• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PRE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PRE"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY

DENGAN PRESTASI BELAJAR

Oleh:

Riswando Sembiring 113310066

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...………...

DAFTAR ISI……….………..…….………

i ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah………

B. Tujuan Penelitian……….. ………

C. Manfaat Penelitian………...………. ………

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada jaman sekarang ini sangat dituntut kualitas sumber daya manusia yang tinggi, diharapkan mereka mampu bersaing didalam kehidupan global. Kualitas sumber daya manusia sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam kehidupan zaman sekarang ini, baik sebagai sarana maupun tujuan pembangunan untuk kedepannya. Kriteria manusia yang berkualitas menyangkut berbagai aspek antara lain aspek fisik, Psikis, sosial, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk mengantisipasi tantangan perubahan - perubahan sosial yang terjadi pada saat sekarang ini dan untuk kedepannya dibutuhkan pula kualitas manusia yang otonom, mandiri, kreatif dan memiliki kebutuhan untuk saling berprestasi, baik prestasi dalam bekerja maupun prestasi dalam belajar. Bagi para siswa yang masih mengenyam pendidikan atau masih dibangku sekolah pastilah yang diharapkan prestasi dalam belajar.

(4)

Seseorang yang ingin maju dalam kehidupannya akan berusaha secara maksimal dalam belajar sehingga ia dapat memperoleh prestasi akademik yang optimal.

Untuk mencapai prestasi belajar yang diinginkan perlu usaha-usaha dalam mencapainya. Tanpa adanya usaha yang dilakukan mustahil seseorang akan dapat meraih prestasi dalam belajar. Setiap siswa diharapkan mempunyai motivasi yang kuat dalam mencapai prestasi belajar, sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas akademik tepat pada waktunya. Perilaku yang diharapkan dalam mencapai prestasi belajar adalah keinginan yang kuat dalam belajar dan bersungguh - sungguh dalam mengikuti pelajaran yang diberikan.

Masalah yang sering muncul adalah kurangnya motivasi, minat belajar dalam mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru dan staf pengajar lainnya, dan kurangmya kepercayaan diri siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah, sehingga prestasi belajar nya menurun dan mengakibatkan kegagalan dalam ketepatan waktu menyelesaikan pendidikan dan ketepatan waktu dalam melanjutkan ketingkat selanjutnya. Fenomena yang sering muncul adalah prestasi belajar siswa menurun ataupun meningkat terutama karena faktor eksternal maupun faktor internal siswa itu sendiri.

Didalam kamus populer, prestasi belajar ialah hasil dari sesuatu yang telah dicapai dalam kegiatan belajar dan hasil yang telah dicapai seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik disekolah maupun diluar sekolah (Purwodarminto, 1979).

(5)

siswanya tidak lulus dalam mengikuti Ujian akhir Nasional, dan beberapa lainnya 20 – 50 % siswa tidak lulus. Banyak aspek yang membuat hal tersebut diatas dapat terjadi, salah satunya karena prestasi belajar siswanya sangat rendah ataupun kurangnya sarana dan prasarana sekolah dalam memenuhi kegiatan belajar mengajar. Amsori (2009) oleh Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dispora) Solo, menjelaskan, jumlah peserta Unas SMA / MA di Solo sebanyak 7.273 siswa, 593 siswa di antaranya, atau 8 persen tidak lulus. Sementara jumlah peserta Unas SMK sebanyak 6.378 siswa, 909 siswa di antaranya, atau 15,66 persen tidak lulus. Bandura (dalam john W. Santrock) menyatakan adanya hubungan antara efikasi diri dengan prestasi belajar siswa. Efikasi diri (Self Efficacy) adalah kepercayaan seseorang pada dirinya sendiri tentang kemampuan diri dalam bertindak, sehingga dalam efikasi diri diperlukan kecakapan. Istilah efikasi diri dapat diartikan dengan keyakinan diri seseorang dalam menyelesaikan tugas atau permasalahan tertentu. Siswa yang memiliki keyakinan diri yang rendah diketahui memiliki prestasi belajar yang rendah dan sebaliknya siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi biasanya memiliki prestasi belajar yang baik.

Bandura (1997, 2000, 2001) percaya bahwa efikasi diri adalah factor penting yang mempengaruhi prestasi murid. Efikasi diri mempunyai kesamaan dengan motivasi untuk menguasai diri dalam meyelesaikan tugas atau masalah.

(6)

Dalam sebuah studi, seorang murid yang mempunyai prestasi belajar yang baik dan banyak memperoleh penghargaan dalam beberapa kompetisi yang diadakan sekolah mengatakan bahwa murid tersebut dapat meraih prestasi belajar dan prestasi lainnya karena mempunyai kepercayaan diri tinggi bahwa ia dapat melakukannya dan dapat meraih juara. Dan seorang murid lainnya mengatakan bahwa ia selalu gagal dalam meraih juara dikarenakan kurangnya rasa percaya diri yang menyebabkan ia malu atau ragu-ragu dalam melakukan sesuatu.

Sekolah dengan tingkat efikasi diri tinggi akan memiliki ekspektasi dan standar tinggi dalam hal prestasi. Guru menganggap murid sebagai anak didik yang mampu mencapai prestasi tinggi. Guru menentukan standar akademik yang menantang bagi murid, dan memberi bantuan kepada mereka untuk mencapai standar ini . Sebaliknya sekolah dengan tingkat efikasi diri rendah tidak banyak berharap pada prestasi akademik murid, gurunya tidak banyak meluangkan waktu untuk mengajar dan memonitor kemajuan akademik murid, dan cenderung menganggap kebanyakan muridnya susah diajar (Brookover dkk, 1997).

