• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.1 LATAR BELAKANG MAKSUD, TUJUAN & SASARAN LINGKUP KEGIATAN METODA PENDEKATAN SISTIMATIKA PENULISAN LAPORAN...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1.1 LATAR BELAKANG MAKSUD, TUJUAN & SASARAN LINGKUP KEGIATAN METODA PENDEKATAN SISTIMATIKA PENULISAN LAPORAN..."

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Bab 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 MAKSUD, TUJUAN & SASARAN ... 2

1.3 LINGKUP KEGIATAN ... 2

1.4 METODA PENDEKATAN ... 2

1.5 SISTIMATIKA PENULISAN LAPORAN ... 3

Bab 2 NILAI STRATEGIS, PERAN PENTING & DELINIASI KAWASAN HOB 2.1 NILAI STRATEGIS, PERAN PENTING KAWASAN HOB ... 5

2.1.1. Nilai Strategik dan Fungsi Penting Kawasan HoB ... 5

2.1.2. Proses Kerjasama Pengelolaan Kawasan HoB ... 5

2.1.3. Rencana Aksi ... 6

2.2 DELINIASI KAWASAN HOB ... 8

2.2.1. Dasar Penetapan Deliniasi ... 8

2.2.2. Alternatif Deliniasi Kawasan ... 9

Bab 3 KAJIAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN HOB 3.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN HOB ... 12

3.1.1 Arahan RTRWN ... 12

A. Posisi Kawasan HoB dalam Rencana Pola Ruang RTRWN 12 B. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang RTRWN ... 13

3.1.2 Arahan RTR Pulau Kalimantan ... 16

3.1.3 Arahan RTRW Propinsi ... 20

A. RTRW Propinsi Kalimantan Barat ... 20

B. RTRW Propinsi Kalimantan Timur ... 26

C. RTRW Propinsi Kalimantan Tengah ... 35

3.2 KAJIAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SEKTORAL DAN ANTAR NEGARA 3.2.1 Kajian kebijakan Sektoral ... 37

A. Kebijakan Lingkungan Hidup ... 37

B. Kebijakan Kehutanan ... 38

C. Kebijakan ESDM ... 39

D. Kebijakan Perekonomian ... 40

E. Kebijakan Sosial Budaya ... 40

(3)

3.2.2 Inventarisasi Ketentuan Pemanfaatan Ruang Antar Negara 44

A. Ketentuan Terkait Pengaturan Perbatasan ... 44

B. Ketentuan Terkait Pengelolaan Kawasan DAS ... 44

C. Ketentuan Terkait Infrastruktur Jalan ... 46

D. Ketentuan Terkait Kawasan Lindung ... 46

E. Ketentuan Terkait Kawasan Budidaya ... 47

Bab 4 PROFIL KAWASAN HOB 4.1 PROFIL FISIK & EKOSISTEM KAWASAN ... 48

4.1.1 Wilayah Administrasi ... 48

4.1.2 Kondisi Geografis HoB ... 49

4.1.3 Ekosistem Kawasan ... 52

4.2 PROFIL SOSIAL, EKONOMI, BUDAYA, PERTAHANAN & KEAMANAN 56 4.3 PROFIL PEMANFAATAN RUANG & PERIJINAN PEMANFAATAN RUANG 58

4.4

PROFIL PENGELOLAAN KAWASAN ... 59

Bab 5 ANALISIS PENGELOLAAN KAWASAN HOB

5.1 ANALISIS KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI (KBKT/HCV) ... 66

5.2 ANALISIS JARINGAN EKOSISTEM & KORIDOR ... 74

5.3 ANALISIS KESESUAIAN LAHAN ... 78

5.3. ANALISIS SOSIAL BUDAYA ……….. 83

Bab 6 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN HOB 6.1 KONSEP DASAR KEBIJAKAN & STRATEGI ... 86

6.2 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG ... 88

6.3 KEBIJAKAN & STRATEGI PENGELOLAAN KAWASAN ... 91

6.4 POLA PENGEMBANGAN KAWASAN BUDIDAYA... 97

(4)

1.1 LATAR BELAKANG

Kawasan jantung Kalimantan (Heart of Borneo/ HoB) telah dideklarasikan oleh tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia dan Brunei, sebagai kawasan penting untuk konservasi keanekaragaman hayati dan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan. Ada lima program utama yang telah dibahas oleh tiga Negara dalam rangka pengelolaan kawasan HoB yaitu program kerjasama konservasi lintas batas Negara. Program ini difokuskan untuk melihat pengelolaan sumber daya alam lintas Negara dan kesejahteraan masyarakat yang hidup dikawasan perbatasan. Program kedua difokuskan pada pengelolaan kawasan konservasi yang lebih efektif. Dimana dalam program ini konektivitas kawasan konservasi dan pengelolaan kawasan tersebut dapat dilakukan secara efektif dan partisipatif bersama masyarkat setempat. Program ketiga lebih difokuskan kepada pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Telah disadari bahwa dalam kawasan HoB terdapat kawasan budidaya yang juga memerlukan panduan sesuai dengan prinsip dan kriteria penggunaan lahan secara berkelanjutan termasuk teknik-teknik harvesting yang lebih ramah lingkungan. Beberapa contoh seperti penerapan system sertifikasi pada kawasan konsesi hak pengelolaan hutan (HPH) dengan memperhatikan aspek social, ekologi dan produksi secara berimbang. Begitupula di bidang pertanian dengan mengembangkan budidaya pertanian yang berkelanjutan. Termasuk kegiatan pertambangan yang dilakukan secara bertanggung jawab terhadap lingkungan dan social. Program keempat difokuskan untuk pengembangan ekotorurism dimana kawasan HoB dapat mengembangkan infrastruktur yang mengarah kepada pengembangan eko-wisata sebagai salah satu kegiatan ekonomi dari jasa lingkungan. Program kelima adalah pengembangan kapasitas staf dalam rangka mencapai perwujudkan program-program yang telah ditetapkan.

Berbagai program tersebut diatas perlu dijabarkan dalam konteks keruangan dimana rencana tata ruang Nasional, Propinsi dan Kabupaten/ Kota semestinya dapat sejalan dengan program-program utama yang didorong dikawasan HoB, sekaligus sebagai kawasan kerjasama tiga Negara.

Untuk mencapai hal tersebut, kawasan jantung Kalimantan (HoB), telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai Kawasan Strategis Nasional Perbatasan dan jantung Kalimantan (HoB) yang telah ditetapkan dalam PP No 26 tahun 2008, tentang Tata Ruang Nasional. Dimana KSN HoB lebih ditekankan sebagai kawasan yang perlu dikelola dengan mengedepankan aspek konservasi dan penerapan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Dalam KSN HoB terdapat kawasan-kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya termasuk arahan pengembangan struktur ruang. Untuk itu perlu dikaji lebih mendalam baik dari aspek kebijakan ruang, draft rencana RTRW propinsi yang mencakup kawasan HoB (Kalimantan Barat, Kalimatan Timur dan Kalimantan Tengah), Rencana Aksi tiga negara yang telah

(5)

Dengan demikian kajian ini dapat sebagai input guna menyusun arahan peruntukan dan penggunaan lahan di kawasan KSN HoB. Kajian ruang KSN HoB dapat sebagai kajian fakta dan analisis untuk memberikan masukkan dalam penyusunan rencana penataan ruang KSN HoB.

1.2 MAKSUD, TUJUAN dan SASARAN

Maksud dari penyusunan laporan ini adalah untuk menyiapkan dokumen kajian ruang kawasan strategis nasional HoB bagi kepentingan kerjasama antar negara dalam pengelolaan kawasan HoB.

Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan ini adalah :

1. Melakukan kajian ruang KSN HOB berdasarkan rencana aksi nasional HoB, kondisi bio-fisik, kebijakan ruang propinsi di Kalbar, Kalteng dan Kaltim dan aspek pendukung lainnya.

2. Melihat peluang kerjasama pengelolaan ruang dari aspek hukum internasional 3. Menyiapkan dokumen kajian Ruang KSN HOB

Sedangkan sasarannya adalah :

1. Adanya laporan yang mencakup hasil analisis keruangan KSN HoB sebagai kebijakan nasional dan juga kebijakan kerjasama internasional serta rumusan dari hasil diskusi dengan tim tata ruang HoB

2. Adanya peta tematik ruang HoB dan arahan tentang pola ruang KSN HoB 3. Adanya arahan penggunaan lahan sesuai dengan peruntukkan yang telah

diintegrasikan dalam dalam dokumen poin 1.

1.3 LINGKUP KEGIATAN

Untuk mencapai tujuan dari pekerjaan penyusunan Kajian Ruang Kawasan Strategi Nasional HoB, maka ruang lingkup yang dicakup dalam kegiatan ini meliputi :

1. Menginventarisasi dan menelaah data, informasi, kebijakan terkait kawasan HoB.

2. Menyusun kajian penetapan kawasan dan pemanfaatan dan pola ruang dan pengembangan kawasan HoB.

3. Menyusun program pemanfaatan ruang kawasan serta pengelolaan kawasan HoB.

4. Melakukan Focus Group Discussion (FGD) untuk memperoleh masukan terhadap hasil kajian ruang kawasan strategi nasional HoB.

