BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa penelitian tentang makna kata dalam Al- Qur‟an sudah pernah
diteliti oleh peneliti – peneliti sebelumnya antara lain Analisis Makna Kata Rūh oleh Hasanah (2005), Analisis Makna Kata al- Dinu dalam Al- Qur‟an Oleh Helwati (2003), dan Analisis Makna Kata ط لا /Al-Qisṭ/ dalam Al- Qur‟an oleh Rouzah (2013).
Dari hasil penelitian diatas penulis menyimpulkan dari hasil pembahasan Analisis Makna Kata Rūḥ oleh Hasanah (2005) adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah; kata Rūḥ yang terdapat dalam Al- Qur‟an sebanyak 21 kata yang tersebar di dalam 18 surah dan berbagai shigah. Data ini diperoleh dari kitab
“Fatḥurraḥmān li Thāalibi āyati al-Qur‟āni” karangan “Faidullah al-ḥusni”. Ditinjau dari segi semantik, yaitu makna leksikal kata Rūḥ dalam Al- Qur‟an mengandung banyak makna. Adapun makna – makna kata Rūḥ dalam Al- Qur‟an dimaksud adalah sebagai berikut: dengan makna kata ruh/nyawa, sebanyak 8 kali, dengan makna kata wahyu sebanyak 2 kali, dengan makna pertolongan sebanyak 1 kali, dan dengan makna kata Jibril AS. Sebanyak 10 kali. Dan penelitian ini fokus pada jumlah kata dan makna polisemi dan menggunakan metode deskriptif analisis.
Dari hasil penelitian Analisis Makna Kata al- Dinu dalam Al- Qur‟an Oleh Helwati (2003) yaitu : hasil yang diperoleh dari penelitian ini mulai dari awal sampai akhirnya adalah bahwa kata Al- Dinu yang terdapat dalam Al- qur‟an sebanyak 94 kata yang tersebar dalam 40 surah dan berbagai shigah dan ayat. Data ini diperoleh dari “Fatḥurraḥmān” karangan “Faidullah al-ḥusni”ditinjau dari segi semantik kata Al-Dinu mempunyai banyak makna. Adapun makna kata Al- Dinu dalam Al- Qur‟an adalah : agama 65 kali, hari pembalasan 17 kali, ketaatan 10 kali, dikuasai 1 kali dan undang- undang 1 kali. Dan penelitian ini fokus pada jumlah kata menggunakan metode Agih atau metode distribusional.
Sepengetahuan peneliti, makna kata رفغ /gafara/ yang terdapat dalam Al- Qu‟an ini belum pernah diteliti di Program Studi Bahasa Arab.
2.1Pengertian Semantik
Kata semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris
semantics, dari bahasa Yunani sema (nomina) „tanda‟ : atau dari verba semaino „menandai‟, „berarti‟. Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna ( Djajasudarma 1993 : 1).
Semantik adalah cabang linguistik yang membahas arti atau makna. Contoh jelas dari perian atau “deskripsi” semantis adalah leksikografi : masing – masing leksem di beri perian artinya atau maknanya : perian semantis (perian makna
dalam ilmu linguistik lazim dikembangkan dengan mengapitnya antara tanda petik
tunggal) ( Verhaar, 1996 : 13).
Semantik adalah ilmu tentang makna. Semantik merupakan suatu
komponen yang terdapat dalam linguistik, sama seperti komponen bunyi dan
gramatika. Semantik merupakan bagian dari linguistik karena makna menjadi
bagian dari bahasa (Suwandi 2006 : 5).
Palmer (1981: 5) menyebutkan bahwa semantik semula berasal dari bahasa
Yunani, mengandung makna to signify atau memaknai. Sebagai istilah teknis, semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”. Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari
linguistik. Seperti halnya bunyi dan tata bahasa, komponen makna dalam hal ini
juga menduduki tingkatan tertentu. Apabila komponen bunyi umumnya
menduduki tingkatan pertama, tata bahasa pada tingkat kedua, maka komponen
makna menduduki tingkatan paling akhir. Hubungan ketiga komponen itu sesuai
dengan kenyataan bahwa (a) bahasa pada awalnya merupakan bunyi-bunyi abstrak
yang mengacu pada adanya lambang-lambang tertentu, (b) lambang-lambang
merupakan seperangkat sistem yang memiliki tataan dan hubungan tertentu, dan
(c) seperangkat lambang yang memiliki bentuk dan hubungan itu mengasosiasikan
Semantik disebut juga dengan ilmu ma‟ani. Menurut Al-Jarim dan Amin terdapat dalam suatu kalimat melalui qarinah-qarinah yang ada, karena ilmu ma‟ani mengajarkan bahwa asal penyusunan suatu kalimat itu untuk menunjukkan makna” (Al-Jarim dan Amin, : 374).