(7)

Efikasi diri yang mempengaruhi proses berfikir, level motivasi dan kondisi perasaan yang semuanya berperan terhadap jenis performasi yang dilakukan. Individu dengan efikasi diri rendah dalam mengerjakan tugas tertentu akan cenderung menghindari tugas tertentu. Individu akan merasa sulit untuk memotivasi diri akan mengurangi usahanya atau menyerah pada permulaan rintangan. Individu juga mempunyai aspirasi dan komitmen lemah untuk tujuan hidup yang akan dipilih. Dalam memandang situasi individu cenderung lebih memperhatikan kekurangannya, tugas yang berat dan akibat yang tidak baik atau kegagalan (Bandura, 1997)

Efikasi diri juga mempengaruhi besar usaha dan ketahanan individu dalam menghadapi kesulitan. Individu dengan efikasi diri tinggi memandang tugas-tugas sulit sebagai tantangan untuk dihadapi daripada sebagai ancaman untuk dihindari. Subyek mempunyai komitmen tinggi untuk mencapai tujuan-tujuannya, subyek juga akanmenginvestasikan tingkat usaha yang tinggi dan berfikir strategis untuk menghadapi kegagalan. Individu memandang kegagalan sebagai kurangnya usaha untuk mencapai keberhasilan. Selain itu individu secara cepat memulihkan perasaan mampu setelah mengalami kegagalan sebagai kurangnya usaha untuk mencapai keberhasilan. Selain itu individu secara cepat memulihkan perasaan mampu setelah mengalami kegagalan.

(8)

Berdasarkan uraian tersebut dengan adanya efikasi diri yang tinggi diharapkan individu dapat menunjukkan prestasi belajarnya secara optimal sesuai dengan potensi yang individu miliki, sehingga mereka mampu bersaing didalam kehidupan global. Dengan banyaknya tuntutan – tuntutan kemajuan zaman dan tekhnologi dalam era sekarang ini, dan kebutuhan sumber daya manusia yang berprestasi yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, agar dapat bersaing dan dapat eksis dalam kehidupan bermasyarakat, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan antara Efikasi diri dengan prestasi belajar”.

B. Tujuan Penelitian

(9)

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bertujuan pada umumnya memberikan sumbangan kepada ilmu Psikologi dan khususnya pada Psikologi Pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat 1. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai acuan memberikan pengarahan bagi para guru untuk lebih meningkatkan kualitas mengajar mengenai efikasi diri guna mencapai prestasi belajar yang jauh lebih baik.

2. Bagi Guru

Dapat mengoptimalkan pentingnya efikasi diri terhadap prestasi belajar pada siswa. 3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan memberikan wacana pemikiran untuk lebih memperdalam khasanah ilmu pengetahuan psikologi pendidikan.

BAB II

(10)

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi belajar

Cronbach, Harold Spears dan Geoch dalam Sardiman A.M (2005) pengertian belajar sebagai berikut :

Cronbach memberikan definisi : “Learning is shown by a change in behavior as a result of experience". (Belajar adalah memperlihatkan perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman). Harold Spears memberikan batasan: “Learning is to observe, to read, to initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction” (Belajar adalah mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan, mengikuti petunjuk/arahan). Geoch, mengatakan "Learning is a change in performance as a result of practice". (Belajar adalah perubahan dalam penampilan sebagai hasil praktek).

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.

(11)

Reber (dalam Muhibbin Syah, M.Ed 1989) dalam kamusnya, Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan 2 macam definisi, pertama, belajar adalah "The Process of acquiring knowledge (proses memperoleh pengetahuan)". Kedua, belajar adalah "A relativelt permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice (Suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasillatihan yang diperkuat)".

Biggs (dalam Muhibbin Syah, M.Ed 1991) dalam pendahuluan "Teaching for Learning : The view from cognitive psychology" mendefinisikan belajar dalam 3 macam rumusan yaitu: Rumusan kuantitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.

Rumusan kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa.

Rumusan Institusional (Tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya dengan proses mengajar. Ukurannya ialah, semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai.

(12)

nanti dihadapi siswa. Didalam kamus populer, prestasi belajar ialah hasil dari sesuatu yang telah dicapai dalam kegiatan belajar dan hasil yang telah dicapai seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik disekolah maupun diluar sekolah (Purwodarminto, 1979).

Dalam webster's New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang prestasi yaitu :"Achievement test a standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a study" mempunyai arti kurang lebih prestasi adalah standart tes untuk mengukur kecakapan atau pengetahuan bagi seseorang didalam satu atau lebih dari garis-garis pekerjaan atau belajar. Darmadi (2009) menyatakan bahwa “prestasi belajar adalah sebuah kecakapan atau keberhasilan yang diperoleh seseorang setelah melakukan sebuah kegiatan dan proses belajar sehingga dalam diri seseorang tersebut mengalami perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi belajarnya”.

Sedangkan menurut Nurkencana (dalam Ade Sanjaya, 2011), “prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar”.

(13)

Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah sesuatu yang merupakan hasil dari proses belajar yang mengakibatkan perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi belajarnya.