1.4 METODA PENDEKATAN

Penyusunan kajian ruang kawasan strategis nasional HoB merupakan upaya mengimplementasikan RTRWN yang merekomendasikan kawasan ini dalam beberapa fungsi diantaranya : sebagai kawasan perbatasan darat antar negara RI – Malaysia, kawasan taman nasional, kawasan lindung lainnya, kawasan pengembangan ekonomi terpadu, serta kawasan andalan. Berbagai fungsi kawasan tersebut memerlukan landasan yang tepat dalam pengkajian ruangnya.

(6)

Beberapa pola pikir yang dapat dipergunakan sebagai landasan dalam menyusun kajian ini, yaitu :

1. Menempatkan pengembangan kawasan HoB sebagai bagian dari pengembangan dunia.

2. Menempatkan kawasan HoB sebagai satu kesatuan wilayah berupa ekosistem HoB yang harus terintegrasi antar wilayah ekosistem hutan, danau, sungai dan budidaya. Dalam pola pikir ini HoB sebagai suatu kawasan membutuhkan penanganan satu kesatuan ekosistem.

3. Menempatkan HoB sebagai sebuah kawasan yang memiliki nilai ekologis baik secara nasional dan internasional, yang harus di konservasi dan dikelola dengan prinsip-prinsip pengembangan berkelanjutan.

4. Menempatkan HoB sebagai kawasan yang rentan terhadap eksploitasi dan rawan mengalami kerusakan lingkungan.

5. Menempatkan HoB sebagai bagian wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berada di kawasan perbatasan yang berfungsi sebagai kawasan pertahanan dan keamanan.

Berlandaskan pada pola pikir diatas, pendekatan yang dipergunakan dalam menyusun kajian ruang KSN HoB adalah sebagai berikut :

1. Pendekatan strategis yang menyangkut penentuan struktur ruang kawasan, pola ruang kawasan, arahan pemanfaatan dan arahan pengendalian kawasan secara tersistem dan koordinatif.

2. Pendekatan Ekologis, yang menyangkut upaya optimasi pemanfaatan ruang kawasan berpijak pada aspek-aspek ekologis.

3. Pendekatan Pengelolaan yang menyangkut aspek pengelolaan kawasan, aspek hukum, administrasi, keuangan dan perundangan agar rencana pemanfaatan ruang yang disusun dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang berkepentingan dan berkekuatan hukum.

4. Pendekatan Integrasi dan sinergi dengan kearifan lokal masyarakat adat Kalimantan, sehingga menjamin terwujudnya harmoni dan keseimbangan yang mendukung konservasi.

5. Pendekatan Hubungan Internasional yang menyangkut aspek pengelolaan kawasan antar negara berdasarkan hukum internasional dengan dilandasi kesetaraan dan saling menghormati, bagi terciptanya tujuan pelestarian kawasan HoB lintas negara.

Pendekatan-pendekatan tersebut mendasari langkah penganalisaan yang diharapkan akan menghasilkan program dan tindak lanjut yang tepat bagi tercapainya tujuan penetapan KSN HoB.

1.5 SISTIMATIKA PENULISAN LAPORAN

Susunan sistematika pelaporan adalah sebagai berikut :

Bab 1. Pendahuluan

(7)

Bab 2. Nilai Strategis, Peran Penting & Delineasi Kawasan HoB

Berisikan uraian tentang tinjauan nilai strategis dan peran penting kawasan yang mencakup pemahaman kawasan HoB, nilai strategis dan fungsi penting kawasan HoB, proses kerjasama pengelolaan kawasan dan rencana aksi. Disamping itu juga meninjau tentang delineasi kawasan yang mencakup dasar penetapan delineasi dan alternatif penetapan kawasan.

Bab 3. Kajian Kebijakan Pengembangan Kawasan HoB

Bab ini menguraikan arahan-arahan yang telah ditetapkan dalam rencana tata ruang baik tingkat nasional, pulau dan propinsi dimana kawasan HoB secara administratif mencakup wilayah 3 propinsi yaitu : Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Kajian ini juga memuat bahasan tentang Kajian Kebijakan Sektoral meliputi Kebijakan Lingkungan Hidup, Kebijakan Kehutanan, Kebijakan ESDM, Kebijakan Perekonomian, Kebijakan Sosial Budaya dan Kebijakan Pariwisata. Didamping itu dilakukan Inventarisasi Ketentuan Pemanfaatan Ruang Antar Negara yang mengulas : Ketentuan Terkait Pengaturan Perbatasan, Ketentuan Terkait Pengelolaan Kawasan DAS, Ketentuan Terkait Infrastruktur Jalan, Ketentuan Terkait Kawasan Lindung, Ketentuan Terkait Kawasan Budidaya, Ketentuan Terkait Kota

Bab 4. Profil Kawasan HoB

Bab ini menguraikan potret kawasan yang terbagi dalam beberapa sub bab berikut : profil fisik meliputi profil wilayah, iklim, topografi, geologi, hidrografi dan ekosistem kawasan meliputi ekosistem hutan, danau, sungai, pertanian & perkebunan. Sub bab profil sosial-ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan. Sub bab profil pemanfaatan ruang dan perijinan pemanfatan ruang, serta profil pengelolaan kawasan.

Bab 5. Analisis Pengelolaan Kawasan HOB

Menguraikan analisis berlandaskan pada data-data yang telah disampaikan pada profil kawasan HoB. Sehingga bab ini memuat beberapa sub bab berikut : analisis pengembangan fisik dan lingkungan. Sub bab analisis pengembangan sosial-ekonomi, budaya, pertahanan dan keamanan. Sub bab analisis pemanfaatan ruang yang berisi analisis kesesuaian lahan dan analisis pola dan kecenderungan pemanfaatan lahan, serta analisis pengelolaan kawasan.

Bab 6. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Kawasan HoB

Bab menampilkan arahan pemanfaatan ruang, kebijakan dan strategi pengelolaan kawasan dan konsepsi kerja sama antar negara.

(8)

2.1 NILAI STRATEGIS, PERAN PENTING KAWASAN HOB

Heart of Borneo (HoB) atau Jantung Borneo merupakan suatu kawasan di

wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan serta mencakup sebagian wilayah Brunei Darussalam yang telah disepakati bersama antara ketiga negara tersebut untuk dikelola berdasarkan prinsip-prinsip konservasi dan pembangunan berkelanjutan (conservation and

sustainable development). Kawasan ini memiliki arti penting tidak saja

bagi pulau Kalimantan (Borneo) tetapi juga bagi bumi secara menyeluruh. Untuk itu diperlukan suatu upaya bagi peningkatan kualitas kawasan yang dideteksi terus mengalami penurunan kualitas. Dalam menetapkan konsep bagi upaya pengelolaan kawasan yang tepat diperlukan pemahaman terhadap rencana-rencana pengelolaan kawasan HoB yang telah disusun. Pemahaman ini diharapkan dapat memberikan landasan bagi ketetapan kawasan yang dapat disepakati bersama.

2.1.1. Nilai strategis dan Peran Penting Kawasan HoB

HoB merupakan satu dari tiga kawasan hutan hujan tropis terbesar didunia dengan nilai konservasi sangat tinggi dan penting bagi penanganan pemanasan global, sehingga memiliki nilai penting bagi masyarakat dunia. Kawasan HoB dengan luas total sekitar 22 juta Ha yang mempunyai arti penting baik dalam lingkup lokal, nasional, trilateral maupun global. Arti penting yang dimaksud mencakup kepentingan ekonomi, sosial-budaya, maupun jasa lingkungan. Kepentingan ekonomi yang ada pada kawasan HoB diantaranya kegiatan budidaya seperti perkebunan, pembangunan hutan tanaman, pengelolaan hutan alam, serta eksploitasi sumberdaya alam seperti pertambangan serta kekayaan keanekaragaman hayati yang selain ekonomi terdapat kepentingan iptek. Kepentingan sosial-budaya pada kawasan HoB mencakup fungsi kawasan sebagai ruang hidup masyarakat adat yang masih memegang teguh budayanya. Sedangkan kepentingan jasa lingkungan kawasan ini diantaranya sebagai sumber keanekaragaman hayati, berfungsi sebagai reservoar bagi supply kebutuhan air dan oksigen.

2.1.2. Proses Kerjasama Pengelolaan Kawasan HoB

Diawali pada pertemuan para pihak di Brunei Darussalam pada 5-6 April 2005, HoB dan tema ”Three Countries – One Conservation Vision” disepakati dan diusulkan untuk diluncurkan pada pertemuan COP 8 – CBD, Maret 2006 di Brazil. Sebagai tindak lanjut oleh Indonesia, pada

(9)

Agustus-8 Desember 2005, dilakukan lokakarya nasional HoB di Jakarta dan menghasilkan draft deklarasi HoB.

Pada 24 November 2006, dilaksanakan pertemuan Pokja HoB antar negara di kota Cebu, Filipina (dalam rangka pertemuan Senior Official Meeting/SOM Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-Phillipines East Asia

Growth Area/BIMP-EAGA)

Pada 12 Februari 2007, dilaksanakan penandatanganan Deklarasi HoB di Nusa Dua, Bali oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Minister of

Natural Resources and Environment, Malaysia, dan Minister of Industry

and Primary Resources, Brunei Darussalam.

Pada tanggal 4-5 April 2008 pertemuan HoB trilateral kedua diselenggarakan di Pontianak, Indonesia. Pertemuan ini menghasilkan

Strategic Plan of Action (SPA) tiga negara, dan menyepakati untuk

membahas lebih lanjut institusi dan pengaturan finansial HoB di tingkat tiga negara pada pertemuan ketiga di Malaysia.

