• Tidak ada hasil yang ditemukan

Situasi dan Aliran Pendidikan Klasik Mau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Situasi dan Aliran Pendidikan Klasik Mau"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks sosial budaya. Oleh karena itu, setip masyarakat pluralistik di zaman modern senantiasa menyiapkan warganya yang terpilih sebagai pendidik bagi kepentingan kelanjutan (regenerasi) dari masing-masing masyarakat yang bersangkutan. Pada sisi itulah diperlukan pendidikan, yang melampaui tata aturan di dalam keluarga untuk meningkatkan harkat dan kepribadian individu agar menjadi manusia yang lebih cerdas.

Berdasarkan pemahaman di atas maka dapat dikatakan bahwa persoalan pendidikan merupakan proses yang kompleks karena membutuhkan jalinan pemikiran teoritis sebagai dasar pijak dalam pengambilan keputusan kependidikan serta pemahaman beragam gejala yang faktual dan aktual yang melibatkan pembicaraan berbagai unsur yang terkait langsung di dalam proses pendidikan.

Dengan demikian, banyak unsur yang terkait dalam pendidikan maka tidaklah mengherankan apabila dalam proses pendidikan pada umumnya dan pembelajaran khusus sering muncul beragam masalah. Masalah tersebut dapat muncul dari kesalahan pelaku-pelaku pendidikan itu sendiri atau mungkin pula mengemuka karena waktu begitu cepat bergulir yang beriringan dengan tantangan zaman yang berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya.

Ilmu pendidikan berasal dari berbagai ilmu seperti sosiologi, psikologi, dan filsafat. Oleh karena itu, di dalam ilmu pendidikan ditemukan berbagai macam aliran. Adanya beragam aliran ini disebabkan ilmu pendidikan berhubungan dengan manusia yang terus berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Di sisi lain perkembangan manusia itu sendiri menjadi objek studi para ahli, sehingga pendidikan tak pernak luput dari pemikiran para ilmuan.

B. Rumusan Masalah

1. Kehidupan dan cara hidup pemuda dalam konteks sosial budaya

2. Kesalahan pendidik dalam memberikan dasar teoritis dan pemahaman dalam pengambilan keputusan kependidikan

(2)

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN A. SITUASI PENDIDIKAN

Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kecendrungan untuk selalu berkumpul dengan orang lain. Saat berkumpul dengan orang lain itulah kemudian timbul berbagai keinginan untuk meniru, bertanya dan ingin tahu, kemudian kondisi ini mengubah hubungan sosial biasa ke arah hubungan pendidikan (yang membedakan hubungan siswa anak didik dengan pendidik).

Ciri anak didik (disebut peserta didik) antara lain adalah :

 Pribadi yang selalu ingin berkembang, memerlukan bantuan, arahan, contoh dan dari orang lain.

 Pribadi yang unik (berbeda satu sama lain tidak sama)

Ciri-ciri anak di atas membawa konsekuensi terhadap peran pendidikannya yang diharapka dapat menjadi :

(1) Komunikator artinya : mampu mengkomunikasikan ilmu/pengetahuan dan keterampilan dengan baik.

(2) Fasilitator artinya : dapat menciptakan situasi dan kondisi yang baik

sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang optimal ( situasi kondusif)

(3) Motivator artinya : mampu memberi dorongan belajar

(4) Konselor artinya : dapat menjadi pembimbing, pengasuh, pengarah, atau membantu memecahkan masalah dengan ikhlas (5) Administrator : mempunyai catatan yang lengkap dari hasil kemajuan

siswa dari awal sampai akhir hingga tampak adanya kelebihan atau kekurangan dari siswa.

Menurut Ki Hajar Dewantoro, fungsi pendidik hendaknya dapat : a. Menjadi contoh atau teladan ( ing ngarso sun tulodo)

b. Menjadi penggerak bila berada di tengah-tengah siswa (ing madio mangun karso)

(3)

Dalam aktivitas pendidikan terdapat faktor penting yang harus dimiliki oleh pendidik yaitu : kewibawaan.

Kewibawaan adalah faktor diri yang dapat menimbulkan rasa segan dan percaya sehingga siswa patuh mengikuti anjuran guru karena adanya rasa hormat dan perasaan senang.

1. Macam-Macam Pendidik

Pendidik dapat digolong-golongkan bersama menjadi :

a. Pendidik kodrat atau non kodrat seperti : orang tua yang secara alamiah harus bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya

b. Pendidik jabatan atau formal : ialah guru, pelatih, pembimbing yang karena jabatannya harus bertanggung jawab terhadap pendidikan siswanya.