2. Aspek – aspek prestasi belajar

Menurut Muhibbin Syah (2007) prestasi belajar meliputi 2 aspek yaitu :

Aspek Fisiologis yaitu aspek jasmani / fisik, meliputi : 1 Aspek kesehatan

Kesehatan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan mengalami beberapa masalah kesehatan fisik maka dapat dipastikan prestasi belajar siswa tersebut akan rendah atau kurang baik

2 Aspek Cacat tubuh

(14)

Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah, umpamanya akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item – item informasi yang bersifat echoic dan iconic (gema dan citra). Akibat negative selanjutnya adalah terhambatnya proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa tersebut. Diperlukan langkah bijaksana dalam mempertahankan kepercayaan diri siswa – siswa yang mengalami kekurangan dalam jasmaninya. Karena kemerosotan rasa percaya diri siswa akan menimbulkan frustasi yang pada gilirannya cepat atau lambat siswa tersebut akan menjadi under-achiever atau mungkin gagal, meskipun kapasitas kognitif mereka normal atau lebih tinggi daripada teman – temannya.

Aspek Psikologis, meliputi : 1. Aspek Intelegensi

(15)

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (chaplin 1972, Reber 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memilki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing – masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat (superior) atau cerdas luar biasa (Very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.

Sehubungan dengan hal diatas, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang – bidang studi tertentu. Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk meyekolahkan anaknya pada jurusan keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak terhadap seorang siswa, dan juga ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau prestasi belajarnya.

3 Minat

(16)

yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

4 Motivasi

Menurut Gleitman,1986, Reber 1988) motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu : Motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi intrinsic adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsic siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tesebut.

Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

5 Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relative tetap terhadp objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negative. Sikap siswa yang positif merupakan pertanda baik akan prestasi belajar nya. Sebaliknya sikap negative akan menimbulkan kesulitan belajar dan prestasi belajar yang buruk.

(17)

itu sendiri mempunyai keadaan psikologis yang baik dalam menerima suatu mata pelajaran.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek perilaku menyontek adalah aspek-aspek Fisiologis jasmani atau fisik meliputi kesehatan, cacat tubuh, dan aspek Psikologis meliputi intelegensi, bakat, minat, motivasi dan sikap.

3. Faktor – faktor prestasi belajar

Menurut Muhibbin syah (2007), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada 3 yaitu :

a. Lingkungan sosial

Lingkungan social sekolah seperti para guru, para staf, para staf administrasi dan teman –teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar dan prestasi belajar siswa. Para guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa.

(18)

Lingkungan social yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga. Sifat –sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga, semuanya dapat member dampak baik maupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa atau prestasi belajar siswa.

b. Lingkungan Non sosial

Faktor – factor yang termasuk lingkungan non social ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah temapat tinggal keluarga dan letaknya, alat – alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan. Faktor – factor ini dipandang turut menentukan prestasi belajar siswa.

c. Pendekatan belajar

Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjamh keefektifan dan efisiensi proses mempelajari materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu ( Lawson 1991)

Faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar atau prestasi belajar siswa tersebut.

Menurut Slameto (2003), faktor-faktor prestasi belajar ada tiga, yaitu:

1 . Faktor keluarga

a. Cara orang tua mendidik

(19)

mengemukakan bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk mendidik dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan mutu pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa dan Negara

b. Relasi antar anggota keluarga

Menurut slameto (2003) bahwa yang penting dalam keluarga adalah relasi orang tua dan anaknya. Selain itu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan keluarga yang lain turut mempengaruhi belajar anak. Wujud dari relasi adalah apakah ada kasih saying atau kebencian, sikap terlalu keras atau sikap acuh tak acuh dan sebagainya.

c. Keadaan keluarga

Menurut Hamalik (2002 : 160) mengemukakan bahwa keadaan keluarga sangat mempengaruhi prestasi belajar anak karena dipengaruhi oleh beberapa faktor dari keluarga yang dapat menimbulkan perbedaan individu seperti kultur keluarga, pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, hubungan antara orang tua, sikap keluarga terhadap masalah sosial dan realitas kehidupan.

(20)

d. Pengertian orang tua

Menurut Slameto (2003) bahwa anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan mendorongnya sedapat mungkin untuk mengatasi kesulitan yang dialaminya.

e. Keadaan ekonomi keluarga

Menurut Slameto (2003 : 63) bahwa keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya makanan, pakaian, perlindungan kesehatan, dan lain-lain, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, dan sebagainya.

f. Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar (Roestiyah, 1989). Oleh karena itu perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik, agar mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal.

g. Suasana rumah

(21)

gaduh, bising dan semwarut tidak akan memberikan ketenangan terhadap diri anak untuk belajar.

Suasana ini dapat terjadi pada keluarga yang besar terlalu banyak penghuninya. Suasana yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antara anggota keluarga yang lain yang menyebabkan anak bosan tinggal di rumah, suka keluar rumah yang akibatnya belajarnya kacau serta prestasinya rendah.

2. Faktor sekolah

a. Guru dan cara mengajar

Menurut purwanto (2004) factor guru dan cara mengajarnya merupakan factor penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki oleh guru, dan bagaimana cara guru itu mengajarkan pengetahuan kepada anak – anak didiknya turut menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam Djamarah (2006) mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik melakukan proses belajar.

b. Model pembelajaran

(22)

pembelajaran saja, akan tetapi harus bervariasi yang disesuaikan dengan konsep yang diajarkan dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

d. Instrumen / Fasilitas

Untuk dapat hasil yang sempurna dalam belajar, alat – alat belajar adalah suatu hal yang tidak kalah pentingnya dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, misalnya perpustakaan, laboratorium.