2.1.3. Rencana Aksi

Rencana aksi yang telah disusun dan disepakati bersama meliputi 5 program yang di uraikan dalam rencana kegiatan sebagai berikut :

1. Pengelolaan Lintas Batas

Program ini bertujuan untuk menangani isu-isu pengelolaan sumber daya alam dan kesejahteraan sosial-ekonomi masyarakat setempat di sekitar kawasan perbatasan.

Sedangkan penjabarannya dalam kegiatan adalah :

a. Mengembangkan dan mengkaji master plan HoB dengan mempertimbangkan inisiatif HoB sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan masing-masing negara.

b. Menyiapkan rekomendasi kebijakan mengenai usaha konservasi dan pembangunan berkelanjutan di wilayah HoB.

c. Membangun mekanisme pertukaran informasi yang efektif dan koheren.

d. Menyelenggarakan riset dan studi bersama dan atau terkoordinasi, utamanya dalam bidang keanekaragaman hayati dan sosial ekonomi, termasuk dalam rangka penilaian sosial dan demografis e. Melaksanakan koordinasi perencanaan penataan ruang bersama

pada area HoB.

2. Pengelolaan Kawasan Lindung

Program ini bertujuan untuk meningkatkan dan mempromosikan pengelolaan kawasan lindung di dalam kawasan HoB yang efektif, dengan penekanan pada kawasan bersama di perbatasan, untuk melestarikan dan memelihara keanekaragamanhayati hutan dan keterkaitan ekologi.

(10)

Sedangkan penjabarannya dalam kegiatan adalah :

a. Mengidentifikasi, menilai dan menetapkan zona-zona konservasi lintas batas dalam rangka memperkuat pengelolaan kawasan konservasi di daerah tersebut yang didasarkan pada nilai-nilai warisan budaya dan alam, kapasitas daerah tangkapan air dan kekayaan keanekaragaman hayati

b. Menggembangkan dan meningkatkan standard operating

procedures dan sistem pemantauan dan evaluasi pengelolaan

kawasan konservasi lintas batas, serta bila diperlukan, menyelenggarakan kegiatan pemantauan dan evaluasi bersama c. Mengembangkan sistem dan melaksanakan program pengelolaan

kolaboratif kawasan konservasi lintas batas yang mengakomodasikan peran serta masyarakat lokal dan pemangku pihak lainnya.

d. Mengembangkan dan meningkatkan pendekatan-pendekatan yang mengarah pada perbaikan pengolahan lahan dan pengelolaan vegetasi masyarakat lokal di dalam atau di sekitar kawasan lindung. e. Mengembangkan daftar induk (master list) kawasan konservasi di

dalam areal HoB dengan memasukkan juga informasi mengenai tujuan pengelolaan, fitur-fitur khusus, dan lembaga yang relevan dan personil yang terkait, serta bentuk kategori kawasan berdasar ketentuan masing-masing Negara .

f. Membangun hubungan kelembagaan antar kawasan konservasi di dalam kawasan HoB.

3. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan

Program ini bertujuan untuk mengelola sumber daya alam diluar jejaring kawasan konservasi melalui pengembangan dan pelaksanaan penggunaan tanah berkelanjutan.

Sedangkan penjabarannya dalam kegiatan adalah :

a. Membangun, meningkatkan dan memperkuat mekanisme dan pedoman yang ada yang menjamin pelaksanaan praktek-praktek terbaik (best practices) pengelolaan sumberdaya alam, penerapan prinsip pemanfaatan berkelanjutan dan penerapan pendekatan ekosistem (ecosystem approach) pada setiap pemanfaatan sumberdaya alam, termasuk kehutanan, perkebunan dan pertambangan di dalam kawasan HoB.

b. Membangun skema program rehabilitasi dan restorasi areal hutan yang terdegradasi (rusak) dikawasan HoB.

c. Membanggun area HoB sebagai situs potensial untuk penyelengggaraan proyek Reduction of Emission from

Deforestation and Degradation (REDD).

4. Pengembangan Ekowisata

Program ini bertujuan mengenali dan melindungi nilai tempat-tempat atau situs-situs khusus alami dan budaya di kawasan HoB

Sedangkan penjabarannya dalam kegiatan adalah :

a. Mengidentifikasi, mengembangkan dan mempromosikan program-program ekowisata (ecotourism)

(11)

b. Membangun jejaring pengelolaan ekowisata dalam kerangka pengelolaan sistem kawasan konservasi.

c. Membangun jejaring pengelolaan ekowisata dalam kerangka pengelolaan sistem kawasan konservasi

d. Mengembangkan dan meningkatkan kegiatan ekowisata berbasis masyarakat di area HoB

5. Pengembangan Kapasitas

Program ini bertujuan untuk menjamin pelaksanaan inisiatif HoB di semua tingkat berlangsung secara efektif, baik sektor publik maupun swasta, dan masyarakat setempat.

Sedangkan penjabarannya dalam kegiatan adalah :

a. Melaksanakan peningkatan kapasitas di tingkat nasional dalam biidang keanekaragaman hayati, pengelolaan air tawar, penatagunaan lahan, GIS, pengelolaan kawasan lindung, wisata alam, penggelolaan ekoturisme, dan penegakan hukum dalam penangggulanggan peredaran internasional secara illegal hasil hutan seperti kayu, hidupan liar dan sumberdaya hayati lainnya b. Memantapkan hubungan kerja sama antar lembaga-lembaga

penelitian dan pengembangan dan mendorong kerjasama seperti tukar menukar (magang) peneliti untuk bekerja dalam bidang konservasi dan pembangunan berkelanjutan di wilayah HoB

c. Membangun program penyadaran masyarakat tentang pencegahan kehilangan lebih lanjut keanekaragaman hayati hutan, termasuk hasil kayu dan kehidupan liar

d. Meningkatkan pendidikan dan penyadaran tentang program-program HoB.

2.2 DELINEASI KAWASAN HOB

Penetapan batas kawasan HoB yang akan dikelola secara bersama didasarkan pada berbagai pertimbangan diantaranya aspek ekologis, aspek perkembangan kondisi kawasan serta aspek kebijakan pembangunan masing-masing negara. Aspek ekologis yang didasarkan pada faktor utama pendukung kehidupan yaitu tata air. Pada wilayah Pulau Kalimantan terdapat beberapa wilayah tata air yang dapat diidentifikasi melalui daerah tangkapan air. Pembagian daerah tangkapan air telah teridentifikasi sebagai wilayah sungai, yang dapat dilihat pada peta dimana terdapat 18 wilayah sungai di Pulau Kalimantan yang merupakan bagian negara Indonesia.

2.2.1. Dasar Penetapan Delineasi

Penetapan delineasi melalui rangkaian proses yang bertahap dengan berbagai pertimbangan. Terdapat beberapa alternatif pertimbangan bagi ditetapkannya kawasan HoB sebagai berikut :

1. Penetapan pertama delineasi didasarkan pola sebaran kawasan konservasi di dataran tinggi HoB.

2. Melalui rangkaian diskusi dicetuskan untuk mengembalikan kawasan hutan lindung semaksimal yang dapat dilakukan. Didasarkan pada

(12)

pertimbangan ekologis dan upaya memperoleh manfaat yang optimal dari kawasan HoB, maka diusulkan area yang berbeda dengan penetapan yang didasarkan pada kondisi saat ini.

Berdasarkan pertimbangan ekologis maka data yang dipergunakan bagi penetapan kawasan HoB di wilayah Indonesia adalah : kondisi topografi, hidrologi, morfologi dan ekosistem yang berada pada kawasan ini. Penentuan batasan kawasan didasarkan pada 5 kondisi sebagai berikut :

a. Pola sebaran kawasan konservasi di kawasan dataran tinggi dan perbatasan negara di pulau Borneo.

b. Memperhatikan aspek-aspek hidrologi,

c. Status kawasan hutan (Taman Nasional, Cagar Alam, Suaka Margasatwa, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi, Hutan Produksi Konversi),

d. Tutupan hutan (forest cover), e. Habitat penting satwa.

2.2.2. Alternatif Delineasi Kawasan

Alternative delineasi yang didasarkan pada pertimbangan laju deforestasi dan pertimbangan 5 kondisi tersebut menghasilkan 2 alternatif, seperti tergambar pada peta berikut ini.

Peta alternative 1 : peta dengan luas HoB di Wilayah Indonesia yang tidak seluas 13 juta Ha.

(13)

Peta alternative 2 : peta dengan luas HoB di Wilayah Indonesia yang seluas 13 juta Ha (sesuai delineasi Jogjakarta)

(14)
(15)

3.1 Arahan Kebijakan Pemanfaatan Ruang Kawasan HOB

3.1.1. Arahan RTRWN

Kawasan Heart of Borneo (HoB) merupakan kawasan yang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN). Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. (Pasal 1 ayat 17). Dengan ditetapkan kawasan ini sebagai KSN maka diperlukan penataan ruang yang dapat mendukung tercapainya fungsi kawasan. Apalagi dengan telah ditandatanganinya kesepakatan bersama antara 3 (tiga) negara, Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam dalam pengelolaan HoB, maka sebagai tindak lanjut kesepakatan tersebut Indonesia perlu segera menyusun rencana tindak lanjut pengelolaan HoB ini.