2. Perubahan Situasi Pergaulan Yang Bersifat Pendidik

Seperti yang telah dicantumkan di atas bahwa hakekatnya sebagai makhluk sosial maka manusia selalu berada ditengah-tengah kelompoknya, seperti keluarganya atau temannya.

Syarat minimal situasi pendidikan adalah, adanya guru dan siswa ( anak dan pendidik). Hubungan guru dan siswa dalam konteks biasa disebut situasi pergaulan. Situasi pergaulan segera dapat berubah menjadi situasi pendidikan bila muncul adanya keinginan ( secara sadar) untuk merubah siswa dari hal negatif menjadi hal-hal positif. Pergaulan pendidikan mempunyi dua syarat, yaitu :

a. Ada usaha untuk mempengaruhi, dan

b. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa ( dilingkungan rumah, sekolah dan masyarakat) dengan usaha pendidikan. Artinya memberi bimbingan, dan bantuan yang diperlukan.

Plato megatakan bahwa : pembentukan pribadi berjalan sepanjang hayat, ini menunjukan bahwa manusia membutuhkan pengaruh baik seumur hidupnya (sesuai GBHN). Dalam praktek sering kali dilihat seseorang yang belum dewasa dapat mempengaruhi orang lain atau temannya untuk berbuat baik dan berhasil. Kondisi seperti itu belum dapat disebut sebagai pendidikan, tetapi baru merupakan pendidikan semu (pseudo-paedagogik).

(4)

 Menginginkan : Orang tua pasti punya harapan terhadap anaknya, keinginan seperti dapat disampaikan secara langsung atau melalui cerita-cerita.

 Menolak : Bila anak meminta atau menginginkan sesuatu yang “tidak baik” berbahaya atau menyimpang dari norma sebaiknya ditolak.

 Memperbolehkan : apabila anak meminta izin untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat sebaiknya diperbolehkan.

 Melarang : pada saat anak sedang melakukan kegiatan yang

berbahaya, sebaiknya segera dilarang dengan

alasan yang masuk akal.

 Mengharuskan : untuk melakukan ritual keagamaan anak perlu diharuskan melaksanakan sesuai dengan ajaran agama yang

dipeluknya.

 Membiarkan : aktivitas anak yang positif sebaiknya bahkan sedikit demi sedikit dikembangkan.

 Memberantas : malas, tidak disiplin, membuang sampah sembarangan dan segala bentuk adu domba harus diberantas.  Memberi contoh : makan pada tempatnya, bicara sopan, bersikap sosial dan

lain-lain secara tidak langsung akan dicontoh oleh anak.

Pendidikan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana anak dibesarkan (sosio cultural), termasuk didalamnya kebiasaan, kebudayaan, peraturan, adat istiadat, norma, dll. Anak akan terbiasa hidup teratur atau disiplin disekolahnya dan dimasyarakat .

3. Mengapa manusia perlu dididik

 Karena manusia perlu merealisasi seluruh hakekat yang melekat pada dirinya

 Manusia ingin menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi  Manusia ingin dapat menyelesaikan maslahnya

 Manusia mempunyai keinginan untuk tahu tentang segala sesuatu yang “baru”

(5)

Hasil pendidikan berupa perubahan sikap dan perilaku. Perubahan sikap dan perilaku dapat berupa penambahan keterampilan, pengetahuan, cara bersosialisasi, menerapkan aturan, tata karma dan nilai-nilai.

4. Proses pendidikan

Aktivitas pendidikan dapat digambarkan sebagai suatu sistem yang unsur-unsur atau komponennya adalah input, proses dan out put. Proses pendidikan merupakan kegiatan utama pengubahan input (siswa) menjadi out put (keluaran) disinilah peran utama pendidikan. Dalam aktivitas pendidikan tidak hanya melihat hasil, tetapi justru yang penting adalah prosesnya, (perolehan ilmu pengetahuan dan keterampilan-learning proses). Anak didik yang hasil belajarnya baik (skore 80) belum tentu karena adanya pemahaman ( in sight ) tentang materi, mungkin disebabkan adanya kecurangan-kecurangan dalam mengikuti tes. Pengubahan input menjadi out put disebut sebagai proses transformasi.

B. ALIRAN PENDIDIKAN KLASIK DI INDONESIA

Pemikiran-pemikiran tentang pendidikan yang telah dimulai pada zaman Yunani Kuno, dan dengan kontribusi berbagai bagian dunia lainnya, akhirnya berkembang dengan pesatnya di Eropa dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, baik aliran-aliran klasik maupun gerakan-gerakan baru dalam pendidikan pada umumnya berasal dari kedua kawasan itu. Pemikiran-pemikiran itu tersebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, dengan berbagai cara, seperti: dibawa oleh bangsa penjajah ke daerah jajahannya, melalui bacaan (buku dan sejenisnya), dibawa oleh orang-orang yang pergi belajar ke Eropa atau Amerika Serikat, dan sebagainya. Aliran-aliran klasik yang meliputi aliran empirisme, nativisme, naturalisme, dan konvergensi merupakan benang-benang merah yang menghubungkan pemikiran-pemikiran pendidikan masa lalu, kini dan mungkin yang akan datang.

