• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

xv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi Bangsa Indonesia, masyarakat, keluarga miskin dan terlebih lagi anak-anak, situasi

kritis ekonomi adalah awal mula timbulnya berbagai masalah yang sepertinya makin mustahil

untuk dipecahkan dalam waktu singkat. Situasi kritis ekonomi bukan hanya melahirkan kondisi

kemiskinan yang makin parah tetapi juga menyebabkan situasi menjadi teramat sulit (Suyanto,

2013:3). Krisis ekonomi menyentuh hampir seluruh sendi-sendi kehidupan, membuat masyarakat

harus berpikir keras agar segala kebutuhan terpenuhi. Masyarakat yang akhirnya menghadapi

berbagai resiko yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi di masa depan.

Krisis ekonomi yang terjadi membawa ketidakpastian akan kondisi ekonomi di masa

depan. Hal ini membawa banyak masalah seperti pengangguran, penyakit dan lanjut usia.

Masalah ini memberikan sumbangsih terhadap kualitas hidup. Kualitas hidup menjadi rendah

akibat krisis ekonomi. Kualitas hidup juga merupakan dampak dari kemiskinan yang berpangkal

pada ekonomi yang tidak stabil.

Berbicara mengenai kemiskinan berarti berbicara mengenai harkat dan martabat manusia.

Ditinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi atas masalah kemiskinan,

dapat dikemukakan bahwa kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga, masyarakat, negara

bahkan dunia (Siagian,2012:1). Dapat dipahami bahwa masalah kemiskinan memerlukan

(2)

xvi

Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Langkah pertama penanggulangan masalah

kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu masalah. Kemiskinan hingga kini masih

menjadi masalah yang penting di Indonesia, sehingga menjadi fokus perhatian bagi pemerintah

Indonesia. Masalah kemiskinan ini sangatlah kompleks dan bersifat multidimensional sebab

berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kemiskinan terus menjadi

masalah fenomenal di belahan dunia, khususnya Indonesia yang merupakan negara berkembang.

Ironisnya, banyak masyarakat miskin di Indonesia tidak memandang kemiskinan yang

mereka alami sebagai suatu masalah. Mereka terbiasa dengan keadaan kehidupan yang mereka

jalani. Orang lainlah yang justru memandang hal tersebut menjadi suatu masalah yang wajib

diselesaikan. Namun ini menjadi sulit karena kedua belah pihak sejak awal berada disisi yang

berbeda. Butuh tenaga ekstra untuk memberikan pengertian akan masalah yang mereka alami ini

harus diselesaikan dan dicari jalan keluar terbaik agar kehidupannya menjadi lebih baik.

Bagi mereka yang tinggal di desa, kemiskinan menjadi suatu masalah yang terlihat tidak

dapat dipecahkan. Persediaan lapangan pekerjaan yang sedikit membuat para generasi muda

tergiur akan segala kelebihan yang diberikan oleh perkotaan. Segala fasilitas yang mereka

bayangkan, banyak yang berharap dapat menuai keuntungan dengan meninggalkan tempat

kelahiran mereka. Sektor pertanian tidak lagi dapat diandalkan untuk menjadi mata pencaharian

utama. Hanya generasi tua yang mau menjalankan sektor pertanian walau sudah tidak mampu

lagi mengembangkannya.

Perpindahan penduduk desa dengan mencari keuntungan di kota membawa masalah

tersendiri bagi perkotaan. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat kepadatan penduduk tetapi

(3)

xvii

kota disebabkan oleh adanya migrasi penduduk desa ke kota yang disebut urbanisasi. Urbanisasi

di negara yang sedang berkembang dapat meningkatkan jumlah penduduk kota menjadi sangat

besar, namun kualitas yang dimiliki sangat rendah. Warga desa yang datang ke kota karena

faktor ekonomi pada umumnya adalah orang-orang yang tidak mempunyai kedudukan sosial

yang tinggi di desanya.

Laju pertumbuhan penduduk yang sangat cepat, perkembangan teknologi dan berbagai

sarana kehidupan di perkotaan tidak seiring dengan perkembangan kesejahteraan masyarakat.

Hal seperti ini terlihat adanya masyarakat pinggiran seperti pemulung. Pemulung adalah salah

satu contoh kegiatan sektor informal yang ada di perkotaan. Para pemulung melakukan

pengumpulan barang bekas karena adanya permintaan dari industri-industri pendaur ulang

bahan-bahan bekas. Keberadaan pemulung dalam realitas di masyarakat dapat dilihat dari dua

sisi yang berbeda.