A. Posisi Kawasan HoB dalam Rencana Pola Ruang RTRWN.

Di dalam PP No. 26 tentang RTRWN, kawasan HoB merupakan kawasan yang menjadi bagian dari KSN Kawasan Perbatasan Darat RI dan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo) yang melintasi wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah. KSN Kawasan Perbatasan Darat RI dan HoB ditetapkan sebagai KSN dari sudut pandang pertahanan dan keamanan dimana dalam penataannya diprioritaskan berfokus pada pengembangan/peningkatan kualitas kawasan, serta dikembangkan pada Tahap Pengembangan I (Lampiran X PP No. 26 Tahun 2008, butir 45).

Kawasan HoB yang melintasi 3(tiga) provinsi di dalamnya juga terdapat kawasan-kawasan yang pada PP No. 26 tentang RTRWN ditetapkan sebagai kawasan yang berfungsi tertentu, yaitu :

1. KSN Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun (Provinsi Kalimantan Barat). Kawasan strategis ini merupakan KSN dengan sudut kepentingan lingkungan hidup dan akan dikembangkan pada Tahap Pengembangan I dengan prioritas program rehabilitasi/revitalisasi kawasan (Butir 44 Lampiran X);

2. KSN Pengembangan Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan, Kapuas, dan Barito (Provinsi Kalimantan Tengah). Kawasan strategis ini merupakan KSN dengan sudut kepentingan ekonomi dan akan dikembangkan pada Tahap Pengembangan I dengan prioritas program pengembangan/peningkatan kualitas kawasan (Butir 46 Lampiran X);

3. Kawasan Lindung Nasional Taman Nasional Danau Sentarum (Provinsi Kalimantan Barat). Pengembangan tahap I dengan prioritas program rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan;

(16)

4. Kawasan Lindung Nasional Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah). Pengembangan tahap I dengan prioritas program rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan;

5. Kawasan Lindung Nasional Taman Wisata Alam Bukit Kelam Komplek (Kalimantan Barat). Pengembangkan tahap II dengan prioritas pengembangan pengelolaan kawasan.

6. Kawasan Lindung Nasional Cagar Alam Sapat Hawung (Provinsi Kalimantan Tengah). Pengembangkan tahap II dengan prioritas pengembangan pengelolaan kawasan;

7. Kawasan Lindung Taman Nasional Kayan Mentarang (Provinsi Kalimantan Timur). Pengembangan tahap I dengan prioritas program rehabilitasi dan pemantapan fungsi kawasan;

8. Kawasan Andalan Kapuas Hulu dan sekitarnya, dengan sektor unggulan pertanian, kehutanan, dan perkebunan. Pengembangan bertahap dengan prioritas program pengembangan kawasan.

Disamping itu, kawasan HoB juga menaungi kawasan dengan kegiatan khusus yang perlu diperhatikan dalam penataan dan pengelolaan HoB, yaitu :

1. Kawasan perkotaan Putussibau dengan fungsi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);

2. Kawasan perbatasan negara (darat) RI - Malaysia dengan bentangan garis batas total sepanjang +1.038 km yang berada di wilayah administratif Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kapuas Hulu;

3. Kawasan kehidupan kelompok-kelompok masyarakat adat yang menyebar berkelompok.

B. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang RTRWN

Apabila melihat kegiatan kawasan-kawasan yang ada di dalam KSN Kawasan Perbatasan Darat RI dan HoB, dapat dilihat bahwa kegiatan kawasan tersebut merupakan kegiatan dengan sudut kepentingan banyak hal, yaitu kepentingan kedaulatan RI dan pertahanan keamanan, kepentingan lingkungan hidup dan konservasi, kepentingan ekonomi, kepentingan sosial-budaya, dan kepentingan budi daya.

Arahan pengendalian pemanfaatan ruang dalam RTRWN bagi kegiatan-kegiatan dengan sudut kepentingan tersebut menjadi sangat penting dalam rangka penataan dan pengelolaan HoB. Sesuai RTRWN maka arahan pengendalian pemanfaatan ruang nasional yang akan digunakan dalam rangka penataan dan pengelolaan kawasan HoB, dilakukan melalui indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perijinan, arahan pemberian insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.

1. Arahan Peraturan Zonasi a. Kawasan Lindung Nasional

Hutan Lindung, dengan arahan zonasi :

- pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;

(17)

- ketentuan pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi, dan - pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya hanya diijinkan

bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat. Taman Nasional, dengan arahan zonasi :

- pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;

- pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diijinkan bagi penduduk asli di zona penyangga dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat;

- ketentuan pelarangan kegiatan budi daya di zona inti; dan - ketentuan pelarangan kegiatan budidaya yang berpotensi

mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi. Cagar Alam, dengan arahan zonasi :

- pemanfaatan ruang untuk penelitian, pendidikan, dan wisata alam;

- ketentuan pelarangan kegiatan selain untuk penelitian, pendidikan, wisata alam;

- pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan dimaksud di atas;

- ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain bangunan untuk penunjang kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata alam; dan

- ketentuan pelarangan terhadap penanaman flora dan pelepasan satwa yang bukan merupakan flora dan satwa endemik kawasan.

Taman Wisata Alam, dengan arahan zonasi :

- pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam

- ketentuan pelarangan kegiatan selain yang dimaksud di atas; - pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang

kegiatan wisata alam;

- ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain untuk menunjang kegiatan wisata alam.

b. Kawasan Budi Daya

KSN Pengembangan Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan, Kapuas, dan Barito (Provinsi Kalimantan Tengah). - Kawasan strategis ini merupakan KSN dengan sudut kepentingan ekonomi dan akan dikembangkan pada Tahap Pengembangan I dengan prioritas program pengembangan/ peningkatan kualitas kawasan;

- Sesuai dengan sifat strategisnya, kawasan ini akan diprioritaskan penataan ruangnya dalam dokumen sendiri.

(18)

Kawasan Andalan Kapuas Hulu dan sekitarnya, dengan sektor unggulan pertanian, kehutanan, dan perkebunan.

Sesuai dominasinya, arahan zonasi untuk kawasan ini lebih banyak memperhatikan dan merujuk pada :

Hutan produksi dan hutan rakyat, dengan arahan zonasi :

- pembatasan pemanfaatan hasil hutan untuk menjaga neraca sumber daya kehutanan;

- pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang kegiatan pemanfaatan hasil hutan; dan

- ketentuan pelarangan pendirian bangunan selain untuk menunjang pemanfaatan hasil hutan.

Pertanian, dengan arahan zonasi :

- pemanfaatan ruang untuk permukiman petani dengan kepadatan rendah; dan

- ketentuan pelarangan alih fungsi lahan menjadi lahan budi daya non pertanian kecuali untuk pembangunan sistem jaringan prasarana utama.

c. Lain-lain

- Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Pertahanan dan Keamanan akan ditetapkan sendiri dengan peraturan pemerintah;

- Penataan ruang Kawasan perkotaan Putussibau sebagai Pusat Kegiatan Wilayah dilaksanakan sesuai dengan fungsinya dan berdasar peraturan perundangan.

2. Arahan Perijinan

Sebagai salah satu instrumen pengendalian pemanfaatan ruang, perijinan sangat penting untuk dilakukan secara konsisten. Perijinan dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku didasarkan pada rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Pemberian ijin bagi pemanfaatan yang berdampak besar dan penting dilakukan oleh Menteri.

3. Arahan Insentif dan Disinsentif

Pemberian insentif dan disinsentif dilakukan oleh Pemerintah kepada Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat. Insentif diberikan terhadap pelaku kegiatan pemanfaatan ruang yang sesuai dengan RTRWN, dan pemberian disinsentif dilakukan terhadap pelaku kegiatan pemanfaatan ruang yang perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya berdasar RTRWN.

4. Arahan Sanksi dikenakan terhadap :

- pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang nasional;

- pelanggaran ketentuan arahan zonasi sistem nasional;

- pemanfaatan ruang tanpa ijin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasar RTRWN;

(19)

- pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan ijin pemanfaatan ruang yang dikelurakan berdasarkan RTRWN;

- pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan ijin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasar RTRWN;

- pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan perundangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau

- pemanfaatan ruang dengan ijin yang diperoleh dengan prosedur tidak benar.

3.1.2. Arahan RTR Pulau Kalimantan

Kawasan HoB tidak bisa terlepas dengan Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau Kalimantan. RTR Pulau Kalimantan disusun melalui penyusunan strategi opersionalisasi sebagai upaya perwujudan RTRWN. Strategi operasionalisasi RTR Pulau Kalimantan yang terkait langsung dengan kawasan-kawasan yang berada dalam kawasan HoB dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan Heart of Borneo dilakukan dengan :

a. menetapkan luas dan delineasi wilayah yang termasuk dalam kawasan Heart of Borneo;

b. mempertahankan luas, tutupan lahan, dan vegetasi hutan tropis yang terdapat di dalam Heart of Borneo;

c. melarang alih fungsi lahan kawasan hutan lindung dan hutan budi daya yang terdapat di dalam Heart of Borneo;

d. melindungi hulu DAS Berau (Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai Timur), DAS Kahayan (Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Katingan, Kabupaten Kapuas), DAS Kapuas (Kabupaten Kapuas), DAS Katingan (Kabupaten Katingan), DAS Kayan (Kabupaten Malinau, Kutai Barat), DAS Sembakung (Kabupaten Nunukan), DAS Seruyan (Kabupaten Seruyan), DAS Sesayap (Kabupaten Malinau, Nunukan), serta sub DAS Kapuas Hulu (Kabupaten Kapuas Hulu), sub DAS Kedang Pahu (Kabupaten Kutai Barat), sub DAS Melawi (Kabupaten Sintang), sub DAS Ketungau (Kabupaten Kapuas Hulu), sub DAS Barito Hulu (Kabupaten Murung Raya), sub DAS Mahakam hulu (Kabupaten Kutai Barat), sub DAS Belayan (Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Kutai Barat), dan sub DAS Kedang Kapala (Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara);

e. mengidentifikasi jaringan koridor flora dan fauna yang selanjutnya menjadi bahan masukan (analisis potensi dan masalah) dalam penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota khususnya Kabupaten Kapuas Hulu, Murung Raya, Sintang, Melawi, Gunung Mas, Nunukan, Malinau dan Kutai Barat;

f. merehabilitasi kawasan hutan yang mengalami penurunan fungsi (terdegradasi); dan

g. memberdayaan suku Dayak asli di pedalaman untuk berpartisipasi dalam ekowisata (community based tourism).