Menurut Purwanto (2004) menjelaskan bahwa sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajar dan ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru – gurunya, kecakapan guru dalam menggunakan alat – alat itu akan mempermudah dan mempercepat belajar anak.

e. Kurikulum

Menurut slameto (2003) bahwa kurikulum yang tidak baik akan berpengaruh tidak baik terhadap proses belajar maupun prestasi belajar siswa.

3. Faktor lingkungan masyarakat

a. Kegiatan siswa dalam masyarakat

(23)

social, keagamaan dan lain – lain, belajarnya kan terganggu, lebih – lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.

b. Teman bergaul

Agar anak dapat belajar, teman bergaul yang bail akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik – baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana.

c. Bentuk kehidupan dalam masyarakat

Cara hidup tetangga disekitar rumah dimana anak tinggal, besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan anak (Roestiyah 1989) hal ini misalnya anak tinggal dilingkungan orang-orang rajin belajar, otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin juga tanpa disuruh dan prestasi belajarnya bisa meningkat.

(24)

4. Bentuk – bentuk dasar pendekatan belajar siswa yang

mempengaruhi prestasi belajar .

Faktor pendekatan belajar merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan anak untuk melakukan kegiatan belajar. Faktor pendekatan belajar menurut penelitian yang dilakukan oleh Biggs (1991) juga ikut mempengaruhi hasil belajar siswa, ada 3 bentuk dasar pendekatan belajar siswa yaitu :

1. Pendekatan Achieving (Pencapaian prestasi tinggi)

Pendekatan achieving merupakan kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan untuk mewujudkan ego enhancement. Ego Enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih prestasi setinggi – tingginya.

Metode ini lebih serius dibandingkan pendekatan belajar yang lain. Hal ini dikarenakan adanya keterampilan yang baik dalam belajar seperti bagaimana mengatur ruang belajar, membagi dan menggunakan waktu secara efisien. 2. Pendekatan Surface (permukaan atau bersifat lahiriah)

Pendekatan surface merupakan kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari luar (ekstrinsik), misalnya mau belajar karena takut tidak lulus ujian sehingga dimarahi orang tua. Oleh karena itu gaya belajarnya menjadi santai,asal hafal dan memenuhi standar minimal. Bahkan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam.

3. Pendekatan Deep (mendalam)

(25)

pada materi dan memang merasa membutuhkannya. Oleh karena itu gaya belajar pendekatan ini terbilang serius dan selalu berusaha memahami materi secara mendalam. Bahkan memikirkannya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dasar pendekatan belajar siswa yang mempengaruhi prestasi belajar adalah pendekatan achieving, pendekatan surface dan pendekatan Deep.

B. Efikasi Diri

1. Pengertian Efikasi Diri

Dalam Kamus lengkap psikologi (JP. Chaplin 2011) self adalah diri, aku, individu sebagai makhluk yang sadar, kepribadian atau organisasi sifat – sifat, kesadaran pada individu mengenai identitasnya, usaha atau perjuangannya dan gambaran – gambaran atau kesan bayang – bayangannya.

Setiap orang mempunyai konsep diri yang menjadi kekhasan seseorang dan membedakan antara individu yang satu dengan individu yang lain, menurut Kelin, Loftus, & Burton 1989, van hook & Higgins 1988 (dalam Robert A. Baron 2004) Self memberikan sebuah kerangka berfikir yang menentukan bagaimana kita mengolah informasi tentang diri kita sendiri, termasuk motivasi, keadaan emosional, evaluasi diri, kemampuan dan banyak hal lainnya.

(26)

sekarang adalah efikasi diri (Self Efficacy). Bandura mengatakan bahwa efikasi diri berpengaruh besar terhadap perilaku. Pada pendekatan Behavioral dan kognitif social, diperkenalkan konsep Efikasi diri (Keyakinan pada diri sendiri). Menurut Bandura (dalam John W. Santrock 2007), Efikasi diri adalah suatu keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil yang positif.

Efikasi diri adalah suatu kenyataan seseorang mengenai kemampuannya untuk melakukan tugas – tugas tertentu yang spesifik (Baron & Greenberg, 1990)

Efikasi diri merupakan konsep diri yang berkaitan dengan persepsi seseorang terhadap kemampuan dan keahliannya dalam menghadapi suatu tugas tertentu (Byrne, 1993).

(27)

hal ini berhubungan dengan situasi yang dihadapi seseorang tersebut dan menempatkan sebagai elemen kognitif dalam pembelajaran.

Reivich dan Shatté (2002) mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan

pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan

efektif. Efikasi diri juga berarti meyakini diri sendiri mampu berhasil dan sukses.

Individu dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan

masalahnya dan tidak akan menyerah ketika menemukan bahwa strategi yang sedang

digunakan itu tidak berhasil. Menurut Bandura (1994), individu yang memiliki efikasi

diri yang tinggi akan sangat mudah dalam menghadapi tantangan. Individu tidak

merasa ragu karena ia memiliki kepercayaan yang penuh dengan kemampuan dirinya.

Individu ini akan cepat menghadapi masalah dan mampu bangkit dari kegagalan yang

ia alami

Penilaian Tentang Efikasi diri

Penilaian efikasi diri merupakan proses penarikan kesimpulan yang mempertimbangkan sumbangan factor kemampuan dan bukan kemampuan pada keberhasilan dan kegagalan pada performansi. Sejauh mana individu mengubah efikasinya melalui pengalaman performansi, akan tergantung pada factor – factor lain seperti kesulitan tugas, besar usaha yang dikeluarkan, besar bantuan eksternal yang diterima, situasi pada saat performansi dan pola – pola keberhasilan dan kegagalan (Bandura 1991).