Pertama, profesi pemulung ini mampu memberikan peluang kerja kepada pemulung itu

sendiri ketika pemerintah tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan untuk mereka yang

sangat membutuhkan pekerjaan. Kedua, profesi pemulung dapat dikatakan sebagai beban bagi

masyarakat lainnya, sebagai dampak dari ketidakteraturan kehidupan mereka. Namun kedua sisi

tersebut tentu memiliki keuntungan bagi berbagai pihak yang terkait.

Pemulung identik dengan gelandangan dimana sebagian orang menganggap pekerjaan

tersebut hina. Tetapi bagi mereka pekerjaan ini mempunyai makna yang sangat besar karena

dilakukan dengan cara yang halal. Bukan gelandangan yang melakukan pekerjaan sebagai

pencuri atau menjadi WTS / Pelacur. Walaupun mereka berada pada status sosial yang paling

(4)

xviii

depan. Mereka tabah dan kuat menghadapi tantangan hidup dalam kehidupan sekaligus selalu

berusaha membangun dan memupuk harapan-harapan, walaupun kehidupan hari esok belum

tentu lebih baik dari hari ini (Khairani, 2007).

Pemulung merupakan kelompok masyarakat yang memiliki masalah kemiskinan cukup

mendalam. Banyak dari mereka yang tidak menyadari kemiskinan yang mereka hadapi. Mereka

cenderung pasrah pada keadaan tanpa usaha yang lebih untuk mengeluarkan keadaan dari

masalah yang dihadapi. Bagi mereka yang terpenting adalah dapat memenuhi kebutuhan makan.

Keadaan tempat tinggalpun seadanya yang penting tidak kepanasan dan kehujanan.

Kondisi ekonomi yang sangat sulit digambarkan dalam salah satu kasus bernama Ni

Wayang. Pada usianya yang belia, memaksa Ni Wayan Mertayani harus dewasa di usianya yang

masih 14 tahun. Sehari-harinya, Mertayani membantu ibunya berjualan asongan di pinggir pantai

selain menjalani tugas belajar sebagai siswi di SMPN 2 Abang. Kadangkala, dia ikut mencari

barang rongsokan di tepi pantai. Mertayani merupakan putri sulung almarhum I Nengah

Sangkrib dan Ni Nengah Sirem. Sejak ayahnya meninggal, Mertayani tinggal bersama ibunya Ni

Nengah Sirem dan adiknya Ni Made Jati. Sejak itu pula, tiga wanita ini berjuang untuk

melanjutkan hidupnya dari hari ke hari dengan berjualan atau mencari barang rongsokan. Hingga

akhirnya dia mampu memenangkan lomba foto internasional Museum Anne Frank.

pukul 08.23 WIB)

Pada gambaran keadaan yang sama dalam hal ekonomi namun berbeda halnya dengan

(5)

xix

selalu memperoleh Ranking Pertama, dapat mengalahkan teman-temannya yang kehidupan

ekonominya jauh berada di atasnya. Begitupun dengan kakaknya, Fauzan. Siswa kelas 8 SMP ini

meraih prestasi sebagai Juara Taekwondo tingkat Provinsi DKI Jakarta tahun 2013. Kesulitan

ekonomi tak membuatnya minder atau patah semangat. Untuk memenuhi kebutuhan

sehari-harinya, Fauzan dan Dani kadang harus ikut memulung bersama ayahnya. Hal inilah yang

membuat mereka hidup tegar di tengah kerasnya kehidupan ibukota. Namun dalam hal belajar,

tidak usah diragukan. Kedua anak ini rajin dan semangat dalam belajar maupun kegiatan sekolah

lainnya.

Desember 2013 pada pukul 08.25 WIB)

Keadaan keluarga memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap perkembangan

anak. Status ekonomi yang dimiliki akibat pekerjaan yang disandang orang tua memberikan

dampak terhadap proses perkembangan yang dimiliki setiap anak. Anak-anak memiliki cara

tersendiri dalam menyikapi pekerjaan yang dilakukan orang tua. Tak jarang mereka menjadi

malu akibat pekerjaan yang dilakukan oleh orang tua.