(20)

2. KSN Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun (Provinsi Kalimantan Barat).

Strategi operasionalisasi perwujudan KSN Betung Kerihun akan disusun dengan rencana tata ruang kawasan strategis nasional yang diatur dengan Peraturan Presiden. Namun demikian, strategi operasionalisasi beberapa kegiatan yang tertuang dalam RTR Pulau Kalimantan (draft) perlu menjadi perhatian karena berdampak pada penataan dan pengelolaan kawasan HoB, yaitu :

a. mengembangkan kegiatan pariwisata (hutan) di TN Betung Kerihun dan TN Danau Sentarum;

b. mengembangkan kegiatan ekowisata berbasis ekosistem kehidupan orang utan di Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun;

c. mengembangkan fasilitas dan prasarana jalur/trek wisata di Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung Kerihun; d. mengendalikan dengan ketat pengembangan lahan (hanya untuk

konservasi) sebagai area/zona “inti” kehidupan orang utan, zona penyangga (Buffer), dan zona pengembangan dengan prinsip-prinsip berkelanjutan di Taman Nasional Danau Sentarum dan Taman Nasional Betung;

e. mengembangkan bandar udara untuk melayani PKN Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Samarinda, Balikpapan sebagai pintu gerbang internasional untuk melayani kegiatan ekowisata di Taman Nasional Danau Sentarum, Taman Nasional Kayan Mentaran, Taman Nasional Betung Kerihun;

f. mengembangkan jaringan prasarana dan sarana bandar udara pusat penyebaran skala pelayanan sekunder Supadio untuk melayani PKN Pontianak sebagai pusat pengembangan kegiatan ekowisata di TN Danau Sentarum dan TN Kayan Mentarang;

g. mengembangkan keterkaitan antar kawasan wisata dalam kesatuan tujuan ekowisata dengan pusat pengembangan utama di TN Danau Sentarum;

h. mempertahankan dan merehabilitasi luasan kawasan TN, serta melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati flora dan fauna endemik.

3. KSN Pengembangan Ekonomi Terpadu Daerah Aliran Sungai (DAS) Kahayan, Kapuas, dan Barito (Provinsi Kalimantan Tengah).

Strategi operasionalisasi perwujudan KSN Pengembangan Ekonomi Terpadu DAS Kahayan, Kapuas, dan Barito akan disusun dengan rencana tata ruang kawasan strategis nasional yang diatur dengan Peraturan Presiden. Namun demikian, strategi operasionalisasi beberapa kegiatan yang tertuang dalam RTR Pulau Kalimantan (draft) perlu menjadi perhatian karena berdampak pada penataan dan pengelolaan kawasan HoB, yaitu :

a. melakukan penghutanan kembali pada hulu sungai-sungai, khususnya hulu Sungai Barito, hulu Sungai Kahayan, hulu Sungai Katingan, hulu Sungai Kapuas, dan hulu Sungai Mahakam;

(21)

b. melakukan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air pada Wilayah Sungai Lintas Provinsi Barito-Kapuas.

4. Kawasan Lindung Nasional Taman Nasional Danau Sentarum (Provinsi Kalimantan Barat).

a. mengembangkan kegiatan pariwisata (hutan) dan kegiatan ekowisata berbasis ekosistem kehidupan orang utan;

b. mengembangkan fasilitas dan prasarana jalur/trek;

c. mengendalikan dengan ketat pengembangan lahan (hanya untuk konservasi) sebagai area/zona “inti” kehidupan orang utan, zona penyangga (Buffer), dan zona pengembangan dengan prinsip-prinsip berkelanjutan;

d. mengembangkan keterkaitan antar kawasan wisata dalam kesatuan tujuan ekowisata dengan pusat pengembangan utama di TN Danau Sentarum.

5. Kawasan Lindung Nasional Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya (Provinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah).

a. mempertahankan dan merehabilitasi luasan kawasan TN, serta melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati flora dan fauna endemik;

b. mengembangkan kegiatan pariwisata (hutan);

6. Kawasan Lindung Nasional Taman Wisata Alam Bukit Kelam Komplek (Kalimantan Barat).

a. mempertahankan dan merehabilitasi luasan kawasan, serta melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati flora dan fauna endemik;

b. mengembangkan kegiatan pariwisata (hutan);

7. Kawasan Lindung Nasional Cagar Alam Sapat Hawung (Provinsi Kalimantan Tengah).

mempertahankan dan merehabilitasi luasan kawasan CA, serta melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati flora dan fauna endemik;

8. Kawasan Lindung Taman Nasional Kayan Mentarang (Provinsi Kalimantan Timur).

a. mempertahankan dan merehabilitasi luasan kawasan CA, serta melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati flora dan fauna endemik;

b. mengembangkan kegiatan pariwisata (hutan).

9. Kawasan Andalan Kapuas Hulu dan sekitarnya, dengan sektor unggulan pertanian, kehutanan, dan perkebunan. Pengembangan bertahap dengan prioritas program pengembangan kawasan.

(22)

a. mengembangkan sentra pertanian dengan memberikan alokasi ruang untuk lahan pertanian, industri pengolahan, permukiman petani, irigasi, waduk dan prasarana pertanian lainnya;

b. mengembangkan sentra perkebunan kelapa sawit dengan memberikan alokasi ruang untuk lahan perkebunan, industri pengolahan, permukiman petani, irigasi, waduk, dan prasarana perkebunan lainnya;

c. mengalokasikan ruang untuk kegiatan budi daya kehutanan pada kawasan yang menjadi sentra produksi kehutanan;

d. meningkatkan fungsi pelabuhan dan bandar udara untuk mendukung kegiatan distribusi dan pemasaran produk unggulan kegiatan kehutanan dari kawasan andalan ke pasar internasional/nasional; dan

e. mengendalikan pengembangan kawasan kehutanan yang berpotensi merusak fungsi lindung/konservasi.

Disamping itu, kawasan HoB juga menaungi kawasan lainnya dengan kegiatan khusus yang perlu diperhatikan dalam penataan dan pengelolaan HoB, yaitu :

1. Kawasan perkotaan Putussibau dengan fungsi Pusat Kegiatan Wilayah (PKW);

a. mengembangkan PKN Pontianak, Palangkaraya, Samarinda, Balikpapan sebagai pusat pengembangan kegiatan ekowisata di Taman Nasional Danau Sentarum, Taman Nasional Kayan Mentaran, Taman Nasional Betung Kerihun;

b. Membangun pusat promosi untuk mendukung pengembangan Taman Nasional Danau Sentarum sebagai pusat kegiatan ekowisata danau air tawar;

c. Mengembangkan fasilitas akomodasi untuk mendukung wisata alam Danau Sentarum dan TN Betung Karihun;

d. Membangun pusat riset lingkungan Jantung Kalimantan (Heart of Borneo).

2. Kawasan perbatasan negara (darat) RI - Malaysia dengan bentangan garis batas total sepanjang +1.038 km yang berada di wilayah administratif Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kapuas Hulu;

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan perbatasan negara disusun dengan rencana tata ruang kawasan strategis nasional yang diatur sendiri dengan Peraturan Presiden.

3. Kawasan kehidupan kelompok-kelompok masyarakat adat yang menyebar berkelompok.

a. mengatur kembali (konsolidasi) lokasi permukiman masyarakat adat di dalam kawasan hutan lindung dan mendorong peran masyarakat untuk mendapatkan manfaat ekonomi dari jasa lingkungan (environmental services) sebagai upaya pelestarian kawasan hutan lindung;

(23)

b. menerapkan kegiatan ekowisata berbasis budaya dan kehidupan suku Dayak asli (cultural tourist attraction).

3.1.3. Arahan RTRW Propinsi

Kawasan HoB yang merupakan bagian dari Pulau Kalimantan, secara administrasi merupakan bagian wilayah 3 propinsi, yaitu : Propinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Arahan RTR Pulau Kalimantan terhadap kawasan HoB telah ditetapkan dengan jelas. Sehubungan implementasi dari rencana pemanfaatan ruang dilaksanakan oleh pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten maka selanjutnya akan dilihat arahan-arahan yang ditetapkan oleh RTRW Propinsi.

A. Arahan RTRW Propinsi Kalimantan Barat

Kawasan Heart of Borneo meliputi sebagian dari wilayah Propinsi Kalimantan Barat, yaitu pada Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Melawi. Berikut arahan struktur pola dan pemanfaatan ruang menurut draft RTRW Propinsi Kalimantan Barat (2004) terkait dengan Kawasan Heart of Borneo.