(28)

Fungsi efikasi diri

Menurut Ulupi (1995), secara rinci fungsi efikasi diri adalah sebagai berikut :

a . Pemilihan perilaku

Fungsi ini sangat penting sebagai sumber pembentukan efikasi diri seseorang karena hal ini berdasarkan kepada kenyataan keberhasilan seseorang dapat menjalankan suatu tugas atau keterampilan tertentu akan meningkatkan efikasi diri dan kegagalan yang berulang akan mengurangi efikasi diri.

b . Besar usaha dan ketekunan

Keyakinan yang kuat tentang efektifitas kemampuan seseorangakan sangat menentukan usahanya untuk mencoba mengatasi situasi yang sulit. Pertimbangan efikasi juga menentukan seberapa besar usaha yang akan dilakukan dan seberapa lama bertahan dalam menghadapi tantangan. Semakin kuat efikasi dirinya maka semakin lama bertahan dalam usahanya.

c. Cara berfikir dan Reaksi Emosional

Dalam pemecahan masalah yang sulit, individu yang mempunyai efikasi diri tinggi cenderung mengatribusikan kegagalan pada usaha – usaha yang kurang, sedangkan individu yang mempunyai efikasi rendah menganggap kegagalan berasal dari kurangnya kemampuan mereka.

(29)

individu mungkin pula mengabaikan sumber yang dipercaya bila ia yakin sumber tersebut tidak memahami tuntutan tugas dan pengaruh dari luar dirinya. Untuk mencapai efikasi diri yang maksimal maka perlu juga mengetahui fungsi dari efikasi diri tersebut, fungsinya meliputi pemilihan perilaku, besar usaha dan ketekunan dan cara berfikir dan reaksi emosional.

2. Aspek – aspek Efikasi diri

Menurut Bandura (dalam Lunawaty, 2012) ada tiga aspek dalam efikasi diri, yaitu:

a. Magnitude (Aspek tingkat kesulitan tugas)

Magnitude adalah tingkat kesulitan tugas yang diyakini dapat dikerjakan oleh seseorang. Apabila seseorang dihadapkan pada tugas-tugas yang dirasa mampu dilakukannya dan akan menghindari tingkah laku atau situasi yang dirasa di luar batas kemampuannya. Jadi hal ini akan berimplikasi pada tugas yang dirasakan akan dicoba atau dihindari. b. Generality (Aspek luas bidang perilaku)

Generality adalah derajat sejauh mana ekspektasi atau harapan yang digeneralisasikan dalam berbagai situasi. Hal ini berkaitan dengan seberapa luas bidang perilaku yang diyakini untuk berhasil dicapai oleh individu. Beberapa pengharapan terbatas pada bidang tingkah laku yang khusus dan beberapa pengharapan mungkin menyebar meliputi berbagai bidang tingkah laku.

c. Strength (Aspek tingkat kekuatan atau kemantapan keyakinan)

(30)

keyakinan dan harapan pada diri individu bahwa ia akan berhasil dalam menghadapi suatu persoalan atau situasi. Pengharapan yang lemah akan mudah digoyahkan oleh pengalaman yang tidak mendukung dan sebaliknya pengharapan yang mantap akan mendorong individu untuk tetap bertahan dalam usahanya meskipun mungkin dalam pengalaman yang kurang mendukung. Aspek ini dapat dilihat dari pengerjaan tugas yang diberikan.

Efikasi Diri memiliki efek kekuatan dalam belajar, motivasi dan

performance. Hal ini karena orang-orang mencoba belajar dan menunjukkan hanya pada tugas-tugas yang mereka percaya bahwa mereka dapat menunjukkannya dengan berhasil. Jadi efikasi diri yang positif disini sangat penting agar individu dapat melakukan tugas dengan baik serta dapat memperoleh hasil yang maksimal.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek dalam efikasi diri yaitu aspek-aspek magnitude, aspek generality, aspek

strength.

3. Faktor – Faktor Efikasi Diri

Menurut Bandura, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan efikasi diri seseorang antara lain :

1. Pencapaian secara aktif

(31)

kenyataan keberhasilan seseorang dapat menjalankan suatu tugas atau ketrampilan tertentu akan meningkatkan efikasi diri dan kegagalan yang berulang akan mengurangi efikasi diri.

2. Pengalaman tidak langsung

Dengan melihat kesuksesan orang lain yang memiliki kesamaan dengan individu akan dapat meningkatkan harapan efikasi diri si individu, ia dapat menilai dirinya memiliki kemampuan seperti yang dimiliki orang yang diamati sehingga ia melakukan usaha-usaha untuk memperoleh atau meningkatkan ketrampilannya. Dengan prinsip yang sederhana, jika orang lain dapat melakukannya begitu pula dengan saya. Individu dapat melihat cara-cara dan ketrampilan orang yang diamatinya. Dengan model yang kompeten individu dapat belajar cara-cara yang efektif untuk menghadapi hambatan maupun keadaan yang menakutkan.

3. Persuasi verbal

(32)

mencapai tujuan. Dalam hal ini pengaruh persuasi pada seseorang berlangsung untuk meningkatkan perkembangan keterampilan dan efikasi dirinya.

