankan konvensional oleh

OJK, dan tanggung jawab OJK sebagai pengawas apabila terjadi

(22)

BAB III BENTUK KEJAHATAN PERBANKAN KONVENSIONAL

BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DALAM KEGIATAN

PERBANKAN

Bab ini menjelaskan penyebab terjadi kejahatan perbankan

konvensional berbasis teknologi informasi, bentuk kejahatan

perbankan konvensional berbasis teknologi informasi dalam

kegiatan perbankan, serta upaya pencegahan yang dapat dilakukan

oleh bank.

BAB IV PENANGANAN KEJAHATAN PERBANKAN

KONVENSIONAL BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

Bab ini menjelaskan tentang perlindungan yang dapat diberikan

oleh bank kepada nasabah yang menjadi korban kejahatan

perbankan berbasis teknologi informasi, penanganan kejahatan

perbankan konvensional berbasis teknologi informasi oleh OJK,

dan perlindungan hukum yang dapat diberikan OJK kepada

nasabah.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari seluruh rangkaian

(23)

dibuat berdasarkan uraian skripsi, dan dilengkapi dengan

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Lama Waktu Pajanan Terhadap Timbal (Pb) pada Makanan Jajanan yang dijual di Depan Java Supermall Peterongan Semarang. Skripsi, Universitas Negeri

HTML (HyperText Markup Languange) merupakan dasar dari pembuatan Homepage ini, didalam HTML terdapat berbagai macam tag â tag dan atribut yang mendukung dalam pembuatan suatu

Mengetahui peran Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Serang dalam mensosialisasikan peraturan tentang lingkungan hidup, pembinaan, pengawasan, dan pemberian

Saing” , maka fokus penelitian ini adalah tentang pelaksanaan pemasaran El-Nifa Boutique dan strategi pemasaran El-Nifa Boutique untuk. meningkatkan

Pada hari ini senin tanggal dua belas bulan mei tahun dua ribu empat belas, mulai pukul 10.00 sampai dengan 12.00 WITA,Pokja I Unit Layanan Pengadaan Kordinator Pengadilan

1. Penelitian, perekayasaan dan pengembangan teknologi mekanisasi budidaya dan pasca panen pertanian untuk peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam budidaya

Perlindungan tangan : Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian

Senyawa kimia tersebut dapat diperoleh melalui proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik polar dan non polar maka dilakukan penelitian dengan tujuan identifikasi