Konsep Struktur Tata Ruang

Konsep pengembangan wilayah Kalimantan Barat terkait dengan Kawasan Heart of Borneo sebagai berikut :

1) Pengembangan wilayah pedalaman (resource frontier region), yaitu Kabupaten Sanggau, Sintang, dan Kapuas Hulu. Kegiatan di wilayah ini didominasi oleh kegiatan pertanian. Dalam pengembangannya lebih ditekankan pada aspek pemerataan (keefektifan) pelayanan sosial dan ekonomi. Pengembangan wilayah ini ditujukan untuk meningkatkan pemanfaatan secara optimal sumber daya yang ada serta meningkatkan kelancaran pemasaran hasil produksi penduduk setempat.

2) Pengembangan kawasan tertentu, baik menyangkut pemanfaatan

sumber daya alam (tambang, hutan, dan potensi pariwisata), untuk mencegah terjadinya konflik kepentingan antar sektor, maupun menjaga kelestarian alam pada perbatasan wilayah (antarpropinsi maupun antar negara). Kawasan tertentu yang akan dikembangkan adalah sebagai berikut :

Kawasan perbatasan dengan Negeri Serawak (Malaysia): Paloh –

Sajingan Besar – Jagoi Babang – Entikong – Sekayam – Ketungau Hulu – Ketungau Tengah – Empanang – Puring Kencana – Badau – Batang Lupar – Embaloh Hulu – Putussibau.

Kawasan kritis lingkungan Taman Nasional Gunung Palung,

Betung Kerihun, Danau Sentarum, dan kawasan yang

direncanakan menjadi taman nasional yaitu Gunung Niut Penrissen (sekarang masih berstatus cagar alam).

Arahan pemanfaatan ruang Kawasan Heart of Borneo diarahkan menjadi 2 jenis pemanfaatan, yaitu kawasan lindung, dan kawasan budidaya. Bentuk pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung meliputi: Taman Nasional,

(24)

Taman Wisata Alam, Cagar Alam, Suaka Alam Darat, Hutan LIndung dan Hutan Lindung Gambut. Adapun untuk bentuk pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya meliputi: Hutan Produksi Terbatas, Hutan Produksi, Hutan Produksi Konversi yang dapat dikonversi dan area penggunaan lain. Berikut strategi pengelolaan termasuk sarana dan prasarana untuk pemanfaatan ruang tersebut di atas dalam RTRW Propinsi Kalimantan Barat.

Strategi Pengelolaan Kawasan Lindung

Penetapan kawasan lindung di Kalimantan Barat didasarkan pada kriteria – kriteria sebagaimana dimuat dalam Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung. Strategi pengelolaannya mencakup hal-hal sebagai berikut :

1) Pemeliharaan kelestarian lingkungan;

Penanganan kegiatan budidaya (termasuk kawasan permukiman) yang telah ada di dalam kawasan lindung; dan

2) Pengaturan prasarana dasar di kawasan lindung.

Untuk memelihara kelestarian lingkungan, ditetapkan strategi sebagai berikut:

melarang semua kegiatan budidaya dalam kawasang lindung, kecuali jika ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku; seperti diatur dalam Undang-undang No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (pada pasal 17), dan Keppres No.32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung (pada pasal 37 dan pasal 38).

mengembalikan fungsi kawasan lindung yang telah terganggu secara bertahap.

mengupayakan agar kawasan lindung yang berada di daerah perbatasan wilayah kabupaten/kota membentuk suatu kesatuan yang serasi dan terpadu.

melaksanakan berbagai kegiatan untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan (diantaranya berupa menipisnya kawasan penambat air, rusaknya kawasan hutan lindung, berkurangnya luas hutan lindung bakau) terutama yang dapat mengakibatkan bencana alam (longsor, banjir, dan abrasi pantai).

Luas kawasan hutan yang harus dipertahankan pada setiap wilayah kabupaten minimal 30 % dari luas daerah aliran sungai (DAS) dan atau pulau dengan sebaran yang proporsional.

pada setiap wilayah kota, dialokasikan ruang terbuka hijau (RTH) berupa hutan kota, jalur hijau, taman kota, rekreasi, lapangan olahraga, pemakaman umum, dan pertanian dengan luas keseluruhan minimal 30% dari luas wilayah kota yang bersangkutan, dengan sebaran yang proporsional.

Pengembangan kerjasama regional penanganan dampak lingkungan.

Terhadap kegiatan budidaya yang telah ada di dalam kawasan lindung, ditetapkan strategi sebagai berikut:

a. mengeluarkan kegiatan budidaya dari kawasan lindung secara bertahap melalui program pembangunan terpadu. Kegiatan budidaya yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuan yang berlaku

(25)

sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, bersamaan dengan diundangkannya Peraturan Daerah ini.

b. membatasi perkembangan kegiatan budidaya yang telah ada di dalam kawasan lindung dengan memperkenankan pengimplementasian konsep-konsep ekonomi lingkungan;

c. Menata batas kawasan permukiman perdesaan yang berada dalam kawasan lindung untuk dikeluarkan (enclave) dari kawasan lindung, jika kawasan permukiman perdesaan tersebut tidak memungkinkan untuk dipindahkan secara terpadu dengan program transmigrasi. Untuk pengaturan keberadaan prasarana dasar di kawasan lindung, ditetapkan strategi sebagai berikut:

a. Apabila dibutuhkan, jaringan prasarana dasar seperti jaringan transportasi, jaringan kelistrikan, jaringan telekomunikasi, prasarana dan sarana distribusi air bersih, pos keamanan (termasuk pos jagawana), serta bangunan pengendali bencana alam dapat dibangun di kawasan lindung dengan tetap mempertahankan fungsi kawasan lindung;

b. Untuk pembangunan prasarana tersebut di atas di kawasan lindung, diperbolehkan melakukan penelitian pendahuluan dengan tetap mempertahankan fungsi kawasan lindung.

c. Terhadap bangunan prasarana umum yang telah dibangun pemerintah di dalam kawasang lindung, dapat dipertahankan tanpa mengubah fungsi kawasan lindung tersebut.

Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya

Untuk memantapkan keterkaitan potensi wilayah, daya dukung wilayah dan keterpaduan pengembangan kawasan budidaya, maka strategi pengembangan kawasan budidaya adalah :

a. Pengembangan kegiatan pertambangan melalui eksplorasi dan eksploitasi sumber daya mineral untuk memacu tumbuhnya industri yang berorientasi ekspor dan substitusi impor dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

b. Pembangunan kehutanan dilakukan melalui pendekatan pemanfaatan sumberdaya hutan dalam tiga sisi manfaat secara berimbang, meliputi aspek ekonomi, sosial, dan ekologi dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi, keseimbangan lingkungan hidup dan pembangunan yang berkelanjutan.

c. Pengembangan pembangunan hutan tanaman pada kawasan hutan produksi yang tidak berhutan atau merupakan lahan kritis.

d. Pengembangan kegiatan perkebunan dan agroindustri sesuai dengan potensi wilayah dan prospek pemasaran, melalui intensifikasi, ekstensifikasi, peremajaan, rehabilitasi, dan optimalisasi lahan bagi lahan – lahan yang telah diarahkan

Strategi Pengembangan Sistem Prasarana Wilayah

Berikut strategi penngembangan system prasarana wilayah Kalimantan Barat dalam deliniasi Kawasan Heart of Borneo:

(26)

a. Peningkatan kapasitas pelayanan Bandara Supadio sebagai bandara pusat penyebaran dengan skala pelayanan primer dan bandara pendukungnya di Ketapang, Sintang, Putussibau, Nanga Pinoh, dan Paloh.

b. Peningkatan kerjasama regional untuk peningkatan interaksi antar wilayah, yaitu :

 dengan Sarawak melalui pemantapan kondisi jalan dan jembatan di sepanjang daerah perbatasan.

 dengan Propinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur dalam rangka pengembangan lintas batas propinsi disertai dengan pemantapan kondisi jalan dan jembatan.

 Pemantapan jaringan jalan PKN-PKW, antar-PKW, jalan trans-Kalimantan serta jalan antar negara untuk terciptanya keterkaitan internal yang kuat antar pusat pengembangan utama dengan subpusat pengembangannya.

Strategi Penatagunaan Tanah, Penatagunaan Air, Penatagunaan Udara, dan Penatagunaan Sumberdaya Alam Lainnya

a. Penggunaan tanah yang tidak sesuai dengan arahan fungsi ruang berdasarkan rencana tata ruang wilayah propinsi (RTRWP) tidak dapat diperluas dan atau dikembangkan penggunaannya.

b. Memprioritaskan pemantapan kawasan lindung, dan pengembangan kegiatan pariwisata dan pertambangan.

c. Untuk kawasan permukiman perdesaan yang terletak dalam kawasan hutan, secara bertahap harus dikeluarkan atau apabila tidak memungkinkan harus dienclave.

d. Perluasan kawasan permukiman perkotaan dapat dilakukan dengan mengkonversi lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan pertanian lahan kering (PLK) dan sedapat mungkin tidak mengkonversi kawasan pertanian yang telah beririgasi teknis serta tidak mengkonversi kawasan lindung.

e. Di dalam kawasan suaka alam dan kawasan cagar budaya dilarang melakukan kegiatan budi daya apapun, kecuali kegiatan yang berkaitan dengan fungsinya dan tidak mengubah bentang alam, kondisi penggunaan lahan, serta ekosistem alami yang ada.

f. Kegiatan budi daya yang sudah ada di kawasan lindung yang mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup dikenakan ketentuan-ketentuan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (sebagai pengganti PP No. 29/86 tentang AMDAL; terlebih dahulu diganti dengan PP No. 51/93 tentang AMDAL).

g. Apabila menurut Analisis Mengenai Dampak Lingkungan kegiatan budi daya mengganggu fungsi lindung harus dicegah perkembangan-nya, dan fungsi sebagai kawasan lindung dikembalikan secara bertahap. h. Sementara itu, pada Pasal 38 Kepres No. 32/1990 disebutkan bahwa:

 Dengan tetap memperhatikan fungsi lindung kawasan yang bersang-kutan, di kawasan lindung dapat dilakukan penelitian eksplorasi mineral dan air tanah, serta kegiatan lain yang berkaitan dengan bencana alam.