4. Keadaan fisiologis

Seseorang akan memperoleh informasi melalui keadaan fisiologisnya dalam menilai kemampuannya sehingga akan cenderung memiliki harapan kesuksesan dalam melakukan tugas yang lebih besar, bila dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan atau gangguan somatis dalam dirinya. Sebab ketegangan akan mengakibatkan seseorang menjadi terhambat dalam berunjuk kerja yang baik. Dalam kegiatan sehari-hari yang meliputi kegiatan stamina dan kekuatan fisik, seseorang akan melihat kelelahan dan sakit sebagai indikasi ketidak efektifan fisiknya sehingga akan mempengaruhi unjuk kerjanya. Hal ini akan berpengaruh terhadap efikasi dirinya, sehingga unjuk kerjanya menjadi tidak optimal. (Astutik,2003).

Selain itu Meistasari (2000) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri yaitu :

1. Kemampuan memecahkan masalah

(33)

2. Kemampuan melakukan hubungan dengan orang lain

Kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang –orang yang berada disekitarnya atau dalam lingkungannya.

3. Tingkah laku dalam lingkungan

Perilaku seseorang dalam kesehariannya di masyarakat serta tempat dimana ia berada dan tinggal.

C. Hubungan Efikasi Diri dengan Prestasi Belajar

Sekolah mempunyai peranan sangat penting dalam pembentukan sumber daya – sumber daya manusia yang cerdas dan berkualitas, yang nantinya akan menjadi penerus – penerus bangsa yang membanggakan bangsa dan negara. Dalam hal ini guru juga dituntut untuk dapat memeberikan metode – metode belajar yang efektif, agar murid mempunyai prestasi belajar yang baik yang didukung oleh efikasi diri yang tinggi.

Menurut Bandura (1997, 2000, 2001 dalam John W. Santrock 2007) Ia percaya bahwa self efficacy (efikasi diri) adalah factor penting yang mempengaruhi prestasi belajar murid.

(34)

mungkin untuk tekun berusaha menguasai tugas pembelajaran ketimbang murid yang berlevel rendah.

Peranan guru dan tenaga pengajar sangat penting. Guru harus mempunyai strategi untuk meningkatkan efikasi diri murid yang akan mempengaruhi prestasi belajarnya, Menurut Stipek, (1996, 2002 dalam John W. Santrock 2007) ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efikasi diri murid yang mempengaruhi prestasi belajarnya, yaitu :

1.

Ajarkan Strategi spesifik

Ajari murid strategi tertentu, seperti menyusun garis besar dan ringkasan, yang dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk fokus pada tugas – tugas mereka.

2.

Bimbing murid dalam menentukan tujuan

Bantu mereka membuat tujuan jangka pendek setelah mereka membuat tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek terutama membantu murid untuk menilai kemajuan mereka.

3.

Pertimbangkan Mastery

Beri imbalan pada kinerja murid, imbalan yang mengisyaratkan penghargaan penguasaan atas materi, bukan imbalan hanya karena melakukan tugas

4. Kombinasikan stategi Training dengan tujuan.

(35)

Si belajarnya

5. Sediakan dukungan bagi murid.

Dukungan positif dapat berasal dari guru, orang tua, teman sebaya. Terka Dang Guru cukup berkata kepada murid “kamu bisa melakukan ini”.

6. Pastikan agar murid tidak terlalu semangat atau terlalu cemas. Jika murid ter Lalu takut dan meragukan prestasi belajar mereka maka rasa percaya diri mereka bisa hilang.

7. Beri contoh positif dari orang dewasa dan teman. Karakteristik tertentu dari Model atau teladan ini bisa membantu murid mengembangkan efikasi diri me Reka. Modelling amat efektif dalam meningkatkan efikasi diri dan prestasi

Apabila murid melihat teman yang sukses adalah teman yang kemampuan dirinya sama dengan dirinya.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel ini tujuannya adalah untuk menentukan metode dan alat yang dipakai dalam pengumpulan data. Adapun variabel pada penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung : Prestasi belajar

2. Variabel bebas : Efikasi Diri

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Dalam proposal ini, definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Prestasi Belajar

(37)

Tinggi rendahnya prestasi belajar diinterpretasikan dari skor yang diperoleh siswa dalam skala prestasi belajar, dimana semakin tinggi prestasi belajar siswa, semakin tinggi skor yang diperoleh dan sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh siswa maka memperlihatkan semakin rendah prestasi belajar siswa tersebut.

2. Efikasi Diri

Efikasi Diri adalah suatu keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memproduksi hasil yang positif atau efikasi diri sebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif.

Dapat dikatakan juga bahwa efikasi diri adalah keyakinan diri seseorang akan kemampuan dirinya untuk menyelesaikan tugas atau suatu kegiatan dengan baik sehingga mampu untuk mengembangkan dirinya dan mampu untuk menghadapi kegagalan dan kesulitan yang dihadapi dengan baik.

Aspek yang diungkap dari variabel ini adalah magnitude (tingkat kesulitan tugas), generality (luas bidang perilaku), dan strength (kemantapan keyakinan). Dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Tinggi rendahnya efikasi diri diinterpretasikan dari skor yang diperoleh siswa dalam skala efikasi diri, dimana semakin tinggi efikasi diri siswa, semakin tinggi skor yang diperoleh dan sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh memperlihatkan semakin rendah efikasi diri siswa tersebut.

C. Populasi dan Sampel

(38)

Populasi atau universum adalah Seluruh yang dimaksudkan untuk diselidiki. Setelah diselidiki akan dikenai generalisasi. Generalisasi adalah salah satu cara penarikan kesimpulan terhadap kelompok individu yang lebih luas jumlahnya berdasarkan data yang diperoleh dari sekelompok individu yang sedikit jumlahnya (sampel). Menurut dr. Tedjo N. Reksoatmodjo (2007) Populasi dapat didefinisikan sebagai kelompok onjek dengan ukurannya tidak terhingga (infinite) yang karakteristiknya dikaji atau diuji melalui sampling.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SLTP Ikal Medan yang berjumlah 150 orang.