Makna adalah konsep abstrak pengalaman manusia, tetapi bukanlah
pengalaman orang per orang ( Wijana dan Rohmadi, 2008: 11). Menurut
Djajasudarma (1993 : 5) Makna adalah (sense- bahasa Inggris) dibedakan dari arti
(meaning – bahasa Inggris) di dalam semantik. Makna adalah pertautan yang ada di antara unsur – unsur bahasa itu sendiri (terutama kata – kata).
Makna terbagi dua yaitu makna leksikal dan makna gramatikal Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun dan juga dapat dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna sebenanya (Chaer, 2007: 289). Makna gramatikal adalah satuan kebahasaan yang baru dapat diidentifikasi setelah satuan itu bergabung dengan satuan kebahasan yang lain (Wijana dan Rahmadi, 2008: 22). Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya proses gramatika seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi ( Chaer, 1989 : 62). Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengn perubahan bunyi. Dan komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengn morfem dasar, baik yang bebas maupun terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru (Chaer, 2007: 177-185). Peneliti menggunakan teori Chaer dan memfokuskan pada makna gramatikal.
Makna gramatikal ini sering juga di sebut makna kontekstual atau makna
situasional. Selain itu bisa disebut makna struktural karena proses dan satuan – satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan (Chaer,
Afiksasi adalah proses yang mengubah leksem menjadi kata kompleks. Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentukmya, (2) menjadi kategori tertentu, sehingga berstatus kata (atau bila telah berstatus kata berganti kategori), (3) sedikit banyak berubah maknanya, dan dalam bahasa Indonesia jenis-jenis afiks yang secara tradisional diklasifikasikan atas, a. prefiks yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar, contoh: me-, di, b. infiks, yaitu afiks yang diletakkan di dalam dasar, contoh: -el, dan in, c. sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang dasar, contoh: -an, kan, d. simulfik, yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri segmental yang dileburkn pada dasar, e. konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu dimuka bentuk dasar dan satu dibelakang bentuk dasar; dan berfungsi sebagai satu morfem terbagi. Konfiks adalah satu morfem dengan satu makna gramatikal, contoh: ke-an, pe-an f. superfiks yaitu afiks yang dimanifestasikan dengan ciri-ciri suprasegmental atau afiks yang berhubungan dengan morfem suprasegmental dan, g. kombinasi afiks yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar ( Kridalaksana, 2007: 28-30).
Derivasi dalam Ilmu linguistik adalah proses pembentukan kata yang
menghasilkan leksem baru (menghasilkan kata-kata yang berbeda dari paradigma
yang berbeda); pembentukan derivasi bersifat tidak dapat di ramalkan
//https://id.m.wikipedia.org/wiki/derivasi.
Berdasarkan beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan makna gramatikal disini adalah makna yang timbul akibat
berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat atau makna struktural atau makna
kontekstual.
2.2 Makna kata رفغ /gafara/
Menurut Yunus ( 1989 : 298) kata رفغ /gafara/ ( رفغ /gafara/ رفغي /yagfiru/ ) yaitu:
1. Menutupi sesuatu
2. Mengampuni dosa
2.3Sekilas tentang Al- Qur’an
sampai 9 Dzulhijjah Haji Wada” tahun 63 dari kelahiran Nabi atau tahun 10 H(Anwar, 2009: 46).
Menurut Dr. Subhi Al- salih dalam Zuhdi (1993: 1) merumuskan defenisi Al- Qur‟an ysng dipandang seebagai defenisi yang dapat diterima oleh para ulama terutama ahli bahasa, ahli fiqh dan usul fiqh.
ي ع
لا فح
لا ف
لا . لا ع
لا
لا
لا أ لا
لار ا لا
ا
Al-qur`ᾱnu huwa al-kitᾱbu al- mu῾jizu al – munazzaluan ῾ᾱlᾱ an- nabiyyi ṣ.m
al-maktūbu fῑ al-maṣᾱḥifi al-manqūlli ῾alaihi bi at-tawᾱturi al-muta῾abbadi bitilᾱwatihi.
“Al-quur‟an adalah firman Allah yang berifat/ berfungsi mu‟jizat (sebagai bukti kebenaran atas kenabian Muhammad SAW) yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang
dinukil/diriwayatkan dengan jalan mutawatir, dan yang dipandang beribadah membacanya”.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa sesungguhnya Al- Qur‟an adalah firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad dan juga terdapat pokok- pokok dan isi kandungan yang berharga untuk menjadi pedoman
dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun pokok-pokok dan isi kandungan Al-Qur‟an mengandung lima prinsip sebagai berikut:
1. Tauhid (Ajaran atau aqidah tentang kepercayaan Ketuhanan Yang Maha
Esa)
2. Janji dan Ancaman Tuhan
3. Ibadah
4. Jalan dan Cara menggapai Kebahagian