(27)

 Apabila ternyata di kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdapat indikasi adanya deposit mineral atau air tanah atau kekayaan alam lainnya yang bila diusahakan dinilai amat berharga bagi Negara, maka kegiatan budi daya di kawasan lindung tersebut dapat diizinkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

 Pengelolaan kegiatan budi daya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan dengan tetap memelihara fungsi lindung kawasan yang bersangkutan.

 Apabila penambangan bahan galian dilakukan, penambang bahan galian tersebut wajib melaksanakan upaya perlindungan terhadap lingkungan hidup dan melaksanakan rehabilitasi daerah bekas penambangannya, sehingga kawasan lindung dapat berfungsi kembali.

Pola pemanfaatan ruang

Terkait dengan pemanfaatan ruang di Kawasan Heart of Borneo, arahan pengelolaan ruang menurut RTRW Pulau Kalimantan sebagai berikut:

a. Arahan pengelolaan kawasan lindung

Kawasan lindung dalam kawasan Heart of Borneo yang ditetapkan dalam RTRWP Kalimantan Barat terdiri dari :

 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terdiri dari kawasan hutan lindung (HL) dan hutan lindung gambut (HLG). Kawasan hutan lindung tersebar di seluruh wilayah kabupaten, sedangkan kawasan hutan lindung gambut tersebar di Kabupaten Pontianak, Ketapang, Kapuas Hulu, dan Landak.

 Kawasan suaka alam dan cagar budaya

Kawasan suaka alam dan cagar budaya mencakup : - Taman Nasional Bukit Baka-Bukit Raya, di Kabupaten Sintang dan Kabupaten Melawi, - Taman Nasional Betung Kerihun, di Kabupaten Kapuas Hulu, - Taman Nasional Danau Sentarum, di Kabupaten Kapuas Hul

b. Arahan pengelolaan kawasan budidaya kehutanan

 Penetapan Kawasan Hutan, perubahan status dan fungsinya berdasarkan pada ketentuan yang disebutkan dalam PP No. 25/2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom. Pemerintah propinsi turut serta secara aktif bersama pemerintah dalam menetapkan kawasan, serta perubahan fungsi dan status hutan dalam rangka perencanaan tata ruang propinsi berdasarkan kesepakatan antara propinsi dan kabupaten/kota.

 Kawasan budidaya kehutanan di Propinsi Kalimantan Barat mencakup sekitar 4,62 Juta hektar (+ 31,5 % dari luas wilayah propinsi), terdiri atas kawasan hutan produksi terbatas (HPT) 2,3 juta hektar, kawasan hutan produksi biasa (HPB) 2 juta hektar, dan kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) 303.000 hektar.

(28)

c. Arahan pengelolaan kawasan budidaya non-kehutanan

Kawasan Budidaya Non-Kehutanan dalam RTRWP hanya ditetapkan sebagai Pertanian Lahan Kering (PLK) yang sifatnya dapat dikonversi ke budidaya lainnya sesuai dengan kewenangan pemerintah kabupaten/kota. Luas kawasan tersebut ditetapkan sekitar 41,54 % dari luas wilayah propinsi atau sekitar 6 juta hektar

d. Arahan pengembangan kawasan prioritas:

Kawasan permukiman perdesaan yang diprioritaskan pengembangannya adalah:

 Kawasan permukiman perdesaan di sepanjang perbatasan.

 Kawasan permukiman perdesaan yang termasuk dalam Kawasan Pulau Temajo.

 Kawasan permukiman perdesaan yang terisolir, yaitu di Kecamatan Pulau Maya Karimata, Batuampar, Teluk Pakedai, Kubu, Terentang, serta pulau-pulau di Kecamatan Sungai Raya.

Kawasan perkotaan yang dalam masa rencana perlu diprioritaskan pengembangannya dalam lingkup propinsi adalah:

 PKN beserta empat PKW

 PKL yang merupakan ibukota kabupaten, Mempawah, Putussibau, Sambas, Bengkayang, Ngabang, Sekadau, dan Nanga Pinoh.

Kawasan Tertentu adalah kawasan yang ditetapkan secara nasional mempunyai nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan. Kawasan yang diarahkan menjadi Kawasan Tertentu dalam masa rencana adalah :

 Kawasan Perbatasan

 Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun

 Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum

 Kawasan Taman Nasional Bukit Baka

 Kawasan Taman Nasional Gunung Niut

Kawasan Prioritas adalah kawasan yang diprioritaskan pengembangannya, dengan kriteria sebagai berikut :

 Kawasan yang terpencil, terisolir, dan atau terbelakang, karena keterbatasan sumberdaya;

 Kawasan yang berpotensi tumbuh cepat dengan sasaran agar dapat segera berperan sebagai pendorong pemerataan atau memacu pertumbuhan wilayah sekitarnya;

 Kawasan yang berperan menunjang perkembangan sektor-sektor strategis;

 Kawasan kritis terutama pada kawasan berfungsi lindung.

Kawasan yang diprioritaskan pengembangan/pengelolaannya adalah :

 Kawasan lintas batas Negara, yaitu Temaju, Aruk, Jagoi Babang, Entikong, Jasa, dan Nanga Badau;

 Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun;

 Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum;

 Kawasan Taman Nasional Bukit Baka;

(29)

B. Arahan RTRW Propinsi Kalimantan Timur

Arahan pemanfaatan ruang Kawasan Heart of Borneo di propinsi ini diarahkan menjadi 2 jenis pemanfaatan, yaitu kawasan lindung, dan kawasan budidaya. Berikut kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan termasuk sarana dan prasarana untuk pemanfaatan ruang tersebut di atas dalam RTRW Propinsi Kalimantan Barat.

Kawasan Lindung

Untuk mewujudkan pola ruang kawasan lindung kebijakan yang ditetapkan adalah :

a) mempertahankan wilayah Provinsi Kalimantan Timur sebagai bagian dari ekosistem hutan tropis basah.

b) mempertahankan tingkat keanekaragaman hayati yang meliputi spesies flora dan fauna dan biota perairan langka yang dilindungi di Provinsi Kalimantan Timur.

c) memulihkan dan mempertahankan ekosistem perairan umum pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil yang dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Timur. d) menjaga peninggalan sejarah dan budaya khas Provinsi kalimantan

Timur.

e) menghindarkan bencana alam dan dampaknya terhadap penduduk dan kegiatan yang berada pada kawasan rawan bencana.

Rencana pola pemanfaatan ruang kawasan lindung adalah :

a) mengendalikan alih fungsi lahan dan perambahan pada hutan lindung untuk menghindarkan dampak kerusakan ekosistem dan habitat spesies flora dan fauna.

b) mengendalikan kegiatan perambahan dan budidaya yang mengubah tutupan lahan untuk meningkatkan efektifitas siklus hidrologis pada daerah aliran sungai untuk menjamin pemanfaatan sumberdaya sungai bagi berbagai kepentingan masyarakat luas, seperti transportasi sungai, kebutuhan domestik, pengairan, pematusan, dan pengendalian bahaya banjir, termasuk invasi kegiatan fisik pada sempadan sungai.

c) mengendalikan alih fungsi dan invasi kegiatan fisik pada hutan mangrove, kawasan bergambut, rawa, terumbu karang, dan sempadan pantai terutama di sepanjang pantai Timur dan gugus pulau kecil di lepas pantai Timur Kalimantan Timur.

d) melestarikan cagar budaya dan sejarah yang terdapat di seluruh Provinsi Kalimantan Timur.

e) mengendalikan pembangunan fisik dan perkembangan aktifitas binaan pada kawasan yang rawan terhadap bencana alam dan berpotensi mengalami gerakan tanah / pergeseran lempeng bumi.

Arahan pengelolaan ruang kawasan lindung di Kalimantan Barat menurut RTRW Propinsi adalah:

a) Pada kawasan hutan lindung hanya diperbolehkan pemanfaatan hasil hutan non kayu secara tradisional dan jasa lingkungan; penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

b) Pada kawasan lindung lainnya diperbolehkan pemanfaatan untuk kepentingan penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan , pendidikan, kegiatan penunjang budidaya, budaya dan wisata alam;

(30)

c) Pada kawasan lindung tidak diperbolehkan penambangan dalam bentuk apapun .

d) Kegiatan budidaya pada kawasan lindung di luar kawasan hutan yang mengganggu fungsi lindung, maka fungsinya dikembalikan secara bertahap sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku . Pengelolaan kawasan hutan berfungsi lindung dilakukan melalui kegiatan :

 penetapan status kawasan hutan berfungsi lindung ;

 pengendalian aktifvitas budidaya pada hutan berfungsi lindung. Pengelolaan kawasan cagar alam dilakukan melalui kegiatan :

 pengendalian alih fungsi lahan pada areal cagar alam;

 pengawasan terhadap pemanfaatan cagar alam oleh kegiatan budidaya. Pengelolaan kawasan bergambut dilakukan melalui kegiatan :

 penelitian kawasan bergambut menurut fungsi ekologis;

 pengendalian pembangunan dan aktivitas budidaya pada lahan bergambut;

 penetapan delineasi ruang lahan bergambut yang dilindungi pada RTRW Kabupaten/Kota.