Aliran-aliran klasik dalam pendidikan : 1. Aliran empirisme

Aliran empirisme bertolak dari Lockean Tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan pembawaaan tidak dipentingkan .

(6)

sangat penting sebab pendidikan dapat menyediakan lingkungan pendidikan kepada anak dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Pengalaman-pengalaman itu yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Aliran empirisme dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan pengalaman yang di peroleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak mendukung. Keberhasilan ini disebabkan oleh adanya kemampuan yang berasal dari dalam diri yang berupa, kecerdasan atau kemauan keras, anak berusaha mendapatkan lingkungan yang dapat mengembangkan bakat atau kemampuuan yang telah ada dalam dirinya. Meskipun demikian, penganut aliran ini masih nampak pada pendapat-pendapat yang memandang manusia sebagai makhluk yang pasih dan dapat dimanipulasi, umpama melalui modifikasi tingkahlaku.

2. Aliran Nativisme

Aliran nativisme bertolak dari Leibnitzian Tradition yang menekankan kemampuan dalam diri anak, sehingga faktor lingkungan termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah ada sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Hasil pendidikan tergantung pada pembawaan. Schoupenhauer (filsuf Jerman, 1788-1860) berpendapat bahwa bayi itu lahir sudah dengan pembawaan baik dan pembawaan buruk. Oleh karena itu, hasil akhir pendidikan ditentukan oleh pembawaan yang sudah dibawa sejak lahir. Berdasarkan pandangan ini maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh anak itu sendiri. Ditekankan bahwa “yang jahat akan menjadi jahat, dan yang baik akan menjadi baik”. Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan berguna untuk perkembangan anak sendiri.

(7)

3. Aliran Naturalisme

Pandangan yang ada persamaan dengan nativisme adalah aliran naturalisme yang dipelopori olehseorang filsuf Prancis J.J. Rousseau (1712-1778). Berbeda dengan Schoupenhauer, Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan yang baik. Namun pembawaan baik itu akan menjadi rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan. Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang dewasa malahan dapat merusak pembawaan anak yang baik itu. Aliran ini juga disebut negativism, karena berpendapat bahwa pendidikan wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan. Yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itutidak menjadi rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan itu. J.J. Rousseau ingin menjauhkan anak dari segala keburukan masyarakat yang serba dibuat-buat (artificial) sehingga kebaikan anak-anak yang diperoleh secara alamiah sejak saat kelahirannyaitu dapat secara spontan dan bebas. Ia mengusulkan perlunya permainan bebas kepada anak didik untuk mengembangkan pembawaannya, kemampuan-kemampuannya dan kecenderungan-kecenderungannya. Pendidikan, harus dijauhkan dalam perkembangan anak karena hal itu bearti dapat menjauhkan anak dari segala hal yang bersifat dibuat-buat dan dapat membawa anak kembalike alam untuk mempertahankan segala yang baik. Seperti diketahui, gagasan naturalisme, yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini malahan terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin diperlukan.

4. Aliran Konvergensi

(8)

tiap anak manusia mula-mula menggunakan bahasa lingkungannya, misalnya bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Inggris dan sebagainya.

Karena itu teori William Stern disebut teori konvergensi (konvergen artinya memusat ke satu titik). Jadi menurut teori konvergensi :

a. Pendidikan mungkin dilaksanakan

b. Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan kepada anak didik untuk mengembangkan potensi yang baik

c. Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan.

Aliran konvergensi pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-kembang manusia.

C. ALIRAN PENDIDIKAN MODERN DI INDONESIA

Menurut Mudyahardjo (2001: 142) macam-macam aliran pendidikan modern di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Progresivisme

Progresivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-(teacher-centered).

 Tujuan pendidikan dalam aliran ini adalah melatih anak agar kelak dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya bakat dan minat setiap anak.

 Kurikulum pendidikan Progresivisme adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap peserta didik (experience curriculum).

(9)

1. Metode belajar aktif.

2. Metode memonitor kegiatan belajar. 3. Metode penelitian ilmiah

 Pendidikan berpusat pada anak.