2. Sampel

(39)

homogen, melainkan suatu populasi yang menunjukkan adanya lapisan – lapisan atau strata.

Pada penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan undian sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SLTP Ikal Medan. Pada penelitian ini, sampel diambil dengan menggunakan undian sesuai dengan jumlah sampel yang akan diambil. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SLTP Ikal Medan. Adapun subjek yang digunakan pada penelitian ini berjumlah 50 orang.

Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah: a. Laki-laki dan perempuan

b. Usia 13-15 tahun

Tabel 1 Perincian Jumlah Subjek Penelitian

No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah Sampel Pembulatan 1. 3 A 45 orang 45/150 x 50 = 15 15 orang 2. 3 B 50 orang 50/150 x50 = 16,66 17 orang 3. 3 C 55 orang 55/150 x 50 = 18,33 18 orang

Jumlah 50 orang

Berdasarkan uraian diatas, maka diperoleh jumlah sampel yang akan digunakan pada penelitian ini sebanyak 50 orang dari jumlah populasi sebanyak 150 orang.

D. Teknik Pengumpulan Data

(40)

permasalahan dalam penelitian. Menurut Walgito (dalam Lunawaty 2012) Skala adalahmetode penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh orang yang dikenai atau disebut responden. Dalam skala pada dasarnya didapati dua bagian yang pokok, yaitu bagian yang mengandung data identitas dan bagian yang mengandung pertanyaan-pertanyaan yang ingin didapatkan jawabannya.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode pembagian skala untuk mengukur hubungan efikasi diri dengan prestasi belajar. Jenis skala yang digunakan adalah skala Likert, dimana skala Likert merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya, dimana prosedur penskalaan dengan metode skala likert didasari oleh 2 asumsi, yaitu setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorable/mendukung atau pernyataan yang tidak favorable/tidak mendukung dan jawaban yang diberikan oleh individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif. Skala Likert ini juga digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator atau aspek-aspek tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun aitem-aitem instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan Sugiyono (Dalam Lunawaty 2012).

(41)

diberikan bobot 4, S (sesuai) dengan bobot 3, TS (tidak sesuai) dengan bobot 2, dan STS (sangat tidak sesuai) dengan bobot 1. Sistem penilaian sebaliknya, jika pernyataan unfavorable yaitu SS (sangat sesuai) diberikan bobot 1, S (sesuai) dengan bobot 2, TS (tidak sesuai) dengan bobot 3, dan STS ( sangat tidak sesuai) dengan bobot 4.Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala, yaitu:

1. Skala Prestasi belajar

Skala prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek prestasi belajar dari Muhibbin Syah (2007) yaitu:

Aspek Fisiologis yaitu aspek jasmani / fisik, meliputi : 1. Aspek kesehatan

Kesehatan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, jika kesehatan seseorang terganggu atau cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, dan mengalami beberapa masalah kesehatan fisik maka dapat dipastikan prestasi belajar siswa tersebut akan rendah atau kurang baik

2. Aspek Cacat tubuh

Menurut slameto (dalam Muhibbin syah 2007) cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurnanya anggota tubuh, cacat ini berupa buta, tuli, patah kaki, patah tulang, lumpuh dan lain-lain. Hal ini akan sangat berpengaruh kepada prestasi belajar siswa.

(42)

Intelegensi sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran, ataupun kemampuan untuk memecahkan problem yang dihadapi. Siswa yang mempunyai intelegensi tinggi adalah siswa yang mempunyai kemampuan untuk memahami dan menyelesaikan problem mental dengan cepat, kemampuan mengingat, kreativitas yang tinggi dan imajinasi yang tinggi. Gambaran tentang anak yang berintelegensi tinggi adalah gambaran mengenai siswa yang pintar, siswa yang selalu

naik kelas dengan nilai baik, atau siswa yang jempolan dikelasnya. Prestasi belajar anak yang mempunyai intelegensi tinggi ini sudah dapat dipastikan pasti sangat baik.

2. Aspek Bakat

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (chaplin 1972, Reber 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memilki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing – masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat (superior) atau cerdas luar biasa (Very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.

3 Aspek Minat

(43)

mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar siswa dalam bidang – bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.

4 Aspek Motivasi

Menurut Gleitman,1986, Reber 1988) motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu : Motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik.

Motivasi intrinsic adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsic siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tesebut.

Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.

5 Aspek Sikap

(44)

Skala ini terdiri dari 20 butir pernyataan, dengan 10 butir pernyataan

favorable dan 10 butir pernyataan unfavorable.

Tabel 2 Blue Print Skala Prestasi belajar

No. 3. Intelegensi 7, 11, 22, 26, 40,

44, 47, 52, 57 8, 13, 21, 25, 38,45, 51, 52, 54 18

Skala efikasi diri yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Bandura (dalam Lunawaty 2012) ada tiga aspek dalam efikasi diri, yaitu:

1. Magnitude (Aspek tingkat kesulitan tugas)

(45)

2. Generality (Aspek luas bidang perilaku)

Generality yaitu derajat sejauh mana ekspektasi atau harapan yang digeneralisasikan dalam berbagai situasi. Hal ini berkaitan dengan seberapa luas bidang perilaku yang diyakini untuk berhasil dicapai oleh individu. Beberapa pengharapan terbatas pada bidang tingkah laku yang khusus dan beberapa pengharapan mungkin menyebar meliputi berbagai bidang tingkah laku.