Pengelolaan kawasan resapan air tanah dilakukan melalui kegiatan :

 pemetaan kawasan resapan air tanah

 pengendalian pembangunan dan aktivitas budidaya pada kawasan resapan air tanah;

 pengawasan terhadap pemanfaatan kawasan resapan air tanah oleh kegiatan budidaya.

Pengelolaan kawasan perlindungan setempat dilakukan melalui kegiatan :

 delineasi areal perlindungan setempat pada RTRW Kabupaten/Kota dan rencana rinci;

 pengendalian pembangunan pada kawasan perlindungan setempat dengan memperhatikan tradisi masyarakat lokal dalam memanfaatkan kawasan tersebut.

Strategi pengelolaan kawasan lindung di Kalimantan Timur adalah sebagai berikut :

a) mempertahankan secara ketat kawasan hutan berfungsi lindung yang belum mengalami perambahan atau alih fungsi.

b) menetapkan status kawasan hutan berfungsi lindung yang telah dirambah atau beralih fungsi pada RTRW yang lebih rinci dan mekanisme pengendalian pembangunan lainnya.

c) mempertahankan ekosistem mangrove sebagai penahan abrasi, tempat pengendapan lumpur (mudflat), tempat asuhan post larva, tempat bertelur, tempat memijah, dan tempat mencari makan biota perairan. d) mengendalikan alih fungsi lahan pada kawasan yang berfungsi sebagai

cagar alam, suaka margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, cagar biosfer, serta cagar budaya dan sejarah untuk kegiatan budidaya. e) mengendalikan kawasan bergambut dan berawa dari alih fungsi lahan

untuk mempertahankan fungsinya sebagai habitat biota dan vegetasi akuatik serta sebagai tempat retensi aliran permukaan menuju ke laut.

(31)

f) delineasi kawasan berstatus rawan bencana alam menurut zonasi kerawanan yang lazim berlaku pada RTRW yang lebih rinci, terutama dikaitkan dengan disaster management dan mitigasi bencana secara struktural dan non struktural.

g) delineasi kawasan perlindungan setempat sesuai dengan peraturan-perundangan yang berlaku dalam RTRW Kabupaten/Kota, dan Rencana Rinci Tata Ruang.

Dalam rangka menjamin terselenggaranya pemanfaatan ruang di kawasan lindung secara seimbang dan berkeadilan didukung oleh pembagian peran antar pelaku dan pembiayaan yang bersumber dari anggaran Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat serta dunia usaha atau dalam bentuk kerjasama pembiayaan.

Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Hutan Lindung meliputi :

a) Arahan pemanfaatan ruang untuk pemanfaatan kawasan (budidaya jamur, penangkaran satwa, budidaya tanaman obat dan tanaman hias, budidaya perlebahan dan budidaya sarang burung walet), pemanfaatan jasa lingkungan (wisata alam, pemanfaatan air, keindahan dan kenyamanan, usaha olahraga tantangan), dan pemungutan hasil hutan non kayu (rotan, madu, buah-buahan dan perburuan satwa liar yang tidak dilindungi dan dilaksanakan secara tradisional) serta pendidikan dan penelitian;

b) Arahan pembatasan dalam kawasan hutan lindung hanya untuk pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian dan wisata alam secara terbatas;

c) Arahan pemanfaatan dalam kawasan hutan lindung untuk rehabilitasi lahan, pembinaan habitat dan pembinaan kawasan serta pengurangan dan penambahan jumlah populasi suatu jenis, baik asli atau bukan asli ke dalam kawasan.

d) Arahan pelarangan dalam kawasan hutan lindung untuk kegiatan yang bersifat merubah bentang alam.

Arahan peraturan zonasi Kawasan Cagar Alam meliputi :

a) Arahan pemanfaatan ruang hanya untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, serta kegiatan lain yang menunjang budidaya kawasan cagar alam;

b) Arahan pelarangan untuk melakukan kegiatan perusakan terhadap kawasan dan ekosistemnya;

c) Arahan pelarangan untuk melakukan perburuan satwa yang berada didalam kawasan dan memasukan/menambah jenis-jenis tumbuhan dan satwa bukan asli setempat;

Arahan peraturan zonasi Kawasan Taman Nasional meliputi :

a) Arahan pemanfaatan ruang hanya untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang budidaya kawasan cagar alam, budaya dan wisata alam;

b) Arahan pelarangan untuk melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan terhadap keutuhan zona inti, meliputi mengurangi, menghilangkan fungsi dan zona inti;

c) Arahan pelarangan memasukan/menambah jenis-jenis tumbuhan dan satwa bukan asli setempat.

(32)

d) Arahan pelarangan melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain Taman Nasional.

e) Arahan pemanfaatan didalam zona pemanfaatan Taman Nasional, untuk pembangunan sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan. f) Arahan pemanfaatan untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi,

dengan memberikan hak pengusahban atas zona pemanfaatan Taman Nasional serta mengikutsertakan masyarakat.

Arahan peraturan zonasi Kawasan Taman Hutan Raya meliputi :

a) Arahan pemanfaatan ruang hanya untuk kepentingan dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya kawasan cagar alam, budaya dan wisata alam;

b) Arahan pelarangan melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfaatan dan zona lain Taman Hutan Raya.

c) Arahan pembatasan didalam zona pemanfaatan Taman Hutan Raya, untuk pembangunan sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan.

d) Arahan pemanfaatan untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, dengan memberikan hak pengusahan atas zona pemanfaatan Taman Hutan Raya serta mengikutsertakan masyarakat.

e) Arahan peraturan zonasi Hutan Wisata Alam meliputi :

f) Arahan pemanfaatan ruang hanya untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang budidaya kawasan cagar alam, budaya dan wisata alam;

g) Arahan pelarangan melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi zona pemanfatan dan zona lain Hutan Wisata Alam.

h) Arahan pemanfaatan didalam zona pemanfaatan Taman Hutan Wisata Alam, untuk pembangunan sarana kepariwisataan berdasarkan rencana pengelolaan.

i) Arahan pemanfaatan untuk kegiatan kepariwisataan dan rekreasi, dengan memberikan hak pengusahan atas zona pemanfaatan Hutan Wisata Alam serta mengikutsertakan masyarakat.

j) Arahan peraturan zonasi Kawasan Hutan Penelitian dan Pendidikan meliputi :

k) Arahan pemanfaatan ruang untuk penelitian dan pendidikan.

l) Arahan pelarangan melakukan kegiatan dan pembangunan sarana prasarana yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan.

Kawasan Budidaya

Kebijakan pola ruang kawasan budidaya diarahkan berdasarkan sifat-sifat kegiatan yang akan ditampung, potensi pengembangan, dan kesesuaian lahan. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya d Kalimantan Barat direncanakan meliputi: Kawasan budidaya terdiri dari kawasan budidaya kehutanan dan kawasan Budidaya Non Kehutanan.

 Kawasan budidaya kehutanan adalah untuk budidaya hutan produksi tetap dan hutan produksi terbatas, seluas 7.658.482 Ha.

 Kawasan budidaya non kehutanan terdiri dari kawasan permukiman, kawasan perkebunan, kawasan pertanian, kawasan perikanan, kawasan pariwisata, kawasan industri, dan budidaya lainnya di luar sektor kehutanan, seluas 6.551.167 Ha.

Gambar

Tabel Peruntukan Ruang Kawasan Budidaya
Tabel Prinsip dan Kriteria Ekowisata
Gambar Sungai Rhine  Gambar Kondisi S. Rhine
Tabel DAS dan Sub-DAS di Kawasan HoB
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dirumuskan masalah penelitian yaitu, apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei melalui kuesioner.Pada penelitian tingkat pengetahuan ini peneliti menemukan hasil dimana

Narasumber berikutnya mengatakan bahwa sudah terlihat kegiatan Front Pembela Islam FPI di Banda Aceh salah satunya soal Palestina, soal kecaman terhadap Donal trump dan soal LGBT

Host I temuan penelitian dengan menggunakan uji Chi Square menunjukkan ada hubungan status gizi tidak baik, dosis yang tidak sesuai anjuran, tidak memakai AI at Pelindung Diri

Kedua, aspek kelembagaan, untuk indikator akreditasi institusi dan akreditasi program studi versi BAN PT mengalami peningkatan signifikan untuk yang terakreditasi A, hanya

Disebabkan oleh berbagai halangan yang merintangi cinta mereka maka Qais lebih memilih menjadi pengembara yang merindukan tumbuhnya cinta sejati dalam jiwa

Jaminan untuk pinjaman tersebut di atas sama seperti yang disebutkan dalam perjanjian aslinya, yang terdiri dari piutang usaha, persediaan, aktiva tetap (lihat Catatan 4, 6 dan 7)

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah ,arian dari kesalahan pengganggu Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah ,arian dari kesalahan pengganggu