Pendidikan Progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak merupakan pusat dari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Pendidikan Progresivisme sangat memuliakan harkat dan martabat anak dalam pendidikan. Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk kecil. Anak adalah anak, yang sangat berbeda dengan orang dewasa. Setiap anak mempunyai individualitas sendiri-sendiri, anak mempunyai alur pemikiran sendiri, anak mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan-harapan dan kecemasan sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian, anak harus diperlakukan berbeda dari orang dewasa.

2. Esensialisme

Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya atau sosial. Menurut esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam nilai budaya atau sosial adalah nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi kegiatan-kegiatan di kelas.

(10)

 Metode pendidikan:

a. Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered). b. Peserta didik dipaksa untuk belajar.

c. Latihan mental

 Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran akademik yang pokok. Kurikulum sekolah dasar ditekankan pada pengembangan ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan matematika.Sedangkan kurikulum pada sekolah menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran matematika, ilmu kealaman, serta bahasa dan sastra.

3. Rekonstruksionalisme

Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di masyarakat

 Tujuan pendidikan

Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tujuan pendidikan rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

(11)

4. Perennialisme

Perennialisme adalah gerakan pendidikan yang mempertahankan bahwa nilai-nilai universal itu ada, dan bahwa pendidikan hendaknya merupakan suatu pencarian dan penanaman kebenaran-kebenaran dan nilai-nilai tersebut. Guru mempunyai peranan dominan dalam penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di kelas. Menurut perennialisme, ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi, karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif. Jadi dengan berpikir, maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan. Penguasaan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip pertama adalah modal bagi seseorang untuk mengembangkan pikiran dan kecerdasan. Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal dan memahami faktor-faktor dan problema yang perlu diselesaikan dan berusaha mengadakan penyelesaian masalahnya.

 Tujuan pendidikan

Diharapkan anak didik mampu mengenal dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol seperti bahasa, sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan lain-lainnya, telah banyak memberikan sumbangan kepada perkembangan zaman dulu.

 Kurikulum berpusat pada mata pelajaran dan cenderung menitikberatkan pada sastra, matematika, bahasa dan sejarah.

5. Idealisme

Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide, ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.

(12)

yang sangat penting. Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang tidak banyak bermakna.

Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.

 Tujuan Pendidikan

Agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.

 Kurikulum

(13)

BAB III PENUTUP A. Rangkuman

Dengan banyaknya aliran-aliran dalam ranah pendidikan bukan berarti akan membuat semakin tidak jelasnya konstruksi filsafat pendidikan. Akan tetapi dalam masing-masing aliran dapt menghasilkan titik temu yang harmonis, yang fungsinya guna mendapatkan gambaran filsafat pendidikan yang harmonis. Seharusnya aliran-aliran dalam pendidikan itu harus sejalan dengan sistem pendidikan yang baik juga, karena dengan sistem yang baik aliran-aliran dalam pendidikan baik itu aliran klasik atau pun aliran modern bias berjalan selaras, dengan demikian akan tercipta situasi pendidikan yang di inginkan bersama.

B. Implikasi dalam Bimbingan dan Konseling

Kita sebagai konselor dapat menciptakan situasi dan kondisi yang baik sehingga siswa dapat mendapatkan hasil belajar yang optimal. Kita sebagai konselor dapat menjadi pembimbing/pengasuh/pengarah/membantu memecahkan masalah.

(14)

Daftar Pustaka

Sukardjo M, Komarudin Ukim. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.

Nasution. 2010. Diktat Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Indraprasta PGRI. Tim Pengembangan MKDK. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakarta : FIP UNJ.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan pengaruh dan kadar optimum pemanfaatan Lumpur Sidoarjo (Lusi) sebagai substitusi agregat halus dengan pemnfaatan batu apung

dan mengajukan suatu model pengambilan keputusan secara bertahap untuk penetapan harga dengan mempertimbangkan berbagai faktor internal perusahaan dan

Plasa Telkom merupakan salah satu bentuk atau brand name untuk outlet milik Telkom yang disediakan untuk melayani pelanggan atau calon pelanggan pengguna jasa Telkom yang ingin

Senarai laporan yang terbahagi kepada laporan pelnng an dan laporan produk akan dipaparkan untuk kita rnemilih jcnis laporan yang dikeh nd ki , Senarai laporan adalah seperti

Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah ada baiknya pihak perusahaan menentukan jumlah crew dengan efisien sesuai dengan ketersediaan akomodasi

Dalam segala hal, suatu hasil atau peristiwa dapat dinyatakan dengan nilai atau nilai-nilai suatu fungsi; fungsi yang demikian adalah variabel acak (random variabel),

Suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan dengan baik, obyektif, menyita waktu yang cukup lama dan menghabiskan biaya yang sangat besar, tidak

Laporan tugas akhir ini bertujuan untuk menjelskan tentang peranan Room attendant Departement dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan Room attendant terhadap