Setiap pekerjaan yang dilakukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan, baik itu pribadi

maupun keluarga. Sebagai kepala keluarga, orang tua memiliki kewajiban untuk memenuhi

setiap kebutuhan anak-anaknya mulai dari makanan, pakaian dan juga pendidikan. Namun

terkadang akibat himpitan ekonomi, banyak keluarga yang tidak lagi memikirkan perkembangan

anak-anaknya secara baik. Dikarenakan tidak dapat memenuhi ekonomi secara baik, orang tua

juga tidak memperhatikan perkembangan anak-anaknya.

Pekerjaan orang tua penting bagi anak kecil hanya bila pekerjaan ini mempunyai akibat

(6)

xx

orang tua mempunyai arti budaya. Perkembangan teknologi dan budaya yang pesat

menyebabkan pekerjaan orang tua mempengaruhi gengsi sosial anak. Anak sekolah dasar

membagi masyarakat atas tingkat-tingkat berdasarkan pekerjaan dan mengambil alih sikap dan

nilai orang tua terhadap berbagai pekerjaan. Bila seorang anak merasa malu akan pekerjaan

orang tuanya, karena tingkat pekerjaan itu atau jenis pakaian kerja, sikap anak akan dipengaruhi

secara merugikan.

Bila anak cukup besar untuk memahami status sosial keluarganya sebagai dampak dari

pekerjaan orang tua, status ini mempunyai pengaruh yang nyata pada sikap anak terhadap orang

tua, terutama terhadap ayah sebagai pencari nafkah. Jika status sosial keluarga anak

sekurang-kurangnya sama dengan status keluarga teman sebaya, anak merasa bangga terhadap ayah

mereka. Bila mereka melihat bahwa status keluarga mereka lebih rendah, mereka merasa malu

dan bersikap sangat kritis terhadap ayah mereka.

Keadaan demikian bisa mempengaruhi juga perkembangan anak baik secara sosial

maupun kepribadian. Perkembangan sosial anak menjadi terganggu, anak menjadi pendiam dan

tertutup. Anak menutup diri dari lingkungan sosial karena merasa malu, tidak sederajat dan

rendah diri. Tak jarang anak menjadi bahan olok-olokan teman-temannya akibat dari pekerjaan

yang dilakukan orang tua. Ini menbawa dampak buruk bagi perkembangan anak.

Suatu saat mungkin ia terlihat pendiam, cemberut, dan mengasingkan diri tetapi pada saat

yang lain ia terlihat sebaliknya, periang, berseri-seri dan yakin. Perilaku yang sukar ditebak dan

berubah-ubah ini bukanlah abnormal. Ini hanya perlu diprihatinkan bila ia terjerumus dalam

kesulitan di sekolah atau dengan temannya. Remaja lebih mudah dipengaruhi

(7)

xxi

remaja berperilaku dan mempunyai kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan

perilaku dan kesenangan keluarga.

Remaja sering menjadi terlalu percaya diri bersama-sama dengan emosinya yang

biasanya meningkat, mengakibatkan ia sukar menerima nasihat orang tua. Perilaku antisosial,

seperti suka menganggu, berbohong, kejam, dan agresif sering muncul pada diri remaja.

Sebabnya mungkin bermacam-macam dan banyak tergantung pada budayanya. Akan tetapi,

penyebab yang mendasar ialah pengaruh buruk teman, dan kedisiplinan yang salah dari orang tua

terutama bila terlalu keras atau terlalu lunak dan sering tidak ada sama sekali (Agustiani, 2009:

189)

Perubahan yang terjadi dalam diri pada masa remaja ini, menuntut individu untuk

melakukan penyesuaian diri. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu menjadi

bagian dari lingkungan tertentu. Di lingkungan manapun individu berada, ia akan berhadapan

dengan harapan dan tuntutan dari lingkungan yang harus dipenuhinya. Di samping itu individu

juga memiliki kebutuhan, harapan dan tuntutan di dalam dirinya, yang harus diselaraskan dengan

tuntutan dari lingkungan. Bila individu mampu menyelaraskan kedua hal tersebut, maka

dikatakan bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri. Jadi, penyesuaian diri dapat

dikatakan sebagai cara tertentu yang dilakukan oleh individu untuk bereaksi terhadap tuntutan

dalam diri maupun situasi eksternal yang dihadapinya.

Remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapatnya

sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan dapat

menjauhkan ia dari keluarganya. Remaja memaksa orang tua untuk memenuhi kebutuhannya

(8)

xxii

tidak dapat memenuhi semua keinginan anak. Hal ini membuat anak merasa hak-haknya tidak

terpenuhi. Akibatnya hubungan anak dan orang tua menjadi renggang.

Disisi lain, anak yang dapat menerima keadaan orang tuanya tidak merasa minder akan

keadaan keluarga. Mereka justru terpacu untuk berprestasi mengembangkan segala kemampuan

dan talenta yang dimiliki. Cita-cita yang terus digantung selalu menjadi pemacu untuk tidak

menyerah dengan keadaan, mereka tercipta sebagai anak yang berprestasi ditengah himpitan

ekonomi yang dialami.

Status sosial ekonomi itu tidak merupakan faktor multak dalam perkembangan sosial

karena tergantung juga kepada sikap-sikap orang tuanya dan bagaimana corak interaksi di dalam

keluarganya. Walaupun status sosial ekonomi orang tua memuaskan, tetapi apabila mereka tidak

memperhatikan pendidikan anaknya atau senantiasa berselisih, hal tersebut juga tidak

menguntungkan perkembangan sosial anak-anaknya. Perkembangan soosial anaknya dapat

ditentukan pula oleh saling pengaruh dari banyak faktor di luar dirinya dan di dalam dirinya

(Gerungan, 2004: 196).

Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

merupakan daerah yang memiliki penduduk dengan mayoritas bekerja sebagai pemulung.

Sampah-sampah menjadi mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Plastik-plastik menjadi pemandangan yang biasa di depan rumah. Sebagian besar mereka tinggal

mengontrak ataupun menempati rumah milik keluarga.

Sistem kekeluargaan menjadi salah satu kekuatan dalam menjalankan kehidupan di desa

ini. Mereka saling membantu dalam berbagai hal. Orang tua di Desa Tapian Nauli Lingkungan

(9)

xxiii

anaknya terutama kehidupan pendidikan. Semua anak di desa ini bersekolah walaupun sekolah di

sekolah swasta biasa. Perilaku yang dimiliki anak-anak di desa ini berbeda-beda. Sebagian dari

mereka hanya bergaul dengan anak lingkungan sekitar tanpa mau terbuka dengan lingkungan

luar. Sebagian lagi mencoba berbaur dengan cara mengikuti beberapa kegiatan yang diadakan di

luar lingkungan mereka.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Pekerjaan Orang Tua terhadap Perkembangan Anak pada Keluarga

Pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan, penulis merumuskan

permasalahan penelitian yaitu Bagaimana pengaruh pekerjaan orang tua terhadap perkembangan

anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli Lingkungan IX Kelurahan Sunggal

Kecamatan Medan Sunggal?

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan yaitu Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan

orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung di Desa Tapian Nauli

Lingkungan IX Kelurahan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal

1.4 Manfaat Penelitian

(10)

xxiv

1. Bagi penulis manfaat penelitian ini yakni dapat mengembangkan pemahaman dan

kemampuan berpikir penulis melalui penulisan ilmiah mengenai pengaruh pekerjaan

orang tua terhadap perkembangan anak pada keluarga pemulung, dengan menerapkan

pengetahuan yang diperoleh selama belajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka

membantu program-program yang dibuat pemerintah guna memenuhi hak anak agar

(11)

xxv

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam

skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan secara garis besarnya

dikelompokan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Beisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek

yang diteliti, kerangka penelitian, definisi konsep dan definisi operasional

BAB III : METODE PENELITIAN

Berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi penelitian,

teknik pengumpulan data serta teknik analisis data

BAB IV : GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

Berisikan tentang sejarah singkat serta gambaran umum lokasi penelitian

dan data-data lain yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan

analisisnya

BAB VI : PENUTUP

Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu

disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Peraturan Bupati Bantul Nomor 96 Tahun 2015 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2016 (Berita Daerah Kabupaten

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI BANTUL TENTANG PEMBENTUKAN TIM INTENSIFIKASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN TINGKAT KECAMATAN DAN DESA SE KABUPATEN

Universitas Negeri

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Penunjukan Pejabat Fungsional/ Project

Universitas Negeri

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pe,berian Bantuan Keuangan Khusus Kepada

The authors organized the literature into five major areas of interest: The Physical and the Virtual: Libraries and Collections in Transition; Mass Digitization and Its Impact