3. Strength (Aspek tingkat kekuatan atau kemantapan keyakinan)

Strength yaitu keyakinan tentang seberapa besar kekuatan atau kelemahan. Aspek ini berkaitan dengan keteguhan hati terhadap keyakinan dan harapan pada diri individu bahwa ia akan berhasil dalam menghadapi suatu persoalan atau situasi. Pengharapan yang lemah akan mudah digoyahkan oleh pengalaman yang tidak mendukung dan sebaliknya pengharapan yang mantap akan mendorong individu untuk tetap bertahan dalam usahanya meskipun mungkin dalam pengalaman yang kurang mendukung. Aspek ini dapat dilihat dari pengerjaan tugas yang diberikan.

Skala ini terdiri dari 20 butir pernyataan, dengan 10 butir pernyataan

favorable dan 10 butir pernyataan unfavorable.

(46)

(kemantapan

Suatu pengukuran yang sempurna dan dapat dipercaya adalah pengukuran yang sangat teliti dan bebas dari kekeliruan. Namun hasil pengukuran yang teliti sangat tergantung pada ketelitian instrument atau alat ukur yang digunakan. Suatu alat ukur harus diuji Validitas dan reliabilitasnya. Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang reliable dan valid, instrument penelitian yang dibuat terlebih dahulu perlu dikaji validitas dan reliabilitasnya melalui suatu uji coba.

a. Validitas

Valid berarti syah atau layak dipercaya. Validitas suatu tes menggambarkan sejauh mana tes tersebut mengukur apa yang ingin diukur.

(47)

kawasan ukur (performance domain) dan menjelaskan sejauh mana aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur.

Validitas Konstruk adalah tipe validitas yang menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait / konstruk psikologis yang hendak diukur. Menurut Borg dan Gall (Dalam Reksoatmodjo 2007) Untuk mengumpulkan bukti – bukti adanya validitas konstruk, peneliti umumnya memulai dengan menetapkan hipotesis tentang karakteristik individu – individu yang memperoleh skor tinggi dalam suatu pengukuran tertentu dihadapkan dengan karakteristik individu – individu yang memperoleh skor rendah pada pengukuran yang sama.

Untuk mengetahui validitas skala perilaku menyontek dan skala efikasi diri digunakan validitas isi dan validitas konstruk.

b. Reliabilitas

Reliabel berarti handal sehingga reliability atau reliabilitas berarti keterhandalan atau dapat dihandalkan.

Menurut Borg dan Gall (Dalam Reksoatmodjo 2007) Reliabilitas adalah tingkat konsistensi atau stabilitas sarana pengukuran sejalan dengan waktu. Antara instrument dan skor pengujian terdapat hubungan yang erat untuk menentukan reliabilitas pengukuran. Reliabilitas hasil pengujian dinyatakan dengan koefisien korelasi (r) yang menunjukkan hubungan (relationship) antara dua kumpulan skor yang umumnya dihitung dengan menggunakan pearson’s product momentcorrelation coefficient.

F. Teknik Analisis Data

(48)

Korelasi ini melukiskan hubungan antara 2 variabel yang sama – sama berjenis interval dan rasio. Dan perbandingan dengan melakukan uji tes. Uji tes Normalitas dilakukan apabila suatu penelitian sampel diambil dari suatu populasi yang diasumsikan berdistribusi normal, maka sebelum pengolahan data terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian normalitas sebaran data yang diperoleh dari sampel tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

John W. Santrock (2007) Psikologi pendidikan Edisi kedua. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Muhibbin Syah, M.Ed (2003). Psikologi Belajar. Jakarta : penerbit PT. Raja Grafindo Persada.

Nini Subini, Dkk. (2012).Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta : Mentari Pustaka.

J.P. Chaplin (terjemahan oleh Dr. Kartini Kartono 2011) Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.

Baron, R. A., dan Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial. Jilid I Edisi Kesepuluh. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Djamarah, Syaiful Bahri (1994). Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya : Usaha Nasional

Nurkencana (2005). Evaluasi hasil belajar mengajar. Surabaya : Usaha Nasional

Slameto (2003). Belajar dan Faktor – faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta

http://id.wikipedia.org/wiki/Resiliensi

(49)

Gambar

Tabel  1   Perincian Jumlah Subjek Penelitian
Tabel 2   Blue Print Skala Prestasi belajar
Tabel 3   Blue Print Skala Efikasi Diri

Referensi

Dokumen terkait

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi

bagian yang bertugas melayani peminjaman peralatan liputan yang dicatat ke dalam sistem informasi, namun aplikasi yang ada hanya bisa diakses di Bagian Logistik

Adapun investor yang ingin menyampaikan minat pencairan dana sebelum jatuh tempo dapat mengikuti langkah berikut: - Mengajukan fasilitas early redemption ke sistem elektronik

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi Tween 80 dan lama pengeringan terhadap karakteristik fisik dan kimia tepung rebung (Dendrocalamus asper)

Perbedaan dari penelitian sebelumnya yang sudah ada dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sebuah sistem informasi pencarian barang hilang pada kampus 3

Abstrak: Rimpang lempuyang gajah ( Zingiber zerumbet SM. ) dipercaya memiliki berbagai khasiat diantaranya sebagai tonikum, stimulan dan penambah nafsu makan. Tujuan

didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. HLS dapat digunakan untuk